Dosen Pengampu:
Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si.
Disusun oleh:
Kelompok 3
Anton Sugiarto C1C021137
Waode Maya Anggelya Putri C1C021151
Imelda Pangestika C1C021180
Dwi Rahmalia Sari C1C021267
Nur Ulyana Apriyanti C1C021269
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................1
1.3 TUJUAN........................................................................................................1
1.4 MANFAAT....................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 SIFAT PERUBAHAN HARGA....................................................................2
2.2 KLASIFIKASI MONETER DAN NONMONETER....................................4
BAB III....................................................................................................................6
PENUTUP................................................................................................................6
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
berlaku terhadap indeks periode dasar menyatakan perubahan relatif dalam semua
harga yang termasuk dalam indeks tersebut.
3
Jika harga perolehan berlaku digunakan, keuntungan dan kerugian
penyimpanan dapat dilaporkan sebagai perubahan harga, walaupun keuntungan
dan kerugian penyimpanan (ini dapat digolongkan) entah sebagai telaah direalisasi
atau tidak direalisasi.
Harga perolehan berlaku merupakan harga tukar berlaku, sehingga
penggunaannya mengakibatkan penyimpangan dari dasar harga perolehan historis.
4
Kewajiban ini meliputi hutang dagang dan wesel bayar, beban yang masih harus
dibayar, seperti upah dan hutang bunga, serta obligasi jangka panjang yang harus
dibayar dalam jumlah tetap.
Aktiva nonmoneter, meliputi pos-pos yang harganya dalam unit moneter
dapat berubah sepanjang waktu, atau klaim terhadap unit moneter yang jumlahnya
berubah-ubah, yang menggambarkan jumlah daya beli yang ditetapkan terlebih
dahulu. Aktiva ini mencakup seluruh ha katas barang dan jasa dan seluruh hak
lainnya atas manfaat mendatang (future benefit). Kewajiban nonmoneter terdiri
dari kewajiban untuk menyediakan sejumlah tertentu barang dan jasa atau
sejumlah daya beli yang ekivalen, walaupun pembayarannya mungkin dalam
bentuk kas.
Kesulitan dalam merumuskan aktiva dan kewajiban moneter dan
nonmoneter pada dasarnya timbul karena perbedaan itu bersifat arbitrer. Hanya di
dalam kasus yang sangat esktrem harga aktiva akan berubah dengan persentase
yang persis sama dengan perubahan dalam tingkat harga umum. Di pihak lain,
terdapat kemungkinan bahwa harga aktiva atau sejumlah rupiah yang akan dating
ditukarkan untuk suatu klaim dapat bertambah atau berkurang dengan persentase
yang sangat kecil dibandingkan dengan perubahan harga-harga umum.
5
panjang, maka keuntungan ekonomik akan terjadi apabila tingkat harga naik. dan
sebaliknya terjadi jika tingkat harga turun.
Dari sudut interpretasi dunia nyata, keuntungan dan kerugian daya beli
juga mempunyai kelemahan. Kelemahan yang berarti dalam interpretasi
keuntungan dan kerugian timbul dari kenyataan bahwa banyak komitmen moneter
mendatang dibuat dengan perkiraan bahwa inflasi akan berlangsung terus.
Kenyataan bahwa keuntungan dan kerugian ini tidak memiliki padanan dalam
akuntansi yang lazim menyebabkan banyaknya ketidaksepakatan atas masalah ini.
6
Penyajian kembali tingkat harga umum
7
contoh, berdasarkan konsep laba menurut transaksi, L0p dan C0p bukanlah bagian
dari laba karena bukan merupakan hasil kegiatan perusahaan.
dimana
sehingga harga tukar pada to dari setiap aktiva nonmoneter dalam himpunan total
yang dimiliki perusahaan mulai dari aktiva N, sampai aktiva Nk, di- sesuaikan
dengan perubahan harga khusus (s,) untuk setiap aktiva itu.
Sebab itu,dengan menambahkan jumlah k+I = 1N1Si ke setiap sisi persamaan
(9) dan menggabungkannya seperti terlihat dalam persamaan (10), kita
memperoleh persamaan berikut:
8
Gynther mengusulkan penyesuaian yang serupa untuk perubahan harga
aktiva nonmoneter khusus, tetapi dia menganjurkan bahwa kerugian daya beli dari
penyimpanan aktiva lancar moneter netto dilaporkan. Akan tetapi, dia
menganjurkan supaya keuntungan atau kerugian atas pos pos lancar moneter
dihitung menggunakan indeks harga barang yang dialami secara umum oleh
aktiva moneter ini. Yaitu, perusahaan dapat mempertahankan modalnya hanya
jika dia mempertahankan daya belinya dalam barang khusus yang umumnya dia
beli. Posisi ini mempunyai beberapa keunggulan, sebagaimana akan dibahas
kemudian.
9
Dengan demikian harga berlaku aktiva khusus dapat diperkirakan sebagai jumlah
dari harga aktiva N, pada waktu to yang telah disesuaikan untuk perubahan dalam
tingkat harga umum dan untuk perubahan harga relatif aktiva ini. Jadi:
Ni (1 + p) Ni (si - p) = Ni + Np + Ni Si – Ni p = Ni + Ni Si = Ni (1 + s₁)
Maka, untuk keseluruhan perusahaan, aktiva nonmoneter dapat dinyatakan dalam
harga khusus berlaku dengan lebih dahulu menyesuaikannya untuk per ubahan
dalam tingkat harga umum dan kemudian menambahkan perubahan harga relatif
pada kedua sisi persamaan. Berdasarkan persamaan 9, aktiva non- moneter ini
dapat dihitung sebagai berikut:
Dan dengan menyesuaikan kedua sisi dengan perubahan dalam tingkat harga
umum, maka kita peroleh :
10
keuntungan dan kerugian penyimpanan aktiva nonmoneter dapat dilakukan."
Anjuran Chambers dapat ditafsirkan sebagai berikut.
Dengan menggabungkan penyesuaian harga umum dan harga relatif aktiva
nonmoneter pada sisi kiri persamaan 15 dan memperluas sisi kanan, maka kita
peroleh:
Penyesuaian netto ini terhadap laba tentu dapat positif atau negatif, tergantung
pada tingkat perubahan relatif dari s, dan p.
Persamaan 17 menjadi penting karena menunjukkan perbedaan utama antara
pihak yang mengusulkan penyesuaian hanya untuk perubahan harga khusus dan
pihak yang mengusulkan penyesuaian untuk perubahan harga umum dan
perubahan harga relatif. Jika +Rop dan -Rop pada sisi kanan persamaan 17
dihapuskan, maka kita akan memperoleh persamaan 11, yang menunjukkan
penyesuaian yang diperlukan menurut mereka yang mengusulkan penyesuaian
hanya untuk perubahan harga khusus. Akan tetapi, interpretasinya berbeda, karena
penyesuaian untuk perubahan harga khusus dalam persamaan 11 diasumsikan
menggambarkan penyesuaian modal, sedangkan dalam persamaan 17 penyesuaian
itu adalah bagian dari penyesuaian laba. Sebab itu, perbedaan antara para
penganjur penyesuaian untuk harga khusus dan para penganjur penyesuaian untuk
11
perubahan harga umum dan harga relatif, terutama didasarkan padá asumsi
mengenai sifat perusahaan dan tujuan pelaporan keuangan.
12
kembali (restatement back) pada nilai nominal atau nilai berlaku tetapi pospas
commonster hanya disajikan kembali untuk perubahan daya beli umum. Akan
tetapi, seharusnya diakui bahwa hanya skala pengukuran yang berubah. Struktur
itu tetap mengandung semua kelemahan akuntansi harga perolehan historis.
Dari sudut pandangan interpretasional, diasumsikan bahwa daya beli
umum pada umumnya dipahami sebagai suatu sumber daya standar yang dapat
digunakan untuk memperoleh sebagian atau semua jenis barang dan jasa di dalam
perekonomian." Akan tetapi, interpretasi itu tidak dimaksudkan untuk
menggambarkan nilai berlaku, melainkan hanya harga perolehan historis yang
disajikan kembali untuk perubahan dalam daya beli umum. Akan tetapi,
interpretasi tetap sulit karena harga perolehan historis menggambarkan jumlah
rupiah yang dibayar untuk pos khusus, tetapi jumlah yang disajikan kembali tidak
menggambarkan jumlah yang seharusnya akan dibayar untuk barang itu jika
tingkat harga berlaku dan struktur harga berlaku kemudian diketahui. Dan karena
tidak dimaksudkan menjadi pengganti nilai berlaku, maka terdapat kesulitan
dalam memberikan interpretasi pasar saat berjalan atau interpretasi penilaian saat
berjalan terhadapnya.
13
supaya para pemegang saham dapat menghabiskan investasinya. (2) Para
pemegang saham biasanya tidak melikuidasi sahamnya untuk mengkonsumsi
sejumlah investasi itu. Walaupun para investor secara konstan melikuidasi
sahamnya, adalah lebih lazim bagi para pemegang saham untuk menginvestasikan
kembali tabungannya dan hanya mengkonsumsi laba dari investasi daripada
mengkonsumsi jumlah yang diinvestasikan di dalam saham perusahaan.
14
menunjukkan apabila hal ini dikehendaki. Penyesuaian untuk perubahan tingkat
harga di dalam kasus ini akan memerlukan penggunaan indeks harga investasi
secara menyeluruh. Belum tersedia indeks yang sedemikian komprehensif
sekarang, tetapi aproksimasi dapat diperoleh dengan menggabungkan deflator
harga implisit untuk bagian Produk Nasional Bruto (PNB) "gedung baru lain" dan
"peralatan yang tahan lama dari produsen" dan menyesuaikannya untuk perubahan
dalam harga persediaan. Suatu indeks investasi tunggal bagi perekonomian
memberi keunggulan keseragaman di kalangan perusahaan dan kemudahan
penerapan apabila indeks telah ditetapkan.
Pandangan kedua daya beli investasi industri adalah suatu interpretasi
yang logis, karena perusahaan pada umumnya menginvestasikan kembali di dalam
industri yang sama. Akan tetapi, diperlukan suatu indeks investasi yang berbeda
untuk setiap industri. Kesulitan praktis yang utama dalam menerapkan pendekatan
ini adalah kenyataan, bahwa banyak perusahaan menciptakan beraneka produk,
sehingga tidak mungkin menetapkan dengan tepat di dalam industri mana indeks
itu dapat diterapkan.
Pandangan ketiga daya beli yang berkaitan dengan perilaku perusahaan
tertentu pada masa lalu mungkin merupakan pendekatan yang baik atas daya beli
investasi perusahaan, karena perusahaan memang mempertahankan
kesinambungan operasi sepanjang waktu. Akan tetapi; perubahan teknologi dalam
metode produksi dan hasil produksi menuntut perusahaan untuk terus mengubah
bauran investasinya.
Dari sudut pandangan interpretasional, jelas bahwa semakin besar
hubungan antara indeks investasi dan pergerakan khusus dalam harga, maka data
akan semakin dapat ditafsirkan. Artinya, masing-masing pengukuran akan
mencerminkan penilaian yang lebih dekat terhadap nilai berlaku. Akan tetapi,
penggunaan indeks investasi memiliki keunggulan atas revaluasi khusus, yaitu
penilaian yang dihasilkan menjadi kurang subyektif dan tidak mudah
diselewengkan untuk kepentingan perseorangan atau perusahaan. Sementara
penelitian besar-besaran diperlukan untuk menetapkan kelaikan, interpretabilitas,
dan relevansi indeks itu bagi pengambilan keputusan investasi, maka konsep daya
beli investasi menjadi menarik sebagai suatu metode yang memadukan yang
15
terbaik dari kedua konsep, yaitu penilaian kembali daya beli umum dan penilaian
kembali daya beli pengganti khusus.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Hendriksen, E. (1994). TEORI AKUNTANSI (M. Sinaga (ed.); 4th ed.). Penerbit
Erlangga.
18