Anda di halaman 1dari 18

KONSEP AKUNTANSI TINGKAT HARGA UMUM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Teori Akuntansi

Dosen Pengampu :
Wa Ode Sitti Nur Insani, SE.,M.E

Oleh :
Kelompok 6
ALIFAH NURSARI. S 216602073
SRY YULIANI MUFLIHA HUSEN 216602014
DWI SETYA RINI 216602074

KELAS KAP
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penyusun kemudahan
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penyusun tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya diakhirat nanti. Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT
atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penyusun mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas mata kuliah “Teori Akuntansi” dengan judul “Konsep Akuntansi Tingkat
Harga Umum”.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon
maaf yang sebesar- besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kendari, 1 Juni 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................4
2.1 Penyajian kembali tingkat harga umum dari laporan keuangan biaya
historis...........................................................................................................4
2.2 Menyesuaikan pos-pos khusus akibat perubahan tingkat harga umum 6
2.2.1 Perlakuan Pos-Pos Moneter.................................................................6
2.2.2 Perlakuan Pos-Pos Nonmoneter dan Ekuitas Pemegang Saham....7
2.3 Pembeda moneter-nonmoneter...................................................................8
2.4 Indeks-indeks tingkat harga.......................................................................9
2.5 Evaluasi sederhana tingkat harga umum................................................13
2.5.1 Argumentasi yang mendukung akuntansi tingkat harga umum....13
2.5.2 Argumentasi yang menentang akuntansi tingkat harga umum.....13
BAB III PENUTUP .............................................................................................14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang. Masalah umum
yang biasa terjadi pada negara yang berkembang adalah tingginya tingkat inflasi
(Suhartanto dan Dharma, 2010). Sebagai contoh, pada krisis ekonomi pertengahan
tahun 1997, Indonesia merasakan dampak yang sangat besar bagi perekonomian.
Hal ini disebabkan karena nilai kurs rupiah terhadap Dollar Amerika (USD)
melemah. Salah satu dampak dari krisis ini yaitu kenaikan harga barang dan jasa
pada hampir seluruh produk sektor industri maupun yang akan dikonsumsi oleh
masyarakat. Kenaikan harga barang dan jasa menjadi perubahan daya beli yang
akan mempengaruhi laporan keuangan perusahaan (Meythi dan Sheffie, 2012).
Laporan keuangan merupakan salah satu alat informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh pihak internal maupun eksternal pada perusahaan. Secara umum
laporan keuangan disusun berdasarkan nilai historis yaitu menggunakan harga
pada saat transaksi dan menganggap bahwa harga-harga akan stabil. Sedangkan
penyusunan laporan keuangan berdasarkan historis tidak akan mencerminkan
perubahan daya beli, sehingga laporan keuangan kurang mampu mencerminkan
keadaan yang sebenarnya jika terjadi perubahan harga. Hal ini akan menyebabkan
ketidakakuratan laporan keuangan sehingga akan berdampak bagi pihak internal
dn eksternal perusahaan, yaitu kemungkinan kehilangan kepercayaan terhadap
laporan keuangan (Leng, 2002).
Adanya kondisi harga yang cenderung berubah-ubah menjadikan laporan
keuangan historical cost dengan asumsi penggunaan uang yang stabil menjadi
tidak relevan (Kodrat, 2006). Historical cost mengasumsi bahwa unit moneter itu
stabil atau bahkan perubahan pada unit moneter itu tidak material, disebabkan
karena historical cost tidak mengakui perubahan pada daya beli umum uang
(Belkaoui, 2001). Saat terjadinya perubahan harga, akuntansi inflasi menjadi suatu
informasi dengan perhitungan tingkat perubahan harga. Pendekatan pelaporan
yang digunakan saat terjadi inflasi adalah Current Cost Accounting dan General
1
Price Level Accounting dengan memperhitungkan harga yang berlaku saat
terjadinya kenaikan harga (Surya, 2010).
Belkaoui (2001), menyatakan bahwa Current Cost Accounting dan
General Price Level Accounting merupakan alternatif ukuran yang bersaing
mengenai masalah-masalah yang timbul oleh inflasi. General Price Level
Accounting mencerminkan perubahan pada tingkat harga umum, sedangkan
Current Cost Accounting mencerminkan perubahan pada tingkat harga tertentu.
General Price Level Accounting akan mengadakan penyajian kembali
sebagai suplemen laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari neraca dan
laporan laba rugi. Penyajian suplemen dalam laporan keuangan terbagi dua pos,
yaitu Pos Moneter (Monetery Items) dan Pos Non Moneter (Non Monetery Items).
Monetery Items adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam
unit uang yang tetap misalnya kas, piutang, utang, atau kewajiban lainnya yang
jumlah nilai uangnya tetap. Sedangkan Non Monetery Items adalah nilai yang
jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak perjanjian, misalnya aktiva
tetap, bangunan, persediaan (Hendrikson, 1986).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penyajian kembali tingkat harga umum dari laporan keuangan
biaya historis?
2. Bagaimana menyesuaikan pos-pos khusus akibat perubahan tingkat harga
umum?
3. Apa saja pembeda moneter-nonmoneter?
4. Apa saja indeks-indeks tingkat harga?
5. Bagaimana evaluasi sederhana tingkat harga umum?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyajian kembali tingkat harga umum dari laporan keuangan
biaya historis
2. Mengetahui penyesuaian pos-pos khusus akibat perubahan tingkat harga
umum

2
3. Mengetahui pembeda moneter-nonmoneter
4. Mengetahui indeks-indeks tingkat harga
5. Mengetahui evaluasi sederhana tingkat harga umum

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyajian kembali tingkat harga umum dari laporan keuangan biaya
historis
Akuntansi biaya historis memiliki asumsi bahwa satuan moneter adalah
stabil atau perubahan yang terjadi pada nilai dari satuan moneter adalah tidak
material. Akan tetapi telah kita ketahui bersama bahwa tingkat daya beli secara
umum dari dolar telah terus-menerus mengalami penurunan. Tingkat daya beli
umum yang mengacu pada kemampuan dari satuan moneter untuk membeli
barang atau jasa memiliki hubungan terbaik dengan harga dari barang-barang atau
jasa yang menjadi pertukarannya.
Perubahan-perubahan dalam daya beli dari dolar dengan menggunakan
angka-angka indeks. Indeks harga adalah rasio dari harga rata-rata sekelompok
barang atau jasa pada tanggal tertentu. Dengan harga rata-rata dari kelompok
barang atau jasa yang serupa di tanggal tertentu yang lain, yang disebut sebagai
tahun dasar, ketika indeks harga adalah sama dengan 100. Indeks-indeks harga
yang mengukur perubahan-perubahan yang terjadi pada harga dalam basis umum
mencerminkan tingkat daya beli dari dolar. Indeks-indeks seperti itu dipergunakan
untuk menyajikan kembali jumlah yang didasarkan pada biaya historis dalam
laporan keuangan Jika dilihat dari satuan daya beli pada tahun Dasar atau pada
akhir dari periode berjalan.
Untuk memperkenalkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pembuatan laporan tingkat harga umum, kita akan menggunakan model sederhana
yang diperoleh dari diskusi yang diperkenalkan oleh Chambers. Pada tingkat ini
pos-pos moneter dapat didefinisikan sebagai pos-pos yang jumlahnya adalah tetap
Jika dilihat dari jumlah dollar menurut jumlah kontrak atau sebaliknya, tanpa
melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam tingkat harga. Untuk periode 0,
persamaan neraca yang dinyatakan dalam dolar pada waktu 0, adalah:
MO+NO = Ro
Dimana MO= Pos-pos moneter
4
NO= Pos-pos moneter bersih
RO= Ekuitas residu
Kita asumsikan pula bahwa terjadi perubahan dalam tingkat harga umum
p. Menurut definisinya, P= (P1/P0)-1 dimana P0 adalah indeks harga pada waktu
0 dan P1 adalah harga indeks pada waktu persamaan neraca pada t2 yang
disajikan kembali untuk perubahan dalam tingkat harga umum adalah:
MO(1+P) + NO(1+P)=RO(1+P)
Yang sama dengan MO+MOP+NO+NOP+RO+ROP
Karena berdasarkan definisinya, aktiva moneter bersih dinyatakan dalam
jumlah dolar yang tetap, maka kita dapat memindahkan MOP dari setiap sisi
persamaan dan mengganti MO dan M1:
M1+(N0+N0P)=(R0+R0P)-M0P
Persamaan terakhir diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. M1 mewakili aktiva moneter bersih pada saat t1
2. N0+N0P mewakili aktiva moneter dengan tingkat harga umum yang
disajikan kembali saat t1
3. R0+R0P mewakili ekuitas residu dengan tingkat harga umum yang
disajikan kembali saat t1
4. M0P mewakili keuntungan atau kerugian dari pos-pos moneter. Menurut
definisinya M0 adalah sama dengan aktiva moneter bersih C0 dikurangi
dengan kewajiban moneter L0
Persamaan neraca saat t2 dapat disajikan kembali menjadi:
C1+ (N0+N0P)-L1 = (R0+R0P)- (C0P-L0P)
Atau C1+ (N0+N0P)-L1= (R0+R0P)-C0P-L0P
Konsekuensinya lop mewakili keuntungan dari kewajiban yang masih
timbul selama produk berjalan dan C0P mewakili kerugian yang diakibatkan oleh
kepemilikan atas aktiva moneter dari t0 sampai t1.
Dari model sederhana ini, kita dapat mengembangkan metodelogi yang
dibutuhkan untuk menyajikan kembali jumlah biaya historis yang terdapat dalam
laporan keuangan tradisional ke dalam satu satuan tingkat daya beli umum. Untuk
melakukannya dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:

5
1. Dapatkan satu kumpulan lengkap laporan keuangan biaya historis
2. Tentukan dan dapatkan satu indeks tingkat harga umum yang dapat
diterima di mana data dari angka-angka yang ada maupun mencakup umur
dari poster tentu yang dapat dalam neraca
3. Klasifikasikan setiap pos di neraca sebagai post moneter atau non moneter
4. Lakukan penyesuaian terhadap pos-pos non moneter dengan menggunakan
satu faktor konversi untuk mencerminkan tingkat daya beli Umum saat ini
5. Hitunglah keuntungan dan kerugian tingkat daya beli umum tingkat harga
umum yang muncul dari kepemilikan atas pos-pos moneter

2.2 Menyesuaikan pos-pos khusus akibat perubahan tingkat harga umum


2.2.1 Perlakuan Pos-Pos Moneter
Jumlah pos-pos moneter adalah tetap jika dilihat dari nilai dolarnya,
dengan melihat kontrak ataupun sebaliknya, tanpa melihat perubahan yang
terjadi didalam tingkat harga umum atau khusus. Meskipun jumlah-jumlah ini
tetap, nilai dari pos-pos moneter dilihat dari segi daya beli mengalami
perubahan. Pemilik pos-pos moneter karenanya mengalami keuntungan atau
kerugian daya belikarena terjadi perubahan pada tingkat harga umum.
Keuntungan dan kerugian seperti ini disebut keugian atau keuntungan tingkat
daya beli umum, atau keuntungan tingkat harga umum atau kerugian akibat
pos-pos moneter. Lebih khusus lagi selama periode harga-harga mengalami
kenaikan:

a. Aktiva moneter kehilangan daya beli yang diakui sebagai suatu kerugian
tingkat harga umum
b. Kewajiban moneter mendapatkan daya beli yang diakui sebagai suatu
keuntungan tingkat umum.

Selama periode dimana harga-harga mengalami penurunan:

a. Aktiva moneter mendapatkan daya beli yang diakui sebagai suatu


keuntungan tingkat harga umum

6
b. Kewajiban moneter kehilangan daya beli yang diakui sebagai suatu
kerugian tingkat umum.

Perlakuan atas keuntungan dan kerugian tingkat harga umum

1. Accounting Reaserch Study No. 6, APB No.3 dan draf eksposur dari
FASB dan CICA tentang akuntansi tingkat harga umum mengambil posisi
dengan menyatakan bahwa keuntungan atau kerugian tingkat harga umum
seharusnya dimasukkan ke dalam pendapatan belanja
2. Hanya kerugian tingkat harga umum yang seharusnya dimasukkan
kedalam pendapatan berjalan, keuntungan tingkat harga umum
seharusnya dilakukan sebagai pos modal
3. Baik keuntungan maupun kerugian tingkat harga umum seharusnya
diperlakukan sebagai pos modal
4. Baik keuntungan maupun kerugian tingkat harga seharusnya dimasukkan
kedalam pendapatan berjalan, dengan pengecualian bagi keuntungan dan
kerugian yang berhubungan dengan keajaiban jangka panjang, yang
seharusnya tidak muncul sampai mereka direalisasikan melalui penebusan
kembali obligasi

2.2.2 Perlakuan Pos-Pos Nonmoneter dan Ekuitas Pemegang Saham


Pos-pos moneter disajikan kembali menurut tingkat daya beli umum
saat ini dengan mengalikan biaya dari pos yang dilaporkan dalam laporan
keuangan biaya historis dengan faktor konversi berikut ini:
Indeks tahun berjalan
Indeks ketika pos nonmoneter diperoleh

Penyajian kembali ekuitas pemegang saham dengan pengecualian


untuk saldo laba ditahan adalah sama dengan penyajian kembali pos-pos
nonmoneter. Modal awal yang diinvestasikan akan dikalikan dengan faktor
konversi berikut:
Indeks tahun berjalan
Indeks ketika modal diinvestasikan

7
Saldo laba ditahan yang tidak dapat disesuaikan oleh hanya satu faktor
konversi saja mencerminkan pendapatan bersih setelah deviden yang
diakumulasi semenjak kelangsungan usaha dibentuk . Saldo laba ditahan
dapat disajikan kembali dengan cara sebagai berikut:

1. Pada saat laporan keuangan biaya historis untuk yang pertama kalinya
disajikan kembali menurut satuan tingkat daya beli umum saat ini, saldo
laba ditahan dapat dengan mudah ditentukan sebagai nilai sisa setelah
seluruh pos lainnya yang terdapat di dalam neraca telah disajikan kembali
2. Pada periode berikutnya saldo laba ditahan pada akhir periode dalam
satuan tingkat daya beli Umum saat ini dapat dinyatakan dengan:
a) Pendapatan bersih dalam satuan tingkat daya beli Umum saat ini yang
dilaporkan dalam bentuk tingkat harga umum
b) Penyesuaian-penyesuaian yang berasal dari keuntungan dan kerugian
tingkat harga umum pada pos-pos ekuitas pemegang saham moneter

2.3 Pembeda moneter-nonmoneter


Kemampuan untuk membedakan pos-pos nonmoneter adalah merupakan
suatu hal yang penting karena terdapat perbedaan perlakuan yang diterapkan bagi
kedua jenis pos tersebut. Terdapat perbedaan yang jelas terlihat diantara pos-pos
moneter dan nonmoneter. Pos moneter mendapatkan atau kehilangan daya beli,
sedangkan pos nonmoneter tidak.

No Moneter Nonmoneter
1 Saham preferen yang dicatat dalam Saham preferen yang dicatat dalam
jumlah sama dengan nilai jumlah yang kecil daripada nilai
likuidasinya dalam jumlah tetap atau likuidasinya dalam jumlah tetap
harga kembali menjadi moneter menjadi nonmoneter
2 Tidak diklasifikasi pajak Pengklasifikasian pajak
penghasilan tangguhan penghasilan tangguhan
3 Mata uang asing dianggap serupa Mata uang asing yang dianggap
dengan pos-pos mata uang domestik, sebagai komoditas, maka

8
No Moneter Nonmoneter
maka mereka adalah pos-pos merupakan pos nonmoneter
moneter
4 Utang jangka panjang dalam mata Utang jangka panjang dalam mata
uang asing dinyatakan dengan uang asing dinyatakan dengan
menggunakan kurs penutupan menggunakan kurs historis
5 Uang yang dapat di konversi ketika Uang yang dapat di konversi ketika
harga pasar dari saham berada di harga pasar dari saham berada di
bawah harga konversi atas harga konversi

2.4 Indeks-indeks tingkat harga


Suatu indeks tingkat harga membandingkan perubahan-perubahan yang
umum atau khusus yang terjadi dalam harga dari satu periode ke periode lainnya.
Indeks tingkat harga umum dapat mendefinisikan sebagai serangkaian pengukuran
yang dinyatakan dalam bentuk presentase mengenai hubungan antara harga rata-
rata dari sekelompok barang dan jasa dalam satu rangkaian tanggal-tanggal
dengan harga rata-rata dari sekelompok barang dan jasa dalam suatu rangkaian
tanggal-tanggal dengan rata-rata dari sekelompok barang dan jasa yang serupa
dalam satu tunggal yang digunakan bersama.

1. Rumus Indeks Harga


Rumus yang digunakan ketika menghitung indeks harga dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu indeks tidak ditimbang dan tertimbang.
Dalam metode indeks tidak ditimbang masih terdapat pula beberapa
rumus, yaitu angka indeks harga, angka indeks nilai, dan angka indeks
kuantitas.

Sedangkan pada metode indeks tertimbang dibagi menjadi menjadi


enam yaitu agregatif sederhana, paasche, laspeyres, Drobisch and Bowley,
irving fisher, dan Marshal Edgewarth.

a. Angka Indeks Tidak Ditimbang

9
 Angka Indeks Harga (P = Price)

Keterangan:
IA = indeks harga yang tidak ditimbang
Pn = harga yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun awal

 Angka Indeks Nilai (V = Value)

Atau
Keterangan:
IA = angka indeks nilai
Vn = nilai yang dihitung angka indeksnya
Vo = nilai pada tahun awal

 Angka Indeks Kuantitas (Q = Quantity)

Keterangan:
IA = indeks kuantitas yang tidak ditimbang
Qn = kuantitas yang akan dihitung angka indeksnya
Qo = kuantitas pada tahun awal

b. Angka Indeks Tertimbang

10
 Metode Agegratif Sederhana

Keterangan:
IA = indeks harga yang ditimbang
Pn = nilai yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun awal
W = faktor penimbang

 Metode Paasche

Keterangan:
IP = angka indeks Paasche
Pn = harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun awal
Qn = kuantitas tahun yang dihitung angka indeksnya

 Metode Laspeyres

Keterangan:
IL = angka indeks Laspeyres
Pn = harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun awal
Qo = kuantitas pada tahun awal

 Metode Drobisch and Bowley


11
Keterangan:
D = angka indeks Drobisch
IL = angka indeks Laspeyres
IP = angka indeks Paasche

 Metode Irving Fisher

Keterangan:
IF = indeks harga Irving Fischer
IL = indeks harga Laspeyres
IP = indeks harga Paasche

 Metode Marshal Edgewarth

Keterangan:
Im = Indeks Marshall yang sedang dicari
Pn = Harga-harga pada tahun ke-n (tahun yang akan
dihitung)
Po = Harga-harga pada tahun dasar
Qn = Kuantitas barang pada tahun ke-n (tahun yang akan
dihitung)
Po = Harga-harga pada tahun dasar
∑ = Jumlah

12
2. Pilihan Indeks Tingkat Harga Umum
Akuntansi tingkat harga umum menggunakan suatu faktor konversi
yang didasarkan pada perubahan indeks tingkat harga umum untuk
mengubah Dolar pada suatu tanggal menjadi jumlah dollar yang
mempunyai daya beli sama pada tanggal yang lain. Hendrik dan
menunjukkan konsep yang berbeda mengenai daya beli yang disebut daya
beli umum dollar daya beli pemegang saham daya beli investasi bagi
perusahaan dan daya beli penggantian khusus.

2.5 Evaluasi sederhana tingkat harga umum


2.5.1 Argumentasi yang mendukung akuntansi tingkat harga umum
1. Laporan keuangan yang tidak disesuaikan dengan perubahan tingkat
harga umum meliputi beragam jenis aktiva dan klaim yang disajikan
dalam nilai dolar dengan daya beli yang berbeda.
2. Akuntansi biaya historis konvensional tidak mengukur pendapatan
secara benar akibat pencocokan dolar dari ukuran yang berbeda pada
laporan laba rugi
3. Akuntansi tingkat harga umum relatif mudah untuk diterapkan
4. akuntansi tingkat harga umum memberikan informasi yang relevan
bagi manajemen dan penggunanya

2.5.2 Argumentasi yang menentang akuntansi tingkat harga umum


1. Kebanyakan studi-studi empiris menunjukkan bahwa kaitan
informasi tingkat harga umum itu lemah atau tak berterima umum
2. Perubahan tingkat harga umum hanya memperhitungkan perubahan
pada tingkat harga umum dan tidak memperhitungkan perubahan
yang terjadi pada tingkat harga yang khusus
3. Dampak inflasi akan berbeda-beda antar perusahaan
4. Biaya pengimplementasian akuntansi tingkat harga umum dapat
melebihi keuntungannya

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akuntansi tingkat harga umum mengandalkan pada penyajian kembali


tingkat harga umum dari aktiva dan kewajiban yang memiliki dasar historis
adalah sesuai dengan konsep pemeliharaan uang tingkat daya beli umum
akuntansi tingkat harga umum ditandai dengan ditinggalkannya postulat satuan
uang yang masing-masing metode ini tampaknya hanya mencoba untuk
memperbaiki beberapa kelemahan yang dimiliki oleh akuntansi biaya historis
konvensional.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed Riahi-Belkaoui. 2007. Accounting Theory Teori Akuntansi Edisi 5-Buku


2. Jakarta: Salemba Empat

15

Anda mungkin juga menyukai