Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKUNTANSI INFLASI
“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester III”
Mata Kuliah : Teori Akuntansi
Dosen Pengampu : Muliani, S.E, M.AK

Disusun Oleh:

Firnando Yoga Satria Dwiana (19020011047)


Indah Citrawati Hariono (2003021046)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUMIGORA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-
Nya saya dapat menyelesaiakan Makalah yang berjudul “Akuntansi Inflasi”.
Walaupun beberapa hambatan yang saya alami selama proses pengerjaannya, tapi
saya berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat waktu.
Dan tidak luput saya sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing,
yang telah ikut serta membantu dan membimbing saya dalam mengerjakan
Makalah. Saya ucapkan terimakasih juga terhadap teman-teman mahasiswa yang
sudah ikut memberi kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam
proses Makalah ini.
Suatu hal yang ingin saya berikan kepada masyarakat atas hasil dari
Makalah ini. Karena itu saya berharap semoga makalah ini memberikan dampak
baik dan berguna bagi kita semua.
Saya pun menyadari didalam penulisan Makalah ini masih sangat jauh dari
kata sempurna, maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
positif untuk mencapai sempurnanya Makalah ini. Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca.

Mataram, 28 Desember 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………... 2
C. Tujuan Pembahasan ………………………………………………. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Akuntansi Inflasi ……………………………………… 3
B. Tujuan Akuntansi Inflasi Serta Manfaat Akuntansi Inflasi Bagi
Manajemen ………………………………………………………... 4
C. Metode Yang Digunakan Dalam Akuntansi Inflasi ………………. 4
D. Keuntungan dan Kerugian Akuntansi Inflasi ……………………… 10
E. Penerapan Akuntansi Inflasi di Indonesia ……………………….. 10
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………….... 13
B. Saran …………………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan keadaan ekonomi disuatu negara merupakan suatu hal yang
tidak bisa dihindari. Perubahan keadaaan suatu ekonomi negara bisa
disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam. Salah satu faktor yang
mempengaruhi perubahan keadaan ekonomi adalah inflasi. Tekanan inflasi
merupakan suatu peristiwa moneter yang dapat dijumpai pada hampir semua
negara-negara di dunia yang sedang melaksanakan proses pembangunan.
Sebagai negara berkembang yang masih terus menjalankan pembangunan,
Indonesia mengalami inflasi dari tahun ke tahun. Sejak krisis moneter tahun
1998, harga-harga di pasaran cenderung naik. Tahun 2007 saja tingkat inflasi
di Indonesia adalah 6,59 persen. Hal ini bisa diartikan bahwa aktiva yang
dimiliki harganya akan berkurang sebesar 6.59 persen sedangkan pendapatan
dinilai terlalu tinggi sebesar angka yang sama.
Banyak studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang,
menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter,
tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini
disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada
umumnya yang masih bercorak agraris sehingga goncangan ekonomi yang
bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal
pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya) atau hal-
hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya
memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat
menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.
Inflasi yang terjadi di suatu negara akan membawa dampak terhadap
laporan keuangan yang disajikan karena informasi yang ada menjadi tidak
relevan dan tidak sesuai dengan keadaan pasar yang sesungguhnya. Serta
prinsip stable monetary unit yaitu kesatuan moneter dianggap stabil. Hal ini
tidak berlaku pada kenyataannya karena kita ketahui bahwa dimana saja di
dunia ini tingkat inflasi nya akan berubah. Di Indonesia pada tahun 1956

1
tingkat inflasi tertinggi sampai 650%, pada tahun 1999 saja tingkat inflasinya
mencapai 9,35%. (Sofyan Syafri Harahap:2011)
Permasalahan-permasalahan inilah, yang memicu banyaknya kritik
terhadap kegunaan laporan keungan sebagai pemberi informasi khusunya
pada masa inflasi. Pada saat inflasi, informasi-informasi yang disajikan pada
laporan keuangan hanya sia-sia saja karena informasi yang disajikan tidak
sesuai dengan apa yang ada pada kenyataannya. Hal ini juga yang memicu
munculnya akuntansi inflasi.

B. Rumusan Masalah
Untuk mengidentifikasi masalah berdasarkan uraian diatas, dapat
diungkapkan dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Pengertian Akuntansi Inflasi?
2. Apa Saja Tujuan Akuntansi Inflasi Serta Manfaat Akuntansi Inflasi Bagi
Manajemen?
3. Apa Saja Metode Yang Digunakan Dalam Akuntansi Inflasi?
4. Apa Saja Keuntungan dan Kerugian Akuntasi Inflasi?
5. Bagaimana Penerapan Akuntansi Inflansi di Indonesia

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Akuntansi Inflasi
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Tujuan Akuntansi Inflasi Serta Manfaat
Akuntansi Inflasi Bagi Manajemen
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Metode Yang Digunakan Dalam Akuntansi
Inflasi
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Keuntungan dan Kerugian Akuntansi Inflasi
5. Untuk Mengetahui Penerapan Akuntansi Inflansi di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertiaan Akuntansi Inflasi


Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak, pengertian Akuntansi Inflasi adalah
sebagai berikut : “Merupakan suatu proses data akuntansi untuk
menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan-perubahan
tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran
satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku.”
Akuntansi inflasi adalah akuntansi yang berupaya untuk menyusun
laporan keuangan yang memuat inflasi atau penurunan nilai beli uang pada
laporan keuangan sehingga laporan keuangan menunjukkan satuan mata uang
pada tingkat harga yang berlaku saat itu bukan lagi harga historis. Akuntansi
inflasi bukan sebagai pengganti akuntansi konvensional yang telah ada,
namun merupakan informasi tambahan bagi para pemakainya. Akuntansi
Inflasi adalah Istilah yang menggambarkan berbagai sistem akuntansi yang
dirancang untuk memperbaiki masalah yang timbul dari biaya historis
akuntansi di hadapan Inflasi.
Akuntansi adalah suatu proses yang diawali dengan mencatat,
mengelompokkan, mengolah serta menyajikan data, mencatat trasaksi apapun
yang berhubungan dengan keuangan sehingga informasi yang didapat
tersebut dapat digunakan oleh orang yang berkompeten dengan informasi
tersebut dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Inflasi adalah
suatu keadaan ekonomi disuatu negara dimana terjadi kecenderungan harga-
harga barang dan jasa secara umum dalam waktu yang panjang (kontinu)
disebabkan karena tidak seimbangnya arus uang dan barang. Kenaikan barang
yang bersifat sementara tidak termasuk dalam inflasi. Misalnya kenaikan
harga barang-barang menjelang hari raya idul fitri 
Akuntansi inflasi merupakan suatu metode untuk mengkoreksi,
dengan menyatakan kembali sepenuhnya laporan keuangan berdasarkan harga

3
perolehan historis kedalam suatu cara yang mencerminkan perubahan daya
beli mata uang yang diukur dengan menggunakan mata indeks.

B. Tujuan Akuntansi Inflansi Serta Manfaat Akuntansi Inflasi Bagi


Manajemen
Tujuan dari Akuntansi Inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu
perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur
jumlah, waktu,dan kemungkinan arus kas masa depan.
Manfaat penerapan akuntansi inflasi untuk penyajian informasi
kepada manajemen yang diterapkan oleh N.V. Philip di Belanda adalah:
1. Dapat menciptakan manajemen modal kerja yang lebih efektif
2. Menghasilkan analisa profitabilitas produksi lebih realistis
3. Memberikan perhatian yang lebih besar pada harga uang yang lebih besar
4. Manajemen aktiva tatap yang lebih baik
5. Penentuan harga yang lebih baik
6. Menigkatkan kemampuan penaksiran aliran kas dan tingkat pajak dan
dividen yang dibayarkan secara efektif.

C. Metode Yang Digunakan Dalam Akuntansi Inflansi


Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan
metode penentuan laba. Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba
yang lebih relevan yang digambarkan oleh laporan keuangan, sedangkan
inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan keuangan. Untuk
menyusun laporan keuangan pada masa inflasi agar lebih relevan dapat
digunakan beberapa metode. Metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat
dibagi (Johnson, 1977) sebagai berikut :
1. The Entry Value System dari harga umum yang terdiri dari :
a. Historical cost
b. General price level
c. Replacement cost
d. Reproduction cost

4
2. The exit value system harga pasar atau current market value yang terdiri
dari :
a. Net relizable value
b. Selling price dan
c. Expected value
Dari sudut akuntansi inflasi, diluar historical cost adalah
metode menyusun laporan keuangan untuk menyesuaikan dengan pengaru
inflasi.
a. Historical Cost
Historical cost merupakan salah satu dari prinsip akuntansi.
Menurut pendapat ini cost principle atau disebut juga acquisition cost
atau historical cost merupakan dasar untuk melakukan penilaian yang
tepatuntuk mencatat perolehan barang, jasa, biaya, harga pokok, dan
equity. Sistem ini telah digunakan selama beberapa abad (Ijiri, 1971).
Dalam sistem historical cost setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga
pertukarannya pada tanggal perolehan. Berdasarkan historical cost laba
direalisasikan dengan perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan
dengan biaya yang direalisasikan, dimana biaya tersebut merupakan
pengorbanan yang diharapkan tidak mendapatkan keuntungan di masa
mendatang.
Memang banyak kritik yang diajukan ke arah sistem historical cost
ini, namun sampai saat ini standar akuntansi masih tetap
mempertahankannya. Keunggulan sistem ini menurut Ijiri (1967)
adalah sebagai berikut :
1) Penilaian historical cost merupakan satu satunya metode
penilaian yang hasil pencatatannya dapat ditelusuri,
diidentifikasi bila perlu.
2) Metode penilaian historical cost memberikan data yang kurang
diperselisihkan dibanding dengan metode penilaian ain yang
diajukan.
3) Metode penilaian historical cost ini tidak menyajikan holding
gain and loss. Hal ini sesuai dengan status quo dan hanya

5
perubahan yang jelas terbukti dicatat. Hal ini penting untuk
memecahkan pertentangan kepentingan dan menjaga stabilitas
dalam masyarakat.
4) Metode penilaian historical cost saat ini memberikan data yang
berguna bagi pengambilan keputusan bagi manajer dan investor
karena selama ini data yang lazim digunakan untuk
memprediksi masa depan hanya data historis.
5) Metode penilaian historical cost ini merupakan salah satu
diantara berbagai metode penilaian yang dianjurkan. Metode ini
paling murah bagi masyarakat dilihat dari biaya pencatatan,
biaya pelaporan, auditing, dan penyelesaian perselisihan.
Penilaian berdasarkan historical cost ini masih sangat relevan dan
dipertahankan oleh prinsip dan standar akuntansi yang berlaku.
Keunggulan prinsip historical cost adalah sangat berguna untuk
menjelaskan aspek yang lalu dari tiap aset dan kewajiban, yaitu
pengorbanan yang telah diberikan untuk mendapatkan aset dan
keuntungan yang diterima dari kewajiban yang timbul (Harahap, 1996).

b. General Price Level


Dalam metode General Price level misalnya metode historical cost
disesuaikan dengan perubahan tingkat harga sehingga pada masa inflasi
GPL ini lebih besar daripada nilai historical cost.
Keuntungan General Price Level Adjustment (GPLA) adalah:
1) Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan
2) Meningkatkan kegunaan perebandingan laporan antar periode
3) Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan
dating secara lebih baik
4) Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang
dihitung dari angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan
Kelemahannya adalah sebagai berikut :
1) Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang
berbeda jadi tidak bisa disamaratakan

6
2) GPLA tidak bermakna bagi perusahaan
3) Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
4) Rasio itu adalah indikator mentah

c. Current Cost Accounting


Edgar Edward dan Philip Bell (1961) merupakan tokoh yang
paling gencar mempromosikan konsep CCA ini. Menurut mereka yang
dibutuhkan oleh manager adalah bagaimana mengalokasikan sumber-
sumber ekonomi yang ada untuk memaksimalkan laba.
Manager biasanya menghadapi masalah apakah ingin
mempertahankan suatu aktiva atau utang atau menjual atau
membayarnya dan bagaimana menggunakan atau mendanai kegiatan
perusahaan. Untuk menjawab ini maka Edgar dan Bell mengusulkan
perhitungan busines profit.
Busines Profit ini memiliki dua komponen :
1) Current Operating Profit
2) Realizable Cost Saving (Holding Gain)
Laba dari Current Operating adalah kelebihan nilai sekarang dari
barang atau jasa yang dijual dengan harga pokoknya. Sedangkan
realizable cost saving adalah kenaikan harga pokok dari suatu aktiva
yang harganya naik (atau turun) karena perubahan harga, namun
barangnya belum terealisasikan atau belum dijual, maka ini disebut
saving yang nantinya akan di realisasi. Sebenarnya hal ini merupakan
oppurtunity gain atau loss.
Beberapa bentuk current cost dapat dilihat seperti dibawah ini :
1) Replacement Cost
Replacement cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost)
untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas
produksinya yang sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya
diterapkan pada aktiva nonmoneter seperti persedian, aktiva tetap.
Aktiva tetap disajikan menuruyt nilai gantinya, nilai bersih setekah
digambarkan nilai yang sudah dipakai. Penyusunan dihitung

7
berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa inflasi sering
terjadi backlog depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatif.
Pos kewajiban biasanya tidak dinilai sebab, seperti pos moneter
lainnya jumlahnya disajikan dalam nilai uang. Kemungkinan yang
berbeda hanya untuk utang jangka panjang yang memiliki tingkat
bunga yang berbeda antara harga pasar dan bunga yang ditetapkan.
Dalam penyajian utang ini harus disajikan menurut nilai
diskontonya. Pada masa inflasi dari replacement value ini lebih besar
dari general price level.
Metode ini dikritik dalam hal:
a) Subjektivitas penilaian atau taksiran harga sehingga angka-angka
yang timbuk tidak didasarkan pada transaksi yang sebenarnya
b) Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan
menimbulkan pembebanan ke laba rugi (misalnya peyusutan dan
harga pokok produksi) lebih rendah dari beban pada historical
cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari historical cost
c) Perubahan harga umum tidak tergambar dalam
metode replacement cost ini, karena hanya untuk aktiva tertentu.
Oleh karenanya, metode replacement cost ini dianggap bukan
merupakan metode akuntansi inflasi
d) Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling
berbeda
2) Reproduction Cost
Reproduction Cost adalah istilah lain yang hamper sama dengan
replacement cost ini. Disini harga itu diukur bedasarkan harga
sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi sepeti barang yang
memiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi uang mungkin
mempengaruhi aktiva yang dibuat itu. Jika suatu aktiva baru
direproduksi tanpa menghiraukan perubahan teknologinya nilainya
sama dengan replacement cost. Dengan demikian, secara umum apa
yang berlaku pada metode replacement cost berlaku juga pada
metode reproduction cost ini.

8
3) Net Realizable Cost
Harga pasar sekarang adalah harga atau kas yang diperoleh
jika suatu aktiva dijual sekarang. Namun, harga ini didasarkan
pada prinsip likuidasi bukan prinsip going concern sehingga
menyalahi prinsip akuntansi. Salah satu metode current market
value ini adalah net realizable value.
NRV merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya
penjualan. Pada masa inflasi nilai dari net realizable value ini
lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak
mungkin menjual barangnya tanpa mengahrapkan laba marjin
general price level. Penyusutan dalam metode ini dihitung
berdasarkanperbedaan antara harega jual aktiva itu pada awal
dibandingkan dengan pada akhir periode.
4) Net Realizable Value
Net Realizable Value merupakan harga jual dikurangi
taksiran biaya penjualan. Pada masa inflasi nilai dari net
realizable value ini lebih besar dari replacement cost karena
manajemen tidak mungkin menjual barangnya tanpa
mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan
dalam metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga
jual aktiva itu pada awal dibandingkan pada akhir periode.
5) Selling Price
Disini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi
biaya penjualan sehingga laporan keuangan yang disusun
menurut selling price ini akan lebih besar daripada net
realizable value dan metode lainnya.
6) Expected Value 
Metode ini sangat bergantung pada pengharapan seseorang
jadi biasa lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan
metode lain karena metode expected value ini merupakan
gambaran dari present value kas dimasa yang akan datang.

9
D. Keuntungan dan Kerugian Akuntansi Inflasi
1. Keuntungan Akuntansi Inflasi adalah sebagai berikut :
a. Memperlihatkan biaya yang sekarang dan bukan biaya terdahulu dari
neraca
b. Sangat efektif pada saat inflasi atau hiperinflasi
c. Depresiasi bisnis dinilai dan biaya pada harga yang sekarang dan bukan
pada nilai terdahulu atau nilai tercatat dari aset yang merupakan metode
yang tepat.
d. Keuntungan dan kerugian akan memperlihatkan kondisi perusahaan
yang sebenarnya.
e. Rasio keuangan berdasarkan angka dan disesuaikan dengan nilai saat
ini.
2. Kerugian Akuntansi Inflasi adalah sebagai berikut :
a. Perubahan harga adalah proses yang tidak akan berakhir sehingga sulit
untuk mengembalikan jumlah angka dalam perusahaan dan menyajikan
laporan keuangan.
b. Akuntansi inflasi adalah proses rumit yang melibatkan banyak
perhitungan dan proses pengumpulan data.
c. Saat deflasi, biaya penyusutan akan berada di sisi yang lebih rendah
sehingga tidak memperlihatkan gambaran yang sebenarnya.

E. Penerapan Akuntansi Inflasi di Indonesia


Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) secara keseluruhan belum
mengatur tentang penerapan konsep akuntansi inflasi untuk pelaporan
keuangan. PAI menerapkan konsep nilai yang berlaku sebagai alternative
penilaian untuk pos-pos tertentu, misalnya untuk pos surat-surat berharga
(investasi jangka pendek) dan pos persediaan barang. Tetapi penerapan nilai
yang berlaku tersebut selalu dikaitkan dengan kondisi apabila terjadi
penurunan harga aktiva yang bersangkutan sampai lebih rendah dari harga
perolehannya, bukan disebabkan oleh kenaikan harga aktiva tersebut.
Sedangkan dalam penyajian nilai aktiva tetap, PAI tidak menerapkan konsep
nilai yang berlaku dalam kaitannya dengan kenaikan harga, tetapi dalam

10
hubungannya dengan penerapan dasar konservatisme dalam pelaporan
keuangan. Hal ini bertentangan dengan keadaan umum yang menunjukkan
kenaikan harga dan bukan penurunan harga.
Beberapa penelitian mengenai penerapan konsep harga konstan untuk
menyesuaikan nilai pos-pos laporan keuangan karena adanya inflasi seperti
dalam penelitian yang dilakukan Prof. Hadibroto dalam (Inflation
Accounting) memberikan kesimpulan baiknya penerapan konsep tersebut bagi
pelaporan keuangan. Sehingga perlu dikaji kembali pentingnya konsep
akuntansi inflasi diterapkan dalam penyajian laporan keuangan guna
keandalan informasi dalam laporan keuangan tersebut.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akuntansi inflasi adalah akuntansi yang berupaya untuk menyusun
laporan keuangan yang memuat inflasi atau penurunan nilai beli uang pada
laporan keuangan sehingga laporan keuangan menunjukkan satuan mata
uang pada tingkat harga yang berlaku saat itu bukan lagi harga historis.
Akuntansi inflasi bukan sebagai pengganti akuntansi konvensional yang
telah ada, namun merupakan informasi tambahan bagi para pemakainya.
Akuntansi Inflasi adalah Istilah yang menggambarkan berbagai sistem
akuntansi yang dirancang untuk memperbaiki masalah yang timbul dari
biaya historis akuntansi di hadapan Inflasi.
Akuntansi inflasi merupakan suatu metode untuk mengkoreksi,
dengan menyatakan kembali sepenuhnya laporan keuangan berdasarkan
harga perolehan historis kedalam suatu cara yang mencerminkan
perubahan daya beli mata uang yang diukur dengan menggunakan mata
indeks.
Tujuan dari Akuntansi Inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu
perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur
jumlah, waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan.
Manfaat penerapan akuntansi inflasi untuk penyajian informasi
kepada manajemen yang diterapkan oleh N.V. Philip di Belanda adalah:
Dapat menciptakan manajemen modal kerja yang lebih efektif,
Menghasilkan analisa profitabilitas produksi lebih realistis, Memberikan
perhatian yang lebih besar pada harga uang yang lebih besar, Manajemen
aktiva tatap yang lebih baik, Penentuan harga yang lebih baik dan
Menigkatkan kemampuan penaksiran aliran kas dan tingkat pajak dan
dividen yang dibayarkan secara efektif.
Ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan
penentuan laba itu, yaitu sebagai berikut. Pengukuran menurut Unit Uang:
1) Historical Cost Accounting 2) Replacement Cost Accounting 3)Net

12
RealizableValue Accounting 4)Present Value Accounting. Pengukuran
menurut Unit Tenaga Beli (General Price Level = GPL) 1) GPL Historical
Cost Accounting 2) GPL Replacement Cost Accounting 3) GPL Net
RealizableValue Accounting 4) GPL Present Value Accounting.
Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) secara keseluruhan belum
mengatur tentang penerapan konsep akuntansi inflasi untuk pelaporan
keuangan. PAI menerapkan konsep nilai yang berlaku sebagai alternative
penilaian untuk pos-pos tertentu, misalnya untuk pos surat-surat berharga
(investasi jangka pendek) dan pos persediaan barang. Tetapi penerapan
nilai yang berlaku tersebut selalu dikaitkan dengan kondisi apabila terjadi
penurunan harga aktiva yang bersangkutan sampai lebih rendah dari harga
perolehannya, bukan disebabkan oleh kenaikan harga aktiva tersebut.
Sedangkan dalam penyajian nilai aktiva tetap, PAI tidak menerapkan
konsep nilai yang berlaku dalam kaitannya dengan kenaikan harga, tetapi
dalam hubungannya dengan penerapan dasar konservatisme dalam
pelaporan keuangan. Hal ini bertentangan dengan keadaan umum yang
menunjukkan kenaikan harga dan bukan penurunan harga.

B. Saran
Dalam penyusunan dan penentuan akuntansi inflasi sesuai dengan
aturan yang ada dan telah disepakati yang digunakan secara universal,
sehingga memudahkan dalam mempelajari dan dalam rangka
penyeragaman penggunaan aturan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/antonybakhtiar/5ebbf9b5097f36681f5f8253/tugas-
prof-dr-apollo-akuntansi-untuk-inflasi?page=3&page_images=1

https://lindaroemi.blogspot.com/2018/06/makalah-teori-akuntansi-akuntansi.html

https://www.academia.edu/10657664/Akuntansi_Inflasi

https://media.neliti.com/media/publications/22821-ID-akuntansi-inflasi-dan-
hubungannya-dengan-keandalan-penyajian-laporan-keuangan.pdf

https://kamus.tokopedia.com/p/perakunan-inflasi/

Anda mungkin juga menyukai