Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANALISIS PENGARUH INFLASI

Kelompok 5 :

Disusun oleh:

- Muhammad Ridho (21217167)


- Sesvana (21217168)
- Irgi Achmad Fafrezi (21217183)
- Yoko W (21217195)
- Maryam Amrina Rosyada (21217197)

Program Studi Manajemen S1


Univesitas Komputer Indonesia Bandung
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas Sistem Info Keuangan Berbasis IT tentang Analisis
Pengaruh Inflasi.
Tugas mata kuliah Sistem Info Keuangan Berbasis IT tentang Analisis Pengaruh Inflasi
ini kami buat agar dapat memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Sistem Info Keuangan
Berbasis IT pada semester 7. Tujuan lain penyusunan tugas ini adalah agar pembaca dapat
memahami dan mengetahui tentang Analisis Pengaruh Inflasi sebagaimana yang tertulis dalam
makalah ini.
Materi ini kami sajikan dengan bahasa yang sederhana dan menggunakan bahasa pada
umumnya agar dapat dipahami oleh pembaca.Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Bandung, Januari 2021


Penyusun

Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia perekonomian, inflasi menjadi masalah yang klasik. Hal ini dikarenakan
menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja managerial suatu perusahaan. Saat ini
system yang digunakan dalam akuntansi di Indonesia menggunakan historical cost. Dengan
konsep ini berarti pencatatan dan proses akuntansi suau perusahaan tidak mengenal adanya
perubahan seperti pengaruh inflasi tetapi stable monetary unit yang mengakibatkan semua
transaksi yang terjadi dicatat atas dasar nilai historis atau nilai yang didapat saat terjadi transaksi.
Inflasi menyebabkan perubahan untuk skala harga barang/jasa yang diperjualbelikan. Kondisi
seperti ini tidak mendukung pelaku saham yakni investor untuk menilai kinerja perusahaan.
Dilema ini juga merugikan perusahaan dari segi penjualan hingga profit yang didapat tidak
sesuai harapan. Laporan keuangan seperti ini tidak dapat digunakan secara maksimal.karena
tidak relevan dengan kondisi yang terjadi.
General Price Level Accounting (GPLA) merupakan akuntansi tingkat harga umum yang
menyatakan bahwa nilai rupiah yang didapat berdasarkan pada perolehan penjualan atas
barang/jasa. GPLA berkaitan dengan daya beli yang dilakukan. Akuntansi tingkat harga umum
akan mengadakan penyajian kembali komponen-komponen laporan keuangan ke dalam Rupiah
pada tingkat daya beli yang sama, namun sama sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi
yang digunakan dalam akuntansi berdasarkan nilai histories.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas menyangkut beberapa hal yang mencakup Akuntansi
Inflasi Dalam Laporan Keuangan Perusahaan. Adapun masalah yang difokuskan yaitu:
1. Apakah pengertian akuntansi?
2. Apa saja model akuntansi?
3. Apakah pengertian inflasi?
4. Apa penyebab dan dampak Inflasi?
5. Apa yang dimaksud perubahan dari Konsep Stable Monetary Unit?
6. Apakah pengertian akuntansi inflasi?
7. Apa sajakah metode dalam penyusunan Laporan Keuangan semasa inflasi?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian akuntansi.
2. Untuk mengetahui apa saja model akuntansi.
3. Untuk mengetahui pengertian inflasi.
4. Untuk mengetahui penyebab dan dampak inflasi.
5. Untuk mengetahui perubahan dari konsep stable monetary unit.
6. Untuk mengetahui pengertian akuntansi inflasi
7. Untuk mengetahui metode dalam penyusunan laporan keuangan semasa inflasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akuntansi
Pengertian Akuntansi menurut Warren dkk (2005:10) mendefinisikan pengertian
Akuntansi sebagai berikut :
Akuntansi adalah suatu system informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dankondisi perusahaan.”
Sedangkan menurut American Accounting Association (2004:3) mendefinisikan
Akuntansi sebagai berikut : “Proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi
keuangan untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut.”
Pengertian akuntasi secara umum dapat diidentifikasi sebagai proses pencatatan,
pengklasifikasikan, peringkasan, pengolahan, dan penyajian data yang berhubungan dengan
keuangan yang dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan. Akuntansi memiliki fungsi
utama sebagai informasi keuangan suatu organisasi. Dalam laporan keuangan akan terdiri dari
laporan laa rugi, perubahan ekuitas, neraca, laporan arus kas, dan CALK.
2.2 Model Akuntansi
Dalam system yang ada di akuntansi menggunakan beberapa metode dalam penilaian dan
pengukurannya. Ada tiga model akuntansi yang berbeda, yaitu :
1. Historical Cost Accounting
2. Replacement Cost Accounting
3. Net Realizable Value Accounting
4. Capitalized Value
Model akuntansi tersebut dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :
1. Dalam model Historical Cost Accounting, atribut yang dinilai adalah jumlah uang atau kas
atau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah hutang yang
dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan aktiva.
2. Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dinilai adalah uang kas atau
sejenisnya yang akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat sekarang atau
jumlah hutang yang akan dibebankan untuk memperolah aktiva.
3. Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau sejenisnya yang
akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus dibayar untuk
menebus kewajiban itu sekarang.
4. Dalam model Present Value atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus kas masuk
bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus kas keluar net yang
diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali hutang.
Pengertian diatas dapat didukung dari SFAC No. 5 paragraf 66-70 menyebutkan ada 5 macam
pengukuran yang digunakan saat ini,yaitu :
1. Cost Historis
(Historical Cost), Yaitu jumlah kas atau setaranya yang dikeluarkan untuk memperoleh
aktiva samapai siap digunakan..
2. Cost Penggantian Terkini
(Current Replacement Cost), yaitu jumlah kas atau setaranya yang harus dibayar jika
aktiva yang sejenis atau sama diperoleh pada saat sekarang.
3. Nilai Pasar Terkini
(Current Market Value), Yaitu jumlah kas atau setaranya yang diperoleh dengan menjual
aktiva kegiatan penjualan normal.
4. Nilai Bersih Yang Dapat Direalisasikan
(Net REalisable Value), Yaitu jumlah kas atausetaranya yang diperoleh jika aktiva
diharapkan akan dijual setelah dikurangi dengan biaya langsung (biaya produksi dan penjualan).
5. Nilai Sekarang Aliran Kas Mendatang
(Present Value Of Future Cash Flow), Yaitu nilai sekarang aliran kas masa mandatang
yang akan diperoleh seandainya aktiva dijual dimasa yang akan datang.
Sedangkan IASB hanya mengakui 4 macam, yaitu:
1. Biaya Historis (Historical Cost), aktiva di catat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang
dibayar, atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperolehaktiva tersebut.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar darikewajiban atau dalam
keadaan tertentu (misalnya pajak penghasilan) , dalam jumlah kas(atau setara kas) yang
diharapkan akan dibayar untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
2. Biaya Kini (Current Cost), aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dinilai
dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan, yang mungkin akan diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
3. Nilai Realisasi/ penyelesaian (Realizable/settelement value), aktiva dinyatakan dalam jumlah
kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan
normal. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah kas(atau setara kas) yang
tidak didiskontokan yang diharapkan akan membayar untuk memenuhi kewajiban.
4. Nilai Sekarang (Present Value), aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih dimasa
depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikanhasil
dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebagai arus kas keluar bersih dimasa
depan yang didiskontokan ke nilai sekarang
2.3 Pengertian Inflasi
Menurut Khalwati (2000:5) bahwa : “Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi
kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam
jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik mata
uang suatu negara)”.
Sedangkan menurut Sunariyah (2006:20)“Inflasi merupakan kenaikan harga-harga
barang dan jasa secara terus-menerus. Dilihat dari segi konsumen, inflasi yang tinggi
mengakibatkan daya beli konsumen (masyarakat) menurun. Jika dilihat dari segi perusahaan,
inflasi dapat meningkatkan biaya faktor produksi dan menurunkan profitabilitas perusahaan.”
Menurut Tandelilin (2010:342), inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan
harga produk-produk secara keseluruhan sehingga terjadi penurunan daya beli uang. Sedangkan
Sukirno (2006:14) menjelaskan bahwa inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga
yang berbeda dalam sesuatu perekonomian
Inflasi merupakan situasi yang menggambarkan keadaan dimana terjadi kenaikan harga
atas barang secara terus menerus pada mekanisme pasar. Inflasi menyebabkan penurunan nilai
mata uang secara berkelanjutan.
2.4 Penyebab dan Dampak Inflasi
Penyebab terjadinya inflasi dapat dikategorikan menjadi dua secara garis besarya meliputi:
1. Demand pull inflation
2. Cost push inflation
Demand pull inflation dikatakan sebagai inflasi tarikan permintaan terjadi karena adanya
permintaan yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-
faktor produksi. Dengan meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi akan menyebabkan
harga faktor produksi meningkat. Untuk kondisi Cost Push Inflation akan terjadi karena
meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output)
yang dihasilkan ikut naik.
Metode penilaian adanya inflasi dapat dihitung dengan indeks harga yang mengukur laju
dari inflasi itu sendiri yaitu Produsen Cost Price dan Consumen Cost Price serta GNP Deflator.
Consumen Price Cost , indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah
tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidup. Untuk perhitungan CPI
yaitu CPI= (Cost of market basket in given year : Cost of market basket in base year) x 100%.
Produsen Cost Price Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti
harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan
dengan indeks CPI. Pada PPI nantinya akan dihitung bagaimana pengauh harga perolehan dan
produksi barang dengan harga jual yang searah. GNP Deflator ini merupakan jenis indeks yang
berbeda dengan indeks CPI dan PPI, GNP Deflator ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang
termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua
indeks diatas: GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Rill) x 100%
2.5 Pengertian Perubahan dari Konsep Stable Monetary Unit
Stable Monetary Unit merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi yang menyatakan bahwa
kesatuan moneter itu dianggap stabil. Dari pengertian tersebut didapatkan kesimpulan awal
bahwa nilai uang yang ditetapkan dalam pos-pos laporan keuangan khususnya dalam neraca
karena di pos ini yang memiliki angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap dan hal itu yang akan
ditagih, dibayar dimasa yang akan datang tanpa ada perubahan nilai uang tersebut.dalam
praktiknya tidak ada nilai dari valuta mata uang asing dapat stabil bahkan cenderung stagnan.
Valuta ini dapat mengalami apresiasi dimana nilai tukarnya atau daya belinya naik (deflasi) dan
dapat pula mengalami penurunan (inflasi). Prinsip Stable Monetary Unit hanya dalam asumsi
tidak pernah ditemukan dalam kenyataan. Prinsip ini memiliki tujuan untuk memudahkan
perumusan teori dan asumsi akuntansi keuangan.
2.6 Apakah Pengertian Akuntansi Inflasi
Secara umum pengertian inflasi adalah suatu proses kenaikan harga barang dan jasa
termasuk faktor-faktor produksi secara umum dan terus-menerus selama periode tertentu dalam
suatu perekonomian serta dapat diukur dengan satuan mata uang.
Menurut Sukimo, inflasi adalah suatu proses kenaikan harga barang yang berlaku dalam
perekonomian.
Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak, “Akuntansi Inflasi merupakan suatu proses data
akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan tingkat perubahan harga,
sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang
berlaku.”
Sugiarti (2012) Akuntansi inflasi merupakan suatu metode untuk mengkoreksi dengan
menyatakan kembali sepenuhnya laporan keuangan berdasarkan harga perolehan historis
kedalam suatu cara mencermin perubahan daya beli mata uang yang diukur dengan angka
indeks. Akuntansi inflasi bukan sebagai pengganti konvensional yang telah ada namun
merupakan informasi tambahan bagi pemakainya.
Akuntansi inflasi bukan sebagai pengganti akuntansi konvensional yang telah ada, namun
merupakan informasi tambahan bagi para pemakainya
Tujuan : Mengukur suatu kinerja perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik
untuk mengukur jumlah, waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan.
Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi sama dengan metode penentuan laba.
Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih relevan yang digambarkan oleh
laporan keuangan, sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan keuangan.
Dalam menyusun laporan keuangan pada masa inflasi juga diperlukan metode-metode.
Menurut Johnson, metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi :
1. The Entry Value System dari harga umum yang terdiri dari :
a. Historical cost
b. General price level
c. Replacement cost
d. Reproduction cost
2. The Exit Value System harga pasar atau current market value yang terdiri dari :
a. net realizable value
b. selling price
c. expected value
untuk pembahasan tentang the entry system dari harga umum telah dijabarkan sebelumnya dan
untuk the exit value system harga pasar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Net realizable value
Harga pasar sekarang adalah harga atau kas yang di peroleh jika suatu aktiva dijual sekarang.
Namun, harga ini didasarkan pada prinsip likuidasi bukan prinsip going concern sehingga
menyalahi prinsip akuntansi. Salah satu metode current market value ini adalah net realizable
value. NRV merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai dari
net relizable value ini lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin
menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam
metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal dibandingkan
dengan pada akhir periode.
b. Selling price
Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga laporan
keuangan yang disusun menurut selling price ini akan lebih besar daripada net realizable value
dan metode lain yang disebut sebelumnya.
c. Expected value
Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih kecil
dibanding dengan metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari present value
kas di masa yang akan datang.
2.7 Metode dalam penyusunan Laporan Keuangan semasa inflasi
Semasa inflasi ada beberapa pandangan yang menyebutkan bahwa penyusunan laporan
keuangan. Laporan keuangan dapat dibagi menjadi 2 secara garis besar yaitu:
1. General Price Level Accounting
Pengertian GPLA atau Akuntansi Tingkat Harga Umum pada dasarnya merupakan suatu
metode penyusunan laporan keuangan yang menyatakan kembali laporan keuangan biaya historis
kedalam indeks tingkat harga umum. Konsep GPLA melaporkan akun-akun dalam laporan
keuangan dengan nilai mata uang yang memiliki daya beli relative rendah.
General Price Level AccountingGeneral Price Level Accounting yaitu faktor konversi yang
indek harganya disusun oleh Badan Pusat Satistik (BPS).
Rumus Faktor Konversi yaitu = indeks akhir tahun sekarang / indeks akhir tahun sebelumnya
Keuntungan General Price Level Adjustment (GPLA) adalah :
1) Dapat menjelaskan inflasi pada perusahaan
2) Meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antarperiode
3) Membantu pemakai laporan menilai arus kas di masa yang akan datang secara lebih baik
4) Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka
laporan keuangan yang sudah disesuaikan
Kelemahan GPLA adalah :
1) Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak bisa
disamakan
2) GPLA tidak bermakna bagi perusahaan
3) Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
4) Rasio itu adalah indikator mentah
2. Current Cost Accounting
Metode ini menjelaskan bagaimana mengalokasikan sumber ekonomi yang terdapat
dalam perusahaan untuk mendapatkan laba yang maksimal. Nantinya manager akan membuat
dan mengolah data yang digunakan untuk menilai dan mengambil keputusan untuk
memaksimalkan potensi guna laba yang diharapkan akan terjadi.
Current Cost Accounting merupakan faktor Konversinya dari indeks harga yang disusun oleh
Badan Pusat Statistik (BPS).
RumusFaktor Konversi = indeks rata-rata tahun / indeks akhir tahun sekarang
Di dalam Current Cost ini akan dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Current Operating Profit
Laba dari current operating adalah kelebihan nilai sekarang dari barang atau jasa yang dijual
dengan harga pokoknya.
b. Realizable Cost Saving (Holding Gain)
Kenaikan harga pokok dari suatu aktiva yang masih dilmiliki sekarang.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian kami mengenai Analisis Pengaruh Inflasi dapat diambil kesimpulan
bahwa Inflasi dapat mengurangi nilai daya beli mata uang yang mengakibatkan jumlah uang
yang sama akan membeli lebih sedikit barang daripada sebelumnya. Hal ini terjadi karena
penjual terdorong untuk menaikkan harga barang mereka. Akuntansi Inflasi suatu proses untuk
mendapatkan data akuntansi lalu mengoreksinya untuk kembali menghasilkan informasi yang
telah memeperhitungkan tingkat perubahan harga. Akuntansi inflasi bukanlah sebagai pengganti
akuntansi konvensional yang telah ada, namun merupakan informasi tambahan bagi para
pemakainya yang bertujuan untuk mengukur suatu kinerja perusahaan dan memungkinkan setiap
orang yang tertarik untuk mengukur jumlah, waktu, dan kemungkinan arus kas dimasa yang akan
datang. Kemudian untuk memudahkan penyusunan Laporan Kauangan semasa Inflasi dapat
digunakan 2 sistem akuntansi yang pertama General Price Level Accounting yang bertujuan
untuk melaporkan akun-akun dalam laporan keuangan dengan nilai mata uang yang memiliki
daya beli relative rendah. Sedangkan Current Cost Accounting menjelaskan bagaimana
mengalokasikan sumber ekonomi yang terdapat dalam perusahaan untuk mendapatkan laba yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Eko Herry Kuncoro  2013  20100420096 “JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI “


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Akbar, R. (2017). Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar AS Terhadap
Return Saham Pada Perusahaan Property Dan real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2011-2015 (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).

Elsandra, N. A. (2011). TINJAUAN ATAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBERIAN


KREDIT GUNA BHAKTI PADA BANK BJB PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA
BARAT DAN BANTEN, Tbk CABANG UTAMA BANDUNG (Doctoral dissertation, Universitas
Widyatama).

Ardana, Y. (2016). ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP


INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA: PERIODE MEI 2011-SEPTEMBER 2015
DENGAN MODEL ECM. JURNAL EKSEKUTIF, 13(1).
Purwanti, S. (2012). Perlakuan dan Penyajian Akuntansi Inflasi pada Laporan Keuangan dengan
menggunakan Metode GPLA dan CCA (Study Kasus pada PT Catur Putra Sanjaya di Brebes).
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.

Anda mungkin juga menyukai