Anda di halaman 1dari 20

PENENTUAN NILAI TUKAR

TEORI KESEIMBANGAN INSFLASI, SUKU BUNGA


DAN NILAI TUKAR

Disusun oleh :

JENI (B11.2018.05056)
CINDY ARIYANI UTAMI (B11.2018.05006)
VELLIYA PUJIANTI (B11.2018.05007)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ PENENTUAN NILAI TUKAR & TEORI
KESEIMBANGAN INFLASI, SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR “ ini dapat
diselesaikan sebagaimana yang ditugaskan dalam memenuhi salah satu tugas mata kuliah
ekonomi internasional. Tidak lupa kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen
pengampu yang telah memberikan bimbingan serta ilmu pada mata kuliah ekonom
internasional yang bermanfaat dalam penyusunan makalah ini.

Tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu, dengan senang hati
dan tangan terbuka, kami menerima segala kritik maupun saran dari para pembaca yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi para pembaca.

Semarang, 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................1
C. TUJUAN......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. TEORI KESEIMBANGAN NILAI TUKAR..............................................................2
B. KLASIFIKASI DAN TEORI PENENTUAN NIALAI TUKAR...............................2
1. Covered Interest Rate Parity (CIRP/IRP/CIP).........................................................2
2. Uncovered Interest Rate Parity (UIRP/UIP)............................................................3
3. Uncovered Vs Interest Rate Parity (UIRP vs CIRP)...............................................3
C. JENIS – JENIS PERNENTUAN NILAI TUKAR......................................................4
1. Purchasing Power Parity (PPP)................................................................................4
2. Trade Balance..........................................................................................................6
3. Teori Pendekatan Moneter (Monetery Approach)...................................................6
4. Portfolio Balance Approach.....................................................................................8
D. TEORI KESEIMBANGAN INFLASI, SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR......8
1. Pengertian Suku Bunga............................................................................................9
2. Arbitrase.................................................................................................................10
3. Interest Rate Parity (IRP).......................................................................................11
4. Purchasing Power Parity (PPP)..............................................................................12
5. Internasional Fasher Effect(IFE.............................................................................13
6. Fisher Effect (FE)..................................................................................................14
7. HUBUNGAN NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGAN......................................15
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
A. KESIMPULAN.........................................................................................................16
B. SARAN......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nilai tukar suatu mata uang merupakan salah satu alat untuk menganalisis
perekonomian suatu negara. Penentuan nilai tukar suatu mata uang (excahange rate
determination) dilakukan dengan suatu pendekatan. Beberapa teori yang memberikan
landasan mengenai faktor yang menentukan nilai adalah teori pendekatan
perdagangan terhadap pembentuan kurs, toeri paritas daya beli teradap pembentukan
kurs, teori moneter terhadap pembentukan kurs, teori pendekatan aset terhadap
pembentukan kurs, dan teori pendekatan keseimbangan portofolio tehaap
pembentukan kurs.
Inflasi merupakan peroses kenaikan harga umum secara terus menerus.
Kejadian inflasi akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini
terjadi kerenakan dla inflasi akan terjadi penurunan tingkat pendapatan. Inflasi terjadi
kalau proses kenaikan harga yang terus menerus dan saling mempengaruhi. Oleh
karna itu Inflasi dapat mempengaruhi naik turunnyaharga saham dipasar modal. Naik
turunnya harga saham ini akan tercermin pada indeks Harga saham.
Suku Bunga adalah persentasi tertent yang diperhitungankan dari pokok
pinjaman yang harus dibayarkan oleh debitur dalam periode tertentu, dan diterima
oleh kreditur sebagai imbal jasa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja jenis-jenis penentuan nilai tukar?
2. Apa faktor yang menentukan nilai tukar?
3. Menjelaskan teori keseimbangan insflasi, suku bunga dan nilai tukar?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis-jenis dari penentuan nilai tukar.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan nilai tukar.
3. Untuk mengetahui kejelasan dari teori keseimbangan insflasi, suku bunga dan
nilai tukar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI KESEIMBANGAN NILAI TUKAR


Meskipun mudah untuk mengukur persentase perubahan nilai suatu mata uang namun sulit
untuk mnjelaskan menggapa perubahan terjadi atau memperediksi bagaimana kerusakan
perubahan dimasa depan. Untuk mencapai kedua tujuan ini, konsep keseimbangan krus nilai
tukar (equilibrium exchange rate) harus dihapami.
Sebelum mempetimbangkan mengapa krus mata uang berubah ingat bahwa krus mata uang
pada suatu waktu tertentu mencerminkan harga mata uang tersebut. Seperti peroduk lain yang
dijual dipasar, harga mata uang ditentukan oleh permintaan mata uang tersebut relatif
terhadap penawarannya. Karenanya, pada setiap kemungkinan tingkat harga pound sterling
inggris, akan terdapat sejumlah permintaan serta penawaran untuk dijual. Pada suatu waktu
tertentu,mata uang harus mencerminkan harga dimana permintaan atas mata uang tersebut
setara dengan penawaran dan hal ini merupakan keseimbangan kurs mata uang.tentunnya,
kondisi ini berubah sewaktu waktu,yang menyebabkan penyesuain penawaran atau
permintaan mata uang,dan karenannya menyebabkan pergerakan mata uang tersebut.

B. KLASIFIKASI DAN TEORI PENENTUAN NIALAI TUKAR


Nilai tukar suatu mata uang merupakan salah satu alat untuk menganalisis perekonomian
suatu negara penentuan nilai tukar suatu mata uang ( exchange rate datermination) dilakukan
dnegan suatu pendekatan. Berapa teori yang memberikan landasan mengenai faktor yang
menentukan nilai tukar adalah teori pendekatan perdagangan terhadap pembentukan kurs,
teori paritas daya beli terhadap pembentukan kurs, teori moneter terhadap pembentuka kurs,
teori pendekatan aset terhadap pembentukan kurs dan teori pendekatan keeimbangan
portofolio terhadap pembentukan kurs.

1. Covered Interest Rate Parity (CIRP/IRP/CIP)


Pembahasan kali ini tentang Covered Interest Rate Parity (CIRP). Sebagian penelitian
menyebutnya sebagai Interest Rate Parity (IRP) atau Covered Interest Parity (CIP). Covered
Interest Rate Parity mengasumsikan bahwa investor perlu melindungi perolehan kegiatan
investasinya untuk masa yang akan datang karena tidak yakin dengan pergerakan spot dimasa
akan datang. Asumsi pelaku pasar adalah risk neutral dimana para prilaku pasar tertarik
untuk mnegunakan perlindungan forwrad.
Pembahasan CIRP menggunakan teori IRP dalam menjabarkan hubungan antara nilai
tukar saat ini (spot) dan nilai tukar masa depan (forward) dengan perbedaan tingkat suku
bunga di pasar uang. IRP menyatakan bahwa selisih antara nilai tukar masa depan dengan
nilai tukar saat ini antara satu mata uang terhadap mata uang lainnya yang dijabarkan dalam
persentase adalah sama besarnya dengan selisih persentase tingkat bunga kedua mata uang
tersebut.
Berdasarkan persamaan yang terbentuk dari teori IRP, persamaannya biasa disebut
CIRPmemumingkan seorang investor melakukan kapitalisasi atas selisih bunga dua mata

2
uang tersebut dan melakukan hedging (melalui kontak forward) atas risiko mata uang dengan
melakukan transaksi nilai tukar saat ini dan nilai tukar masa depan secara bersamaan.

2. Uncovered Interest Rate Parity (UIRP/UIP)


Uncovered Interest Rate Patity (UIRP) oleh sebagian akedemisi disebut pula Uncovered
Interest Parity (UIP). Persamaan ini sering dibahas pula dengan sebutan Internasional Fisher
Effect ( levich dalam haryadi, 2016). Uncovered Interest Rate Patity mengasumsikan bahwa
investor tidak melindungi perolehannya untuk masa yang akan datang terhadap kegiatan
investasinya, tetapi yakin dengan perkiraan spot dimasa karena informasi inflasi dan suku
bunga memberi keyakinan mengubah nilai spot dimasa yang akan datang dengan nilai
tertentu. Teori yang medasari UIRP adalah teori Fisher. Fisher menyatakan bahwa tingkat
bunga nominal (i) merupakan penjumlahan real rate of retrun (r) dan ekspektasi inflasi (I)
i=r+I
Fisher berpendapat bahwa perbedaan tingkat suku bunga antara dua negara terjadi karena ada
perbedaan tingkat ekspektasi insflasi di dua negara tersebut. Perbedaan insflasi antara dua
negara tersebut pun akan mempengaruhi perubahan nilai tukar mata uang kedua negara
tersebut.
Menurut Gandolfo (2002), dalam UIRP pelaku pasar menempatkan sejumlah dana
jangka pendek, yang dinyatakan dalam domestic currency atau foreign currency, sehingga
pelaku pasar memperhatikan:
1. Investasi dananya di dalam negeri maka memperoleh pendapatan bunga (1 + i$),
contoh deposito dollar.
2. Mengkonversi dananya dalam fereign currency pada tingkat nilai tukar spot sekarang
(current spot exchange rate) pada “S” kemudian menempatkan dananya diluar negeri
dengan meperoleh bunga luar negeri dan mengkonversi kembali (dana awal ditembah
bunga) kembali kedalam domestik currency dengan menggunakan expected spot
exchange rate.

3. Uncovered Vs Interest Rate Parity (UIRP vs CIRP)


Kondisi IRP mengimplikasikan bahwa nilai tukar “forword” sayu mata uang dengan mata
uang lain terbentk sesuai denga interest differential kedua mata uang asing tersebut.
Sedangkan kondisi UIRP mengaplikasi “future expected”. Perbedaan antara keduanya
hanyalaj terdapat pada nilai tukar yang dihadapkan dimasa yang akan datang,yang digantikan
oleh nilai tukar forward yang dibentuk berdasarkan forward premium atas nilai tukar spot
(haryadi, 2006). Walaupun demikian, dalam kenyaaan, perubahan sekarang atas niali tukar
mengubah ekspektasi nilai tukar dimasa yang akan datang, tapi asumsi nilai tukar dimasa
yang akan datang yang konstan perlu dibuat dalam rangka menjelaskan pengaruh dari
variabel-variabel nilai tukar spot dalam model UIRP terhadap ekspektasi return dalam mata
uang domestik (krugman, 1996)
Rosk averson. Claasen (1997) mempaparkan lebih jelas lagi bahwa pendekatan portofolio
mengangap investor tidak lagi risk neutral tetapi risk averson. Risk aversion yang berarti
adanya keengganan mengambil rasiko menunjukan asumsi bahwa aset memiliki risiko (ρ≠0).

3
Dengan adanya risiko, maka terdapat beberapa yang memiliki imbalan tingkat pengembalian
yang lebih tinggi.mereka akan tertarik pada aset yang memiliki tingkat penghasilan yang
lebih tinggi sebagai kompensasi atas pemilihannya pada aset yang berisiko.
Hedging. Bukti alin adanya riks premium adalah investor akan melindungi investasnya
terhadap risiko mata uang (currency risk) dengan instrumen forward (forward exchange
market) atau dengan demikian investor melakukan perlindungan terhadap paritas suku bunga
(adanya covered interest rate parity). Jika asumsi perlindungan terhadap nilai tukar
diperhatikan, maka berlaku hubungan:
i = i* + (Fo – S)/S
Dimana: i = suku bunga domestik, i* = suku bunga non-domestik, Fo = fordward premium
on foreign exchange dan S = foreign exchange rate.

C. JENIS – JENIS PERNENTUAN NILAI TUKAR

1. Purchasing Power Parity (PPP)


Purchasing power parity ( PPP ) adalah cara mengukur variabel ekonomi di berbagai negara
sehingga variasi nilai tukar yang tidak relevan tidak mendistorsi perbandingan. Nilai tukar
daya beli sedemikian rupa sehingga biayanya persis sama dengan jumlah, misalnya, dolar AS
untuk membeli euro dan kemudian membeli sekeranjang barang di pasar karena biayanya
untuk membeli barang yang sama langsung dengan dolar. Nilai tukar daya beli yang
digunakan dalam konversi ini sama dengan rasio masing-masing daya beli mata uang
(kebalikan dari tingkat harga mereka ).
Teori ini dikemukakan oleh Gustav cassel, seorang ekonom swedea , yang memperkenalkan
teori paritas daya beli pada tahun 1918. Paritas daya beli mehubungkan kursvales dengan
harga-harga komoditi dalam mata uang lokal dipasar internasional, yaitu bahwa kurs valas
akan cenderung menurun dalam propersi yang sama dengan laju kenaikan harga .Pada intinya
,paritas daya beli menekankan hubungan jangka panjang antara kurs valas dan harga-harga
komuditi secara relative.
Asumsi utama mendasari teori faritas daya beli adalah bahwa pasar komoditi merupakan
pasar yang efisien dilihat dari alokasi, operasional, penetuan harga, dan informasi.
Secara inflisit ini bearti :
1. Semua barang yang diperdagangkan dipasar internasional ( Tradable goods )
Tanpa ada biaya operasional sepeser pun.
2. Tidak ada bea masuk, kuota, atau pun hambatan lain dalam perdagangan
innternasional.
3. Barang luar negeri dan barang domestik adalah homugen secara sempurna
untuk masing-masing barang.
4. Adanya kesamaan indeks harga yang digunakan untuk mehitung daya beli mata
uang asing dan domestik, terutama tahun dasar yang digunakan dan elemen
indeks harga.
Dalam kaitan penetuan nilai tukar real terdapat beberapa pengukuran berdasarkan konsep
(PPP) yaitu bentuk :

4
1. Hukum Satu Harga
Paritas daya beli fersi absolut mengatakan bahwa kurs valas dinyatakan dalam nilai harga di
dua Negara.
Rumus : St = Pt / P*t
Dimana Pt dan P*t masing – masing adalah harga rata-rata tertimbang dari kkomoditi pada
periode t Di dua Negara ( Tanda “ * “ menunjukan luar negeri ). Dengan kata lain , paritas
daya beli absolut menerangkan bahwa kurs sport di tentukan oleh harga relative dari sejumlah
barang yang sama ( Ditunjukan oleh indeks harga ).
Contoh :
Harga satu stel jeans ( jaket + celana ) di AS adalah US$50 dan di Indonesia sebesar Rp.
500.000, maka kurs antara US$ dengan rupiah adalah US$ 1= Rp. 10.000. Jadi kurs tersebut
didasarkan pada perbandingan purchasing power parity ( PPP ) Sebagai berikut :

Rp 500.000 ,−¿ stel


PPP = = 10.000
US $ 50/stel

2. Purchasing Power Parity (weak)


Versi lain dari purchasing power parity Yaitu relatif atau weak dimana hubungan persamaan
diatas tidak selama sama, sehingga perlu konstanta (E) yang menyeimbangkan persamaan
tersebut, purchaising power parity relatif menjadi:
S = E.P/P* atau dalam bentuk E = S.P*/P
Dalam hal ini, perhitungan purchasing power parity yaitu bentuk pengukuran PPP
relatif mirip dengan konsep perhitungan bilateral exchange rate rill dimana perbedaan itu
terletak pada penggunaan indeks harga.
Nilai tukar rill (E) ini mengukur tingkat kompetitif antara Negara. Apresiasi nilai tukar (E
turun) disebabkan oleh apresiasi nilai tukar nominal (S), kenaikan P* atau turunnya P,
berhubungan dengan menurunnya tingkat kompetitif, vice versa. S.P* adalah harga barang
luar negeri dalam satuan mata uang domestic dan P adalah harga barang domestik. Jika harga
relative barang luar negeri meningkat (yaitu S.P* meningkat) , maka konsumen akan
berpindah dari mengkonsumsi barang luar negeri menjadi mengkonsumsi barang domestic
karena barang luar negeri yaitu barang impor menjadi mahal.
Persamaan nilai tukar rill bilateral (E) dapat diubah dengan mengganti persamaan
dimana P sebagai indeks harga barang (WPI) dala negeri, P* adalah harga barang (WPI)
diluas negeri dan S, adalah nilai tukar nominal (rasio harga dalam mata uang domestic untuk
setiap satu unit harga mata uang non domestic).
Contoh:
Misalny kalau AS harga satu stel jeans hanya naik dua kali sementara di Indonesia harga satu
stel blue jeans adalah tiga kali, maka kurs nya (kurs PPP), akan menjadi:

5
Rp 500.000 ,−¿ stel 3
PPP = US $ 100 ×2
Rp 500.000 ,−¿ stel
= US $ 100 = Rp.500.000

Jadi kurs dolar dengan rupiah pada kasus ini adalah US $ 1= RP 5.000. versi relative
purchasing power parity terutama membahas mengenai pergerakan perubahan nilai tukar dan
hubungan dengan inflasi.
Sementara itu, paritas daya beli relatif (relative) mengatakan persantese perbulan kurs
nominal akan sama dengan perbedaan inflasi diantara kedua Negara. Dinyatakan dalam
konteks mendatang (ex ante trems),harapan perubahan kurs valas sama dengan harapan
perbedaan inflasi.

2. Trade Balance
Berdasarkan teori ini, tukar di hitung melalui pertukaran dan barang jasa antar negara
artinnya bahwa nilai tukar atau kurs antar dua mata uang dari dua Negara di tentukan oleh
besar-kecilnya perdagangan barang dan jasa yang berlasung antara di dua Negara tersebut.
Teori ini bisa disebut sebagai pendektan perdagangan (trade approach) atau pendekatan
elastisitas terhadap pembetukan kurs ( elascity aapproach to exchange rate determination),
(Salvatore,1997).
Menerut pendekatan ini, kurs equilibrium adalah kurs yang akan menyimbangkan
nilai impor dan ekspor (NX) dari suatu Negara. Jika nilai impor Negara tersebut lebih besar
ketimbang nilai ekspornya (artinya Negara yang bersangkutan mengalami difisit
perdagangan) maka kurs mata uangnya akan mengalami peningkatan (mengalami depresiasi
atau penurunan nilai tukar). Sebaliknnya,apabila nila ekspor melebihi nilai impornya maka
mata uang Negara tersebut akan mengalami apresiasi nilai tukar.

3. Teori Pendekatan Moneter (Monetery Approach)


Pendekatan moneter mendefinisikan bahwa nilai tukar merupakan harga mata uang asing
yang dinyatakan dalam mata uang domestik. Dengan mengacu pada harga relatif, nilai tukar
tersebut secara normatif akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran ralatif.
Oleh karena harga relatif melibatkan dua mata uang, maka nilai tukar akan berhubungan
dengan permintaan dan penawaran dari kedua jenis mata uang ini.
Nilai tukar ditentuekan oleh harga ralatif perintaan dan penawaran uang. Jika pendapatan
domestik meningkat relatif terhadap pendapatan nondomestik, maka terjadi peningkatan
permintaan uang terhadap penawaran uang. Jika terjadi kelebihan permintaan uang terhadap
penawaran uang domestik maka terjadi apresiasi nilai tukar (nilai tukar turun, misal
Rp.10.000/$ menjadi Rp.9.000/$).
Pendekatan moneter memliki dua versi yaitu:
1) Fleksible – Price Moneter Approach (FLMA)

6
Merupakan pengembangan yang paling sederhana dari teori purchasing power parity.
Berdasarkan teori tersebut variabel-variabel yang memengaruhi nilai tuakar adalah money
supply, pendapatan dan tingkat suku bunga, yang dalam bentuk reduced form dapat ditulis
sebagai berikut:
St = mt – mt* - α1 yt + α2 yt* + α3 rt – α4 rt
Dimana s adalah spot rate, m adalah money supply, y adalah pendapatan dan t adalah tingkat
suku bunga (simbol * mewakili variabel luar negeri).
Dari persamaan tersebut dapat dinyatakan bahwa bila terdapat peningkatan jumlah
uang yang diedarkan maka nilai tukar akan terdepresiasi dalam proporsi yang sama.
Sedangkan perubahan pendapatan akan berpengaruh terhadap nilai tukar karena adanya
kenaikan pendapatan akan menyebabkan permintaan uang untuk transaksi meningkat.
Dengan asumsi jumlah uang beredar tetap maka nilai tukar akan terapresiasi sebesar
elastisitas pendapatannya. Hal yang sama juga akan berlaku apabila terdapat peningkatan
suku bunga domestik.
2) Sticky – Price Monetary Approach (SPMA)
Studi empiris memperlihatkan bahwa pendekatan FLMA dalam jangka pendek masih
memperlihatkan beberapa kelemahan. Sehubungan denagn itu, Dornbusch telah melakukan
modifikasi dengan memasukan asumsi adanya penyesuaian yang lebih lambat dipasar barang
dibandingkan dengan dipasar uang bila terjadi perubahan kebijakan atau shocks di dalam
perekonomian, atau dengan kata lain terdapat kekakuan harga (price rigidity) dalam jangka
pendek.
Dornbusch mengakui bahwa PPP berlaku dalam jangka panjang dan permintaan uang
sama dengan penawaran. Ipplikasinya dalam jangka pendek real exchange rate dan suku
bunga dapat berfluktuasi dan keseimbangan jangka panjangnya, kebijakan moneter dapat
mempengaruhi variabel riil. Bentuk persamaan SPMA dapat dituliskan sebagai berikut :
st = β0 + β1 (mt –mt*) + β2 (yt – yt*) + β3 (rt – rt*) + β4 (μt – μt*) + et
dimana s, m,μ, r dan y masing-masing adalah nilai tukar, money supply, inflasi, tingkat suku
bunga dan pendapatan. Adanya kekakuan harga dalam jangka pendek juga membawa
implikasi nilai tukar akan mengalami overshooting. Artinya, nilai tukar mengalami perubahan
(apresiasi dan depresiasi) yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat perubahan yang
diperlukan untuk mencapai kondisi kseimbangan dengan tingkat perubahan yang diperlukan
untuk mencapai kondisi keseimbangan jangka panjang, sehingga penyesuaian menuju
keseimbangan jangka panjang yang baru berada dalam arah yang berbeda dari arah yang
terjadi pada awalnya.
Dalam praktiknya, model pendekatan moneter kekakuan harga dapat menjelaskan
terjadinya overshooting yang sering kali terjadi dalam praktik sehari-hari. Dengan
memperhatikan dasar teori yang digunakan, maka model ini lebih sesuai untuk diterapkan di
negara kecil yang bertindak selaku price taker, baik dipasar keuangan maupun di pasar
barang, menerima suku bunga dan harga barang-barang sebagai sesuatu yang given.
Selain itu, medel ini juga masih menggunakan asumsi-asumsi yang berlaku bagi model
moneter, kecuali asumsi barang domestik dan barang luar negeri tidak bersifat substitusi
sempurna,sehingg flexibilitas harga tidak berlangsung sempurna. Harga barang hanya dapat
menyesuaikan diri menuju ke keseimbangan beru setelah time-lag tertentu sehingga terdapat
biaya penyesuaian yang timbul akibat kurang sempurnanya informasi yang diterima.

7
Keseimbangan harga baru dalam jangka panjang, dimana PPP (purchasing power parity)
berlaku, mengisyaratkan bahwa efek jangka panjang dari perubahan money supply adalah
identik dengan model moneter.

4. Portfolio Balance Approach

Model yang dikemukakan oleh Branson (1989) ini didasarkan pada anggapan bahwa
penduduk akan mendiversifikasi uangnya kedalam beberapa bentuk portofolio sebagai
tindakanya yang enggan untuk mengambil risiko (risk aversion). Penduduk akan
menggunkan sebagian uang atau kekeyaan dari penghasilannya ini untuk
dibelanjakan,sebagian sebagai uang kas (cash) dan sisanya untuk ditabung (saving). Baik
dalam bentuk kas maupun tabungan, penduduk dapat memilikinya dalam dua bentuk pilihan
mata uang yaitu dalam mata uang domestik dan mata uang non-domestik. Keempat jenis
portofolio ini secara agregat akan mempengaruhi pergerakan stok uang beredar di dalam
sistemekonomi terbuka. Kebijakan bank sentral terhadap sistem ini akan mengubah struktur
uang beredar, perubahan pada suku bunga dan nilai tukar. Analisis moneter berdasarkan
empat jenis portofolio ini merupakan konsep inti dari model Portfolio Balance Approach.
Teori modern tentang nilai tukar (exchange rate) menyatakan bahwa nilai tukar tidak
lagi ditentukan terutama oleh permintaan akan mata uang asing (foreign currency) melalui
perdagangan barang dan jasa, tetapi lebih kepada bagaimana para pemilik uang menempatkan
kekayaannya pada berbagai bentuk aset. Pada tahap pertama, pemilik uang akan membagi
asetnya kedalam bentuk kas yang sangat likuid untuk memenuhi transaksi kebutuhan primer
dan sisanya disimpan kedalam aset yang kurang likuid tetapi menghasilkan bunga (interest-
bearing assets). Aset yang terakhir ini kerap disebut bond. Tahap kedua, pemilik aset akan
mencoba untuk spekulasi dan berjaga-jaga dengan membagi sebagian asetnya tadi kedalam
berbagai mata uang lain selain domestic currency yaitu membaginya kedalam foreign
currency.

D. TEORI KESEIMBANGAN INFLASI, SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR


Dalam penelitian atau perkuliahan keuangan internasional atau ekonomi internasional,
kita menghadapi hubungan antara suku bunga, nilai tukar, inflasi, harga komoditi, premi
forward dan tindakan investor untuk melakukan hedging guna menghindari kerugian akibat
perilaku variabel ekonomi yang tidak pasti. Berikut ini akan membahas beberapa teori yang
menjelaskan hubungan beberapa variabel.
Perbandingan Purchasing Power Parity (PPP), Interest Rate Parity (IRP), dan Fisher Effect
International :
Teori Variabel Utama Rangkuman Materi
Peritas daya beli Persentase perbedaan tingkat Kurs spot suatu mata uang terhadap
(Purchasing Power perubahan inflasi kurs spot mata uang lain akan berubah
Parity / PPP) sebagai reaksi dari perbedaan
tingkat inflasi antara kedua negara .
Karenanya, daya beli konsumen
saat membeli produk dinegara
mereka sendiri akan sama dengan

8
daya beli saat meimpor barang dari
negara asing.
Paritas suku bunga Premi ( atau perbedaan suku Kurs forwardsuatu mata uang
(Interest-Rate bunga diskon ) kurs forward terhadap mata uang lain akan
Parity / IRP ) mencangkuppremi ( diskon )
yang di tentukan oleh perbedaan
suku bunga diantara kedua negara.
Akibatnya, arbitrase perlindungan
suku bunga akan menghasilkan
pengembalian yang tidak lebih
tinggi dibandingkan investasi
domesti.
Dampak Fisher Persentase perbedaan tingkat Kurs spot suatu mata uang
internasional suku perubahan bunga pada terhadap mata uang lain akan
( internasioal fisher kurs spot berubah sesuai dengan perbedaan
Effect / IFE ) suku bunga antara kedua negara
terkait. Karenanya, pengembalian
dari sekuritas pasar uang asing
yang tidak dilindungi ( uncovered )
secara rata-rata tidak akan melebihi
pengembalian atas sekuritas pasar
uang domestik dari sudut pandang
investor dari negara asal.

Meskipun teori paritas suku bunga (Interest Rate Parity/IRP), Paritas daya beli (Purchasing
Power Parity/PPP) ,dan dampak fister internasional (International Fisher Effect/IFE) terkait
dengan penentuan kurs , namun mereka memiliki implasi yang berbeda. Teori IRP
mempelajari mengapa kurs forward berbeda dengan kurs spot dan tingkat perbedaan yang
seharusnya terjadi.

1. Pengertian Suku Bunga


Suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh pemilik modal dan
juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atas
penggunaan dana dari pemilik modal.
Bagi investor , bunga deposito menguntungkan karena suku bunganya yang relatif lebih
tinggi dibandingkan bentuk simpanan lain, selain itu bunga deposito relatif kecil risikonya
(risk free). Kebijakan bunga rendah akan mendorong masyarakat untuk memilih investasi
dan konsumsinya dari pada menabungsebaliknya kebijakan meningkatkan suku bunga
simpanan akan menyebabkan masyarakat akan lebihsenang menabung dari pada melakukan
investasi atau konsumsi. Dari sisi perusahaan, Weston dan Brigham (1998) mengatakan
bahwa suku bunga mempengaruhi laba perusahaan dengan dua cara yaitu :
a) karena bunga merupakan biaya, maka makin tinggi tingkat suku bunga makin rendah
laba peusahaan apabila hal-hal lain dianggap konstan.

9
b) suku bunga mempengaruhi tingkat aktivitas ekonomi dan karena itu mempengaruhi laba
perusahaan.
Menurut Hubbard ( 2005 ), bunga adalah biaya yang harus di bayar borrower atas pinjman
yang diterima dan imbalan bagi lender atas investasinya. Suku bunga mempengaruhii
keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menabung untuk
membeli rumah. Sementara, Kern dan Guttman (1992) menganggap suku bunga merupakan
sebuah harga dan sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh
interaksi antara permintaan dan penawaran.

2. Arbitrase
Secara pragmatis, arbitrase dapat didenifinisikan sebagai tindakan pelaku ekonomi
mengambil untung dari ketidaksesuaian harga-harga yang sedang berlaku pada pasar uang.
Arbitrase adalah suatu tindakan yang dilakukan para pemain Valuta Asing (Arbitrageur) ,
memanfaatkan adanya perbedaan kurs mata uang.Dalam prakteknya dikenal sebagai jenis
diantaranya adalah Covered Interest Arbitrage ( CIA) dan Triangular Arbitrage ( CIA).
Covered Interest Arbitrage adalah suatu investasi jangka pendek diluar negeri yang
diikuti dengan penjualan forward valuta yang mendominasi investasi. Covered Interest
Arbitrage memerlukan investasi (baik meminjam dana atau memilih sendiri) diluar negeri
dan pada saat yang sama membentuk perlindungan dar resiko nilai tukar. Para investor dapat
menggunakan dana mereka sendiri. Covered Interest Arbitrage (CIA) menunjukan adanya
peluang keuntungan akibat tidak seimbangnya tingkat bunga ( baca IRP) dengan rate yang
ditawarkan.
Contoh :
Menggunakan angka-angka untuk mengilustrasikan bagaimana covered interest arbitrage
berlangsung.
1. Anda memiliki $1.000.000 untuk diinvestasikan
2. Kurs spot dari pound adalah $2,00
3. Kurs forward dari pound adalah $2,00
4. Suku bunga depositi berjangka 90 hari di AS adalah 2%
5. Suku bunga deposito berjangka 90 hari di inggris adalah 4%
Berdasarkan informasi ini ,kita bisa mengkonversikan $1.000.000 ke dalam £500.000 ini
pada subuah bank inggris dengan suku bunga 4%,dan pada saat yang sama mendatangani
kontrak forward dengan bank tersebut untuk menjual pound pada $2,00 setelah 90 hari.Pada
saat deposito jatuh tempo, kita akan menerima £520.000 (£500.000 x 4% ) .kurs spot pound
pada saat deposito jatuh tempo tidak lagi penting, karena anda sebelumnya telah mengunci
kurs melalui kontrak forward. Berbasis kurs forward sebesar $2,00, anda bisa
mengonversikan £520.000 menjadi £1.040.000. Dengan demikian anda menerima
pengembalian 4% selama periode 3 bulan, yakni 2% diatas pengambilan deposito di AS.
Selain itu, pengambilan dari deposito luar negeri ini telah dikunci melalui kontrak forward,
karena anda tahu pada saat membuka deposito, berapa bentuk arbitrasi yang lain , kekuatan
pasar yang muncul karena aktivitas covered arbitrage akan mendorong pelurusan nilai tukar
dan suku bunga.

10
Triangular arbitrage adalah tindakan untuk mengambil keuntungan dari ketidaksuaian dalam
pasar valas, yaitu saat kurs silang yang dikuotasikan dipasar tidak sama dengan kurs silang
yang seharusnya muncul dalam kondisi ekuilibrium.Triangular arbitrage merupakan
tindakan untuk memanfaatkan perbedaan dimana kurs valas yang ditetapkan tidak sama
terhadap kurs valas yang seharusnya terjadi saat keseimbangan.

3. Interest Rate Parity (IRP)


Paritas suku bunga (interest rate parity-IRP) adalah kondisi keseimbangan dimana selisih
suku bunga antara dua valuta diimbangi oleh selisih kurs forward dengan kurs spot. Paritas
suku bunga merupakan teori yang menyatakan bahwa nilai premi (atau diskon) kurs forward
seharusnya seimbang dengan perbedaan suku bunga dari kedua negara terkait. Pada
keseimbangan tersebut, kurs forward berbeda kurs spot pada jumlah tertentu yang dapat
mengompensasi perbedaan suku bunga antara dua mata uang. Jika kurs forward lebih kecil
dibandingkan kurs spot, secara implisit hal ini dapat menunjukan bahwa terdapat dikon atau
kurs forward. Karenanya, Covered Intrest Arbitrage hanya akan memberikan pengembalian
yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan pengembalian yang diperoleh dari investasi
domestik. Jika suku bunga asing lebih kecil dibandingkan suku bunga asli, hubungan
interest rate parity IRP akan memperlihatkan bahwa kurs forward memiliki premi.
Jika IRP ada, maka tingkat pengembalian yang dicapai dari arbitrase bunga tertutup
(R) harus sama dengan angka yang tersedia di dalam negeri. Mengatur tingkat yang dapat
dicapai dari menggunakan arbitrase bunga tertutup sama dengan tingkat yang dapat dicapai
dari investasi dinegara asal : R = id
Dengan menggantikan ke rumus dimana R ditentukan , kira memperoleh :
(1 + if)(1 + P) - 1 = id

Dengan pengaturan ulang istilah , kita dapat mengetahui premi forward mata uang asing
dalam kondisi IRP :
( 1 + if )(1 + P) - 1 = id
( 1 + if )(1 + P) = (1 + id)
(1+i d) (1+i d)
(1+P)= Maka p = -1
(1+i f ) (1+i f )

Contoh :
Asumsi bahwa tingkat bunga peso meksiko selama enam bulan 5 persen., sedangkan tingkat
bunga dolar AS selama enam bulan sebesar 5 persen. Dari sudut pandang investor AS, dolar
AS adalah mata uang domestik . Menurut IRP, tingkat forward premi peso terhadap dolar AS
diperkirakan sebesar
(1+ 0,04)
P= –1
(1+ 0,05)

11
= 0,952, atau -0,952% ( tidak disetahunkan )
Dengan demikian peso harus menunjukan diskon forward sekitar 0,952 persen . ini bearti
bahwa investor AS akan menerima 0,952 persen lebih saat menjual peso enam bulan dari
sekarang ( berdasarkan penjualan forward ) dari pada harga yang mereka bayar untuk peso
hari ini dikurs spot. Diskon akan mengimbangi keuntungan suku peso.jika kurs spot peso
adalah $0,11 , diskon forward dari 0,952 persen bearti bahwa tingkat forward enam lalu
adalah :
F = S (1 + p ) = $0,11 ( 1 – 0,00952 ) = $0,10895
Paritas suku bunga( interest rate parity-IRP) adalah ketika kekuatan pasar memaksa
perubahan suku bunga dan kurs nilai tukar sedemikian rupa sehingga arbitrase perlindungan
suku bunga (coverest interest arbitrage) tidak dapat dilakukan lagi dan terjadi keseimbangan.
Pada perkembangan tersebut, kurs forward berbeda kurs spot pada jumlah tertentu yang dapat
mengkonpensasi perbedaan suku bunga antara dua mata uang. Jika kurs forward lebih kecil
dibandingkan kura spot, secara impilisit hal ini menjunjukan bahwa terdapat diskon atas
forward.
Untuk menentukan secara khusus apakah hukum paritas suku bunga berlaku, perlu untuk
membandingkan kurs forward(dikon). Dengan kurs suku bunga yang terjadi pada waktu yang
sama. Jika kurs suku bunga dan forward tidak terjadi pada waktu yang sama maka hasilnya
akan terdistorsi.

4. Purchasing Power Parity (PPP)


PPP yang dikenalkan oleh Ekonom Sweda Gustav Cassel pada 1918 (dalam versi
relatofnya) mengatakan ekspektasi perubahan kurs adalah karena Ekspektasi tingkat inflasi
pada negara-negara tersebut. Kurs suatu matang uang dengan mata uang lainnya sitentukan
oleh purchasing power dari masing masing mata uang yang diperbandingkan dan karenanya
nilai tukar atau kurs tresebut akan bergerak kearah yang ditentukan oleh perbedan tingkat
inflasi dari negara negara tersebut.
Kita dapat menurunkan purchasing power parity sebagai berikut. Asumsikan bahwa indeks
harga dinegara asal(d) dan negara asing (f) adalah sama. sekarang kita asumsikan bahwa
negara asal mengalami inflasi Id’ sedangkan negara asing mengalami tingkat infalasi sebesar If
karena itu, indeks harga dinegara asal konsemen (Pb) infasi menjadi Pd(I + Id) indeks harga dari
negara asing (Pf) juga akan berubah karna infalsi dinegara asing Pf ( I + If ).
 Jika Id > If dan niali tukar diantara mata uang kedua negara tidak berubah, maka daya
beli konsumen pada barang-barnag dari luar negri lebuh besar dari barang-barang
domestik. Dalam hal ini PPP tidak ada
 Jika Id < If dan nilai tukar antara mata uang kedua negara tidak beruah, maka daya beli
konsumen barang-barang domestik lebih besar dibanding barang barang asing. Pada
kasus ini PPP tidak terjadi
Teori PPP menunjukan bahwa nilai tukar akan selalu berubah dan menyesuaikan diri untuk
menyesuaikan paritas daya beli. Jika infasi terjadi dan nilai tukar mata uang asing beruah,
indeks harga produk asing dari perspektif konsumen menjadi
Pf (1 + If)(1 + ef)

12
Dimana nilai ef merupakan persentase perubahan nilai mata uang asing. Menurut PPP
perubahan persentase dalam mata uang asing (ef) harus berubah dalam menjaga paritas dalam
indeks harga baru dari kedua negara. Kita harus mencari e f dalam kondisi PPP dengan
menetapkan rumus baru untuk indeks harga dari negara asing. Rumus ini sama dengan rumus
untuk indeks baru dari negara asal, sebagai berikut.
Pf (1 + If)(1 + ef) = Pd (1 +Id )

Penyelesaian untuk ef adalah

Pd (1+ I d) Pd (1+ Id )
(1 + ef) = atau ef =
P f (1+ If ) P f ¿¿

Karena Pd sama dengan Pf ( indeks harga diasumsikan sama di kedua negara ), maka Pd dan
Pf dihilangkan
(1+ Id )
ef = −1
(1+ I f )
Contoh penggunaan PPP untuk memprediksi kurs
Asumsikan bahwa nilai tukar berada dalam ekuilibrium awalnya. Kemudian mata uang lokal
(domestik) mengalami inflasi sebesar 6 persen, sedangkan negara asing mengalami tingkat 4
persen inflasi. Menurut PPP, mata uang asing menyesuaikan sebagai berikut:
(1+ Id ) 1+ 0,06
ef = −¿ 1 = −¿ 1= 0,01923 atau 1.92%
(1+ I f ) 1+ 0,04
Jadi, menurut contoh ini, mata uang asing harus terapresiasi sebesar 1,92 persen untuk
mengimbangi inflasi yang lebih tinggi dari negara asal relatif terhadap negara asing. Jika
perubahan kurs terjadi, indeks harga dari negara asing akan setinggi indeks di negara asal dari
perspektif konsumen negara asal. Meskipun inflasi lebih rendah di negara asing, apresiasi
mata uang asing mendorong indeks harga negara asing naik dari perspektif konsumen di
negara asal.

5. Internasional Fasher Effect(IFE)


IFE Adalah teori yang menerangkan antara suku bungga yang relatif dan nilai tukar diantara
dua negara. Bagai mana kaitannya dengan PPP dapat dijelaskan sebagai berikut. PPP
menyatakan bahwa perbedaan nilai tukar disebabkan oleh tingkat inflasi. Jika suku bunga riil
suatu negara sama, maka perbedaan suku bunga nominal diakibatkan oleh perbedaan taksiran
inflasi. Teori IFE tidak sejalan dengan gagasan bahwa dengan suku bunga tinggi,maka akan
menarik investor untuk berinvestasi, tapi harus diperhatikan pula tinggkat inflasinya. Teori
IFE menunjukan mata uang asing dengan suku bunggayang relatif tinggi akan terdepesiasi
karena tingginya suku bunga nominal yang mencerminkan inflasi yang diharapkan. Tingkat
bunga nomial juga akan memasukan rasiko defaulet dari investasi.
Contoh :
Berikut ini contoh bagaimana pertimbangan suku bunga lebih dominan dibandingkan dengan
inflasi. Tingkat bunga nominal adalah 8 persen di indonesia. Investor indonesia engaharapkan
tingkat inflasi 6 persen, yang berarti bahwa merka berharap pengebalian riil 2 persen lebih

13
dari satu tahun. Tingkat bunga nominal diAustralia adalah 13 persen mengingat bahwa
investor di Australia juga memerlukan pengembalian riil 2 persen . tingkat inflasi yang
diharapkan diAustralia harus 11 persen. Menurut teori PPP, dollar Australia diperkirakan
akan terdepresiasi sekitar 5 persen terhadap dollat AS (karena tingkat inflasi Australia 5
persen lebih tinggi). Oleh karena itu, investor indonesia tidak akan mendapat keuntungan dari
investasi di Australia kaarena 5 persen perbedaan suku bunga akan diimbangi oleh investasi
dari mata uang yang diperkirakan berniali kurang dari 5 pesen pada akhir preode investasi.

Kelemahan dari IFE ,ini adalah adalah bawah fluktuasi nilai tukar tidak di pengaruhi
oleh suku bungga, dan tinggkat inflasi tapi juga oleh faktor-faktor lain,sehingga pengaruh
suku bunga kdang membingungkan. Teori dampak fisher internasional (international fisher
effect.IFE) ini menggunakan tingkat suku bungan sebagai pengganti perbedaan inflasi.untuk
menjelaskin mengapan kurs berubah sepanjang waktu.namun teori ini sangat terkait dengan
teori PPP karena suku bunga sering kali sangat terkait dengan tingkat inflasi.aplikasi
IFE.digunakan dalam contractual hedging. Forward market hedge dan money market
hadge.conrtactual unhedging merupakan tindakan dalam pertukaran mata uang dengan
berdasarkan pada rate setempat.

6. Fisher Effect (FE)


Para ekonom membedakan antara suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga
nominal adalah rate yang diamati di pasar .sedangkan suku riil adalah konsep yang yang
mengukur tingkat kembalian setelah dikurangi inflasi (Melvin.1985). Efek ekspetasi inflasi
terhadap suku bunga nominal itu sering disebut efek fisher (fisher effect) dan hubungan
antara inflasi dan suku bunga ditunjukkan dengan persamaan fisher.rumusan ini berasal dari
penurunan rumus:
i = [(1+ir)(1+πe)] – 1, dengan operasi distributive diperoleh i = i r + πe +irne perkalian irπe
terlalu kecil,sehingga; i = ir + πe
Persamaan ini menyatakan bahwa tingkat suku bunga nominal (i) sama dengan
tingkat suku bunga riil (ir) di tambah oleh ekspetasi inflasi (πe). persamaan ini juga
mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga dapat berubah oleh dua hal .pertama,oleh
perubahan tingkat suku bunga riil (Ir) dan kedua ,oleh perubahan ekspetasi inflasi (πr).
Dengan demikian .peningkatan ekspetasi inflasi akan cenderung meningkatkan suku bunga
nominal. Ini berarti pada suku bunga nominal akan cenderung terkadung ekspetasi inflasi
untuk memberikan tingkat kembalian rill atas penggunaan uang.
Berdasarkan jangka waktunya, suku bunga dapat dibedakan atas suku bunga jangka
pendek dan suku bunga jangka panjang. Kebijakan moneter biasanya lebih kuat pengaruhnya
terhadap suku bunga jangka panjang. Keterkaitan antara beragamnya instrumen pasar uang
mengakibatkan perubahan pada suku bunga jangka pendek sehingga berpengaruh terhadap
semua spektrum suku bunga. Meskipun demikian, efek transmisi tersebut mungkin saja
menjadi lemah bahkan berlawanan sehingga term structure of interest rate menjadi terdistorsi
(Kern dan Guttman, 1992). Misalnya, intervensi otoritas moneter pada pasar uang akan
mengakibatkan meningkatnya suku bunga jangka pendek. Tetapi jika kekuatan yang jangka
waktunya lebih panjang berada dalam kondisi equilibrium dan tidak ada perubahan yang

14
mengganggu keseimbangan antara permintaan dan penawaran, maka suku bunga jangka
panjang dapat lebih rendah dari suku bunga jangka pendek.

7. HUBUNGAN NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGAN


Untuk menjelaskan fenomena hubungan nilai tukar dan suku bunga digunakan pendekatan
persamaan Fisher (Fisher effect),seperti yang telah di uraikan pada persamaan di atas.
Pengaruh terhadap nilai tukar adalah amat berbeda, tergantung perubahan tingkat suku bunga
riil dan perubahan ekspektasi inflasi.
Misalkan bahwa tingkat suku bunga riil doestik naik, sedangkan ekspektasi inflasi
tidak berubah atau konsten, dengan demikian tingkat suku bunga nominal naik. Dalam kasus
ini, adalah wajar untuk menganggap bahwa ekspektasi apresiasi nilai rupiah akan tidak
berubah karena ekspektasi inflasi tidak berubah, sehigga hasil yang diharapkan atas simpanan
mata uang asing tetap tidak akan berubah setiap nilai tukar tertentu.
Negara yang merupakan prekonomian terbuka melakukan kebijakan suku bunga dan
nilai tukar harus konsisten antara satu dan yang lain. Di bawah rezim nilai tukar tetap, tingkat
suku bunga domestik harusnya tidak menyimpang jauh dengan tingkat suku bunga negara
dimana mata uang domestik dikaitkan. Di bawah rezim nilai tukar mengambang,tingkat suku
bunga domestik harus mengompensasi ekspektasi depresiasi mata uang. Dalam kasus ini,
tingkat suku bunga domestik harus melebihi tingkat suku bunga luar negeri dengan
menambahkan depresiasi mata uang yang terantisipasi. Kecuali kalau para penabung yakin
bahwa penghasilan rill atas domestik financial assets adalah sama dengan penghasilan riil
atas foreign financial assets, para penabung akan memindahkan simpananya keluar negeri.
Fry (1995) menyatakan bahwa sejarah telah menunjukkan, ketika tingkat suku bunga rill
domestik melebihi tingkat suku bunga riil luar negeri dengan margin yang cukup signifikan,
maka kebijakan makroekonomi selalu tidak konsisten atau sistem perbankan tidak di awasi
dengan memadai.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nilai tukar suatu mata uang merupakan salah satu alat untuk menganalisis perekonomian
suatu negara. Penentuan nilai tukar suatu mata uang (excahange rate determination)
dilakukan dengan suatu pendekatan. Dalam teori keseimbangan nilai tukar meskipun mudah
untuk mengukur persentase perubahan nilai suatu mata uang, namun sulit untuk menjelaskan
mengapa perubahan terjadi atau memprediksi bagaimana kurs akan berubah dimasa depan.
Dalam makalah ini telah dijelaskan jenis-jenis penentuan nilai tukar dimana kita dapat
mengetahui maksud dari penentuan nilai tukar. Dalam teori keseimbangan inflasi,suku bunga
dan nilai tukar kita dapat mengetahui beberapa teori yang menjelaskan hubungan beberapa
variabel dari teori tersebut.

B. SARAN
Bagi pembaca setelah membaca makalah ini diharapkan dapat mengetahu lebih tentang jenis-
jenis penentuan nilai tukar dan teori keseimbangan dari inflasi, suku bunga dan nilai tukar,
dan mengetahui hubungan antara nilai tukar dan suku bunga.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ekananda, M. (2014). Ekonomi Internasional. jakarta: ERLANGGA.

17

Anda mungkin juga menyukai