Disusun Oleh :
Purniati ( 43213110464 )
2016
KATA PENGANTAR
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Teori
Akuntansi” pada fakultas ekonomi program studi akuntansi Universitas Mercu Buana .
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna baik dari segi isi maupun dari segi penyajiannya ,disebabkan pengetahuan dan
kemampuan kami yang sangat terbatas, walaupun demikian kami telah berusaha
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
”Tak ada gading yang tak retak“, demikian pula dengan makalah ini. Untuk itu dengan
tangan terbuka kami selaku penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
III. PENUTUP......................................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................... 25
Akuntansi merupakan suatu ilmu yang di dalamnya berisi bagaimana manusia berfikir
sehingga menghasilkan suatu kerangka pemikiran konseptual tentang prinsip, standar,
asumsi, teknik, serta prosedur yang ada dijadikan landasan dalam pelaporan keuangan.
Pelaporan keuangan tersebut harus berisi informasi-informasi yang berguna dalam
membantu pengambilan keputusan bagi para pemakainya.
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari, sesungguhnya kita telah menggunakan jasa
akuntansi. Ketika seorang pemilik warung mencatat pembelian barang dagangannya,
mencatat siapa saja yang berhutang da warungnya, memisahkan kotak antara uang yang
masuk dari hasil penjualan dengan kotak uang yang dialokasikan untuk belanja kebutuhan
barang dagangan dan kebutuhan operasional di warungnya. Maka, pada dasarnya pemilik
warung tadi telah menerpkan teknik akuntansi. Penerapan pengetahuan di bidang akuntansi
tentu semakin luas dan kompleks jika dihadapkan pada bisnis dengan skala yang lebih besar.
Seperti ilmu-ilmu lainya, ilmu akuntansi juga berkembang sesuai perkembangan teknologi
dan peradaban manusia. Selain itu, faktor kebutuhan juga ikut serta dalam perkembangan
akuntansi itu sendiri. Akan tetapi, baik akuntansi maupun ilmu-ilmu lain tidak berkembang
dengan sendirinya tanpa adanya hal yang cukup berarti yang dapat mendorong akuntansi
tersebut berkembang dan bertahan hingga sekarang.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami tertarik untuk membuat makalah yang berjudul
“SEJARAH AKUNTANSI DI INDONESIA” agar para pembaca khusunya praktisi dan calon
praktisi akuntan di Indonesia dapat mengetahui sejarah lahirnya akuntansi di Indonesia.
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, penulis dapat mengangkat permasalahan
dalam makalah ini yaitu “bagaimana sejarah perkembangan ilmu akuntansi dari pertama kali
muncul hingga sekarang?”
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis merasa perlu mencantumkan tujuan dalam
penulisannya agar penulisan makalah ini lebih terarah pada sasaran yang akan dicapai.
Tujuan penulisan tersebut yakni untuk mendapatkan gambaran yang pasti tentang sejarah
perkembangan ilmu akuntansi dari sejak dahulu hingga sekarang dan sebagai bahan bacaan
dan acuan bagi diri sendiri, rekan-rekan, serta generasi yang akan datang.
PEMBAHASAN
Menurut Weygant (dalam Yadiati & Wahyudi, 2007) akuntansi adalah suatu sistem informasi
yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu
organisasi kepada pihak yang berkepentingan.
Dengan demikian, secara singkat akuntansi berarti rekening atau perkiraan. Interpretasi
akuntansi terdiri dari tiga bagian yaitu:
1) pengidentifikasian, mengenalai aatu memilah peristiwa-peristiwa ekonomi yang
merupakan laporan keuangan/transaksi;
2) mencatat, pencatatan dilakukan secara sistematis, kemudian pencatatan ini
diklasifikasi dan diringkas;
3) pengukuran, menetapkan nilai dari peristiwa yang dipilih tersebut dalam satuan uang;
dan
4) pengkomunikasian, menyajikan informasi berdasarkan transaksi yang sedang atau
sudah berlangsung.
Praktisi akuntansi dikenal sebagai akuntan. Akuntan bersertifikat resmi memiliki gelar
tertentu yang berbeda di tiap negara. Contohnya adalahChartered Accountant (FCA, CA or
ACA), Chartered Certified Accountant (ACCA atau FCCA), Management Accountant (ACMA,
FCMA atau AICWA),Certified Public Accountant (CPA), dan Certified General
Accountant (CGA). Di Indonesia, akuntan publik yang bersertifikat disebut CPA Indonesia
Pada awalnya, pencatatan transaksi perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu
dicatat pada batu, kulit kayu, dan sebagainya. Catatan tertua yang berhasil ditemukan
sampai saat ini masih tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia pada 3600 SM. Penemuan
yang sama juga diperoleh di Mesir dan Yonani kuno. Pencatatan itu belum dilakukan secara
sistematis dan sering tidak lengkap.
Pencatatan yang lebih lengkap sejalan dengan perkembangan dunia usaha muncul di kota
Venesia Italia. Seorang pakar matematika yang bernama Lucas Paciolo tahun 1494
menerbitkan buku yang berjudul Summa de Arithmatica, Geometrica, dan Proporpioni et
Proportionality. Buku itu yang pertama memuat dasar-dasar akuntansi. Pada bagian buku itu
terdapat subjudul “Tractus de Computies et Screptoria” yang membahas secara khusus
dasar-dasar akuntansi. Karena tulisannya itu, Lucas Paciolo dijuluki Bapak Akuntansi.
Menurut pendapat Mattessich (dalam Harahap, 1997) bahwa double entry bookkeeping
system sudah ada sejak 5000 tahun yang lalu. Dalam bukunya, Lucas Paciolo menjelaskan
praktik-praktik yang berlaku di venesia pada masa itu yang kemudian dikenal sebagai
“Metode Venesia atau “Metode Italia “. Oleh sebab itu ia bukanlah penemu dari double entry
bookkeeping system, tetapi orang pertama yang menguraikan mengenai apa yang
dipraktikkan pada masa itu. Ia menyatakan bahwa tujuan pembukuan adalah untuk
memberikan informasi yang tidak tertunda kepada para pedagang mengenai keadaan aktiva
dan utang-utangnya.
Inoue (dalam Harahap, 1997) menyebutkan “Orang yang pertama-tama “menulis” (bukan
menerbitkan seperti Pacioli) tentang double entry bookkeeping system adalah Bonedetto
Cotrugli pada 1458, 36 tahun sebelum terbitnya buku Pacioli. Namun buku Benedetto
Cotrugli ini baru terbit pada tahun 1573 atau 89 tahun setelah buku Pacioli terbit. Dengan
demikian penjelasan ini maka pertentangan sebenarnya tidak ada.”
Jika kita kaji sejarah terutama sejarah Islam, sebenarnya pada awal pertumbuhannya sudah
ada sistem akuntansi. Akan tetapi, sayangnya literatur belum banyak menganalisis
bagaimana rupa eksistensi akuntansi pada zaman itu (± 570 Masehi). Seperti yang
dikemukakan oleh Russel (dalam Rosjidi, 1999) “Sebenarnya orang-orang Italia dalam abad
Tahun 1800 : masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang utama digunakan
dalam perusahaan.
Tahun 1850 : laporan laba/rugi menggantikan posisi neraca sebagai laporan yang
dianggap lebih penting.
Tahun 1900 : di USA mulai diperkenalkan sertifikasi profesi yang dilakukan melalui
ujian yang dilaksanakan secara nasional.
Tahun 1925 : banyak perkembangan yang terjadi tahun ini, antara lain:
1. Mulai diperkenalkan teknik-teknik analisis biaya, akuntansi untuk perpajakan,
akuntansi pemerintahan, serta pengawasan dana pemerintah;
2. Laporan keuangan mulai diseragamkan;
3. Norma pemeriksaaan akuntan juga mulai dirumuskan; dan
4. Sistem akuntansi yang manual beralih ke sistem EDP dengan mulai dikenalkannya
“punch card record”.
Tahun 1950 s/d 1975 : Pada tahun ini banyak yang dapat dicatat dalam perkembangan
akuntansi, yaitu sebagai berikut.
1. Pada periode ini akunansi sudah menggunakan computer untuk pengolahan data.
2. Sudah dilakukan Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP).
3. Analisis Cost Revenue semakin dikenal.
5 | Sejarah Akuntansi di Indonesia
4. Jasa-jasa perpajakan seperti kunsultan pajak dan perencanaan pajak mulai
ditawarkan profesi akuntan.
5. Management accounting sebagai bidang akuntan yang khusus untuk kepentingan
manajemen mulai dikenal dan berkembang cepat.
6. Muncul jasa-jasa manajemen seperti system perencanaan dan pengawasan.
7. Perencanaan manajemen serta management auditing mulai diperkenalkan.
Tahun 1975 : mulai periode ini akuntansi semakin berkembang dan meliputi bidang-
bidang lainnya, perkembangan itu antara lain:
1. Timbulnya management science yang mencakup analisis proses manajemen dan
usaha-usaha menemukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangannya;
2. Sistem informasi semakin canggih yang mencakup perkembangan model-model
organisasi, perencanaan organisasi, teori pengambilan keputusan, dan analisis
cost benefit;
3. Metode permintaan yang menggunakan computer dalam teori cybernetics;
4. Total system review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai dikenal;
dan
5. Social accounting manjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi
perusahaan yang mempengaruhi lingkungan masyarakat.
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an dan awal
tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa sehingga pengusaha
Belanda banyak yang menanmkan modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi
mendorong munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku yang terlatih.
Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Peluang terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan Inggris
yang masuk ke Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan
perusahaan manufaktur (Yunus 1990). Internal auditor yang pertama kali datang di Indonesia
adalah J.W Labrijn-yang sudah berada di Indonesia pada tahun 1896 dan orang pertama
yang melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan)
adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan Negara-
Government Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995). Akuntan
publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada
tahun 1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan
H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting Accountant
Dienst (Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja
sebagai akuntan publik. Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah
JD Massie, yang diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada
tanggal 21 September 1929 (Soemarso 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan
mundurnya Belanda dari Indonesia. Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang
berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model
Belanda masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan
pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi
Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya berpaling ke
praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini praktik akuntansi model
Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi di
lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang
menawarkan pendidikan akuntansi-seperti pembukaan jurusan akuntansi di Universitas
Indonesia 1952, Institute Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990,
Univesitas Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962
dan Universitas Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah mendorong pergantian praktik
akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003). Selanjutnya,
pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem akuntansi model Amerika (Diga
dan Yunus 1997).
Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok tehnokrat muncul dan memiliki kepedulian
terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha untuk menciptakan
ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar-dengan dukungan praktik
akuntansi yang baik. Kebijakan kelompok tersebut memperoleh dukungan yang kuat dari
investor asing dan lembaga-lembaga internasional (Rosser 1999). Sebelum perbaikan pasar
modal dan pengenalan reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an, dalam praktik
banyak ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis pembukuan-satu untuk menunjukkan
gambaran sebenarnya dari perusahaan dan untuk dasar pengambilan keputusan; satu untuk
menunjukkan hasil yang positif dengan maksud agar dapat digunakan untuk mengajukan
pinjaman/kredit dari bank domestik dan asing; dan satu lagi yang menjukkan hasil negatif
(rugi) untuk tujuan pajak (Kwik 1994).
Akuntansi di Indonesia pada awalnya menganut system kontinental, seperti yang dipakai di
Belanda saat itu. Sistem ini disebut juga dengan tata buku yang sebenarnya tidaklah sama
dengan akuntansi, di mana tata buku menyangkut kegiatan- kegiatan yang bersifat
konstruktif dari proses pencatatan, peringkasan, penggolongan dan aktivitas lain yang
bertujuan menciptakan informasi akuntansi berdasarkan pada data. Sedangkan akuntansi
menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dan analitikal seperti kegiatan
analisis dan interpretasi berdasarkan informasi akuntansi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pembukuan merupakan bagian dari akuntansi.
Penyebab lain sebagian besar mereka yang berperan dalam kegiatan perkembangan
akuntansi menyelesaikan pendidikannya di Amerika, kemudian menerapkan ilmu akuntansi
itu di Indonesia. Saat ini sistem Anglo Saxon semakin populer di Indonesia baik dalam
pendidikan akuntansi maupun dalam praktek dunia bisnis. Sekarang dapatkah Anda
menjelaskan perbedaan antara sistem kontinental dengan sistem Anglo Saxon? Apakah
perbedaannya? Untuk lebih jelasnya, mari perhatikan tabel berikut ini!
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan muncul
seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan yang dapat mempengaruhi
kepercayaan dan perilaku investor. Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta
yang dimiliki oleh tiga yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta go public
pada tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB 2003).
Bank Duta juga tidak menginformasi semua informasi kepada Bapepam, auditornya atau
underwriternya tentang masalah tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta mengeluarkan opini
wajar tanpa pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia Realty (pertengahan
1992) dan Barito Pacific Timber (1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah
Indonesia, kualitas pelaporan keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah
menginginkan adanya transformasi pasar modal dari model “casino” menjadi model yang
dapat memobilisasi aliran investasi jangka panjang.
Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan berwenang untuk
mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan.
Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi seperangkat standar
akuntansi keuangan, yang dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK). Kedua, Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank) melaksanakan
Proyek Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk mengembangkan regulasi akuntansi
dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemerintah membuat berbagai
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada pemerintah
untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai awal 1998, kebangkrutan
konglomarat, collapsenya sistem perbankan, meningkatnya inflasi dan pengangguran
memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan melakukan negosiasi atas berbagaai
paket penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan secara tidak langsung
diarahkan pada buruknya praktik akuntansi dan rendahnya kualitas keterbukaan informasi
(transparency). Berikut ini tabel ringkasan perkembangan akuntansi di Indonesia
Selain itu, terletak perbedaan antara tata buku dengan Akuntansi, yakni :
1. Pada tahun 1957, Adanya konfrontasi Irian Barat antara Indonesia – Belanda yang
membuat seluruh pelajar Indonesia yang sekolah di Belanda di tarik kembali dan dapat
melanjutkan kembali studinya di berbagai negara (termasuk Amerika), terkecuali negara
Belanda.
2. Hampir sebagian besar mereka yang berperan dalam kegiatan pengembangan
akuntansi menyelesaikan pendidikannya di Amerika, dan menerapkan sistem
akuntansi Anglo Saxon di Indonesia. Sehingga sistem ini lebih dominan di gunakan
daripada sistem Kontinental / Tata buku di Indonesia.
3. Dengan adanya sistem akuntansi Anglo Saxon, Penanaman Modal Asing (PMA) di
Indonesia membawa dampak positif terhadap perkembangan akuntansi.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan istilah antara tata buku dan akuntansi, yaitu :
-Istilah “ perkiraan ”, menjadi “ akun ”;
-Istilah “ neraca lajur ”, menjadi “ kertas kerja ” ; dan lain – lain.
2. Masa Kemerdekaan
Sistem akuntansi yang beriaku di Indonesia mengikuti sejarah masa lampau dari masa
kolonial Belanda, maka sistem akuntansinya mengikuti akuntansi Belanda yang dikenal
dengan Sistem Tata Buku. Sistem Tata Buku ini merupakan subsistem akuntansi atau hanya
merupakan metode pencatatan.
Setelah masa penjajahan Belanda berakhir dan masuk ke dalam masa kemerdekaan,
banyak perusahaan milik Belanda yang dirasionalisasi yang diikuti pula dengan masuknya
berbagai investor asing, terutama Amerika Serikat. Para investor tersebut memperkenalkan
sistem akuntansi Amerika Serikat ke Indonesia.
Akuntansi masa kini telah berkembang dalam tahap masa kedewasaan menjadi suatu aspek
Sejarah akuntansi dan akuntan, memperlihatkan perubahan yang terus menerus secara
konsisten. Pada suatu waktu, akuntansi lebih mirip sistem pencatatan bagi jasa-jasa
perbankan tertentu dan bagi rencana pengumpulan pajak. Kemudian muncul pembukuan
double entry untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan usaha perdagangan. Saat ini akuntansi
beroperasi dalam lingkungan perilaku, sektor publik dan Internasional. Akuntansi
menyediakan informasi bagi pasar modal-pasar modal besar, baik domestik maupun
internasional.
Kemudian, setelah Indonesia merdeka dan mendapat pengakuan dari Belanda, mulailah
orang-orang Indonesia untuk dikirim ke Amerika Serikat untuk memperdalam ilmu akuntansi.
Pada tahun 1952 dibuka Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang
kemudian diikuti oleh perguruan tinggi negeri lain. Mulai tahun 1952 itulah akuntansi sistem
kontinental bergeser ke sistem anglo-saxon. Bersama 4 akuntan lulusan pertama FEUI
(Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) dan 6 lulusan Belanda, Prof.Sumardjo merintis
pendirian Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) tanggal 23 Desember 1957.
IAI sendiri memiliki peranan yang sangat besar di Indonesia yaitu menyusun Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) 1996 sebagai dasar penyusunan laporan keuangan
perusahaan di Indonesia. Dan saat ini, IAI yang bertugas sebagai regulator dan
pembuat standar akuntansi keuangan di Indonesia , telah menyelesaikan lebih dari 90
persen adaptasi International Financial Reporting Standard (IFRS) yang berlaku
secara global diseluruh dunia. Sehingga, ilmu akuntansi yang dipelajari di Indonesia
tentunya dipahami juga oleh negara di dunia
Selama penjajahan Belanda, Indonesia tidak memiliki standar Akuntansi jadi saat
itu hanya menggunakan standar Sound Business Pratice (menggunakan standar
Belanda). Tahun 1955 Indonesia pun belum mempunyai undang-undang resmi untuk
peraturan tentang standar keuangan.
Pada tahun 1974, Indonesia mulai mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat
oleh IAI yang disebut dengan prinsip Akuntansi. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah
organisasi profesi akuntan yang juga merupakan badan yang menyusun standar
akuntansi di Indonesia. Organisasi profesi ini terus berusaha menanggapi
perkembangan akuntansi keuangan yang terjadi baik tingkat nasional, regional maupun
global, khususnya yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntansi sendiri.
Perkembangan akuntansi keuangan sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini
16 | Sejarah Akuntansi di Indonesia
perkembangan standar akuntansi ini dilakukan secara terus menerus.
Pada 1984, komite PAI membuat sebuah revisi standar akuntansi dengan cara lebih
mendasar jika dibandingkan PAI 1973 dan mengkodifikasikan ke dalam sebuah buku
berjudul “Prinsip Akuntansi Indonesia 1984”. Prinsip tersebut memiliki tujuan untuk
membuat suatu kesesuaian terhadap ketentuan akuntansi yang dapat diterapkan di
dalam dunia bisnis.
Ini merupakan masa awal IAI menerapkan system standar akuntansi di Indonesia yang
dituangkan di dalam buku berjudul “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).” Komite PAI telah
bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994
dengan susunan personel yang selalu diperbarui. Selanjutnya, pada periode
kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar
Akuntansi Keuangan (Komite SAK), kemudian pada kongres VIII, tanggal 23-24
September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi
Keuangan untuk masa bakti 1998-2000 dan diberikan otonomi untuk menyusun dan
mengesahkan PSAK.
Pada 1994, IAI telah melakukan berbagai langkah harmonisasi menggunakan standar
akuntansi internasional di dalam proses pengembangan standar akuntansi dan
melakukan revisi total pada PAI 1984 dan sejak itu mengeluarkan serial standar
keuangan yang diberi nama Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitken sejak
1 Oktober 1994. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ditetapkan sebagai standar
akuntansi yang baku di Indoneisa. Perkembangan standar akuntansi ketiga ini ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan profesi akuntansi dalam rangka mengikuti
dan mengantisipasi perkembangan internasional. Banyak standar yang dikeluarkan itu
sesuai atau sama dengan standar akuntansi internasional yang dikeluarkan oleh IASC.
Sekarang ini ada dua PSAK yang dikeluarkan oleh 2 Dewan Standar Akuntansi
Keuangan, yaitu:
a. PSAK Konvensional
b. PSAK Syariah
Digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga syariah
maupun non lembaga syariah. Pengembangan dengan model PSAK umum namun
17 | Sejarah Akuntansi di Indonesia
berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI. PSAK ini tentu akan terus bertambah dan
revisi sesuai kebutuhan perkembangan bisnis dan profesi akuntan.
Sejak tahun 1994 hingga 2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini
ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi
Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk
membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI
melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang
kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan
lainnya dibuat sendiri.
Merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010,
buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, baik
berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses revisi dilakukan
sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1
Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun 2006
dalam kongres IAI X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan
diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua
standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah.
Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS
dari total 33 standar (terjadi pada periode 2006-2008).
a. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke
PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang
berlaku.
b. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara
bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
c. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS
secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK
secara komprehensif.
Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15 November
2008, prinsip-prinsip G20 yang dicanangkan adalah:
“to call on the accounting standard setters to work urgently with supervisors and
regulators to improve standards on valuation and provisioning and achieve a single set
of high-quality global accounting standards.”
Sebelum itu, kita harus mengetahui standar apa saja yang dikeluarkan oleh IASB
(International Accounting Standard Board) selaku organisasi internasional yang
mengeluarkan IFRS. IFRS terdiri dari IAS, IFRS, SIC dan IFRIC. Sebelumnya IASB
bernama IASC (International Accounting Standards Committe) dan mengeluarkan
standar yang disebut IAS (International Accounting Standard) sebagai standar pelaporan
keuangan dan SIC (Standing Interpretation Committe) sebagai interpretasi dari standar
pelaporan keuangan. Selanjutnya setelah berubah nama, standar yang dibuat oleh IASB
dinamakan IFRS (International Financial Reporting Standards) dan interpretasinya
dinamakan IFRIC (International Financial Reporting Interpretations Committe
Indonesia tidak mengadopsi secara penuh (full adoption) seluruh standar yang ada
di IFRS, akan tetapi menggunakan standar yang dianggap sesuai untuk iklim usaha di
Indonesia dengan melakukan “konvergensi”. Berikut merupakan IAS dan IFRS yang
sudah di adopsi oleh PSAK Indonesia per Januari 2015
Fase I
IFRS 15, Revenue from Contracts with Customers akan mencabut IFRIC 15
Efektif 2012
Efektif 2013
E fektif 2014
Efektif 2014
ISAK 29: Biaya Pengupasan Lapisan Tanah dalam Tahap Produksi pada Tambang
Terbuka
E fektif 2014
Pentingnya pemahaman akuntansi tidaklah terbatas hanya pada dunia usaha semata.
Banyak karyawan yang pendidikannya bukan dalam bidang bisnis juga menggunakan data
akuntansi dan mereka itu perlu mengetahui prinsip-prinsip serta terminologi akuntansi.
Semua orang akan berhubungan dengan transaksi usaha sehingga harus memperhatikan
aspek keuangan yang terdapat dalam dirinya sendiri. Dalam dunia bisnis yang semakin
modern, akuntansi memainkan peranan penting, dan dalam arti luas semua warga Negara
akan berhubungan dengan dunia akuntansi pada kesempatan tertentu.
BAB III
24 | Sejarah Akuntansi di Indonesia
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sebenarnya akuntansi sudah ada sejak pada abad 3600 SM. Lalu mulai merkembang
dengan ditemukannya buku tentang double entry. Orang yang pertama kali menulis buku
tentang double entry bookkeeping systemadalah Bonedetto Cotrugli dan orang yang
pertama kali menerbitkan buku tentang double entry bookkeeping system adalah Luca
Pacioli pada tahun 1949. Sedangkan di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan sejak 1642,
tetapi jejak yang jelas baru ditemui pada pembukuan Amphion Society yang berdiri di Jakarta
sejak tahun 1747.
Akuntansi sangat berhubungan dengan bidang-bidang lain meskipun hal itu tidak selalu
berhubungan, terutama di zaman modern ini yang pertarungan bisnis dan perkembangan
ilmu dan teknologi yang semakin pesat menuntut semua kegiatan menggunakan ilmu
akuntansi meskipun terkadang tidak dilakukan persis sesuai dengan aturan.