Anda di halaman 1dari 83

Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD

Good Governance Kota


Meda
n

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka menjamin terciptanya Pemerintahan yang bersih, jujur dan
transparan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, diperlukan
program Pembinaan Produk Hukum Daerah yang dapat menjadi media kontrol &
akses masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
kota termasuk terwujudnya pemerintahan yang amanah. Hal ini diwujudkan
melalui kegiatan menyusun Kerangka Kebijakan Penyelenggaraan pemerintah
yang bersih sesuai prinsip-prinsip clean government yang melibatkan SKPD
terkait secara terkoordinasi.
Undang- Undang Dasar 1945 menurut para penyusunnya mengandung perintah
yang mewajibkan pemerintah/penyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur. Ketenteraman tersebut sebagai konsekuensi dari pokok-pokok
pikiran yang termuat dalam Pembukaan UUD itu, ialah negara berdasarkan atas
asas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab. Sejak diberlakukannya UUD 1945 sampai terjadinya gerakan reformasi
telah ada beberapa ketetapan MPR dan peraturan perundang-undangan lain
yang dapat dianggap sebagai aturan pelaksanaan dari ketentuan konstitusional
itu, seperti perundang-undangan Pidana Umum, Undang-Undang Tindak Pidana
Korupsi, TAP MPR tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila,
Undang-undang Pokok Kepegawaian, Peraturan Pemerintah tentang Disiplin
Pegawai Negeri dan lain-lain, tetap pelaksanaannya tidak mencapai sasaran
secara optimal, malah korupsi dan penyalahgunaan wewenang terus meluas
sehingga akhimya timbul gerakan rakyat berupa reformasi total yang sampai saat
ini awal tahun 2000 belum tuntas.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hasil awal reformasi telah menetapkan
Kebijakan Nasional tentang upaya mewujudkan penyelenggaraan negara yang
bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN):
a. Dalam konsiderans Tap MPR No. XI/MPR/1998 ditentukan bahwa
MPR mengkonstatir terjadinya penyelenggaraan negara dengan
pemutusan kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab pada
Presiden Mandataris MPR yang berakibat tidak berfungsinya
lembaga-lembaga tinggi negara serta tidak berkembangnya
partisipasi masyarakat dalam memberikan kontrol sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara. MPR juga
berpendapat bahwa tuntutan hati nurani rakyat menghendaki adanya
penyelenggara negara yang mampu menjalankan fungsi dan

1
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

tugasnya secara bersungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab


agar reformasi pembangunan dapat berdayaguna dan berhasilguna.
b. Di samping itu MPR menyatakan keyakinannya bahwa dalam
penyelenggaraan negara telah terjadi praktik usaha yang lebih
menguntungkan sekelompok tertentu yang menyuburkan Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme yang melibatkan para pejabat negara dengan
para pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi penyelenggaraan
negara dalam berbagai aspek kehidupan nasional. Dalam rangka
merehabilitasi seluruh kehidupan nasional yang berkeadilan,
dibutuhkan penyelenggaraan negara yang dapat dipercaya, melalui
usaha pemeriksaan harta kekayaan para pejabat negara dan mantan
pejabat negara serta keluarganya yang diduga berasal dari praktik
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Sidang tahunan MPR yang diselenggarakan tanggal 10 sampai dengan 13


Nopember 1998, telah membahas masalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, yang
bahan-bahannya disiapkan oleh Badan Pekerja MPR dan pada hari itu juga
ditetapkan Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998. Berdasarkan TAP MPR
tersebut, penyelenggaraan negara pada lembaga-lembaga legislatif, eksekutif
dan yudikatif, harus melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik dan
bertanggungjawab kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam menjalankan fungsi dan tugas, penyelenggara negara harus jujur, adil,
terbuka dan terpercaya serta mampu membebaskan dari praktik Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme. Menghindarkan praktik-praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
seseorang yang terpercaya menjabat suatu jabatan dalam penyelenggaraan
negara, harus bersumpah sesuai dengan agamanya, harus mengumumkan dan
bersedia diperiksa kekayaannya sebelum dan setelah menjabat. Upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi, dilakukan secara tugas dengan
melaksanakan secara konsisten undang-undang tindak pidana korupsi.
Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme harus dilakukan secara tegas
terhadap siapapun juga, baik pejabat negara, mantan pejabat negara, kelompok
dan kroninya maupun pihak swasta/konglomerat dengan tetap memperhatikan
prinsip praduga tak bersalah dan hak-hak asasi manusia.
Penyelenggara negara mempunyai peran penting dalam mewujudkan cita-cita
perjuangan bangsa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam penjelasan Undang-
Undang Dasar 1945 yang menentukan bahwa yang sangat penting dalam
pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat para
penyelenggara negara dan pemimpin pemerintahan. Dalam kenyataannya,
penyelenggara negara tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara
optimal, sehingga penyelenggara negara tidak berjalan sebagaimana mestinya,
hal itu terjadi karena adanya pemusatan kekuasaan, wewenang dan
tanggungjawab pada Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia. Di samping itu, masyarakat pun belum sepenuhnya
berperan serta dalam menjalankan fungsi kontrol sosial yang efektif terhadap
penyelenggaraan negara.

2
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Pemusatan kekuasaan, wewenang dan tanggungjawab tanpa memerhtikan


kepentingan para pemangku kepentingan akan berdampak negatif pada seluruh
sendi-sendi pemerintahan, baik di bidang politik, maupun di bidang ekonomi dan
moneter. Pengaruh negatif ini tentunya akan menguntungkan bagi
penyelenggara negara dan kelompoknya dan memberi peluang terhadap
tumbuhnya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Wewenang yang tanpa batas itu
akhirnya akan merugikan masyarakat dan Negara dan merusak sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara, serta membahayakan
eksistensi negara.
Dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sesuai tuntutan
reformasi, diperlukan kesamaan visi, persepsi, dan misi dari seluruh
penyelenggara negara dan masyarakat. Kesamaan visi, persepsi, dan misi
tersebut harus sejalan dengan tuntutan hati nurani rakyat yang menghendaki
terwujudnya penyelenggara negara yang mampu menjalankan tugas dan
fungsinya secara sungguh-sungguh, penuh rasa tanggung jawab yang
dilaksanakan secara efektif, efisien bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme,
sebagaimana diamanatkan oleh Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/ 1998 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN). Ketentuan tersebut di atas memuat ketentuan yang berkaitan langsung
atau tidak langsung dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme yang khusus ditunjukan kepada para penyelenggara
negara dan pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan
penyelenggara negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 itu, merupakan bagian
atau sub-sistem dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
penegakan hukum terhadap perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sasaran
pokok undang-undang ini meliputi para penyelenggara negara, pejabat negara
pada lembaga tertinggi negara dan atau pejabat lain yang memiliki fungsi
strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme, dalam undang-undang ini, ditetapkan asas-asas umum
penyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertib
penyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertib
penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas
proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.
Pengaturan tentang peran serta masyarakat dalam undang-undang ini dimaksud
untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggara
negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Berdasarkan
hak dan kewajiban yang dimiliki, masyarakat diharapkan dapat lebih bergairah
melaksanakan kontrol sosial secara optimal terhadap penyelenggaraan negara
dengan tetap menaati rambu-rambu hukum yang berlaku. Agar undang-undang
termaksud dapat mencapai sasaran secara efektif maka diatur pembentukan
Komisi Pemeriksa yang bertugas dan berwenang melakukan pemeriksaan harta
kekayaan pejabat negara, sebelum, selama dan setelah menjabat, termasuk
meminta keterangan, baik dari mantan pejabat negara, keluarga dan kroninya

3
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

maupun para pengusaha, dengan tetap memperhatikan prinsip praduga tak


bersalah dan hak asasi manusia. Susunan keanggotaan Komisi Pemeriksa terdiri
atas unsur pemerintah dan masyarakat mencerminkan independensi atau
kemandirian dari lembaga ini. Dalam undang-undang diatur tentang kewajiban
para penyelenggara negara, antara lain menggumumkan dan melaporkan harta
kekayaannya sebelum dan setelah menjabat ketentuan tentang sanksi dalam
undang-undang ini berlaku bagi penyelenggara negara, masyarakat dan Komisi
Pemeriksa sebagian upaya prepentif dan refresif serta berfungsi sebagai jaminan
atas ditaatinya ketentuan tentang asas umum penyelenggara negara, hak dan
kewajiban penyelenggara negara dan ketentuan lainnya, sehingga dapat
diharapkan memperkuat norma kelembagaan moralitas dan sosial.
Mengabaikan asas-asas moral dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur seperti
diperintahkan oleh UUD 45, akan berarti tidak "bersih" dilihat dari segi moral dan
atau etika. Keharusan untuk mewujudkan pemerintah yang "bersih" merupakan
kaidah yang normatif konstitusional. Sifat bersih akan mempunyai daya tarik
yang simpatik, mengandung sikap berpartisipasi. Sebaliknya sifat kotor,
menimbulkan sifat negatif, karena akan menjauhkan sikap simpati, malah
mengundang sikap masa bodoh dari pihak-pihak yang seharusnya berpartisipasi.
Pemerintah yang bersih dari kolusi, korupsi dan nepotisme menjadi idaman
setiap warga Negara. Untuk menanggapi keinginan itu, maka Pemerintah
didorong untuk melaksanakan prinsip-prinsip atau asas-asas yang dianggap
mampu mendorong Pemerintah menjadi institusi yang tanggap terhadap
kepentingan rakyatnya. Prinsip-prinsip Good Governance dalam organisasi
publik menurut Komisi Nasional Kebijakan Governance/KNKG (2008, 13-18)
adalah prinsip demokrasi, prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas, prinsip
budaya hukum, prinsip kewajaran dan kesetaraan. Prinsip-prinsip ini selaras
dengan amanah UU No. 28/1999.
Meskipun konsep Good Governance di Pemerintahan masih tergolong muda,
namun dorongan kuat masyarakat dan Peraturan Perundang-undangan
mendorong Pemerintah harus melakukan prinsip-prinsip Good Governance di
setiap level Institusi Pemerintah, baik Pemerintah pusat maupun Pemerintah
Daerah. Pemerintah Kota Medan juga turut berpartisipasi dalam mempercepat
adopsi dan implementasi prinsip-prinsip good governance, hal ini dapat dilihat
dari agenda pembangunan Kota Medan 2006- 2010 dimana salah satu adalah
Menciptakan Tata Pemerintahan yang Baik dan Efektif dan keikutsertaan
Pemerintah Kota Medan dalam proyek SCBD.
Peningkatan Kapasitas bagi Desentralisasi atau Sustainable Capacity Building
for Decentralization (SCBD) merupakan kegiatan pengembangan kapasitas bagi
pemerintah daerah, untuk meningkatkan kemampuan operasional pemerintah
daerah dalam : penyediaan pelayanan masyarakat sesuai dengan standar
pelayanan minimum; pemeliharaan fasilitas-fasilitas umum yang penting;
pengenalan pengembangan ekonomi yang adil; dan pengelolaan program
pengurangan kemiskinan.

4
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

1.2 Permasalahan yang Dihadapi


•UU & PP yang berkaitan dengan penyelenggaraan good governance belum
dapat diimplementasikan secara optimal karena ketiadaan petunjuk yang
menjadi pedoman pelaksanaan
•Bagaimana prosedur dan mekanisme yang implementatif dalam
penyelenggaraan good governance dan pemerintahan yang baik?
•Apa usaha-usaha yang harus dilakukan dalam meningkatkan pemahaman
seluruh komponen stake holders tentang good governance?

1.3 Tujuan Kegiatan:


•Memberikan acuan/pedoman kebijakan bagi Penyelenggaraan good
governance (terutama pelaksanaan atas UU No. 28/99)
•Untuk memahami prosedur dan mekanisme yang implementatif dalam
penyelenggaraan good governance dan pemerintahan yang baik.
•Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan dalam meningkatkan
pemahaman seluruh komponen stake holders tentang good governance dan
pemerintahan yang baik

1.4 Output Kegiatan:


Draft Perwal Kerangka Kebijakan implementasi Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan pelaksanaan good governance

1.5 Outcome Kegiatan:


Perwal Kerangka Kebijakan good Governance agar mekanisme
pelaksanaan serta penerapan tentang penyelenggaraan good governance
dapat segera terealisasikan di Pemko Medan.

1.6 Tenaga Ahli


Tenaga ahli dalam implementasi kegiatan ini adalah:
• Ahli Hukum Tata Negara,Kualifikasi S3, Pengalaman 8
tahun.
• Ahli Administrasi Negara, Kualifikasi S2, Pengalaman 8
tahun.
• Ahli Ekonomi Pembangunan dan Keuangan, Kualifikasi
S2, Exp 8 tahun.

5
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

1.7 Waktu Kegiatan


Kegiatan Penyusunan Kerangka Kebijakan Penyelenggaraan
Pemerintahan Yang Bersih direncanakan selama 4 bulan.

6
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

BAB II
HARMONISASI PERUNDANG-UNDANGAN

2.1 Dasar Hukum kerangka kebijakan Good


Governance

Pelaksanaan kebijakan good governance mengacu kepada peraturan


perundang-undangan yang berlaku. Dasar hukum kerangka kebijakan Good
governance adalah:
1. Undang-Undang Nomor 8 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kota-kota Besar dalam Lingkungan Daerah Propinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1092);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian;
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bebas Kolusi, Korupsi dan
Nepotisme;
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1973 tentang Perluasan
Daerah Kotamadya Medan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1973 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3005);

7
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 Tentang Tata Cara


Pelaksaanaan Peran Serta Masyarakat Dalam penyelenggaraan
Negara;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
Dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4741);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah;
13. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan
Pemerintahan Kota Medan (Lembaran Daerah Kota Medan Tahun
2009 Nomor 2);
14. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Medan (Lembaran Daerah Kota Medan Tahun 2009 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Daerah Kota Medan Nomor 2);
15. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kota Medan tahun 2006-2025
(Lembaran Daerah Kota Medan Tahun 2009 Nomor 8);

2.2 Good Governance dan Pemerintahan yang bersih


Ketetapan Majelis Permusyawaratan rakyat (MPR) No. XI/MPR/1998 telah
mengamanatkan Penyelenggaraan Negara yang bersih dari kolusi, korupsi dan
nepotisme. Hal ini dilanjutkan dengan mengeluarkan Undang-Undang no.
28/1999 tentang hal yang sama. Dari kedua peraturan itu jelas terlihat bahwa
masyarakat melihat perlu pembenahan penyelenggaraan Negara terutama untuk
menghindari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN). Penyakit ini sudah lama
menjadi penyakit kronis bangsa Indonesia Karena tidak ada payung hukum untuk
memberantasnya.
Undang-Undang No. 28/1999 dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan
merupakan payung hukum untuk memberantas Korupsi Kolusi dan Nepotisme
yang sudah mewabah di Indonesia. Undang-Undang ini menetapkan pemangku
kepentingan (stakeholders) dalam mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang
bebas KKN, yaitu Penyelenggara Negara, Masyarakat dan Komisi Pemeriksa.

8
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Karena sasarannya adalah penyelenggara Negara, maka Undang-Undang ini


dimulai dengan Penyelenggara Negara. Penyelenggara Negara yang dimaksud
Undang-Undang ini adalah:
1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara.
2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara.
3. Menteri.
4. Gubernur.
5. Hakim.
6. Pejabat Negara lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
7. Pejabat lain yang memiliki fungsi yang strategis dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Semua penyelenggara Negara itu diharapkan menjadi pelaksana Undang-
Undang sehingga bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Untuk itu,
setiap Penyelenggara Negara tersebut diharapkan melaksanakan tugas
penyelenggaraan Negara dengan memerhatikan asas-asas:
1. Asas Kepastian hukum, yaitu pelaksanaan fungsi-fungsi
kenegaraan harus dilandasi peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan,terutama ketika melakukan kebijakan-
kebijakan.
2. Asas tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu asas yang menjadi
landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan Negara
3. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memeroleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negaradengan tetap
memerhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia Negara.
4. Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan Negara.
5. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara.
Selain menetapkan asas-asas penyelenggaraan Negara, UU No. 28/1999 juga
mengatur hak dan kewajiban penyelenggara Negara serta hubungan antara

9
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

lembaga penyelenggara negara. Stakeholder yang lain adalah masyarakat.


Undang-undang ini mengatur bagaimana peran serta masyarakat dalam
mewujudkan penyelenggaraan Negara yang bebas KKN. Hak warga Negara
mencakup hak memeroleh dan memberikan informasi, memeroleh pelayanan,
menyampaikan saran, dan memeroleh perlindungan hukum terkait
penyelenggaraan Negara oleh penyelenggara Negara. Komisi Pemeriksa juga
menjadi bagian penting dalam penyelenggaraan Negara yang bersih dari KKN.
Komisi Pemeriksa merupakan lembaga yang independen yang langsung
bertanggungjawab kepada Presiden. Fungsi utama Komisi Pemeriksa, menurut
Undang-Undang, adalah memeriksa harta kekayaan penyelenggara Negara dan
menerima serta meneliti pengaduan masyarakat tentang adanya tindak KKN
pada penyelenggara Negara, melakukan penyelidikan dan penyidikan atas
informasi dari masyarakat. Komisi Pemeriksa merupakan pemantau
penyelenggara Negara agar tidak melakukan Korupsi, Kolusi dan nepotisme.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 juga mengemukakan asas-asas
penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas:
a) Asas kepastian hukum.
b) Asas tertib penyelenggara Negara.
c) Asas kepentingan umum.
d) Asas keterbukaan.
e) Asas proporsionalitas.
f) Asas profesionalitas.
g) Asas akuntabilitas.
h) Asas efisiensi, dan
i) Asas efektivitas.
Kemunculan TAP MPR, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang
penyelenggaraan Negara yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dan tentang
pemerintahan daerah merupakan momentum Governance di Indonesia.
Semangat peraturan perundang-undangan itu selaras dengan semangat
penegakan Good Governance. Tujuan dari Good Governance adalah suatu
institusi Negara yang melakukan fungsi-fungsinya dengan baik dalam koridor
peraturan perundang-undangan yang berlaku sekaligus bisa dimonitor oleh
semua pihak dalam melakukan fungsinya. Tujuan yang lebih besar dari
penerapan Good governance, dengan dilandasi etika dan moralitas
pelaksananya, adalah kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat merupakan cita-cita luhur bangsa Indonesia yang
tercantum di pembukaan UUD 1945, namun sangat sulit dicapai karena praktik
Kolusi, korupsi dan nepotisme.

1
0
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

2.2 Etika dalam penyelenggaraan Negara yang


bebas KKN
Etika dalam penyelenggaraan Negara diatur melalui peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Salah satu Undang-Undang yang mengatur etika dalam
penyelenggaraan Negara adalah Undang-Undang Nomor. 28 Tahun1999,
dimana Undang-undang ini mengatur hak dan kewajiban penyelenggara Negara
dan sanksi yang diberikan apabila melanggar aturan yang sudah ditulis di
Undang-undang itu. Hak penyelenggara Negara menurut Undang-undang
adalah:
1. menerima gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, tindakan dari
atasannya, ancaman hukuman, dan kritik masyarakat;
3. menyampaikan pendapat di muka umum secara bertanggungjawab
sesuai dengan wewenangnya; dan
4. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Sementara kewajiban setiap penyelenggara Negara adalah:


1. mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum
memangku jabatannya.
2. bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan setelah
menjabat.
3. melaporkan dan mengumumkan kekayaan sebelum dan setelah
menjabat.
4. tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
5. melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, tas, dan
golongan.
6. melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggungjawab dan tidak
melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan
pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dan tidak mengharapkan
imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
7. bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dan nepotisme
serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Aturan hak dan kewajiban penyelenggara Negara ini juga dilengkapi dengan
sanksi apabila tidak melaksanakan hak dan kewajiban seperti tertera dalam
Undang-undang itu. Sanksi diberikan dalam bentuk sanksi administrasi, sanksi

1
1
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

pidana dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000 dan paling banyak Rp.
1.000.000.000.
Meskipun Undang-undang telah merumuskan etika yang harus diikuti
penyelenggara Negara, namun sampai saat ini masih juga berlangsung Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme dalam penyelengaraan Negara di Pusat maupun di
daerah. Hal ini bisa dijelaskan dari sisi etika professional dan etika individual
yang sama sekali tidak mendukung (tidak selaras) dengan etika dalam
organisasi. Etika individual dibentuk dari keluarga, pekerjaan, organisasi sosial
atupun organisasi keagamaan. Agar etika individual selaras dengan etika sosial
yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku maka
etika individu pemimpin organisasi sangat memengaruhi etika organisasi secara
keseluruhan. Proses rekrutmen yang baik terhadap pejabat publik yang memiliki
filosofi dan gaya operasi yang selaras dengan peraturan perundang-undangan
akan membuat seluruh unsur organisasi akan melaksanakan aturan etika itu
dengan baik.
Dalam rangka pengelolaan keuangan Negara yang efektif, efisien, transparan
dan akuntabel sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004, maka
Pemerintah mengeluarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang sistem
pengendalian intern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern dimaksudkan untuk
mendorong pengelolaan keuangan Negara sehingga bisa mendorong ketaatan
terhadap peraturan, menjaga aset pemerintah, mendorong keandalan pelaporan
keuangan, dan mendorong efisiensi dan efektifitas operasi. Dengan demikian,
sistem pengendalian intern diharapkan bisa menciptakan pemerintah yang bersih
dan beretika serta mendorong good governance.

1
2
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

BAB III
LANDASAN KONSEPTUAL

3.1 Pengertian Good Governance


Governance adalah sebuah kata benda yang sangat diminati dan menjadi pusat
perhatian para pembuat kebijakan di institusi privat maupun publik dan para
akademisi. Sudah banyak kajian yang dilakukan para ahli kebijakan publik, ahli
manajemen, ahli hukum, badan pengatur atau komisi-komisi bentukan Negara
atau lembaga-lembaga internasional untuk mendefenisikan kata benda yang
bernama Governance. Tidak begitu jelas awal pemakaian kata governance
dalam sektor privat atau sektor publik, namun menurut catatan ensiklopedia
Wikipedia, Richard Eells pada tahun 1960 menggunakan kata Coorporate
Governance untuk pertama sekali.
Istilah Governance semakin menjadi pembahasan karena banyak skandal-
skandal korporasi dan skandal-skandal publik terjadi dan berdampak pada
penurunan kondisi perekonomian. Skandal-skandal publik mencakup kejadian-
kejadian korupsi, kolusi dan nepotisme yang menyebabkan kerugian Negara,
perlambatan proses pembangunan, terjadinya bencana alam dan peningkatan
angka kemiskinan. Kesadaran terhadap Governance seolah-olah menyingkap
kebobrokan yang selama ini tertutupi karena kekuasaan digunakan tidak
mempertimbangkan kepentingan pihak-pihak lain. Sebelumnya, Kekuasaan
dianggap sebagai sarana untuk memperkaya diri sendiri dan pihaknya dan
seolah-oleh mengganggap Negara adalah pemimpinnya. Pelaksanaan
governance secara konsisten dan berkesinambungan diharapkan semakin
meningkatkan keperdulian terhadap kepentingan para pemangku kepentingan
dan di sisi lain akan menurunkan kecenderungan penyalahgunaan wewenang
(abuse of power) oleh pihak-pihak yang memiliki wewenang.
Beberapa institusi mengajukan pengertian Governance dari sudut pandang
masing-masing. Bank Dunia (Wikipedia, 2008) mendefenisikan governance
sebagai berikut:
“the exercise of political authority and the use of institutional resources to
manage society's problems and affairs”
Bank dunia mengartikan governance sebagai pelaksanaan otoritas politik dan
penggunaan sumber daya organisasi untuk mengelola/mengatasi masalah-
masalah masyarakat. Sedangkan UNDP (Loina, 2003) mendefenisikan
Governance sebagai “penggunaan wewenang ekonomi politik dan administrasi
guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat’. Tata pemerintahan
mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan
kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-
perbedaan diantara mereka. Bank Dunia mengartikan Governance sebagai

1
3
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

penggunaan otoritas/wewenang politik dan pemanfaatan sumberdaya


institusional untuk mengatasi masalah-masalah publik, sedangkan UNDP
memandang Governance sebagai penggunaan wewenang ekonomi, politik, dan
administrasi.
UNDP's Regional Project on Local Governance for Latin America (Wikipedia,
2008) mendefenisikan Governance sebagai berikut:
“Governance has been defined as the rules of the political system to solve
conflicts between actors and adopt decision (legality). It has also been used to
describe the "proper functioning of institutions and their acceptance by the
public" (legitimacy). And it has been used to invoke the efficacy of government
and the achievement of consensus by democratic means (participation)”.
Defenisi ini memandang governance sebagai aturan- aturan dari suatu sistem
politik yang digunakan untuk mengatasi konflik antara para pelaku dalam sistem
politik dan keputusan yang diadopsi. Governance juga digunakan untuk
pelaksanaan fungsi-fungsi institusi publik secara baik dan penerimaan publik
atas fungsi yang dijalankan institusi publik (legitimasi). Governance juga
digunakan untuk menuntut keberhasilan pemerintah dan pencapaian konsensus
dengan cara-cara yang demokratis (partisipasi).
Dari beberapa defenisi itu bisa disimpulkan bahwa Governance merupakan
aturan-aturan (sistem dan prosedur) dalam suatu sistem politik, ekonomi
dan administrasi yang dapat digunakan untuk: (1) mengatasi masalah-
masalah publik, (2) mengatasi konflik antara pemerintah, publik, dan
peraturan-peraturan perundang-undangan, (3) pelaksanaan fungsi-fungsi
atau aktivitas lembaga Negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif) sehingga
publik bisa menerima kinerja dari setiap lembaga Negara, (4) mengawasi
pelaksanaan fungsi-fungsi lembaga Negara apakah sesuai dengan
consensus yang sudah disepakati.
Agar Governance bisa berjalan dengan baik (Good Governance) maka interaksi
dari beberapa pemangku kepentingan publik (Stakeholder) sangat diperlukan.
Rerangka Good Governance bisa digambarkan dengan skema sebagai berikut:

1
4
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Publik
(Masyarakat)

ETIKA ETIKA ETIKA

Institusi
Yudikatif Publik(Eksekutif) Legislatif

Gambar 1: Skema Good Publik Governance


Setiap institusi (Eksekutif, legislative, dan Yudikatif) harus melakukan Good
Governance dengan diliputi etika dan nilai-nilai kejujuran dalam melakukan
fungsi masing-masing. Tanpa etika mustahil prinsip-prinsip good governance
bisa dilaksanakan. Masing-masing lembaga publik ini juga saling berhubungan
dalam hal kewenangan mereka oleh undang-undang diharuskan saling
bekerjasama. Hubungan antar ketiga lembaga publik harus dilandasi prinsip
transparansi dan ketaatan terhadap hukum dan perundang-undangan yang
berlaku. Hubungan ketiga lembaga publik ini kepada masyarakat adalah wujud
dari akuntabilitas publik dan transparansi. Masyarakat juga harus tetap
melakukan pemantauan terhadap aktivitas atau fungsi dari masing-masing
lembaga ini. Publik diwakili oleh masyarakat individual ataupun lembaga-
lembaga non pemerintah (Ornop/LSM) dan dunia usaha. Mekanisme ini, apabila
berlangsung dengan baik, membawa perubahan dalam mekanisme kerja internal
masing-masing lembaga publik. Mentalitas dilayani akan berubah menjadi
pelayan publik, sehingga hantaran pelayanan kepada publik dapat berlangsung
baik.
Banyak istilah dan pengertian yang dikemukakan oleh para pakar, dari kalangan
akademis, birokrat sampai dengan praktisi bisnis. Kata governance ini sering
digabungkan dengan ungkapan lain seperti :
o Good Publik Governance;
o Good Government Governance;
o Good Nation Governance;
o Good Corporate Governance;
o Good Civil Governance;
o Good Local Governance.
Tiga elemen governance yang terkait dan tidak terpisahkan dalam satu sistem
negara adalah elemen penyelenggara negara, elemen pelaku bisnis, dan elemen

1
5
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

masyarakat. Ketiga elemen tersebut dapat kita sebut sebagai suatu trilogi.
Masing-masing elemen memiliki karakter tersendiri tetapi ketiganya tidak akan
mampu berdiri dan berkembang sendiri-sendiri. Mereka mengarah pada satu
tujuan yaitu kehidupan yang lebih baik bagi setiap insan.

1. Elemen Penyelenggara Negara


Governance dari sudut penyelenggara negara diartikan sebagai pelaksanaan
kewenangan politik, ekonomi, dan administratif untuk mengelola urusan-urusan
bangsa, mengelola mekanisme, proses, dan hubungan yang kompleks antar
warga negara dan kelompok-kelompok yang mengartikulasikan kepentingannya
(yang menghendaki agar hak dan kewajibannya terlaksana) dan menengahi atau
memfasilitasi perbedaan-perbedaan di antara mereka. Ada tiga pilar atau kaki
dari “good government governance” (atau good governance) ini, yaitu “economic
governance, political governance, dan administrative governance“.

• Economic governance ini mencakup proses pembuatan


keputusan yang mempengaruhi langsung atau tidak langsung aktivitas
ekonomi negara.
• Political governance mengacu pada proses pembuatan
keputusan dan implementasi kebijakan negara secara legitimate dan
authoritative. Ini terdiri dari elemen legislatif, eksekutif, dan judikatif.
• Administrative governance adalah sistem implementasi
kebijakan yang memungkinkan sektor publik berjalan secara efisien,
tidak memihak, akuntabel, dan terbuka. Seringkali orang mengutip kata
good government governance (good governance) tetapi hal tersebut
sebenarnya hanya mengacu pada pengertian sempit administrative
governance.Hal ini dapat dimengerti karena elemen tersebut
bersinggungan sangat erat dengan kehidupan bisnis dan masyarakat
luas dimana komunitas bisnis dan masyarakat akan langsung
merasakan dampaknya bila kebijakan sektor publik di suatu negara
penuh dengan ketidak terbukaan, tidak efisien, dan tidak akuntabel.

2. Elemen Pelaku Bisnis


Pelaku bisnis dimaksud dalam hal ini adalah kumpulan perusahaan yang
bergerak di berbagai bidang, baik bidang industri barang maupun jasa.
Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki pengaruh terhadap kebijakan-
kebijakan sosial, politik, dan ekonomi yang dapat menciptakan lingkungan yang
lebih kondusif bagi pasar dan perusahaan-perusahaan itu sendiri. Sejalan
dengan globalisasi dimana setiap perusahaan tidak lagi kebal terhadap batasan-
batasan tradisional geografis dan negara. Tuntutan dan tanggung jawab

1
6
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

perusahaan tidak lagi pada penciptaan keuntungan bagi pemilik modal saja,
tetapi meluas pada bagaimana perusahaan secara seimbang memberikan nilai
tambah yang berkesinambungan bagi pemegang saham dan stakeholders-nya.
Governance dari sudut pelaku bisnis sering juga disebut sebagai good corporate
governance (GCG) diartikan secara lengkap sebagai struktur, sistem, dan proses
yang digunakan oleh organ perusahaan. Ini untuk memberikan nilai tambah
perusahaan yang berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang
saham, dengan tetap memperhatikan stakeholders lainnya berdasarkan
peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Mengapa GCG didefinisikan
sebagai struktur, sistem, dan proses? Karena sebagai struktur GCG itu berperan
mengatur hubungan antara Dewan Komisaris, Direksi, Pemegang Saham, dan
Stakeholders lainnya. Sementara sebagai sistem, GCG menjadi dasar
mekanisme pengecekan dan perimbangan (check and balances) kewenangan
atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi peluang pengelolaan
yang salah, dan peluang penyalahgunaan aset perusahaan. Dan sebagai proses,
GCG memastikan tranparansi dalam proses perusahaan atas penentuan tujuan
perusahaan, pencapaian, dan pengukuran kinerjanya.
3. Elemen Masyarakat
Governance dari sudut masyarakat kadang-kadang disebut societal governance
atau society saja. Masyarakat atau society terdiri atas individual maupun
kelompok (baik teroganisir maupun tidak) yang berinteraksi secara sosial, politik,
dan ekonomi dengan aturan formal maupun informal. Society meliputi lembaga
swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan lain-lain. Terwujudnya
pembangunan manusia yang berkelanjutan bukan hanya tergantung pada
negara yang mampu memerintah dengan baik dan komunitas bisnis yang
mampu menyediakan pekerjaan dan penghasilan. Tetapi juga tergantung pada
organisasi masyarakat sipil (civil society organizations) yang memfasilitasi
interaksi sosial dan politik dan yang memobilisasi berbagai kelompok di dalam
masyarakat untuk terlibat dalam aktivitas sosial, ekonomi, dan politik. Organisasi
masyarakat sipil tidak hanya melakukan check and balances terhadap
kewenangan kekuasaan pemerintah dan komunitas bisnis. Tetapi, mereka juga
dapat memberikan kontribusi dan memperkuat kedua unsur utama yang lain
tersebut.

3.2 Prinsip-prinsip (Asas-asas) Good Publik


Governance
Agar Good Governance bisa diterapkan, maka salah satu pilar utama adalah
prinsip-prinsip dasar (asas). Prinsip-prinsip dasar berguna sebagai landasan atau
pijakan bagi institusi dalam memilih aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan
dalam penerapan Good governance. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip
Good Governance di sektor publik maka berbagai aktivitas yang dilakukan
institusi dapat bersinergi untuk mencapai tujuan Good Governance. Selain itu,
Prinsip-Prinsip Dasar bisa menjadi sarana komunikasi bagi unsur Governance di
sektor publik.

1
7
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Setiap lembaga yang mengembangkan kebijakan Governance membuat prinsip-


prinsip dasar pelaksanaan Governance supaya bisa berlangsung dengan baik.
Beberapa prinsip-prinsip yang melandasi Good Governance ditawarkan oleh
World bank, Masyarakat Transparansi Indonesia, Asian Development Bank, The
Independent Commision on Good Governance in Public Services, FIRST
INTERNASIONAL CONFERENCE OF NEW RESTORED DEMOCRATIES
(MANILA, JUNI 1998), Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG).
1. World Bank
World bank (Loina, 2003) mengajukan prinsip-prinsip dasar Good
Governance di sektor publik adalah:
a. Masyarakat sipil yang kuat dan parsipatoris, terbuka
b. Pembuatan Kebijakan yang bisa diprediksi
c.Eksekutif yang bertanggungjawab
d. Birokrasi yang professional
e. Aturan hukum

2. Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI)


Menurut MTI (Loina, 2003), prinsip-prinsip dasar Good Governance
di sektor publik adalah:
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Kewajaran dan kesetaraan
4. Kesinambungan

3. Asian Development Bank (ADB)


Asian Development Bank mengemukakan prinsip-prinsip dasar Good
Governance di sektor publik (Loina, 2003):
1. Accountability
2. Transparency
3. Predictability
4. Participation

4. The Independent Commision on Good Governance in Publik


Services

1
8
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

The Independent Commision on Good Governance in Publik


Services mengemukakan prinsip-prinsip dasar Good Governance
di sektor publik (Cipfa, 2008):
1. Focusing on the purpose of the authority and on
outcomes for the community including citizens and services users
and creating and implementing a vision for the local area
2. Members and Officers working together to achieve a
common purpose with clearly definen function and roles
3. Promoting the values of the authority and demonstrating
the values of good governance through behavior
4. Taking informed and transparent decisions which are
subject to effective scrutiny and managing risk
5. Developing the capacity and capability of members to be
effective and ensuring that officersalso have the capability and
capacity to deliver effectively
6. Engaging with local people an other stakeholders to
ensure robust local publik accountability.

5. FIRST INTERNASIONAL CONFERENCE OF NEW RESTORED


DEMOCRATIES (MANILA, JUNI 1998)
FIRST INTERNASIONAL CONFERENCE OF NEW RESTORED
DEMOCRATIES (MANILA, JUNI 1998) mengemukakan prinsip-
prinsip dasar Good Governance di sektor publik (Nazar, 2007):
1. Transparancy (Keterbukaan)
2. Accountability (Bertanggung jawab)
3. Eguity (Adil)
4. Responsiveness (Cepat dan Tanggap )
5. Civil Society Role (Peran dan Partipasi Masyarakat )
6. Rule of Law ( Penegakan Hukum )

6. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)


Pada tahun 1999 didirikan Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance (KNKCG) dan pada tahun 2004 diubah
menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri
dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. KNKCG telah
menerbitkan Pedoman Umum Good Corporate Governance
(Pedoman Umum GCG) pada tahun 1999. Pedoman tersebut telah
beberapa kali disempurnakan, terakhir oleh KNKG pada tahun 2006.

1
9
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Sejak Pedoman Umum GCG diterbitkan pada tahun 1999, semangat


menerapkan GCG di kalangan dunia usaha dirasakan ada
peningkatan. Namun, peningkatan tersebut belum efektif mengingat
ketiga pilar yaitu negara, dunia usaha dan masyarakat belum
menjalankan good governance sebagaimana yang diharapkan.
Sementara itu secara internasional, penerapan good publik
governance (GPG) merupakan salah satu prasyarat dalam rangka
meningkatkan daya saing Indonesia secara global. Oleh karena itu,
peningkatan pelaksanaan good publik governance merupakan hal
yang sangat penting. Untuk dapat melaksanakan good governance
sebagaimana diharapkan, dipandang perlu untuk melengkapi
pedoman yang dapat dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan
good governance di sektor publik.

Asas Good Public Governance menurut KNKG (KNKG, 2008) adalah:


1. Demokrasi
Demokrasi mengandung tiga unsur pokok yaitu partisipasi,
pengakuan adanya perbedaan pendapat dan perwujudan
kepentingan umum. Asas demokrasi harus diterapkan baik
dalam proses memilih dan dipilih sebagai penyelenggara Negara
maupun dalam proses penyelenggaraan negara.
Pedoman Pelaksanaan
1.1. Pemilihan penyelenggara negara oleh rakyat dilakukan
secara bertanggungjawab berdasarkan kesadaran dan
pemahaman politik masyarakat.
1.2. Pemilihan penyelenggara negara oleh penyelenggara
negara yang dipilih oleh rakyat, dilakukan atas dasar
kepentingan negara dan masyarakat.
1.3. Penyelenggara negara harus mampu mendengar,
memilah, memilih dan menyalurkan aspirasi rakyat dengan
berpegang pada kepentingan negara dan masyarakat.
1.4. Penyusunan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik dengan mengikutsertakan partisipasi
masyarakat dan dunia usaha secara bertanggungjawab
(rule-making rules).
1.5 Peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik harus
disusun dalam rangka mewujudkan kepentingan umum.
1.6 Penyelenggara negara harus menerapkan prinsip partisipasi
dalam melaksanakan fungsi, tugas dan kewenangannya.

2. Transparansi

2
0
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Tranparansi mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan


penyediaan informasi yang memadai dan mudah diakses oleh
pemangku kepentingan. Transparansi diperlukan agar
pengawasan oleh masyarakat dan dunia usaha terhadap
penyelenggaraan negara dapat dilakukan secara obyektif. Untuk
itu, diperlukan penyediaan informasi melalui sistem informasi dan
dokumentasi yang dapat diakses dengan mudah tentang pola
perumusan dan isi peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik serta pelaksanaannya oleh masing-masing
lembaga negara. Transparansi juga diperlukan dalam rangka
penyusunan dan penggunaan anggaran. Asas transparansi ini
tidak mengurangi kewajiban lembaga negara serta
penyelenggara negara untuk merahasiakan kepentingan negara
sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan
harus menolak memberikan informasi yang berkaitan dengan
keselamatan negara, hak-hak pribadi dan rahasia jabatan.

Pedoman Pelaksanaan
2.1 Lembaga negara harus menyediakan informasi proses
penyusunan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
publik agar masyarakat dan dunia usaha dapat berpartisipasi
dalam proses penyusunannya.
2.2 Lembaga negara harus mengumumkan secara terbuka
peraturan perundangundangan dan kebijakan publik agar
pemangku kepentingan dapat memahami dan
melaksanakannya.
2.3 Lembaga negara harus menyediakan informasi yang mudah
diakses dan dipahami oleh masyarakat dan dunia usaha
mengenai proses penetapan perundang-undangan dan
kebijakan publik serta pelaksanaannya.
2.4 Lembaga negara juga harus menyediakan informasi
mengenai penyusunan rencana strategis, program kerja dan
anggaran serta pelaksanaannya.
2.5 Kelengkapan penyediaan informasi oleh lembaga negara
dinilai dan diawasi oleh masyarakat sebagai bagian dari
kontrol sosial.

3. Akuntabilitas
Akuntabilitas mengandung unsur kejelasan fungsi dalam
organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya. Akuntabilitas
diperlukan agar setiap lembaga Negara dan penyelenggara

2
1
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

negara melaksanakan tugasnya secara bertanggungjawab.


Untuk itu, setiap penyelenggara negara harus melaksanakan
tugasnya secara jujur dan terukur sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dan kebijakan publik yang berlaku serta
menghindarkan penyalahgunaan wewenang.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
3.1 Lembaga negara harus menetapkan rincian fungsi, tugas
serta wewenang dan tanggungjawab masing-masing
penyelenggara negara yang selaras dengan visi, misi dan
tujuan lembaga negara yang bersangkutan.
3.2 Lembaga negara maupun individu penyelenggara negara
harus memiliki ukuran kinerja serta memastikan tercapainya
kinerja tersebut.
1.3 Dalam rangka mempertanggungjawabkan kinerjanya, setiap
penyelenggara negara harus melaksanakan tugasnya
secara jujur serta memenuhi prinsip akuntabilitas baik yang
terkait dengan kepatuhan terhadap hukum, proses
pengambilan keputusan atau penetapan kebijakan maupun
penyusunan dan pelaksanaan program
1.4 Pertanggungjawaban harus disampaikan secara berkala
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Untuk itu, masing-masing lembaga Negara harus
memastikan adanya periode waktu pertanggungjawaban.
1.5 Lembaga negara harus menindak-lanjuti setiap keluhan atau
pengaduan yang disampaikan oleh pemangku kepentingan
yang disertai identitas, mengenai penyelenggaraan
pelayanan kepada publik. Untuk itu, lembaga negara harus
menyusun tata cara pengelolaan keluhan dan pengaduan
berdasarkan prinsip penyelesaian yang cepat, tuntas dan
transparan.
1.6 Lembaga negara harus melakukan evaluasi terhadap kinerja
setiap penyelenggara negara secara berkala.
1.7 Pertanggungjawaban lembaga negara dan penyelenggara
negara diawasi oleh masyarakat dan lembaga yang
diberikan kewenangan melakukan pengawasan.

4. Budaya Hukum
Budaya hukum mengandung unsur penegakan hukum (law
inforcement) secara tegas tanpa pandang bulu dan ketaatan
terhadap hukum oleh masyarakat berdasarkan kesadaran.
Budaya Hukum harus dibangun agar lembaga negara dan
penyelenggara negara dalam melaksanakan tugasnya selalu

2
2
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

didasarkan pada keyakinan untuk berpegang teguh pada


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk
itu, setiap lembaga negara dan penyelenggara negara
berkewajiban untuk membangun sistim dan budaya hukum
secara berkelanjutan baik dalam proses penyusunan dan
penetapan perundang-undangan serta kebijakan publik maupun
dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. Penetapan
perundang-undangan dan kebijakan publik harus dilakukan atas
dasar kepentingan umum dan dilaksanakan secara konsekuen.
Pedoman Pelaksanaan
4.1 Penyusunan serta penetapan perundang-undangan dan
kebijakan publik harus dilakukan secara terkoordinasi, dengan
mengedepankan asas-asas transparansi, akuntabilitas dan
perlindungan hak asasi manusia.
4.2 Peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik harus
mengandung nilai-nilai yang mendukung terwujudnya
supremasi hukum demi terciptanya kepastian hukum bagi
dunia usaha dan masyarakat.
4.3 Dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik, setiap penyelenggara negara harus
menjalankan tugas dan kewajibannya secara profesional ,
jujur dan taat asas, sehingga terhindar dari praktek kolusi,
korupsi, dan nepotisme.
4.4 Lembaga negara harus memastikan berfungsinya lembaga
hukum, sumberdaya manusia dan perangkat hukum agar
menjamin terwujudnya penyelenggaraan negara yang bersih
dan sesuai dengan prinsip-prinsip negara hukum. Sanksi
terhadap pelanggaran perundang-undangan dan kebijakan
publik harus dilaksanakan secara taat asas sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

5. Kewajaran dan Kesetaraan


Kewajaran dan kesetaraan mengandung unsur keadilan dan
kejujuran sehingga dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan
perlakuan setara terhadap pemangku kepentingan secara
bertanggungjawab. Kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk
dapat mewujudkan pola kerja lembaga negara dan penyelenggara
negara yang lebih adil dan bertanggungjawab. Kewajaran dan
kesetaraan juga diperlukan agar pemangku kepentingan dan
masyarakat menjadi lebih mentaati hukum dan dihindari terjadinya
benturan kepentingan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam
melaksanakan fungsi dan tugasnya lembaga negara dan
penyelenggara negara harus senantiasa memperhatikan

2
3
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

kepentingan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat


berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Pedoman Pelaksanaan
5.1 Setiap lembaga negara yang memiliki kewenangan untuk
menetapkan dan atau melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan publik harus mengutamakan dan
melindungi hak-hak masyarakat dengan berbasis kewajaran
dan kesetaraan.
5.2 Untuk melaksanakan pelayanan kepada publik dengan
berbasis kewajaran dan kesetaraan, lembaga negara beserta
perangkatnya harus menerapkan standar pelayanan yang
berkualitas.
5.3 Standar pelayanan yang berkualitas disusun sesuai
dengan sifat dan jenis pelayanan yang diselenggarakan dengan
memperhatikan lingkungan, kepentingan dan masukan dari
masyarakat.
5.4 Pelaksanaan standar pelayanan yang berkualitas oleh
lembaga negara dan penyelenggara negara diawasi
masyarakat serta lembaga yang diberikan kewenangan
melakukan pengawasan.
5.5 Setiap lembaga negara harus menerapkan kebijakan
rekruitmen dan karier penyelenggara negara serta pegawai dan
prajurit dalam lingkungannya, atas dasar kewajaran dan
kesetaraan, tanpa membedakan agama, suku, kelompok dan
golongan yang bersangkutan.

3.3 Peranan Etika Dalam Mewujudkan Good Publik


Governance
3.3.1 Pengertian etika
Etika merupakan suatu sistem nilai atau kode yang mengarahkan perilaku
individual (Gibson, 2003). Dalam konteks organisasi, etika dibutuhkan ketika
individu dihadapkan pada situasi pengambilan keputusan. Etika dalam organisasi
terbentuk atau produk dari etika sosial, etika professional dan etika individual
(Jones, 2001). Etika sosial merupakan etika dari masyarakat dimana organisasi
berada. Etika masyarakat merupakan nilai-nilai moral yang diformalkan dalam
sistem hukum masyarakat, kebiasaan-kebiasaan, atau norma-norma tidak
tertulis. Kebanyakan orang secara otomatis mengikuti norma dan nilai etika
dimana dia tinggal karena interaksi dengan anggota masyarakat lainnya. Ketika
etika sosial dikodifikasi menjadi sistem hukum, maka organisasi yang berada di
masyarakat itu harus mematuhinya dan berhubungan dengan masyarakat dalam
koridor hukum yang berlaku.

2
4
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Etika Profesional merupakan nilai-nilai moral yang dikembangkan sekelompok


orang-orang terlatih sama untuk mengendalikan kinerja pekerjaan atau kinerja
penggunaan sumberdaya. Orang-orang menginternalisasi aturan dan nilai-nilai
profesionalnya ketika melakukan pekerjaan sesuai dengan keahliannya.
Beberapa organisasi memiliki beberapa kelompok karyawan professional sesuai
dengan bidangnya, misalnya perawat, akuntan, peneliti, ahli hukum yang mana
perilaku mereka diarahkan oleh etika professional. Biasanya, organisasi profesi
membuat kode perilaku etik (ethical conduct) untuk ditaati masing-masing
anggota profesi.
Etika Individual merupakan nilai moral pribadi yang digunakan masing-masing
orang untuk mengatur hubungannya dengan orang lain. Etika individual diperoleh
melalui pendidikan sejak kecil dan berpangkal dari keluarga, teman,
keanggotaan keagamaan, atau organisasi social lainnya. Perilaku etis bagi
seseorang mungkin bukan perilaku etis bagi orang lain. Sepanjang perilaku
seseorang tidak melanggar aturan atau tidak illegal, maka orang-orang bisa saja
setuju atau tidak setuju terhadap keyakinan etikanya. Individu-individu pada
umumnya akan berusaha membuat keyakinan etikanya menjadi aturan dalam
organisasi, sehingga apabila seseorang melanggar aturan itu akan dikenai
sanksi. Karena etika individu sangat memengaruhi tindakan seseorang dalam
organisasi, maka kultur organisasi sangat dipengaruhi oleh orang yang
menduduki posisi untuk menetapkan nilai-nilai etika organisasi.
Etika sangat berperan dalam perjalanan organisasi sektor privat maupun sektor
publik. Setiap organisasi akan selalu membuat keputusan berkaitan dengan
alokasi sumberdaya organisasi sehingga mencapai tujuan organisasi. Kualitas
pembuatan keputusan dalam suatu organisasi tergantung pada pemilihan tujuan
dan mengidentifikasi bagaimana cara mencapai tujuan itu (Gibson, 2003). Setiap
pembuatan keputusan selalu menyangkut kepentingan banyak pihak, sehingga
etika sangat penting dalam pembuatan keputusan terutama ketika dihadapkan
pada beberapa masalah, situasi atau kesempatan-kesempatan yang
membutuhkan pilihan dari beberapa alternatif. Pembuatan keputusan manajerial
menyerap beberapa isu-isu terkait dengan etika. Manajer memiliki kekuasaan
dan otoritas dan ketika factor-faktor ini ada maka terjadi kecenderungan untuk
salah atau benar, baik atau buruk. Beberapa indikasi yang menunjukkan
keputusan manajerial terkait dengan etika adalah (Anderson, 1997 dalam
Gibson, 2003):
a. Pembuatan keputusan yang memengaruhi hidup, karir, dan kenyamanan
orang
b. Pembuatan keputusan yang melibatkan alokasi sumberdaya yang
terbatas
c. Perancangan, implementasi, dan evaluasi aturan, kebijakan, program dan
prosedur
d. Pembuat keputusan menunjukkan kepada pihak lain moral dan nilai
pribadinya ketika membuat keputusan.

2
5
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

3.3.2 Masalah-masalah Etika yang Berkembang Saat ini1


Unsur-unsur etika seperti bersikap jujur, sifat tanpa pamrih dalam saling
menghargai, saling mencintai, dan saling menolong, budaya malu, kepedulian
tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, kerja keras, kesadaran
menghargai dan melestarikan lingkungan hidup, dan lain-lain selalu muncul
dalam uraian mengenai etika pemerintahan. Sebagaimana pelaksanaan dari
prinsip-prinsip good governance, pelaksanaan unsur etika pemerintahan ini
nampaknya masih sulit untuk diterapkan, mengingat resistensi para
penyelenggara negara dan pemerintahan dewasa ini boleh dikatakan sudah
membudaya. Dikatakan membudaya, karena sudah bukan merupakan barang
baru lagi apabila ”pungli” sebagai salah satu contoh perilaku etika diluar prinsip
etika, masih merebak dan dianggap biasa oleh masyarakat.
Hal bahwa ”pungli” dianggap biasa oleh masyarakat dikuatkan oleh hasil survey
yang dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah
Mada (PSKK UGM), dimana kebanyakan pengguna layanan publik justru merasa
lega ketika diminta membayar ”pungli” dan mereka kebanyakannya (lebih dari 80
%) membayar sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini:

Prosentase (%)
Reaksi masyarakat
Desa Kota Total
Menganggap ”pungli” sebagai hal yang wajar tetapi tidak mau bayar
4,5 4,9 4,7
Marah dan menolak utk membayar 12,1 15,7 13,9
Merasa lega karena dengan demikian pekerjaan akan cepat selesai
15,7 15,3 15,5
Merasa keberatan tetapi tetap membayar 21 18,7 19,9
Menganggap “pungli” sebagai hal yang wajar sehingga
46,8 46,5 46,1
membayarnya
Sumber: Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Public, Gajah Mada
University Press, 2006

Gambaran diatas menunjukan bahwa prinsip-prinsip etika seperti budaya malu


sudah dikesampingkan; kepedulian dalam kewajiban melayani publik diabaikan;
baru mau kerja ”keras” bila ada pamrih; tidak adanya keseimbangan dalam
pelaksanaan kewajiban warga (yang cenderung transparan) dengan
pelaksanaan hak warga (yang cenderung tidak transparan); dan begitu
seterusnya yang kesemuanya merupakan potret ”budaya kerja” yang
menyimpang dari prinsip-prinsip etika pemerintahan yang secara normatif telah
disepakati bersama. Secara konsep, etika pemerintahan, demokrasi dan good
governance sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan tentang kesusilaan
atau moral. Sedangkan moral itu sendiri adalah hal-hal yang mendorong
manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai
kewajiban atau norma dan sebagai sarana untuk mengukur benar tidaknya
tindakan manusia.
Ilmu pengetahuan tentang kesusilaan atau moral juga berkaitan dengan ilmu
yang mempelajari nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya
serta nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia.

1
Bagian ini dikutip seluruhnya dari Depdagri & LAN, Dikla t Te kn is Ke pe me rin t ah an
yan g Ba ik d an Et ika Pe me rin ta h , Jun i 2 00 7

2
6
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Moral (yang artinya cara hidup atau kebiasaan) dalam pengertiannya yang umum
menaruh penekanan pada karakter dan sifat-sifat individu yang khusus di luar
ketaatan pada peraturan, maka moral merujuk pada tingkah laku yang bersifat
spontan, seperti rasa kasih, kemurahan hati, kebesaran jiwa, dan lain-lain. Etika
berkenaan dengan moralitas yang mengandung pertimbangan-pertimbangan
yang jauh lebih tinggi tentang kebenaran dan keharusan yang mempunyai
sanksi-sanksi hukum yang bersifat internal seperti isyarat-isyarat verbal, rasa
bersalah, sentimen atau rasa malu.
Etika tidak berhenti pada tataran konsep-konsep dasar moral tetapi juga berlanjut
pada bagaimana kita mengimplementasikannya. Implementasi dalam sistem politik
atau organisasi publik selalu berhubungan dengan apa yang menurut mereka
benar atau salah sehingga moral dalam mengekspresikan nilai-nilai tertentu yang
mengekspresikan komitmen mereka terhadap mana yang benar dan mana yang
salah.Dengan demikian etika adalah suatu usaha untuk menjadikan pengalaman
moral individu dan masyarakat tertentu dengan cara tertentu untuk menentukan
aturan-aturan yang mengatur perilaku manusia.
Lembaga eksekutif sebagai institusi administrasi negara merupakan lembaga
pelaksana salah satu fungsi administrasi negara. Dengan demikian
pelaksanaan etika dalam pemerintahan sangat ditentuhan oleh adanya
niat baik pemerintah untuk melaksanakan amanat undang-undang dan
menciptakan kondisi good governance, yang diwujudkan melalui berbagai
tindakan hukum di bidang administrasi negara.

3.3.3 Standar Etika Pemerintahan


Untuk memberikan bobot moral pada pelaksanaan hukum perlu dibarengi
dengan strategi pengembangan etika pemerintahan dalam kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan antara lain melalui:
a. Penyusunan standar etika pemerintahan yang jelas dimana para aparat
pemerintahan perlu mengetahui standar dan prinsip dasar yang harus
mereka terapkan dalam pelaksanaan tugas mereka.
b. Pencantuman standar etika dalam peraturan perundang- undangan.
c. Pensosialisasian etika pemerintahan secara teratur oleh tenaga-
tenaga profesional untuk membantu aparat pemerintah
menerapkannya dalam situasi konkrit.
d. Perlindungan kepada aparat pemerintah atas hak dan hewajibannya
Adanya komitmen politik akan memperkuat pelaksanaan etika di
kalangan aparat pemerintah.
e. Pengambilan keputusan berdasar prinsip transparansi yang sejalan
dengan hak publik untuk mengetahui bagaimana lembaga-lembaga
publik melaksanakan kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka.
Selain itu harus difasilitasi proses-proses demokratis untuk
terlaksananya sosial kontrol dan pengawasan legislatif.

2
7
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

f. Penyediaan pedoman yang jelas untuk interaksi antara sektor publik


dengan sektor swasta.
g. Pelaksanaan keteladanan dari para pernimpin dalam melaksanakan
etika pemerintahan.
h. Pelaksanaan komitmen dari instansi pemerintah untuk menegakkan
etika dan sanksi, baik dalam kebijakan,prosedur dan tindakan.
i. Pelaksanaan mekanisme akuntabilitas yang memadai yang difokuskan
kepada kepatuhan pada peraturan dan prinsip-prinsip etika serta pada
pencapaian hasil.

3.3.2 Nilai-nilai etika dan pedoman perilaku


Untuk mewujudkan dan menjaga kredibilitas negara dan lembaga negara,
pelaksanaan Good Public Governance harus dilandasi oleh nilai-nilai sebagai
pegangan moral bagi penyelenggara negara, pegawai dan prajurit. Untuk itu,
diperlukan etika dan pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi
penyelenggara Negara dan pegawai dalam menerapkan nilai-nilai yang
disepakati. Etika penyelenggara negara harus diterapkan secara konsisten dan
berkelanjutan agar dapat menjadi bagian dari budaya penyelenggaraan Negara
(KNKG,2008).
a. Nilai-nilai menggambarkan sikap moral penyelenggara negara,
pegawai dan prajurit dalam menjalankan amanah serta tanggung
jawabnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Etika merupakan acuan bagi penyelengara negara dalam
melaksanakan tugasnya termasuk dalam berinteraksi dengan
pemangku kepentingan dan masyarakat.
c. Nilai-nilai dan etika dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku
sehingga menjadi panduan bagi penyelenggara negara, pegawai dan
prajurit dalam melaksanakan tugasnya.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


1. Nilai-nilai
Nilai-nilai bermakna sebagai perilaku yang dijunjung tinggi dan merupakan
kekuatan organisasi mencapai tujuannya. Nilai-nilai yang menjadi pegangan
moral penyelenggara negara, pegawai dan prajurit adalah integritas,
professional, mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara serta
berwawasan kedepan.
1.1. Integritas
Berpikir, berkata dan berperilaku yang didasari oleh kejujuran, keadilan dan
disiplin.

2
8
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

1.2. Professional.
Berkomitmen untuk menyelesaikan tugasnya secara tuntas dan akurat atas
dasar kompetensi yang dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.
1.3. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara.
Bekerja atas dasar semangat untuk melayani kepentingan masyarakat dan
Negara diatas kepentingan pribadi, kelompok atau golongan.
1.4. Berwawasan kedepan.
Berpikir kedepan untuk selalu menyempurnakan prestasi yang sejalan
dengan kepentingan masyarakat dan negara.

2. Etika Penyelenggaraan Negara


Etika harus diterapkan oleh setiap penyelenggara negara, baik yang
menjalankan fungsi legislatif, eksekutif, yudikatif maupun lembaga non
struktural. Etika juga harus diterapkan oleh pegawai dan prajurit. Etika
penyelenggara negara mencakup perilaku individu, perlindungan terhadap
harta milik negara, penyelenggaraan negara serta kepentingan pribadi. Untuk
itu, setiap lembaga negara harus menyusun pedoman etika penyelenggaraan
negara bagi jajarannya.
2.1. Perilaku individu
Dalam hal perilaku individu, penyelenggara negara, pegawai dan prajurit
harus:
a. Menjunjung tinggi hukum, moral, memiliki harga diri dan disiplin yang
kuat
b. Menjaga integritas pribadi dan memiliki komitmen untuk menjaga citra
dan reputasi negara
c. Menyandarkan segala sesuatu dan perilaku kepada hati nurani
d. Mencegah praktik diskriminasi dan menghindari pelecehan terhadap
harga diri dan kondisi fisik.
e. Menghindarkan diri dari segala bentuk benturan kepentingan

2.2. Perlindugan terhadap harta milik negara


Dalam rangka melindungi harta milik negara, penyelenggara negara, pegawai
dan prajurit harus:
a. Selalu memelihara dan melindungi harta milik negara dan tidak
menggunakannya untuk kepentingan pribadi, kepentingan politik dan
kepentingan lain yang bertentangan dengan kepentingan negara.

2
9
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

b. Selalu menjaga hak intelektual milik negara dan mendedikasikan


kompetensi yang dimilikinya untuk kepentingan negara.
c. Melindungi informasi yang bersifat rahasia dan mencegahnya dari
kehilangan, penyalahgunaan, kebocoran dan pencurian.
d. Membuat catatan yang akurat dan lengkap tentang harta negara dan
harta intelektual negara yang ada dalam pengawasannya.

2.3. Penyelenggaraan negara


Untuk dapat melakukan penyelenggaraan negara secara tertib,
penyelenggara Negara harus:
a. Menghindari terjadinya misrepresentasi dalam berhubungan
dengan pihak lain. Untuk itu :
• penyelenggara negara dapat mewakili negara atau lembaga
negara sesuai dengan kapasitas dan wewenangnya.
• penyelenggara negara yang mewakili negara atau lembaga
negara harus dapat menunjukkan kewenangan hukum dan laporan
yang benar.
b. Dalam melaksanakan tugasnya, penyelenggara negara, pegawai dan
prajurit harus:
• mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara
• menerapkan prinsip profesionalisme, adil dan selalu beritikad
baik.
• mencegah terjadinya KKN dan citra negatif
• menghindari tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman pihak lain
c. Penyelenggaraan negara harus mempunyai pandangan jauh kedepan
dan mandiri.
2.4. Kepentingan pribadi
Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus mengutamakan negara
diatas kepentingan pribadi. Untuk itu, penyelenggara negara, pegawai dan
prajurit hendaknya:
a. Tidak menggunakan waktu, fasilitas, sumber daya dan peralatan
negara untuk kepentingan pribadi.
b. Tidak menggunakan akses, pengetahuan dan jabatannya untuk hal-
hal yang merugikan negara.
c. Bebas dari pengaruh yang memungkinkan terjadinya benturan
kepentingan.

3
0
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

d. Tidak menjadi rekanan dari lembaga negara, baik langsung maupun


tidak langsung.

2.5. Pedoman etika penyelenggaraan negara


Setiap lembaga negara harus menyusun pedoman perilaku bagi
penyelenggara negara, pegawai dan prajurit lembaga negara yang
bersangkutan. Pedoman memuat antara lain:
a. Latar belakang, maksud dan tujuan serta landasan hukum
b. Rumusan pedoman etika penyelenggaraan negara.
c. Ketentuan pelaksanaan yang memuat hal-hal yang harus
dilakukan oleh penyelenggara negara, pegawai dan prajurit serta sanksi
pelanggaran.

3. Pedoman Perilaku
Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan,
pemberian dan penerimaan hadiah, kepatuhan terhadap peraturan,
kerahasiaan informasi, pelaksanaan kewenangan serta hak dan kewajiban
dalam pengungkapan tindakan penyimpangan(whistleblower).
3.1. Benturan kepentingan
a. Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat perbedaan
kepentingan antara kewajiban pemenuhan tugas untuk kepentingan
negara dan rakyat dengan kepentingan pribadi, keluarga, kroni,
kelompok, golongan atau afialiasi lainnya.
b. Penyelenggara negara tidak diperkenankan memegang jabatan lain
yang dapat menimbulkan potensi terjadinya benturan kepentingan.
c. Pada saat seseorang mulai menjabat, dan selama masa jabatan
sebagai penyelenggara negara dalam hal ada perubahan kepentingan,
harus membuat pernyataan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada
kepentingan dalam kegiatan diluar tugasnya sebagai penyelenggara
negara, kepemilikan saham pada perusahaan dan kepemilikan aset
serta kepentingan keuangan lainnya dari penyelengara negara yang
bersangkutan serta istri/suami beserta anaknya.
d. Dalam hal penyelenggara negara memiliki benturan kepentingan,
maka penyelenggara negara tidak diperkenankan untuk turut serta,
secara langsung atau tidak langsung, dalam pembahasan dan
pengambilan keputusan mengenai masalah yang terkait.
e. Penyelenggara negara tidak diperkenankan untuk menyalahgunakan
informasi maupun sumberdaya milik negara untuk kepentingan diluar
kepentingannya sebagai penyelenggara negara, dan menerima
sesuatu dari pihak manapun yang dapat berpengaruh kepada

3
1
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

kinerjanya sebagai penyelenggara negara maupun lembaga negara


dimana penyelenggara negara menjabat.
f. Penyelenggara negara tidak diperkenankan untuk mengeluarkan
kebijakan yang bertujuan menguntungkan kepentingan pribadi,
keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.
g. Penyelenggara negara tidak diperkenankan menggunakan jabatannya
untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau
afiliasi lainnya.
h. Setiap penyelenggara negara diharuskan setiap tahun membuat
pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan dan telah
melaksanakan pedoman perilaku yang ditetapkan oleh lembaga
negara yang bersangkutan.

3.2. Pemberian dan penerimaan hadiah


a. Setiap penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak
diperkenankan meminta atau menerima sesuatu, baik langsung
maupun tidak langsung, baik dalam bentuk hadiah atau jasa berupa
uang, natura, maupun bentuk lainnya yang dapat menimbulkan
benturan kepentingan. Dalam pengertian menerima termasuk
memperoleh sesuatu sebagai ungkapan penghargaan atau ucapan
terima kasih atas jasanya dalam melakukan tugas administrasi
penyelenggaraan negara.
b. Setiap penyelenggara negara tidak diperkenankan memberi
sesuatu, baik langsung ataupun tidak langsung, baik dalam bentuk
hadiah atau jasa berupa uang, natura, maupun bentuk lainnya yang
dapat menimbulkan benturan kepentingan. Dalam pengertian memberi
termasuk memberikan sesuatu sebagai ungkapan penghargaan atau
ucapan terima kasih atas jasanya dalam menunjang tugas administrasi
penyelenggaraan negara.
c. Dalam situasi dimana penyelenggara negara telah menerima
kemudahan ataupun menerima sesuatu oleh karena jabatannya
sebagai penyelenggara negara, harus melaporkannya kepada pihak
yang berwenang untuk menangani masalah tersebut di masing-masing
institusi, ataupun kepada lembaga yang telah dibentuk dan ditunjuk
oleh negara.
d. Donasi oleh penyelenggara negara kepada partai politik, hanya
boleh dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
e. Setiap penyelenggara negara diharuskan setiap tahun membuat
pernyataan tidak memberikan sesuatu dan atau menerima sesuatu
sebagaimana diatur pada huruf a dan b.

3
2
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

f. Setiap pemberian suatu aset kepada lembaga negara harus


diumumkan dan dicatat sebagai aset negara.

3. 3. Kepatuhan terhadap peraturan


a. Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus memahami
dengan baik peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
fungsi dan tugasnya.
b. Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
fungsi dan tugasnya secara efektif dan konsisten.
c. Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak
diperkenankan menyalahgunakan peraturan perundang-undangan
untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau
afiliasi lainnya.

3.4. Kerahasiaan informasi


a. Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus menjaga
kerahasiaan informasi lembaga negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan internal lembaga yang
bersangkutan.
b. Setiap penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak
diperkenankan menyalahgunakan informasi yang berkaitan dengan
lembaga negara untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok,
golongan atau afiliasi lainnya.
c. Setiap mantan penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak
diperkenankan menggunakan informasi yang diperolehnya selama
menjabat sebagai penyelenggara negara sampai informasi dimaksud
diklasifikasikan sebagai informasi yang tidak rahasia.
d. Setiap mantan penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak
diperkenankan menyalahgunakan informasi rahasia yang diperolehnya
selama bertugas sebagai penyelenggara negara, pegawai dan prajurit
untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau
afiliasi lainnya.

3.5. Pelaksanaan kewenangan


a. Setiap penyelenggara negara harus melaksanakan tugas dan
kewenangannya dengan berpedoman pada asas-asas GPG.
b. Setiap penyelenggara negara melaksanakan tugas dan
kewenangannya sesuai dengan uraian tugas yang berlaku baginya.

3
3
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

c. Setiap penyelenggara negara tidak diperkenankan


menyalahgunakan tugas dan kewenangannya untuk kepentingan
pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

3.6. Pengungkapan dan pelaporan tindakan penyimpangan


(whistleblower)
a. Penyelenggara negara harus memahami hak dan kewajibannya dalam
mengungkapkan tindakan penyimpangan atau pelanggaran terhadap
etika penyelenggaraan negara, yang telah terjadi ataupun yang diduga
terjadi dalam penyelenggaraan negara.
b. Lembaga negara harus menyusun suatu peraturan yang jelas dan
didukung dengan prosedur yang memadai serta memungkinkan
dilakukannya pelaporan terhadap tindakan penyimpangan dan
mekanisme penanganan serta pihak-pihak yang bertanggung jawab
dalam melakukan penanganan tersebut.
c. Pelapor tindakan penyimpangan dapat berasal dari penyelenggara
negara, pegawai dan prajurit maupun dari masyarakat. Baik
penyelenggara negara, pegawai dan prajurit maupun masyarakat perlu
memahami perlindungan apa yang tersedia dan diberikan kepada
mereka dalam pengungkapan tindakan penyimpangan. Untuk itu, perlu
disusun sebuah peraturan yang menjamin perlindungan terhadap
individu yang melaporkan terjadinya tindakan penyimpangan.

3.4 Best Practices Good Publik Governance untuk


Pemerintah Daerah
Governance di pelayanan publik selalu diamati karena kebijakan governance di
sektor publik memengaruhi seluruh sektor pelayanan kepada publik. Pemerintah
Daerah memiliki peran yang besar untuk menghantarkan layanan publik
berkualitas tinggi, atau untuk berkomunikasi kepada publik dan dunia usaha.
Peranan Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak dalam melayani masyarakat
semakin diperjelas dalam Undang-undang no. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang no.33 tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah. Kedua Undang- Undang ini
memberikan wewenang yang luas kepada Pemerintah Daerah untuk
memanfaatkan potensi daerah dan menggali sumberdaya-sumberdaya yang
diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dalam pemberian
layanan publik. Wewenang atau otoritas yang diberikan kedua Undang-Undang
itu merupakan pelimpahan Governance Pemerintah kepada Pemerintah Daerah,
sehingga apabila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan penyalahgunaan
kekuasaan (abuse of powers).
Good Governance memungkinkan Pemerintah Daerah mencapai visinya secara
efektif dan juga menyokong visi itu dengan mekanisme kendali dan manajemen

3
4
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

risiko (Cipfa, 2008). Pemerintah Daerah yang efektif akan mengandalkan


kepercayaan publik kepada Bupati/walikota dan kepala SKPD yang ditunjuk.
Fungsi Good Governance meyakinkan bahwa Pemerintah daerah memenuhi
tujuan mereka dan mencapai outcome yang diinginkan mereka untuk warga
Negara dan pengguna jasa dan beroperasi dalam cara-cara yang ekonomi,
efisien dan efektif. Good Governance akan membawa pada Good Management,
Good Performance, Good Stewardship of Publik Money, Good Public
Engagement, dan Good Outcomes for Citizens and services users.
Beberapa panduan pelaksanaan good governance di Pemerintah Daerah adalah
(KNKG, 2008):
Asas Demokrasi
a. Peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan publik yang
diterbitkan dalam rangka pelaksanaan fungsi dan tugasnya, harus
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan.
b. Penyusunan program kerja harus memperhatikan kepentingan
umum dan dilakukan dengan melibatkan masyarakat.
c. Penyelenggara negara eksekutif harus secara aktif mendorong
masyarakat untuk menyampaikan pendapat atau penilaian yang
berkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
program kerja.

Asas Transparansi
a. Rancangan peraturan perundang-undangan dan program kerja
harus diumumkan secara terbuka dan luas kepada masyarakat dan
disediakan dengan cara yang mudah diakses oleh masyarakat.
b. Proses pembahasan peraturan perundang-undangan dan
kebijaksaan publik harus terbuka untuk umum sehingga memungkinkan
pemangku kepentingan berpartisipasi secara bertanggungjawab.
c. Peraturan perundang-undangan dan program kerja harus
disosialisasikan secara luas kepada masyarakat.
d. Pelayanan publik harus dilaksanakan berdasarkan standar
prosedur operasi yang diumumkan secara terbuka.

Asas Akuntabilitas
a. Setiap penyelenggara negara eksekutif harus memiliki rincian
tugas dan kinerja yang jelas dan dapat diukur.
b. Setiap penyelenggara negara eksekutif harus mempunyai pola
pikir, pola sikap dan pola tindak untuk melaksanakan tugasnya dengan
baik dan mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3
5
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

c. Setiap penyelenggara negara eksekutif harus membuat


pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya dan lembaga negara
yang dipimpinnya, setahun sekali.
d. Setiap penyelenggara negara eksekutif tidak diperkenankan
menerima pemberian dalam bentuk apapun yang dapat menimbulkan
benturan kepentingan. Pelaksanaan tugas dan laporan pertanggung
jawaban penyelenggara negara eksekutif harus dinilai oleh lembaga
yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Setiap penyelenggara negara eksekutif diharuskan setiap tahun
membuat pernyataan tidak menerima sesuatu dari atau memberikan
sesuatu kepada pihak manapun.

Asas Budaya Hukum


a. Peraturan perundang-undangan harus dilaksanakan atas dasar
prinsip penegakan hukum secara benar, adil dan taat asas.
b. Setiap penyelenggara negara eksekutif harus memastikan
bahwa seluruh aparat yang dipimpinnya melaksanakan peraturan
perundangundangan secara benar, adil dan taat asas.
c. Setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan
harus dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku secara
konsisten dan konsekuen.
d. Dalam melaksanakan tugas, penyelenggara negara eksekutif
harus bersikap profesional, jujur dan taat asas serta menghindarkan
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.

Asas Kesetaraan dan Kewajaran


a. Peraturan perundang-undangan dan pelayanan publik harus
dilaksanakan bagi semua pihak, tanpa ada perbedaan dan
keberpihakan serta dihindari adanya benturan kepentingan.
b. Pelayanan publik harus dilaksanakan secara berkualitas dan
amanah.
c. Dalam melaksanakan tugasnya pejabat negara eksekutif harus
mengutamakan kepentingan umum.

Beberapa Pemerintah Daerah sudah menerapkan prinsip-prinsi good


governance dalam pelayanan public dan pengelolaan sumberdaya-
sumberdaya public. Beberapa contoh best practices Good Governance di
Pemerintah Daerah adalah:

3
6
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

1. Asas Demokrasi/partisipasi:
a. Mempublikasikan rencana kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (selanjutnya disingkat SKPD) untuk menerima masukan dari
pemangkukepentingan;
b. melakukan penjaringan, artikulasi, dan agregasi aspirasi
masyarakat dalam penyusunan rencana kerja SKPD;
c. memfasilitasi pembentukan kelembagaan masyarakat yang
berminat dan aktif memberikan masukan terhadap pelayanan publik;
d. menerima, menindaklanjuti dan mempublikasikan setiap
informasi dari masyarakat terkait keluhan/masukan dan saran sehingga
dapat diakses masyarakat secara luas;
e. membuat kotak saran dan menempatkannya pada tempat
yang mudah diakses untuk menampung aspirasi pemangkukepentingan
tentang pelayanan publik;
f. membuat nomor telepon bebas pulsa dan email untuk
menerima keluhan/masukan dan saran atas pelayanan publik;
g. membuat kolom konsultasi di media massa untuk mendorong
peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian suatu kebijakan;
h. membuat formulir feed back yang dapat diisi oleh masyarakat
atau perusahaan yang menerima pelayanan publik untuk mendapatkan
keluhan/masukan dan saran terhadap pelayanan publik yang
diselenggarakan;
i. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan anggaran
berdasarkan prinsip dan asas anggaran; dan
j. apabila dianggap perlu, SKPD bisa memberikan penghargaan
kepada masyarakat/kelompok masyarakat yang melaksanakan
kewajibannya sebagai warga negara.

2. Asas Transparansi

a. menyediakan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat dan dunia
usaha untuk berbagai informasi dan kebijakan pembangunan kota;
b. mengumumkan prosedur pelayanan publik di lokasi pelayanan umum, media
massa, website pemerintah daerah atau SKPD atau media-media lainnya;
c. mengumumkan kinerja SKPD kepada masyarakat dengan cara-cara yang
mudah diakses;
d. menyediakan informasi proses penyusunan kebijakan publik agar
pemangkukepentingan dapat berpartisipasi dan memberi tanggapan; dan

3
7
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

e. menyediakan informasi mengenai penyusunan rencana strategis, program kerja


dan anggaran serta pelaksanaannya.

3. Asas Transparansi

a. SKPD menyelenggarakan standar pelayanan minimum.


b. SKPD menyelenggarakan Sistem Pengendalian Internal (SPI) meliputi
lingkungan pengendalian, pemantauan risiko, aktivitas pengendalian, informasi
dan komunikasi, dan pemantauan.
c. SKPD menyelenggarakan analisis jabatan selaras dengan dengan visi, misi,
tujuan dan sasaran pembangunan kota yang telah ditetapkan.
d. SKPD maupun penyelenggara pemerintah daerah wajib memiliki target kinerja,
melakukan pemantauan dan pengukuran serta mengevaluasi dan melaporkan
pencapaian target kinerja yang ditetapkan.
e. Dalam rangka mempertanggungjawabkan kinerjanya, penyelenggara
pemerintah daerah melaksanakan tugas dan fungsinya secara jujur, adil, tidak
diskriminatif, mengutamakan kepentingan umum serta memenuhi asas
pertanggungjawaban.
f. Pertanggungjawaban kinerja disusun dan disampaikan secara periodik kepada
Walikota serta diinformasikan kepada masyarakat.
g. SKPD menindaklanjuti keluhan/masukan, saran atau pengaduan yang
disampaikan oleh pemangkukepentingan yang disertai identitas, mengenai
penyelenggaraan pelayanan publik.
h. SKPD menyusun dan menetapkan tata cara pengelolaan keluhan/masukan,
saran dan pengaduan berdasarkan asas pertanggungjawaban yang cepat,
tuntas dan transparan.
i. Penyelenggara pemerintah daerah memberikan ruang bagi terselenggara dan
efektifnya kontrol sosial.

4. Asas Budaya Hukum


a. Pemerintah daerah menindaklanjuti setiap indikasi pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh penyelenggara pemerintah daerah.
b. Pejabat struktural dan fungsional dalam batas hirarki tertentu yang
ditetapkan perlu membuat komitmen untuk:
• Melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik sesuai dengan
uraian jabatan yang ditetapkan;
• Tidak akan menerima hadiah atau pemberian apapun yang
terindikasi KKN dan menyebabkan perbenturan kepentingan; dan

3
8
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

• Menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan


yang berlaku apabila terbukti melanggar disiplin.
c. SKPD dalam ruang pelayanan publik membuat pernyataan yang
berbunyi :
“Kami tidak menerima hadiah atau pemberian apapun yang
terindikasi KKN dan bisa menimbulkan perbenturan kepentingan”.
d. SKPD membuat dan menempel media informasi atas sanksi
administrasi, perdata maupun pidana untuk setiap penyalahgunaan
kewenangan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi yang diselenggarakan.

5. Asas Kesetaraan dan Kewajaran


a. Manajemen sumberdaya kepegawaian diterapkan atas dasar
kewajaran dan kesetaraan, tanpa membedakan agama, gender, suku,
kelompok dan golongan yang bersangkutan.
b. Pertimbangan sistem karir didasarkan kepada kriteria integritas
dan kompetensi penyelenggara pemerintah daerah yang dapat dinilai
secara wajar.
c. Dalam penyelenggaraan pelayanan umum, apabila dipandang
perlu, SKPD penyelenggara membuat nomor antrian urutan pelayanan
kepada pengguna jasa pelayanan untuk menciptakan budaya tertib,
nyaman dan kesetaraan pelayanan.
d. Apabila dipandang perlu, penyediaan prasarana dan sarana
pelayanan umum dapat mempertimbangkan penyediaan fasilitas untuk
usia lanjut, penyandang cacat dan gender.
e. Penyusunan rancangan formulasi tarif retribusi daerah
memperhatikan kemampuan masyarakat dan dunia usaha untuk
memastikan tidak memunculkan ekonomi biaya tinggi.
f. SKPD menyusun, menetapkan dan melaksanakan Prosedur
Pengoperasian Standar (standard operating procedure atau SOP) untuk
mewujudkan kesetaraan dan kewajaran pelayanan umum

3
9
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

BAB IV
METODOLOGI

4.1 . Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah penelitian deskriptif,
yaitu penelitian yang bertujuan memeroleh deskripsi data yang mampu
menggambarkan komposisi dan karakteristik dari unit yang diteliti (Kuncoro,
2003).

4.2. Metode Pengumpulan Data


4.2.1 Data Penelitian
Metode pengumpulan data dilakukan dengan survey. Data yang dikumpulkan
pada penelitian ini adalah data primer. Jenis data yang dibutuhkan adalah data
kualitatif mengenai pelaksanaan good governance di Pemerintah Kota Medan
dan persepsi aparatur terhadap nilai-nilai, etika dan pedoman perilaku yang
mendukung pelaksanaan good governance di Pemerintah Kota Medan.

4.2.2 Instrumen penelitian


Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen kuisioner.

4.2.3 Populasi penelitian


Populasi yang menjadi obyek penelitian adalah seluruh SKPD yang ada di
Pemerintah Kota Medan. Jumlah SKPD di Pemerintah Kota Medan sampai tahun
2008 sebanyak 57 SKPD. Untuk setiap SKPD ditetapkan 1 subyek penelitian
sehingga disebarkan 57 eksemplar kuisioner untuk setiap SKPD.

4.3. Operasionalisasi Konsep/Variabel


a. Good Governance, yaitu suatu sistem dan prosedur untuk menjamin
interaksi antara pemerintah daerah, masyarakat sipil dan dunia usaha dapat
berjalan dengan baik.
b. Asas-asas good governance adalah prinsip-prinsip dasar yang berguna
sebagai landasan atau pijakan bagi institusi dalam memilih aktivitas-aktivitas
yang harus dilakukan dalam penerapan good governance.

4
0
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

c. Etika adalah nilai-nilai sebagai pegangan moral bagi penyelenggara


daerah.

4.4. Metode Analisis


Analisis data menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan cara:
1. Hasil kuisioner ditabulasi untuk setiap jawaban responden.
2. Hasil tabulasi kuisioner disajikan dalam bentuk persentase dan disajikan
dalam bentuk diagram.
3. Menarik kesimpulan tentang penerapan good governance di Pemerintah Kota
Medan dan persepsi aparatur kota Medan tentang penerapan nilai etika dan
pedoman perilaku.

4
1
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

BAB V
GAMBARAN UMUM
GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH KOTA
MEDAN

5.1. Sekilas Sejarah Kota Medan


Sekitar lima abad yang lalu atau tepatnya pada 1590, suatu masa yang dirujuk
sebagai awal usianya, kota Medan masih berupa sebuah kampung kecil yang
bernama Medan Puteri (Si Sepuluh Dua Kuta). Kampung kecil ini, yang dibuka
oleh seorang bernama Guru Patimpus Sembiring Pelawi, terletak di pertemuan
Sungai Babura dan Sungai Deli, yaitu dua sungai besar yang membelah kota ini.
Pada perkembangan selanjutnya, keberadaan Medan dikaitkan dengan
kedatangan Panglima Aceh, Gocah Pahlawan yang mendirikan beberapa negeri
di tahun 1612 dan berhasil meluaskan wilayahnya hingga di Kecamatan Medan
Deli saat ini. Medan akhirnya menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang
diproklamirkan oleh Panglima Perungit yang pada waktu itu memindahkan
kedudukan kerajaan ayahnya Gocah Pahlawan dari Delitua menuju Kampung
Medan Deli. Kemudian di Masa Sultan Deli yang ke tiga, Tuanku Panglima
Paderap, pusat kerajaan Deli berada di Kampung Pulo Brayan yang berjarak
sekitar 5 km di sebelah hilir kampung Medan Deli. Selanjutnya setelah masa
Tuanku Panglima Pasutan (Sultan ke empat), Labuhan dijadikan pusat
pemerintahan Kerajaan Deli hingga masa pemerintahan Sultan Makmun Alrasyid
Perkasa Alam (1857). Pada masa periode 1862 – 1863, di Kampung Medan
yang kecil mulai didirikan kantor-kantor perusahaan perkebunan, seperti Deli
Maatschappij, seiring dengan dibukanya kebun tembakau di Deli tahun 1863.
Medan mulai berkembang menjadi pusat perekonomian (Koestoro dkk 2006).
Medan telah ditetapkan menjadi sebuah kotapraja pada tahun 1886 oleh
Pemerintah Hindia Belanda dan didirikan berbagai perkantoran. Pada tanggal 3
Maret 1887, Medan dijadikan ibukota Keresidenan Sumatera Timur. Pada tahun
1891, kesultanan Deli berpindah ke Istana Maimoon dan pada tanggal 4 April
1909, Medan diberi status Pemerintahan Otonom. Pada tahun 1915,
Keresidenan Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen,
dan Gouverneur pertama adalah HJ Crijzen. Pada tahun 1937, Medan telah
menjadi pusat kegiatan administrasi pemerintahan dan ekonomi (Pelly 1994
dalam Koestoro dkk 2006). Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak
43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina
8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang (www.pemkomedan.go.id).

4
2
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

5.2. Medan Masa Kini


Luas Wilayah Administrasi Kota Medan mengalami perkembangan seiring
dengan dinamika pembangunan kota. Tahun 1951, Walikota Medan
mengeluarkan Maklumat No.21 tanggal 29 September 1951, menetapkan luas
Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 kelurahan.
Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur
Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah
Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.
Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota
Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri
dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang
sama maka melalui surat persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor
140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran
kelurahan menjadi 144 kelurahan.
Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I
Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang
pendefenitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan Kota Medan,
dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan
Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara
administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang
mencakup 151 Kelurahan.

5.2.1. Visi-Misi Kota Medan


Kota Medan diperkirakan berusia 418 tahun pada tanggal 1 Juli 2008. Usia ini
ditetapkan berdasar perumusan Pansus Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh
M.A.Harahap bulan Maret 1975 bahwa tanggal 1 Juli 1590 merupakan hari jadi
Kota Medan dengan berlandaskan pada didirikannya Si Sepuluh Dua Kuta di
Areal Medan oleh Guru Patimpus bermarga Sembiring Pelawi. Medan masa kini
merupakan salah satu dari 3 (tiga) kota terbesar di Indosesia selain Jakarta dan
Surabaya. Kota Medan kini memiliki 4 (empat) fungsi; (1) Sebagai pusat
Pemerintahan daerah, baik pemerintah Propinsi Sumatera Utara, maupun Kota
Medan, sebagai tempat kedudukan perwakilan/konsulat Negara-negara sahabat,
serta wilayah kedudukan berbagai perwakilan Perusahaan, Bisnis, Keuangan di
Sumatera Utara. (2) Sebagai Pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi
masyarakat Sumatera Utara seperti: Rumah Sakit, Perguruan Tinggi, Stasiun
TVRI, RRI, dll, termasuk berbagai fasilitas yang dikembangkan swasta,
khususnya pusat-pusat perdagangan. (3) Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi,
perdagangan, keuangan, dan jasa secara regional maupun internasional. (4)
Sebagai pintu gerbang regional/internasional/ kepariwisataan untuk kawasan
Indonesia bagian barat (www.pemkomedan.go.id).
Visi Pemerintah Kota Medan saat ini adalah Medan Kota Metropolitan yang
Modern, Madani dan Religius. Kota Modern yang akan diwujudkan adalah kota
jasa, perdagangan, keuangan dan pendidikan yang siap bersaing secara

4
3
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

regional dan global dengan sistem lalu lintas keuangan yang efisien serta
kompetitif dengan dukungan infrastruktur sosial ekonomi yang lengkap. Pondasi
perekonomian yang kuat, stabilitas keamanan, sosial – politik yang kondusif dan
tata pemerintahan yang profesional serta pembangunan yang berfokus pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat, kualitas sumber daya manusia (SDM),
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta iman dan taqwa (IMTAQ).
Kota Madani yang akan diwujudkan adalah kota yang beradab dan agamis
sebagaimana tercermin dalam cara berfikir, sikap dan perilaku yang berbudaya,
mandiri, menghargai ilmu pengetahuan, kemajemukan, adil, terbuka, serta
demokratis. Kota Religius yang akan diwujudkan adalah kota dengan masyarakat
yang dinamis, menjunjung tinggi nilai dan ajaran agama sehingga menjadikan
agama sebagai landasan etika dan moral. Disamping itu, makna pokok dari visi
religius adalah terwujudnya sikap toleransi dan kerukunan hidup antar umat
beragama dan antar etnik serta antara umat beragama dengan pemerintah yang
tercermin dalam kehidupan sehari-hari. (www.pemkomedan.go.id).
Dalam mewujudkan visinya, Pemerintah Kota Medan menjalankan 4 misi, yaitu
(1) Mewujudkan percepatan pembangunan daerah lingkar luar, dengan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil,
menegah dan koperasi (UKMK), untuk kemajuan dan kemakmuran yang
berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota. (2) Mewujudkan tata pemerintahan
yang baik melalui birokrasi yang lebih efisien, efektif, kreatif, inovatif dan
responsif. (3) Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip
keadilan sosial ekonomi, membangun dan mengembangkan pendidikan,
kesehatan, serta budaya daerah. (4) Meningkatkan suasana religius yang
harmonis dalamkehidupan berbangsa serta bermasyarakat.

5.2.2 Strategi dan Agenda Pembangunan Kota Medan Tahun 2006 – 2010
Dalam LPPD (Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan)
Tahun 2006 disebutkan bahwa fungsi terdepan Pemerintah Kota adalah
pelayanan. Penyelenggaraan pemerintahan kota, kebijakan-kebijakan yang
ditempuh harus secara bertahap dan berkesinambungan mampu mendorong
alokasi dan distribusi prasarana dan sarana pelayanan umum lebih berkualitas,
lebih merata sehingga dapat diakses masyarakat secara mudah. Pemerintah
Kota Medan telah merumuskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) tahun 2006 – 2010, sebagai broad guide line’ penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan lima tahunan.
RPJMD juga berisi strategi dan agenda bagi perumusan kebijakan, priorotas
program dan kegiatan pembangunan dan pengembangan kota lima tahunan,
juga mencakup sasaran-sasaran pembangunan kota sebagai target capaian
kinerja.
Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan kota ditempuh 5 (lima) strategi
pokok pembangunan kota tahun 2006 – 2010 jangka menengah, yaitu: (1)
Strategi mengembangkan wilayah lingkar luar (border area), (2) Strategi
mendorong peningkatan peran serta swasta dan masyarakat dalam

4
4
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

pembangunan kota, (3) Strategi meningkatkan produktivitas aset daerah, (4)


Strategi meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan
kota, (5) Strategi mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) daerah
berkualitas.
Berdasarkan visi, misi dan strategi tersebut, disusun 4 (empat) agenda
pembangunan Kota Medan Tahun 2006 – 2010, yaitu ; (1) Mewujudkan
kemajuan dan kemakmuran masyarakat yang berkeadilan, (2) Menciptakan tata
pemerintahan yang baik dan efektiff, (3) Meningkatkan prasarana dan sarana
sosial ekonomi yang ramah lingkungan, (4) Menciptakan kehidupan masyarakat
yang religius dan harmonis.

5.2.3 Arah Kebijakan Pembangunan Kota Tahun 2006 – 2010


Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan kota 5 (lima) tahun 2006 –
2010, ditetapkan Arah dan Kebijakan Umum Pembangunan Kota 5 (lima)
tahunan. Arah dan Kebijakan Umum Pembangunan Kota ini disesuaikan dengan
visi dan misi yang tertera dalam RPJM Kota Medan tahun 2006 – 2010, yaitu:
Misi I : Mewujudkan percepatan pembangunan daerah lingkar luar,
dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
pengembangan usaha kecil, menegah dan koperasi (UKMK),
untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh
masyarakat kota.
Sesuai dengan misi ini, arah kebijakan ditetapkan pada beberapa agenda:
1. Percepatan pembangunan wilayah lingkar luar.
2. Pengembangan daya saing koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah.
3. Peningkatan penanaman modal daerah.
4. Peningkatan kerjasama regional dan lintas batas.
5. Pemberdayaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
6. Perwujudan Kota Jasa Perdagangan dan Industri.
7. Pengembangan pertanian perkotaan dan perikanan serta kelautan.
8. Pemantapan iklim tenaga kerja.
9. Peningkatan kualitas, perlindungan dan penanggulangan masalah sosial
serta pemberdayaan perempuan.
10. Peningkatan derajat pendidikan masyarakat.
11. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
12. Pengurangan kemiskinan perkotaan.
13. Pengembangan kebudayaan dan kepariwisataan.

4
5
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Misi II : Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dengan birokrasi yang


lebih efisien, efektif, kreatif, inovatif, dan responsif.
Sesuai dengan misi ini, arah kebijakan ditetapkan pada beberapa agenda:
1. Peningkatan kualitas perencanaan dan pengendalian
pembangunan kota.
2. Peningkatan kualitas tata ruang kota, dan pelayanan
pertanahan.
3. Penciptaan birokrasi yang keratif, inovatif, responsif, dan
profesional.
4. Peningkatan pelayanan kependudukan, keluarga berencana,
pemuda dan olah raga.

Misi III : Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip


keadilan sosial ekonomi, membangun dan mengembangkan
pendidikan, kesehatan, serta budaya daerah
Sesuai dengan misi ini, arah kebijakan ditetapkan pada beberapa agenda:
1. Pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana serta
utilitas kota.
Agenda ini meliputi beberapa bidang, seperti: Bidang Perhubungan,
Bidang Perumahan dan Pemukiman, Bidang Pencegahan dan
Pemadam Kebakaran, Bidang Pertamanan dan Pemakaman, Bidang
kebersihan, Bidang Pekerjaan Umum (Prasarana Jalan dan Jembatan),
Bidang Pekerjaan Umum (Drainase), Bidang Kelistrikan, Bidang
Telekomunikasi, Bidang Pelayanan Jaringan Gas, Bidang Prasarana Air
Bersih, Bidang Prasarana Air Limbah.
2. Peningkatan pengendalian lingkungan hidup.
3. Peningkatan penerapan sistem informasi dan teknologi tepat
guna.
4. Perwujudan kota sehat.

Misi IV : Meningkatkan suasana religius yang harmonis dalam kehidupan


berbangsa serta bermasyarakat.
Sesuai dengan misi ini, arah kebijakan ditetapkan pada beberapa agenda:
1. Peningkatan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
2. Mewujudkan kota yang aman, nyaman, tentram dan religius
serta hubungan antar kelompok masyarakat yang harmonis dan
dinamis.

4
6
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

5.2.4 Prioritas Pembangunan Kota 2006 – 2010 dan Permasalahannya


Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa terdapat 4 (empat) agenda
pembangunan kota dan 24 agenda prioritas pembangunan tahun 2006 – 2010,
namun tidak seluruh prioritas tersebut menjadi prioritas tahunan dalam rencana
pembangunan tahunan atau RKPD. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
ketersediaan sumberdaya dan kondisi umum yang dihadapi. Dengan demikian,
prioritas pembangunan kota tahun 2006 sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam RKPD Kota Medan tahun 2006 adalah prioritas yang terfokus pada upaya
penyelesaian yang mendesak dan menuntut sesegera mungkin untuk
dilaksanakan, disamping berdampak luas bagi kemajuan dan peningkatan
kemakmuran masyarakat.
Beberapa permasalahan muncul dalam penyusunan dan penetapan prioritas
daerah tahun 2006. Permasalahan paling mendasar adalah terbatasnya sumber-
sumber pendapatan daerah (Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, maupun Pendapatan Lain-Lain Yang Syah).
Permasalahan lain adalah semakin besarnya kebutuhan pembiayaan
pembangunan kota yang diperlukan dalam rangka pembangunan dan
pemeliharaan prasarana dan sarana sosial ekonomi kota. Permasalahan
penyususnan prioritas juga terkait dengan berkembangnya investasi dalam
beberapa tahun terakhir di berbagai sektor ekonomi kota. Peningkatan investasi
ini memunculkan tambahan kebutuhan ketersediaan berbagai infrastruktur
penunjang. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana penunjang sosial
ekonomi tersebut juga membutuhkan pembiayaan relatif besar, sehingga belum
proporsional dengan sumber-sumber pendapatan daerah yang tersedia.
Permasalahan lain yang cukup menonjol adalah pada bidang pembangunan
sosial. Kota Medan memiliki jumlah penduduk yang besar dengan mobilitas
sosial yang luas sehingga sering memunculkan masalah-masalah sosial
kemasyarakatan yang kompleks. Sementara dari sisi anggaran, maslah-masalah
pembangunan tersebut di atas telah menyebabkan semakin signifikannya
kebutuhan alokasi belanja yang bersifat bantuan sosial dan keuangan.
Dengan pertimbangan permasalahan pembangunan kota serta proyeksi keadaan
yang diharapkan dapat diwujudkan selama tahun 2006, maka prioritas daerah
secara keseluruhan diarahkan kepada 6 (enam) agenda prioritas pembangunan
kota antara lain: (1) Percepatan pembangunan wilayah lingkar luar, (2)
Penanggulangan kemiskinan, (3) Pembangunan, pengembangan dan
peningkatan kualitas infrastruktur kota khususnya di sektor ke PU-an, (4)
Pembangunan pendidikan dan kesehatan, (5) Pengembangan usaha kecil
menengah dan koperasi, sebagai pelaku usaha terbesar dalam perekonomian
kota, (6) Penataan kota sebagai daya tarik berinvestasi sekaligus upaya
mempertahankan dan meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan
lingkungan kota.
Melalui prioritas daerah yang ditetapkan, diperkirakan pembangunan kota
selama tahun 2006 akan tetap mampu menstimulan perekonomian kota
sehingga menciptakan kesempatan kerja baru yang lebih luas. Prioritas daerah

4
7
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

yang selanjutnya dideskripsikan ke dalam anggaran belanja daerah juga dapat


diklasifikasikan berdasarkan urusan pemerintahan daerah yang dikelola, yaitu
Urusan Wajib dan Urusan Pilihan. Urusan Wajib meliputi 23 (dua puluh tiga)
bidang, yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum, Perumahan, Penataan
Ruang, Perencanaan Pembangunan, Perhubungan, Lingkungan Hidup,
Kependudukan dan Catatan Sipil, Pemberdayaan Perempuan, Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera, Sosial, Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah, Penanaman Modal, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga,
Kesatuan Bangsa dan Politik dalam Negeri, Pemerintahan Umum,
Kepegawaian, Pemberdayaan Masyarakat, Kearsipan, Komunikasi dan
Informatika. Sementara Urusan Pilihan termasuk di dalamnya adalah; Pertanian,
Kelautan dan Perikanan, serta Perindustrian dan
Pedagangan(www.pemkomedan.go.id)
5.2.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Medan
Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan
bagi manusia atau “ a process of enlarging people’s choices’’ (UNDP 1990 :1
dalam BPS SUMUT). Hal ini mengindikasikan bahwa fokus pembangunan suatu
negara adalah penduduk atau pada manusianya. Dalam konsep pembangunan
manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut
manusianya dan bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indikator pembangunan manusia
yang diperkenalkan UNDP pada tahun 1990. Konsep IPM mencakup tiga
komponen mendasar untuk dicermati sebagai suatu ukuran pembangunan
manusia, yaitu: (1) peluang hidup (longevity); dihitung berdasarkan angka
harapan hidup ketika lahir , (2) pengetahuan (knowledge); diukur berdasarkan
rata-rata lama sekolah angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas, dan
(3) hidup layak (decent living); diukur dengan pengeluaran per kapita yang
didasarkan pada purchasing power parity (paritas daya beli dalam rupiah).
IPM merupakan indikator penting untuk melihat upaya dan kinerja program
pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. Kemajuan program
pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besaran
IPM pada awal dan akhir periode program. IPM tidak hanya mengukur
pembangunan dari aspek ekonomi semata tetapi juga non ekonomi. IPM dapat
dijadikan sebagai alat evaluasi program dan memberikan arah dalam
menentukan priorotas program. Hal ini juga merupakan pedoman dalam
mengalokasikan anggaran sehingga sesuai dengan kebijakan yang telah
ditentukan.
IPM Kota Medan selama tahun 2004 – 2006 mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun, yaitu 74,7 pada tahun 2004 meningkat menjadi 75,4 pada tahun 2005
dan meningkat lagi menjadi 75,8 pada tahun 2006. Peningkatan IPM tersebut
disebabkan relatif membaiknya tingkat daya beli dan pendapatan masyarakat
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikannya dari waktu
ke waktu. Untuk level Sumatera Utara, angka IPM Kota Medan berada pada
posisi ke-2 setelah Kota Pematang Siantar.

4
8
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

5.3. SKPD di Pemerintah Kota Medan


5.3.1. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan

Sumber:www.pemkomedan.

5.3.2. Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Kota Medan


Unit kerja di Pemerintahan Kota Medan secara garis besar terdiri dari Pejabat
Negara, Sekretaris Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis
Daerah (Badan dan Kantor), Perusahaan Daerah dan Kecamatan.
Sekretariat Daerah terdiri dari 11 (sebelas) bagian, yaitu; Bagian Umum, Bagian
Keuangan, Bagian Humas, Bagian Tata Pemerintahan, Bagian Hukum, Bagian
Agama dan Pendidikan, Bagian Kesejahteraan Rakyat, Bagian Pemberdayaan
Perempuan, Bagian Bina Perekonomian, Bagian Penyusunan Program, Bagian
Hubungan antar kota dan Daerah.
Dinas Daerah terdiri dari 20 dinas, yaitu; Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dinas Perhubungan, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perikanan dan

4
9
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Kelautan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Kependudukan, Dinas


Pencegah Pemadam Kebakaran, Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan, Dinas
Kebersihan, Dinas Pertamanan, Dinas Pendapatan, Dinas Perumahan dan
Permukiman, Dinas Koperasi, Dinas Informasi Komunikasi dan Pengolahan Data
Elektronik (PDE), Dinas Pemuda dan Olahraga, dan Dinas Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral.
Lembaga Teknis Daerah terdiri dari 8 (delapan) Badan dan 5 (lima) Kantor,
yaitu; Badan Pengawas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda),
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Badan Pemberdayaan
Masyarakat, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat , Badan
Kepegawaian Daerah (BKD), Badan Keluarga Berencana, dan Badan
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi. Sementara itu juga
terdapat Kantor Arsip Daerah, Kantor Perpustakaan Umum, Kantor Polisi
Pamong Praja, Kantor Penanaman Modal Daerah dan Kantor Sosial.
Perusahaan Daerah terdiri dari 3 unit, yaitu; Perusahaan Daerah Rumah
Potong Hewan, Perusahaan Daerah Pembangunan, dan Perusahaan Daearah
Pasar. Sementara itu, unit kerja lain di Pemerintahan Kota Medan, adalah
Kecamatan. Kota Medan saat ini terdiri dari 21 (dua puluh) Kecamatan, yaitu;
Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan
Area, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan
Selayang, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan
Medan Belawan, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Timur,
Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan
Perjuangan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Sunggal,
Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan
Baru, Kecamatan Medan Tuntungan, dan Kecamatan Medan Helvetia
Seluruh kecamatan di Kota Medan terdiri dari 151 kelurahan dengan distribusi
sebagaimana tertera dalam tabel berikut:

Jumlah Kelurahan Berdasarkan Kecamatan di Pemerintah Kota Medan

Jumlah
No Kecamatan
Kelurahan
1. Kecamatan Medan Kota 12
2. Kecamatan Medan Area 12
3. Kecamatan Medan Johor 6
4. Kecamatan Medan Belawan 6
5. Kecamatan Medan Tembung 7
6. Kecamatan Medan Timur 11
7. Kecamatan Medan Perjuangan 9
8. Kecamatan Medan Barat 6
9. Kecamatan Medan Petisah 7
10. Kecamatan Medan Baru 6
11. Kecamatan Medan Maimun 6
12. Kecamatan Medan Polonia 5
13. Kecamatan Medan Deli 6
14. Kecamatan Medan Labuhan 6
15. Kecamatan Medan Marelan 5

5
0
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

16. Kecamatan Medan Denai 6


17. Kecamatan Medan Amplas 7
18. Kecamatan MedanTuntungan 9
19.. Kecamatan Medan Selayang 6
20. Kecamatan Medan Sunggal 6
21. Kecamatan Medan Helvetia 7
Jumlah 151

Sumber : BKD Pemko Medan, Januari 2008

5.3.3. Jabatan Struktural di Pemerintah Kota Medan


Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural di lingkungan
Pemerintah Kota Medan. Jabatan struktural di Pemerintahan Kota Medan
berjumlah 18.139 pegawai dengan rincian Golongan I terdiri dari 138 pegawai,
Golongan II berjumlah 2.179 pegawai, Golongan III sebanyak 9.671 pegawai dan
Golongan IV sejumlah 6.151 pegawai. Dari jumlah keseluruhan pegawai
tersebut, Eselon II sebanyak 35 pegawai, Eselon III terdiri dari 202 pegawai dan
Eselon IV berjumlah 783 pegawai. Secara Rinci tertera dalam Tabel.

Rekapitulasi Jumlah PNS Berdasarkan Golongan


di Lingkungan Pemerintah Kota Medan
Jumlah
Golongan Eselon
No SKPD Pegawai
I II III IV II III IV
1 Pejabat Negara 0 0 0 1 1 0 0 0
2 Sekretariat Daerah 0 0 0 5 5 5 0 0
a. Bina Program 0 10 16 1 27 0 1 3
b. Bagian Hubungan Antar Kota 0 3 5 1 9 0 1 2
dan Daerah
c. Bagian Bina Perekonomian 0 2 14 0 16 0 1 3
d. Bagian Pemberdayaan 0 2 9 1 12 0 1 3
Perempuan
e. Bagian Humas 0 3 10 1 14 0 1 3
f. Bagian Hukum 6 29 18 1 54 0 1 3
g. Bagian Keuangan 0 22 56 1 79 0 1 6
h. Bagian Umum 0 12 43 0 55 0 1 6
i. Bagian Kesejahteraan 0 2 9 0 11 0 1 3
j. Bagian agama 0 3 9 1 13 0 1 3
k. Bagian Tata Pemerintahan 0 2 11 0 13 0 1 3
3. Sekretariat DPRD 0 4 22 4 30 1 3 6
4. Badan Pemberdayaan 0 10 30 6 46 1 4 15
Masyarakat
5. Badan Perencanaan 0 5 32 10 47 1 5 19
Pembangunan Daerah
6. Badan Keluarga Berencana 0 8 193 8 209 1 5 15
7. Badan Kepegawaian Daerah 0 24 45 7 76 1 7 21
8. Badan Penelitian dan 0 3 19 18 40 1 5 12
Pengembangan
9. Badan Pengawas 0 5 40 7 52 1 7 22

5
1
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

10. Badan Pelayanan Kesehatan 4 290 787 124 1.205 1 6 20


RSU Dr.Pirngadi
11. Badan Kesatuan Bangsa dan 1 14 44 10 69 1 6 23
Perlingungan Masyarakat
12. Dinas Pemuda dan Olah Raga 0 1 15 6 22 1 5 14
13. Dinas Koperasi 0 2 29 5 36 1 4 12
14. Dinas Kesehatan 4 295 1.188 143 1.630 1 6 66
15. Dinas Tenaga Kerja 0 8 63 6 77 1 6 22
16. Dinas Pertanian 0 7 57 10 74 1 6 22
17. Dinas Pertamanan 3 19 65 7 94 1 6 22
18. Dinas Perikanan dan Kelautan 0 1 34 5 40 1 6 22
19. Dinas Perumahan dan 0 9 42 7 58 1 6 18
Pemukiman
20. Dinas Kebudayaan dan 1 6 40 5 52 1 5 15
Pariwisata
21. Dinas Kependudukan 0 7 58 7 72 1 6 17
22. Dinas Pendapatan 0 44 178 7 229 1 6 24
23. Dinas Informasi Komunikasi dan 0 4 26 10 40 1 6 16
PDE
24. Dinas Perindustrian dan 0 8 95 6 109 1 6 24
Perdagangan
25. Dinas Pencegah Pemadam 6 39 37 6 84 1 6 19
Kebakaran
26. Dinas Pekerjaan Umum 0 21 101 2 124 1 6 24
27. Dinas Pendidikan 58 658 4.737 5.691 11.144 1 6 41
28. Dinas Kebersihan 4 17 36 1 58 1 5 17
29. Dinas Tata Kota dan Tata 1 32 101 3 139 1 6 18
Banguna
30. Dinas Perhubungan 6 154 295 5 460 1 6 19
31. Dinas Lingkungan Hidup, Energi 0 0 26 4 30 1 5 16
dan SDM
32. Satuan Polisi Pamong Praja 1 18 2 114 1 4 8
93
33. Kantor Arsip Daerah 0 3 7 1 11 0 1 4
34. Kantor Perpusatakaan Umum 1 6 11 0 18 0 1 3
35. Kantor Sosial 0 1 15 1 17 0 1 4
36. Kantor Penanaman Modal 0 2 18 1 21 0 1 4
37. Kecamatan Medan Denai 0 15 39 0 54 0 1 6
38. Kecamatan Medan Tembung 6 25 56 0 87 0 1 6
39. Kecamatan Medan Area 3 25 42 0 70 0 1 6
40. Kecamatan Medan Kota 6 29 77 0 112 0 1 6
41. Kecamatan Medan Deli 1 11 37 0 49 0 1 6
42. Kecamatan Medan Selayang 1 11 37 0 49 0 1 6
43. Kecamatan Medan Amplas 0 16 45 1 62 0 1 6
44. Kecamatan Medan Polonia 0 11 30 0 41 0 1 6
45. Kecamatan Medan Belawan 1 13 21 0 35 0 1 6
46. Kecamatan Medan Barat 0 18 41 0 59 0 1 6
47. Kecamatan Medan Timur 3 27 64 0 94 0 1 6
48. Kecamatan Medan Johor 2 21 38 0 61 0 1 6
49. Kecamatan Medan Maimun 4 11 37 0 52 0 1 6
50. Kecamatan Medan Perjuangan 2 16 46 0 64 0 1 6
51. Kecamatan Medan Labuhan 1 16 33 0 50 0 1 5
52. Kecamatan Medan Sunggal 2 23 46 0 71 0 1 5
53. Kecamatan Medan Marelan 1 9 29 0 39 0 1 5

5
2
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

54. Kecamatan Medan Petisah 4 13 40 0 57 0 1 5


55. Kecamatan Medan Baru 2 19 39 0 60 0 1 5
56. Kecamatan Medan Tuntungan 0 15 51 0 66 0 1 6
57. Kecamatan Medan Helvetia 3 20 48 0 71 0 1 6
Jumlah 138 2.179 9.671 6.151 18.139 35 202 783

Sumber: BKD Pemerintah Kota Medan, Januari 2008

5.4 Good Governance di Pemerintah Kota Medan


menurut persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat terhadap Good Governance didasarkan pada hasil survey
kepuasan pelayanan masyarakat individual yang diselenggarakan pada
pertengahan 2007 dalam rangka proyek SCBD. Berdasarkan analisis yang
dilakukan terhadap jawaban-jawaban responden, dapat ditarik inferensi-inferensi
sebagai berikut :
1. Mayoritas responden menilai belum puas dengan upaya Pemda
menghapus atau mengurangi penderitaan yang dialami oleh rakyat
miskin, mereka juga menilai bahwa Pemda belum optimal dalam
meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman kelompok masyarakat
miskin. Pemda juga dinilai belum melakukan upaya yang sungguh-
sungguh dalam mendorong ketenagakerjaan untuk membantu
menyediakan pekerjaan untuk pengangguran. Mayoritas responden juga
menilai bahwa Pemda belum melakukan upaya untuk membantu warga
dalam memahami cara penataan ekonomi mereka.
2. Mayoritas responden juga menilai bahwa Pemda tidak
melakukan upaya untuk mengurangi korupsi dan peluang terjadinya
KKN.
3. Dalam pandangan responden Pemda juga sejauh ini tidak
melakukan upaya untuk mempermudah akses masyarakat terhadap
keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh DPRD dan Pemda di kota
Medan. Hal yang sama juga berlaku dalam kaitan kesempatan
berpartisipasi bagi warga, dimana Pemda dinilai belum melakukan
upaya untuk mendorong keterlibatan partisipasi masyarakat dalam
pembuatan kebijakan/keputusan, misalnya melalui debat terbuka,
penyediaan informasi, pameran/publikasi proposal kebijakan sebelum
keputusan dibuat, dsb.
4. Mayoritas responden juga menilai bahwa aksesibilitas serta
responsivitas Walikota untuk mengetahui kebutuhan masyarakatnya
masih kurang, dan Pemda dinilai belum melakukan upaya untuk
mendorong hal itu.
5. Mayoritas responden juga menilai bahwa Pemda belum
melakukan upaya sungguh-sungguh atau belum puas dengan upaya
yang dilakukan Pemda untuk memastikan bahwa penyampaian

5
3
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

pelayanan publik sudah berlangsung secara berkeadilan. Hal yang


kurang lebih sama juga berlaku dalam upaya Pemda untuk
mengimplementasikan sistem merit dalam rekrutmen atau pemanfaatan
peluang kerja di lingkungan Pemda.
6. Sebagian besar responden juga belum puas dan bahkan
sebagian berpendapat bahwa Pemda belum memiliki kemampuan untuk
memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan regulasi lokal yang
terkait dengan penggunaan area publik dan keamanan masyarakat.
Penilaian yang kurang lebih sama juga berlaku terhadap kemampuan
Pemda untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan yang
menyangkut udara, air dan polusi suara.
7. Sebagian besar responden tidak puas dengan usaha-usaha
Pemda bahkan menilai bahwa Pemda belum melakukan upaya dalam
memberikan pendidikan kepada masyarakat berkenaan dengan
pencegahan penyakit dan saran-saran kesehatan, hak-hak asasi
manusia, hak sebagai masyarakat, hak sebagai pemilih dalam pemilu,
dsb.
8. Untuk semu aspek penyelenggaraan pemerintahan yang baik
seperti disebutkan dalam butir-butir simpulan di atas, tidak ada
perbedaan yang sangat mencolok antara penilaian/pendapat dari
responden laki-laki dengan perempuan.

5.5. Good Governance di Pemerintah Kota Medan


menurut persepsi Dunia Usaha
Persepsi masyarakat dunia usaha terhadap Good Governance didasarkan pada
hasil survey kepuasan pelayanan masyarakat dunia usaha yang diselenggarakan
pada pertengahan 2007 dalam rangka proyek SCBD kota Medan. Berdasarkan
analisis yang dilakukan terhadap jawaban-jawaban responden, dapat ditarik
inferensi-inferensi sebagai berikut :
1. Terkait dengan prinsip pemerintahan yang besih, mayoritas
responden tidak menaruh percaya kepada Pemda berkenaan dengan
usaha untuk memerangi korupsi atau peluang KKN.

2. Terkait dengan prinsip keterbukaan atau transparansi, mayoritas


responden juga tidak puas dengan usaha yang dilakukan Pemda untuk
mempermudah akses masyarakat dalam memperoleh informasi tentang
keputusan-keputusan yang telah dibuat DPRD dan Pemda.

3. Hal yang kurang lebih sama juga berlaku dalam kaitan dengan
pelaksanaan prinsip partisipasi, dimana responden secara umum tidak
puas dengan upaya Pemda untuk membuka ruang partisipasi bagi
sektor bisnis dalam pembuatan keputusan melalui konsultasi dengan
wakil dari sektor komersial/industri, pameran/publikasi proposal
kebijakan sebelum keputusan dibuat, dan cara-cara pelibatan lainnya.

5
4
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

4. Terkait dengan aksesibilitas dan responsivitas Walikota terhadap


kebutuhan sektor komersil/industri di wilayah ini, sebagian besar
responden memberikan penilaian secara umum tidak puas atas usaha
yang dilakukan Pemda.

5. Dalam hal penilaian terhadap upaya penegakan keadilan dan


transparansi dalam menyelenggarakan kontrak, mayoritas responden
juga memberikan respon secara umum tidak puas bahkan cenderung
tidak percaya atas upaya yang dilakukan oleh Pemda mengenai hal ini.

6. Demikian juga mengenai kemampuan Pemda untuk penegakan


hukum dan peraturan daerah tentang pedagang jalanan, mayoritas
responden secara umum tidak puas dengan upaya dan kemampuan
Pemda dan sebagian lainnya tidak percaya bahwa Pemda mampu
melakukan hal itu.

7. Gambaran yang sama juga berlaku terhadap kemampuan


Pemda untuk penegakan hukum dan peraturan daerah tentang industri
lokal yang tidak terdaftar, dimana mayoritas responden mengaku secara
umum tidak puas dan sebagian lainnya tidak percaya atas kemampuan
Pemda.

8. Responden dari kalangan masyarakat bisnis secara umum juga


tidak puas mengenai kemampuan Pemda untuk menegakkan hukum
dan peraturan tentang keamanan pedagang dan pebisnis yang terdaftar.

Hanya berkaitan dengan kemampuan Pemda untuk menegakkan peraturan


lingkungan dimana terlihat bahwa penilaian responden cukup tersebar antara
yang tidak percaya, secara umum tidak puas dan secara umum puas atas
kemampuan Pemda.

5.6. Penyajian data


Penelitian dilakukan untuk mengetahui implementasi asas-asas Good
Governance di Pemerintah Kota Medan. Untuk mengetahui implementasi Good
Governance di Pemerintah Kota Medan, Peneliti menyebarkan kuisioner kepada
pejabat structural di Pemerintah Kota Medan. Dari 57 kuisioner yang disebar ke
setiap SKPD, hanya 45 responden yang mengembalikan kuisioner. Tabulasi
jawaban dari setiap pertanyaan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Asas Demokrasi

Jawaban
N0 Daftar Pertanyaan
Sudah Belum
1 Apakah Rencana program kerja SKPD sudah 19 26

5
5
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

diumumkan di media massa untuk menerima masukan


dari masyarakat dan dunia usaha?
2 Apakah SKPD telah melakukan penjaringan aspirasi
masyarakat dalam penyusunan perencanaan program 37 8
dan kegiatan SKPD?
3 Apakah SKPD telah Memfasilitasi pembentukan
kelompok masyarakat yang berminat dan aktif
15 30
memberikan masukan terhadap pelayanan publik yang
diterima?
4 Apakah SKPD telah Menerima, menindaklanjuti dan
mempublikasikan setiap informasi dari masyarakat terkait
20 25
keluhan dan saran bisa diakses masyarakat secara
luas?
5 Apakah SKPD telah membuat kotak saran untuk
menampung aspirasi masyarakat dan dunia usaha 15 30
tentang pelayanan publik?
6 Apakah SKPD telah membuat nomor telepon bebas
pulsa dan email untuk menerima keluhan dan saran atas 9 35
pelayanan publik?
7 Apakah SKPD telah membuat kolom konsultasi di media
massa (misalnya Koran atau radio, atau televisi) untuk
10 35
mendorong peran serta masyarakat dalam perencanaan
dan pelaksanaan suatu kebijakan?
8 Apakah SKPD telah membuat formulir yang diisi oleh
masyarakat atau perusahaan yang menerima pelayanan 4 41
publik untuk mengetahui kekurangan layanan publik.
9 Apakah SKPD telah merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan anggaran berdasarkan prinsip dan asas
15 30
anggaran

10 Apakah SKPD telah memberikan penghargaan kepada


masyarakat/kelompok masyarakat yang member keluhan 8 37
atau saran
Asas Transparansi

Jawaban
No Daftar Pertanyaan
Sudah Belum
1 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah
menyediakan media informasi yang mudah diakses oleh
30 15
masyarakat dan dunia usaha untuk berbagai informasi dan
kebijakan pembangunan kota?
2 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah
mengumumkan prosedur pelayanan publik di media massa atau 27 18
di website Pemko/SKPD?
3 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah
mengumumkan kinerja SKPD kepada masyarakat dengan cara- 21 24
cara yang mudah diakses?
4 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah
menyediakan informasi proses penyusunan peraturan daerah 17 28
dan kebijakan publik kepada masyarakat?
5 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah 21 24

5
6
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

menyediakan informasi kepada masyarakat mengenai


penyusunan rencana strategis, program kerja dan anggaran
serta pelaksanaannya?
6 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah
mempublikasikan prosedur-prosedur layanan publik secara
23 22
transparan melalui media massa daerah dan ditempel di ruangan
pelayanan publik?

Asas Akuntabilitas

Jawaban
No Daftar Pertanyaan
Sudah Belum
1 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD
telah menyusun dan melaksanakan Prosedur
Standar (Standard Operating Procedure/SOP) 26 19
untuk meyakinkan setiap fungsi telah dilaksanakan
semestinya?
2 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD
telah menetapkan rincian fungsi, tugas serta
wewenang dan tanggungjawab masing-masing 33 12
penyelenggara daerah yang selaras dengan visi,
misi dan tujuan Pembangunan Kota?
3 Apakah SKPD maupun aparatur penyelenggara
daerah telah memiliki ukuran kinerja serta
28 17
mengevaluasi pencapaian target kinerja yang
ditetapkan?
4 Apakah Pertanggungjawaban kinerja (prestasi)
SKPD telah disampaikan sekali dalam satu tahun
kepada Walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat 26 19
Daerah serta diumumkan kepada masyarakat dan
dunia usaha melaui media massa?
5 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD
telah menindak-lanjuti setiap keluhan atau
pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat 36 9
dan dunia usaha yang disertai identitas, mengenai
penyelenggaraan pelayanan kepada publik?
Asas Budaya Hukum

Jawaban
No Daftar Pertanyaan
Sudah Belum
1 Apakah Pemerintah Kota melalui SKPD yang dihunjuk
telah membuat media pengaduan untuk setiap indikasi
pelanggaran hukum terhadap perencanaan dan 13 32
pelaksanaan suatu kebijakan yang dilakukan oleh
aparatur Pemerintah Kota?
2 Apakah Setiap pejabat daerah di SKPD telah membuat 5 40
komitmen tertulis dalam kertas bermaterai sekali dalam
satu tahun untuk melaksanakan tugasnya dengan baik
sesuai dengan uraian tugas, tidak akan menerima
hadiah atau pemberian apapun yang Terindikasi KKN

5
7
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

dan Menyebabkan Perbenturan Kepentingan,


Menerima Sanksi sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku?

3 Apakah disetiap SKPD dan ruang Pelayanan Publik


telah dibuat dan ditempelkan pernyataan “ Kami tidak
menerima hadiah atau pemberian apapun yang 18 27
terindikasi KKN dan bisa menimbulkan
perbenturan kepentingan”?
4 Apakah SKPD telah membuat dan menempel leaflet
atas sanksi- sanksi administrasi Negara, perdata
maupun pidana atas setiap penyalahgunaan 2 43
kewenangan dan pelanggaran peraturan perundang-
undangan yang berlaku?
Asas Kesetaraan dan Kewajaran

Jawaban
No Daftar Pertanyaan
Sudah Belum
1 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah
menerapkan kebijakan rekruitmen dan karier Pejabat
Publik daerah serta pegawai dalam lingkungannya, atas
31 14
dasar kewajaran dan kesetaraan, tanpa membedakan
agama, suku, kelompok dan golongan yang
bersangkutan?
2 Apakah pertimbangan mutasi, rotasi dan promosi telah
didasarkan yang pokok kepada kriteria integritas dan 21 24
kompetensi aparatur yang dapat dinilai secara wajar?
3 Apakah dalam pemberian layanan publik, setiap SKPD
layanan publik telah membuat nomor antrian dan
14 31
memberi pelayanan sesuai dengan urutan nomor
antrian itu?
4 Apakah Prasarana dan Sarana layanan publik telah
dirancang dengan mempertimbangkan penyediaan
5 40
fasilitas untuk usia lanjut, penyandang cacat dan
gender?
5 Apakah Penetapan tarif retribusi layanan publik telah
memerhatikan kemampuan masyarakat dan dunia 31 14
usaha?
6 Apakah tarif retribusi layanan publik diumumkan di
16 29
media yang mudah diakses oleh publik?
7 Apakah setiap SKPD telah membuat dan melaksanakan
Standar Pelayanan dan diumumkan kepada masyarakat 20 24
dan dunia usaha.
Nilai-Nilai Penyelenggara Pemerintah Daerah

Jawaban
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
1 Setiap aparatur penyelenggara Pemerintah Daerah harus 43 2 0 0 0

5
8
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

memiliki integritas, yaitu Berpikir, berkata dan berperilaku


yang didasari oleh kejujuran, keadilan dan disiplin.
2 Setiap aparatur penyelenggara Pemerintah Daerah harus
professional dalam melaksanakan tugas, yaitu
berkomitmen untuk menyelesaikan tugasnya secara tuntas 34 11 0 0 0
dan akurat atas dasar kompetensi yang dilaksanakan
dengan penuh tanggungjawab.
4 Setiap aparatur penyelenggara Pemerintah Daerah harus
36 9 0 0 0
mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara.
5 Setiap aparatur penyelenggara Pemerintah Daerah harus
berpikir kedepan untuk selalu menyempurnakan prestasi 32 11 2 0 0
yang sejalan dengan kepentingan masyarakat dan negara.
Etika Penyelenggara Pemerintah Daerah

Jawaban
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
1 Setiap aparatur harus menjaga secara utuh kerahasiaan Negara dan
kerahasiaan yang diatur baginya, mengembangkan jiwa korps dan loyalitas 31 14 0 0 0
kepada pimpinan dan institusi.
2 setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus menjunjung tinggi hukum,
30 15 0 0 0
moral, memiliki harga diri dan disiplin yang kuat
3 setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus menjaga integritas pribadi
29 16 0 0 0
dan memiliki komitmen untuk menjaga citra dan reputasi Negara
4 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus menyandarkan segala
22 17 1 5 0
sesuatu dan perilaku kepada hati nurani
5 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus mencegah praktik
27 18 0 0 0
diskriminasi dan menghindari pelecehan terhadap harga diri dan kondisi fisik.
6 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah menghindarkan diri dari segala
36 8 1 0 0
bentuk benturan kepentingan dan Korupsi Kolusi dan Nepotisme
7 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah selalu memelihara dan melindungi
harta milik pemerintah daerah dan tidak menggunakannya untuk kepentingan
34 11 0 0 0
pribadi, kepentingan politik dan kepentingan lain yang bertentangan dengan
kepentingan pemerintah daerah.
8 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah Selalu menjaga hak intelektual
milik daerah dan mendedikasikan kompetensi yang dimilikinya untuk 23 19 3 0 0
kepentingan daerah
9 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah melindungi informasi yang bersifat
rahasia dan mencegahnya dari kehilangan, penyalahgunaan, kebocoran dan 30 15 0 0 0
pencurian.
10 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah membuat catatan yang akurat dan
lengkap tentang kekayaan daerah dan kekayaan intelektual daerah yang ada 23 22 0 0 0
dalam pengawasannya.
11 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak menggunakan waktu,
fasilitas, sumber daya dan peralatan pemerintah daerah untuk kepentingan 31 14 0 0 0
pribadi.
12 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak menggunakan akses,
pengetahuan dan jabatannya untuk hal-hal yang merugikan Pemerintah 26 19 0 0 0
Daerah.
13 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak menggunakan akses,
pengetahuan dan jabatannya untuk hal-hal yang merugikan Pemerintah 26 15 0 0 4
Daerah.
14 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah bebas dari pengaruh yang
22 18 5 0 0
memungkinkan terjadinya benturan kepentingan.
15 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak menjadi rekanan dari
32 11 2 0 0
lembaga daerah, baik langsung maupun tidak langsung.
16 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah Dilarang memegang jabatan lain
yang dapat menimbulkan potensi terjadinya benturan kepentingan sesuai 30 7 8 0 0
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5
9
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

17 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak diperkenankan untuk turut


serta, secara langsung atau tidak langsung, dalam pembahasan dan
19 17 5 4 0
pengambilan keputusan mengenai masalah yang terindikasi ada perbenturan
kepentingan pribadi aparatur yang bersangkutan.
18 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah Tidak diperkenankan untuk
menyalahgunakan informasi maupun sumberdaya milik pemerintah daerah
untuk kepentingan diluar kepentingannya sebagai penyelenggara pemerintah 29 16 0 0 0
daerah, dan menerima sesuatu dari pihak manapun yang dapat berpengaruh
kepada kinerjanya.
19 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak diperkenankan untuk
mengeluarkan kebijakan yang bertujuan menguntungkan kepentingan pribadi, 33 11 1 0 0
keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.
20 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak diperkenankan menggunakan
jabatannya untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan 31 14 0 0 0
atau afiliasi lainnya.
21 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah membuat pernyataan tidak
memiliki benturan kepentingan dan telah melaksanakan pedoman perilaku 21 17 7 0 0
yang ditetapkan

Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemerintah Daerah

Jawaban
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
1 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak
diperkenankan meminta atau menerima sesuatu, baik
31 12 2 0 0
langsung maupun tidak langsung, yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan.
2 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak
diperkenankan memberi sesuatu, yang dapat 27 18 0 0 0
menimbulkan benturan kepentingan.
3 Dalam situasi dimana aparatur penyelenggara pemerintah
daerah telah menerima kemudahan ataupun menerima
sesuatu oleh karena jabatannya sebagai penyelenggara 27 12 6 0 0
pemerintah daerah, harus melaporkannya kepada pihak
yang berwenang untuk menangani masalah tersebut.
4 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus
memahami dengan baik peraturan perundang-undangan 29 16 0 0 0
yang berkaitan dengan fungsi dan tugasnya.
5 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
33 12 0 0 0
berkaitan dengan fungsi dan tugasnya secara efektif dan
konsisten.
6 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak
diperkenankan menyalahgunakan peraturan perundang-
31 14 0 0 0
undangan untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni,
kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.
7 Dalam hal Kerahasiaan informasi, penyelenggara
Pemerintah Daerah harus menjaga kerahasiaan informasi
33 12 0 0 0
pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
8 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus 27 18 0 0 0
melaksanakan tugas dan kewenangannya dengan

6
0
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

berpedoman pada asas-asas Good Governance.


9 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah melaksanakan
tugas dan kewenangannya sesuai dengan uraian tugas 25 20 0 0 0
yang berlaku baginya.
10 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak
diperkenankan menyalahgunakan tugas dan
31 14 0 0 0
kewenangannya untuk kepentingan pribadi, keluarga,
kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

6
1
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Implementasi Good Governance di Pemerintah


Kota Medan
6.1.1 Asas demokrasi
Asas demokrasi mengandung tiga unsur pokok yaitu partisipasi,
pengakuan adanya perbedaan pendapat dan perwujudan kepentingan umum.
Asas demokrasi seharusnya menjadi pertimbangan dalam membuat
kebijakan publik dalam rangka pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pelibatan masyarakat dan dunia
usaha dalam pembuatan kebijakan, program dan kegiatan dimaksudkan agar
kebijakan, program dan kegiatan yang dilaksanakan pemerintah daerah
selaras dengan keinginan masyarakat dan dunia usaha. Aspirasi masyarakat
dan dunia usaha dan pemangku kepentingan lainnya dibutuhkan sebagai
masukan bagi aparatur dalam membuat kebijakan, program dan kegiatan
yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Partisipasi tidak berarti
memaksakan kehendak masing – masing pihak tetapi merupakan pencapaian
kesepakatan bersama, semacam konsensus bersama terhadap kebijakan
dan langkah serta keputusan lainnya yang akan diambil.
Perbedaan pendapat sering terjadi antara stakeholder dan aparatur
maupun antar aparatur dalam rangka penyampaian dan penampungan
aspirasi ketika merencanakan suatu kebijakan, program dan kegiatan.
Perbedaan pendapat tidak bisa ditiadakan karena perbedaan pendapat
merupakan wujud pelaksanaan demokrasi. Pengakuan terhadap adanya
perbedaan pendapat menunjukkan kedewasaan dalam berdemokrasi.
Meskipun perbedaan pendapat bisa menimbulkan konflik dan berujung
tindakan destruktif, namun bukan berarti perbedaan pendapat harus
ditiadakan. Perbedaan pendapat perlu dikelola agar menghasilkan pengaruh
yang baik dalam perencanaan kebijakan, program dan kegiatan.
Good governance pada pemerintahan daerah sebenarnya bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan kepada publik dalam mewujudkan
kepentingan umum. Perwujudan kepentingan umum merupakan perwujudan
kesepakatan antara masyarakat dan Pemerintah Daerah sebagai agen
pembangunan. Kepentingan umum akan terlaksana apabila konsensus
bersama sudah tercapai dengan harmonis, dimana tercapai kesepakatan
antara pemangku kepentingan dan pemerintah daerah tentang kebijakan,
program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

6
2
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Untuk menerapkan asas demokrasi maka setiap kebijakan, program


ataupun kegiatan dilakukan dengan melibatkan pemangkukepentingan.
Mewujudkan asas demokrasi dalam penyelenggaran tugas-tugas
pemerintahan maka penyelenggara pemerintah daerah sebaiknya secara
aktif mendorong masyarakat untuk menyampaikan pendapat atau penilaian
yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
program kerja sehingga kepentingan umum bisa terwujud.
Praktik-praktik asas demokrasi meliputi praktik-praktik:
• Mempublikasikan rencana kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (selanjutnya disingkat SKPD) untuk menerima masukan
dari pemangkukepentingan;
• melakukan penjaringan, artikulasi, dan agregasi aspirasi
masyarakat dalam penyusunan rencana kerja SKPD;
• memfasilitasi pembentukan kelembagaan masyarakat
yang berminat dan aktif memberikan masukan terhadap
pelayanan publik;
• menerima, menindaklanjuti dan mempublikasikan setiap
informasi dari masyarakat terkait keluhan/masukan dan saran
sehingga dapat diakses masyarakat secara luas;
• membuat kotak saran dan menempatkannya pada
tempat yang mudah diakses untuk menampung aspirasi
pemangkukepentingan tentang pelayanan publik;
• membuat nomor telepon bebas pulsa dan email untuk
menerima keluhan/masukan dan saran atas pelayanan publik;
• membuat kolom konsultasi di media massa untuk
mendorong peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian suatu
kebijakan;
• membuat formulir feed back yang dapat diisi oleh
masyarakat atau perusahaan yang menerima pelayanan publik
untuk mendapatkan keluhan/masukan dan saran terhadap
pelayanan publik yang diselenggarakan;
• merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan
anggaran berdasarkan prinsip dan asas anggaran; dan
• apabila dianggap perlu, SKPD bisa memberikan
penghargaan kepada masyarakat/kelompok masyarakat yang
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara.
Terkait dengan implementasi asas-asas demokrasi di Pemerintah
Kota Medan menunjukkan bahwa asas demokrasi masih belum
diimplementasikan secara maksimal. Hampir seluruh pertanyaan yang

6
3
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

mewakili asas-asas demokrasi dijawab belum terlaksana dengan baik di


SKPD Pemerintah Kota Medan. Aspek asas demokrasi yang hampir
seluruhnya telah dilakukan SKPD adalah pada kegiatan penjaringan aspirasi
pemangku kepentingan dalam perencanaan program dan kegiatan SKPD (82
% responden menjawab sudah dilaksanakan). Selebihnya responden
menjawab aspek-aspek yang mewakili implementasi asas demokrasi belum
terlaksana di Pemko Medan. Diagram jawaban responden atas implementasi
asas demokrasi disajikan sebagai berikut:

6.1.2. Implementasi asas transparansi (Keterbukaan)


Asas Transparansi (keterbukaan) mengandung unsur pengungkapan
(disclosure) dan penyediaan informasi yang memadai dan mudah diakses
oleh pemangkukepentingan. Proses kegiatan dalam rangka pelayanan
publik, memerlukan mekanisme yang transparan untuk mencegah terjadinya
praktek-praktek yang tidak adil dan tidak jujur, termasuk juga perlunya
mekanisme terhadap keluhan masyarakat yang tidak puas/complaints.
Mekanisme kerja harus diatur berdasarkan peraturan yang tidak memihak
agar kedua pihak penyelenggara sektor publik maupun yang dilayani
(masyarakat) sama-sama mendapat kepuasan, sehingga terwujud kebijakan
dan mekanisme prosedur tentang pelayanan yang baik karena pihak-pihak
terkait menerapkan prinsip transparansi dalam prosedur kerjanya.
Transparansi dibutuhkan dalam mewujudkan penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik dalam berbagai aspeknya termasuk dalam
pelayanan kepada publik. Prinsip transparansi diperlukan tidak hanya dalam
proses pelayanan publik, tapi juga dalam proses investasi, proses
pengambilan keputusan, berbagai macam kontrak dan persetujuan lainnya.
Informasi harus tersedia dan dapat diperoleh secukupnya. Masyarakat luas
harus terinformasi dan ikut ambil bagian dalam proses politik dan
pembangunan perekonomian. Informasi perlu dikembangkan secara

6
4
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

transparan untuk digunakan siapapun yang membutuhkannya, karena dalam


proses good governance transparansi dibangun atas dasar arus informasi
yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga manapun,
informasinya harus dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
Kebijakan publik sebaiknya diungkapkan kepada
pemangkukepentingan dengan cara yang mudah diakses melalui media
komunikasi yang ada. SKPD melaksanakan asas keterbukaan dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi terutama dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat dan dunia usaha dan manajemen sumber daya aparatur.
Terkait dengan manajemen sumberdaya aparatur, setiap SKPD sebaiknya
menyelenggarakan manajemen sumberdaya aparatur secara transparan
terutama penilaian dan evaluasi kinerja pegawai, hukuman dan penghargaan
serta informasi-informasi yang berkaitan dengan pengembangan karir.
Praktik-praktik asas transparansi meliputi:
• menyediakan media informasi yang mudah diakses oleh
masyarakat dan dunia usaha untuk berbagai informasi dan kebijakan
pembangunan kota;
• mengumumkan prosedur pelayanan publik di lokasi pelayanan
umum, media massa, website pemerintah daerah atau SKPD atau
media-media lainnya;
• mengumumkan kinerja SKPD kepada masyarakat dengan cara-
cara yang mudah diakses;
• menyediakan informasi proses penyusunan kebijakan publik
agar pemangkukepentingan dapat berpartisipasi dan memberi
tanggapan; dan
• menyediakan informasi mengenai penyusunan rencana
strategis, program kerja dan anggaran serta pelaksanaannya.

Terkait dengan implementasi asas transparansi (keterbukaan)


responden menyatakan hal-hal berikut ini:
1. Sebagian besar SKPD (51%) sudah menyediakan media
informasi yang mudah diakses pemangku kepentingan,
2. sebagian besar SKPD (60%) sudah mengumumkan prosedur
pemberian layanan publik di media massa atau website pemko/skpd,
3. sebagian besar SKPD (53%) belum mengumumkan kinerja
SKPD kepada masyarakat dengan cara-cara yang mudah diakses,
4. sebagian besar SKPD (62%) belum menyediakan informasi
proses penyusunan peraturan daerah dan kebijakan publik kepada
masyarakat,

6
5
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

5. Sebagian SKPD (55%) menyatakan belum menyediakan


informasi kepada masyarakat mengenai penyusunan rencana strategis,
program kerja dan anggaran.
Dari kenyataan diatas maka dapat dikatakan sebagian aspek
transparansi (48%) sudah terlaksana di SKPD, namun ada beberapa aspek
transparansi yang belum terlaksana dengan baik (52%). Selanjutnya dapat
dilihat diagram hasil jawaban responden atas implementasi asas
transparansi/keterbukan di SKPD:

6.1.3 Implementasi asas akuntabilitas (pertanggungjawaban)


Asas akuntabilitas (pertanggungjawaban) mengandung kejelasan tugas
pokok dan fungsi organisasi dan tata cara mempertanggungjawabkannya.
Penyelenggara pemerintahan daerah melaksanakan tugas, wewenang dan
kewajibannya secara jujur, adil, mengutamakan kepentingan umum dan
terukur sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta menghindarkan
penyalahgunaan wewenang. Implementasi pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi SKPD didasarkan kepada arah kebijakan serta rencana program,
kegiatan, anggaran, dan target capaian kinerja yang telah ditetapkan secara
terukur.
Prinsip good governance menuntut pertanggungjawaban dari para
penyelenggara pemerintahan dibidang pelayanan publik maupun bidang
lainnya seperti bidang politik. Ukuran keberhasilan harus ditetapkan untuk
bahan perbandingan apakah kinerja yang bersangkutan layak disebut baik

6
6
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

atau memenuhi persyaratan pertanggungjawaban yang baik dari segi


ekonomis maupun keuangan. Prinsip akuntabilitas apabila dilaksanakan
dengan baik akan mencegah terjadinya korupsi serta menjamin bahwa kinerja
organisasi telah sesuai dengan misi yang telah ditetapkan.
Asas akuntabilitas akan terlaksana dengan baik apabila organisasi telah
menetapkan struktur organisasi dan mekanisme kerja yang menunjukkan
rantai perintah. Setiap bagian-bagian dalam organisasi sudah selayaknya
memiliki uraian tugas (job description) sehingga tidak terjadi kebingungan-
kebingungan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Selain itu, perlu juga
ditetapkan mekanisme pertanggungjawaban setiap bagian-bagian di
perusahaan
Asas akuntabilitas menyangkut praktik-praktik sebagai berikut:
• Menyelenggarakan standar pelayanan minimum.
• Menyelenggarakan Sistem Pengendalian Internal (SPI) meliputi
lingkungan pengendalian, pemantauan risiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, dan pemantauan.
• Menyelenggarakan analisis jabatan selaras dengan dengan visi, misi,
tujuan dan sasaran pembangunan kota yang telah ditetapkan.
• Memiliki target kinerja, melakukan pemantauan dan pengukuran serta
mengevaluasi dan melaporkan pencapaian target kinerja yang
ditetapkan.
• Melaksanakan tugas dan fungsinya secara jujur, adil, tidak diskriminatif,
mengutamakan kepentingan umum serta memenuhi asas
pertanggungjawaban.
• Pertanggungjawaban kinerja disusun dan disampaikan secara periodik
kepada Walikota serta diinformasikan kepada masyarakat.
• Menindaklanjuti keluhan/masukan, saran atau pengaduan yang
disampaikan oleh pemangkukepentingan yang disertai identitas,
mengenai penyelenggaraan pelayanan publik.
• Menyusun dan menetapkan tata cara pengelolaan keluhan/masukan,
saran dan pengaduan berdasarkan asas pertanggungjawaban yang
cepat, tuntas dan transparan.
• Penyelenggara pemerintah daerah memberikan ruang bagi
terselenggara dan efektifnya kontrol sosial.

Terkait dengan asas akuntabilitas, hasil survey menunjukkan


implementasi asas keterbukaan di SKPD Pemerintah Kota Medan sebagai
berikut:

6
7
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

1. Sebagian besar SKPD (58%) sudah memiliki Prosedur Pengoperasian


Standar (Standard Operating Prosedur) dalam pelaksanaan tugas
pokoknya,
2. Sebagian besar SKPD (73%) sudah menetapkan rincian fungsi, tugas
serta wewenang dan tanggungjawab masing-masing penyelenggara
daerah yang selaras dengan visi, misi dan tujuan Pembangunan Kota,
3. Sebagian besar SKPD (62%) sudah memiliki ukuran kinerja serta
mengevaluasi pencapaian target kinerja yang ditetapkan,
4. Sebagian besar SKPD (58%) sudah mempertanggungjawaban kinerja
(prestasi) SKPD sekali dalam satu tahun kepada Walikota dan DPRD
serta diumumkan kepada masyarakat.
5. Sebagian besar SKPD (80%) sudah menindak-lanjuti setiap keluhan atau
pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat dan dunia usaha

Dari hasil survey dapat disimpulkan bahwa 66% dari aspek asas akuntabilitas
sudah terlaksana di setiap SKPD yang ada di Pemerintah Kota Medan. Hasil
tabulasi kuisioner jawaban responden dapat dilihat pada grafik berikut:

6
8
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

6.1.4 Implementasi asas budaya hukum


Asas budaya hukum mengandung unsur penegakan hukum (law
inforcement) secara tegas, tepat dan tidak diskriminatif serta ketaatan
terhadap hukum berdasarkan kesadaran. Sikap dan perilaku penyelenggara
pemerintah daerah mencerminkan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta mematuhi etika sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat. SKPD dan penyelenggara pemerintah daerah berkewajiban
membangun budaya hukum yang kokoh secara berkelanjutan baik dalam
proses penyusunan dan penetapan kebijakan publik maupun dalam
pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. Perumusan dan penetapan
kebijakan publik dilakukan atas dasar kepentingan umum serta dilaksanakan
secara konsisten dan konsekuen.
Kerangka hukum yang adil dan tanpa pilih kasih yang dapat
dilaksanakan merupakan dasar pewujudan good governance. Ketiga prinsip
good governance yaitu akuntabilitas, transparansi serta partisipasi akan
mendorong lembaga-lembaga bersangkutan khususnya di bidang
pengembangan perekonomian dan lembaga legislatif untuk membuat
peraturan dan perundang-undangan yang adil dan berwibawa. Sesuai
kebutuhannya, pemerintah harus dapat menjamin bahwa pelaksanaan hukum
dapat diterapkan secara merata, tanpa memilih-milah bulu serta adanya
prasangka tidak bersalah terhadap semua warga yang dicurigai. Perangkat
hukum perlu dilaksanakan secara fair dan dapat dilaksanakan sebaik-
baiknya terutama hukum tentang hak asasi manusia.
Akuntabilitas, transparansi dan partisipasi akan membantu aspek
politis dan kelembagaan perekonomian untuk mengeluarkan peraturan-
peraturan yang fair. aspek peran hukum bertujuan agar produk-produk hukum
tersebut dapat diberlakukan dan dilaksanakan secara merata, tanpa pamrih,
kepada seluruh masyarakat. Bila akses informasi yang akurat bisa dengan
mudah didapat dari dan ke tiga sektor tersebut, maka prinsip transparansi
melalui informasi yang saling memberi di antara ke tiga sektor tersebut akan
terpelihara agar keharmonisan hubungan tetap terjalin dengan baik. Lebih
banyak informasi yang transparan yang bisa didapat, lebih besar pula
partisipasi yang diberikan oleh masing-masing sektor. Lebih banyak informasi
berarti keputusan yang diambil juga bisa lebih baik dan lebih akurat dan lebih
efektif dalam implementasinya. Lebih banyak informasi saling memberikan,
lebih mudah pula bagi proses legalitas diantara ketiganya. Institusi yang ada
diantara ketiga sektor tersebut dengan menggunakan prinsip tersebut
menjadi akan lebih responsif dan kesamaan kedudukan diantara
ketiganyapun akan lebih mudah ditegakan. Dengan cara yang sama prinsip-
prinsip lainnya dari good governance akan menghasilkan penyelenggaraan
kegiatan kearah yang dituju, sesuai dengan porsinya masing-masing.
Dalam kegiatan/program peningkatan kualitas pelayanan publik,
masyarakat dan sektor swasta sudah mulai dilibatkan baik dalam perumusan
kebijakan publik, dalam penyelenggaraannya maupun dalam
pengawasannya. Masyarakat dewasa ini sedang menuju pada masyarakat

6
9
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

informasi. Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat dengan potensi


pemanfaatan yang begitu luas, membuka peluang bagi pengaksesan,
pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar, cepat
dan akurat. Ketidak mampuan menyesuaikan diri akan menyebabkan
semakin terbelakangnya kondisi negara. Penggalakan e’-goverment perlu
segera diarahkan pada terciptanya kondisi masyarakat terinformasi. Dengan
demikian diharapkan kepemerintahan yang baik, bersih, transparan, akan
mampu menjawab perubahan-perubahan secara efektif.
Pemerintah daerah melalui SKPD yang ditetapkan sudah selayaknya
menindaklanjuti setiap indikasi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
penyelenggara pemerintah daerah. Untuk mendukung pelaksanaan asas
demokrasi maka praktik-praktik berikut ini perlu dilaksanakan untuk
mendukung ketaatan terhadap hukum:
1. Menindaklanjuti setiap indikasi pelanggaran hukum yang dilakukan
oleh penyelenggara pemerintah daerah.
2. Pejabat struktural dan fungsional dalam batas hirarki tertentu yang
ditetapkan perlu membuat komitmen untuk:
• Melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik sesuai
dengan uraian jabatan yang ditetapkan;
• Tidak akan menerima hadiah atau pemberian apapun
yang terindikasi KKN dan menyebabkan perbenturan
kepentingan; dan
• Menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku apabila terbukti melanggar disiplin.
3. SKPD dalam ruang pelayanan publik membuat pernyataan yang
berbunyi : “Kami tidak menerima hadiah atau pemberian apapun
yang terindikasi KKN dan bisa menimbulkan perbenturan
kepentingan”.
4. SKPD membuat dan menempel media informasi atas sanksi
administrasi, perdata maupun pidana untuk setiap penyalahgunaan
kewenangan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan.

Hasil survey tentang implementasi aspek asas budaya hukum di


SKPD Pemerintah Kota Medan menunjukkan hal-hal berikut ini:
a. Sebagian besar SKPD (71%) belum membuat media pengaduan untuk
setiap indikasi pelanggaran hukum yang dilakukan aparatur
Pemerintah Kota Medan,
b. Sebagian besar pejabat daerah di SKPD (89%) menyatakan belum
membuat komitmen tertulis dalam kertas bermaterai sekali dalam satu
tahun untuk melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan
uraian tugas, tidak akan menerima hadiah atau pemberian apapun

7
0
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

yang terindikasi KKN dan Menyebabkan Perbenturan Kepentingan,


Menerima Sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
c. Sebagian besar responden menyatakan (60%) belum membuat dan
menempelkan pernyataan “ Kami tidak menerima hadiah atau
pemberian apapun yang terindikasi KKN dan bisa menimbulkan
perbenturan kepentingan”
d. Sebagian besar responden (96%) menyatakan SKPD-nya belum
membuat dan menempel leaflet atas sanksi- sanksi administrasi
Negara, perdata maupun pidana atas setiap penyalahgunaan
kewenangan.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan, berdasarkan jawaban


responden, asas budaya hukum belum diimplementasikan di Pemerintah
Kota Medan. Hasil jawaban responden atas aspek-aspek asas budaya hukum
dapat dilihat pada grafik berikut ini:

6.1.5 Implementasi asas kesetaraan dan kewajaran


Asas kesetaraan dan kewajaran mengandung unsur keadilan dan
kejujuran sehingga dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan perlakuan
setara terhadap pemangkukepentingan secara bertanggungjawab.
Kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk dapat mewujudkan sistem dan
prosedur kerja yang lebih adil dan bertanggungjawab. Dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi, SKPD dan penyelenggara pemerintah daerah

7
1
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

memperhatikan kepentingan umum berdasarkan asas kewajaran dan


kesetaraan.
Tugas dan tanggung jawab para pejabat publik baik yang dipilih
secara politis maupun para pegawai negeri harus melayani masyarakat
seluas-luasnya. Tugas ini meliputi alokasi dana, pengelolaan dan
penyediaan keamanan dan ketentraman para penduduk, serta keadilan
dalam pengelolaan perekonomian untuk kesejahteraan masyarakat. Dilain
pihak kesetaraan akan menjamin pria dan wanita mempunyai kesempatan
yang sama dalam memperjuangkan keberadaan mereka masing-masing
dalam rangka memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.
Asas kesetaraan dan kewajaran seharusnya menjiwai setiap kegiatan
pemberian layanan kepada masyarakat. Kesetaraan dan kewajaran
menyangkut praktik-praktik sebagai berikut:
• Manajemen sumberdaya kepegawaian diterapkan atas dasar
kewajaran dan kesetaraan, tanpa membedakan agama, gender, suku,
kelompok dan golongan yang bersangkutan.
• Pertimbangan sistem karir didasarkan kepada kriteria integritas
dan kompetensi penyelenggara pemerintah daerah yang dapat dinilai
secara wajar.
• Membuat nomor antrian urutan pelayanan kepada pengguna
jasa pelayanan untuk menciptakan budaya tertib, nyaman dan
kesetaraan pelayanan.
• Penyediaan prasarana dan sarana pelayanan umum
mempertimbangkan penyediaan fasilitas untuk usia lanjut, penyandang
cacat dan gender.
• Penyusunan rancangan formulasi tarif retribusi daerah
memperhatikan kemampuan masyarakat dan dunia usaha.
• SKPD menyusun, menetapkan dan melaksanakan Prosedur
Pengoperasian Standar (standard operating procedure atau SOP)
untuk mewujudkan kesetaraan dan kewajaran pelayanan umum
Hasil survey tentang implementasi aspek kewajaran dan kesetaraan
di SKPD Pemerintah Kota Medan menunjukkan hal-hal berikut ini:
a. Sebagian besar SKPD (69%) sudah menerapkan kebijakan rekruitmen
dan karier tanpa membedakan SARA
b. Sebagian besar pejabat daerah di SKPD (53%) menyatakan mutasi,
rotasi dan promosi belum didasarkan kepada kriteria integritas dan
kompetensi aparatur
c. Sebagian besar responden menyatakan (69%) setiap SKPD layanan
publik belum membuat nomor antrian dan memberi pelayanan sesuai
dengan urutan nomor antrian

7
2
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

d. Sebagian besar responden (89%) menyatakan SKPD layanan publik


belum menyediaan fasilitas untuk usia lanjut, penyandang cacat dan
gender
e. Sebagian besar responden (89%) menyatakan penetapan tarif retribusi
layanan publik telah memerhatikan kemampuan masyarakat dan dunia
usaha
f. Sebagian besar responden (89%) menyatakan SKPD belum membuat
dan melaksanakan Standar Pelayanan dan diumumkan kepada
masyarakat dan dunia usaha.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan, berdasarkan jawaban


responden, asas kewajaran dan kesetaraan belum sepenuhnya
diimplementasikan di Pemerintah Kota Medan. Hasil jawaban responden atas
aspek-aspek asas budaya hukum dapat dilihat pada grafik berikut ini:

7
3
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

6.2 Persepsi responden terhadap aspek nilai-nilai,


etika dan pedoman perilaku

6.2.1 Nilai-Nilai

Untuk mewujudkan dan menjaga kredibilitas penyelenggara


pemerintah daerah, pelaksanaan asas-asas good governance dilandasi oleh
nilai-nilai sebagai pegangan moral. Penyelenggara pemerintah daerah yang
memiliki integritas, berarti berpikir, berbicara dan berperilaku didasari oleh
kejujuran, keadilan dan disiplin. Penyelenggara pemerintah daerah yang
professional, berarti berkomitmen untuk menyelesaikan tugas pokok dan
fungsinya secara tepat dan akurat atas dasar kompetensi yang dilaksanakan
dengan penuh integritas. Penyelenggara pemerintah daerah mengutamakan
kepentingan umum dan negara diatas kepentingan kelompok dan golongan.
Penyelenggara pemerintah daerah berpikir visioner untuk selalu
meningkatkan prestasi kerja yang sejalan dengan kepentingan umum dan
negara.
Hampir seluruh responden menyetujui nilai-nilai yang ditawarkan
sebagai pegangan moral yang mendukung pelaksanaan asas-asas good
governance. Berikut ini disajikan grafik jawaban responden atas nilai-nilai
yang bisa menjadi pegangan moral aparatur dalam melaksanakan asas-asas
good governance.

7
4
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

6.2.2 Etika

Etika penyelenggara pemerintah daerah mencakup perilaku individu,


perlindungan terhadap aset pemerintah daerah, penyelenggaraan
pemerintahan daerah serta kepentingan pribadi. Pengembangan dan
penerapan etika aparatur didasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang
terkandung di dalam sumpah dan janji sebagai pegawai negeri sipil (PNS)
dan eka prasetya korpri. Penyelenggara pemerintah daerah menjaga secara
utuh kerahasiaan negara dan kerahasiaan yang diatur baginya,
mengembangkan jiwa korps dan loyalitas kepada pimpinan dan institusi.
Hampir seluruh responden menyetujui perilaku etika yang ditawarkan
untuk mendukung pelaksanaan asas-asas good governance. Berikut ini
disajikan grafik jawaban responden atas nilai-nilai yang bisa menjadi
pegangan moral aparatur dalam melaksanakan asas-asas good governance.

7
5
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

7
6
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

6.2.3 Pedoman Perilaku

Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan,


pemberian dan penerimaan hadiah, kepatuhan terhadap peraturan,
kerahasiaan informasi, pelaksanaan kewenangan. Berdasarkan hasil survey,
hamir seluruh responden setuju dengan implementasi pedoman perilaku
untuk mendukung pelaksanaan asas-asas good governance di Pemerintah
Kota Medan. Hasil jawaban responden dapat dilihat pada grafik berikut ini:

7
7
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

BAB VII
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1 Simpulan

1) Pelaksanaan Good Governance sudah diamanatkan secara eksplisit di


Undang-undang No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang
bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-Undang no. 32/2004
tentang Pemerintahan Daerah serta Peraturan Pemerintah yang
mengiringinya.
2) Good Governance harus mempertimbangkan kepentingan Stakeholders
(pemangku Kepentingan) dan dilaksanakan dengan dilingkupi etika serta
berlandaskan asas-asas/prinsip-prinsip yang memungkinkan implementasi
Good Governance bisa berlangsung dengan baik.
3) Berdasarkan data primer yang diperoleh dari masing-masing
responden, beberapa poin dalam pelaksanaan Good Governance di
Pemerintah Kota Medan sudah dilaksanakan.
4) Dalam aktualisasi asas demokrasi, aparatur daerah sebagian besar
menjawab aspek-aspek demokrasi belum seluruhnya terlaksana di
Pemerintah Kota Medan.
5) Dalam aktualisasi asas transparansi/keterbukaan, responden sebagian
besar menjawab SKPD belum melaksanakan aspek-aspek asas
transparansi/keterbukaan.
6) Dalam aktualisasi akuntabilitas/pertanggungjawaban, responden
sebagian besar menjawab SKPD telah melaksanakan aspek-aspek asas
akuntabilitas/pertanggungjawaban.
7) Dalam aktualisasi asas budaya hukum, sebagian besar responden
menjawab SKPD belum melaksanakan aspek-aspek asas budaya hukum.

7
8
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

8) Dalam aktualisasi asas kesetaraan dan kewajaran, sebagian besar


responden menjawab SKPD belum melaksanakan aspek-aspek asas
kesetaraan dan kewajaran.
9) Hampir seluruh responden setuju untuk menerapkan nilai-nilai, etika dan
pedoman perilaku dalam mendukung pelaksanaan asas-asas good
governance.

7.2 Rekomendasi

1) Pemerintah Kota Medan secara aktif mendorong pejabat publik


(struktural) dan pegawai daerah untuk melaksanakan fungsinya berdasarkan
asas-asas good Governance karena pelaksanaan fungsi yang tidak sesuai
dengan asas good governance akan membawa dampak yang buruk kepada
masyarakat dan dunia usaha.
2) Pemerintah Kota Medan hendaknya menyusun Peraturan Daerah atau
Peraturan Kepala Daerah yang mengikat setiap pejabat publik untuk bekerja
sesuai dengan asas-asas good governance serta mencantumkan aturan etika
(ethical conduct) yang jelas untuk menjadi panduan moral bagi setiap pejabat
publik.
3) Pemerintah Kota Medan harus membuka akses seluas-luasnya bagi
masyarakat untuk memeroleh informasi seluruh Peraturan-peraturan daerah
dan peraturan Kepala Daerah serta draft peraturan daerah dan Peraturan
Kepala Daerah sehingga masyarakat juga bisa berpartisipasi dalam
memberikan masukan.
4) Terkait dengan pelayanan Publik, Pemerintah Kota Medan sebaiknya
mengumumkan secara terbuka melalui berbagai media mengenai proses
pemberian layanan publik dan membuka akses pengaduan terhadap
pelaksanaan pelayanan publik masing-masing SKPD. Pemerintah Kota juga
mengumumkan secara terbuka pelaksanaan sanksi atas pemberian layanan
publik yang tidak sesuai dengan prosedur standar.
5) Pemerintah Kota Medan lebih mendayagunakan aparat pengawas
dalam melakukan fungsinya sehingga masing-masing SKPD melakukan
kewenangannya dan tidak merugikan para pemangku kepentingan.

7
9
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

DAFTAR PUSTAKA

Cipfa, 2010, Good Governance in Local Government,


www.cipfa.org.uk/pt/consultations.cfm

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2008, Pedoman Umum Good


Publik Governance, KNKG, Jakarta

Loina,2003, Indikator dan alat ukur prinsip akuntabilitas, transparansi, dan


partisipasi, Sekretariat Good Publik Governance, Bappenas

Pohan, Max.H, 2000, Mewujudkan tata pemerintahan local yang baik (Local
Good Governance) dalam era otonomi daerah, Makalah

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pelaksaanaan


Peran Serta Masyarakat Dalam penyelenggaraan Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran
serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Undang-Undang Republik Indonesia No. 28/1999 tentang penyelenggaraan Negara


yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

www.wikipedia.com

8
0
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

Table of Contents
BAB I...................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Permasalahan yang Dihadapi...............................................................................5
1.3 Tujuan Kegiatan:..................................................................................................5
1.4 Output Kegiatan:...................................................................................................5
1.5 Outcome Kegiatan:...............................................................................................5
1.6 Tenaga Ahli..........................................................................................................5
1.7 Waktu Kegiatan....................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................7
HARMONISASI PERUNDANG-UNDANGAN......................................................7
2.1 Dasar Hukum kerangka kebijakan Good Governance.........................................7
2.2 Good Governance dan Pemerintahan yang bersih..............................................8
2.2 Etika dalam penyelenggaraan Negara yang bebas KKN...................................11
BAB III...............................................................................................................13
LANDASAN KONSEPTUAL..............................................................................13
3.1 Pengertian Good Governance............................................................................13
3.2 Prinsip-prinsip (Asas-asas) Good Publik Governance.......................................17
3.3 Peranan Etika Dalam Mewujudkan Good Publik Governance............................24
3.3.1 Pengertian etika..........................................................................................24
3.3.2 Masalah-masalah Etika yang Berkembang Saat ini....................................26
3.3.3 Standar Etika Pemerintahan........................................................................27
3.3.2 Nilai-nilai etika dan pedoman perilaku .........................................................28
3.4 Best Practices Good Publik Governance untuk Pemerintah Daerah..................34
BAB IV...............................................................................................................40
METODOLOGI...................................................................................................40
4.1 . Jenis Penelitian................................................................................................40
4.2. Metode Pengumpulan Data...............................................................................40

8
1
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

4.2.1 Data Penelitian.............................................................................................40


4.2.2 Instrumen penelitian.....................................................................................40
4.2.3 Populasi penelitian.......................................................................................40
4.3. Operasionalisasi Konsep/Variabel.....................................................................40
4.4. Metode Analisis.................................................................................................41
BAB V................................................................................................................42
GAMBARAN UMUM..........................................................................................42
GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH KOTA MEDAN................................42
5.1. Sekilas Sejarah Kota Medan.............................................................................42
5.2. Medan Masa Kini...............................................................................................43
5.2.1. Visi-Misi Kota Medan..................................................................................43
5.2.2 Strategi dan Agenda Pembangunan Kota Medan Tahun 2006 – 2010 .......44
5.2.3 Arah Kebijakan Pembangunan Kota Tahun 2006 – 2010.............................45
5.2.4 Prioritas Pembangunan Kota 2006 – 2010 dan Permasalahannya..............47
5.2.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Medan....................................48
5.3. SKPD di Pemerintah Kota Medan......................................................................49
5.3.1. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan..............................................49
5.3.2. Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Kota Medan......................49
5.3.3. Jabatan Struktural di Pemerintah Kota Medan............................................51
5.4 Good Governance di Pemerintah Kota Medan menurut persepsi Masyarakat....53
5.5. Good Governance di Pemerintah Kota Medan menurut persepsi Dunia Usaha 54
5.6. Penyajian data...................................................................................................55
BAB VI...............................................................................................................62
PEMBAHASAN..................................................................................................62
6.1 Implementasi Good Governance di Pemerintah Kota Medan.............................62
6.1.1 Asas demokrasi...........................................................................................62
6.1.2. Implementasi asas transparansi (Keterbukaan)..........................................64
6.1.3 Implementasi asas akuntabilitas (pertanggungjawaban)..............................66
6.1.4 Implementasi asas budaya hukum..............................................................69
6.1.5 Implementasi asas kesetaraan dan kewajaran............................................71
6.2 Persepsi responden terhadap aspek nilai-nilai, etika dan pedoman perilaku......74
6.2.1 Nilai-Nilai......................................................................................................74

8
2
Penyusunan Kerangka Kebijakan SCBD
Good Governance Kota
Meda
n

6.2.2 Etika.............................................................................................................75
6.2.3 Pedoman Perilaku........................................................................................77
BAB VII..............................................................................................................78
SIMPULAN DAN REKOMENDASI....................................................................78
7.1 Simpulan ..........................................................................................................78
7.2 Rekomendasi.....................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................80
Table of Contents.............................................................................................81

8
3

Anda mungkin juga menyukai