Anda di halaman 1dari 2

Siaran Digital Angkat Peradaban

PEMERINTAH per Rabu, 2 November 2022, telah mencabut izin siaran radio
(ISR) untuk siaran televisi analog di wilayah Jabodetabek. Hal itu bagian dari
kebijakan nasional migrasi siaran televisi secara bertahap dari analog ke digital.

Stasiun-stasiun televisi wajib mematikan siaran di jalur analog dimulai dari


Jabodetabek dan nantinya akan mencakup seluruh wilayah Indonesia. Kebijakan
analog switch off (ASO) itu merupakan amanat Undang-Undang Cipta Kerja yang
selanjutnya diatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) No 46 Tahun 2021 tentang
Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran.
Migrasi dari analog ke digital merupakan keputusan International
Telecommunication Union (ITU) dan banyak negara sudah menerapkannya sejak
belasan tahun lalu. Indonesia termasuk tertinggal.
Pantas bila kemudian Menko Polhukam Mahfud MD mengungkapkan
kekesalan ketika ada sejumlah stasiun televisi sempat masih membandel tetap
bersiaran di jalur analog. Ia menandaskan di kawasan Asia Tenggara tinggal
Indonesia dan Timor Leste yang masih memakai siaran analog.
Ketertinggalan itu menghambat perkembangan industri penyiaran dan
telekomunikasi. Masyarakat juga tidak dapat menikmati lebih banyak produk siaran
dengan kualitas tinggi.
Penggunaan jalur digital memberikan banyak keuntungan. Dalam jangka
pendek, keuntungan dirasakan oleh penikmat siaran televisi. Mereka mendapatkan
siaran dengan kualitas yang lebih jernih dari sisi visual maupun suara.
Dalam jangka panjang, masyarakat dan perekonomian nasional mendapatkan
keuntungan dari bergairahnya industri penyiaran. Migrasi ke digital membebaskan
banyak ruang dalam spektrum frekuensi hingga memberikan kesempatan masuknya
lebih banyak kanal siaran baru.
Bukan hanya siaran televisi, spektrum frekuensi yang terbebaskan juga akan
digunakan untuk teknologi informasi lainnya, termasuk internet 5G. Stasiun televisi
yang ngotot bertahan di jalur analog bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga
bersifat egois menguasai ruang spektrum frekuensi yang kian terbatas.
Begitu besar potensi perkembangan industri penyiaran pascamigrasi. Maka,
tidak keliru jika Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Plate optimistis
kebijakan ASO bakal menciptakan ratusan ribu lapangan kerja baru.
Semakin beragamnya siaran, ditambah penguatan dan pemerataan teknologi
internet, akan memberikan akses pengetahuan dan informasi yang jauh lebih luas
kepada masyarakat. Peradaban bangsa bakal berkembang pesat.
Memang, proses ASO tidak murah. Ada beban biaya di muka yang harus
ditanggung masyarakat maupun industri penyiaran. Masyarakat yang hanya memiliki
televisi analog terpaksa membeli perangkat set top box atau STB. Ini pula yang
menjadi alasan salah satu bos stasiun televisi yang enggan beranjak dari jalur
analog.

Di sini kehadiran pemerintah diperlukan untuk membantu masyarakat berpendapatan


rendah mendapatkan STB secara cuma-cuma. Jangan sampai kebijakan migrasi
justru mematikan hak mereka mendapatkan layanan siaran televisi nonberbayar.
Stasiun televisi juga bisa bergerak membantu menyediakan STB dengan
harga lebih murah bagi pemirsa setia mereka. Dari sisi regulasi pendukung,
pemerintah perlu segera mengeluarkan kebijakan menyetop produksi perangkat
televisi yang hanya bisa menerima siaran analog.
Migrasi siaran analog ke digital harus terus berlanjut sampai seluruh wilayah
Indonesia mendapatkannya. Tidak ada alasan untuk menunda gerak maju
peradaban bangsa ini.

Sumber: https://m.mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2806-siaran-digital-
angkat-peradaban

Anda mungkin juga menyukai