Anda di halaman 1dari 2

Adaptasi Masyarakat Terhadap Perkembangan Era Digitalisasi Di Indonesia

Menurut Kuswandi dalam Budhirianto (2014:190) menjelaskan televisi menjadi salah satu
media yang sangat istimewa dikarenakan televisi adalah sebuah media yang sifatnya politis,
informatif, hiburan dan pendidikan. Bahkan televisi merupakan seluruh penggabungan dari
unsur-unsur yang telah disebutkan. Televisi dapat membuat seolah-olah sang komunikator
sebagai penyampai pesan memberikan sebuah informasi kepada komunikan yang mudah
dimengerti dan dipahami karena terlihat secara audio dan visual. Televisi atau yang sering
disingkat dengan TV merupakan sebuah media yang sangat banyak dikonsumsi dan digemari
oleh berbagai jenis kalangan masyarakat di Indonesia. Televisi diharapkan dapat memberikan
berbagai jenis pesan dan informasi dari segi pendidikan sampai hal-hal yang sifatnya
menghibur (Rahmania, 2015:12). Seiring perkembangan zaman siaran televisi yang lebih
dikenal sebagai siaran analog. Dahulu siaran analog sering diminati oleh masyarakat
berbanding terbalik dengan situasi saat ini yang kurang diminati. Terkait dengan keputusan
Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menghentikan siaran TV analog dan
berpindah ke siaran TV digital di tahun 2022.

Masyarakat belum merespon himbauan penggunaan iklan TV digital dengan baik. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan reaksi masyarakat negatif terhadap iklan TV digital,
antara lain iklan TV digital mempunyai unsur promosi dan penjualan yakni membeli set top
box, TV digital bukan menjadi kebutuhan primer masyarakat, keadaan ekonomi dan finansial
masyarakat yang membuat masyarakat enggan untuk membeli set top box, dan sampai saat
ini TV analog masih dapat ditonton dengan baik. Dunia penyiaran memberikan banyak
manfaat bagi perkembangan kehidupan masyarakat serta memberikan dampak yang dominan
secara positif ataupun negatif bagi masyarakat itu sendiri. Kebebasan dunia penyiaran
memberikan ruang bagi media televisi untuk semakin berkembang, berkreasi, serta berinovasi
dalam membuat program-program acara dengan berbagai tujuan, seperti memberikan
informasi, hiburan, edukasi, dan lain sebagainya masyarakat. Lebih banyak dari kalangan
milenial sudah beralih ke media platform seperti Youtube dan siaran live streaming yang
disediakan oleh media online.

Selain itu, adanya Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah
berimplikasi pada kemajuan diberbagai bidang termasuk pada industri siaran televisi digital
(digital broadcasting). Digitalisasi merupakan hal yang tidak dapat ditunda. Hal ini dilakukan
untuk mengatasi ketidakefisien pada siaran analog yang selama ini digunakan. Saat ini,
pemerintah sudah menetapkan standar Ditigal Audio Broadcasting (DAB) sebagai standar
nasional dalam dunia penyiaran digital elektronik radio dan televisi (Budhirianto, 2014:189-
190). Maka dari itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
bekerjasama dengan siaran TV swasta dan negeri, untuk menghimbau masyarakat untuk
pindah dari layanan TV analog ke TV digital. Dari sisi perspektif kemajuan teknologi,
keberadaan siaran digital jauh lebih bermanfaat bagi dinamika pertelevisian, sehingga perlu
diberi pemahaman sejak awal untuk dapat diterima oleh semua pihak. Berdasarkan laman
yang dikutip oleh kompas.com. adapun kelebihan dari TV digital dibandingkan TV analog
adalah untuk mendapatkan siaran-siaran bagus tidak perlu menggunakan media berbayar atau
berlangganan, kualitas gambar lebih jernih dan tidak berbayang seperti TV analog, serta tidak
berbintik, kabur, ataupun lemah signal seperti TV analog ketika tidak mendapatkan signal
yang baik. Untuk memberikan informasi kepada publik terkait dengan pemasangan TV
digital pada tahun 2022 ini, salah satu bentuk informasi adalah dengan memberikan
sosialisasi. Sosialiasi yang dilakukan adalah melaksanakan kampanye layanan masyarakat
yang disiarkan ditelevisi. Sosialisasi mulai disiarkan ditelevisi semenjak dikeluarkannya
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22 Tahun 2011 tentang
penyelenggaraan penyiaran televisi digital teresterial penerimaan tidak berbayar atau yang
disebut dengan free to air.

Bila pemerintah diberikan kepercayaan mengelola infrastruktur penyiaran digital, maka


akan ada potensi pembagian frekuensi disetiap zona wilayah siar secara lebih adil kepada
setiap lembaga penyiaran. Hal ini disebabkan pemerintah yang diawal kebijakan digitalisasi
penyiaran ini diterapkan, telah bertugas menyusun peta alokasi frekuensi di setiap zona
wilayah siar. Data ini tentunya menjadi dasar bagi penerapan pembagian frekuensi penyiaran
digital secara tepat kepada lembaga penyiaran disetiap zona wilayah siar.

Kesimpulan yang dapat disampaikan ialah praktek sewa kanal frekuensi juga menjadi hal
penting untuk dicermati oleh penyenggara infrastruktur penyiaran sebagaimana disesuaikan
dengan model migrasinya. Siapapun pengelola infrastruktur penyiarannya, maka prinsip open
access bagi semua lembaga penyiaran harus diberlakukan. Apabila pengelolanya adalah
lembaga penyiaran, maka jatah frekuensi yang dimilkinya di setiap zona wilayah siar selain
dimanfaatkan untuk aktivitas penyiaran dirinya sendiri juga diwajibkan untuk membuka
akses kepada lembaga penyiaran di zona wilayah siar. Untuk itu praktek pengelolaannya
wajib berlandaskan prinsip transparan dan keadilan, sehingga digitalisasi penyiaran
benarbenar dapat dirasakan kemanfaatan bagi semua lembaga penyiaran baik yang bersifat
nasional maupun lembaga penyiaran di tingkat lokal. Selanjutnya sebagai batasan dalam
menerapakan praktek sewa, maka pemerintah perlu menetapkan batas bawah dan batas atas
sewa sehingga bisa dijadikan panduan bagi pengelola infrastruktur penyiaran untuk
menyewakannya kepada lembaga penyiaran. Lamanya sewa tentunya disesuaikan dengan
pertimbangan perkembangan kemampuan bisnis lembaga penyiaran yang lebih sehat.

Daftar Isi

Budhirianto, S. (2014). Sikap Masyarakat Terhadap Kampanye Televisi Digital Pada Media
Televisi. Jurnal Penelitian Komunikasi Dan Opini Publik, 18(3), 120–131.

Kotler, P. (2013). Managemen Pemasaran Jilid Kedua. Jakarta: Erlangga.

Hidajanto Djamal dan Andi Fachuddin, Dasar-Dasar Penyiaran Sejarah Organisasi


Operasional dan Regulasi, Jakarta: Penerbit Kencana, 2011, h. 321.

Anda mungkin juga menyukai