Anda di halaman 1dari 8

MATERI

E-COURT & E-LITIGASI

TUGAS KELOMPOK

Diajukan Untuk Memperoleh Nilai Dari Mata Kuliah


“ HUKUM ACARA PERDATA G”

Oleh :

Farah Azzahra Reynaldi (110110180317)


Vidya Khairina Utami (110110180320)

Dosen Pengajar :

Prof. Dr. H. Efa Laela Fakhriah, S.H., M.H.


Sherly Ayuna Putri, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
1

BAB I
E-COURT
1.1 Pengertian E-Court
Menurut Pasal 1 angka 6 Peraturan Mahkamah Agung nomor 1 tahun 2019, Administrasi
Perkara Secara Elektronik adalah serangkaian proses penerimaan
gugatan/permohonan/keberatan/bantahan/perlawanan/intervensi, penerimaan pembayaran,
penyampaian panggilan/pemberitahuan, jawaban, replik, duplik, kesimpulan, penerimaan
upaya hukum, serta pengelolaan, penyampaian dan penyimpanan dokumen perkara
perdata/perdata agama/tata usaha militer/tata usaha negara dengan menggunakan system
elektronik yang berlaku di masing-masing lingkungan peradilan. Sementara itu, pasal 1
angka 7 pada peraturan yang sama memberikan pengertian tentang Persidangan Secara
Elektronik adalah serangkaian proses memeriksa dan mengadili perkara oleh pengadilan
yang dilaksanakan dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi.
Sebelumnya sudah ada Peraturan Mahkamah Agung yang mengatur tentang Administrasi
Perkara di Pengadilan Secara Elektronik, namun masih perlu disempurnakan terutama terkait
dengan tata cara persidangan elektronik (e-court) maka dari itu lahirlah Peraturan Mahkamah
Agung nomor 1 tahun 2019.
Peraturan Mahkamah Agung RI yang dicetuskan pada Maret 2018 tersebut sangat relevan
dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki isu utama dalam
access to justice. Kita tidak dapat menafikkan bahwa sistem teknologi kita dalam rangka
penegakan hukum telah tertinggal jauh dari negara-negara maju yang sudah menerapkan
layanan peradilan berbasik elektronik seperti contohnya negara tetangga kita, Singapura 1,
yang sudah dapat mengajukan permohonan dan mengakses data peradilan dengan memiliki
SingPass ID untuk Individu dan CorpPass ID bagi badan hukum tertentu dan
menggunakannya untuk berperkara di pengadilan.
Pasal 2 ayat (4) Undang-undang Kekuasaan Kehakiman telah menyerukan dengan jelas
bahwa penyelenggaraan peradilan Indonesia didasarkan pada asas sederhana, cepat, dan
biaya ringan. International Framework for Court Excellence yang merupakan pedoman yang
disusun oleh ICCE, menegaskan bahwa peradilan yang efektif dan efisien adalah salah satu

1
Ika Atikah, Implementasi E - Court dan Dampaknya Terhadap Advokat Dalam Proses Penyelesaian Perkara di
Indonesia, Proceeding – Open Society Conference, 2018, hlm. 109.
2

indikator bagi sebuah peradilan yang unggul (court excellence). Hal ini dalam
implementasinya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah sarana
pendukung peradilan (court support) termasuk teknologi informasi. 2 Dan dalam hal ini,
penerapan teknologi informasi dapat memberikan berbagai keuntungan yaitu kecepatan
(speed), konsistensi (consistency), ketepatan (precision), dan keandalan (reliability). 3
Berbagai keuntungan ini amat sejalan dengan asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya
ringan.
e-Court adalah sebuah instrumen pengadilan sebagai bentuk pelayanan terhadap
masyarakat dalam hal pendaftaran perkara secara online, pembayaran secara online,
mengirim dokumen persidangan (replik, duplik, kesimpulan, jawaban) dan pemanggilan
secara online.4

1.2 Penerapan E-Court di Peradilan Indonesia


Berawal pada bulan Agustus – November 2015, Mahkamah Agung RI menyelenggarakan
kompetisi inovasi pelayanan publik peradilan 2015. Kompetisi inovasi merupakan salah satu
bentuk upaya Mahkamah Agung RI mengapresiasi dan mendorong budaya berinovasi
lembaga peradilan demi terciptanya kualitas pelayanan masyarakat yang lebih baik.
Sebagaimana telah diketahui bahwa pengadilan di seluruh Indonesia sudah mulai
menjalankan inisiatif atau inovasi pelayanan, seperti pendaftaran perkara secara online,
delegasi bantuan panggilan online, SMS gateway, hotline pengaduan, dan lain sebagainya.
Bagi Mahkamah Agung semangat inovasi harus dipelihara dan didukung karena sejalan
dengan amanat pasal 4 ayat 2 Undang – Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman bahwa pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala
hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya
ringan.
Dari banyaknya 238 satuan kerja pengadilan dan 444 produk inovasi, ditetapkan 3
inovasi terbaik yakni 5:
1. Audio to Text Recording (ATR) yang dikembangkan oleh PA Kepanjen.
2
Asep Nursobah, Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Mendorong Percepatan Penyelesaian Perkara di
Mahkamah Agung, Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 4, Nomor 2 Juli 2015, Hlm. 324.
3
Sutarman, Pengantar Teknologi Informasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm.19
4
Ika Atikah, Op. Cit,hlm.118.
5
Ibid,hlm.116-117
3

Inovasi ini merupakan aplikasi yang dapat mentransformasikan rekaman suara


(audio) menjadi tulisan (teks). Menggunakan aplikasi/fitur google, inovasi dini
diklaim sangat hemat biaya dan secara fungsi sangat meringankan beban panitera
pengganti dari yang menulis manual menjadi otomatis.
2. Menghitung panjar perkara sendiri (e-SKUM) yang dikembangkan oleh Pengadilan
Negeri Pekanbaru. Inovasi berbasis aplikasi ini memudahkan pendaftar perkara dalam
menghitung panjar biaya perkara, di sisi lain meningkatkan efisiensi dan transparansi
proses memangkas.
3. Tanggamus Mobile Court (TMC) yang dikembangkan oleh Pengadilan Agama
Tenggamus. Inovasi ini merupakan layanan bergerak dalam bentuk Mobil layanan
pengadilan keliling di wilayah yuridiksi secara terjadwal setiap pekan ke desa – desa,
dan berkantor seharian di desa yang dikunjungi. Memudahkan masyarakat untuk
mendapatkan akses terhadap keadilan.

1.3 Ruang lingkup Aplikasi E-Court


1.3.1 Pendaftaran Perkara Online 6
Pendaftaran perkara online dalam aplikasi e-court untuk saat ini baru dibuka jenis
pendaftaran untuk perkara gugatan dan akan terus berkembang. Pendaftaran
perkara gugatan di Pengadilan adalah jenis perkara yang didaftarkan di peradilan
umum, peradilan agama dan peradilan tata usaha negara yang dalam
pendaftarannya memerlukan effort atau usaha yang lebih, dan hal ini yang
menjadi alasan untuk membuat e-court salah satunya adalah kemudahan berusaha.
Keuntungan pendaftaran perkara secara online melalui aplikasi e-court
yang bisa diperoleh dari aplikasi ini adalah :
a) Menghemat waktu dan biaya dalam proses pendaftaran perkara.
b) Pembayaran biaya panjar yang dapat dilakukan dalam saluran
1.3.2 Pembayaran Panjar Biaya Online (e-SKUM)
Dalam pendaftaran perkara secara konvensional, calon penggugat/pemohon
menghadap kasir dengan menyerahkan surat gugatan/permohonan beserta surat

6
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Buku Panduan e-Court Panduan Pendaftaran Online untuk Pengguna
Terdaftar, Electronics Justice System Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2018, hlm.3.
4

kuasa untuk membayar (SKUM). Calon penggugat/pemohon membayar panjar


biaya perkara sesuai dengan yang tertera pada SKUM tersebut. Kemudian, kasir
melakukan hal – hal sebagai berikut 7:
1) Menerima uang tersebut dan mencatat dalam jurnal biaya
perkara.
2) Menandatangani dan memberi nomor perkara serta tanda lunas
pada SKUM tersebut.
3) Mengembalikan surat gugatan/permohonan dan SKUM kepada
calon penggugat/pemohon.
4) Menyerahkan uang panjar tersebut kepada bendaharawan
perkara.
Dalam sistem pembayaran panjar biaya online (e-SKUM), pengguna
terdaftar akan langsung mendapatkan SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar)
yang digenerate secara elektronik oleh aplikasi e-court.
1.3.3 Dokumen Persidangan
Aplikasi e-court juga mendukung dalam hal pengiriman dokumen persidangan
seperti replik, duplik, kesimpulan dan atau jawaban secara elektronik yang dapat
diakses oleh pengadilan dan para pihak.
1.3.4 Pemanggilan Elektronik
Sesuai dengan Perma Nomor 3 Tahun 2018 bahwa pemanggilan yang
pendaftarannya dilakukan dengan menggunakan e-court, maka pemanggilan
kepada pengguna terdaftar dilakukan secara elektronik yang dikirimkan ke alamat
domisili elektronik pengguna pendaftar. Akan tetapi, untuk pihak tergugat untuk
pemanggilan pertama dilakukan dengan manual dan pada saat tergugat hadir pada
persidangan yang pertama akan diminta persetujuan apakah setuju dipanggil
secara elektronik atau tidak, jika setuju maka pihak tergugat akan dipanggil secara
elektronik sesuai dengan domisili elektronik yang diberikan dan apabila tidak
setuju pemanggilan dilakukan secara manual seperti biasa.8

7
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syar’iiyah di
Indonesia, Jakarta, IKAHI, 2008, hlm. 149
8
Ika Atikah, Op. Cit,hlm. 121,
5

BAB II

E-LITIGASI

2.1 Pengertian E-Litigasi


E-Litigasi adalah persidangan secara elektronik yang mengacu pada Peraturan
Mahkamah Agung no.1 tahun 2019, dan merupakan anak bagian dari E-Court.9
E-Litigasi merupakan bagian dari E-Court yang merupakan persidangan elektronik, selain
E-Litigasi juga terdapat E-Filing (Pendaftaran perkara secara online), E-Payment (Membayar
biaya perkara online), dan E-Summons (Pemanggilan sidang secara online).
Menurut M. Hatta Ali, dalam sambutannya di acara ulang tahun Mahkamah Agung di
Balairung Mahkamah Agung pada tahun 2019 silam, dengan kehadiran e-Litigasi, migrasi
dari system manual ke system elektronik tidak hanya dilakukan pada tatanan administrasi
perkara saja, namun dalam praktek persidangan juga. Dengan adanya e-Litigasim diharapkan
akan memperluas cakupan subjek hukum yang dapat memanfaatkan system peradilan
elektronik. Pemanfaatan e-Litigasi juga tidak hanya diberlakukan untuk persidangan tingkat
pertama, namun juga bisa dilakukan untuk upaya hukum banding, kasasi, peninjauan kembali
terhadap perkara yang menggunakan e-Litigasi pada tingkat pertama.
Berikut adalah beberapa manfaat yang didapatkan dari melakukan e-Litigasi 10:
a. Jadwal dan agenda persidangan yang lebih pasti
b. Dokumen persidangan mulai dari jawaban, replik, duplik, hingga kesimpulan dikirim
secara elektrinik sehingga para pihak tidak perlu hadir ke persidangan.
c. Bukti-bukti tertulis dikirim secara elektronik dan dibolehkan tanda tangan digital.
d. Pemeriksaan saksi dan ahli dapat dilakukan dengan teleconference.
e. Pembacaan putusan secara elektronik tanpa harus dihadiri oleh para pihak.
f. Salinan Putusan dikirim secara elektronik dan memiliki kekuatan hukum yang sama
dengan Salinan fisik.
2.2 Tata Cara Persidangan E-Litigasi
Pada persidangan elektronik, di sidang pertama penggugat akan menyerahkan asli surat
kuasa, surat gugatan, dan persetujuan principal. Kemudian hakim akan menawarkan tergugat

9
Lihat Booklet E-Litigasi (Persidangan secara Elektronik, Hemat Biaya, Waktu & Energi), disampaikan oleh M.
Hatta Ali selaku ketua MA pada acara ulang tahun Mahkamah Agung yang ke-74, Jakarta, 2019.
10
Ibid.
6

untuk berarcara secara elektronik setelah mediasi tidak berhasil. Hakim akan menetapkan
jadwal persidangan (court calendar), kemudian para pihak melakukan jawab-menjawab
secara elektronik. Dokumen yang dimaksud merupakan jawaban, replik, dan duplik. Para
pihak akan mengirimkan bukti-butki tertulis secara elektronik sebelum diperiksa di
persidangan. Hakim kemudian akan memeriksa saksi dan ahli secara elektronik, pun juga
dengan kesimpulan yang disampaikan para pihak dengan cara elektronik. Terakhir, hakim
akan membaca putusan secara elektronik.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muhajidin. (2008). Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah
Syariiyah di Indonesia. Jakarta: IKAHI.
Asep Nursobah. (2009). Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Mendorong Percepatan Penyelesaian
Perkara di Mahkamah Agung. Jurnal Hukum dan Peradilan.
Ika Atikah. (2019). Implementasi E-Court dan Dampaknya terhadao Advikat dalam Proses Penyelesaian
Perkara di Indonesia. Proceeding-Open Society Conference.
Mahkamah Agung Republik Indonesia. (2019). Buku Panduan e-Court Panduan Pendaftaran Online
untuk Pengguna Terdaftar. Jakarta: Electronic Justice System Mahkamah Agung.
Sutarman. (2009). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai