FEBRAN SURYAWAN
1706992236
Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA
JAKARTA 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah “ubha ahu Wata’ala atas segala karu ia ik at ya sehi gga akalah
pe didika ya g berjudul Me uju Pe erataa Pe ba gu a di Bida g Teleko u ikasi i i dapat
diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen dan Keekonomian Proyek Teknik yang diampu oleh DR. Ir. Iwan Krisnadi
MBA.
Pemilihan tema ini didasari atas kondisi infrastruktur telekomunikasi yang ada di Indonesia. Minimnya
infrastruktur telekomunikasi serta eksklusifnya para penyelenggara telekomunikasi dalam membuka
layanan jaringan telekomunikasi kepada para penyelenggara telekomunikasi lain menjadi kendala lain
dalam program pemerataan pembangunan di bidang telekomunikasi. Semoga dengan adanya makalah
pendidikan ini dapat membuka pola kir penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD,
kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah kekayaan
intelektual bangsa.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi,
struktur penyelenggaraan telekomunikasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
Penyelenggara jaringan tetap berdasarkan Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun
2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, penyelenggaraan jaringan tetap dibedakan
menjadi:
1. Penyelenggaraan jaringan tetap lokal;
2. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh;
3. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan internasional; dan
4. Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup.
Sedangkan berdasarkan Pasal 9 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi, penyelenggaraan jaringan bergerak dibedakan menjadi:
Sementara penyelenggaraan jasa telekomunikasi diatur pada Pasal 14 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dimana
penyelenggaraan jasa telekomunikasi dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari:
PEMBAHASAN
Saat ini para penyelenggara jasa telekomunikasi dalam melayani pelanggan telekomunikasi di
daerah terpencil sebagian besar memanfaatkan jaringan satelit karena terbatasnya jaringan fiber
optic yang tersedia ke daerah terpencil. Satelit menjadi pilihan yang dapat diunggulkan untuk
mencapai daerah-daerah terpencil namun tehnologi ini mempunyai banyak kelemahan
diantaranya kapasitas yang terbatas, kualitas jaringan yang tergantung kondisi alam dan biaya
sewa kapasitas satelit yang sangat mahal. Karena mahalnya biaya sewa satelit berdampak kepada
mahalnya harga layanan telekomunikasi dengan menggunakan media satelit yang di sediakan oleh
penyelenggara jasa telekomunikasi.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) telah menyadari
permasalahan ketersediaan jaringan telekomunikasi di luar pulau Jawa, karenanya saat ini
KOMINFO sedang melaksanakan pembenahan regulasi untuk mendukung penyebaran
infrastruktur telekomunikasi di seluruh Indonesia terkait aturan yang mewajibkan penyelenggara
telekomunikasi untuk melaksanakan network sharing sebagian jaringan telekomunikasi yang
dimilikinya dengan rencana perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2000 tentang
Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit.
Aktif network sharing selain didukung oleh sebagian besar penyelenggara telekomunikasi namun
juga masih ada beberapa penyelenggara yang menentang kebijakan tersebut salah satunya adalah
PT Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL). Keberatan ini bukan tanpa alasan. Pada waktu yang lalu,
salah satu manajemen TELKOMSEL dalam sebuah forum diskusi menyampaikan bahwa ada
perbedaan karakteristik market share antara Indonesia dengan dua negara yang sudah
melaksanakan aktif network sharing yaitu Brasil dan Rusia. Di negara tersebut tidak ada operator
yang dominan dan aktif network sharing dilaksanakan antar operator yang setara dari sisi market
share. Bahkan, TELKOMSEL melihat bahwa Aktif network sharing ini tidak memberikan manfaat
lebih kepada pelanggan dan Operator. Padahal, untuk mendukung program percepatan pita lebar,
efisiensi biaya dari Aktif network sharing harus dialokasi kepada percepatan penggelaran jaringan.
Dalam Rencana Pita Lebar Indonesia (RPI), perlu adanya percepatan pembangunan BTS.
Setidaknya dapat menyamai layanan pitalebar seperti di negara-negara maju. Jika dibandingkan
dengan Negara lain, di Indonesia atau di TELKOMSEL satu BTS itu menanggung beban 1665
pelanggan. Sedangkan di Airtel India menanggung beban 1520. Di China Mobile menanggung 984
pelanggan. Di NTT DoCoMo Jepang menanggung sebanyak 724 pelanggan. Dan yang paling
longgar adalah di SK Telecom Korea sebanyak 573 pelanggan.
Selanjutnya, TELKOMSEL juga menyatakan bahwa Aktif network sharing tidak menjamin
kesetaraan dan keseimbangan pembangunan jaringan. Alasannya antara lain:
Kebijakan network sharing harus memperhatikan komitmen pembangunan yang merata dan
seimbang bukan hanya sekedar efisiensi biaya usaha.
2.3. Kategori Network Sharing
GSMA (Global System for Mobile communications Association) telah mengklasifikasikan network
sharing ke dalam lima kategori:
Site Sharing;
Mast (menara) Sharing;
RAN Sharing;
Network roaming; dan
Core network sharing.
Sharing pasif biasanya didefinisikan sebagai pembagian ruang atau infrastruktur pendukung fisik
yang tidak memerlukan koordinasi operasional aktif antara penyelenggara telekomunikasi
jaringan. Berbagi site dan menara dianggap sebagai bentuk pasif network sharing.
Kategori yang tersisa, yang tercantum di atas, dianggap sebagai bentuk aktif network sharing
karena mereka memerlukan penyelenggara telekomunikasi untuk berbagi elemen lapisan jaringan
aktif termasuk, misalnya, node akses radio dan transmisi. Untuk RAN sharing dan MNO tetap
mempertahankan pemisahan logical network dan tingkatan koordinasi operasional lebih rendah
dari type aktif network sharing lainnya.
Site Sharing
Berbagi site mungkin merupakan bentuk sharing yang paling mudah dan paling umum
dilaksanakan. Penyelenggara Telekomunikasi berbagi lokasi yang sama namun memasang
menara, antena, kabinet dan backhaul terpisah.
5
Pada gambar di atas, garis di sekitar peralatan dan menara merupakan batasan yang akan dimiliki
atau disewa oleh penyelenggara telekomunikasi sendiri. Di dalam site ini setiap penyelenggara
telekomunikasi biasanya memasang infrastruktur mereka sendiri secara terpisah dari
penyelenggara telekomunikasi lain. Namun, mereka mungkin memutuskan untuk berbagi
peralatan pendukung, termasuk tempat penampungan, catu daya dan pendingin ruangan. Bentuk
sharing ini biasanya sering dilakukan di daerah perkotaan dan pinggiran kota di mana terdapat
kekurangan lokasi yang tersedia atau persyaratan perencanaan yang komplek.
Mast Sharing
Saling berbagi menara merupakan langkah maju dari penyelenggara telekomunikasi lebih dari
sekedar berbagi tempat. Pada cara ini, biasanya penyelenggara telekomunikasi akan menyepakati
letak pembangunan menara. Di lokasi ini, penyelenggara telekomunikasi akan saling berbagi
menara dan frame antena, namun masih membangun antena dan BTS sendiri.
Pada metode mast sharing, terkadang menara yang dibangun harus dibuat lebih tinggi dari
menara biasa agar dapat mengakomodasi keberadaan lebih dari satu antena.
RAN Sharing
Metode ini merupakan metode paling komprehensif karena penyelenggara telekomunikasi saling
berbagi perangkat akses jaringan termasuk antena, menara dan perangkat backhaul.
Seperti yang dapat Anda lihat pada gambar di bawah, kedua penyelenggara telekomunikasi dapat
mendapatkan akses ke elemen jaringan yang sama, meski memiliki core network yang berbeda.
Dalam RAN sharing, ada empat elemen yang dibagi: perangkat radio, menara, tempat menara dan
perangkat backhaul.
Biasanya RAN Sharing pada jaringan yang sudah dibangun adalah hal yang sulit karena arsitektur
masing-masing penyelenggara telekomunikasi telah berkembang ke arah yang berbeda.
Pada core network sharing, penyelenggara telekomunikasi saling berbagi penggunaan RNC (Radio
Network Controller) dan Node B. Selain itu, mereka juga saling berbagi frekuensi. Menurut
Telecom Cloud, salah satu kelemahan dari model ini adalah karena metode ini menggunakan
pembagian frekuensi.
Network Roaming
Roaming dianggap sebagai salah satu metode network sharing meski pada metode ini, tidak ada
infrastruktur yang digunakan bersama. Pada model ini, trafik dari satu penyelenggara
telekomunikasi dibawa melalui jaringan penyelenggara telekomunikasi lain. Untuk melakukan
roaming, tidak ada persyaratan khusus kecuali persetujuan antara kedua penyelenggara
telekomunikasi.
Roaming sendiri terbagi menjadi tiga tipe. Pertama adalah national roaming. National roaming
biasanya terjadi antara beberapa penyelenggara telekomunikasi yang beroperasi di kawasan yang
sama. Dengan melakukan national roaming, penyelenggara telekomunikasi dapat menyediakan
layanan di kawasan yang tidak terjangkau oleh jaringan mereka.
Tipe kedua adalah international roaming, yang memiliki karakteristik yang sama dengan national
roaming, hanya saja kerjasama yang terjadi merupakan kerjasama antara penyelenggara
telekomunikasi yang beroperasi di negara yang berbeda. Kategori terakhir adalah inter system
roaming, yang terjadi antara jaringan yang menggunakan standar yang berbeda seperti 3G dan
GSM.
GSMA menyebutkan beberapa alasan terjadinya network sharing adalah karena kebutuhan
ekonomi dan bukannya karena ada regulasi dari pemerintah. Network sharing sendiri telah
dilakukan baik di negara maju maupun negara berkembang.
Di negara berkembang, biasanya network sharing dilakukan untuk mengurangi biaya operasional
atau untuk memberikan kapasitas ekstra di kawasan yang sempit di mana tempat untuk
membangun menara dan BTS terbatas.
Sementara itu di negara berkembang termasuk Indonesia, biasanya network sharing dilakukan
untuk memperluas jangkauan jaringan. Selain itu, network sharing juga dapat digunakan di
kawasan yang sangat padat penduduk dan sulit untuk membangun menara baru.
Namun, network sharing sulit direalisasikan jika luas jangkauan jaringan merupakan pembeda
satu penyelenggara telekomunikasi dengan penyelenggara telekomunikasi lain. Jika pemerintah
memaksa untuk melakukan network sharing, hal ini dapat menurunkan minat investor untuk
melakukan investasi.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Penutup
Demikianlah isi makalah kami, atas kekurangan dan kesalahan kami dalam penulisana makalah ini,
kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Atas keritik teman-teman dan dosen
pembimbing mata kuliah Manajemen dan Keekonomian Proyek Teknik kami ucapkan terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/6668/Ini+Plus+Minus+%22Network+Sharing%22/0/soro
tan_media
https://inet.detik.com/telecommunication/d-3284941/network-sharing-tak-menguntungkan-semua-
operator
http://www.beritasatu.com/ekonomi/402187-ini-lima-manfaat-network-sharing-bagi-indonesia.html
http://www.indotelko.com/kanal_lipsus?c=lip&it=network-sharing-berbagi-numpang-jaringan
https://www.gsma.com/publicpolicy/wp-content/uploads/2012/09/Mobile-Infrastructure-sharing.pdf