e- book Mastel (Masyarakat Telematika) edisi pertama Desember 2022, disusun dan
didorong beberapa keadaan.
Pertama, banyak catatan lepas dari kegiatan Mastel selama ini yang dibuat oleh lebih
dari 300 ahli ( expert) anggota Mastel, Dewan Pengurus Harian, Pengurus Profesi
dan Asosiasi perlu direkam dan disebarluaskan dan bermakna sesuai konteks masa
kini dan masa mendatang.
Ketiga, secara institusi Mastel mempunyai visi dan misi yang sejalan untuk menjaga
kesehatan, pembangunan, keberlangsungan dan kemandirian industri dan layanan
telematika di Indonesia dengan mengedepankan pentingnya sumber daya manusia
Indonesia menjadi tulang punggung keberhasilan transformasi digital dan ekonomi
digital di Indonesia, melalui kolaborasi dan kerjasama berbagai institusi dan
pemangku kepentingan baik di dalam maupun di luar negeri.
e-book edisi kali ini akan mencakup berbagai catatan, pikiran dan pendapat yang
cukup luas mengenai pentingnya terobosan penggunaan dan penggelaran
teknologi baru (5G dan lain-lain) untuk pemerataan, pemanfaatan broadband untuk
smart city dan e-government, analog switch off dan konvergensi penyiaran, integrasi
IOT dan AI, maupun pandangan mengenai keuangan Terbuka (open finance).
Selain itu, e-book edisi ini berisi kumpulan catatan tentang kemandirian perangkat
telematika nasional dan perlunya Pusat Aplikasi Nasional (NiNA) untuk TKDN dan e-
katalog. Tidak kalah penting tulisan pemicu terhadap kewaspadaan penggunaan
internet melalui pengetahuan pola-pola praktis kerja sistem internet yang
mendukung literasi digital.
Terima kasih yang tak terhingga kepada para kontributor e-book kali ini.
e-book ini akan terus dibuat secara berjenjang dan berlanjut dan akan terus
disempurnakan sesuai masukan dan kebutuhan. Selamat menikmati dan jangan
lupa untuk memberikan review masukan untuk kesempurnaannya.
Sarwoto Atmosutarno
Daftar Isi
1. Pengantar ………………………………………………………………………………………………………………………… i
11. Analog Switch Off TV FTA: Antara Keniscayaan, Kepastian Hukum dan
Keberlangsungan Usaha …………………………………………………………………………………………… 129
12. Masukan Untuk Rancangan Peraturan Pemerintah Undang-Undang
Pelindungan Data Pribadi ………………………………………………………………………………………… 151
13. Mewaspadai Konten di Internet (Suatu Pola Praktis Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Pola Kerja Internet) ………………………………………………………. 159
14. Open Finance dan Waspada Kejahatan Siber …………………………………………………. 171
15. Menuju Kedaulatan Teknologi Perangkat Telekomunikasi Nasional ……. 183
16. Menuju ‘National In-House Applications’ Melalui Peningkatan TKDN
dan Pemberdayaan E -Katalog ……………………………………………………………………………….. 197
DISCLAIMER
Isi tulisan dan konten di dalam masing-masing artikel sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis
INDONESIA BROADBAND PLAN, SMART CITY DAN
TRANSFORMASI DIGITAL
Abstrak - Tahun 2023 segera menjelang. Kabar baiknya, seiring meredanya covid-
19, Pemerintah akan menormalisasi kehidupan masyarakat dengan mengkaji
pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Dalam
blantika teknologi informatika dan komunikasi (TIK) atau telematika, di sepanjang
pagebluk dan PPKM ini, tak syak lagi tema transformasi digital menjadi primadona
topik bahasan pada forum-forum diskusi atau webinar. Hal ini tak lepas dari
kenyataan, bahwa di balik derita pandemi ini ada “hikmah” tersembunyi, yakni
realisasi transformasi digital di seluruh belahan dunia terjadi begitu cepat.
Prakiraan bahwa transformasi digital akan berjalan selama 4 tahun ke depan,
ternyata terwujud hanya dalam waktu 6 bulan saja. Di Indonesia, kampanye “5
Langkah Percepatan Transformasi Digital” tak tanggung-tanggung disampaikan
oleh Presiden Joko Widodo sendiri, pada tanggal 3 Agustus 2020. Dari kelima
langkah tersebut, butir keempatnya yaitu menyiapkan kebutuhan SDM yang
bertalenta digital, adalah faktor penentu implementasi transformasi digital
Indonesia dan berbagai aktivitas ikutan atau problematika terkaitnya. Masyarakat
telematika di tanah air pastilah amat menyimak, bahwa instruksi-instruksi lanjutan
Presiden setelah itu adalah menyangkut hal-hal strategis lainnya, yaitu:
kemandirian digital, kedaulatan digital, dan juga penguatan produksi dalam negeri.
Karenanya keterlibatan aktif-kreatif dan kolaborasi total multistakeholder industri
dalam negeri (kalangan akademi, bisnis, pemerintah, komunitas dan media)
mutlak diperlukan. Transformasi Digital Indonesia tentu tidak berdiri sendiri. Sejak
2014, Indonesia telah menyiapkan konsep Rencana Pitalebar Indonesia yang pada
gilirannya berkembang melahirkan gagasan penerapan Smart City untuk seluruh
Kabupaten/Kota di Indonesia. Lalu, seiring derap global, pada tahun 2018 Presiden
pun telah mencanangkan gerakan Making Indonesia 4.0 sebagai
pengewajantahan dari Industry 4.0. Tiada yang tidak berubah selain perubahan itu
sendiri. Masyarakat terdidik Indonesia kini dituntut untuk meningkatkan
kemampuan literasi digitalnya. Kehidupan yang serba online, terintegrasi dan
realtime, menuntut peran segenap perguruan tinggi, sekolah dan juga Mastel untuk
secara nyata berpartisipasi mencerdaskan kehidupan bangsa. Disadari
sepenuhnya, bahwa Transformasi Digital bukanlah sekedar teknologi, lebih dari itu
1
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
1. Pendahuluan
1.1. MBKI Menuju Smart City
Sebagai satuan unit yang ditugaskan untuk “mengawal” pelaksanaan IBP, maka
bekerja sama dengan tim konsultan dari World Bank, Dewan Teknologi Informatika
dan Komunikasi Nasional (Wantiknas), pada tahun 2015 melakukan proyek
percontohan MBKI di 7 kabupaten/kota terpilih, yaitu: Kab. Banyuasin (Sumatera
Selatan), Kota Pekalongan (Jawa Tengah), Kabupaten Banyuwangi (Jawa Timur),
Kabupaten Jembrana (Bali), Kota Balikpapan (Kalimantan Timur), Kabupaten
Minahasa Utara (Sulawesi Utara), dan Kabupaten Jayapura (Papua).
Bersamaan dengan penyelenggaraan MBKI IBP tersebut, pada tahun 2015 itu juga,
Wantiknas dan organisasi Masyarakat Telematika (Mastel) menerima kunjungan dari
Japan International Cooperation Agency (JICA), secara terpisah. Tim JICA pada
prinsipnya menyampaikan konsep pengembangan dan pelayanan kota berbasis TIK
yang tengah berlangsung di pelbagai kota (besar) di seluruh negara maju. Dan
konsep inilah yang sekarang kita kenal dengan sebutan “Smart City”.
2
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Berbasis pemikiran adanya keunggulan teknologi Internet of Things (IoT), maka pada
dasarnya penyelenggaraan Smart City yang MBKI memiliki 5 program prioritas: e-
Government, e-Health, e-Education, e-Logistic, dan e-Procurement. Adapun platform
yang digunakan menganut asas: Connect, Innovate, and Transform. Dalam
perkembangannya, maka platform ini juga disinergikan dengan konsep global yang
berkembang dan kemudian hadir di Indonesia, seperti kita kenal sekarang sebagai
gerakan: Transformasi Digital.
3
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Sebagai catatan, saat ini masih ada 2,7 miliar orang dari 8 miliar populasi dunia yang
belum terhubung internet. Dari jumlah itu, 60 juta di antaranya ada di Indonesia. Dari
data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), per kuartal I/2022 jumlah
pengguna internet di Indonesia adalah 210,02 juta atau sekitar 76 persen dari populasi
Indonesia per 30 Juni 2022, sebesar 275.361.261 jiwa.
Lebih detail dari hal itu, Kemkominfo per Februari 2022 menginformasikan pula
bahwa 12.548 dari 83.216 Desa dan Kelurahan di Indonesia, belum terjangkau akses
Internet berkecepatan tinggi (4G).
Pagebluk pandemi covid-19 yang melanda dunia sejak sekitar awal tahun 2020, tidak
dipungkiri telah menyebabkan pelambatan pembangunan bidang infrastruktur dan
meluluhlantakan kegiatan pelbagai sektor industri. Namun di balik musibah tersebut,
kita mendapatkan hikmah perubahan yang amat signifikan di bidang kehidupan
masyarakat.
4
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
PPKM memaksa masyarakat bekerja secara online dengan metoda work from home
(WFH); menjadikan para siswa dan mahasiswa menuntut pelajaran dengan cara
online Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ); dan pemanfaatan jasa kesehatan melalui
media online, seperti Halodoc, Alodokter dan lain-lain. Lebih dari itu transaksi
pelayanan jasa transportasi dan belanja secara online, meningkat drastis. Gojek, Grab,
Tokopedia, Shopee dan pelbagai jasa yang diselenggarakan pihak swasta, berperan
besar dalam pemberian fasilitas layanan jasa di saat pandemi.
Saat ini masyarakat telah amat terbiasa dengan aplikasi-aplikasi online dalam
kesehariannya. Masuk ke dalam mal dengan menggunakan Peduli Lindungi, dan
pelbagai berkomunikasi lainnya. Kuncinya adalah menggunakan ponsel di tangan,
adanya sinyal internet dan tersedianya media aplikasi.
Di Indonesia proses digitalisasi telah dimulai sejak tahun 1990-an, saat mana PT
Telkom melakukan perubahan dari sistem telepon analog menjadi sistem telepon
digital, dengan melakukan instalasi Sentral Telepon Digital Indonesia (STDI) dan STDI-
Kecil (STDI-K) di seluruh Indonesia. Di bidang seluler, PT Telkom juga memulai
digitalisasi dengan Pilot Project Sistem Telepon Bergerak Seluler (STBS) dengan
sistem Global System for Mobile Communication (GSM) 2G digital di Batam dan
Bintan pada tahun 1993.
Isu transformasi digital secara global kemudian lahir di sekitar tahun 2013 menyusul
semakin merebaknya tema Industry 4.0 yang diluncurkan di Hannover Fair 2011.
Banyak definisi yang dapat ditemukan. Salah satunya, “Transformasi Digital adalah
bagian dari proses teknologi yang terus berkembang. Transformasi Digital juga
merupakan perubahan yang berhubungan dengan penerapan teknologi digital
dalam semua aspek kehidupan masyarakat” (Wikipedia).
Seorang guru besar Universitas Columbia USA, lebih jelas menyampaikan bahwa,
“Digital Transformation is not about technology. It’s about strategy, leadership and
new way of thinking” .
5
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Salah satu poin penting dalam program percepatan transformasi digital Indonesia,
adalah dalam bidang penyediaan SDM bertalenta digital. Presiden memerintahkan
agar dalam 15 tahun ke depan, Indonesia mampu menyediakan lulusan perguruan
tinggi dengan kompetensi TIK atau digital sebanyak 600.000 per tahun. Artinya
dalam rangka menyongsong program Indonesia Emas 2045, kita memerlukan
tambahan 9.000.000 tenaga sarjana bertalenta digital.
Hal ini juga sejalan dengan 4 Target Kabinet Indonesia Maju jilid II, di mana
penyediaan tenaga SDM yang berkemampuan Iptek menjadi program prioritas
Indonesia pada kurun waktu 2019 – 2024. Salah satu target prioritas utama lainnya
adalah penerapan Making Indonesia 4.0 yang telah dicanangkan oleh Presiden pada
tanggal 4 April 2018.
6
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Judul sub bab di atas kiranya amat mewakili persepsi banyak pihak, siapa sebenarnya
pejabat yang paling berwenang dalam pelaksanaan program Smart City di suatu
Kabupaten atau Kota. Saat ini di Indonesia terdapat 514 Kab/Kota yang tersebar di 38
Provinsi (termasuk 4 provinsi baru di tanah Papua) di seluruh NKRI.
Masalah adanya kementerian lain yang terlibat (atau merasa paling terlibat), hal ini
amat wajar terkait dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing kementerian
tersebut. Kementerian Kominfo tentu amat berperan, mengingat basis penerapan
Smart City adalah teknologi informatika dan komunikasi. Kementerian Penertiban
Aparatur Negara terkait prosedur tata kelola dan kebijakan birokrasi (program SPBE),
Kementerian Kesehatan menyangkut program e-health, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam hal konten e-education; dan seterusnya.
Banyak sekali definisi tentang Smart City yang bisa didapat dari pelbagai sumber.
Namun dari materi Strategi dan Arah Pengembangan Kebijakan Smart City
Indonesia, diperoleh definisi sebagai berikut:
7
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Sebaik-baik konsep Smart City, maka filosofi yang seharusnya dianut adalah
berwawasan global, berstandar nasional dan dalam penerapannya berkearifan lokal.
Berikut adalah kutipan 6 konsep Smart City dari referensi yang sama:
8
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Bila keenam layanan dasar tersebut dapat dipenuhi dan ditambah lagi pelbagai
layanan kreativitas Pemda yang sesuai dengan kondisi masyarakat, maka dari
program Smart City diharapkan akan terbentuk Smart Nation yang berbasis pada
Smart People. Itulah pada dasarnya Smart City yang berstandar nasional dan
berkearifan lokal.
Namun yang paling utama adalah diperlukannya kepemimpinan digital dari orang
nomor satu di tempat penerapannya, baik di perusahaan maupun di wilayah. Dialah
yang akan mewarnai kebijakan transformasi digital di sana, karena pada dasarnya
kreativitas dan implementasi pada satu unit berbeda dengan unit yang lain. Dia
adalah bupati atau walikota, di tingkat kabupaten atau kota.
Faktor berikut adalah peran serta dari obyeknya. Mereka adalah para pemangku
kepentingan, yaitu masyarakat luas dalam tataran daerah, atau pelanggan/nasabah
dalam suatu perusahaan. Program Transformasi Digital atau Smart City tidak ada
gunanya bila tidak memberikan nilai tambah dan kemanfaatan bagi masyarakat.
Pembentukan kultur atau cara kehidupan baru pada akhirnya terbentuk dengan
penerapan digitalisasi.
9
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
4. Kesimpulan
10
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Garuda Sugardo
Pada tahun 2000, penulis mendapatkan predikat “Bapak Selular Indonesia” dari Pokja
Wartawan Telco. Juga seorang penulis novel sejarah berjudul “TELKOMSEL IN FIRST
ERA”, dan artikel tentang TIK.
11
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALs
Risargati
Ketua Bidang Teletopik
1. Latar Belakang
Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV yang memuat tujuan dan cita-cita bangsa
Indonesia, menyatakan bahwa “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
13
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Dalam rangka mencapai Visi Indonesia 2045 Pemerintah telah menetapkan target-
target Tujuan Pembangunan Berkesinambungan (TPB) atau yang kita kenal dengan
istilah Sustainable Development Goals (SDGs).
Pemerintah menargetkan GDP per kapita sebesar USD 23.199 pada tahun 2045,
dengan sasaran antara target 2036 sebesar USD 13.162 (Gambar-1)1. Capaian ini
tentunya membutuhkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Pandemi
covid-19 menjadi pertimbangan dampak pencapaian target TPB, diharapkan dengan
New Normal kita optimis target-target tersebut dapat dicapai.
Tulisan ini dimaksudkan agar kita dapat memahami apa yang menjadi target
Pemerintah dalam melaksanakan programs-program SDGs. Dengan demikian
diharapkan pembaca juga dapat berkontribusi secara aktif.
1 Presentasi Kepala Bappenas – Sosialisasi Peraturan Presiden No 111 Tahun 2022 tanggal 18 Oktober
2022
14
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Berdasarkan paparan Kepala Bappenas pada tanggal 18 Oktober 2022 dalam acara
Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2022, disampaikan capaian-capaian
atas target 4 (empat) pilar pembangunan, yaitu Pilar Sosial, Pilar Ekonomi, Pilar
Lingkungan, dan Pilar Hukum dan Tata Kelola. Capaian program-program SDGs
dikategorikan dalam 3 indikator yaitu:
2 Presentasi Kepala Bappenas – Sosialisasi Peraturan Presiden No 111 Tahun 2022 tanggal 18 Oktober
2022
15
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Proporsi “Penduduk yang Terlayani Mobile Broadband” baru mencapai 96,19%, sedikit
di bawah target nasional sebesar 98,5%. Sementara Persentase “Penduduk Miskin di
Daerah Tertinggal” meningkat dari tahun 2019, 2020 dan 2021 sebesar 20,1%, 26,43%
dan 26,68%. Hal ini dimungkinkan terjadi dengan adanya pandemi covid-19 yang
berdampak pada sektor ekonomi.
Mastel menganalisa adanya korelasi di antara kedua indikator tersebut, bahwa
meningkatnya kemiskinan di daerah tertinggal karena kurangnya fasilitas jaringan
broadband (pita lebar) di daerah tersebut.
Hal ini dapat dibuktikan pada daerah perkotaan dan pedesaan yang telah terlayani
layanan pita lebar, maka ekonomi rakyat yang terimbas pandemi covid-19 lebih cepat
pulih karena banyak kegiatan yang semula dilakukan secara luring dapat dilakukan
secara daring. Gambar-3 memperlihatkan peringkat kabupaten/kota yang berada di
peringkat 10 besar di tahun 20213 menunjukkan index kompetitif digital (digital
competitive index) sebagai ukuran ketersediaan ekosistem digital yang memadai.
16
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
17
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
4 https://goodstats.id/article/mengulik-perkembangan-penggunaan-smartphone-di-indonesia-sT2LA
5 Presentasi Kepala Bappenas – Sosialisasi Peraturan Presiden No 111 Tahun 2022 tanggal 18 Oktober
2022
18
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Hasil ini memberikan ruang peningkatan score SAKIP agar masuk dalam kategori
indikator yang memenuhi target nasional. Yang menarik dari penilaian ini, adanya
catatan bahwa terjadi penurunan persentase Kementerian/Lembaga yang memiliki
score > B. Gambar-6 menggambarkan score B berada pada rentang angka 60 < B <
70 dimana score B berada 4 (empat) tingkat di bawah score AA, A dan BB.
19
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
6 https://www.menpan.go.id/site/reformasi-birokrasi/tingkat-penilaian-akip-rating
20
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
dilakukan pada tanggal 9 November 2022 oleh Menkominfo7 dan diharapkan selesai
dalam 2 (dua) tahun.
PDN kedua dibangun di Batam, yaitu di kawasan Nongsa Digital Park. Kawasan ini
dipilih karena dinilai sudah memiliki infrastruktur digital yang mampu
menghubungkan wilayah tersebut dan sekitarnya ke kawasan Barat Indonesia.
Selanjutnya, PDN ketiga akan dibangun di Balikpapan, Kalimantan Timur guna
mendukung pusat pemerintahan baru. Terakhir, PDN keempat akan dibangun di
Labuan Bajo untuk menghubungkan Indonesia bagian barat dengan timur. Koneksi
antar PDN, akan memanfaatkan jaringan Palapa Ring.
Data Nasional yang akan tersimpan di dalam PDN merupakan satu dari beberapa
domain yang membentuk kerangka arsitektur SPBE Nasional (Gambar-7).
Momentum tersedianya PDN harus terus didukung agar transformasi digital di sisi
layanan Pemerintah melalui implementasi SPBE minimal dapat mencapai tingkat
memuaskan (score A).
Berdasarkan kerangka arsitektur SPBE Nasional, secara paralel harus juga disiapkan
domain-domain yang lain, agar jika “rumah” PDN telah selesai dibangun secara fisik
diharapkan manajemen SPBE dapat langsung beroperasi sehingga manfaat yang
disasar dapat tercapai.
Dibutuhkan pembahasan yang cukup rinci, sehingga ada beberapa hal yang cukup
krusial yang patut menjadi perhatian antara lain:
a. domain Keamanan SPBE yang kita kenal dengan istilah keamanan siber (cyber
security) yang saat ini masih dalam tahap pembahasan peta jalan (road map) di
Bappenas, dan
b. domain proses bisnis SPBE yang antara lain menyangkut aspek organisasi
pengelola, kewenangan, keterkaitan antar instansi, dan penyiapan personil yang
ahli di bidangnya.
7 https://aptika.kominfo.go.id/2022/11/menkominfo-resmikan-pembangunan-pusat-data-nasional-
pemerintah-pertama-di-indonesia/
21
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Implementasi SPBE memerlukan digital leadership dan etika digital (digital ethic)
dari para pemimpin di tingkat pusat dan daerah maupun Kementerian/Lembaga.
Digital Leadership dibutuhkan agar setiap pimpinan memahami manfaat
infrastruktur dan layanan berbasis digital sebagaimana dijelaskan pada Gambar-7.
Pemimpin (leader) yang memiliki digital leadership akan :
a. Mampu mendorong agar setiap instansi yang dipimpinnya memberikan
kontribusi input yang dibutuhkan oleh sistem SPBE,
b. Menggunakan data/informasi yang ada di PDN untuk menganalisa setiap situasi
yang ada dalam kewenangannya dengan menggunakan data yang benar,
c. Menggunakan informasi dari PDN untuk menghasilkan output yang benar.
d. Memiliki kepedulian untuk meningkatkan literasi digital bagi timnya.
Etika digital diperlukan oleh seluruh jajaran instansi pemerintah, agar dapat
menjaga seluruh prosedur yang ditetapkan dalam SPBE untuk menjaga keamanan
informasi dan semata-mata digunakan untuk pelayanan kepada masyarakat.
22
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
tahun 2023 dapat meningkat secara signifikan dari peringkat 56 di tahun 2020,
peringkat 53 di tahun 2021 dan peringkat 51 di tahun 20228.
5. Peringkat Indonesia
Mengamati capaian dari Pilar Ekonomi dan Pilar Hukum dan Tata Kelola tersebut di
atas, terdapat tiga kata kunci terkait dengan SDGs yang memerlukan upaya
perbaikan, yaitu:
Merujuk pada beberapa indikator yang berhubungan dengan ketiga kata kunci di
atas, Mastel melakukan pengamatan indeks pembangunan manusia (IPM) yang
terkait dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
IPM mengukur 3 (tiga) indikator yang berhubungan dengan kesejahteraan
masyarakat yang merujuk pada ketentuan UNDP9, yaitu :
● Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life);
● Pengetahuan (knowledge); dan
● Standar hidup layak (decent standard of living).
Dimensi umur panjang dan hidup sehat direpresentasikan oleh indikator umur
harapan hidup saat lahir. Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) merupakan rata-rata
perkiraan lamanya waktu (dalam tahun) yang dapat dijalani oleh seseorang selama
hidupnya termasuk faktor yang berkaitan dengan ketersediaan nutrisi yang cukup
dan kesehatan yang baik.
Dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-
rata Lama Sekolah (RLS). Kedua indikator tersebut merefleksikan kemampuan
masyarakat untuk mengakses pendidikan, khususnya pendidikan formal. HLS
menggambarkan kesempatan yang dimiliki masyarakat untuk menempuh jenjang
pendidikan formal, sedangkan RLS menggambarkan stok modal manusia yang
dimiliki oleh suatu wilayah. Harapan Lama Sekolah adalah lamanya sekolah (dalam
tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak yang berumur 7 tahun, sementara
rata-rata lama sekolah merupakan jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 25
tahun ke atas dalam menempuh pendidikan formal.
UNDP menggunakan data Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita sebagai
indikator pada dimensi standar hidup layak. Akan tetapi, data tersebut tidak tersedia
di tingkat daerah sehingga digunakan indikator pengeluaran riil per kapita yang
disesuaikan sebagai alternatif. Indikator ini dapat dihitung hingga tingkat
kabupaten/kota. Indikator pengeluaran riil per kapita juga mampu mencerminkan
indikator pendapatan masyarakat dan menggambarkan tingkat kesejahteraan yang
dinikmati oleh penduduk sebagai output dari kegiatan ekonomi.
Sementara itu layanan e-education dapat mengurangi angka putus sekolah dengan
menyediakan sarana belajar digital di lokasi umum terdekat di desa sehingga
meningkatkan dimensi pengetahuan. Peningkatan Standar Hidup Layak dapat
memanfaatkan teknologi digital dalam pengolahan kekayaan alam setempat untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat misalnya aplikasi pemantauan cuaca untuk
24
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Peringkat IPM Indonesia tahun 2021 dan 2022 bertahan di peringkat 114 dari 183
negara10. Peringkat IPM memperlihatkan posisi Indonesia masih memerlukan kerja
keras dari seluruh pemangku kepentingan agar target pengentasan kemiskinan
dapat dicapai. Mastel meyakini bahwa layanan digital yang merata di seluruh wilayah
Indonesia dapat meningkatkan peringkat-peringkat tersebut secara signifikan.
10 (sumber: https://hdr.undp.org/data-center/country-insights#/ranks)
25
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Syarat pertama agar layanan digital dapat terselenggara tentu dengan ketersediaan
jaringan pita lebar. Penetrasi tercepat dari layanan pita lebar adalah melalui layanan
mobile broadband, yang dapat tercapai jika penggelaran jaringan pita lebar dapat
dilaksanakan dengan cepat dan terarah. Arah pembangunan jaringan pita lebar
seyogyanya diselaraskan dengan rekapitulasi data nasional dimana wilayah-wilayah
yang harus mendapatkan jaringan pita lebar, sehingga setiap penggelaran jaringan
dapat segera dirasakan efektifitasnya.
Jaringan pita lebar khususnya di daerah terpencil dibangun dari dana USO sebagai
kontribusi dari para penyelenggara telekomunikasi, termasuk operator seluler.
Program kerja Kementerian Kominfo untuk mencapai target pembangunan jaringan
pita lebar di daerah 3T patut diapresiasi. Hal yang terpenting adalah ketersediaan
jaringan pita lebar ini dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.
Dalam kenyataannya, saat ini masih terdapat kendala dalam penggelaran jaringan
pita lebar di beberapa daerah karena adanya hambatan dari Pemerintah Daerah.
Diperlukan satu komando dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk
memberikan perlakuan yang setara atas keseriusan membangun infrastruktur
jaringan pita lebar seperti halnya Pemerintah serius membangun infrastruktur
jalan tol, jalan penghubung, pelabuhan dan bandara.
Sejatinya, jaringan pita lebar merupakan bagian dari infrastruktur yang patut
didukung keberadaannya. Pandemi covid-19 membuktikan kesiapan Penyelenggara
Telekomunikasi (khususnya Operator Seluler dan Operator Fixed Broadband)
Indonesia dalam mendukung kebutuhan Pemerintah dan masyarakat akan layanan
digital. Pembangunan jaringan pita lebar memang menjadi kewajiban
Penyelenggara Telekomunikasi tersebut sebagai bagian dari kewajiban atas lisensi
yang dimiliki.
26
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Sejalan dengan motto Mastel – Living Enabler, pandemi covid-19 telah membuktikan
bahwa layanan digital memungkinkan hampir seluruh kegiatan masyarakat tetap
dapat dilakukan melalui kegiatan daring, baik kegiatan ekonomi, pendidikan,
kesehatan, perkantoran/organisasi, pertanian, perkebunan, peternakan, kelautan,
manufaktur dan sebagainya.
Oleh karena itu, program pengentasan kemiskinan juga dapat dipercepat dengan
bantuan layanan digital. Masyarakat dapat diberdayakan sesuai dengan sumber daya
alam yang tersedia sehingga masyarakat dapat dilatih untuk produktif mengolah
hasil alam sekitar untuk menghasilkan produk/jasa berkualitas prima.
Petani dan nelayan, misalnya, tidak hanya fokus sebagai penanam dan pemanen hasil
bumi, namun juga mampu mengolah hasil panennya menjadi suatu barang
setengah jadi atau barang jadi yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dengan
memanfaatkan teknologi.
27
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
11 (sumber: https://www.paymentscardsandmobile.com/which-countries-are-most-reliant-on-cash-and-
which-are-least-reliant/)
28
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
29
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Jumlah unbanked people di Indonesia yang masih cukup besar tentunya menjadi
kendala tersendiri dalam transaksi non-tunai, mengingat saat ini semua layanan e-
money berkorelasi dengan akun di bank. Data Bank Dunia menunjukkan di tahun
2021 terdapat 97,74 juta orang dewasa di Indonesia yang masuk kategori “tidak
tersentuh layanan perbankan” (unbanked). Jumlah tersebut setara dengan 48% dari
populasi dewasa di dalam negeri.
30
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Jumlah pelanggan telepon seluler tahun 2021 berjumlah 365,88 juta pelanggan
(Gambar-12), jauh lebih besar dari jumlah nasabah bank. Operator Seluler memiliki
lisensi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang diterbitkan Bank Indonesia,
sehingga memungkinkan para pelanggannya mendapatkan layanan keuangan
digital.
Layanan Keuangan Digital dari Operator Seluler merupakan kolaborasi yang sangat
baik dengan Bank. Seluruh dana yang terhimpun diwajibkan disimpan di Custodian
Bank, tidak perlu ada akun perorangan di Bank sehingga mudah bagi masyarakat
yang belum terlayani layanan perbankan.
31
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
9. Penutup
32
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Risargati
Penulis adalah Ketua Bidang Teletopik Mastel 2022 sampai sekarang. Sebelumnya
penulis menjadi Wakil Ketua Bidang Teletopik dari 2021 sampai 2022.
Lulusan Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia tahun 1986 ini pernah bekerja
sebagai Head of Regulatory PT Indosat pada 2009 sampai 2015.
Penulis juga pernah menjadi Anggota Dewan Profesi dan Asosiasi Mastel dari 2018
sampai 2021.
33
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
MEMBANGUN KEYAKINAN KONSUMEN
AKAN KEBENARAN TAGIHAN JASA TELEKOMUNIKASI
Johny Siswadi
Ketua Bidang Regulasi dan Hukum Telematika
MASTEL
1. Pendahuluan
Tagihan jasa telekomunikasi merupakan beban finansial yang tergolong primer bagi
mayoritas warga negara di era digital sekarang ini. Pengeluaran biaya perorangan,
biaya rumah tangga maupun biaya perusahaan untuk jasa telekomunikasi menjadi
beban rutin yang tidak sedikit jumlahnya. Bagi konsumen golongan ekonomi
menengah ke atas kemungkinan tidak menjadi beban yang memberatkan, namun
bagi golongan menengah ke bawah hampir dapat dipastikan cukup memberatkan.
Tagihan jasa telekomunikasi dalam hal ini berlaku baik untuk jenis prabayar maupun
pasca bayar. Dengan prabayar, tagihan berjalan/terjadi paralel dengan saat
pemakaian atau setidaknya semi real time sesaat setelah selesai pemakaian.
35
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji tingkat keyakinan (level of confidence) akan
kebenaran dan keakuratan tagihan jasa telekomunikasi yang dirasakan atau dialami
oleh masyarakat konsumen jasa telekomunikasi pada umumnya. Keyakinan tersebut
sangat menentukan kepercayaan (trust) terhadap ekosistem telekomunikasi di
Indonesia yang dipandu oleh regulasi yang harus menaunginya.
36
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Semua jenis tagihan atas pembayaran barang dan/atau jasa melibatkan berbagai
metrik yang relevan yaitu satuan-satuan ukuran, takaran, timbangan, atau ukuran
kadar/kualitas. Benda-benda yang kasat indera (terutama indera mata) pada
umumnya ada alat ukur, alat takar atau alat penimbangnya. Untuk jasa ada beberapa
jenis jasa yang takaran/ukuran/timbangannya jelas, mudah dipahami dan dapat
dikonfirmasi seperti jasa transportasi (berat/km, kecepatan km/jam, lama perjalanan
dalam jam atau menit), jasa akomodasi (ukuran kamar, lama menginap, dan
sebagainya). Tagihan-tagihan atas pembelian atau konsumsi barang-barang/jasa-
jasa tersebut bertumpu pada harga per satuan barang/jasa. Satuan-satuan yang
dikenal masyarakat luas antara lain: satuan berat kilogram (kg), satuan panjang/lebar
meter (m), satuan volume cairan (liter), satuan panas derajat celcius ( C), satuan daya
o
listrik watt, kilo watt (W, kW), satuan jarak kilometer (km), satuan kecepatan kilometer
per jam (km/jam), dan sebagainya. Karena sifatnya relatif sederhana dan tidak perlu
melibatkan kedalaman ilmu pengetahuan yang kompleks, maka tagihan-tagihan
atas pembelian atau konsumsi barang/jasa tersebut mudah dipahami dan diyakini
kebenarannya oleh konsumen. Bagaimana dengan tagihan jasa telekomunikasi?
Jasa telekomunikasi juga memiliki berbagai satuan ukuran sebagai dasar untuk
penagihan. Berbagai satuan ukuran pemakaian jasa telekomunikasi di antaranya
adalah:
1. Satuan ukuran volume/lama panggilan adalah ‘menit panggilan’ (minutes call);
37
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
2. Satuan ukuran layanan pesan singkat (SMS) adalah ‘jumlah SMS per hari’, ‘jumlah
SMS per minggu’, ‘jumlah SMS per bulan’, atau ’jumlah SMS per paket SMS’.
Batasan per SMS yang berlaku adalah 160 karakter per SMS;
3. Satuan layanan internet dapat terdiri dari:
c. volume data paket yang digunakan MB (Mega Byte) per paket atau GB (Giga
Byte) per paket.
Semua ukuran pemakaian tersebut ada alat ukurnya, yaitu sistem billing (billing
system) yang memanfaatkan teknologi IT (information technology). Karena harus
melibatkan sistem IT yang kompleks dengan algoritma yang sulit dipahami, proses
dan cara kerja sistem billing telekomunikasi juga tidak dipahami oleh mayoritas
konsumen jasa telekomunikasi. Akibatnya, output sistem billing telekomunikasi yang
divisualisasikan dalam bentuk tagihan pemakaian jasa telekomunikasi (untuk jenis
pasca bayar) atau dalam bentuk pengurangan deposit prabayar (untuk jenis
prabayar) menjadi tidak diyakini kebenaran atau keakurasiannya. Dengan kata lain
output sistem billing telekomunikasi berupa tagihan jasa telekomunikasi tidak
mudah dikonfirmasi kebenaran dan keakurasiannya. Kalaupun bisa dikonfirmasi,
belum tentu konsumen bisa memahaminya. Oleh karena itu mau tidak mau
konsumen terpaksa harus percaya pada data tagihan (untuk pasca bayar) yang
diterbitkan, atau kecepatan pengurangan deposit (untuk prabayar) yang diatur oleh
pelaku usaha telekomunikasi melalui sistem billing telekomunikasi.
Selain itu, terdapat alat-alat tera atau alat peneraan untuk memastikan
kebenaran/akurasi berbagai alat ukur seperti timbangan (alat penimbang berat), alat
38
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
ukur panjang/lebar (meteran), alat ukur listrik (meteran listrik), alat ukur waktu (stop
watch), alat ukur volume zat cair (literan). Keberadaan alat-alat tera tersebut
memberikan keyakinan kepada masyarakat akan keakuratan dan kebenaran alat-alat
ukur barang-barang kasat mata seperti benda padat, benda cair, ukuran kecil
maupun ukuran besar dan juga barang tak kasat mata yang umum seperti listrik,
tekanan udara, kecepatan dan sebagainya. Sayangnya, untuk alat ukur jasa
telekomunikasi ‘alat teranya’ tidak tersedia. Perlu dicarikan solusi yang bisa
memberikan keyakinan konsumen atas kebenaran atau akurasi pengukuran
konsumsi jasa telekomunikasi.
3. Pasal 8 ayat (1) huruf c, mengatur larangan bagi Pelaku Usaha untuk
memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak
sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan
menurut ukuran yang sebenarnya. Larangan bagi Pelaku Usaha ini menimbulkan
kewajiban kepada Pelaku Usaha untuk memproduksi dan/atau
39
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
1. Pasal 18 UU 36/1999
40
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Ditegaskan di sini bahwa akurasi sistem billing telekomunikasi harus dijamin sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi peraturan perundang-
undangan yang mana tidak ditunjukkan dengan tegas. Semestinya regulasi ini
diterjemahkan lagi ke dalam standar akurasi yang dapat dijadikan referensi. Tidak
dijumpai peraturan yang mengatur standar akurasi sistem billing telekomunikasi di
Indonesia. Dalam prakteknya diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing pelaku
usaha jasa telekomunikasi.
41
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 (UU 2/1981) Tentang Metrologi Legal mengatur
satuan-satuan ukuran dasar yang berlaku sah. Satuan-satuan ukuran tersebut harus
berdasarkan standar internasional. Undang-undang ini juga mengatur tentang
standar-standar satuan dan persyaratannya, alat-alat ukur, takar, timbang, dan
perlengkapannya serta berbagai persyaratan yang harus dipenuhi terkait alat-alat
dimaksud.
Meski UU 2/1981 mengatur berbagai macam satuan-satuan dasar ukuran serta alat-
alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya, namun masih banyak satuan-satuan
ukur, takar, timbang yang terlewatkan atau tidak diatur di dalamnya. Pasal 3 ayat (1)
menyebutkan daftar satuan-satuan ukuran terbatas pada :
Satuan-satuan umum lainnya banyak yang tidak masuk dalam daftar tersebut, antara
lain satuan tegangan listrik volt, satuan daya listrik watt, satuan volume zat cair liter,
satuan kecepatan kilometer per jam. Tidak dimasukkannya satuan-satuan tersebut
kemungkinan karena satuan-satuan tersebut tidak masuk dalam kategori satuan
dasar, melainkan masuk kategori satuan turunan yang harus diatur dalam Peraturan
Pemerintah atau peraturan perundang-undangan yang berhirarki lebih rendah
seperti Peraturan Menteri, Peraturan Direktur Jenderal atau Peraturan Lembaga Non
Kementerian. Sayangnya penulis belum menemukan peraturan-peraturan
dimaksud. Begitu pula satuan-satuan ukuran konsumsi jasa telekomunikasi, penulis
tidak menemukan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
42
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Tidak kalah penting adalah persyaratan mengenai alat-alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya. Pasal 12 UU 2/1981 mengamanatkan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah yang mengatur tentang tentang alat-alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya, dengan ketentuan:
Menera adalah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang
berlaku, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah
atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak
melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar,
timbang dan perlengkapannya yang belum dipakai. Tera ulang adalah hal menandai
berkala dengan tanda-tanda tera sah atau tera batal yang berlaku atau memberikan
keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tera batal yang berlaku,
dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian
yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang telah
ditera.
c. tempat-tempat dan daerah-daerah di mana dilaksanakan tera dan tera ulang alat-
alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya untuk jenis-jenis tertentu.
(1) Semua alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang pada waktu
ditera atau ditera ulang ternyata tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf c Undang-undang ini dan yang tidak mungkin
dapat diperbaiki lagi, dapat dirusak sampai tidak dapat dipergunakan lagi, oleh
pegawai yang berhak menera atau menera ulang.
43
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Jelas bahwa sistem billing telekomunikasi merupakan alat ukur yang semestinya
masuk kategori wajib ditera dan ditera ulang. Akan tetapi penulis tidak menemukan
informasi publik yang mengabarkan bahwa sistem billing telekomunikasi di
Indonesia ditera, apalagi ditera ulang. Meskipun berfungsi sebagai alat ukur, alat takar
atau alat hitung satuan pemakaian jasa telekomunikasi termasuk perhitungan biaya
yang harus dibayar oleh konsumennya, akan tetapi dianggap tidak berada di bawah
domain pengaturan di dalam UU 2/1981, PP 2/1985 maupun Peraturan Menteri
Perdagangan 70/M-Dag/Per/10/2014. Seharusnya ada peraturan tersendiri yang
mengatur peneraan sistem billing telekomunikasi. Ini menunjukkan ketidaksetaraan
antara sistem billing jasa telekomunikasi dengan jenis barang dan/atau jasa lainnya
yang diperdagangkan di masyarakat.
3.1 . Umum
44
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
A billing system is a combination of software and hardware that receives call detail
and service usage information, grouping this information for specific accounts or
customers, produces invoices, creating reports for management, and recording
(posting) payments made to customer accounts (Sistem billing adalah suatu
kombinasi perangkat lunak dan perangkat keras yang mengolah informasi detil
panggilan dan penggunaan layanan, mengumpulkan informasi dimaksud untuk
akun-akun atau konsumen-konsumen spesifik, menerbitkan tagihan-tagihan,
menyusun laporan manajemen, dan mencatat (menempatkan) pembayaran yang
dilakukan ke akun-akun konsumen).
Sistem Billing melibatkan perangkat lunak (software) berkualitas tinggi (kelas atas),
handal dan mahal yang menjalankan berbagai fungsi, namun tidak terbatas pada
fitur-fitur penting berikut ini:
1. Pentarifan dan penagihan (rating and billing), yaitu fungsi pengenaan tarif
penggunaan produk atau layanan dan menerbitkan tagihan bulanan.
45
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
diperlukan, jika bisnisnya tersebar ke seluruh dunia dan memiliki konsumen dari
berbagai negara atau jika pengaturan oleh pemerintah menghendaki hal itu.
7. Penyelesaian antar operator (Inter-carrier settlements), yakni bagi hasil di antara
para operator yang saling menyediakan layanan terhadap konsumen operator
lainnya.
8. Produk dan layanan (products and services), yaitu menyediakan cara-cara yang
fleksibel untuk menjaga berbagai produk dan layanan serta menjualnya secara
individual ataupun dikemas dalam paket.
Jenis-jenis tagihan layanan jasa telekomunikasi yang harus ditangani oleh sistem
billing telekomunikasi meliputi:
7. Layanan-layanan berbasis internet protocol (IP based services), antara lain layanan
suara di atas IP (voice over IP) atau suara di atas VPN (voice over Virtual Private
Network).
Kategori jenis beban biaya atau skema pengenaan biaya jasa telekomunikasi dapat
dibagi ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
46
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
1. Beban sewa (rental charges), yaitu biaya yang dikenakan kepada konsumen
sebagai biaya rutin bulanan atau per periode lainnya, misalnya biaya abonemen
per satuan sambungan telekomunikasi;
3. Biaya sekali pungut (one time charge), yaitu biaya yang diambil dari
pelanggan/konsumen hanya 1 X (sekali) saja, misalnya biaya inisiasi layanan
(pasang baru), biaya instalasi, biaya penangguhan atau biaya penghentian
layanan.
4. Beban-beban jelajah (roaming charges), yaitu beban yang timbul ketika seorang
pelanggan berpindah dari satu area jangkauan operator jaringan ke area
jangkauan operator lain, operator pertama akan membayar biaya marginal ke
47
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
2. Pengelolaan Pesanan (Order Management). Ini adalah fungsi dasar yang harus
tersedia dalam sistem penagihan biasa. Sistem penagihan harus cukup mampu
untuk menangkap pesanan produk dan layanan dan mengelola siklus pesanan
masuk, dan mengawasi siklus penyelesaian pemesanan.
3. Penjualan dan Pemasaran (Sales and Marketing). Sistem penagihan yang
sempurna harus menjawab pertanyaan pelanggan, menangani pesanan,
memberikan dukungan penjualan, melacak prospek, mengelola kampanye
penawaran, menganalisis kinerja produk, dan mengakuisisi unit-unit tempat
tinggal prospektif berlangganan.
4. Paket Harga dan Pentarifan (Rate Plans and Rating). Sistem penagihan harus
mengelola berbagai produk dan layanan, paket tarif berbeda yang terkait dengan
produk dan layanan tersebut dan harus menyediakan cara yang fleksibel untuk
mengenakan harga penggunaan yang dihasilkan oleh produk dan layanan
tersebut.
5. Potongan Harga (Discounting). Sistem penagihan harus mampu memberikan
berbagai jenis diskon untuk berbagai penggunaan, abonemen, dan penyewaan.
48
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
7. Kontrol Kredit dan Pengumpulan (Credit Control & Collection). Sistem penagihan
harus mengontrol penggunaan dan pendapatan dengan menetapkan kelas
kredit yang berbeda untuk pelanggan yang berbeda. Sistem harus mendukung
pengumpulan pembayaran dan menampilkannya pada berbagai faktur.
8. Dukungan Multibahasa (Multilingual Support). Dukungan multibahasa
mencakup pemberian faktur dan layanan penanganan pelanggan dalam
berbagai bahasa untuk konsumen dari berbagai negara yang berbeda bahasanya.
9. Berbagai Mata Uang (Multiple Currencies). Banyak mata uang yang digunakan di
berbagai negara dapat menyulitkan sistem penagihan. Oleh sebab itu, sistem
penagihan dan layanan pelanggan harus mampu merekam dan memproses
dalam unit berbagai mata uang.
10. Pengelolaan Pendapatan Mitra (Partner Revenue Management). Manajemen
pendapatan mitra adalah pembagian pendapatan antara operator yang
menyediakan layanan kepada pelanggan satu sama lain (interkoneksi).
11. Penanganan Aduan (Problem Handling). Sistem penagihan juga harus dapat
mengatur masuknya tiket aduan, mengkoordinasikan penutupan tiket aduan,
dan melacak progres penyelesaian tiket aduan.
12. Laporan Kinerja (Performance Reporting). Sistem billing yang memuaskan akan
menyediakan pelaporan kinerja, memastikan pelaporan kualitas-layanan (QoS),
membuat laporan manajemen, dan menghasilkan laporan terkait regulasi
(regulation report).
13. Instalasi dan Pemeliharaan (Installation and Maintenance). Sistem billing juga
harus menyediakan penjadwalan tenaga kerja dan mengelola kegiatan yang
dilakukan di lokasi pelanggan.
14. Audit dan Keamanan (Auditing & Security). Sistem penagihan harus melakukan
audit data dan pemeriksaan integritas. Sistem yang aman selalu diinginkan oleh
operator.
Berbagai kesalahan tagihan jasa telekomunikasi yang mungkin terjadi antara lain
adalah :
• Tagihan untuk layanan yang sudah dihentikan (Still billed for disconnected
services).
Jika pelanggan meminta layanan dihentikan, pelanggan perlu melihat tagihan
telekomunikasinya dengan sangat hati-hati. Tidak tertutup kemungkinan pelanggan
dapat terus ditagih untuk layanan yang tidak lagi digunakannya. Pelanggan harus
49
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
• Tagihan untuk layanan bagi pelanggan lain (billed for services that belong to
another customer)
Apakah pelanggan membeli paket layanan yang tepat? Jika pelanggan terus
menggunakan lebih banyak layanan dari yang diizinkan oleh paket layanan yang
dibeli, maka pelanggan akhirnya harus membayar tarif premium untuk layanan-
layanan di atas dan di luar paket yang dibeli pelanggan. Kasus ini terjadi karena
pelanggan salah memilih paket layanan, sehingga harus membayar terlalu banyak.
• Pemakaian jauh di bawah isi paket layanan (usages far below plan allowance)
Di sisi lain, apakah pelanggan setuju untuk membeli layanan yang tidak digunakan
pelanggan? Jika ini menggambarkan situasi pelanggan, maka pelanggan
dimaksud membayar lebih untuk kebutuhan paket layanannya. Dalam hal ini,
pelanggan telah salah memilih paket yang justru paling tidak menguntungkan
secara ekonomi bagi dirinya.
Jika pelanggan atas nama perusahaan besar dengan banyak akun, maka perlu
diperiksa secara silang semua akun untuk memastikan bahwa pelanggan tidak
membayar lebih dari satu akun untuk layanan yang sama. Jika kasus ini terjadi,
perusahaan telekomunikasi akan mendapat keuntungan finansial dari ‘kebingungan’
pelanggan ketika sampai pada sistem penagihan.
• Pendekatan “satu ukuran pas buat semua” (the “one size fits all” procurement
approach)
Paket layanan yang sesuai dengan pelanggan tertentu, tidak bisa menjadi solusi
terbaik untuk semua pelanggan. Bisa menjadi satu kesalahan jika pelanggan memilih
paket yang paling populer, padahal paket layanan tersebut tidak sesuai dengan
kebutuhan pelanggan yang bersangkutan.
50
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
• Tagihan untuk layanan paket daluwarsa (billed for services on outdated plans)
• Tagihan untuk layanan yang tidak ada dalam kontrak (billed for services not
under contract)
51
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
3. Prosentase penyelesaian keluhan atas akurasi tagihan yang selesai dalam jangka
waktu 15 hari;
4. Cara perhitungan persentase penyelesaian keluhan atas tagihan dimaksud.
52
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Variabel Akurasi
Durasi +1 detik atau +0,1% -0.02%
Waktu harian + 1 detik
Hitungan Event +0.004% (1:25.000) -0.1%(1:1.000)
Nilai Tagihan +0.05% -0.002%
Jumlah Overcharged 0.004% (1:25.000)
53
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
a. rasio komplain terhadap jumlah billing yang diterbitkan < 2% per bulan
b. penyelesaian komplain dalam kurun waktu 15 hari > 90% x jumlah komplain
Regulator penyiaran, telekomunikasi, dan pos negara Inggris, dikenal dengan Ofcom
(Office of Communications), mengatur sistem billing telekomunikasi dalam Metering
and Billing Direction yang memuat persyaratan-persyaratan Total Metering and
Billing System (TMBS), yaitu antara lain:
54
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Variabel Akurasi
Durasi +1 detik atau +0,01%
Volume data +100kB atau +0.01%
Waktu harian + 1 detik
Hitungan Event +0.004% (1:25.000)
Nilai Tagihan +0.1penny atau +0.01%
5. Rekomendasi
55
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Variabel Akurasi
Durasi +1 detik atau +0,1% -0.02%
Volume data -
Waktu harian + 1 detik
Hitungan Event +0.004% (1:25.000) -0.1%(1:1.000)
Nilai Tagihan +0.05% -0.002%
56
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
6. Penutup
57
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Referensi :
1. ETSI TR 102 847 V1.1.1 (2010-06) Technical Report, User Group; Quality of ICT
Services; Standardization and regulation references in the Metering and Billing
area.
2. Ofcom Metering and Billing Direction Unofficial Consolidated Version
58
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Biografi Penulis
Johny Siswadi, lulus S1 fakultas hukum (spesialisasi Hukum Publik Internasional) dari
Universitas Sumatera Utara, Medan, 1987. Tahun 2000, penulis menyelesaikan
pendidikan S2 Hukum Bisnis di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Pada
tahun 1992-1993 penulis mendapatkan beasiswa dari Carl Duisberg Gesellschaft
(CDG), Jerman, untuk belajar manajemen telekomunikasi, diselenggarakan di
Bremen oleh Fortbildung von Fach- und Führungskräften aus Entwicklungsländern
(FFFE) dari Telekom Jerman (Deutsche Telekom).
Penulis juga aktif menghadiri berbagai seminar dan pelatihan internasional maupun
domestik di berbagai bidang manajemen, valuasi bisnis, multiplikasi pengetahuan
dan ketrampilan, bisnis telekomunikasi, hukum dan regulasi, regulasi telekomunikasi,
asuransi, dan beberapa bidang lainnya.
Sebelum mulai menjalani profesi sebagai advokat dan pengacara yang ditekuni sejak
2012 hingga saat ini, penulis pernah bekerja di BUMN telekomunikasi dan anak
perusahaan terbesarnya. Penulis mengemban tugas awalnya sebagai karyawan
bidang hukum, kemudian menduduki berbagai posisi manajemen senior yang
bertanggungjawab di bidang bisnis, kepatuhan hukum, tata-kelola perusahaan,
urusan-urusan umum serta konsultan manajemen.
Tahun 2016-2019, penulis bergabung di Kantor Hukum “PIHI” (Pusat Informasi Hukum
Indonesia) di Bandung, bertindak sebagai Advokat dan Pengacara Senior. Paralel
dengan itu, penulis juga menduduki jabatan Wakil Ketua Mastel Institute, sebuah
komite kerja bagian dari organisasi MASTEL.
59
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
kembali berprofesi sebagai Advokat dan Pengacara di Kantor Hukum PIHI dan paralel
bergabung di MASTEL sebagai anggota DPH (Dewan Pengurus Harian) yang
bertanggungjawab mengkoordinasikan hal-hal terkait hukum dan regulasi
telematika.
60
PUNGUTAN SEWA PENEMPATAN
JARINGAN UTILITAS OLEH PEMDA
Andi Budimansyah
Anggota Dewan Pengawas Mastel
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
61
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
telah mengamanatkan pengalihan kewenangan pengelolaan pajak dan restribusi
daerah-diantaranya adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan-dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Kabupaten/Kota bersama DPRD
diberikan kewenangan untuk menentukan kebijakan pajak dan retribusi daerah.
Ketentuan ini menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan sendiri
pengenaan pajak serta tarif, termasuk di dalamnya infrastruktur telekomunikasi baik
berupa menara BTS maupun biaya sewa lahan atas penggelaran kabel/fibre optic
telekomunikasi di wilayah tersebut.
Di sisi lain, salah satu ketentuan pada Perpres Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) menyatakan bahwa untuk mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel serta
pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya diperlukan sistem pemerintahan
berbasis elektronik yang juga membutuhkan jaringan internet untuk mengakses
layanan publik.
Apabila hal ini terus berlangsung tanpa ada terobosan yang saling menguntungkan,
dikhawatirkan akan merugikan Pemerintah Daerah dan masyarakat secara umum.
62
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Kajian ini disusun berdasarkan masukan dari Anggota DPA Mastel dalam mencari
jalan keluar yang saling menguntungkan bagi masyarakat, Pemerintah Daerah dan
operator telekomunikasi dari kebuntuan yang terjadi akibat dari penerapan pajak
dan restribusi daerah yang memberatkan.
Namun, UU 11/2020 tentang Cipta Kerja pada halaman 507 Pasal 71, beberapa
ketentuan dalam UU 36/1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3881) diubah:
Pasal 34A (tambahan terhadap UU 36/99) hal 511, ayat (1): Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah memberikan fasilitasi dan/atau kemudahan kepada
penyelenggara telekomunikasi untuk melakukan pembangunan infrastruktur
telekomunikasi secara transparan, akuntabel, dan efisien. Di mana pada
penjelasan ayat 1 tersebut disampaikan bahwa yang dimaksud dengan
“infrastruktur telekomunikasi” antara lain: gorong-gorong (ducting), tiang
telekomunikasi (tower), dan tiang yang dapat digunakan untuk penggelaran
jaringan telekomunikasi.
63
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Hak dan kewajiban penyelenggara dan masyarakat sebagaimana tertulis pada Pasal
12 UU 36/1999 ayat 1 menyebutkan: dalam rangka pembangunan, pengoperasian,
dan/atau pemeliharaan jaringan telekomunikasi, penyelenggara telekomunikasi
dapat memanfaatkan atau melintasi tanah negara dan/atau bangunan yang dimiliki
atau dikuasai pemerintah. Pada penjelasan UU 36/1999 Pasal 12 Ayat (1) disebutkan:
yang dimaksud dengan memanfaatkan atau melintasi tanah negara dan/atau
bangunan yang dimiliki/dikuasai oleh pemerintah adalah kemudahan yang
diberikan kepada penyelenggara telekomunikasi.
64
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
3. Rekomendasi
Dengan berlakunya UU 11/2020 tentang Cipta Kerja, khususnya terkait perubahan
atas UU 36/1999 tentang Telekomunikasi, memberikan landasan dan harapan baru
bagi sektor telekomunikasi untuk kembali berunding dengan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan DPRD untuk dapat melakukan penyesuaian kembali
Peraturan Daerah yang dinilai menghambat pembangunan telekomunikasi yang
merugikan pembangunan Pemerintah Daerah dan masyarakat pada umumnya.
65
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Daftar Pustaka
66
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Andi Budimansyah
Saat ini, penulis bekerja sebagai Counselor untuk Indonesia pada ASEAN Chief of
Information Officer Association (ACIOA) Thailand, Board of Director dari ASIA Domain
Registry di Hongkong, Anggota Dewan Pengawas Asosiasi Masyarakat
Telematika Indonesia (MASTEL), dan Ketua Federasi Teknologi Informasi Indonesia
(FTII).
67
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
KAJIAN REGULASI PEMANFAATAN JALAN
SEBAGAI INFRASTRUKTUR PUBLIK DALAM PERCEPATAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TIK DI INDONESIA
Didi Muharwoko
Wakil Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional/Infratelnas Mastel &
Junike Laura Merryanna Tobing
1. Pendahuluan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Rencana Pita Lebar 2014-2019 (Jakarta, 2014), hal. 12.
2
Ibid.
69
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
3
Ibid. Hal. 6
4
Ibid. Hal. 7
5
Ibid. Hal. 16. Lihat Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI): Transformasi Visi 2025. MP3EI bertujuan untuk mentransformasikan
Indonesia dari ekonomi peringkat ke-17 besar dunia pada tahun 2010 ke peringkat ke-12
dunia tahun 2025 dengan PDB sebesar US$ 4,0-4,5 triliun. Transformasi tersebut tidak dapat
dilakukan tanpa dukungan TIK khususnya pitalebar. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 difokuskan kepada pembangunan kompetitif
perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang
berkualitas, serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penggunaan pitalebar di
tiga platform ini akan meningkatkan kedayagunaan dan ketepatgunaan proses dan hasil
pembangunan.
70
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Sejalan dengan itu, Presiden Joko Widodo menetapkan Peraturan Presiden Nomor
18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2020-2024. RPJMN Tahun 2020-2024 merupakan penjabaran dari visi, misi dan
program presiden, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum,
Proyek Prioritas Strategis, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/
Lembaga, arah pembangunan kewilayahan dan lintas kewilayahan, Prioritas
Pembangunan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana
kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif. Salah satu major project dalam RPJMN 2020-2024 ini adalah pembangunan
Infrastruktur TIK untuk mendukung transformasi digital, yang manfaatnya adalah:
71
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
6
Gholamreza Kazemian, et. al., “Management Barriers to Implementation of an Urban
Common Utilities Tunnel in Tehran”, Amanshahr Architecture & Urban Development, Vol. 13,
Issue 33, Winter 2021, hal. 224.
“The Common Utilities Tunnel, also called the Common Utilities Duct, is one of the city's
infrastructure structures. Any structure above, below and above the ground that has more
than two types of urban utilities lines is referred to by this name (Zandieh & Ardaneh, 2011).
Urban utilities tunnel is an underground space in the city to integrate various lines of urban
utility, such as electricity, communications, gas, water and drainage, which are planned and
managed as a unit (Liu, Zhao, Li, & Dong, 2018). In the common urban tunnel, the five
infrastructures of water, electricity, gas, telephone, telecommunication and sewage system
are routed that will play an effective role in providing urban safety, saving infrastructure costs,
increasing visual beauty along with reducing the amount of visual pollution and organizing
the urban infrastructure management system (Divsalar, Haghiju, & Habibi, 2011)”.
7
Ibid.
8
Indonesia, Undang-Undang tentang Penataan Ruang, UU No. 26 Tahun 2007, LN. No. 68
Tahun 2007, Psl. 7 ayat (1).
9
Ibid., Psl. 7 ayat (2).
10
Suriansyah Murhaini, Hukum Pertanahan: Alih Fungsi Tanah dan Fungsi Sosial Hak atas
Tanah (Yogyakarta: LaksBang Justitia, 2021) cetakan kedua, hal. 73.
72
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
jalan, jembatan dan lainnya11. Di lain pihak, kebijakan pemerintah dan pemerintah
daerah lebih berfokus pada pemanfaatan jalan sebagai aset atau barang milik
negara/daerah tersebut, untuk mendatangkan sumber penerimaan bagi negara atau
daerah.
Pentingnya infrastruktur TIK bagi pemulihan ekonomi disadari betul oleh pemerintah
negara maju seperti Amerika Serikat. Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat (AS)
dalam meningkatkan aksesibilitas internet berkecepatan tinggi sebagai berikut13:
11
Indonesia, Undang-Undang tentang Pengadaaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum, Psl. 10.
12
Samaya Dharmaraj, India Amends Right of Way Rules to Speed Up 5G Rollout, OPENGOV
28 Agustus 2022, https://opengovasia.com/india-amends-right-of-way-rules-to-speed-up-5g-
rollout/, diakses pada 23 Oktober 2022.
13
Nindya Aldila, Parlemen AS Loloskan UU Infrastruktur Presiden Parlemen Senilai US $ 1,2
Triliun, tanggal 7 November 2021,
https://ekonomi.bisnis.com/read/20211107/620/1463033/parlemen-as-loloskan-uu-
infrastruktur-presiden-joe-biden-senilai-us12-triliun, diakses pada 9 Juni 2022.
73
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Pemanfaatan bagian jalan untuk jalur jaringan utilitas terpadu yang menyangkut
kepentingan umum, salah satunya adalah untuk penggelaran jaringan
telekomunikasi agar terjadi pemerataan percepatan internet di seluruh wilayah
Indonesia. Namun, pada saat ini yang terjadi pemanfaatan bagian jalan untuk
pembangunan dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi, dilaksanakan dengan
mekanisme perdata, yakni berupa sewa barang milik negara/daerah yang tarifnya
tertentu menambah beban penyelenggara jaringan, apalagi kalau hal itu diterapkan
pada seluruh pemerintah kabupaten/kota dan Kementerian PUPR, yang pada
akhirnya akan menjadi beban pelanggan atau pengguna jasa telekomunikasi.
Tulisan ini berfokus pada pemanfaatan infrastruktur ekonomi berupa jalan, dalam
perwujudan arah dan strategi percepatan pembangunan infrastruktur TIK untuk
pemerataan layanan telekomunikasi di Indonesia. Adanya kebijakan mengenai
pengelolaan BMN/D yang berfokus pada pemanfaatan berupa sewa aset BMN/D,
sebagai salah satu sumber penerimaan yang menimbulkan isu dalam percepatan
pembangunan infrastruktur TIK, berpotensi menghambat percepatan layanan
telekomunikasi, di antaranya akses internet, di Indonesia.
Menghasilkan konsep regulasi yang ideal dan sinergitas kebijakan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah untuk mewujudkan percepatan pembangunan
infrastruktur TIK dalam rangka pemerataan layanan telekomunikasi akses internet di
74
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
seluruh wilayah Indonesia. Dalam hal ini adalah pemanfaatan BMN/D berupa
infrastruktur ekonomi, dalam hal ini adalah jalan.
2. Kajian Regulasi
2.1. Kajian Filosofis
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2010), hlm. 66.
75
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
tersedia sarana jaringan utilitas terpadu (SJUT) atau retribusi pada pemanfaatan
bagian jalan yang belum tersedia SJUT.
1. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Daerah, di mana
pada Lampiran III poin A. bagian d. diatur tarif retribusi atas penyediaan sarana
penempatan jaringan utilitas dan bangunan pelengkap yang disediakan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta/Pemerintah Daerah.
2. Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 2 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha, di mana
pada Pasal 5 disebutkan Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah
Pemakaian atas Kekayaan Daerah, yang meliputi antara lain atas pemakaian: c.
tanah milik Pemerintah Daerah untuk pemasangan utilitas jaringan gas, listrik, air,
dan/atau telepon.
15
Indonesia, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Pemanfaatan dan
Penggunaan Bagian-Bagian Jalan, Permen PU Nomor: 20/PRT/M/2010, Psl. 9 ayat (9) sampai
ayat (12).
76
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
satu implikasinya adalah isu antara Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan
penyelenggara jaringan telekomunikasi dalam memenuhi syarat-syarat kewajiban
pembayaran kepada negara/daerah untuk memperoleh izin atau persetujuan
pemanfaatan jalan dalam rangka pembangunan infrastruktur TIK, secara khusus
jaringan telekomunikasi.
Dalam menilai bekerjanya kebijakan dalam masyarakat, ada suatu model penilaian
dan evaluasi yang dinamakan sebagai optimalitas pareto yang pertama kali
diperkenalkan oleh Ekonom Vilfredo Pareto16. Model ini menilai bekerjanya kebijakan
publik sebagai “suatu perubahan dalam organisasi ekonomi yang memberikan
kemajuan positif setiap orang atau lebih tepatnya, membuat suatu atau lebih
anggota masyarakat menjadi lebih baik tanpa merugikan semuanya anggota
lainnya17.” Dalam rangka pembentukan suatu peraturan perundang-undangan,
diperlukan adanya kecermatan dalam melihat dasar peraturan yang lebih tinggi dan
tentunya tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang lain, sehingga
tercipta harmonisasi peraturan. Dalam perspektif normatif, pembahasan
keberlakuan hukum secara teoritik maupun keberlakuan hukum dalam ranah
implementasi didasarkan pada cara berpikir deduktif. Di mana keberlakuan sebuah
aturan hukum harus dilandaskan pada keberlakuan hukum yang lebih tinggi,
selanjutnya dilandaskan pada aturan hukum yang lebih tinggi lagi, hingga sampailah
pada sumber yang bersifat meta yuridis18.
Melalui buku bertajuk “The Morality of Law” Lon Fuller menjelaskan terdapat delapan
azas yang harus dipenuhi oleh hukum. Apabila delapan azas tersebut tidak terpenuh,
maka hukum yang hadir akan gagal untuk kemudian dapat disebut sebagai hukum,
atau dapat dikatakan dalam hukum harus ada kepastian hukum. Dari penjelasan Lon
Fuller tersebut, dapat disimpulkan hal kepastian hukum yang dikemukakan Lon
memiliki pengertian dan tujuan yang sama seperti yang dikemukakan oleh Sudikno
Mertokusumo. Kepastian hukum adalah jaminan agar hukum yang ada dapat
berjalan dengan semestinya.
16
Dian Pudji Simatupang, Determinasi Kebijakan Anggaran Negara Indonesia (Studi Yuridis)
(Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2005), hal. 15. Hal ini dikemukakan oleh Prof. A. Hamid S.
Attamimi dalam bukunya, Keuangan Negara Lingkup Pengertiannya dan Hakekat
Perundang-undangannya Menurut UUD 1945, sebagaimana dikutip dalam Sekretaris
Jendral Badan Pemeriksa Keuangan, hal. 30.
17
Ibid
18
FX. Adji Samekto, “Menelusuri Akar Pemikiran Hans Kelsen Tentang Stufenbeautheorie
Dalam Pendekatan Normatif-Filosofis”, Jurnal Hukum Progresif, Vol. 7, No.1, April 2019, hal. 1.
77
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Lon Fuller pun menjelaskan kedelapan azas yang harus dipenuhi oleh hukum, yaitu
sebagai berikut.
1. Sistem yang dibuat oleh pihak berwenang dan berwibawa haruslah terdiri dari
peraturan yang tidak berdasarkan pada putusan sesaat belaka untuk hal-hal
tertentu.
3. Peraturan yang ditetapkan tidak berlaku surut, karena dapat merusak integritas
suatu sistem.
4. Peraturan tersebut dibuat dalam sebuah rumusan yang dapat dimengerti oleh
masyarakat umum.
5. Peraturan satu dan lainnya tidak boleh ada yang saling bertentangan.
6. Suatu peraturan yang telah ditetapkan tidak boleh menuntut suatu tindakan yang
kiranya melebihi apa yang dapat dilakukan.
Dari kedelapan azas yang dikemukakan oleh Lon Fuller, dapat disimpulkan bahwa
harus ada kepastian di antara peraturan serta pelaksanaan hukum tersebut. Dengan
begitu hukum positif dapat dijalankan apabila telah memasuki ke ranah perilaku,
aksi, serta faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana hukum itu berjalan.
Barang milik negara merupakan bagian tak terpisahkan dengan keuangan negara
sehingga memerlukan pengelolaan agar dapat digunakan secara maksimal untuk
kepentingan negara dalam pencapaian tujuannya19. Upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat diwujudkan melalui pembangunan ekonomi dengan
mengoptimalkan aset milik negara untuk menyediakan barang publik (public goods)
Muhammad Djafar Saidi, Eka Merdekawai Djafar, Hukum Keuangan Negara: Teori dan
19
78
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
yang memadai dan dapat dinikmati dengan mudah oleh seluruh lapisan masyarakat,
baik berupa layanan umum, fungsi pemerintahan, maupun infrastruktur20.
Jalan adalah domain negara yang publik, atau milik negara untuk kepentingan
umum, pemerintah tidak dapat menetapkan syarat-syarat finansial. Penggantian
finansial dan pengenaan pembatasan-pembatasan dalam pemakaian biasa hanya
dapat dilakukan berdasarkan hukum publik, yang khusus dibayangkan adalah
pemungutan dalam bentuk pajak21 atau penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Pemanfaatan bagian-bagian Jalan, sebagaimana diatur pada Pasal 11 ayat (9) UU
2/2002, selain peruntukannya wajib memperoleh izin dari Penyelenggara Jalan sesuai
dengan kewenangannya dan pelaksanaannya mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik negara/barang milik
daerah.
Menurut Cotterrell, esensi dari interpretasi sosiologis dari ide-ide hukum terletak
dalam tiga postulat sebagai berikut:
20
Anita Kamilah, “Penerapan Asas Proporsionalitas Dalam Pemanfaatan Aset Negara
Melalui Model Build Operate and Transfer/BOT”, Jurnal Hukum & Pembangunan, Vol. 50 No.
3 (2020), hal. 605.
79
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
3. hukum dilihat secara sistematis. Hadir bersama dengan yang lainnya sebagai
legal system dan dihidupi sebagai dan dalam sebuah sistem.
3. Rekomendasi
3. Tulisan ini bersifat kajian awal untuk memantik gagasan dimaksud di atas.
Diharapkan kajian ini dapat dilanjutkan dengan kajian lebih mendalam, di
antaranya mencakup aspek empiris, analisis SWOT, kajian ekosistem dan lain
sebagainya.
80
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Didi Muharwoko
Didi Muharwoko lahir di Palembang, dan lulus dari Universitas Telkom jurusan Teknik
Telekomunikasi pada tahun 1991. Pada tahun 1996-2003, penulis bekerja di divisi
Network PT Telkom Indonesia. Lalu penulis bekerja di divisi yang berbeda, yakni divisi
multimedia pada tahun 2003 sampai tahun 2005. Penulis juga pernah bekerja di divisi
Enterprise pada tahun 2005 sampai tahun 2013. Saat ini penulis bekerja di PT Telkom
Indonesia divisi Regulatory Management.
Junike Laura Merryanna Tobing Lahir di Jakarta, dan lulus dari Universitas Indonesia
jurusan Hukum tentang Kegiatan Ekonomi. Saat ini, penulis sedang melanjutkan
pendidikan pascasarjana di Universitas Indonesia jurusan Hukum Administrasi
Negara (sub. Hukum Keuangan Publik). Pada tahun 2006, penulis melakukan
magang di PT Telkom Indonesia di divisi Carrier & Interconnection Service Center.
Setelah penulis menyelesaikan magang, penulis melanjutkan pekerjaannya di divisi
Carrier & Interconnection Service (Outsourcing Employee) mulai dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2007. Lalu penulis pindah divisi pada tahun 2007, yaitu divisi
Wholesale Service – Legal & Compliance. Saat ini, penulis bekerja di PT Telkom
Indonesia sebagai Corporate Secretary Dept. – Regulatory Management Unit, Sub
Unit: Broadband & Resources Regulation.
81
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
TEROBOSAN NASIONAL MUTLAK PERLU:
PEMERATAAN JARINGAN VS TEKNOLOGI BARU
TELEKOMUNIKASI
Arnold Ph Djiwatampu
Anggota Dewan Profesi dan Asosiasi Mastel
1. Pendahuluan
Pimpinan nasional, para ahli, operator, dan pebisnis lebih terpukau dengan
kemudahan teknologi terkini telekomunikasi hasil industri negara-negara maju.
Memang wajar selama disertai dengan kesadaran akan keterbatasan dan risiko di
lapangan bagi Indonesia sebagai negara-negara berkembang.
83
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
seperti 5G. Hal ini malah akan memperbesar jurang kesenjangan telah ada antara
Pusat dan Daerah, yang berisiko menghambat kemajuan nasional secara
keseluruhan.
Kiranya kita semua setuju, bahwa kekuatan suatu rantai ditentukan oleh mata-
rantai terlemah, maka demikianpun kemajuan Bangsa ditentukan oleh keadaan
daerah yang terbelakang, ditambah dengan ketertinggalan akses
telekomunikasinya. Hal ini akibat dari kesalahan kebijakan pimpinan, regulator, dan
dan atau penyelenggara telekomunikasi dalam pengembangan jaringan
telekomunikasi nasional, dalam penerapan teknologi terkini.
Peringatan dari Dirjen Postel pertengahan tahun 80an, Ir. S. Abdulrachman, kiranya
masih berlaku, bahwa negara berkembang tidak dapat mengikuti derap tahap-
tahap pembangunan teknologi baru negara-negara maju, melainkan harus berani
mengambil kebijakan untuk mempertahankan teknologi yang ada sampai cukup
merata, tidak mengikuti teknologi yang sedang ditawarkan, dan kemudian
melompat ke teknologi berikutnya.
84
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
mempercepat pengembalian modal yang telah ditanam pada teknologi yang ada,
dengan bertambahnya jumlah pelanggan.
Hal ini sesuai dengan Azas dan Tujuan telekomunikasi yang tercantum dalam Pasal
2 UU no. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, yang menyatakan “Telekomunikasi
diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum,
keamanan, kemitraan, etika, dan kepercayaan pada diri sendiri”. Lebih lanjut Pasal 3
menyatakan, “Telekomunikasi diselenggarakan dengan tujuan untuk mendukung
persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara adil dan merata, mendukung kehidupan ekonomi dan kegiatan
pemerintahan, serta meningkatkan hubungan antarbangsa”.
Indonesia sebagai negara nomor empat (4) dalam jumlah penduduk, tentunya tidak
ingin, hanya menjadi konsumen teknologi 5G yang akan menguasai seluruh budaya
kehidupan masyarakat, melainkan juga menjadi pelaku pengembangan dan
penelitian perangkat teknologi 5G.
85
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Sasaran-sasaran ini dapat tercapai a.l. dengan menggariskan peta jalan (roadmap)
yang memberikan pedoman bagi industri telekomunikasi, baik para penyelenggara
telekomunikasi yang langsung melayani rakyat dan industri manufaktur yang tidak
ragu dalam mengeluarkan dana untuk penelitian dan pengembangan produknya
yang akan digunakan oleh para penyelenggara di lapangan.
Apabila tingkat kemandirian teknologi belum dapat dicapai oleh industri perangkat
dalam negeri maka sebaiknya diberikan waktu cukup bagi industri perangkat dalam
negeri, dengan menunda implementasi dari suatu teknologi baru. Para
penyelenggara tidak perlu tergesa-gesa meninggalkan teknologi yang ada di
lapangan, Kemudian mempersiapkan untuk melakukan lompatan teknologi
berikutnya.
Para penyelenggara telekomunikasi dapat ikut serta dan memegang saham dalam
pendanaan industri perangkat telekomunikasi, termasuk sebagai pemegang
saham. Tidak dianjurkan penyelenggara melakukan akuisisi industri perangkat
telekomunikasi, karena akan menimbulkan monopoli terselubung yang
menimbulkan ketidakadilan dan mengganggu kepercayaan dan kebersamaan dari
penyelenggara telekomunikasi lain.
86
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Sebagai contoh adalah TKD (Trans Komunikasi Data), suatu perusahaan UKM yang
berhasil tidak saja membuat perangkat terminal, melainkan juga sentral NGN (Next
Generation Network) yang dengan kerjasama RISTI TELKOM berhasil
mengoperasikan sentral pedesaan (rural) di lapangan bersama Telkom di Sumatera
Utara dan Indosat di Sulawesi Tenggara
Sayangnya pada saat undangan lelang (tender) oleh Telkom untuk sistem NGN-nya
pada pertengahan tahun 80an, Telkom a.l. mencantumkan persyaratan bahwa
peserta lelang harus memiliki pengalaman minimal di 2 (dua) negara, dengan
demikian pengajuan keikutsertaan TKD ditolak oleh Telkom oleh karena TKD hanya
memiliki pengalaman di satu negara, negerinya sendiri. Dengan penolakan ini maka
pupuslah peluang TKD menjadi perusahaan skala besar untuk masa depannya di
negerinya sendiri. Alasan penolakan Telkom adalah bahwa ketentuan di atas
mereka demikian, kata Dirut Telkom saat itu.
Apabila memang ada peraturan pemerintah atau Telkom di atas, merupakan suatu
kebijakan nasional yang merugikan perkembangan industri perangkat
telekomunikasi nasional. Salah satu perusahaan multinasional peserta lelang
merasa khawatir dengan pengajuan TKS sebagai peserta, menyatakan kepada
pimpinan TKD bahwa perusahaan kecil UKM seperti TKD tidak pantas ikut serta
dalam lelang tersebut.
Meskipun demikian, TKD tidak putus asa dan mencoba ikut lelang serupa di suatu
negara di Timur Tengah yang tidak mempersyaratkan pengalaman di dua negara
sebagaimana dialaminya di negerinya sendiri, dan berhasil menjadi finalis bersama
dengan perusahaan Tiongkok. Perusahaan ini kemudian memberikan secara gratis
dan memenangkan pelelangan tersebut.
TKD sebagai suatu perusahaan UKM jelas tidak dapat melakukan tindakan serupa,
tanpa adanya dukungan nasional, dari pelaku industri telekomunikasi dan atau
pemerintah. TKD kehilangan dana dan peluang untuk mengembangkan usahanya,
dan para ahlinya kehilangan pekerjaan dan banyak yang pindah ke perusahaan lain,
termasuk luar negeri.
87
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Menurut Direktur Utama TKD, di samping TKD masih ada puluhan perusahaan UKM
serupa di Indonesia. Andaikata perusahaan-perusahan UKM manufaktur dapat
disinergikan dalam suatu asosiasi, mereka akan lebih kuat baik untuk berbicara
dengan pemerintah atau menanggapi tantangan-tantangan bersama.
Gagasan ini saat dianggap strategis sekali oleh Dirjen Postel, dan kemudian
disampaikan ke Menteri Perhubungan yang membawahi Direktorat Jenderal Postel
saat itu. Menhub menyetujui gagasan yang telah beralih menjadi gagasan Ditjen
Postel tersebut, dan kemudian menamakannya menjadi PALAPA RING, mengikuti
nama SKSD Palapa yang diresmikan Presiden Soeharto pada tahun 1976.
Sayangnya setelah kajian selesai dan disepakati oleh konsultan Bappenas dalam
Rapat terakhir yang dipimpin Dirjen Postel, pak Basuki Yusuf Iskandar, dalam suatu
pertemuan yang dihadiri oleh semua penyelenggara telekomunikasi, ditolak oleh
Telkom meski disetujui oleh 6 (penyelenggara) lainnya.
Untuk menyelamatkan gagasan Palapa Ring, Pak Basuki mengusahakan suatu jalan
kompromi, dengan terlebih dahulu membangun jaringan Palapa Ring di bagian
timur dahulu, yang kemudian disambung bagian barat menggunakan jaringan SO
Telkom, oleh suatu konsorsium yang terdiri dari ketujuh penyelenggara.
88
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Konsorsium ini kemudian bubar, karena satu demi satu peserta Konsorsium
mengundurkan diri, kecuali Telkom. Penyebabnya adalah bahwa para peserta
Konsorsium ragu-ragu apakah Telkom yang memiliki monopoli jaringan SO paling
luas ke bagian Barat wilayah Nusantara, akan memberikan sambungan yang sesuai
harapan penyelenggara lainnya. Menurut salah satu penyelenggara, apabila
demikian, maka pembangunan Palapa Ring bagian Timur sama saja membangung
proyek sosial saja bagi mereka.
Penanganan dan perluasan jangkauan Palapa Ring yang telah dibangun kini
dilakukan oleh BAKTI suatu perusahaan penyelenggara yang tidak komersial
langsung di bawah Menkominfo yang ditugasi memperluas akses jaringan Palapa
Ring melalui titik interkoneksi dengan jaringan penyelenggara lain yang memiliki
akses ke pelanggan, termasuk Telkom yang memiliki jaringan paling luas.
Di sisi lain, masih diperlukan kebijakan dan pengaturan lebih lanjut dari Kominfo
agar pelaksanaan interkoneksi lebih lancar karena selama ini praktik di lapangan
terjadi kesulitan kesepakatan, baik sambungan atau pentarifan sewa, untuk
menjangkau akses ke titik interkoneksi.
89
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Jakarta, 21-11-2022
90
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Lulus dari Institut Teknologi Bandung jurusan Sarjana Telekomunikasi pada tahun
1963. Penulis pernah bekerja sebagai Kepala Bagian Satelit Perumtel pada tahun
1978 sampai tahun 1980. Penulis juga pernah ditunjuk sebagai Gubernur South East
Asia Group (SEAG), mewakili Indonesia, Filipina, dan Thailand pada Dewan
Gubernur INTELSAT pada tahun 1978 sampai dengan tahun 1979. Saat ini, Penulis
bekerja sebagai Direktur di PT Tiara Titian Telekomunikasi sejak tahun 1965.
91
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
KETERSEDIAAN LAYANAN 5G DIHARAPKAN
MENJADI GAME CHANGER DIGITAL LIFE STYLE
DAN MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT INDONESIA
Merza Fachys
93
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
1. Pendahuluan
Yang tidak kalah pentingnya, teknologi 5G juga menjanjikan waktu latensi yang
sangat pendek, yang akan memberikan kecepatan merespons jauh lebih pendek
dari teknologi generasi sebelumnya.
Dengan semua kelebihan yang dijanjikan oleh teknologi 5G, maka sangat wajar bila
masyarakat pengguna layanan seluler, para pelaku usaha hampir di semua sektor,
para penyelenggara layanan publik sampai para pelaku UMKM sangat berharap
agar layanan 5G dapat segera hadir di semua area tempat mereka beraktivitas. Para
pelaku industri hari ini juga sudah ramai mempersiapkan otomatisasi robotik
berbasis IOT, AI dan segala hal yang membutuhkan konektivitas digital sekelas
layanan 5G.
Di sisi lain, bagi operator untuk dapat menggelar jaringan 5G yang sempurna, agar
dapat meraih semua kelebihan yang dijanjikan oleh teknologi 5G, masih
menghadapi banyak hal yang harus disiapkan. Mulai dari kebutuhan spektrum
yang memadai, jaringan fiber optic yang diperlukan untuk backhaul dan juga
backbone, pengembangan lokasi-lokasi Base Tranceiver Station (BTS)
tambahan karena jaringan 5G akan membutuhkan lebih banyak lokasi BTS,
modernisasi perangkat Core Networks, pengadaan perangkat BTS, peningkatan
kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) hingga mencari sumber dana investasi yang
tepat dan bersedia.
94
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Bermacam aplikasi diyakini akan menjadi pemicu utama besarnya trafik pada
jaringan 5G, mulai dari enhanced mobile broadband service (eMBB), ultra-reliable
and low-latency communications (URLLC) hingga massive machine type
communications (mMTC). Karenanya berbagai band spektrum dibutuhkan secara
simultan, baik yang low , mid dan juga high spectrum band. Hal ini akan menjamin
bahwa jaringan 5G akan memberikan kapasitas dan kualitas sesuai dengan yang
dijanjikan oleh teknologi 5G, dan tidak akan menimbulkan masalah untuk melayani
segala macam 5G use cases.
Low-bands (<1 GHz) akan sangat esensial untuk menyediakan layanan dengan
jangkauan coverage yang luas dan ekonomis. Low-bands akan mengatasi
kesenjangan digital antara area urban dengan area pedesaan. Juga akan
memberikan sinyal lebih kuat untuk penetrasi layanan seluler di dalam
bangunan/gedung. Perkembangan aplikasi IOT akan juga banyak didukung oleh
jaringan berbasis low-bands. Spektrum low-bands yang saat ini tersedia adalah 900
MHz, 850/800 MHz and 700 MHz telah dialokasikan untuk layanan seluler. Untuk
memberikan layanan 5G yang memadai setidaknya 20 – 40 MHz low-bands
dibutuhkan oleh setiap operator seluler.
Saat ini spektrum 850/800 MHz dan 900 MHz telah diberikan hak penggunaannya
kepada para operator seluler, sementara spektrum 700 MHz masih dalam proses
penataan ulang melalui program migrasi siaran TV analog menjadi TV digital.
Diharapkan setelah program Analog Switch Off (ASO) selesai tuntas, maka tersedia 2
x 45 MHz spektrum 700 MHz yang dapat dialokasikan untuk layanan seluler.
Mid-bands (1-7 GHz) akan memberikan manfaat berimbang antara coverage dan
kapasitas bagi jaringan 5G. Pada mid-bands ini spektrum dengan dukungan
95
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
ekosistem terbesar adalah 3,5 GHz. Di Indonesia pada range tersebut saat ini masih
digunakan sebagai C-Band jaringan satelit. Selain spektrum 3,5 GHz, peluang
mendapatkan mid-bands untuk jaringan 5G juga ada pada spektrum 2,6 GHz yang
saat ini digunakan oleh operator TV berbayar melalui satelit.
Pemerintah saat ini sedang melakukan perencanaan penataan ulang atas spektrum
3,5 GHz dan 2,6 GHz tersebut dan diskusi dengan para seluruh operator satelit untuk
menemukan solusi terbaik. Setidaknya 80 – 100 MHz spektrum dibutuhkan oleh
setiap operator sebagai titik awal penggelaran jaringan 5G
High-bands (>24 GHz) atau dikenal juga sebagai mmWave akan menjadi
komplemen bagi low-bands dan mid-bands di daerah urban yang padat trafik.
Spektrum ini juga disebut dapat memberikan kualitas layanan setara dengan
jaringan fiber optik, menjamin latensi yang rendah, sehingga juga sangat cocok
untuk memenuhi kebutuhan aplikasi 5G pada sektor industri.
Ketersediaan ketiga band spektrum di atas secara bersamaan amatlah penting bagi
operator. Karena layanan 5G dengan kualitas seperti banyak dijanjikan dalam
banyak kesempatan hanya akan dicapai bila jaringan 5G digelar dengan 3 band
spektrum tersebut secara simultan. Oleh karena nya sangat disarankan proses
lelang spektrum baru sebaiknya diadakan oleh pemerintah secara bundling untuk
ketiga band spectrum tersebut.
96
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Alokasi sumberdaya spektrum frekuensi bagi para operator seharusnya merata dan
seimbang, meskipun tidak harus sama rata. Oleh sebab itu, mekanisme dan proses
seleksi pengalokasian spektrum frekuensi harus dapat menciptakan terbentuknya
pemerataan penggunaan spektrum frekuensi di antara para operator seluler.
Target perhitungan besaran BHP Spektrum Frekuensi Radio hasil seleksi, agar dapat
diselaraskan dengan ketersediaan ekosistem, daya terima pengguna serta kondisi
pasar, dan tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan frequency propagation
index.
Besaran BHP Spektrum Frekuensi Radio yang mengacu pada formula yang selalu
naik setiap tahun (ref. berbasis formula) agar dapat dijadikan menjadi nilai tetap
(fixed price). Penyesuaian besaran BHP Spektrum Frekuensi berbasis IHK, justru
akan memicu kenaikan IHK itu sendiri, sehingga tidak sejalan dengan program
pemerintah untuk menekan angka laju inflasi.
97
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Kewajiban pembayaran up-front fee sebesar 2x nilai BHP bagi pemenang seleksi,
merupakan beban yang sangat berat, yang dapat menghambat laju investasi
penyelenggara telekomunikasi pemenang seleksi. Hal ini tidak sejalan dengan
ambisi pemerintah untuk melakukan percepatan transformasi digital
Kinerja yang jauh lebih hebat dari 5G hanya bisa didapat jika didukung oleh
keberadaan jaringan fiber optic yang cukup sebagai penghubung site-site BTS
dengan Core nya. Secara kasar saat ini site-site BTS para operator yang terhubung
dengan fiber optic bahkan masih jauh di bawah 30%. Pembangunan jaringan fiber
optic secara masif jelas harus mulai dilakukan. Mengingat geografi negara Indonesia
yang tidak mudah untuk penggelaran jaringan fiber optic, maka perlu dipikirkan
solusi yang tepat, dengan konsep penggunaan bersama dan dibangun secara
bersama-sama.
Yang paling penting dalam percepatan pembangunan jaringan fiber optic ini
adalah dukungan pemerintah untuk memperpendek proses perijinan (Right of
Way) mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintahan daerah pada strata yang
paling ujung. Proses perijinan yang kompleks serta memakan waktu lama harus
segera dipangkas. Serta biaya-biaya terkait penggelaran jaringan kabel
telekomunikasi, seperti skema sewa lahan untuk tempat galian kabel, retribusi serta
biaya-biaya resmi dan tidak resmi lainnya seharusnya tidak menggunakan skema
atau formula yang menyebabkan biaya tinggi.
Karena lamanya proses dan waktu yang dibutuhkan untuk penggelaran jaringan
fiber optic, maka perlu digunakan solusi substitusi untuk mengatasi kebutuhan
bandwidth besar pada site-site BTS sebagai solusi sementara atau bahkan solusi
permanen di beberapa tempat. Salah satunya adalah menggunakan microwave
terrestrial backhaul, seperti E-Band, yang bekerja pada frekuensi 60/70/80 GHz,
yang saat ini masih kosong. Namun dalam implementasinya penggunaan teknologi
ini masih terganjal oleh mahalnya biaya Izin Stasiun Radio (ISR). Oleh sebab itu
dibutuhkan segera dukungan pemerintah untuk menetapkan nilai yang wajar atas
98
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
nilai ISR dalam penggunaan microwave terrestrial backhaul di atas, yang bahkan di
beberapa negara tidak dipungut biaya ISR sama sekali (free of charge).
Banyak pertanyaan dalam setiap diskusi tentang 5G seputar apa aplikasi unggulan
yang diharapkan akan menjadi revenue driver operator seluler. Sampai hari ini
belum ada jawaban pasti apa killer apps dari layanan 5G. Negara-negara yang telah
menggelar 5G secara komersial menunjukkan hasil yang tidak terlalu memuaskan
dari indikator pertumbuhan revenue maupun ARPU dibandingkan pada layanan 4G.
Namun tidak satu pendapat pun yang menyatakan bahwa 5G tidak bermanfaat
bagi industri telekomunikasi maupun perannya dalam mendorong percepatan
transformasi digital dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Setelah fase layanan dasar tersebut cukup berkembang, maka dapat diyakini
aplikasi-aplikasi yang lebih capital intensive akan mulai ikut bertumbuh, seperti
Industri 4.0 atau e-health misalnya.
Dengan keberhasilan di satu wilayah tersebut, maka satu per satu, wilayah demi
wilayah akan tumbuh seiring dengan tumbuhnya sarana, prasarana dan ecosystem
lain yang dibutuhkan, termasuk kesiapan sumber daya manusia untuk penggelaran
jaringan 5G maupun pengguna aplikasi 5G.
99
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Tidak adanya regulasi right of ways ke dalam gedung-gedung baik yang dikuasai
pemerintah maupun swasta, mengakibatkan sulitnya bagi operator untuk dapat
memasang perangkat jaringannya agar sinyal di dalam gedung mempunyai
kualitas yang sama dengan di luar gedung. Perlu adanya regulasi pemerintah yang
mewajibkan semua gedung, bangunan dan kawasan tertutup untuk membuka
akses kepada operator seluler guna memasang perangkat jaringannya.
7. Penutup
Di sisi lain masih banyak hal di Indonesia yang ditengarai belum siap untuk dapat
menghadirkan layanan 5G dengan kualitas yang dijanjikan oleh teknologi itu sendiri.
Disamping hal-hal teknis terkait teknologi, jaringan serta layanan 5G, killer
application yang saat ini dapat diklaim sebagai revenue driver layanan 5G masih
belum dapat disimpulkan.
Literasi kepada masyarakat harus terus dilakukan atas segala aspek yang timbul di
depan kita dengan banyaknya perubahan life style yang timbul sebagai konsekuensi
lahirnya aplikasi-aplikasi baru berbasis layanan 5G
100
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Merza Fachys
Lulus dari Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Elektro pada tahun 1980, dan
Lulus dari IPMI Business School dengan gelar Magister di bidang Administrasi Bisnis
pada tahun 2006. Penulis merupakan seorang profesional yang berkarir di bidang
telekomunikasi. Penulis pernah menjabat sebagai General Manager dan Regional
Account Manager di PT Siemens Indonesia pada tahun 1998 sampai tahun
2007. Penulis juga pernah menduduki jabatan strategis lain di perseroan, yakni
Direktur dan Chief Corporate Affairs Perseroan dari tahun 2007 sampai tahun 2009,
Presiden Direktur dari tahun 2009 sampai tahun 2011, serta Direktur Teknologi dan
Jaringan dari tahun 2011 sampai tahun 2015.
Saat ini penulis menjabat sebagai Direktur di PT Smart Telecom sejak tahun 2013,
serta menjabat sebagai Presiden Direktur di PT Distribusi Sentra Jaya sejak tahun
2014.
101
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
PENGGELARAN 5G DI INDONESIA
DARI PERSPEKTIF MOT: HYPE VS REALITY
Sigit Puspito Wigati Jarot
Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional (Infratelnas) Mastel
1. Pendahuluan
5G adalah penerus dari G-G sebelumnya mulai 1G, 2G, 3G, dan kemudian 4G,
merujuk pada sebutan yang berlaku secara global untuk menamai sebuah generasi
teknologi selular generasi kelima. Secara global, 1G – generasi pertama mulai
diluncurkan sekitar tahun 1979, kemudian dilanjutkan dengan 2G – generasi kedua
sekitar tahun 1991, 3G – generasi ketiga sekitar tahun 1998, 4G – generasi keempat
sekitar tahun 2008 dan terakhir 5G mulai diluncurkan secara global pertama kali
tahun 2019, kemudian disusul di beberapa negara pada 2020. Dari pola sejarah
peralihan generasi tersebut, maka tidak berlebihan jika kemudian disimpulkan
bahwa secara umum, setiap sepuluh tahun atau satu dekade muncul generasi baru
dalam teknologi seluler.
Pola inilah yang kemudian menjadi salah satu rujukan bagi berbagai pihak dalam
membuat berbagai persiapan, mulai dari peneliti dan inventor teknologi untuk
membuat berbagai inovasi baru, bagi pihak yang menyusun standarisasi global
dalam melakukan penjadwalan revisi sampai peralihan generasi, bagi vendor
penyedia perangkat dan layanan teknologi dalam menyiapkan strategi produknya,
bagi operator selular dalam melakuan strategi pengadaan dan peralihan
teknologinya, bagi regulator dalam meng-update kebutuhan regulasinya, termasuk
sampai ke pengguna akhir. Dan pola ini berlaku secara umum di semua negara,
dengan berbagai kekhasan dan kekhususannya di masing-masing negara.
103
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Indonesia mulai mengadopsi 2G(GSM) pada tahun 1995 sekitar terlambat 4-5 tahun,
kemudian adopsi 3G Release 99 pada tahun 2006 sekitar 7 tahun setelah launching
pertama secara global, sedangkan adopsi LTE Release 8 pada tahun 2014 berarti
sekitar 8 tahun dari launching pertama secara global. Berbeda halnya dengan 5G,
dimana secara global pertama kali diluncurkan tahun 2019, dan diikuti banyak
negara pada tahun 2020, Indonesia hanya terlambat 1 hingga 2 tahun untuk
meluncurkan 5G yaitu pada pertengahan 2021. Kecepatan adopsi ini mungkin
menjadi sebuah catatan tersendiri bagi 5G di Indonesia.
1
https://bali.antaranews.com/berita/78566/bali-tuan-rumah-internasional-code-2015
2
https://mastel.id/tag/indonesia-ict-roundtable/
104
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Pertama secara KPI (key performance indicator) secara teknis merujuk kepada
dokumen resmi dari ITU. Dibandingkan dengan generasi keempat 4G/LTE, 5G
ditargetkan sampai 20 kali lebih cepat secara peak data rate yaitu 20 Gbps pada 5G
berbanding 1 Gbps pada 4G. Secara kecepatan yang dirasakan langsung oleh
pengguna (User experienced data rate), 5G ditargetkan 10 kali lebih baik yaitu 100
Mbps dibandingnya dengan 10 Mbps pada 4G. Peningkatan sampai 10 sampai 20
kali lipat secara kecepatan data tersebut, didukung dengan penggunaan spektrum
efisiensi yang 3x lebih baik dibandingkan dengan 4G/LTE, juga mampu mendukung
penggunaan dengan mobilitas sampai 500 km/jam. Demikian juga dalam hal Area
Traffic Capacity (kapasitas trafik data per luas area) ditarget sampai lebih 100 kali
lebih baik yaitu 10 Mbps/m2 dibandingkan dengan 4G/LTE yang hanya mampu 0.1
Mbps/m2. Juga dalam hal efisiensi energi, 5G ditargetkan memiliki tingkat efisiensi
yang 100 kali lebih baik dibandingkan dengan 4G/LTE. Selain sejumlah KPI di atas
yang tentunya sudah jelas sangat menjanjikan performa yang luar biasa untuk
penggunaan 5G sebagai enhanced mobile broadband, 5G juga memilih dua KPI
lagi yang sangat penting, dan menjadi kunci untuk perluasan use-case 5G
dibanding generasi sebelumnya. Yaitu dalam hal kerapatan konektivitas
(Connection Density), yang sangat penting untuk menggunakan IoT. Juga dari segi
latency yang ditargetkan sampai 1ms dan membuka peluang cukup besar untuk
penggunaan 5G yang sifatnya mission-critical.
105
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Kedua adalah aspek use-case (penggunaan). Berangkat dari target KPI 5G yang
secara kinerja teknis memang mengalami peningkatan sangat signifikan
dibandingkan dengan generasi sebelumnya, maka 5G ini sangat diharapkan banyak
menghadirkan ekspansi yang sangat signifikan secara banyaknya jenis use-
case(penggunaan) yang merambah ke berbagai sektor, bukan lagi terbatas kepada
sektor telko. Sebagai ilustrasi secara sederhana sebagai ditunjukkan pada gambar di
atas. Misalnya penggunaan 5G untuk enhanced mobile broadband (eMBB), virtual
reality (VR)/augmented reality(AR)/Hologram, Smart City, Automotive dan Smart
Factory yang berhubungan erat dengan Revolusi Industri 4.0, aplikasi Drone,
Wearable, eHealth atauy aplikasi kesehatan, Retail/Payment, Energy, dan masih
banyak lagi yang lainnya. Bahkan sudah dapat diprediksi juga berapa kira-kira
bandwidth frekuensi yang diperlukan, mulai dari yang cukup rendah dibawah 10
Mbps, sampai yang sangat lebar 6-10 Gbps. Dari sini sudah dapat diduga bahwa
potensi 5G secara use-case baru akan terbuka secara utuh dan optimal jika disertai
dengan adanya ketersediaan spektrum frekuensi yang mencukupi. Jika tidak, maka
aplikasi 5G hanya terbatas pada use-case yang dapat diwujudkan dengan
bandwidth frekuensi terbatas saja.
Ketiga dari perspektif key technology enablers yang menjadikan target KPI 5G ini
dapat dicapai, dapat disebutkan beberapa seperti ditampilkan pada gambar berikut
106
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
ini. Dan salah satu yang menjadi kunci adalah terjadinya “software-isasi”. Berbagai
fungsi yang dulunya diimplementasikan secara hardware (perangkat keras), pada
era 5G ini secara agresif dapat diimplementasikan secara software (perangkat
lunak). Jika pada generasi legacy, sebagian besar software dan hardware yang
digunakan lebih banyak yang sifatnya proprietary dan saling terkait, maka pada era
5G ini bisa dikatakan terjadi decoupling pada hardware dan software, bahkan
terjadi “atomization of software” karena bisa dipecah menjadi modul-modul
software yang masing-masingnya lebih kecil dan sederhana, dan diperkirakan tren
ini akan terus menguat menuju generasi mendatang, pasca 5G, 6G dst. Hal ini relatif
revolusioner, dan memberikan dampak sangat luas baik soal bagaimana 5G itu
diproduksi, 5G itu dioperasikan, sampai dengan siapa saja pemain-pemain baru
yang bisa masuk ke dalam ekosistem 5G itu sendiri. Termasuk juga diperlukannya
beberapa penyesuaian regulasi telekomunikasi.
107
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
3
https://selular.id/2022/06/seperti-filipina-indonesia-terjebak-pada-5g-suam-suam-kuku/
4
https://www.indotelko.com/read/1642048781/5g-masih-tersendat-karena-masih-mencari-
demand
5
https://www.smartcityindo.com/2022/01/5g-masih-terbatas-di-indonesia-belum.html
108
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Dalam tulisan singkat ini, akan dilihat dalam beberapa aspek sebagai berikut yang
terkait dengan 5G: (1) Aspek Siklus Teknologi dan tantangan mengelola peralihan
teknologi, (2) Aspek Tujuan Teknologi, baik pada tataran pengguna akhir, korporasi
maupun negara, dan (3) Aspek Tantangan Prasayarat Teknis Lainnya.
6
Tarek Khalil, Management of Technology, The Key to Competitiveness and Wealth Creation,
2001.
7
https://eshop.sectron.eu/en/2g-and-3g-networks-are-shutting-down-globally/a-6316/
109
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
digelar, sebagian operator sudah mulai mematikan layanan 3G atas izin dari
Kominfo 8.
Dari perspektif MoT, tujuan mengadopsi teknologi baru pada level pengguna
akhir diantaranya untuk mendapatkan tambahan kemudahan atau
kecanggihan secara fungsi, dan lain sebagainya. Sedangkan para level mikro
korporasi adalah untuk menjaga sustainabilitas ataupun untuk menciptakan
competitive advantage dibandingkan dengan pesaingnya. Untuk level makro
8
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220316132458-37-323276/kominfo-matikan-
jaringan-bagaimana-nasib-jaringan-2g
110
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
111
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
terutama adalah penggunaan pada berbagai sektor industri yang luas, yang
belum terjangkau sebelumnya oleh generasi legasi dari 2G sampai 4G.
4. Beberapa Rekomendasi
9
M. Dohler et.al, Is the PHY Layer Dead?, IEEE Communications Magazine 2011.
112
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
aspek teknis, ataupun aspek bisnis, namun perlu dilihat secara lebih mendalam,
mengakar dan menyeluruh. Karenanya, strategi upaya percepatan penggelaran 5G
perlu memperhatikan berbagai aspek terkait, prasyarat terkait, dan apa saja use-
case yang menentukan. Juga lebih efektif bila dilaksanakan secara sinergi dengan
strategi yang lain.
Merujuk pada gambar berikut dari kajian Arthur D. Little10 mengenai kebijakan
kunci yang sangat kritikal dalam ekonomi digital, bahwa strategi 5G, seperti halnya
kebijakan broadband nasional, kebijakan spektrum frekuensi, strategi keamanan
siber, perlindungan data dan privasi, dan regulasi telekom, menjadi kebijakan kunci
di semua negara dalam konteks ekonomi digital, apakah itu masuk kategori
innovation hub, efficient prosumer, service powerhouse, global factory, business
hub, ICT patron ataupun ICT novice. Sedangkan posisi Indonesia kemungkinan
diperkirakan antara ICT Patron dan Business hub.
10
https://www.adlittle.com/ja/node/23614 Think archetype. Your digital economy model.
113
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Maka secara investasi, Indonesia sudah sangat baik, namun bisa diduga
masih perlu banyak perbaikan secara kualitas jaringan, kecepatan layanan,
luas cakupan, jumlah pelanggan broadband, dsb. Untuk pemeringkatan
yang lainnya, seperti Broadband Index, Mobile Connectivity Index, Digital
Economy and Society Index, dll, perlu pencermatan masing-masing sehingga
harapan untuk peningkatan posisi Indonesia dalam berbagai pemeringkatan
tersebut dapat dicapai.
11
https://www.imd.org/centers/world-competitiveness-center/rankings/world-
competitiveness/
12
https://www.imd.org/centers/world-competitiveness-center/rankings/world-digital-
competitiveness/
114
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Gambar 8 Proses Transformasi Digital [Sumber: Volker Lang, Digital Fluency 2021]
115
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Digitisasi lebih pada perubahan format berbagai data dan proses dari analog
menjadi digital, kemudian baru diikuti fase berikutnya Digitalisasi berupa
perubahan business model sehingga dapat menciptakan sumber
pendapatan baru dan kesempatan-kesempatan baru dengan memasuki
bisnis digital. Baru pada yang akhirnya disebut Transformasi Digital dimana
terjadi modernisasi secara IT, optimizasi secara digital, penemuan berbagai
business model baru dan seterusnya. Teknologi 5G, berpotensi mengambil
peran penting terutama pada fase Digitisasi dan juga Digitalisasi. “Software-
isasi” dan Decoupling Software/Hardware pada 5G yang cukup masif,
diprediksi memberikan perubahan proses bisnis telko menjadi proses bisnis
digital yang lebih mirip perusahaan IT, dan hal ini akan dapat mengakselerasi
proses digitisasi, digitalisasi dan pada akhirnya transformasi digital.
Volker Lang, Digital Fluency, Understanding the Basics of Artificial Intelligence, Blockchain
13
116
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Penulis mendapatkan gelar B.Eng, M.Eng, Ph.D dari Keio University Japan. Sekarang
Ketua Bidang Infrastruktur Nasional di Mastel periode 2021-2024, Pendiri dan Ketua
5G Forum Indonesia sejak 2015, dan CEO di Cloudtech. Sebelumnya, sebagai Peneliti
di Nokia Research Center Japan, Komisioner BRTI periode 2012-2015, dan Ketua
Bidang 5G/IOT di Mastel periode 2019-2021. Sekarang juga sebagai dosen di STTNF
dan Pascasarjana Teknik Elektro UI. Sebelumnya di Telkom University, Internasional
Islamic University Malaysia, dan Keio University Japan.
117
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
INTEGRASI ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI)
DENGAN INTERNET OF THINGS (AI)
Teguh Prasetya
Ketua Bidang Industri dan Kemandirian IOT, AI dan Big Data (TRIOTA)
Internet of things (IoT) didefinisikan sebagai salah satu teknologi yang digunakan
saat ini di dunia, IoT adalah jaringan objek yang saling berhubungan secara cerdas
untuk mendukung manusia dalam kegiatan sehari-hari mereka dengan kapabilitas
perhitungan, komunikasi, penyediaan informasi serta mengumpulkannya guna
pengambilan keputusan. Investasi untuk teknologi baru akan diperlukan untuk
mendapatkan potensi penuh perangkat IoT serta kombinasi Kecerdasan Buatan (AI)
dengan Internet of Things (IoT) memiliki potensi untuk membuka peluang baru
119
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
dalam operasi industri, bisnis, dan ekonomi. Kombinasi ini disebut Artificial
Intelligence of Things (AIoT).
Kombinasi IoT dan sistem pintar membuat AIoT solusi yang kuat dan penting untuk
banyak aplikasi seperti Lalu Lintas Manufaktur Drone, Kendaraan Otonom, robot
yang terinterkoneksi serta ritel pintar. Masa depan industri ini sangat besar,
sementara industri 3.0 hanya berfokus pada otomatisasi satu mesin dan proses,
industri 4.0 jelas mengacu pada Revolusi Industri keempat yang mengumpulkan
berbagai teknologi secara real time dan berfokus pada digitalisasi pekerjaan fisik
dan integrasi ekosistem baru serta menganalisis dan mengkomunikasikan data
yang dikumpulkan oleh teknologi tersebut. Industri 4.0 merupakan kumpulan dari
sepuluh teknologi berbeda salah satunya adalah Industrial Internet of Things (IIoT).
Menurut analisa bisnis, ada lebih dari 24 miliar perangkat IoT yang terpasang pada
tahun 2020, yaitu rata rata 4 perangkat untuk setiap manusia di bumi dan
diproyeksikan akan ada lebih dari 41 miliar perangkat IoT pada tahun 2027 dan itu
menunjukkan bagaimana permintaan IoT meningkat dari tahun ke tahun. Banyak
perusahaan industri ingin menerapkan teknologi baru pada rantai produksi mereka
dan ingin menemukan kembali perusahaan mereka menjadi pabrik pintar yang
dikenal sebagai masa depan produksi digital. Misalnya, Siemens berinvestasi pada
proyek bernama Mindsphere yang merupakan solusi layanan aplikasi IoT industri
menggunakan AI untuk analitik tingkat lanjut yang dikombinasikan dengan solusi
IoT dan cloud dari produk yang terhubung untuk mengoptimalkan operasi,
mengontrol, dan melindungi data untuk produk berkualitas lebih baik. Menurut Mr.
Klaus Helmrich, Siemens berfokus pada pembentukan kembali proses dengan
melalui digitalisasi baik dari proses industri perusahaan maupun operasional
produksinya. Mereka adalah contoh kisah sukses perusahaan lain yang melakukan
implementasi di pabrik pintar antara lain seperti Amazon, Adidas, Whirlpool dan
lebih banyak perusahaan lain yang memulai atau yang akan mulai menerapkan
teknologi baru pada rantai produksi mereka.
120
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Pasar IOT di Indonesia hingga tahun 2025 menurut ASIOTI (Asosiasi IOT Indonesia)
sebagaimana digambarkan di bawah :
121
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Di tahun 2025, pemanfaatan dan penetrasi IOT di sektor kesehatan akan mencapai
50%, sedangkan di sektor manufaktur dan industri sebesar 40%. Adapun Total
pangsa pasarnya diproyeksi sebesar USD 40 juta atau sekitar Rp. 554 Triliun dengan
jumlah perangkat/sensor mencapai 678 juta yang dodominasi oleh perangkat
berupa smartphone untuk sektor Telecom & Media serta personal
healthcare/wearable di sektor kesehatan, disusul oleh sektor pertanian dan industri
manufaktur.
122
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Teknologi utama yang muncul dari Artificial Intelligence of Things berfokus pada
penerapan penggunaan model terkomputerisasi untuk mensimulasikan pemikiran
manusia, dampak AIoT pada segmen tersebut adalah semakin bertumbuhnya:
2. Smart City, Kota yang pintar dengan menggunakan teknologi IoT pada
sensor, lampu, dan meter yang digunakan untuk mengumpulkan data guna
membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup.
123
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Dengan AI, sebuah perangkat keras IoT dapat berkomunikasi dengan perangkat
lunak AI. Beberapa perangkat keras yang digunakan misalnya Tensorflow, adalah
alat kecerdasan buatan persis pada bagian Deep Learning yang mendukung bahasa
pemrograman baru, biasanya Tensorflow digunakan untuk grafik dengan python
/C++ dan ini membutuhkan CPU processor atau GPU, dan prosesor tersebut adalah
perangkat IoT dengan penggunaan tensorflow dan prosesor itu memfasilitasi
komunikasi antara manusia & mesin.
Perangkat keras lainnya ada AIoT Edge Computing yang bertugas untuk
menggabungan materi AI dan IoT, alih-alih data ditransfer di cloud di server,
beberapa algoritma seperti algoritma AI untuk berjalan di perangkat edge atau
beberapa perangkat edge, dan perangkat edge yang kuat ini menganalisia jumlah
data yang rendah tetapi pada berbagai perangkat secara bersamaan. Metode
komputasi tepi (edge computing) AIoT ditandai dengan adanya operasi secara real
time, ada transmisi sejumlah besar data yang tidak dapat dilakukan oleh server
cloud secara real time karena keterlambatan transmisi data karena harus melalui
dan membutuhkan bandwidth jaringan. Tidak ketinggalan soal konsumsi energy,
pusat data mengkonsumsi banyak daya energi dan kurang memenuhi persyaratan
untuk optimalisasi konsumsi energi di industri.
124
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Kebutuhan lainnya yang tak kalah penting adalah Data Privacy; menggunakan AIoT
soft-hard dengan komputasi tepi meningkatkan keamanan data alih-alih
mengunggah atau mengunduhnya dari cloud yang dibagikan dengan lingkungan
terpusat. AIoT Edge Computing memenuhi kebutuhan kritis industri TI dalam hal
kecerdasan aplikasi, operasi real time, optimalisasi energi dan data privasi.
Integrasi teknologi baru Ai dan IoT pada industri 4.0 menunjukkan manfaat seperti
konsumsi energi rendah, pemeliharaan prediktif otonom, dan kemudahan
mengendalikan data. Solusi lain dari AIoT dengan aplikasi industri 4.0 adalah Nexys
3, pengembangan sistem Field Programmable Gate Array (FPGA). Ini adalah
perangkat keras dengan sirkuit yang terhubung melalui interkoneksi yang dapat
diprogram dan menggunakan Xilinx spartan 6 FPGA. FPGA dapat diprogram dari
memori yang berisi file .bit dengan pemrograman JTAG, file .bit ditransfer dari PC ke
FPGA dengan port usb dan menolak file .bit yang tidak sesuai dengan FPGA yang
tepat. Solusi industri FPGA memungkinkan sistem industri mengurangi biaya. Solusi
FPGA memberikan jalur pengembangan yang cepat dengan fleksibilitas untuk
beradaptasi dengan solusi yang berkembang untuk mewujudkan visi dan aplikasi
cerdas untuk industri 4.0.
1. Peningkatan efisiensi karena data dan tindakan tersedia, dengan AIoT tidak
ada waktu tunggu untuk mentransfer data seperti di cloud atau waktu
pemrosesan, dan teknologi AIoT diharapkan dapat untuk mengidentifikasi
masalah secara real time.
125
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Sebagai kesimpulan perpaduan Kecerdasan Buatan (AI) dan Internet of Things (IoT)
menawarkan potensi yang sangat besar di berbagai industri, ini mendorong batas
ancaman data dan pembelajaran cerdas untuk tahun-tahun mendatang yang
memberikan manfaat bagi industri dengan mengurangi biaya energi dan waktu,
peningkatan efisiensi, dan menimbulkan aliran pendapatan baru. Inovasi AIoT akan
membuka peluang baru untuk komunikasi manusia-mesin daripada komunikasi
manusia ke manusia saja yang berdampak pada AIoT di industri 4.0 dan membuat
teknologi baru lebih kuat dan mudah digunakan. Saat ini masih merupakan cara
terbaik untuk mengintegrasikan AIoT di banyak industri seperti mobil, perawatan
kesehatan farmasi, manajemen rantai pasokan serta manufaktur pintar.
Penggabungan AI dan IoT membantu meningkatkan adopsi dari industri 4.0.
126
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Penulis menjabat Ketua Bidang TRIOTA (IOT, AI & BIG DATA) Mastel yang sudah
lebih dari 30 tahun berpengalaman di dunia Telematika, Pendiri dan Ketua Asosiasi
IOT Indonesia, Ketua Asosiasi Managed Service Indonesia (APJASTEL) dan CEO di PT.
ALITA PRAYA MITRA. Beliau merupakan lulusan S1 di ITS, dan S2 di UI jurusan Teknik
Elektro. Sebelumnya, beliau adalah CEO PT. Indonesian Cloud, CIO PT TRG
Investama, Direktur & Komisaris PT. IndosatM2 dan SVP (Group Head) PT. INDOSAT
tbk. Pendiri Indonesian Cloud Forum serta aktif di berbagai institusi pendidikan
maupun forum internasional sebagai Pembicara, Dosen Tamu serta Advisor.
127
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
ANALOG SWITCH OFF TV FTA:
ANTARA KENISCAYAAN, KEPASTIAN HUKUM DAN
KEBERLANGSUNGAN USAHA
Neil R. Tobing
Ketua Bidang Penyiaran DigiBroadcast MASTEL
1. Pendahuluan
Dengan mengusung tagline “Bersih, Jernih, Canggih” pada tanggal 2 November
2022 Pemerintah Indonesia melalui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan
Keamanan Republik Indonesia (“Menkopolhukam”) Mahfud MD secara resmi
mengumumkan dimulainya proses migrasi penyiaran televisi terestrial dari
teknologi analog ke teknologi digital melalui penghentian siaran analog/Analog
Switch Off (“ASO”) di 222 kabupaten/kota1 dari total 514 kabupaten/kota, termasuk
wilayah layanan Jabodetabek. Menurut Menkopolhukam, ASO harus dilakukan
dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (“UUCK”) khususnya Paragraf 15 Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran
Pasal 72 Angka 8 (“Pasal 72 angka 8 UUCK”). Sedangkan untuk 292 daerah lainnya,
ASO akan dilaksanakan setelah tanggal 2 November 2022 secara bertahap dengan
1
222 kabupaten/kota terdiri dari 14 kabupaten/kota layanan Jabodetabek, 35 kabupaten/kota
yang hanya dilayani oleh siaran analog TVRI, dan 173 kabupaten/kota yang tidak terjangkau
layanan terrestrial (non-terrestrial service)
129
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Namun tidak dapat dipungkiri proses persiapan dan pelaksanaan ASO diwarnai oleh
polemik, pandangan atau interpretasi yang berbeda di antara regulator, pelaku
industri, dan pemangku kepentingan lainnya terutama terkait kesiapan masyarakat
dalam menerima siaran digital dan landasan yuridis atau regulasi migrasi siaran
digital dan ASO, khususnya model bisnis penyiaran digital. Salah satu pemicunya
adalah keputusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (“MKRI”) perkara No.
91/PUU-XVIII/2020 (“Putusan MK No.91”) yang mengabulkan permohonan hak uji
materil/judicial review atas UUCK dan memerintahkan untuk menangguhkan
segala tindakan/kebijakan yang bersifat strategis dan berdampak luas kepada
masyarakat3. Bahkan tiga bulan menjelang tanggal 2 November 2022, Mahkamah
Agung Republik Indonesia (“MARI”) pada tanggal 2 Agustus 2022 mengeluarkan
keputusan yang mengabulkan sebagian dari permohonan Hak Uji Materil atas
Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi dan
Penyiaran (“PP 46/ 2021”) dengan membatalkan ketentuan Pasal 81 ayat (1) PP 46/
2021 yang mengatur tentang sewa slot multipleksing oleh lembaga penyiaran
dalam rangka penyelenggaraan penyiaran televisi digital4.
Dari faktor kesiapan masyarakat, rentang waktu 2 (dua) tahun yang disediakan oleh
UUCK dinilai tidak cukup untuk mensosialisasikan program ASO secara optimal.
Bahkan untuk wilayah layanan Jabodetabek, yang dianggap paling siap menerima
siaran digital, tingkat penetrasi televisi digital masih relatif rendah yaitu di angka
32% sementara di wilayah Non-Jabodetabek hanya mencapai 24,6%5. Saat tulisan ini
dipersiapkan, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
(“Kemkominfo”) baru saja mengeluarkan jadwal ASO lanjutan di beberapa ibukota
provinsi di Pulau Jawa6.
2
https://www.kominfo.go.id/content/detail/45206/siaran-pers-no-482hmkominfo102022-
tentang-penuhi-amanat-uu-cipta-kerja-analog-switch-off-aso-serentak-dilaksanakan-2-
november-2022/0/siaran_pers
3
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Putusan&id=1&kat=1&cari=91%2FPUU-
XVIII%2F2020; dalam amar putusanya, MKRI menyatakan UUCK inkonstitusional bersyarat
dan memerintahkan kepada pembentuk UU melakukan perbaikan terhadap UUCK dalam
jangka waktu 2 tahun sejak putusan MKRI
4
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/zaed50e4d2b38dd6a4353039303
53233.html
5
Update Nielsen 11 cities 22 November 2022
6
https://inet.detik.com/law-and-policy/d-6421684/kominfo-akan-matikan-siaran-tv-
analog-di-bandung-surabaya-yogyakarta
130
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Isu-isu tersebut di atas masih tetap relevan dan menarik untuk dikaji lebih lanjut
dalam kerangka pikir hukum dan sosial ekonomi. Tulisan ini diharapkan dapat
memberikan perspektif lain dalam khazanah berpikir untuk memandang dan
menyikapi migrasi digital dan ASO secara lebih obyektif agar manfaat dari migrasi
digital dan ASO dapat dirasakan oleh seluruh stakeholder penyiaran dan pada saat
yang sama tercipta kepastian hukum.
Setelah hampir 30 tahun TVRI menjadi pemain tunggal di dunia penyiaran TV Free
To Air Penerimaan tetap tidak berbayar (“TV FTA”), pada tahun 1987 perubahan
besar terjadi. Departemen Penerangan memberikan ijin prinsip penyiaran kepada
RCTI yang kemudian diikuti ijin prinsip kepada SCTV dan TPI/MNC TV (1990), ANTV
(1991) dan Indosiar (1993). Pada tahun 1998, Departemen Penerangan mengeluarkan
5 ijin baru kepada Metro TV, Lativi/tvOne, Tivi7/Trans7, TransTV dan Global TV. Seiring
dengan diberlakukannya Undang-Undang No.32 tahun 2022 tentang Penyiaran
(“UU Penyiaran”) yang mengusung konsep Keberagaman Konten dan
Keberagaman Kepemilikan melalui penyiaran berjaringan/Sistem Stasiun Jaringan
("SSJ”)7, konstelasi industri televisi nasional berubah total dengan muncul dan
menjamurnya TV-TV lokal di seluruh provinsi Indonesia. Pada saat ini Indonesia
memiliki 77 lembaga penyiaran yang bersiaran digital dan 503 lembaga penyiaran
yang bersiaran simulcast sehingga total keseluruhan sebanyak 580 lembaga
penyiaran8 yang terdiri dari Lembaga Penyiaran Publik (“LPP”), Lembaga Penyiaran
Swasta (“LPS”), Lembaga Penyiaran Berlangganan (“LPB”) dan Lembaga Penyiaran
Komunitas (“LPK”). Jumlah tersebut mengukuhkan Indonesia sebagai negara
dengan jumlah stasiun TV FTA terbanyak di dunia.
Sesuai dengan nature-nya, industri TV FTA merupakan industri yang padat modal
dan padat karya. Disebut padat modal karena TV FTA harus
membangun infrastruktur transmisi dan fasilitas pendukung di seluruh wilayah
layanannya di 34 propinsi, belum lagi Master Control Room dan fasilitas produksi
seperti studio, outside broadcasting van (obvan), kamera dan lain-lain yang secara
total nilainya trilyunan rupiah. Disamping itu stasiun televisi harus mempekerjakan
sumber daya manusia profesional yang cukup banyak, diperkirakan lebih dari 25,000
karyawan profesional dan didukung oleh puluhan ribu konten kreator yang bekerja
di berbagai production house, distributor film/seri drama dan vendor fasilitas
penunjang dalam rangka men-supply dan memproduksi konten yang berkualitas
untuk dinikmati masyarakat secara gratis.
7
Pasal 31 UU Penyiaran
8
Nielsen Media Research, CMV 2015-Q32022. All 10+,11cities
131
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Penetrasi TV FTA kepada masyarakat masih yang tertinggi di antara seluruh media,
yaitu mencapal 81,1%9. Dengan jangkauan (coverage) yang luas membuat TV FTA
masih menjadi pilihan utama bagi pengiklan dalam memasarkan produknya
terutama Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Namun, tingkat penetrasi ini dalam
prosesnya menurun sebesar 8,6% selama tiga tahun terakhir10 akibat dari dampak
disrupsi digital dan konvergensi media, ditengah-tengah masyarakat Indonesia
yang didominasi oleh Generasi millennial dan Generasi Z, yang cenderung tidak lagi
menikmati konten di media konvensional yang menyiarkan program secara
terjadwal (scheduled program), melainkan ingin menikmati konten anywhere,
anytime and with any device.
Bercermin pada data di atas, penurunan jumlah penonton TV FTA yang tercermin
dari perolehan rating dan shares berpengaruh langsung pada pendapatan iklan
dan profit and loss stasiun TV FTA. Ketidaksiapan masyarakat dalam proses migrasi
digital dan ASO merupakan ancaman nyata yang harus dihadapi TV FTA dalam
mempertahankan keberlangsungan usahanya, bahkan lebih dari itu menimbulkan
pertanyaan apakah TV FTA akan tetap relevan di era transformasi digital ke
depannya.
9
Nielsen Media Research, CMV 2015-Q32022. All 10+,11cities
10
ibid
11
Media Partners Asia, Edisi Juni 2022
132
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Migrasi sistem penyiaran TV FTA dari analog ke digital (“migrasi digital”) merupakan
keniscayaan dan sudah menjadi tuntutan global bagi dunia penyiaran dalam rangka
menciptakan efisiensi penggunaan frekuensi sebagai sumber daya alam yang
terbatas dan mendukung terciptanya masyarakat ekonomi digital Indonesia. Migrasi
digital akan menghasilkan bonus digital atau yang dikenal sebagai digital /dividend
sebesar 112 MHz yang akan dialokasikan untuk mendukung industri 4.0 antara lain
transformasi digital, internet berkecepatan tinggi melalui 5G, dan internet of things.
Penataan spektrum frekuensi serta pemanfaatan digital dividend diharapkan akan
mendorong integrasi teknologi dan layanan dalam bentuk konvergensi digital yang
pada akhirnya akan memenuhi ekspektasi pemirsa untuk mendapatkan akses
terhadap berbagai konten dengan lebih berkualitas.
Rencana Induk (Masterplan) Frekuensi Radio Untuk Keperluan Siaran Televisi Digital
Terestrial Pada Pita Frekuensi 478-694 MHz.
133
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Sejak awal, penyusunan roadmap dan penetapan kebijakan terkait ASO sarat
dengan permasalahan dan reluktansi dari beberapa stakeholders dengan berbagai
argumentasinya. Pada tahun 2012, rencana migrasi digital tersebut mendapat ujian
ketika Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (“ATVLI”) dan Asosiasi Televisi Jaringan
Indonesia (“ATVJI”) sebagai stakeholders yang lahir dari diterbitkannya UU
Penyiaran berkeberatan dan mengajukan judicial review ke MARI terhadap PM 22.
13
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Tata Cara
dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran Jasa Penyiaran Televisi Secara Digital
Melalui Sistem Terestrial
14
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/f2486712ac95dcdc588736bb354
4eec3.html
134
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Lebih lanjut sebagai teknis pelaksana dari PP 46/2021, pada tanggal 1 April 2021
Kemkominfo menerbitkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.6
tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penyiaran (“PM 06”) yang salah satunya
mengatur mengenai pelaksanaan ASO secara bertahap. Namun tak lama berselang,
pada tanggal 10 Agustus 2021, Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 11 tahun 2021 tentang Perubahan atas
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/fe1808c282ce7e9c7c058447730
15
d6b64.html
135
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Pada tanggal 28 April 2022, stasiun TV lokal PT Lombok Nuansa Televisi (“Lombok
TV”) mengajukan Permohonan Uji Materiil tehadap PP 46/2021 kepada MARI. Dalam
salah satu permohonannya Lombok TV menyatakan bahwa Pasal 81 ayat (1) PP
46/2021 bertentangan dengan UUCK dan UU Penyiaran karena telah mengatur
sebuah kewajiban baru untuk menyewa slot multipleksing dari LPS penyelenggara
multipleksing, norma yang tidak diatur dalam UUCK dan UU Penyiaran. Lombok TV
merasa sangat dirugikan karena IPP dan ISR yang diperoleh dengan susah payah
menjadi tidak berarti, investasi infrastruktur penyiaran yang telah dikeluarkan
menjadi tidak terpakai dan pada saat yang sama harus menyediakan biaya
tambahan untuk menyewa slot multipleksing. Dalam amar putusannya, MARI
membatalkan keberlakuan dari Pasal 81 ayat (1) PP 46/2021 dengan pertimbangan
adanya pengaturan kewajiban baru bagi pelaku usaha (d/h LPS) untuk
menyelenggarakan layanan program siaran dengan menyewa slot multipleksing.
Kewajiban baru ini tidak diatur dalam UU Penyiaran juncto UUCK, sehingga
disimpulkan bahwa Pasal 81 ayat (1) PP46/2021 bertentangan dengan Pasal 33 ayat
(1) UU Penyiaran sebagaimana diubah oleh ketentuan Pasal 72 angka 3 UUCK18.
Terlepas dari beberapa upaya hukum yang telah dilakukan dan telah ada
putusan finalnya (in Kracht), ASO tetap dijalankan pada tanggal 2 November 2022.
Namun mengingat masih terdapat 292 kota/kabupaten yang masih diperbolehkan
bersiaran secara simulcast, muncul pertanyaan apakah pelaksanaan ASO secara
parsial dapat dibenarkan dan sesuai dengan ketentuan Pasal 72 Angka 8 UUCK?
Banyak tafsiran yang muncul dalam masyarakat sampai tulisan ini dibuat, salah
16
Surat Edaran Direktur Operasi Sumber Daya Nomor 717 Tahun 2022 tentang Pengembalian
Izin ISR Dalam Rangka Migrasi Penyiaran Terestrial dari Teknologi Analog ke Teknologi
Digital tertanggal 7 April 2022
17
Surat Edaran Direktur Operasi Sumber Daya Nomor 901 Tahun 2022 tentang Pengakhiran
ISR dalam Rangka Pelaksanaan Tahapan Penghentian Tetap Siaran Televisi Analog
tertanggal 30 April 2022; Surat Direktorat Jenderal Sumber Daya dan perangkat Pos dan
Informatika perihal Pengakhiran ISR Untuk Keperluan Penyelenggaraan Penyiaran Jasa
Penyiaran Televisi Dengan Teknologi Analog tertanggal 2 November 2022 yang ditujukan
kepada masing-masing LPS
18
Op.cit, hal.1
136
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Selain dari perbedaan tafsir tentang pelaksanaan ASO secara serentak di seluruh
wilayah Indonesia, menarik pula untuk dikaji lebih lanjut implikasi hukum dari
putusan MARI yang membatalkan Pasal 81 ayat (1) PP 46/2021 dalam kaitannya
dengan masih berlakunya Pasal 20 UU Penyiaran, karena tidak dicabut oleh UUCK,
dan Pasal 33 Undang-Undang No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi yang
merupakan acuan bagi lembaga penyiaran dalam penggunaan spektrum radio22.
Mengacu pada Putusan MARI, timbul pertanyaan mendasar; Seperti apa bisnis
model penggunaan frekuensi dalam penyelenggaraan siaran digital mengingat
Pasal 20 UU Penyiaran masih berlaku? Apakah LPS digital dalam menggunakan slot
frekuensi penyelenggara multipleksing memerlukan izin dari Pemerintah? Apakah
LPS digital dapat menggunakan slot penyelenggara multipleksing pasca
dicabutnya seluruh ISR analog oleh Kemkominfo pada tanggal 2 November 2022
yang lalu? Apakah LPS (termasuk penyelenggara multipleksing) masih dapat
menggunakan frekuensi analognya untuk bersiaran berdasarkan Pasal 20 UU
Penyiaran? Kondisi ini menimbulkan dualisme hukum dan ketidakpastian hukum
serta membahayakan keberlangsungan usaha bagi LPS, suatu hal yang
bertentangan dengan semangat UUCK untuk menciptakan kemudahan dan
jaminan berusaha. Pada saat Rapat Dengar Pendapat (“RDP”) pada tanggal 23
19
https://nasional.okezone.com/read/2022/11/02/337/2699733/solusi-dpr-terkait-suntik-mati-tv-
analog-yang-dinilai-bermasalah
20
https://nasional.tempo.co/read/1652311/masih-ada-292-kabupaten-atau-kota-belum-
matikan-tv-analog-psi-kegagalan-kominfo
21
https://www.cnbcindonesia.com/market/20221104110208-17-385147/hary-tanoe-protes-
siaran-tv-analog-cuma-kiamat-di-jabodetabek
22
Pasal 20 UU Penyiaran berbunyi “Lembaga Penyiaran Swasta jasa radio dan jasa penyiaran
televisi masing-masing hanya dapat menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1 (satu)
saluran siaran pada 1 (satu) cakupan wilayah siaran.” Pasal 33 ayat (1) UU Telekomunikasi
sebagaimana diubah dengan Paragraf 15 Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran Pasal 71 Angka
5 UUCK berbunyi “Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit oleh Pelaku
Usaha wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat" 137
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Waktu persiapan dan sosialisasi ASO di Indonesia yang diberikan oleh UUCK
terhitung sangat singkat dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Inggris,
Swedia, Spanyol, Jerman, Perancis, dan Swiss yang memiliki populasi dan stasiun
TV FTA yang jauh lebih sedikit daripada Indonesia. Negara-negara tersebut
menyelesaikan ASO dalam kurun waktu 8 sampai 16 tahun dan menetapkan
threshold penetrasi siaran digital dikisaran 90% sampai 95% sebelum ASO
diberlakukan. Sedangkan Indonesia dengan kompleksitas yang disebabkan oleh
kondisi geografis, jumlah penduduk, tantangan coverage dan dengan jumlah
stasiun TV terbanyak di dunia harus menyelesaikan proses migrasi dan ASO hanya
dalam jangka waktu 2 tahun.
Tabel 125
Tanggal
Negara Penetapan Dasar Hukum Migrasi Digital
ASO
UK 1996 2006-2012
23
https://www.youtube.com/watch?v=S9L9JCzSvQU&feature=youtu.be
24
Ibid.
25
Fontaine, G., & Pogorel (2006. DTT and digital convergence: A European policy perspective.
Digital broadcasting. Policy and practice in the Americas; Rianto, P., Wahyono,B., Yusuf,
I.A.dkk (2012). Digitalisasi Televisi di Indonesia
138
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Thailand yang memiliki struktur industri TV FTA yang mirip dengan Indonesia telah
menetapkan kebijakan migrasi digital pada tahun 2012 sebagai dasar untuk
menyusun roadmap migrasi digital. Thailand telah memperkirakan bahwa
persiapan migrasi digital membutuhkan waktu selama 4 tahun26. Di tahun 2017
Thailand pertama kali melaksanakan ASO secara bertahap untuk beberapa channel
siaran televisi dan secara keseluruhan ASO baru dapat diselesaikan di tahun 2020.
Sempitnya waktu persiapan ASO berakibat pada proses sosialisasi ASO yang kurang
terstruktur dan terkoordinasi dengan baik, dan kurang masif, di tengah-tengah
kondisi pembatasan mobilitas akibat pandemi COVID-19. Kondisi ini diperburuk oleh
data RTM yang baru divalidasi pada bulan Agustus 2022, sehingga memperlambat
proses distribusi STB kepada penerima yang memiliki hak serta terbatasnya
ketersediaan dan distribusi STB kepada masyarakat luas. Selain itu belum pulihnya
kondisi ekonomi nasional sebagai dampak dari pandemi COVID-19 serta ancaman
resesi akibat ketidakpastian ekonomi global dan naiknya harga bahan bakar sangat
mempengaruhi psikologis dan daya beli masyarakat Indonesia (yang bukan
dikategorikan RTM) untuk mengeluarkan biaya tambahan untuk mendapatkan STB
atau antena TV.
Berdasarkan data yang diterbitkan Nielsen, per November 2022, jumlah populasi TV
FTA yang telah siap menerima siaran digital masih sangat terbatas. Pada bulan
November sebelum pelaksanaan ASO, tingkat jumlah populasi yang telah siap
menerima siaran digital di wilayah Jabodetabek dan Non-Jabodetabek masih di
bawah 30%.
26
Tubtian, Arnon (2014). Digital TV: New Landscape for Thai Broadcasting Industry
139
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Tabel 227
Penurunan jumlah eyeballs menyebabkan pengiklan dan agency bersikap wait and
see sampai dengan tercapainya tingkat recovery jumlah penonton televisi yang
diharapkan. Hal ini jelas akan berdampak pada penurunan pendapatan TV FTA
mengingat rating di wilayah Jabodetabek merepresentasikan 58% dari total rating
yang dilakukan oleh Nielsen. Industri penyiaran memiliki kekhawatiran bahwa
penurunan jumlah eyeballs di tengah kondisi ekonomi yang kurang kondusif saat
ini akan menimbulkan anggapan dari pengiklan bahwa televisi bukan lagi media
yang efektif untuk mempromosikan produk barang dan jasa. Sebelumya pada bulan
Oktober, Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (“ATVSI”) telah menyampaikan
27
Nielsen Report, All Markets, October- 22 November 2022
140
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Mengacu pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (“DTKS”) yang dikeluarkan oleh
Kementerian Sosial Republik Indonesia (“Kemensos”), terdapat kurang lebih 5,5 juta
RTM di seluruh Indonesia. Seluruh RTM akan disubsidi via komitmen dari
penyelenggara multipleksing dan bantuan Pemerintah. Apabila kita melihat data
yang pernah dikeluarkan Panasonic Gobel beberapa waktu yang lalu, jumlah rumah
tangga yang memerlukan STB mencapai 80% dari total rumah tangga/household di
Indonesia yang mencapai 52 juta.
Komitmen penyediaan STB untuk RTM dapat dilihat dalam Tabel 3 dibawah ini.
Sampai dengan tanggal 5 November 2022, pelaksanaan komitmen distribusi STB
belum terealisasi dengan baik. Kemkominfo sudah membagikan 1,1 juta unit STB
atau sekitar 93,6% dari kewajibannya sedangkan realisasi pembagian STB oleh
penyelenggara multipleksing tidak lebih dari 6% dari total komitmennya.
Tolak ukur utama tingkat kesiapan masyarakat untuk menerima siaran televisi
digital adalah ketersediaan dan distribusi STB baik yang disediakan secara gratis
oleh Pemerintah dan penyelenggara multipleksing kepada RTM, maupun yang
secara komersial tersedia di pasar dengan harga yang terjangkau. Menurut
informasi dari situs siaran digital.kominfo.go.id, per November 2021 setidaknya
28
https://inet.detik.com/law-and-policy/d-6425080/data-terkini-realisasi-set-top-box-gratis-
tv-digital-mnc-group-terkecil
141
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Melihat besarnya peluang STB tidak tersertifikasi beredar di pasar menjelang ASO,
Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2Media) melakukan survei di bulan
Maret 2022 dan dalam laporannya PR2Media menyimpulkan masih banyak ditemui
STB tidak bersertifikasi dijual di pasaran dengan harga yang relatif lebih murah
dibandingkan yang telah tersertifikasi dari Kemkominfo32. Pembelian STB tidak
tersertifikasi atau black market beresiko pada daya pakai yang pendek bahkan tidak
kompatibel untuk menerima siaran digital standard DVB-T2, disamping negara
dirugikan karena pengadaannya tidak melalui prosedur impor resmi. Bercermin
dari fluktuasi harga STB tersertifikasi dan meningkatnya peredaran STB black
market di toko-toko elektronik, pasar tradisional dan toko on-line dan e-commerce,
pemerintah dituntut untuk lebih pro aktif menjaga ketersediaan dan
keterjangkauan harga STB baik menjelang maupun pasca pelaksanaan ASO secara
menyeluruh di Indonesia, selain pendistribusian STB gratis yang tepat sasaran.
Selain isu ketersediaan dan keterjangkauan harga STB bagi masyarakat, LPS sendiri
menghadapi tantangan lainnya terkait Logical Channel Number (LCN) yang
sebelumnya telah ditetapkan Kemkominfo bagi masing-masing LPS. Dengan
penetapan LCN tersebut setiap stasiun televisi digital mendapatkan nomor kanal
tersendiri (dedicated channel) dan perangkat televisi dan STB secara teknis akan
menerima siaran sesuai dengan nomor kanal stasiun televisi tersebut. Selain itu,
perangkat televisi atau STB memiliki fitur untuk menon-aktifkan LCN yang
memungkinkan penerimaan siaran digital dari satu stasiun televisi di nomor kanal
perangkat tersebut berbeda dengan LCN yang telah ditetapkan. Kondisi ini
29
https://www.kompas.com/wiken/read/2021/11/20/074000081/set-top-box-stb-untuk-
migrasi-tv-analog-ke-tv-digital-bisa-didapatkan?page=all
30
Situs web Kementerian Perindustrian RI
31
https://tekno.tempo.co/read/1654802/harga-set-top-box-siaran-tv-digital-di-toko-online-
dulu-dan-sekarang
32
https://teknologi.bisnis.com/read/20220505/101/1530165/banyak-set-top-box-tak-
bersertifikat-beredar-di-pasaran-kemen-kominfo-kurang-sosialisasi
142
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
menyebabkan inkonsistensi antara nomor kanal yang sudah ditetapkan dan dapat
menyebabkan stasiun televisi tertentu “terlempar” ke nomor kanal lebih dari 2 digit.
Kondisi ini berpotensi pada penurunan jumlah penonton stasiun televisi tertentu
karena keengganan penonton untuk melakukan upaya ekstra untuk mengakses
siaran televisi dengan nomor kanal televisi yang melebihi 2 digit. Perlu adanya
terobosan regulasi untuk menjalankan LCN secara konsisten.
Migrasi digital ditujukan agar industri penyiaran dapat memberikan layanan yang
lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik dan cakupan wilayah yang lebih luas
(More, Better and Larger Coverage of Service) kepada masyarakat. Siaran televisi
digital yang menggunakan modulasi digital untuk menyiarkan gambar, suara dan
data dapat menyediakan layanan siaran dengan kualitas High Definition (HD)
bahkan Ultra High Definition (4K UHD & 8K UHD). Migrasi digital juga membuka
kesempatan kepada stasiun televisi untuk dapat mengembangkan teknologi
penyiarannya dan memberikan layanan nilai tambah (value added service) kepada
pemirsa. Teknologi seperti personal video recorder, datacasting, layanan Electronic
Programme Guide (EPG) dan catch up TV di HbbTV yang mengintegrasikan
broadcasting dan broadband, memberikan layanan yang memungkinkan pemirsa
dapat menikmati konten di mana saja serta memberikan layanan interaktif bagi
pemirsa untuk berpartisipasi secara aktif dalam suatu program televisi. Untuk
menghadirkan konten dengan format UHD, diperlukan bandwidth yang lebih
besar.
33
https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2022/11/24/pemerintah-janjikan-lelang-baru-
spektrum-frekuensi-bisa-dilakukan-tahun-2023
143
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Pasca ASO, menjadi pertanyaan mendasar bagi regulator bagaimana nasib dari
investasi atas infrastruktur bernilai trilyunan rupiah yang sudah ditanamkan oleh
LPS selama ini? Sebagaimana telah didiskusikan diatas, Indonesia adalah negara
dengan jumlah LPS terbanyak di dunia dan masing-masing LPS telah membangun
teknologi state of the art untuk menyiarkan program untuk ditonton oleh
masyarakat secara gratis. Demikian pula halnya dengan karyawan dan pekerja yang
selama ini menjalankan dan memelihara infrastruktur tersebut selama bertahun-
tahun. Dengan komposisi kepemilikan IPP multipleksing saat ini maka diperkirakan
ratusan tower, antenna dan transmisi akan terbuang percuma dan ribuan karyawan
akan terkena gelombang PHK, di tengah-tengah kondisi perlambatan ekonomi
seperti saat ini.
Kesimpulan:
2. Untuk mensukseskan proses migrasi digital dan ASO, setidaknya diperlukan dua
prasyarat utama yaitu landasan hukum atau regulasi yang kuat serta kesiapan
masyarakat dalam menerima siaran digital.
144
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
7. Belum terdapat jaminan ketersediaan dan distribusi STB yang merata dan
dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat di seluruh Indonesia.
Rekomendasi:
145
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
146
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Buku
1. Fontaine, G., & Pogorel, DTT and Digital Convergence: A European Policy Perspective.
Digital Broadcasting, Policy and Practice in the Americas, Europe and Japan, 2006
2. Rianto, P., Wahyono,B., Yusuf, I.A.dkk, Digitalisasi Televisi di Indonesia, 2012
3. Tubtian, Arnon, Digital TV: New Landscape for Thai Broadcasting Industry,2014
Laman Website
1. https://www.kominfo.go.id
2. https://www.kemenperin.go.id
3. https://www.pr2media.or.id
4. https://inet.detik.com/law-and-policy/d-6425080/data-terkini-realisasi-set-top-box-gratis-
tv-digital-mnc-group-terkecil
5. https://inet.detik.com/law-and-policy/d-6421684/kominfo-akan-matikan-siaran-tv-analog-
di-bandung-surabaya-yogyakarta
6. https://nasional.okezone.com/read/2022/11/02/337/2699733/solusi-dpr-terkait-suntik-mati-
tv-analog-yang-dinilai-bermasalah
7. https://nasional.tempo.co/read/1652311/masih-ada-292-kabupaten-atau-kota-belum-
matikan-tv-analog-psi-kegagalan-kominfo
8. https://www.cnbcindonesia.com/market/20221104110208-17-385147/hary-tanoe-protes-
siaran-tv-analog-cuma-kiamat-di-jabodetabek
9. https://teknologi.bisnis.com/read/20220505/101/1530165/banyak-set-top-box-tak-
bersertifikat-beredar-di-pasaran-kemen-kominfo-kurang-sosialisasi
10. https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2022/11/24/pemerintah-janjikan-lelang-baru-
spektrum-frekuensi-bisa-dilakukan-tahun-2023
11. https://www.kompas.com/wiken/read/2021/11/20/074000081/set-top-box-stb-untuk-
migrasi-tv-analog-ke-tv-digital-bisa-didapatkan?page=all
12. https://www.youtube.com/watch?v=S9L9JCzSvQU&feature=youtu.be
147
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
8. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Tata Cara
dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran Jasa Penyiaran Televisi Secara
Digital Melalui Sistem Terestrial
Putusan Peradilan
Lain-Lain
1. Surat Edaran Direktur Operasi Sumber Daya Nomor 717 Tahun 2022 tentang
Pengembalian Izin ISR Dalam Rangka Migrasi Penyiaran Terestrial dari Teknologi Analog
ke Teknologi Digital tertanggal 7 April 2022
2. Surat Edaran Direktur Operasi Sumber Daya Nomor 901 Tahun 2022 tentang Pengakhiran
ISR dalam Rangka Pelaksanaan Tahapan Penghentian Tetap Siaran Televisi Analog
tertanggal 30 April 2022
Konten dalam tulisan ini merupakan pendapat pribadi Penulis berdasarkan telaah yang
dilakukan atas berbagai literatur, pemberitaan dan putusan lembaga yudisial.
148
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Seorang profesional dengan pengalaman 20+ tahun di bidang teknologi, media, dan
industri komunikasi, memiliki keahlian hukum dan peraturan yang kuat di lapangan
media digital dan penyiaran. Saat ini juga aktif di berbagai organisasi nirlaba
organisasi media dan teknologi informasi. Penulis pernah bekerja di Link
Communications Pty Ltd, Melbourne, Australia sebagai Direktur pada tahun 2003
sampai dengan tahun 2009. Saat ini penulis bekerja sebagai Director & Corporate
Secretary di PT Visi Media Asia, dan bekerja sebagai Commissioner di PT Lativi
Mediakarya. Serta aktif berkegiatan di MASTEL sebagai Ketua bidang
DIGIBROADCAST, dan aktif berkegiatan sebagai Wakil Ketua 1 di ATVSI.
149
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
MASUKAN UNTUK RANCANGAN
PERATURAN PEMERINTAH UNDANG-UNDANG
PELINDUNGAN DATA PRIBADI
Betti S. Alisjahbana
Ketua Dewan Profesi dan Asosiasi Masyarakat Telematika (MASTEL)
Abstrak - Pelindungan data pribadi merupakan salah satu hak asasi manusia yang
menjadi bagian dari pelindungan diri pribadi. Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP yang telah disahkan dan
diundangkan pada 17 Oktober 2022 perlu dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah
sebagai peraturan pelaksanaan UU PDP dan juga satu Peraturan
Pemerintah tentang Lembaga Pelindungan Data Pribadi.
1. Pendahuluan
Pelindungan data pribadi ditujukan untuk menjamin hak warga negara atas
pelindungan diri pribadi. Pelindungan data pribadi merupakan salah satu hak asasi
manusia yang menjadi bagian dari pelindungan diri pribadi. Undang-undang
Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) yang telah disahkan dan diundangkan pada 17
Oktober 2022 merupakan landasan hukum untuk memberikan keamanan atas data
pribadi, berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Walaupun secara yuridis UU PDP ini langsung berlaku sejak tanggal diundangkan,
namun UU ini juga mengamanatkan banyak hal yang perlu diatur lebih lanjut dalam
151
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Artikel yang merupakan rangkuman dari hasil rapat Dewan Profesi dan Asosiasi (DPA)
Mastel yang diselenggarakan pada tanggal 17 November 2022 ini ditujukan sebagai
masukan untuk Rancangan Peraturan Pemerintah tersebut. DPA Mastel
memberikan penekanan pada hal-hal di bawah ini yang perlu diberi perhatian :
2.1. Independensi
Independensi Lembaga Otoritas Pelindungan Data Pribadi sangat penting dan harus
menjadi prioritas Presiden. Lembaga harus terbebas dari pengaruh publik manapun
karena nantinya akan mengawasi pengelola data layanan publik yang dikelola publik
pemerintahan dan juga pengelola data layanan privat atau swasta. Lembaga yang
ublicdent akan mendorong kepercayaan publik, mencegah kejahatan siber, dan
152
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Kepastian hukum merupakan prasyarat bagi aliran data lintas batas dan dapat
memicu persaingan yang lebih sehat antar pelaku usaha. Untuk itu, Lembaga ini
perlu didukung sumber daya manusia/tenaga ahli yang mumpuni, pakar dalam
mitigasi risiko digital dan independen dari pengaruh pemerintah/swasta. Peraturan
Pemerintah harus mengatur dengan jelas kriteria para anggotanya dan fungsi
masing-masing anggota.
Selain itu, ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan wewenang Lembaga otoritas
PDP perlu diatur secara rinci dalam peraturan pemerintah, termasuk di dalam
mengawasi kepatuhan pengendalian data pribadi serta pengenaan sanksi kepada
Kementerian dan Lembaga.
Pembahasan RUU PDP berlangsung lama, salah satunya, karena adanya perbedaan
pendapat antara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo) sebagai bagian dari satuan kerja pemerintah dalam
pembahasan RUU PDP. DPR telah menampung banyak masukan dari perwakilan
kelompok masyarakat dan industri. DPR mengajukan agar badan pengawas
sebaiknya bersifat independen dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Sementara Kemenkominfo dalam beberapa kesempatan menyampaikan bahwa
fungsi pengawasan seharusnya berada di bawah Direktorat Jenderal Aplikasi
Informatika yang ada di dalam institusinya. Inisiatif untuk segera mengesahkan RUU
PDP di tengah semakin besarnya arus digitalisasi dan penetrasi teknologi digital ke
setiap aspek hidup masyarakat perlu disambut baik. Kini bola ada di tangan Presiden
melalui pembentukan Peraturan Pemerintah untuk memastikan bahwa Lembaga
Otoritas Pelindungan Data Pribadi betul-betul independen dan profesional, sehingga
dapat menjalankan perannya dengan efektif.
153
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
UU PDP hanya akan memberikan manfaat apabila ada ketegasan yang konsisten
tanpa pandang bulu dalam implementasinya. Ketegasan yang dimaksud misalnya
saja dalam hal sanksi bagi pengendali data pribadi yang memperoleh data pribadi
tanpa seizin subjek data pribadi. Demikian pula bila aparat pemerintah memberikan
data pribadi tanpa seizin subjek data pribadi. Sanksi hendaknya jelas, dan konsisten
dalam penerapannya.
Indonesia berada di ranking 83 dari 160 negara dari segi Indeks Keamanan Siber
Nasional (National Cyber Security Index). Hal ini menunjukkan adanya masalah yang
besar di area ini. Peraturan Pemerintah hendaknya mengatur lebih detail
154
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Tidak kalah penting adalah kesetaraan sanksi antara pelanggaran yang dilakukan
oleh Pemerintah, swasta maupun publik. UU PDP yang telah disahkan menurut
hemat kami tidak imbang dalam memberikan sanksi kepada lembaga publik dan
korporasi yang menyalahi aturan pengumpulan, pengelolaan, dan pemrosesan data
pribadi. Dalam UU PDP diatur jika pelanggaran dilakukan oleh lembaga publik maka
hanya mungkin dikenakan sanksi administrasi (Pasal 57 ayat (2)). Sedangkan pada
sektor privat, selain dapat dikenakan sanksi administrasi, juga dapat diancam denda
administrasi sampai dengan 2 persen dari total pendapatan tahunan (Pasal 57 ayat
(3)), bahkan dapat dikenakan hukuman pidana denda mengacu pada Pasal 67, 68, 69,
70. Dengan rumusan demikian, meski disebutkan undang-undang ini berlaku
mengikat bagi sektor publik dan privat, dalam kapasitas yang sama sebagai
pengendali/pemroses data, namun, dalam penerapannya, akan lebih tajam pada
korporasi, tumpul terhadap badan publik.
Agar dapat berfungsi efektif, UU PDP ini harus diikuti dengan peningkatan edukasi
literasi digital pada masyarakat soal pentingnya menjaga data pribadi. Tingkat literasi
digital kita masih sangat rendah. Perlu sosialisasi yang masif untuk menghimbau
agar warga masyarakat melindungi datanya, termasuk memahami hak-hak mereka
seperti diatur dalam UU. Sosialisasi ini hendaknya mencakup hal-hal yang perlu
dilakukan untuk dapat menjadi data pribadinya agar tidak disalahgunakan.
Pemangku kepentingan yang lain yang perlu mendapatkan sosialisasi adalah para
pelaku usaha dan pelaku industri. Mereka perlu siap mengimplementasikan UU PDP
ini, terutama tentang kewajiban-kewajiban mereka sebagai pengendali data pribadi.
Hal ini untuk mencegah sanksi-sanksi yang dapat timbul apabila mereka tidak
menjalankan kewajibannya. Kerjasama dengan berbagai asosiasi usaha perlu
155
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Tidak kalah penting adalah sosialisasi ke berbagai kementerian dan Lembaga, serta
badan publik lainnya. Belakangan ini kita banyak membaca di media, kebocoran
justru bersumber dari sini. Kini adalah saat yang tepat untuk membangun disiplin
yang ketat di dalam melindungi data pribadi. Hak warga negara atas pelindungan
diri pribadi adalah bagian dari hak asasi manusia. Pelindungan data pribadi
merupakan salah satu bagian dari pelindungan diri pribadi. Dalam hal ini, Pemerintah
dan Lembaga, serta badan publik lainnya hendaknya ada di garda terdepan.
Keberhasilan Pemerintah dan Lembaga di dalam melindungi data pribadi warganya
akan menciptakan suatu sistem administrasi pemerintahan yang efisien dan efektif
dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.
6. Penutup
Perkembangan pengaturan atas Pelindungan Data secara umum akan
menempatkan Indonesia sejajar dengan negara-negara dengan tingkat
perekonomian yang maju, yang telah menerapkan hukum mengenai Pelindungan
Data. Hal ini akan memperkuat dan memperkokoh posisi Indonesia sebagai pusat
bisnis terpercaya, yang merupakan suatu strategi kunci dalam ekonomi nasional
Indonesia seperti dalam sektor telekomunikasi, sektor penyedia jasa keuangan,
sektor kesehatan dan sektor pendidikan. Penyusunan Peraturan Pemerintah untuk
melengkapi UU PDP agar dapat dilaksanakan dengan efektif menjadi faktor yang
sangat penting.
156
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Betti Alisjahbana
Betti Alisjahbana memulai karirnya di IBM pada tahun 1984 sebagai Management
Trainee. Setelah itu penulis memegang berbagai posisi kunci di IBM Indonesia dan di
kawasan Regional ASEAN dan Asia Selatan. Di antaranya sebagai General Manager for
General Business, lalu sebagai General Manager for e-business & Cross Industries
Solutions untuk Kawasan ASEAN dan Asia Selatan. Pada tahun 2000, penulis kembali
ke Indonesia dan diangkat sebagai Presiden Direktur PT IBM Indonesia (tahun 2000
– 2008). Penulis adalah wanita pertama yang memegang posisi ini.
Di awal tahun 2008 penulis melepaskan posisinya sebagai Presiden Direktur PT IBM
Indonesia dan mendirikan PT Quantum Business International /QB Leadership
Center, dengan fokus pada pengembangan kepemimpinan melalui :
Pelatihan, Konsultasi, Coaching dan Mentoring.
157
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
MEWASPADAI KONTEN DI INTERNET
(Suatu Pola Praktis Berdasarkan Pengetahuan
tentang Pola Kerja Internet)
Ashwin Sasongko Sastrosubroto
Ketua Bidang Digitalent
Abstrak - Dari berbagai berita selama ini dapat dilihat bahwa konten di Internet
ada yang berupa berita bohong dan menyesatkan dan dapat menimbulkan
berbagai masalah. Untuk itu, disampaikan tentang pola kerja Internet secara
umum karena dengan mengetahui pola kerja Internet, diharapkan kita dapat lebih
mudah mengidentifikasi konten yang perlu diwaspadai, yang perlu di-check dan
recheck. Juga disampaikan beberapa rekomendasi ringkas untuk mengatasinya.
1. Pendahuluan
Saat ini masalah konten Internet, baik di media sosial, seperti facebook, Twitter,
Instagram dan sebagainya maupun Intermessaging Service seperti WA, Telegram
dan sebagainya sering menimbulkan berbagai masalah. Berbagai studi dan berita
menunjukkan konten di Internet bisa menimbulkan berbagai masalah di masyarakat.
Konten berupa berita bohong dan menyesatkan telah banyak dibicarakan, demikian
juga konten-konten yang mencemarkan nama baik, penghinaan dan berbagai
konten lain yang melanggar peraturan perundangan telah banyak diberitakan juga.
Pada tulisan kali ini, akan dibahas secara ringkas, tentang pola kerja Internet secara
umum. Dari pengetahuan ini diharapkan kita dapat lebih mudah mewaspadai
berbagai berita bohong dan menyesatkan, yang dari pengalaman sebelumnya telah
menimbulkan berbagai masalah.
Tujuan tulisan ini memberikan gambaran kepada pembaca tentang cara cepat dan
mudah mewaspadai suatu berita, apakah layak dipercaya atau perlu di-check dan
recheck lebih lanjut. Cara yang digunakan berdasarkan pengetahuan tentang pola
kerja Internet.
159
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Lalu komputer berkembang. Komputer bisa saling terhubung dengan komputer lain,
dengan peralatan lain seperti printer, umumnya melalui kabel. Komputer pun
berkembang terus dan digunakan di seluruh dunia.
ARPANet lalu dibagi dua: jaringan untuk keperluan militer dan non mIliter. Jaringan
non militer ini kemudian ditransfer ke US Department of Commerce (US DoC),
Kementrian Perdagangan Amerika Serikat. Selanjutnya, jaringan ini dikelola secara
bisnis untuk seluruh dunia oleh suatu non profit organization bernama Internet
Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN).
Dari aspek teknis, agar komputer bisa menghubungi komputer lain di dunia,
diperlukan penomoran, mirip penomoran telepon saja. Nomor ini dikenal sebagai
Internet Protocol Address (IP Address). Selanjutnya berkembanglah nama domain
serta website, dimana sekarang diberikan nama bagi komputer kita sehingga kita
tidak perlu mengingat nomor-nomor IP Address jika akan menghubungi komputer
teman kita.
Tiap negara kini diberikan nama domain masing-masing oleh ICANN. Indonesia
diberikan nama [.id], Jepang [.jp], Columbia [.co], Tuvalu [.tv], Singapura [.sg] dan
sebagainya. Ini dikenal sebagai Country Code Top Level Domain (CCTLD).
160
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Pola ini mirip dengan kode telepon antar negara. Indonesia mendapat kode [+62],
Singapura [+65] dan seterusnya dari ITU. Selain itu juga ada institusi-institusi yang
mengoperasikan nama domain non negara, seperti [.com], [.net], [.org] dan
sebagainya yang disebut Generic Top Level Domain (GTLD). Saat ini bahkan ICANN
membolehkan berbagai institusi membuat berbagai nama TLD seperti [.bank], [.asia],
[.berlin] dan sebagainya.
Di Indonesia, nama domain [.id] dikelola oleh Pengelola Nama Domain Internet
Indonesia (PANDI). Perlu dicatat, mengingat pengelolanya institusi di Indonesia,
maka para pengguna TLD, baik Pemerintah maupun non Pemerintah, harus
mengikuti peraturan perundangan di Indonesia. Institusi pengelola [.jp] tentu harus
mengikuti peraturan-peraturan di Jepang, pengelola [.co] harus mengikuti aturan di
Colombia dan seterusnya.
Lalu bagaimana dengan pengelola berbagai GTLD ? Mereka tentu harus mengikuti
peraturan dimana operatornya berada, misal, karena [.com] dikelola oleh Verisign Inc,
suatu perusahaan di AS, Amerika Serikat, maka mereka harus mengikuti aturan di
negaranya.
Website, misalnya, memiliki banyak sekali konten yang umumnya dibuat oleh
pengelolanya sendiri. Sosial media seperti facebook, YouTube, Instagram dan
sebagainya, sebagian besar kontennya dibuat oleh penggunanya.
Perlu dicatat, bahwa operator aplikasi tentu saja beroperasi sesuai dengan aturan di
negaranya. Misalnya website yang menggunakan TLD [.id], seperti [mastel.id] dimana
baik Mastel maupun pengelola [.id] ada di Indonesia, harus mengikuti aturan di
Indonesia. Demikian juga [facebook.com], karena baik pengelola facebook dan [.com]
ada di Amerika Serikat, maka mereka tentunya mengikuti peraturan di negeri
tersebut.
Lalu bagaimana jika suatu aplikasi di suatu negara digunakan di negara lain? Aplikasi
facebook misalnya, banyak digunakan di Indonesia. Dalam kaitan ini tentu operator
161
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
facebook perlu mengikuti aturan hukum di Indonesia. Kalau tidak, aplikasi tersebut
dapat di blok oleh pemerintah, tidak bisa dibuka di Indonesia.
Dari pola kerja Internet di atas, dapat dilihat masalah yang mungkin timbul akibat
penggunaan Internet secara global. Berbagai aplikasi sosial media di berbagai
negara didunia dapat dibuka di Indonesia, demikian juga sebaliknya. Pengelola
aplikasi ini jumlahnya banyak sekali, apalagi kontennya. Jumlah website di dunia
jumlahnya juga banyak sekali. Berbagai sosial media, seperti facebook, digunakan
oleh berjuta-juta orang di dunia dan setiap pengguna bisa membuat banyak konten.
Jadi banyak sekali konten yang bisa dibuka di Indonesia.
Sebagian konten yang jelas terlarang seperti website yang isinya konten pornografi
misalnya, tinggal diblok seluruh websitenya sehingga tidak dapat dibuka di
Indonesia. Tapi bagaimana dengan konten di sosial media yang diunggah pengguna
konten tersebut? Jika isinya konten yang melanggar peraturan dan mudah dikenali
seperti gambar pornografi misalnya, maka operatornya dapat memblok konten
tersebut untuk Indonesia. Bagaimana jika isinya bukan gambar pornografi yang
mudah dikenali, tapi berita bohong atau yang bersifat mengadu domba masyarakat?
Tentu perlu waktu untuk me-review konten tersebut.
Bagaimana kita dengan relatif mudah dan cepat bisa mewaspadai konten-konten
semacam ini dari pengetahuan tentang pola kerja Internet di atas? Disinilah perlunya
pengetahuan tentang pola kerja dan tata kelola internet global untuk
mengidentifikasi berbagai aplikasi dan konten di Internet.
Saat pertama kali kita men-download, mengunduh suatu aplikasi, umumnya kita
harus agree, setuju dengan hal-hal yang dipersyaratkan operator aplikasi tersebut.
Misalnya kita akan men-download suatu aplikasi Intermessaging Service, seperti WA,
banyak persyaratan yang diterapkan operator WA yang harus kita setujui sebelum
kita bisa men-download .
Lalu jika kita menjadi anggota suatu WA Group dan ada anggota WAG yang
memposting kontem yang melanggar aturan WA, apakah yang sebaiknya kita
lakukan?
162
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Berikutnya tentang pengguna suatu aplikasi sosial media, misalnya facebook atau
Instagram. Pertama-tama kita harus men-download aplikasinya dan menyetujui
persyaratan-persyaratan bagi penggunaan aplikasi tersebut. Kemudian untuk
menjadi pengguna aplikasi tersebut, kita diminta memasukkan data-data kita,
kadang termasuk foto kita. Sekali lagi, operator aplikasi umumnya mempercayakan
hal ini kepada kita, bahwa kita akan mengisi data dengan benar. Masalahnya, karena
aplikasi ini dapat diakses secara global, apakah semua orang di dunia, termasuk di
Indonesia, akan mengisi semua data tersebut dengan benar?
Tetapi karena operator aplikasi tersebut ada di negara lain, maka mereka akan
mengikuti peraturan di negaranya. Di pihak lain, jika suatu negara tidak dapat
menerima pola kerja operator tersebut karena misalnya bertentangan dengan
hukum di negaranya, tentunya operator tersebut bisa diblokir.
Selanjutnya, mari kita me-review tentang bagaimana kita melihat suatu konten dari
aspek tata kelola di atas.
Selanjutnya, mari kita me-review cara melihat suatu konten dari aspek tata kelola.
Misalkan anda melihat suatu website. Pertama tama perlu dilihat dulu CCTLD-nya.
Jika TLD-nya [.id], maka website tersebut ada di Indonesia. Jadi seharusnya mereka
mengikuti aturan di Indonesia dan jika sampai melanggar, maka dengan mudah
dapat di blok bahkan pengelolanya bisa dicari dan diberi sanksi.
Ini karena semua pengguna CCTLD [,id] dicatat identifikasinya oleh PANDI.
Alamatnya di dunia fisik, physical space, di kota mana, jalan apa, nomor berapa dan
sebagainya, juga nama-nama pengelolanya dan sebagainya terdata dengan lengkap.
Jika pengelolanya mengunggah konten yang melanggar hukum, dapat dicari
dengan mudah. Karena itu, website ini umumnya tidak memuat konten yang
melanggar hukum.
163
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Demikian juga jika anda menerima suatu e-mail, bahkan dari seseorang yang tidak
anda kenal, jika CCTLD-nya [.id], si pengirim mudah ditelusuri orangnya. Karena itu,
umumnya email yang TLD-nya [.id] tidak berisi konten-konten yang melanggar
hukum. Perlu dicatat bahwa pengelola e-mail tersebut mungkin adalah suatu
perusahaan atau suatu kantor pemerintah dan para karyawannya mendapat email
address. Institusi tersebut harus tahu benar siapa karyawannya yang dapat
menggunakan email address tersebut.
Bagaimana jika kita melihat suatu website yang tidak menggunakan [.id] misalnya
saja menggunakan GTLD [.com] atau yang lain seperti CCTLD [.co] atau [.tv]? Kita
perlu mempelajari dengan lebih komprehensif.
Jika website tersebut milik media di Indonesia, perlu dicek apakah media tersebut
sudah terdaftar resmi. Semua media pers di Indonesia seperti koran dan majalah
seharusnya tercatat di Dewan Pers. Semua media penyiaran baik televisi maupun
radio juga seharusnya tercatat di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Baik Dewan Pers
maupun KPI bertugas memonitor konten di media-media, dan jika melanggar
hukum, tentunya akan diambil tindakan sesuai peraturan yang berlaku.
Bagaimana jika media atau sumber konten tersebut tidak terdaftar? Paling tidak
perlu dilihat apakah pengelola media tersebut memiliki alamat lengkap di physical
space. Jika tidak ada? Ya membacanya perlu hati-hati sebab siapa pembuat berita
tersebut tidak kita ketahui.
Bisa saja yang bersangkutan menulis apa saja dan sulit menelusuri siapa penulisnya.
Bahkan si penulis bisa saja menggunakan nama dan foto orang lain, bahkan
seseorang yang terkenal. Ini mirip membaca suatu berita di atas kertas yang ditempel
di sebuah pohon di pinggir jalan, yang dinyatakan ditulis oleh seseorang yang
mungkin sangat terkenal.
Bagaimana kita bisa memastikan bahwa memang benar penulisnya orang yang
bersangkutan? Untuk memastikan tentu kita bisa mengontak langsung penulis
tersebut kalau kita mengenalnya dan tahu nomor telpon atau rumahnya.
Banyak berita yang ditulis secara menarik dan sering disertai foto-foto bahkan video
untuk menunjukkan kebenarannya, sehingga membuat pembaca percaya
kebenaran beritanya walaupun konten tersebut berasal dari sumber yang sulit
ditelusuri.
Terkadang tulisan tersebut ditambah dengan info bahwa ini berasal dari media yang
terpercaya, sudah tercatat di Dewan Pers dan sebagainya. Bahkan disertai link ke
website media tersebut. Masalahnya, apakah benar klaim tersebut? Apakah informasi
164
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
singkat yang diklaim berasal dari suatu media benar-benar sama dengan berita dari
media tersebut? Untuk memastikannya, perlu dibuka langsung website media dan
tidak langsung percaya kepada klaim yang disampaikan.
Perlu dicatat juga, dengan berbagai software yang ada saat ini, tidak sulit membuat
foto atau bahkan video palsu.
Di sinilah diperlukan kewaspadaan kita. Informasi dari sumber yang sulit ditelusuri
keberadaannya di physical space, sulit untuk langsung dipercaya sebab yang
bersangkutan saja tidak mau menunjukkan siapa dirinya sebenarnya.
Tentu bisa timbul masalah yang lebih besar lagi, jika kita mem-forward suatu konten
yang tidak bisa ditelusuri sumber beritanya melalui Intermessaging Service ke teman
atau misalnya ke WAG, sebab itu berarti kita meneruskan suatu informasi yang belum
kita konfirmasi kebenarannya karena bisa saja informasi tersebut tidak benar.
Untuk ini, ingatlah janji kita saat bersepakat dengan operator aplikasi, misalnya
dengan operator WA, jangan sampai kita mencederai janji kita walaupun operator
tersebut tidak memonitor kita setiap saat.
Pemerintah menyikapi hal ini dengan memonitor berbagai berbagai berita bohong,
hoax, dan lalu menginfokan kepada masyarakat bahwa suatu berita adalah hoax.
Masalahnya, banyak sekali konten di sosial media, terutama yang berupa UGC, dan
tentu cukup sulit dimonitor semuanya. Umumnya hanya berita yang viral yang lalu
ditelusuri apakah berita tersebut hoax atau bukan.
Akan jauh lebih sulit memonitor berita yang beredar di Intermessaging Service,
kecuali ada anggotanya yang menanyakan tentang kebenaran konten tersebut.
Dari sejak awal berkembangnya Internet secara global, serangan terhadap para
pengguna Internet mulai terjadi. Awalnya, dimulai dengan serangan terhadap suatu
sistem komputer. Misalnya suatu sistem komputer diserang sehingga sistemnya
tidak bisa bekerja. Bayangkan jika sistem tersebut digunakan untuk mengoperasikan
suatu pembangkit listrik, maka pembangkit listrik tersebut pasti terganggu
operasinya.
165
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Tahap berikutnya, serangan terhadap data yang ada di komputer, misal dengan
mengubah data yang ada. Melalui serangan ini, sistem komputer tetap bekerja,
sehingga akan dianggap sistem berjalan baik. Tapi bagaimana jika data di komputer
tersebut diubah, misalnya data untuk alarm dimatikan. Pada saat ada masalah,
komputer tidak mendeteksi bahaya dan sistem yang dikontrolnya bisa mengalami
kerusakan berat.
Pola serangan lain terhadap data adalah dengan meng-copy data tersebut lalu
dibocorkan keluar atau bahkan dijual kepada mereka yang berminat. Data desain
produk baru suatu industri bisa di-copy dan dijual ke kompetitor. Selanjutnya,
kompetitor bisa membuat produk dengan desain serupa tanpa memulai proses
desain dari awal yang memerlukan biaya besar.
Pola serangan terus berkembang. Bahkan muncul pola serangan dilakukan terhadap
pengguna komputer. Penyerangan ini umumnya berupa konten yang menyerang
pola pikir pembacanya. Jadi sistem komputer dan datanya tidak terganggu, tapi
penggunanya diberi berbagai konten yang bisa mengubah jalan pikirannya.
Membuat dan lalu mengunggah konten yang salah memang dilarang di banyak
negara termasuk di Indonesia. Namun pola penyerangan terhadap pengguna
komputer masih terus berkembang. Salah satunya melalui penyebaran berita yang
benar tetapi di-frame, disusun sedemikian rupa, agar pembacanya mengambil
kesimpulan tertentu sesuai yang diinginkan pembuat berita.
166
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Framed news ini cukup sulit diwaspadai karena pembuat kontennya bisa dengan
tenang menginformasikan siapa dirinya, bahkan bisa ditulis di media yang besar dan
terkenal, karena memang beritanya tidak melanggar aturan.
Misalnya saja anda pimpinan suatu perusahaan yang memiliki banyak karyawan.
Tetapi terdapat satu karyawan yang sering melakukan hal-hal yang kurang terpuji,
misalnya sering mabuk-mabukan atau bahkan melakukan tindakan kriminal seperti
makan tanpa membayar.
Berita tentang perilaku seorang karyawan tersebut bisa disebarkan secara meluas
ditambah informasi bahwa yang bersangkutan adalah karyawan perusahaan anda.
Berita yang memang benar ini, jika ditulis di banyak media dan berulang-ulang, bisa
saja masyarakat memberi penilaian buruk kepada karyawan-karyawan perusahaan
anda, padahal karyawan-karyawan lain bekerja dengan baik. Framed news ini dapat
memberikan persepsi yang salah kepada masyarakat.
167
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
3. Rekomendasi
Dari sisi tata kelola, diharapkan agar seluruh Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE)
dapat diidentifikasi dengan jelas dengan bisa ditelusuri alamatnya. Sedangkan
pengguna yang bisa mengunggah konten, harus benar-benar dimonitor bahwa PSE
tersebut mengikuti peraturan di Indonesia seperti mendaftarkan PSE-nya dan
memastikan konten yang ada dapat dibuka dari Indonesia, tidak ada yang melanggar
peraturan di Indonesia.
Akhirnya, perlu kiranya dipelajari kemungkinan badan dunia seperti PBB dapat
melaksanakan pengaturan jaringan Internet global yang digunakan tidak hanya oleh
negara tempat operatornya berada, tetapi juga oleh negara lain. Hal ini mirip dengan
banyak aktivitas yang sudah dilaksanakan PBB, seperti pengaturan untuk
Telekomunikasi oleh ITU, Pos oleh UPU, dan sebagainya.
168
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Sejak 1998, penulis dipindahkan ke berbagai Institusi antara lain PT LEN Industri
(Persero), Kementerian BUMN, BPPT, Kementerian Ristek dan Kementerian Kominfo.
Penulis juga sempat ditugaskan sebagai Komisaris di PT POS Indonesia (Persero) dan
PT KAI (Persero). Pada akhir tahun 2013 penulis kembali bertugas sebagai peneliti di
Pusat Penelitian Informatika LIPI sampai memasuki masa pensiunnya tahun 2019.
Saat ini Ashwin menjadi anggota Dewan TIK Nasional (Teknologi Informasi dan
Komunikasi). Penulis juga menjadi dosen luar biasa di Universitas Telkom,
Langlangbuana, UNPAD dan juga di UIII (Universitas Islam Internasional Indonesia).
Penulis juga aktif di berbagai kegiatan terkait TIK seperti di Mastel, ID IGF, ICANN, PII
dan sebagainya.
169
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
OPEN FINANCE DAN WASPADA KEJAHATAN SIBER
Tris Yulianta
Ketua Bidang Blockchain dan Inklusi Fintech Nasional
1. Pendahuluan
171
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
172
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
2. Pembahasan
Menurut laporan eConomy SEA 2022 (Google, Temasek, dan Bain &
Company), terlepas dari hambatan ekonomi makro, ekonomi digital tetap berada di
jalur untuk mencapai sekitar $200 miliar dalam nilai barang dagangan bruto (GMV)
pada tahun 2022. Faktanya, angka tersebut mencapai level tiga tahun lebih awal dari
yang e-Conomy SEA perkirakan dalam laporan e-Conomy SEA 2016. Adopsi digital
terus meningkat bahkan hingga hari ini, meskipun dengan kecepatan yang lebih
lambat daripada akselerasi tajam yang terlihat pada puncak pandemi.
Dalam era teknologi informasi, Indonesia dapat menyoroti tiga hal utama yang
berkaitan dengan efek positif teknologi informasi dan komunikasi pada
pertumbuhan ekonomi, yaitu (i) mendorong inovasi dan penyerapan teknologi; (ii)
meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya; dan (iii) mengurangi biaya produksi
(Yogaswara, 2015). Dalam hal efisiensi alokasi sumber daya, teknologi informasi dan
komunikasi dapat menyediakan sektor bisnis alat yang lebih efisien dan efektif untuk
riset pasar, komunikasi dengan pelanggan dan pemasok. Dengan memperdalam
penetrasi teknologi informasi dan komunikasi akan meningkatkan rata-rata kinerja
bisnis perusahaan, dan akibatnya akan memiliki dampak positif pada pertumbuhan
ekonomi.
173
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Kerja sama berbasis open API yang marak dimulai oleh perbankan memunculkan
istilah open banking. Era perkembangan teknologi informasi mendorong perluasan
kerja sama tersebut dilakukan oleh sektor jasa keuangan yang lain dan diistilahkan
menjadi open finance. Kerja sama pada ekonomi digital diprediksi memiliki nilai
ekonomi yang terus meningkat.
Sumber: diolah.
Dalam kerja sama open finance, terdapat potensi adanya cyber attack berupa
pengambilan berbagai data. Data tersebut diantaranya berupa database perusahaan,
jaringan, aplikasi, dan juga data server yang dapat merugikan perusahaan maupun
pengguna sebagai pemilik data. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan harus
menyadari perlunya keamanan digital yang memadai agar dapat memitigasi potensi
ancaman siber.
174
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
SNI: 27001 dapat membuat sistem tidak mudah bocor, dicuri, dan disalahgunakan.
Namun demikian, belum terdapat kebijakan khusus sebagai pedoman penerapan
pengamanan digital yang terstandar berkaitan dengan penerapan sistem
manajemen keamanan informasi tersebut bagi seluruh pelaku industri dalam rangka
penyelenggaraan usaha berbasis teknologi informasi. Di sisi lain, sumber daya
manusia yang handal dalam pengamanan data (misalnya keahlian kriptografi) masih
menjadi keterbatasan di Indonesia. Dari berbagai startup yang telah bertumbuh
besar di Indonesia, sumber daya manusia utama di bidang teknologi informasi masih
banyak menggunakan sumber daya manusia berasal dari luar negeri.
Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang
dilakukan oleh OJK menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia
sebesar 49,68 persen, naik dibanding tahun 2019 yang hanya 38,03 persen. Sementara
indeks inklusi keuangan tahun 2022 mencapai 85,10 persen meningkat dibanding
periode SNLIK sebelumnya di tahun 2019 yaitu 76,19 persen. Pada tahun 2022 khusus
di sektor financial technology (fintech), tingkat literasi keuangan berada pada angka
10,90% dengan tingkat inklusi keuangan hanya sebesar 2,56%.
a. Pharming:
Penipu atau hacker melakukan pengalihan dari situs yang sah ke situs palsu tanpa
diketahui dan disadari oleh korban. Kemudian mengambil data yang dimasukkan
oleh korban sehingga masuk ke dalam area yang menjadi permainan penipu
tersebut.
b. Phishing:
Tindakan memperoleh informasi pribadi seperti user ID, PIN, nomor rekening
bank/ nomor kartu kredit secara tidak sah. Informasi ini kemudian dimanfaatkan
untuk mengakses rekening, melakukan penipuan kartu kredit atau memandu
175
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
c. Spoofing:
d. Sniffing:
Pekerjaan menyadap paket data yang lalu-lalang pada jaringan.
e. Keylogger:
Data pribadi yang diakses disebarkan kepada orang lain, misalnya dalam
rangka penagihan pinjaman macet.
Data pribadi milik orang lain digunakan untuk mengakses produk/jasa tanpa
seizin orang tersebut yang berdampak pada kerugian materi.
176
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
3. Kesimpulan
Penggunaan teknologi informasi dalam kerja sama sektor jasa keuangan (open
finance) semakin berkembang di Indonesia dan memberikan kebermanfaatan bagi
kontribusi perekonomian. Namun demikian, terdapat risiko adanya ancaman siber
berupa pengambilan berbagai data dalam open finance. Pemangku kepentingan
harus menyadari perlunya keamanan digital yang memadai agar dapat memitigasi
potensi ancaman siber.
Indonesia memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan di sektor fintech yang masih
sangat rendah. Selain itu, indeks literasi digital di Indonesia juga masih perlu
ditingkatkan sehingga masyarakat dapat memiliki kesadaran terhadap keamanan
digital. Belum baiknya tingkat pemahaman masyarakat terhadap layanan digital atau
fintech dapat menyebabkan masyarakat menghadapi kejahatan internet/mobile
banking yang masih rentan.
177
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
4. Tingkat literasi dan inklusi digital atau fintech yang dimiliki oleh masyarakat
masih rendah dan mayoritas masyarakat belum memiliki sense of digital safety
serta memahami terhadap risiko layanan fintech. Pemerintah dan seluruh
pemangku kepentingan perlu menginisiasi program peningkatan literasi dan
inklusi nasional secara terukur.
178
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Referensi:
Badan Pusat Statistik. (2022). Berita Resmi Statistik. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Retrieved November 7, 2022
Badan Siber dan Sandi Negara. (2022). Today and Tomorrow's Cybersecurity Talent:
Issues and Challenges. Seminar Nasional Rangkaian Global Cybersecurity
Awareness Month. Depok.
Google, Temasek, dan Bain & Company. (2022). e-Conomy SEA. Singapore: Google,
Temasek, dan Bain & Company.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. (2021, Mei 5). UMKM Menjadi Pilar
Penting dalam Perekonomian Indonesia. Retrieved from Siaran Pers:
https://ekon.go.id/publikasi/detail/2969/umkm-menjadi-pilar-penting-dalam-
perekonomian-indonesia
Kementerian Koperasi dan UKM. (2022, Agustus 12). Potret UMKM Indonesia: Si Kecil
yang Berperan Besar. Retrieved from Kemenkop UKM SMESTA:
179
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
https://smesta.kemenkopukm.go.id/potret-umkm-indonesia-si-kecil-yang-
berperan-besar/
Otoritas Jasa Keuangan. (2022, November 24). Booklet Survei Nasional Literasi dan
Inklusi Keuangan 2022. Retrieved from Publikasi Otoritas Jasa Keuangam:
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Booklet-Survei-
Nasional-Literasi-dan-Inklusi-Keuangan-Tahun-2022.aspx
Yogaswara, A. (2015, Maret 26). Peranan Teknoloi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dalam Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Berkembang. Retrieved
from Pusat Pendidikan & Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian:
http://pusdiklat.kemenperin.go.id/www/informasi/artikel-umum/artikel-
nasional/512-peranan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-tik-dalam-
pertumbuhan-ekonomi-di-negara-negara-berkembang.html
180
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Tris Yulianta
Penulis saat ini diberi amanah sebagai Direktur Pengaturan, Perizinan, dan
Pengawasan Financial Technology Otoritas Jasa Keuangan. Sebelumnya, pernah
ditempatkan di Kantor OJK Kalimantan Selatan, Departemen Perizinan dan Informasi
Perbankan, Departemen Pengawasan Bank – Pemeriksa Spesialis TI, Departemen
Penelitian dan Pengaturan Perbankan, dan Grup Inovasi Keuangan Digital di Otoritas
Jasa Keuangan. Penulis mengawali karir di Bank Indonesia dan pernah ditempatkan
pada beberapa posisi di berbagai satuan kerja, yaitu Biro Pengawasan Bank Swasta
Devisa dan Bank Asing, Departemen Pemeriksaan Bank, Departemen Pengawasan
Bank, Departemen Pengawasan Bank – Pemeriksa Spesialis TI, Departemen Perizinan
dan Informasi Perbankan, dan Pengawas Bank Kantor Regional Kalimantan Selatan.
181
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
MENUJU KEDAULATAN TEKNOLOGI PERANGKAT
TELEKOMUNIKASI NASIONAL
Yovita Bellina Lim & Sjamsudin Ali
Bidang Perangkat Nasional (RANGKATNAS)
1. Latar Belakang
183
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Tahun 2019 tentang Sistem Nasional IImu Pengetahuan dan Teknologi, yang
mengamanatkan bahwa pemerintah wajib menjamin pemanfaatan hasil penelitian,
pengembangan, pengkajian, dan penerapan dalam bentuk invensi dan inovasi untuk
pembangunan nasional. Sejalan dengan itu, di dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, terdapat amanat untuk
mentransformasi perekonomian Indonesia menjadi perekonomian yang berbasis
pengetahuan, teknologi dan inovasi. Riset dan Inovasi menjadi salah satu kunci
penting yang dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional,
penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
184
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Permasalahan umum yang terjadi dalam industri perangkat di Indonesia antara lain:
Tak hanya itu, besar proporsi Dana Riset dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di
Indonesia termasuk masih rendah. Indonesia hanya menyumbang 0,24% dari PDB
untuk Dana Riset, sementara Singapura menyumbang 2,6%. Sementara itu, Korea
Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat menyumbang lebih besar dari 3% PDB mereka.
Terakhir, pendanaan kegiatan riset ini juga masih didominasi pemerintah. Di
Indonesia, 80% dana riset didanai oleh pemerintah, barulah sisanya pihak swasta yang
hanya menyumbang 20%. Hal ini berbanding terbalik dengan Singapura dan Korea
Selatan (Pemerintah: 20%, Swasta 80%).
Isu permasalahan kontribusi IPTEK ini perlu menjadi perhatian khusus ketika hendak
membangun industri nasional yang berinovasi tinggi.
185
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Kurangnya sumber daya manusia yang unggul dan berpengalaman untuk berperan
sebagai tenaga-tenaga ahli di bidang telekomunikasi dan telematika menjadi
tantangan lain yang juga perlu diperhatikan di dalam membangun industri
perangkat.
• Industri Manufaktur yang masih CBU (Completely-Built Unit) atau SKD (Semi
Knocked-Down), masih minim sekali yang CKD (Completely Knocked-Down)
Nilai tambah suatu industri manufaktur dapat dideskripsikan sebagai suatu Smiling
Curve. Yakni, nilai tambah (value-added) dari suatu produk di sisi awal (di sisi
pengembangan/Development), lebih tinggi daripada nilai tambah di sisi perakitan
(Processing) maupun pengepakan (Distribution).
Tren industri manufaktur perangkat lokal masih fokus kepada perakitan dan
pengepakan saja, di mana keduanya termasuk kegiatan yang memberikan nilai
tambah terendah dari suatu produk. Akibat akses yang terbatas terhadap teknologi
tinggi, banyak industri hanya menjalankan fungsi perakitan dan pengepakan yang
secara permodalan tidak terlalu membutuhkan akuisisi teknologi tinggi. Dengan
tidak dimilikinya akses ke teknologi tinggi, baik dari sisi pendanaan maupun dari sisi
modal manusia, maka industri manufaktur perangkat lokal tidak memiliki aspek yang
terpenting untuk memungkinkan industri lokal supaya dapat menjalankan
pemrosesan produk secara lengkap, yakni pemrosesan CKD (Completely Knocked-
Down).
Pada akhirnya, para pemain industri lokal berkompromi dengan hanya menjalankan
proses finalisasi produk-produk asing sebelum dijual ke pasar dalam negeri. Produk-
produk asing tersebut diimpor dalam bentuk produk utuh (Completely-Built Unit
186
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
atau CBU) atau dalam bentuk siap rakit (Semi Knocked-Down atau SKD). Untuk
produk CBU, bagian yang dapat dijalankan industri lokal adalah bagian pengepakan,
sementara untuk produk SKD, bagian yang dapat dijalankan adalah bagian perakitan
dan pengepakan.
• Supply Chain (Rantai Pasok) yang hampir tidak ada dan tidak adanya insentif
untuk menarik Supply Chain agar dapat Terbangun di Indonesia
Untuk dapat menyelenggarakan proses manufaktur lengkap dari hulu hingga sisi
hilir, diperlukan adanya kerjasama dan pembagian tugas antar pemain industri satu
sama lain, sehingga membentuk suatu ekosistem rantai pasok (supply chain). Rantai
pasok yang ideal memungkinkan masing-masing industri menjalankan perannya
dalam ekosistem untuk memasok barang-barang yang dibutuhkan oleh industri-
industri lainnya dari bahan mentah hingga ke barang jadi yang siap dipasarkan secara
lengkap.
187
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
4. Rekomendasi
Pengawasan dan penegakan hukum yang jujur, tegas, dan ketat menjadi hal yang
sangat penting demi terselenggaranya fungsi TKDN dengan semestinya. Dengan
berjalannya fungsi TKDN dengan semestinya, maka dimungkinkan terjadi transfer
permodalan dari pihak-pihak luar yang dapat dimanfaatkan oleh industri lokal untuk
menjalankan kegiatan industri yang membutuhkan teknologi tinggi, terutama di
bidang manufaktur perangkat.
Selain itu, kegiatan TKDN juga perlu dievaluasi, dan jika memang disepakati sebagai
hal yang perlu, dimodifikasi secara berkala sambil mendengarkan masukan-masukan
dari pihak-pihak yang terkait, termasuk di antaranya kendala-kendala yang
dilaporkan di lapangan selama proses TKDN berlangsung.
Dengan menciptakan ekosistem inovasi yang kreatif dan progresif, diharapkan dapat
membantu merekrut bakat-bakat baru ke dalam industri, yang kemudian
diharapkan dapat berperan dalam mendukung kelancaran proses industri
manufaktur perangkat secara lokal di Indonesia.
188
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Oleh karena itu, maka peran pemerintah menjadi sangat penting dalam hal
pengembangan produk industri perangkat nasional, terutama di sisi awal, yakni riset
dan pengembangan. Akses pendanaan atau insentif sangat dibutuhkan di sisi riset
dan pengembangan produk (RnD) ini, karena dari hal inilah pembangunan industri
perangkat nasional dapat berkembang semakin luas dan melaju.
• Dukungan kebijakan untuk ekosistem inovasi melalui kebijakan baik dari sisi
permintaan (demand) maupun penawaran (supply).
189
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
pemesanan dari pemerintah tersebut dapat diskalakan dan dievaluasi dalam jangka
waktu tertentu hingga industri menjadi independen.
Salah satu kendala terbesar bagi bangsa Indonesia untuk dapat meningkatkan
kemandirian di sektor manufaktur perangkat adalah ketiadaan industri yang
menyelenggarakan kegiatan manufaktur CKD (Completely Knocked-Down)
sepenuhnya secara lokal.
Dengan dimanfaatkannya produk-produk hasil riset dan inovasi teknologi tinggi yang
digunakan untuk menjalankan kegiatan manufaktur CKD tersebut, maka selain
memberikan manfaat bagi para pengguna produk, juga memberikan insentif
tersendiri bagi para pelaksana riset dan inovasi lokal untuk dapat terus dapat
berkarya dan terus berkontribusi dalam membangun industri nasional.
Pendanaan dapat berbentuk fasilitas kredit yang berupa pinjaman lunak dari
lembaga-lembaga keuangan yang ditunjuk pemerintah dan lainnya dengan bunga
pinjaman yang diskalakan sesuai dengan derajat pencapaian (milestone) dari proses
riset dan pengembangan yang dilaporkan dari pengembang. Semakin tinggi
milestone yang dicapai, bunga pinjaman dapat diturunkan. Selain itu, kredit yang
190
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Untuk memastikan itu semua berjalan dengan kejujuran dan tanggung jawab,
adalah juga perlu bagi pihak-pihak yang berwenang untuk juga melangsungkan
kegiatan pengawasan dan audit secara jujur, tegas, dan ketat.
Di sisi lain, diharapkan pihak akademisi juga dapat menyediakan karya-karya ilmu
pengetahuan, riset dan teknologi (IPTEK) yang dapat digunakan untuk mendukung
inovasi industri. Bentuk kontribusi penerapan IPTEK tersebut dapat diilustrasikan
seperti pada Gambar 4.
191
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Selain itu, dibutuhkan juga skenario seleksi untuk menentukan skala prioritas produk
inovasi. Yakni, produk mana yang perlu diutamakan untuk dikembangkan lebih
192
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
lanjut oleh akademisi serta produk mana yang perlu segera masuk dan diolah ke
dalam industri, dan juga sebaliknya. Setelah itu, produk-produk inovasi yang terpilih
tersebut akan ditentukan berapa anggaran yang dibutuhkan, serta menuju segmen
pasar mana produk akan diperkenalkan.
Setelah seluruh skenario tersebut telah dijabarkan, maka pihak akademisi dapat
diarahkan untuk secara berkala menyediakan human capital dalam jumlah tertentu
sesuai milestone yang sudah ditentukan sebelumnya untuk diserap, serta pihak
industri dan pemerintah untuk menyediakan resource capital dalam jumlah yang
sudah disepakati untuk mendanai proses riset dan pengembangan yang telah
direncanakan tersebut. Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan insentif bagi
pihak akademisi yang mengutamakan untuk berkreasi di dalam negeri.
Ketika roadmap industri tersebut sudah cukup matang dilakukan, maka proses
pelaksanaannya juga perlu untuk diawasi agar tidak menyimpang dari rencana-
rencana semula.
Harus ada keberanian untuk mengubah mindset yang sebelumnya “tidak gegabah”
berubah menjadi “berani berubah”. Dengan mengubah paradigma untuk berani
terjun dan mengadopsi teknologi-teknologi terbaru, maka akan ada keberanian
untuk menerima fakta bahwa pakem-pakem lama harus ditinggalkan dan diganti
dengan yang baru. Teknologi terbaru yang sudah terbukti bermanfaat di luar negeri
perlu sesegera mungkin diadopsi, serta dilakukan riset, pengembangan, dan
implementasi di Indonesia.
193
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
5. Kesimpulan
• Perlu ada perubahan Mindset (Pola Pikir) untuk berani mempelajari teknologi
terbaru dan meninggalkan yang lama.
• Pengawasan TKDN perlu diterapkan dengan ketat agar tidak menyimpang dari
rencana semula.
194
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
195
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
MENUJU ‘NATIONAL IN-HOUSE APPLICATIONS’
MELALUI PENINGKATAN TKDN
DAN PEMBERDAYAAN E-KATALOG
Djarot Subiantoro & Ashari Abidin
Bidang Aplikasi/Platform Nasional (PLATFORMATIKA)
Abstrak - Aplikasi sebagai unsur utama dalam sistem layanan digital yang
menjembatani langsung komunikasi dan interaksi dengan pengguna layanan;
mengalami perkembangan pesat mengikuti perkembangan teknologi dan
'business model', memerlukan penyesuaian berkelanjutan untuk mendukung
perkembangan organisasi/usaha. Implementasi aplikasi menuntut pemahaman
mendalam terhadap 'business process' dan teknologi, sehingga diperlukan tim
pengembang, operasi dan pemeliharaan, yang senantiasa siap mendukung
perubahan. Tantangan utama di kementerian dan lembaga pemerintah adalah
sistem pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang konstan dimutasikan
sehingga mengurangi kelahiran spesialis-spesialis yang andal. Penerapan cara
khusus seperti DTO (Digital Transformation Organization) di Kemenkes, Organisasi
Bayangan di Kemendikbud mungkin dapat menjawab tantangan namun juga
menimbulkan permasalahan terkait sistem penganggaran. Untuk
dipertimbangkan: pembentukan Badan Layanan Unit (BLU), yang di bawah
kendali pemerintah, dapat mempertahankan SDM spesialis, serta menjangkau
SDM lebih luas dari industri digital.
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
197
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Tidak seperti unsur TIK yang lain, infrastruktur hardware, system software, tools yang
bersifat dan menjalankan fungsi yang tertentu, tetap dan konstan, Aplikasi bersifat
lebih cair dan fleksibel menyesuaikan dengan kebutuhan operasi/ bisnis. Kebutuhan
tersebut berkembang dari waktu ke waktu sehingga memerlukan penyesuaian atau
upgrade dari waktu ke waktu. Pengembangan aplikasi juga menuntut metoda dan
proses yang tepat, dengan tenaga ahli yang sesuai, kombinasi antara bisnis dan
teknologi yang digunakan, melibatkan pemahaman kebutuhan pengguna dan
framework yang sanggup mendukung dan berorientasi ke masa depan. Dalam
metoda dan prosesnya ada dua siklus yang umum digunakan, sesuai dengan
karakteristik, ketersediaan SDM dan jangka waktu yang disediakan, yaitu Waterfall
dan Agile.
198
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
199
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Isu yang kedua yaitu, sarana penghubung (marketplace platform) user dengan
pengembang. Kebutuhan user sulit ditangkap secara komprehensif oleh developer
akibat belum terdapatnya platform yang menghubungkan secara efektif antara
user dengan developer. Maka dari itu dibutuhkan infrastruktur pendukung bagi
software developer dalam mengidentifikasi kebutuhan software di pasar dan
perkembangan teknologi global.
• Menyusun pendekatan yang sesuai sebagai solusi bagi kebutuhan aplikasi bagi
sektor pemerintah, yang terstruktur dan tepat guna, dari segi pemenuhan
kebutuhan secara fungsi, waktu dan keterkaitan satu sama lain dalam konteks
yang lebih luas.
• Proses kerja secara terintegrasi namun dengan tetap menjawab kebutuhan unik
dari tiap-tiap organisasi
200
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Status Building Blocks Industri saat ini berada di fase ‘Venture Capital firms
specializing in Technology/ Internet, lalu beranjak menuju ke fase ‘ Alliance with
Global IT Products To “WEBIFY” Local Industries, kemudian diperlukan standar dan
sertifikasi kompetensi semacam CMMi (Capability Maturity Model integration) di
tingkat nasional. Pada tahun 2009 pernah diperkenalkan KIPI (Kematangan Industri
Piranti Lunak Indonesia) yang mengadopsi CMMi, menyesuaikan dengan
kebutuhan dan keunikan lokal.
201
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Status Strategi Pengembangan saat ini di bidang SDM; terdapat 400+ perguruan
tinggi yang mengembangkan jurusan TIK – tergabung dalam Aptikom, dengan
jumlah lulusan 35 ribu per tahun. Di bidang Infrastruktur Fisik: kelanjutan
pengembangan Palapa Ring – menyediakan jaringan pita lebar ke seluruh
kepulauan Nusantara. Penyediaan jaringan wireless dan satelit baik secara kapasitas
maupun pemanfaatan teknologi-teknologi mutakhir di bidang jaringan pita lebar.
Di bidang Kebijakan – percepatan kebijakan berupa bentuk-bentuk UU, PP maupun
PM yang menunjang pertumbuhan dan pengembangan pendayagunaan TIK. Di
bidang Pemanfaatan: mendorong inovasi dan peluang monetasi industri TIK di
Indonesia, mendukung efisiensi, efektivitas dan produktivitas dunia usaha,
pendidikan maupun hiburan.
2.1.2. e-Katalog
202
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Katalog elektronik (e-Katalog) LKPP ini telah diatur oleh Peraturan Presiden Nomor
12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pada e-Katalog LKPP, terdapat tiga jenis katalog yang perlu kita ketahui sebagai
penyedia, antara lain; Katalog Elektronik Nasional, Katalog Elektronik Sektoral, dan
Katalog Elektronik Lokal.
Katalog Elektronik Nasional adalah katalog elektronik yang dikelola oleh LKPP.
Kemudian, Katalog Elektronik Sektoral adalah katalog elektronik yang dikelola oleh
lembaga atau kementerian. Sedangkan Katalog Elektronik Lokal merupakan
katalog elektronik yang dikelola oleh pemerintah daerah.
Meskipun semua tampak kaku dan hanya ada sedikit ruang untuk inovasi dan
kreativitas dalam proses pengembangan perangkat lunak, teta[I nyatanya tidak
selalu demikian. Dengan mengadopsi filosofi pengembangan perangkat lunak
203
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Menemukan talenta hebat adalah prioritas utama bagi organisasi manapun, apalagi
untuk sebuah perusahaan pengembangan perangkat lunak. Kandidat dengan
pengalaman tahunan dan memiliki semua keterampilan teknis yang dibutuhkan
untuk berhasil dalam sebuah posisi dalam tim pengembangan perangkat lunak kita
belum tentu merupakan orang yang tepat untuk pekerjaan itu. Pada kenyataannya,
kandidat yang benar-benar tepat sering kali memiliki perpaduan antara kompetensi
teknis dan soft skill, tapi juga memiliki kesesuaian budaya.
Menemukan bakat ini dari sekumpulan kandidat yang memenuhi syarat dapat
tampak seperti menemukan jarum di tumpukan jerami. Tetapi jika kita memiliki
filosofi pengembangan perangkat lunak yang memandu tim kita, kita dapat
mengidentifikasi kandidat yang memiliki nilai yang sama dengan perusahaan kita.
Hal ini membuat perekrutan jauh lebih mudah.
Meskipun kita mungkin memiliki ide cemerlang untuk meningkatkan alur kerja dan
produktivitas tim, tapi ide-ide ini dapat dengan mudah diabaikan saat kita
meninggalkan tim atau saat kita tidak lagi mengawasi aktivitas tim dengan cermat.
Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan klien dan bahkan internal perusahaan
204
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
sendiri, atau proyek yang kualitasnya tidak konsisten dan tidak selaras dengan
pencapaian tim kita sebelumnya.
Menetapkan filosofi pengembangan perangkat lunak adalah cara yang bagus untuk
mengkomunikasikan harapan dengan jelas kepada anggota tim dan menyusun ide
yang dapat dengan mudah dibahas dan disepakati oleh anggota tim saat kita tidak
ada. Dengan cara ini, tim dapat terus membangun produk berkualitas yang
memenuhi standar yang ditetapkan secara konsisten.
Salah satu filosofi yang harus diterapkan sesuai dengan maksud dan tujuan Kajian
ini adalah kesadaran untuk selalu mengutamakan produk yang dapat
meningkatkan nilai TKDN dan pemberdayaan e-Katalog.
Regulasi terkait kajian ini ada dua, yaitu Peraturan Menteri Perindustrian No. 22
tahun 2020 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat
Komponen Dalam Negeri Produk Elektronika dan Telematika dan Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 9 tahun 2021 tentang
Toko Daring dan Katalog Elektronik Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
205
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Oleh sebab itu diperlukan adanya peran aktif dan sinergi dari pemerintah melalui
LKPP untuk menghasilkan kebijakan dan pengembangan informasi e-Katalog bagi
UMKM. Kementerian Perindustrian memang sangat perlu mengembangkan
kebijakan terkait Tingkat Penggunaan Komponen Dalam Negeri (TKDN) bersama
Kementerian Koperasi dan UMKM dan Kementerian Perdagangan untuk
mengembangkan serta membina UMKM agar tidak tertinggal ketika penerapan e-
Katalog sudah diwajibkan.
Industri Perangkat lunak merupakan salah satu sub-sektor ekonomi kreatif, dimana
saat ini terdapat 107 Perusahaan Perangkat Lunak yang terdaftar di ASPILUKI,
antara lain; Infrastruktur yang dimaksud adalah development tools, desain,
komunikasi, serta infrastruktur lainnya. Pemerintah telah menargetkan percepatan
dan perluasan jaringan internet dalam RPJMN sebagai infrastruktur pendukung
ekosistem digital, Kebijakan Pemerintah dalam bersaing dengan perusahaan global,
industri perangkat lunak Indonesia akan sulit berkembang apabila tidak didukung
oleh kebijakan afirmatif pemerintah. Gerakan 1000 Start-up Digital program
206
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
inkubasi dan akselerasi start-up berbasis digital oleh Kementerian Komunikasi dan
Informasi, yang menargetkan tiga Unicorn baru pada 2024 dan sudah dituangkan
dalam RPJMN. Beberapa contoh produk (Software) produksi Indonesia; Accurate,
Picmix, PC Media Antivirus, GOJEK, Tokopedia, Jurnal.ID.
2.4.2 Contoh Permasalahan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan Urgensi dalam
mendorong HAKI dan Posisi Indonesia dalam Indeks HKI Global
Berdasarkan laporan dari Global Innovation Policy Center dan Kamar Dagang
Industri AS dalam Laporan Art of Possible tahun 2020 menyatakan bahwa HAKI
yang dikelola secara optimal dalam suatu negara mampu memberikan manfaat
terhadap kegiatan ekonomi, seperti mendorong pertumbuhan bisnis secara
optimal dan meningkatkan minat investor asing, potensi untuk menghasilkan
output yang lebih inovatif, meningkatkan modal usaha dan private equity,
peningkatan investasi pada sektor swasta dalam aktivitas penelitian dan
pengembangan, dan meningkatkan indeks kompetisi global, serta meningkatkan
kualitas peneliti dan keunggulan kompetitif SDM dalam negeri.
207
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
MasTel cq Bidang Aplikasi Nasional diminta menyusun konsep NinA (National In-
House Applications) dengan pendekatan non-konvensional; dimana diusulkan agar
dapat dibentuk kelompok software development untuk kebutuhan aplikasi
pemerintah. Nantinya NinA akan menyediakan developer khusus untuk aplikasi
pemerintahan / e-Government. Aplikasi / Developers yang akan mengikuti seluruh
update kebutuhan aplikasi pemerintahan / e-Government agar sejalan dengan
kebijakan terbaru / terkini, terpadu dan terintegrasi.
2.5.1. e-Katalog
Tata cara pendaftaran untuk menjadi penyedia di e-Katalog LKPP yaitu membuat
akun SPSE, kemudian mendaftar pada SIKAP, setelah mendaftar akses e-Katalog
dan lakukan pengajuan, dan tahap terakhir adalah penandatanganan kontrak
katalog.
208
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Saat ini persyaratan TKDN software meliputi rancang bangun, haki, tenaga kerja,
SKKNI, dan alat kerja. Untuk prasyarat TKDN software sendiri adalah server lokal,
lokal apps store, minimum active user, dan minimum injection apps.
2.5.3. NinA
NinA dicita-citakan akan menjadi BLU (Badan Layanan Umum), seperti Bhakti
dalam bidang Telekomunikasi, dimana di belakangnya bisa fully supported oleh
pengembang swasta termasuk UMKM, sebagaimana Bhakti di belakangnya
didukung oleh para operator telekomunikasi. Kita perlu detailkan konsep ini dan
dituangkan dalam bentuk dokumen. Kebutuhan akan aplikasi pemerintah semakin
meningkat dan terus tumbuh, sehingga NinA berpotensi menjadi besar dan
penting.
209
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
2.6.. e-Katalog
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bagi penyedia barang dan jasa bisa
melakukan penawaran yang diminta dalam menu Pengumuman pada situs e-
Katalog. Dengan begitu, jenis barang/jasa yang bisa ditawarkan merupakan jenis
barang/jasa yang dibutuhkan oleh kementerian atau lembaga.
Tapi, seperti apa contoh jenis barangnya? Sejak 2015, Bhinneka telah menjadi
penyedia barang untuk e-Katalog LKPP. Untuk jenis barang, Bhinneka menyediakan
barang terkait IT dan MRO, perkakas, serta furniture kantor.
210
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
3. Rekomendasi
Setidaknya terdapat 19 sektor yang terdampak atas aplikasi, termasuk area yang
sangat diatur seperti keuangan, Kesehatan, dan Pendidikan (ini hanyalah puncak
dari gunung es). Potensi disrupsi sangat besar di sini, perlu ada adaptasi bertahap
agar tidak menimbulkan seperti di bidang transportasi. Ada peluang besar sekaligus
tantangan yang besar juga, semua aplikasi akan syarat dengan data publik,
sehingga keamanan data di level aplikasi perlu diantisipasi.
211
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Strength
Weakness
Opportunity
Belum ada lembaga atau solusi yang dapat menghubungkan antara kebutuhan
software/aplikasi dari kementerian/ lembaga dengan para produsen software.
Threats
Kebutuhan akan perangkat lunak (software) menjadi salah satu komponen yang
menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam 5 tahun ke depan dan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari disrupsi teknologi. Software menjadi solusi utama dalam
memenuhi kebutuhan bisnis maupun masyarakat secara luas serta key enabler
dalam transformasi digital. Dengan pendapatan sebesar 509 Miliar USD per tahun
2018, International Data Corporation (IDC) memproyeksikan pasar software global
akan memberikan kontribusi CAGR sebesar 8% hingga tahun 2023.
212
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Perangkat lunak (software) memiliki pangsa pasar yang terdiri atas berbagai macam
subsegmen, dimana setiap software memiliki karakteristik dan dinamika yang
berbeda sesuai dengan keunggulan kompetitif masing-masing. Meskipun beberapa
segmentasi pasar software terkonsentrasi untuk fungsi tertentu, keberadaan Cloud
Computing telah menurunkan barriers to entry dan meningkatkan kompetisi antar
pengembang software maupun perusahaan startup untuk membangun solusi
yang bersifat end-to-end.
213
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
214
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
3.3.3 Mega Trend Industri Software Global berdasarkan Segmen Pasar dan Jenis
Software
215
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
3.3.4. e-Katalog
Bagi pemilik usaha yang tertarik melebarkan sayap dengan menjadi penyedia di e-
Katalog LKPP, informasi mengenai cakupan pasar e-Katalog ini sangat penting.
Bhinneka contohnya, sebagai salah satu penyedia e-Katalog, membagikan
pengalamannya terkait hal tersebut. Novrita Andriana Fitri, Head of Corporate Sales
Bhinneka, menyampaikan bahwa e-Katalog LKPP ini dapat diakses oleh setiap
instansi pemerintahan di Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa e-Katalog
mencakup seluruh KLPD di Indonesia. Dengan cakupannya yang luas, e-Katalog
juga memberikan hasil yang cukup signifikan untuk Bhinneka sebagai penyedia.
“Sebagai perusahaan e-commerce yang fokusnya ke B2B dan B2G, adanya e-
Katalog cukup signifikan dalam proses pengadaan barang/jasa yang dilayani,” ujar
Novrita.
216
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Dalam memastikan terwujudnya sustainability, daya inovasi, serta tata kelola yang
optimal pada perangkat lunak, maka suatu ekosistem perlu dibangun dengan
mempertimbangkan setidaknya 7 komponen sebagai berikut:
217
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
4. Kesimpulan
218
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Djarot Subiantoro
219
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Prima ( 2017 - 2017 ), sebagai Deputy Director, lalu di PT. Permodalan Nasional
Madani (BUMN) ( 2017 - 2018 ), sebagai Vice Division Head - IT Solution &
Infrastructure, dilanjutkan di PT. Karya Digital Nusantara (KMDN) ( 2020 - 2021),
sebagai CTO, setelah itu di .PT. Immobi Solusi Prima ( 2022 - sekarang), sebagai
Deputy CTO.
220
Menuju Kesehatan, Pertumbuhan, Keberlangsungan, dan Kemandirian Industri Telematika di Indonesia
Tim Penyusun:
Ketua:
Sigit Puspito Wigati Jarot
Anggota:
Johny Siswadi
Teguh Prasetya
Risargati
Editor:
Legiman Misdiyono
Faried Cahyono
Dian Iskandar
Desain Cover:
M. Nadzif Subkhi
Layout:
Ardo Setiawan
M. Nadzif Subkhi