Anda di halaman 1dari 8

Tugas Final

Manajemen Strategi
“Ekonomi Kreatif di Bidang Penyiaran (TVRI Sulawesi Tenggara)”

Disusun Oleh:

Nama: Marwah Hanurti


NIM: B1B117074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
PENDAHULUAN

Didirikannya stasiun televisi di Indonesia pertama kali tanggal 24 Agustus 1962


dengan sengaja memang untuk menjaga martabat negara. Tujuan pemerintah waktu itu
mendirikan stasiun televisi adalah karena ingin mempropagandakan Indonesia ke dunia
internasional bersamaan dengan penyelenggaraan pesta olah raga Asian Games ke-4 di
Jakarta. Setelah stasiun televisi di Indonesia berdiri dan telah berhasil menayangkan pesta
olah raga Asian Games, maka pada tanggal 20 Oktober 1963, dibentuklah Yayasan Televisi
Republik Indonesia (TVRI) yang diketuai langsung oleh Presiden RI (Legge dalam Sen &
Hill, 2001).
Di sisi lain, dengan jangkauan yang semakin luas juga mampu menarik sejumlah
perusahan untuk memasang iklan ke TVRI. Maka, tidak dapat dipungkiri, TVRI sangat kuat
dalam segi modal dan pendapatan saat itu. Sebab, selain bertambahnya pemasukan dana dari
pemasang iklan, biaya operasional TVRI masih dibiayai negara melalui APBN. Dana yang
diperoleh TVRI dari pemasukan iklan pada waktu itu (1976-1977) mencapai 17 sampai 20
milyar per tahun. Pemasukan iklan telah menyumbang 34 persen anggaran televisi nasional.
Akan tetapi, pada tanggal 5 Januari 1981, Presiden Soeharto mengumumkan bahwa sejak
tanggal 1 April 1981, iklan di televisi dilarang. Alasan Presiden melarang iklan di TVRI
adalah agar media tersebut lebih mengkonsentrasikan dirinya sebagai alat kampanye
pembangunan nasional.

(TVRI Sulawesi Tenggara) (TVRI Pusat, Jakarta)


PEMBAHASAN

1. Visi & Misi

TVRI mempunyai visi dan misi yang berbeda dari TV lain karena TVRI sebagai pelopor
sebuah TV di Indonesia ini dan mempunyai ciri dan karakter tersendiri seperti yang di bawah ini:

VISI :

“Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan
kehidupan bangsa untuk memperkuat kesatuan nasional”.

MISI:

Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama.

2. Strategi Pemrograman
TVRI sebagai salah satu media massa tentunya memiliki strategi pemrograman untuk
menarik perhatian para audiencenya. Programming bertujuan agar mencapai jangkauan pemirsa
yang sebesar mungkin dengan target audience yang spesifik, prestige dan penghargaan, serta
dapat mewadahi kepentingan lokal ataupun nasional. Kesuksesan media televisi mengacu pada
tiga pilar utama kesuksesan media penyiaran menurut Morissan yaitu teknik, program dan
pemasaran. Ketiga pilar tersebut diperlukan guna menunjang perkembangan media penyiaran
(Morissan,2008:218)
3.
TV programming strategy menurut Morissan terdiri dari perencanaan program, produksi,
eksekusi program, dan pengawasan dan evaluasi program. Pada sub bab ini akan menjabarkan
tentang programming strategy yang digunakan oleh manajemen TVRI berdasarkan tahapan yang
dikemukakan oleh Morissan.
Perencanaan program perlu untuk dilakukan agar program yang dibuat nantinya sesuai
dengan apa yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu program yang sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2005 yang menetapkan bahwa tugas TVRI adalah memberikan
pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta
melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui
penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dengan adanya perencanaan ini, maka output program nantinya akan sesuai
dengan konsep, dan tidak melenceng kemana-mana. Segala sesuatu yang berhubungan dengan
program akan dibicarakan dalam proses perencanaan ini, mulai dari jenis program, jadwal
tayang, dan hubungannya dengan pengiklan.
Menurut Morissan pada stasiun televisi, perencanaan program diarahkan pada produksi program
apa yang akan diproduksi, pemilihan program yang akan dibeli (akuisisi), dan penjadwalan
program untuk menarik sebanyak mungkin audien yang tersedia pada waktu tertentu.

TVRI sebagai lembaga penyiaran publik tidak bisa bersaing dengan televisi-televisi swasta
besar nasional yang sudah mempunyai nama. Contoh paling nyata yaitu pada jam prime time.
Saat televisi lain menayangkan program unggulan seperti sinetron, maka TVRI tidak ingin
membuat acara serupa. Selain karena biaya produksi sinetron tidaklah murah, juga karena pasti
akan kalah bersaing mengingat sumber daya yang belum memadai.
Oleh karena itu TVRI membuat program tandingan yang berbeda. Apabila sinetron
mayoritas ditonton oleh perempuan, maka TVRI mencari celah dengan membuat program yang
mengusung tema-tema sosial,budaya dan politik yang ditujukan untuk laki-laki. Misalnya Quo
Vadis, Push Meong, Parodi politik, dan Pendopo. Namun karena keunikan programnya, program
yang awalnya ditujukan untuk segmen laki-laki dewasa akhirnya disukai oleh semua audien
dewasa, remaja baik laki-laki maupun perempuan.

4. Analisis SWOT
- Strength (Kekuataan)
1. Stasiun Tv milik pemerintah
2. Sebagai media kampanye pembangunan daerah dan nasional
3. Tayangan program yang edukatif
4. Mengembangkan Sulawesi Tenggara di kancah nasional dengan penayangan
tentang kondisi Sulawesi Tenggara.
- Weakness (Kelemahan)
1. Program tayangannya hanya sedikit
2. Kurang melakukan inovasi pada program-programnnya.
3. Tidak mampu menarik banyak penonton
4. Rating rendah
- Opportunity (Peluang)
1. Sangat mungkin untuk menarik penonton millennial dengan tayangan yang lebih
kreatif
2. Sangat mungkin membuka peluang kerja seluas-luasnya khususnya daerah
Sulawesi Tenggara.
- Threat (Ancaman)
1. Makin meningkatnya stasiun Tv swasta sehingga TVRI semakin kurang dilirik.
2. Generasi millennial kurang minat dalam menonton berita.
3. Teknologi dan zaman yang semakin berkembang.

5. Logo/ Brandmark TVRI

MAKNA BRANDMARK LOGO TVRI SEKARANG:


1. Logo LPP TVRI menggunakan satu bulatan berwarna biru dengan tulisan RI (Republik
Indonesia) yang sangat menonjol di dalamnya, yang memberi kesan bahwa LPP TVRI
kini goes to the world. Memang ini bagian dari visi LPP TVRI ke depan untuk menjadi
world class public broadcasting.
2. LPP TVRI hanya menggunakan dua warna pada logo untuk komunikasi visual nya.
Warna trusted blue solid, digunakan untuk corporate color. Warna ini diambil dari warna
biru laut dan langit Indonesia. Trusted blue menjelaskan ketegasan, simple dan elegan.
Sementara untuk layar menggunakan warna putih, dengan transparansi 80%. Warna putih
digunakan untuk logo bug, dan promo bug, below the line dan social media. Putih
menjelaskan fleksibelitas, mudah beradaptasi dengan perubahan.
3. Super grafis adalah bentuk turunan dari logo yang menggunakan tiga bulatan, satu
bulatan besar, satu bulatan sedang dan satu bulatan kecil. Ini melambangkan universe
atau jagad raya. Tiga bulatan juga menelaskan satu dunia, satu Indonesia dan satu LPP
TVRI. Elemen super grafis digunakan untuk komunikasi visual pada layar kaca, below
the line, dan media sosial. Fungsi super grafis adalah menampung elemen elemen visual
yang tidak bisa ditampung oleh logo. Super Grafis terdiri dari lima warna. Biru dan
turunannya untuk semua program yang berbasis informasi. Hijau dan turunannya untuk
program berbasis ilmu pengatahuan, agama dan kebudayaan. Warna merah untuk
olahraga, warna ungu dan turunannya untuk program hiburan dan warna orange dan
turunan untuk program anak-anak.
4. Brand besar memang tak banyak menggunakan font. Karena itu hanya dua huruf saja
yang digunakan oleh LPP TVRI yakni Avenir dan Gotham (dengan segala turunanya).
Penggunaan hanya dua huruf dibuat untuk menjaga konsistensi cara berkomunikasi
visual. Mulai dari logo, layar kaca sampai ke unsur perkantoran.
5. Dalam rebranding LPP TVRI juga diatur mengenai standard fotografi baik individual
maupun fotografi program. Fotografi LPP TVRI untuk standard individual dibuat dengan
gaya yang luwes, ramah dan smart casual. Proses ini sengaja dibuat agar image
perubahan dari kesan sebagai Lembaga birokrasi kini menjadi Lembaga kreatif. Untuk
fotografi program menampilkan kesan yang ceria, deep of feel dan fokus.

6. Budaya Organisasi

Budaya Organisasi di TVRI Sulawesi Tenggara diterapkan kepada seluruh karyawan dan
staff namun masih cenderung bersifat kaku.
Seperti yang sudah diketahui bahwa TVRI ini merupakan organisasi pertelevisian yang
dimiliki oleh pemerintah Indonesia yang merupakan stasiun Televisi pertama yang ada di
Indonesia yang siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sebelum menjadi Lembaga
Penyiaran Publik, pada awalnya TVRI merupakan Lembaga Penyiaran Pemerintah sehingga
acara atau program yang ditayangkan oleh TVRI masih ada campur tangan dari pemerintah.
Setelah menjadi Lembaga Penyiaran Publik bukan berarti , pemerintah tidak ada campur tangan
dalam acara atau program yang ditayangkan oleh TVRI karena sebagian biaya operasional TVRI
masih ditanggung oleh pemerintah. Campur tangan pemerintah mempengaruhi budaya
perusahaan yang ada di TVRI. Hal tersebut menjadikan TVRi menjadi kurang bisa bersaing
dengan stasiun televisi swasta yang ada di Indonesia. Sebagian karyawan TVRI merupakan
pegawai negeri sipil, sehingga upah tiap bulan pegawai TVRI masih ditanggung negara. Hal
tersebut berakibat pada kinerja karyawan TVRI sendiri dalam membuat sebuah program acara.
Mereka beranggapan bagaimanapun kualitas program acara yang mereka buat tidak akan
mempengaruhi gaji yang mereka terima sehinggga dapat di bilang bahwa TVRI memiliki budaya
organisasi yang cenderung kaku. Di TVRI juga tidak ada budaya yang lebih mengedepankan
atau meprioritaskan karyawan yang mempunyai kemampuan atau skill lebih dibandingkan
dengan karyawan yang lainnya. Berbeda dengan stasiun swasta, di beberapa stasiun TV Swasta
jika ada karyawan yang mempunyai kemampuan lebih atau berhasil membuat program acara
yang kreatif dan berkualitas akan lebih diprioritaskan dan mendapat beberapa keuntungan. Hal
tersebut membuat karyawan stasiun TV swasta menjadi akan berlomba-lomba membuat program
acara yang berkualitas sehingga berpengaruh kepada citra Stasiun Televisi itu sendiri.Di TVRI,
pimpinan perusahaan masih dianggap mempunyai peran utama bagi perusahaan, jadi berhasil
atau tidaknya perusahaan tersebut ditentukan oleh pemimpin perusahaan.

(Seluruh karyawan dan karyawati TVRI sultra)


PENUTUP

Kesimpulan:
Kesimpulannya bahwa TVRI Sulawesi Tenggara masih kurang melakukan inovasi terhadap
program-program yang telah ditayangkan serta masih sangat terbelakang dibandingkan dengan
stasiun TV swasta lainnya namun dengan segala peluang yang ada TVRI masih terus berusaha
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas penayangannya.

Saran:
Sebaiknya TVRI juga menayangkan program-program yang lebih kreatif untuk menarik minat
kaum millennial sehingga rating penayangannya bisa lebih meningkat.

Anda mungkin juga menyukai