Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Informasi merupakan suatu hal yang sangat penting di zaman yang serba modern seperti sekarang ini. Teknologi penyampaian informasi atau yang biasa disebut teknologi sistem komunikasi telah terbukti memacu kemajuan di bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang pertanian, bidang petahanan dan keamanan serta masih banyak lagi bidang yang lain. Kecepatan penyampaian dan kualitas informasi yang diterima menjadi acuan proses pengembangan teknologi telekomunikasi. Adapun berbagai media informasi yang berkembang saat ini adalah media massa, media elektronik seperti radio, televisi, dan internet. Salah satu yang menjadi pembahasan dalam laporan ini adalah media elektronik yaitu televisi. Televisi menjadi salah satu media informasi yang cukup berdampak bagi masyarakat. Hampir sekarang setiap rumah memiliki satu sampai beberapa unit televisi. Informasi yang disajikan yang selalu up-to-date disajikan dalam bentuk audio visual sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi pemirsa yang ada di rumah. Beragam acara yang ada mampu menghibur penontonnya. Pada mulanya, televisi dimaksudkan sebagai suatu cara lain lain untuk menyiarkan program-program berita dan hiburan-hiburan tetapi dengan gambar, seperti yang dilakukan siaran radio untuk suara. Kemampuan untuk menghasilkan gambar, teks, grafik dan informasi visual telah menjadi begitu bermanfaat hinggga sekarang ini pemakaiannya jauh lebih banyak. Stasiun relay merupakan sarana yang sangat penting untuk meningkatkan mutu siaran. Stasiun relay berfungsi untuk menyampaikan kembali siaran dari studio pusat sehingga dapat menjangkau daerah cakupan siaran yang luas, untuk itu stasiun relay harus dapat memancarkan kembali sinyal-sinyal yang dikirimkan dari stasiun pusat sebaik mungkin, sehingga gambar dan suara yang diterima oleh pelanggan tetap memiliki kualitas yang baik.

Sesuai dengan latar belakang seperti yang telah dikemukakan di atas maka dalam menyusun Laporan Kerja Praktek ini diambil judul ANALISA SISTEM TRANSMISI PADA STASIUN PEMANCAR TVRI SATUAN TRANSMISI GOMBEL SEMARANG.

1.2 Tujuan Kerja Praktek Sesuai dengan kurikulum yang ada di Universitas Diponegoro, maka tujuan Kerja Praktek adalah : 1. Upaya memberikan bekal pengalaman praktek, sehingga teori yang didapatkan diharapkan dapat diterapkan di lapangan. 2. Agar dapat memahami iklim kerja lingkungan industri dan lingkungan kerja lain yang senantiasa menuntut efisiensi dan kedisiplinan waktu. 3. Untuk melatih diri dalam kedisiplinan dan semangat bekerja dalam melaksanakan pekerjaan. 4. Untuk mengetahui dan memahami sistem transmisi di Satuan Transmisi TVRI Gombel.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja praktek ini dilakukan mulai tanggal 21 Januari 2012 sampai dengan tanggal 21 Februari 2012.

1.4 Batasan Masalah Pada stasiun transmisi TVRI Gombel terdapat banyak perangkat yang membentuk suatu sistem pengolahan sinyal informasi hingga dapat dipancarkan dan diterima oleh seluruh pemirsa dalam jangkauan TVRI Jawa Tengah. Pembahasan dalam laporan ini dibatasi pada sistem transmisi pemancar televisi UHF pada channel 23 stasiun pemancar TVRI Gombel.

BAB II TINJAUAN UMUM TVRI

2.1 Sejarah Berdirinya Stasiun TVRI Stasiun televisi di Indonesia lahir setelah muncul gagasan pemerintah untuk menyertakan proyek pembangunan ke dalam proyek ASEAN Games IV. Berdasarkan surat keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia

No.20/SK/M/61 maka dibentuk panitia pembangunan televisi pada bulan Juli 1961 yang bertugas mengurusi segala sesuatu yang berhubungan degan proses perencanaan, penelitian sampai dengan pelaksanaan pembangunan stasiun televisi. Akhirnya meskipun dengan waktu yang sangat terbatas, berkat usaha - usaha yang serius maka pada saat dimulainnya ASEAN Games IV siaran televisi sudah dapat dinikmati oleh pemirsa. Jangkauan siaran televisi pada saat iu masih sangat terbatas, dimana hanya daerah seitar Jakarta saja yang dapat dijangkau. Stasiun televisi pertama tersebut selanjutnya diberi nama Televisi Republik Indonesia yang bernaung di bawah organisasi Organizing Committe ASEAN Games IV. Setelah pelaksanaan siaran ASEAN Games IV berakhir, siaran televisi tidak dapat dilanjutkansecara tetap karena studio belum dibangun. Atas permintaan masyarakat akhirnya studio operasional sehari - hari dapat diselesaikan pada tahun 1962 di bawah naungan Yayasan Gelora Bung Karno yang sekarang menjadi Yayaan Gelanggang Olah Raga Senayan. Siaran televisi baru dapat disiarkan selama satu jam sehari dan selanjutnya jam siaran pun ditambah hingga 50 jam per mingu pada tahun 1963. Besarnya biaya yang diperlukan mendorong pemerintah untuk mengambil kebijaksanaan dengan mengeluarkan SK presiden yang menyatakan bahwa biaya operasional televisi maupun dana - dana yang diperoleh dari periklanan. Televisi Republik Indonesia berdiri pada tanggal 24 Agustus 1962. Selama berdiri sampai pada tanggal 14 April 1980 berada di bawah naungan Yayasan Gelora Bung Karno, kemudian diambil alih Departemen Penerangan Republik

Indonesia. Studio televisi di daerah - daerah selanjutnya banyak dibangun, salah satunya adalah TVRI Stasiun Semarang.

Gambar 2. 1 Logo TVRI

Arti simbolis dari bentuk logo ini menggambarkan layanan publik yang informatif, komunikatif, elegan dan dinamis dalam upaya mewujudkan visi dan misi TVRI sebagai TV Publik yaitu media yang memiliki fungsi kontrol dan perekat sosial untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Bentuk lengkung yang berawal pada huruf T dan berakhir pada huruf I dari huruf TVRI membentuk huruf P yang mengandung 5 (lima) makna

layanan informasi dan komunikasi menyeluruh, yaitu : 1. P sebagai huruf awal dari kata PUBLIK yang berarti memberikan

layanan informasi dan komunikasi kepada masyarakat dengan jangkauan nasional dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. 2. P sebagai huruf awal dari kata PERUBAHAN yang berarti membawa perubahan ke arah yang lebih sempurna. 3. P sebagai huruf awal dari kata PERINTIS yang berarti merupakan perintis atau cikal bakal pertelevisian Indonesia. 4. P sebagai huruf awal dari kata PEMERSATU yang berarti merupakan lembaga penyiaran publik yang mempersatukan bangsa Indonesia yang tersebar di Bumi Nusantara yang sangat luas dan terdiri atas ribuan pulau. 5. P sebagai huruf awal dari kata PILIHAN yang berarti menjadi pilihan alternatif tontonan masyarakat Indonesia dari berbagai segmen dan lapisan masyarakat.

Bentuk elips dengan ekor yang runcing dan dinamis melambangkan komet yang bergerak cepat dan terarah serta bermakna gerakan perubahan yang cepat dan terencana menuju televisi publik yang lebih sempurna. Bentuk logo TVRI memberi makna elegan dan dinamis, siap mengantisipasi perubahan dan perkembangan jaman serta tuntutan masyarakat. Warna biru mempunyai makna elegan, jernih, cerdas, arif, informatif dan komunikatif. Perubahan warna jingga ke warna merah melambangkan sinar atau cahaya yang membawa pencerahan untuk ikut bersama mencerdaskan kehidupan bangsa serta mempunyai makna : Semangat dan dinamika perubahan menuju ke arah yang lebih sempurna.

2.2 Visi dan Misi 2.2.1 Visi Terwujudnya TVRI sebagai media utama penggerak pemersatu bangsa. Adapun maksud dari Visi adalah bahwa TVRI di masa depan menjadi aktor utama penyiaran dalam menyediakan dan mengisi ruang publik, serta berperan dalam merekatkan dan mempersatukan semua elemen bangsa.

2.2.2 1.

Misi Menyelenggarakan siaran yang menghibur, mendidik, informatif secara netral, berimbang, sehat, dan beretika untuk membangun budaya bangsa dan mengembangkan persamaan dalam keberagaman.

2.

Menyelenggarakan layanan siaran multiplatfrom yang berkualitas dan berdaya saing.

3.

Menyelenggarakan tata kelola lembaga yang modern, transparan dan akuntabel.

4.

Menyelenggarakan pengembangan dan usaha yang sejalan dengan tugas pelayanan publik.

5.

Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya proaktif dan handal guna meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan pegawai.

2.3 Struktur Organisasi TVRI Stasiun Jawa Tengah Organisasi merupakan sarana yang mutlak diperlukan dalam suatu pengolahan dan pengenbangan dari sistem yang ada dalam masyarakat. Di dalam organisasi sendiri terdapat bagian - bagian yang berhubungan dengan bidangnya, yang dikelola dan masing - masing dipimpin oleh orang yang mampu menguasai bidangnya. Kemampuan manusia dalam organisasi sangat menentukan perkembangan dan kelangsungan suatu usaha untuk mencapai tujuan tergantung dari kemampuan manusia yang mengelolanya. Dalam organisasi akan tampak orang yang dipimpin dan yang memimpin. Antara yang dipimpin dan yang memimpin harus ada kerjasama yang solid agar mencapai tujuan yang sudah direncanakan. TVRI Stasiun Jawa Tengah dipimpin oleh kepala yang membawahi lima Kepala Bidang Yaitu : 1. Bidang Program 2. Bidang Berita 3. Bidang Teknik 4. Bidang Keuangan 5. Bidang Umum dan SDM Secara struktur kelompok jabatan fungsional bertanggung jawab langsung kepada kepala TVRI Stasiun Jawa Tengah, tetapi pada pelaksanaannya kelompok jabatan fungsional dibawahi oleh kepala Seksi Teknik Transmisi dan Prasarana. Bagan Struktur Orgnisasi TVRI Jawa Tengah dapat kita lihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI TVRI JAWA TENGAH

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi TVRI Jawa Tengah

LPP TVRI Jawa Tengah semula adalah TVRI Stasiun Produksi Keliling (SPK) Semarang yang diresmikan pada tanggal 12 Juli 1982, berdasarkan surat keputusan Direktorat Jenderal Radio Televisi dan Film Departemen Penerangan Republik Indonesia Nomor : 07/KEP/DIRJEN/ RTF/1982. Perintisan berdirinya SPK dimulai tahun 1970 sebagai TVRI Perwakilan Jawa Tengah yang kegiatanya dibantu oleh TVRI Stasiun Yogyakarta dan TVRI Stasiun Pusat Jakarta. Kegiatan operasional TVRI SPK Semarang didukung oleh 1(satu) unit mobil OB Van dan 18 orang personal. Gedung dan kantor masih bergabung dengan TVRI Transmisi Gombel. Selanjutnya pada tahun 1984 gedung kantor pindah di Jalan Sultan Agung No.18 Semarang, kemudian pada bulan April 1987 menempati kantor di Jalan Roro Jonggrang VII Manyaran - Semarang.

Gambar 2. 3 Stasiun Pemancar TVRI Gombel

Wacana untuk mendirikan stasiun penyiaran di Jawa Tengah telah muncul pada masa kepemimpinan Gubernur Soepardjo Roestam, tetapi baru terealisasi pada masa kepemimpinan Gubernur Soewardi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia No:B140/KEP/MENPEN/1996, tata organisasi TVRI SPK manusia Semarang berubah menjadi TVRI Stasiun Produksi Penyiaran. Sebagai stasiun produksi penyiaran, TVRI Semarang menempati gedung kantor dan studio di Pucang Gading wilayah Desa Batursari Kec.Mranggen Kab.Demak. Uji coba penyiaran dilaksanakan selama bulan Maret 1995 dan siaran perdana dilaksanakan pada tanggal 1 April 1995. Stasiun TVRI Jawa Tengah di Semarang diresmikan sebagai Stasiun Produksi Penyiaran oleh Presiden Soeharto pada tanggal 29 Mei 1996. Tanggal inilah yang diambil sebagai momentum lahirnya TVRI Stasiun Jawa Tengah. Dengan karyawan tetap 206 orang dan tenaga honorer sejumlah 59 orang, Stasiun TVRI Jawa Tengah di Semarang mempunyai coverage area Jawa Tengah dan sekitarnya. Sedangkan untuk program penyiaran waktu siaran lokal selama tiga jam per hari. Dalam perjalananya, tata organisasi TVRI Stasiun Jawa Tengah yang semula bernaung di bawah Direktorat Televisi Departemen Penerangan Republik Indonesia, berubah menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN) yang secara administratif berada di bawah naungan Departemen Keuangan dan secara operasional di bawah Kementrian BUMN sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2000 Tanggal 7 Juni 2000.

Sesuai dengan peraturan pemerintah No.9 Tahun 2002, bentuk Perusahaan Jawatan berubah menjadi PT. TVRI (PERSERO) sejak tanggal 17 April 2002, sedangkan dengan surat keputusan direksi PT. TVRI (PERSERO) No :036/ Kpts/Direksi/TVRI/2003 tentang penetapan nomenklatur dan klasifikasi TVRI stasiun daerah, TVRI Stasiun Jawa Tengah masuk dalam kategori stasiun daerah klas A Pada tahun 2002, TVRI secara nasional kembali mengalami masa transisi dengan dikeluarkanya UU Nomor 32 tentang penyiaran. Pelaksanaan UU ditindak lanjuti dengan ditetapkanya Peraturan Pemerintah RI Nomor 11 Tahun 2005 tanggal 18 Maret 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor: 13 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia. Selama 12 tahun dari tahun 1970 sampai 1982, Stasiun TVRI Jawa Tengah masih berbentuk kantor prwakilan TVRI Yogyakarta yang dipimpin oleh seorang koordinator perwakilan. Pada tahun 1982 mulai dibentuk Stasiun Produksi Keliling yang dipimpin oleh seorang Kepala SPK sampai tahun 1996. pada tahun 1996, TVRI SPK Semarang berubah menjadi Stasiun Penyiaran yang dipimpin oleh seorang Kepala Stasiun. Pada tahun 2000, TVRI berubah menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN) dan pada tahun 2002 berubah lagi menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin seorang manajer. Kemudian pada tahun 2005 TVRI berubah menjadi Stasiun Penyiaran Publik yang dipimpin oleh seorang Kepala Stasiun sampai sekarang.

Tabel 2. 1 Data Transisi dan Kepala Stasiun

Tahun 1970 - 1982

Keterangan TVRI Perwakilan Jawa Tengah Koordinator Perwakilan: Drs. BMO. Prayoga

1982 - 1993 1982 - 1987

TVRI SPK Semarang Kepala SPK M. Soedjoed

1987 - 1989 1989 - 1992 1992 - 1993 1993 - 1996

Kepala SPK Drs. Pramudiono Kepala SPK R. Sutadi Kepala SPK Maulana TVRI Stasiun Produksi dan Penyiaran Kepala Stasiun: Nusjirwan R. Utjin

1996 - 1999 1999 - 2001 2001 - 2003 2003 - 2007

Kepala Stasiun Drs. Pudjatmo Kepala Stasiun Yudo Herbeno, SH Manajer Drs. M. Efendi Anwar, MM TVRI Stasiun Jawa Tengah Kepala Stasiun: Drs. Tri Wiyono Somahardja, MM

2007 - 2012

TVRI Stasiun Jawa Tengah Kepala Stasiun: Farhat Syukri, SE, MSi

2012 Sekarang

TVRI Stasiun Jawa Tengah Kepala Stasiun : Kemas A Tholib, ST

LPP TVRI Jawa Tengah terus berkembang, dengan visi sebagai televisi masyarakat Jawa Tengah dan mengemban misi sebagai media komunikasi yang memberikan informasi terpercaya, mencerdaskan serta menyajikan hiburan yang bermutu dan berakar pada budaya masyarakat Jawa Tengah. LPP TVRI Jawa Tengah juga meningkatkan kerjasama dengan mitra kerja dengan prinsip kesejahteraan dan saling menguntungkan. Juga membentuk lingkungan kerja yang sehat, harmonis dan professional bagi karyawan dan mitra kerja.

10

2.4

Stasiun Transmisi TVRI Channel 23 Gombel Peningkatan jangakauan siaran dari waktu kewaktu senantiasa

ditingkatkan. Propvinsi Daerah tingkat 1 Jawa Tengan yang semula berada dalam cakupan siaran TVRI Stasiun Yogyakarta, selanjutnya menyelenggarakan siaran televisi dengan mendirikan stasiun transmisi channel 23 yang berlokasi di Gombel. Siaran televisi dilaksanakan dengan cara melaksanakan relay siaran nasional TVRI Stasiun Pusat Jakarta melalui jaringan microvave teresterial. Bukit gombel dianggap memenuhi syarat untuk dibangun stasiun penghubung karena berada pada ketinggian kuran lebih 200m di atas permukaan air laut dan tidak terhalang oleh gunung- gnung atau bukit. Stasiun transmisi gombel pada awalnya beroperasi dengan peralatan pemancar toshiba denga daya 1kW. Untuk meningkatkan pelayanan terhada masyarakat maka peralatan dengan daya keluaran sebesar 1kW diganti dengan peralatan pemancar televisi VHF model TV-45G buatan toshiba dengan daya sebesar 5kW. Namun sekarang sudah ditambah lagi dengan pemancar televisi UHF BT-ESA.

11

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Televisi Perkataan televisi berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing - masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti melihat dari jarak jauh. Pada sistem siaran televisi praktis, informasi visual yang terlihat pada layar diubah menjadi sinyal listrik yang dikirimkan ke penerima. Perubahan perubahan listrik yang sesuai dengan perubahan - perubahan dalam nilai cahaya membentuk sinyal yang dapat dilihat (video signal). Pada pesawat penerima (receiver), sinyal yang dapat dilihat ini digunakan untuk menyusun kembali bayangan pada layar tabung gambar. Pada televisi monokrom (monochrome), gambar diproduksi dalam warna hitam dan putih dengan bayangan abu - abu. Pada televisi berwarna, semua warna alamiah ditambahkan sebagai gabungan dari warna merah, hijau dan biru dalam bagian utama gambar. [1] 3.2 Pengertian Antena Secara sederhana, antena adalah alat untuk mengirim dan menerima gelombang elektromagnetik, bergantung kepada pemakaian dan penggunaan frekuensinya, antena bisa berwujud berbagai bentuk, mulai dari seutas kabel, dipole, ataupun yagi, dsb. Antena adalah alat pasif tanpa catu daya(power). Antena digunakan untuk menambahkan daya pancar dari sinyal analog. Dan akan menyebarkan daya pancar melalui suatu medium udara. Antena mengkonversi gelombang elektrik menjadi gelombang elektromagnetik. Kekuatan antena untuk menerima atau mengirim sinyal dikenal sebagai gain atau penguatan antena. Sedangkan satuan untuk mengukur penguatan antena adalah dBi. Ketika dB bertambah, maka jangkauan jarak yang bisa ditempuh akan bertambah. Fungsi antena adalah untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal elektromagnetik, lalu meradiasikannya (Pelepasan energy elektromagnetik ke udara / ruang bebas). Dan sebaliknya, antena juga dapat berfungsi untuk

12

menerima sinyal elektromagnetik (Penerima energy elektromagnetik dari ruang bebas ) dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. [2] 3.2.1 Jenis Antena 1. Berdasarkan Fungsinya Berdasarkan fungsinya antena dibedakan menjadi antenna pemancar, antena penerima, dan antena pemancar sekaligus penerima. Di Indonesia antena pemancar banyak dimanfaatkan pada staisun - satsiun radio dan televisi. Selanjutnaya antena penerima, antena penerima ini bisanya digunakan pada alat - alat seperti radio, televisi, dan alat komunikasi lainnya.

2. Berdasarkan Polaritasnya Berdasarkan polarisasinya antena dibedakan menjadi dua yaitu polarisasi Vertikal, polarisasi Horisontal, dan polarisasi Sirkular. Antena dipole yang dipakai pada pemancar TV biasanya memiliki polarisasi vertical maupun horisontal, sedangkan antena pemancar radio biasanya digunakan polarisasi Sirkular. 3. Berdasarkan arah pancarnya Berdasarkan arah pancarannya maka antenna pemancar dibagi menjadi 2 yaitu Antena Directional dan antena Omnidirectional. Antenna Directional adalah antena yang pola radiasi pancarannya terarah sehingga efektifitas pancaran radio hanya ke satu arah saja, sedangkan antenna Omnidirectional dapat memancarkan gelombang ke segala arah. Yang termasuk Antenna Directional adalah antena model Yagi seperti kebanyakan yang dipakai sebagai antena penerima siaran TV. Contoh antena omnidirectional adalah antena model omni.

Gambar 3. 1Antena Yagi

Gambar 3. 2 Antena Omni

13

4. Berdasarkan Bentuknya Antena berdasarkan bentuknya antara lain: mikrostrip, parabola, vee, horn, helix, dan loop. Contoh antena berdasarkan bentuknya adalah antena parabola, Antena parabola merupakan antena yang berbentuk parabola, pancaran sinyal akan dikonsentrasikan pada titik tengah antenna. Antenna parabola biasanya didesain untuk Frekuensi Ultra High UHF, penerima siaran TV Satelit, dan transmisi gelombang mikro. [3][4]

Gambar 3. 3Antena Parabola

Gambar 3. 4 Antena Loop

Gambar 3. 5 Antena Helix

Gambar 3. 6 Antena Horn

3.3

Prinsip Sederhana Penyiaran Televisi Di dalam Studio TV, gambar kejadian ditangkap oleh Kamera TV sebagai

tranduser yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik (sinyal gambar/video). Sedangkan suara ditangkap oleh mikropon yang berfungsi sebagai tranduser yaitu merubah energi suara menjadi energi listrik (sinyal audio/suara). Keluaran (output) dari kamera dan mikropon yaitu sinyal video dan sinyal audio dihubungkan ke Video Tape Recorder (VTR) untuk direkam dan atau secara langsung disalurkan ke unit pemancar TV. Pada unit pemancar TV, sinyal Video diperkuat oleh rangkaian penguat video dan kemudian dimodulasikan dengan

14

gelombang pembawa video yang diperoleh dari rangkaian pembangkit gelombang pembawa video. Kemudian sinyal modulasi video diperkuat oleh rangkaian penguat daya agar memiliki daya yang cukup besar. Sedangkan sinyal audio diperkuat oleh rangkaian penguat audio dan dimodulasikan dengan gelombang pembawa audio yang diperoleh dari rangkaian pembangkit gelombang pembawa audio. Kemudian sinyal modulasi audio diperkuat oleh rangkaian penguat daya audio agar memiliki daya yang cukup besar.

Gambar 3. 7 Prinsip Sederhana Televisi

15

Setelah sinyal modulasi audio dan video memiliki daya yang cukup sinyal audio - video digabungkan pada rangkaian unit penggabung dan dipancarkan oleh antena pemancar ke udara. Pada penerima TV, sinyal gabungan audio dan video yang dipancarkan ke udara ditangkap oleh antena penerima TV setelah melalui penalaan sesuai prinsip frekwensi resonansi. Kemudian sinyal diperkuat oleh rangkaian penguat RF dan dideteksi oleh rangkaian detektor untuk dipisahkan dari frekwensi pembawa. Sinyal video kemudian diperkuat oleh rangkaian penguat video dan dikirim ke tabung gambar TV yang berfungsi sebagai tranduser yang merubah energi listrik menjadi energi cahaya (gambar) kembali dengan sistem scanning (pemayaran). Demikian pula sinyal audio diperkuat oleh rangkaian penguat audio dan dikirim ke loadspeaker yang berfungsi sebagai tranduser yaitu mengubah energi listrik menjadi energi audio kembali. Dengan demikian audio dan gambar peristiwa di dalam studio dapat dilihat pada pesawat penerima TV. Sehubungan dengan banyak stasiun pemancar TV, pesawat penerima TV telah didisain dengan menyediakan saluran atau kanal. Untuk pesawat TV yang lama terdapat 8 12 saluran, tetapi untuk pesawat TV yang baru telah disediakan sampai 100 saluran. Pembedaan saluran ini dimaksudkan agar tidak ada saling interferensi dari stasiun pemancar. Pada umumnya, stasiun televisi di Indonesia menggunakan satelit untuk komunikasi antara studio di pusat dengan daerah karena keadaan wilayah Indonesia yang cukup luas dan terpisah menjadi beberapa pulau sehingga sangat sulit jika dilakukan pentransmisian secara langsung menggunakan kabel atau gelombang mikro. Sistem transmisi satelit membutuhkan peralatan yang lebih rumit, mulai dari antena parabola, penerima (receiver) khusus yang dilengkapi dengan decoder, dan lain-lain. Oleh karena itu dibuatlah stasiun relay yang mempunyai fungsi memancarkan ulang serta mendekode sinyal transmisi dari satelit sehingga pada tingkat pelanggan tidak diperlukan peralatan khusus untuk menerima siaran televisi. Selain itu, stasiun relay juga memperluas daerah cakupan transmisi.

16

Siaran dari stasiun pusat atau studio diolah, kemudian langsung dikirimkan menuju satelit Palapa dengan menggunakan sinyal pembawa 6 GHz. Dari satelit sinyal tersebut diteruskan menuju stasiun relay dengan sinyal pembawa 4 GHz dan diterima oleh antena parabola lalu diteruskan ke satelit receiver. Kemudian sinyal dari receiver dimonitor oleh PIE (Program Input Equipment. PIE rack terdiri atas VDA (Video Distribution Amplifier), ADA (Audio Distribution Amplifier), Patch Panel, Demodulator EFA, JVC AV Monitor, Videotek Waveform Monitor, dan Videotek Audio Monitor. VDA dan ADA akan mendistribusikan dan menguatkan sinyal video dan audio ke bagian pemancar. Pada bagian patch panel terdapat beberapa terminal jumper yang berfungsi untuk koneksi sementara pada PIE rack sehingga dapat diketahui bagian yang mengalami kerusakan. Adapun parameter dari output transmitter akan dimonitor oleh EFA Demodulator. Videotek Waveform Monitor yang pada dasarnya adalah osiloskop berfungsi mengetahui bentuk sinyal video yang diterima. JVC AV Monitor digunakan untuk mempermudah dalam pengecekan kualitas gambar dari program acara. Tampilan sinyal audio yang diterima receiver dapat dilihat pada bagian monitor audio Dari PIE rack, sinyal dikirimkan ke pemancar (transmitter/Tx) untuk dipancarkan melalui antena pemancar sehingga dapat diterima oleh pesawat televisi di rumah-rumah. Bila stasiun relay relatif dekat dengan stasiun pusat dan tidak terhalang kontur permukaan bumi, maka transmisi siaran televisi dapat dilakukan dengan menggunakan microwave. Hal ini biasanya dilakukan di daerah Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, transmisi menggunakan microwave berguna sebagai cadangan (backup) operasi di pusat apabila terjadi gangguan pada komunikasi satelit. Pada keadaan tertentu, misalnya pada siaran langsung di luar studio, aliran transmisi menjadi sedikit berbeda. Dari tempat diadakannya siaran langsung perlu dipersiapkan pemancar mini (Satellite News Gathering atau SNG). Dari SNG ini sinyal ditransmisikan langsung ke satelit (uplink) dengan terlebih dahulu dilakukan penguatan frekuensi dan penentuan transponder yang akan digunakan pada satelit, kemudian dari satelit di downlink kembali. [5]

17

3.4

Sinyal Televisi Sinyal televisi yang digunakan saat ini bekerja pada Band frekwensi

VHF dan UHF. Mekanisme kerja dengan cara menumpangkan data yang berupa sinyal pemodulasi ke dalam sinyal carrier dengan frekwensi yang lebih besar, baru kemudian dipancarkan ke penerima dengan menggunakan pemancar VHF maupun UHF. Pembagian saluran TV di Indonesia dapat diperhatikan pada Tabel 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3. 1 Pembagian Kanal / Saluran Televisi di Indonesia

Berdasarkan peraturan internasional yang berkaitan dengan pengaturan penggunaan frekwensi (Radio Regulation) untuk penyiaran televisi pada pita frekwensi VHF dan UHF. Sinyal televisi terdiri dari sinyal gambar yang disebut sinyal video dan sinyal suara yang disebut sinyal audio. Proses modulasi kedua sinyal ini tidak sama, sinyal video dimodulasikan dengan modulasi amplitudo sedangkan sinyal audio dimodulasikan dengan modulasi frekwensi. Hal ini karena sinyal video mencakup sebagian besar dari sinyal televisi yang dikirimkan. Sedangkan sinyal audio hanya bekerja pada band frekwensi yang kecil. [5]

18

3.4.1

Transmisi VHF (Very High Frequency) Pada transmisi VHF menggunakan peralatan transmitter yang

menggabungkan sinyal audio dan video pada tingkat akhir sehingga disebut sistem penggabungan high combining. Sinyal audio dan video dikuatkan pada masing-masing blok baru kemudian digabung setelah mencapai tingkat sinyal RF.

3.4.2

Transmisi UHF (Ultra High Frequency) Pada transmisi UHF sinyal audio dan sinyal video digabungkan pada

tingkat akhir sehingga disebut sistem penggabungan high power. Sinyal audio dan video mengalami penggabungan pada tingkat IF baru kemudian ditumpangkan pada sinyal carrier dengan menggunakan osilator lokal. Setelah itu dikuatkan bersama di tingkat RF dengan step amplifier dan dua buah RF amplifier secara terpisah. Transmitter UHF bekerja pada channel 23 (frekwensi 486 494 MHz) dengan power output video sebesar 30 kW sedangkan power output audio sebesar 1500 Watt.

3.4.3

Pemancar microwave Jaringan ini umumnya digunakan untuk komunikasi dengan unit siaran

yang ada dilapangan atau diluar studio untuk meliput suatu acara yang harus dipancarkan langsung pada saat itu juga. Jaringan microwave ini digunakan dengan pertimbangan power yang digunakan kecil, sehingga tidak memerlukan peralatan yang berukuran besar. Akan tetapi karena sifat gelombang mikro ini adalah LOS (line of sight) maka jika digunakan untuk tempat yang tidak datar (pegunungan) maka diperlukan repeater.[7]

19

BAB IV SISTEM TRANSMISI PADA SATUAN TRANSMISI TVRI GOMBEL

Sistem transmisi siaran televisi dengan menggunakan stasiun relay mempunyai prinsip dasar menerima sinyal transmisi dari satelit kemudian memancarkannya kembali agar bisa diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu diperlukan piranti penerima (receiver) dan pemancar (transmitter) pada stasiun relay. Pada stasiun relay terjadi komunikasi dengan sumber yang berupa sinyal video dan sinyal audio yang diterima oleh receiver, dan tujuan akhir dari proses ini adalah pemancaran kembali sinyal siaran tersebut agar dapat diterima oleh konsumen.

4.1

Pemancar UHF channel 23 pada Stasiun TVRI Gombel Semarang Siaran penyiaran sinyal televisi di daerah cakupan stasiun transmisi

TVRI Jawa Tengah dilakukan melalui sistem pemancar induk TVRI yang berada di Gombel Semarang. Untuk meningkatkan pelayanan penerimaan di daerah daerah datarn tinggi (pada puncak bukit satau gunung) didirikan sistem pemancar televisi pengulang (translator). Sistem pemancar televisi pada stasiun transmisi TVRI Gombel Semarang merupakan sistem pemancar induk yang menjadi pusat pemancaran siaran TVRI utuk distribusi pemirsa Jawa Tengah. Sistem pemancar merukan jenis UHF BTESA (broadtelecom) yang bekera pada channel 23. Piranti yang digunakan pada satuan transmisi TVRI gombel channel 23 diantaranya : 1. Antena Pemancar 2. Transmitter Excitter 3. Control logic and supervision. 4. Excitter switching unit. 5. Power amplifier chains 6. Vision and sound combiner and output filter
7. Liquid cooing system

20

4.1.1

Antena Pemancar Jenis kabel Diameter Panjang Berat antena Antena Pemancar : coaxical : 1 5/8 : 70 meter : 600 kg :

Gambar 4. 1 Antena pemancar di TVRI Gombel Semarang

Spesifikasi teknik antena tersebut adalah sebagai berikut : 1 panel ke arah utara atau 0o 2 panel arah selatan atau 180o 3 panel ke arah timur atau 90o 3 panel ke arah selatan 270o

21

4.1.2

Transmitter exciter Transmitter excitter merupakan bagian utama dari pemancar UHF karena berisikan modul - modul yang merupakan inti dari proses pengolahan audio dan video pada sistem transmisi televisi dengan UHF.

Gambar 4. 2 Transmitter Excittier

4.1.3 Control Logic and Supervision

Gambar 4. 3 Control Logic

Modul ini berfungsi sebagai alat untuk kontrol proses yang terjadi pada transmitter driver.

22

4.1.4 Excitter Switching Unit

Gambar 4. 4 Excitter switching unit

Modul ini merupakan dari rumah modul bagian utama yang berfunsi sebagai kendali dan tiga RF Switch dan Detektor Sirkuit. Dua pasokan listrik beralih secara paralel untuk memberikan redundansi dan untuk memastikan layanan kontinuitas dalam kasus satu catu daya listrik itu telah gagal. 4.1.5 Power Amplifier Chains

Gambar 4. 5 Power amplifies chains

Merupakan modul yang berfungsi untuk melakukan penguatan sinyal audio dan sinyal video. Modul ini terdiri dari tiga rak, dimana masing - masing rak terdiri dari sepuluh bagaian modul. Pada setiap rak terdiri dari dua rak untuk penguat sinyal audio dan delapan rak untuk penguat sinyal video.

23

4.1.6 Vision and Sound Combiner and Output Filter

Gambar 4. 6 Vision and sound combiner

Modul ini berfungdi untuk menggabungkan prose pengolahan sinyal audio dan sinyal video setelah mengalami penguatan pada power amplifier chains. Sistem kerja ini menggabungkan antara outut dari rak pertama dan kedua terlebih dahulu. Hasil dari penggabungan rak pertama dan kedua baru digabungkan dengan rak ketiga. 4.1.7 Liquid Cooling System

Gambar 4. 7 Liquid cooling system

24

Modul ini digunakan sebagai sistem pendingin perangkat perangkat yang digunakan pada pemancar UHF. Karena perangkat perangkat yang bekerja dengan daya yang besar akan menghasilkan panas sehingga perlu adanya sistem pendingin pada perangkat pemancar UHF. 4.2 Sistem Transimi Stasiun Pemancar TVRI Transmisi Jawa Tengah Dalam proses transmisi, perambatan gelombang elektromagnetik harus berada pada satu garis dan tidak boleh terhalang. Gelombang elektromagnetik tidak dapat menembus apabila terhalang pepohonan, gunung, ataupun perbukitan. Apabila terjadi demikian, maka siaran televisi tidak dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat di Jawa Tengah. Oleh sebab itu, kondisi geografis Indonesia yang berupa pegunungan dan perbukitan khususnya di daerah jawa tengah menjadi salah satu kendala dalam proses transmisi. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibangunlah stasiun transmisi di daerah-daerah yang akan menghubungkan stasiun yang satu dengan stasiun yang lain dan kemudian dipancarkan ke pemirsa. Sehingga jangkauan siaran televisi semakin luas. Letak stasiun transmisi yang satu dengan yang lain diatur sedemikian rupa sehingga line of sight, yaitu perambatan gelombang radio dari antena pemancar ke antena penerima melalui ruang bebas dalam kedudukan pada satu garis lurus sehingga siaran televisi dapat diterima dengan baik dan lebih merata ke pemirsa dalam jangkauan satuan transmisi terdekat. Meskipun terletak berdekatan namun masing-masing satuan transmisi memiliki channel yang berbeda sehingga tidak terjadi interferensi. Sistem transmisi siaran yang digunakan pada TVRI Jawa Tengah dibagi menjadi :
1. 2. 3.

Sistem transmisi satelit Sistem transmisi teresterial Sistem transmisi off air

25

Konfigurasi

ketiga

buah

sistem

transmisi

tersebut

akan

mempermudah pola siaran dari TVRI Stasiun Pusat Jakarta ke stasiun - stasiun TVRI di daerah-daerah, termasuk TVRI Jawa Tengah dan stasiun - stasiun transmisi yang ada di Jawa Tengah. Pola penyampaian siaran dari stasiun TVRI Pusat Jakarta sampai ke stasiunstasiun yang ada di daerah terlihat pada Gambar 3.16

Gambar 4. 8 Interkoneksi Antara Antena Dari TVRI Stasiun Pusat Jakarta sampai ke Pesawat Televisi

1. Sistem Transmisi Satelit Sistem transmisi satelit pada televisi berfungsi sebagai stasiun bumi yang berjarak cukup jauh (ribuan mil) tanpa harus memperhitungkan kondisi geografis. Satelit yang digunakan harus berada jauh di atas permukaan bumi yaitu sekitar 36.000 km dengan jenis orbit sinkron. Hal ini terjadi karena satelit dilengkapi dengan peralatan stasiun penghubung terdiri atas

26

peralatan pemancar (transmiter) dan penerima (receiver). Receiver akan menerima sinyal dari up link di bumi, dan kemudian ditranslasikan ke frekwensi pemancar serta dipancarkan kembali ke bumi sebagai sinyal down link yang diterima oleh stasiun bumi. Sistem satelit penerima khusus untuk siaran televisi disebut TVRO (Television Receive Only) pada TVRI Jawa Tengah berada di Pucang Gading dan di Stasiun Pemancar Gombel. Pada pola acara siaran TVRI dari Stasiun Pusat Jakarta, sistem penerimaan satelit siaran televisi di bumi (TVRO) yang berada di Pucang Gading akan menerima siaran televisi tersebut melalui Satelit Palapa dan kemudian melalui jaringan microwave diteruskan ke stasiun pemancar TVRI Gombel. Stasiun pemancar Gombel dapat menerima langsung siaran TVRI dari Stasiun Pusat Jakarta melalui TVRO yang ada di Gombel. Tetapi karena mekanisme pengaturan pola penyiaran TVRI untuk daerah Jawa Tengah berada di Pucang Gading maka siaran diambil dari TVRO di Pucang Gading. Penggunaan TVRO Gombel hanya dilakukan apabila terjadi gangguan penerimaan pada TVRO Pucang Gading atau apabila TVRI Stasiun Jawa Tengah tidak menyelenggarakan siaran.
2. Sistem Transmisi Teresterial

Sistem transmisi teresterial merupakan sistem transmisi di atas tanah dengan menggunakan gelombang mikro (microwave). Salah satu proses pentransmisian sinyal televisi adalah dengan menggunakan gelombang mikro, sehingga diperlukan suatu perangkat peralatan microwave yang berupa pemancar dan penerima yang bekerja pada band frekwensi SHF (Super High Frequency) yaitu pada frekwensi antara 3 GHz - 30 GHz. Gelombang mikro mempunyai sifat merambat dengan lurus, (Line Of Sight) sehingga perangkat pesawat microwave televisi hanya digunakan untuk mengirimkan sinyal televisi dari satuan transmisi yang satu ke satuan transmisi lain yang terletak berjauhan. Satuan-satuan transmisi yang ada membentuk suatu jaringan transmisi teresterial

27

gelombang mikro yang berupa mata rantai atau disebut juga point to point communication. Komunikasi point to point pada sistem transmisi siaran TVRI di Jawa Tengah antara lain dari stasiun penyiaran Pucang Gading ke stasiun pemancar Gombel, dari program siaran di luar studio ke studio dan dari pemancar Gombel ke satuan-satuan transmisi di Tawang Mangu, Wungurejo, Gunung Priksa, Gunung Gantungan. Sinyal televisi yang dilewatkan melalui gelombang mikro agar dapat disebarluaskan pada seluruh pemirsa dalam cakupan stasiun transmisi maka harus diubah terlebih dahulu menjadi sinyal televisi pada band VHF atau UHF. Jadi proses penyebar-luasan sinyal televisi dalam bentuk band UHF maupun VHF, dilakukan dengan

menggunakan pemancar televisi baru kemudian dapat diterima oleh pesawat penerima televisi.

3. Sistem Transmisi Off Air/ Translator

Sistem transmisi off air merupakan sistem transmisi yang dipakai untuk menguatkan sinyal yang diterima dan akan diteruskan ke pemirsa dengan mengubah channel. Sistem ini digunakan pada daerah yang lokasinya berbukit-bukit atau bergunung-gunung, seperti pada Gombel CH 4 ke Garung CH 7, ke Colo CH 8, ke Pucang Pandawa CH 10, ke Semanggi CH 7, ke Depok CH 9, ke Bumi Agung CH 11, ke Gunung Tugel CH 6 dan ke Baribis CH 11.

Pembagian channel yang digunakan pada masing - masing satuan transmisi di Jawa Tengah adalah sebagai berikut : 1. Satuan Transmisi Gombel Peralatan Channel : Pemancar VHF / UHF / Microwave Link : 4 dan 23

28

Letak

: Desa Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Semarang

Cakupan Wilayah : Semarang - Batang - Kendal - Kudus - Purwodadi - Salatiga - Ungaran. 2. Satuan Transmisi Pucang Pandawa Peralatan Channel Letak Cakupan wilayah : Pemancar VHF : 10 (sepuluh) : Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara : Jepara - Bangsri - Tayu

3. Satuan Transmisi Colo Peralatan Chanel Letak Cakupan wilayah : Pemancar VHF : 8 (delapan) : Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus : Kudus , Pati, Juwana, Rembang

4. Stasiun Transmisi Semanggi Peralatan Chanel Letak Cakupan wilayah : Pemancar VHF : 7 (tujuh) : Desa Semanggi, Kecamatan Karang Jati, Blora : Blora , Cepu, Jepon

5. Satuan Transmisi Tawang Mangu Peralatan Chanel Letak Cakupan wilayah : Pemancar VHF, UHF & Microwave Link : 4, 23 : Kabupaten Karang Anyar, Solo : Solo, Karanganyar, Sukoharjo

6. Satuan Transmisi Wungurejo Peralatan : Pemancar VHF / Microwave Link

29

Chanel Letak Cakupan wilayah

: 10 (sepuluh) : Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo : Solo - Boyolali - Klaten - Sukoharjo

7. Stasiun Transmisi Eromoko Peralatan Chanel Letak Cakupan wilayah : Pemancar VHF : 11 : Ds. Pucung, Kec. Eromoko, Wonogiri : Eromoko dan sekitarnya

8. Stasiun Transmisi Pager Gedog Peralatan Chanel Letak Cakupan wilayah : Pemancar VHF : 10 (sepuluh) : Kec. Grabag, Kab. Magelang : Temanggung, Ambarawa, Magelang, Salatiga

9. Stasiun Transmisi Gunung Garung Peralatan Chanel Letak Cakupan wilayah : Pemancar VHF : 7 (tujuh) : Ds. Butuh, Kec. Kalikajar, Kab. Wonosobo. : Wonosobo - Banjarnegara - Banyumas

10. Stasiun Transmisi Gunung Depok Peralatan Chanel Letak Cakupan wilayah : Pemancar VHF : 9 (sembilan) : Kec. Pakunden, Kab. Banyumas : Purwokerto - Pubalingga - Cilacap

11. Stasiun Transmisi Bumi Agung Peralatan : Pemancar VHF

30

Chanel Letak Cakupan wilayah

: 11 (sebelas) : Ds. Bumi Agung, Kec. Rawa Kele, Kebumen : Kebumen - Bumi Agung - Gombong

12. Stasiun Transmisi Gunung Tugel Peralatan Chanel Letak Cakupan wilayah : Pemancar VHF : 6 (enam) : Ka. Kutoarjo : Kutoarjo - Purworejo

13. Stasiun Transmisi Gunung Baribis Peralatan Chanel Letak Cakupan wilayah : Pemancar VHF : 11 (sebelas) : Ds. Mayana, Ke. Bantar Kawung, Kab. Brebes : Kabupaten Brebes dan sekitarnya

14. Stasiun Transmisi Gunung Priksa Peralatan Chanel Letak Cakupan wilayah : Pemancar Microwave Link :: Ds. Kalibalik, Kec. Limpung, Kab. Batang : Kab. Batang - Weleri - Kendal

15. Stasiun Transmisi Gunung Gantungan Peralatan Chanel Letak Cakupan wilayah : Pemancar VHF, UHF & Microwave Link : 5 , dan 25 : Kec. Jatinegara, Kab. Tegal : Tegal, Pekalongan, Brebes, Slawi.

31

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan 1. Stasiun relay pada prinsipnya menerima sinyal transmisi dari satelit kemudian memancarkannya kembali agar dapat diterima oleh

masyarakat, oleh karena itu diperlukan piranti penerima (receiver) dan pemancar (transmitter) . 2. Saluran transmisi Pemancar TVRI stasiun Gombel menggunakan jenis kabel coaxial yang memiliki diameter 1 5/8 dan panjang 70 meter. 3. Spesifikasi teknik antena pemancar TVRI stasiun Gombel adalah sebagai berikut : 1. 1 panel ke arah utara atau 0o 2. 2 panel arah selatan atau 180o 3. 3 panel ke arah timur atau 90o 4. 3 panel ke arah barat 270o 4. Sistem transmisi siaran yang digunakan pada TVRI Jawa Tengah dibagi menjadi : 1. Sistem transmisi satelit 2. Sistem transmisi teresterial 3. Sistem transmisi off air

32

5.2

Saran 1. Stasiun transmisi dan stasiun studio ditempatkan pada satu lokasi agar lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan peralatan. 2. Perawatan secara rutin agar dilakukan terhadap satuan-satuan transmisi yang ada di daerah. 3. Pengkalibrasian secara rutin dilakukan agar peralatan tetap memenuhi standar teknis. 4. Catu daya cadangan disiapkan sehingga saat terjadi tegangan kejut maupun pemadaman aliran listrik PLN, sistem pemancar masih dapat berfungsi dengan baik.

33

Daftar Pustaka

[1] Pengertian Televisi Arief Sosiawan, Edwi. Dasar-dasar broadcasting,[online] (http://edwi.dosen.upnyk.ac.id/ ASBRO 7.pdf/ diakses pada tanggal 21 Juni 2013). [2] Pengertian Antena Ruzzolangan.Macam-macam antena,[online] (http://teknologi.kompasiana.com/internet/2010/08/20/macam-macam-antena233481.html/ diakses pada tanggal 21 juni 2013). [3] Antena (Radio) (http://id.wikipedia.org/wiki/Antena_(radio)/ diakses pada tanggal 6 Juli 2013). [4] Jenis-jenis Antena Supriyanto.macam-macam antena,[online] (http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/artikel-coba-2/teknologiinformasi/610-antena-untuk-jaringan-komputer/ diakses pada tanggal 6 Juli 2013). [5] Santoso, FR. Sri., Purbawanto, Sugeng., Sutarno., Andrasto, Tatyantoro (2008). Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, Televisi dan Film jilid 1. Jakarta , Penerbit : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. [6] TVRI Jawa Tengah Website TVRI Jawa Tengah, (http://www.tvri.co.id/index.php/jateng/ diakses pada tanggal 21 Agustus 2013). [7] Microwave Ali,Mr.Media Transmisi,[online] (http://ali-syakban.blogspot.com/2013/06/media-transmisi.html/, diakses pada tanggal 24 Agustus 2013). [8]Transmisi VHF (Very High Frequency) Enoe, Waking. Sistem Transmisi Radio Broadcast,[online] http://nganjukradiobroadcast.blogspot.com/2010/01/sistem-transmisi-radiobroadcast-sistem.html/ diakses pada tanggal 24 Agustus 2013).

34

Lampiran Pada bagian ini, lampirkan fotokopi form KP-A2 (daftar hadir dan nilai KP)dan makalah KP.

35

Anda mungkin juga menyukai