Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi,
tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui
ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan
sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di
dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang
positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan
toleransi sosial.
Televisi dan radio sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif,
dapat didefinisikan secara terpisah, yaitu televisi yang merupakan kegiatan kreatif yang
meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada
penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam
bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan, serta radio yang merupakan
kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara
berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik
dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Saat ini masih ada masalah-
masalah yang menghambat pertumbuhan industri kuliner di Indonesia, termasuk
didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan
sumber daya alam yang belum teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan
dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi
orang-orang kreatif yang masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum
optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif serta
kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.
Dalam upaya melakukan pengembangan konten televisi dan radio di Indonesia,
diperlukan pemetaan terhadap ekosistem televisi dan radio yang terdiri dari rantai
nilai kreatif, pasar, nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat
dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah
dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat
konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi dan jaringan
yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan ekonomi

1
kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang
menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Pergeseran makna dari televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan
politik. Hal ini menambah keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke
masa yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi
dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Definisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio?
2. Bagaimana Ekosistem Televisi dan Radio?
3. Bagaimana Peta dan Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui Penjabaran Mengenai Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio.
2. Untuk mengetahui Ekosistem dan Pemetaan industri kreatif di bidang Televisi dan
Radio.
3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup industri kreatif di bidang Televisi dan Radio

1.4 Manfaat Makalah


1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Kewirausahaan.
2. Untuk menambah wawasan mengenai industri kreatif di bidang Televisi dan Radio.

2
BAB I I
PEMBAHASAN

2.1. Definisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio


Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kegiatan kreatif televisi dan radio, maka
perlu dipelajari definisi televisi dan radio menurut beberapa ahli di dunia serta
bagaimana perkembangan dari definisi-definisi tersebut untuk melihat adanya
perubahan makna baik menyempit maupun meluas. Pergeseran makna dari definisi
televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perkembangan
teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah keragaman
fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan
mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai
bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia.
Pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam
konteks ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan
televisi dan radio di Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan
definisi dan ruang lingkupsebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu
dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan segala aspek yang memaknai
subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas. Secara umum,
cakupan definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif
lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan
dengan konten acara televisi dan radio.

2.1.1 Definisi Televisi dan Radio


Televisi dan radio pada dasarnya merupakan kegiatan penyebaran informasi dan
gagasan kepada publik yang dilakukan secara serentak. Akan tetapi, pada awal masa
penemuannya, televisi dan radio memiliki tujuan yang berbeda. Radio dibuat sebagai alat
komunikasi yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan pemerintah dalam
menyebarkan informasi secara serentak. Pada saat itu, fungsi utama radio adalah sebagai
alat penyebar informasi semata.
Berbeda dengan radio yang pertama kali dibuat sebagai media penyebar informasi
untuk publik, pada awal masa penemuannya, televisi dikenal sebagai media yang
digunakan untuk menampilkan gambar bergerak yang disertai suara secara serentak

3
kepada publik. Hal ini menjadikan fungsi utama televisi adalah sebagai salah satu
sumber hiburan bagi publik.
Seiring dengan adanya perkembangan industri jurnalistik, pada awal tahun 1950–
an, televisi mulai marak digunakan sebagai media penyampaian aspirasi rakyat secara
luas. Definisi televisi pun mulai bergeser menjadi suatu media yang memfasilitasi kultur
demokratis pertama bagi publik agar dapat menyuarakan pendapatnya tanpa terikat oleh
peraturan pemerintah. Hal ini juga dipicu oleh semakin maraknya stasiun-stasiun televisi
dan radio milik swasta yang menyiarkan beragam program acara yang tidak terkait
dengan kepentingan pemerintah. Untuk mengontrol hal tersebut, pemerintah di berbagai
negara mulai memberlakukan undang-undang yang terkait dengan peraturan penyiaran
konten acara pada media elektronik.
Di Indonesia, definisi televisi dan radio secara umum selalu mengacu ke undang-
undang yang diberlakukan pada masanya. Saat ini, undang-undang yang berlaku terkait
dengan penyiaran adalah Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002. Dalam UU
Penyiaran tersebut terdapat beberapa istilah yang terkait dengan televisi dan radio, di
antaranya adalah kata-kata “siaran”
dan “penyiaran”.
Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara
dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun
tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sedangkan penyiaran
adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana
transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi
radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya, untuk dapat diterima secara serentak
dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.
Selain istilah siaran dan penyiaran yang terkait dengan industri televisi dan radio,
dalam UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 juga didefinisikan lebih jauh terkait dengan
kegiatan penyiaran televisi dan radio, sebagai berikut ini:
Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan
gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program
yang teratur dan berkesinambungan.
Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang
menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik
terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

4
Berdasarkan pemikiran di atas, maka televisi dalam industri kreatif dapat
didefinisikan sebagai berikut:
Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi
secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan
kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.
Sedangkan definisi radio terkait dengan industri kreatif untuk adalah:
Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi
secara berkualitas kepadapenikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik
dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.
alam definisi televisi dan radio di atas, terdapat beberapa kata kunci yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam menjelaskan definisi televisi dan radio secara lebih
mendalam, yaitu:
1. Proses pengemasan yang dimaksud adalah kegiatan pemrograman informasi atau
gagasan yang diajukan sebagai ide agar menjadikonten acara televisi dan radio.
Pada proses pengemasan, unsur kreativitas dinilai memiliki pengaruh dan
keterlibatan yang tinggi dalam upaya menghasilkan konten acara yang berdaya
saing;
2. Gagasan yang dimaksud adalah rancangan yang tersusun di pikiran para pencetus ide
kreasi konten acara yang kemudian dapat dituangkan dalam bentuk konsep akhir atau
naskah;
3. Informasi yang dimaksud merupakan penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita
terkait suatu kejadian yang nantinya akan dikemas menjadi suatu konten acara yang
sifatnya informatif;
4. Berkualitas dalam hal ini merupakan konten acara yang memiliki standar estetika
dan teknis yang baik dengan konten yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku,
baik sebagai sumber informasi, hiburan, pendidikan, serta unsur persuasi, sehingga
dapat memberikan hiburan, pengetahuan, ataupun dampak sosial dan budaya yang
positif bagi masyarakat.

2.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Televisi dan Radio


Menurut Fred Wibowo, dalam bukunya yang berjudul Teknik Produksi Program
Televisi (2007), ruang lingkup substansi dari konten televisi mencakup empat kategori
besar, yaitu berita lunak, program hiburan, permainan, serta musik dan pertunjukan.

5
Keempat kategori besar tersebut terbagi lagi menjadi beberapa jenis subkategori sebagai
berikut:

1. Kategori Berita Lunak,yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan


menjadi beberapa subkategori, meliputi:
a. Current Affair, merupakan konten acara berita yang membahas persoalan
kekinian yang terjadi dalam skala lokal, nasional, maupun internasional;
b. Magazine, merupakan konten acara yang menyajikan berita dengan topik atau tema
yang serupa dengan konten yang seringkali juga ditemukan dalam media cetak
majalah;
c. Dokumenter, meliputi acara-acara yang menyuguhkan tayangan yang bersifat
nonfiksi, bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mengedukasi ataupun
menghibur, menyediakan analisis yang cukup dalam dan tajam terhadap suatu
subjek;
d. Talkshow, meliputi program acara yang menampilkan satu atau lebih orang untuk
membahas topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara.

2. Kategori Hiburan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi
beberapa subkategori, meliputi:
a. Drama dan Komedi, merupakan konten acara yang meliputi cerita fiksi,
termasuk dramatisasi dari peristiwa yang sesungguhnya. Jenis tayangan drama
dan komedi ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu drama berseri, sitcom
berseri, seri spesial (mini seri atau drama yang dibuat khusus untuk televisi
tertentu), film yang ditayangkan di televisi, animasi, stand-up comedy, komedi
improvisasi, komedi lepas, dan sketsa komedi;
b. Variety Show, merupakan program acara yang sebagian besar kontennya adalah
pertunjukan (tidak selalu musik atau komedi), yang terdiri dari beberapa kegiatan
seni peran individu seperti menyanyi, menari, atraksi akrobat, sketsa komedi,
pertunjukan monolog, atau sulap;
c. General Entertainment dan Human Interest, merupakan program acara yang
membahas seputar dunia hiburan serta orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Contoh paling populer dari program jenis ini adalah acara gosip selebriti dalam
dan luar negeri, festival, acara penghargaan, atau peragaan busana.

6
3. Kategori Permainan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi
beberapa subkategori, meliputi:
a. Game Show, merupakan program acara yang memfasilitasi kemampuan unjuk
bakat atau perlombaan;
b. Reality Show, merupakanprogram acara yang dibuat tanpa menggunakan skrip
drama atau situasi komedi. Program seperti ini menampilkan sepenuhnya kejadian
yang sesungguhnya, dan biasanya melibatkan publik atau individu yang bukan
berprofesi di industri televisi/radio/film.

4. Kategori Musik dan Pertunjukan, yaitu jenis konten acara yang dapat
dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:
a. Pertunjukan, merupakan jenis program acara yang menampilkan kemampuan
seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar
studio, di dalam ruangan ataupun di luar ruangan;
b. Klip Musik, adalah kategori konten acara yang menyiarkan beberapa kumpulan
klip musik;
c. Program Klip Musik, merupakan program acara yang tidak hanya menyiarkan
klip musik, tetapi juga memiliki segmen interaktif atau pemrograman.
Adapun untuk konten radio, ruang lingkup dari materi yang disiarkannya sendiri
dibedakan berdasarkan beberapa jenis kategori sebagai berikut ini:
1. Berita, yaitu konten-konten acara yang menyiarkan suatu kejadian atau situasi
tertentu baik yang terjadi di wilayah lokal, nasional, maupun internasional;
2. Siaran lepas, yaitu konten acara yang dibawakan secara bebas oleh penyiar
dengan satu tema tertentu yang telah ditentukan;
3. Siaran dengan naskah, yaitu konten acara yang sepenuhnya mengacu pada
naskah yang telah disusun sebelumnya tanpa adanya improvisasi dialog oleh
penyiar;
4. Musik, yaitu konten radio yang hanya terdiri dari beberapa kumpulan lagu tanpa
adanya konten tambahan dari penyiar.
Sedangkan di Indonesia sendiri, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam
keputusan KPI yang berlaku, yakni Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar
Program Siaran (SPS) KPI, yakni Pasal 21 P3 dan Pasal 33 – 39 SPS, menyatakan bahwa
konten penyiaran dapat diklasifikasikan berdasarkan penonton yang kemudian disebut
sebagai rating penonton, sebagai berikut:

7
1. Kategori P (Pra-sekolah), untuk anak umur 2 hingga 6 tahun;

2. Kategori A (anak-anak), untuk usia 7 hingga 12 tahun;

3. Kategori R (remaja), untuk usia 13 hingga 17 tahun;

4. Kategori D (dewasa), untuk usia di atas 18 tahun;


5. Kategori SU (semua umur), untuk seluruh kelompok usia di atas 2 tahun.

2.2. Ekosistem Televisi dan Radio


2.2.1. Definisi Ekosistem Televisi dan Radio
Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai
industri kreatif, maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan
radio terhadap kondisi ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan
best practices dari industri kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang
sudah maju dan berdaya saing, dan kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio
di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi di negeri ini.
Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan kondisi
aktualnya dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari sebsektor ini
sehingga dapat berkembang dengan baik dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan
dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang
dihadapi.
Ekosistem subsektor televisi dan radio adalah sebuah sistem yang
menggambarkan hubungan saling ketergantungan (interdependent relationship) antara
setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar yang
mendukung terciptanya nilai kreatif.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan tersebut, dibuatlah sebuah
peta ekosistem yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu:
1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain) adalah rangkaian proses penciptaan
nilai kreatifdimana transaksi sosial, budaya, dan ekonomi terjadi didalamnya. Pada
setiap proses, terdapat aktivitas utama, aktivitas pendukung, dan peran utama yang
terkait dengan setiap proses yang terjadi. Pada subsektor televisi dan radio, proses
yang terlibat dalam rantai nilai kreatif yang terjadi adalah kreasi–produksi–
distribusi–komersialisasi. Terdapat dua jenis industri yang terlibat pada rantai nilai
kreatif (Creative value chain),yaitu industri utama yang merupakan penggerak
dalam subsektor televisi dan radio, serta industri pendukung (backward-forward

8
linkage industry) yang berfungsi untuk mendukung pengembangan industri kreatif
utama.

2. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment) adalah lingkungan yang


dapat menggerakkan dan meningkatkan kualitas proses penciptaan nilai kreatif dari
konten acara yang dihasilkan, meliputipendidikan dan apresiasi.
a. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang meliputi peningkatan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan perilaku yang sangat berpengaruh pada penciptaan
orang kreatif. Kegiatan pendidikan ini meliputi: (1) pendidikan formal, yaitu
pendidikan di sekolah yang di peroleh secara teratur, sistematis, bertingkat, dan
dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas; (2) nonformal, yaitu pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang;
dan (3) informal, yaitu pendidikan yang diperoleh dari keluarga dan lingkungan
yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
b. Apresiasi merupakan tanggapan terhadap karya, orang kreatif, serta proses
penciptaan nilai kreatif yang menstimulasi peningkatan kualitas karya, orang, dan
proses kreatif tersebut. Apresiasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu
apresiasi oleh pasar
(konsumen, khalayak,dan customer) dan apresiasi terhadap orang, karya,
dan proses kreatif. Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditunjukkan dari konsumsi
serta tanggapan pasar terhadap karya, orang, dan proses kreatif,sedangkan
kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat berupa penghargaan,
pemberian insentif, dan juga apresiasi terhadap HKI (Hak Kekayaan Intelektual).
Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditingkatkan melalui proses
peningkatan literasi masyarakat terhadap kreativitas, sedangkan kegiatan
apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat ditingkatkan dengan
mengomunikasikan orang serta karya kreatif tersebut kepada masyarakat.
Dengan adanya kegiatan apresiasi yang baik, maka orang-orang kreatif akan
terdorong untuk terus berkreasi.

3. Pasar (Market) - Konsumen, Khalayak, dan Customer adalah pihak yang


mengapresiasi karya kreatif dari subsektor televisi dan radio. Ketiga jenis pasar
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Berikut
penjelasannya.

9
a. Konsumen adalah orang yang membeli karya kreatif berupa konten acara dari
industri subsektor televisi dan radio.
b. Khalayak adalah orang yang menonton karya kreatif dari subsektor televisi dan
radio, yang dapat dibedakan menjadi dua: khalayak umum yang menikmati
konten acara hanya dengan kepekaan indrawi, dan khalayak ahli yang menikmati
konten acara dengan pengetahuan yang khusus. Khalayak ahli memiliki peran
yang vital dalam pengembangan industri televisi dan radio karena mereka
menciptakan wacana, kritik, dan kurasi yang dapat meningkatkan kualitas dari
konten acara serta meningkatkan kualitas pemahaman dari pasar terhadap
kreativitas.
c. Customer adalah pihak yang membeli menggunakan jasa dari subsektor televisi
dan radio untuk meningkatkan kesejahteraan bisnisnya.

4. Pengarsipan (Archiving) adalah proses preservasi terhadap karya kreatif dan


dokumentasi karya kreatif tersebut yang dapat diakses dan dimanfaatkan oleh
seluruh pemangku kepentingan (orang kreatif, pemerintah, lembaga pendidikan,
pelaku bisnis, komunitas, dan intelektual) yang terlibat di dalam ekosistem televisi
dan radio sebagai media pembelajaran dan literasi.
Proses pengarsipan pada umumnya dilakukan melalui tahapan pengumpulan-
restorasi- penyimpanan-preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila
dokumen atau hal yang perlu diarsipkan tersebut sudah mengalami kerusakan atau
ketidaksesuaian sehingga perlu dilakukan proses perbaikan tanpa mengubah nilai atau
makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi.
Keempat komponen ini dalam subsektor televisi dan radio mempunyai peran
yang berbeda dan saling berinteraksi sehingga membentuk sebuah siklus dalam
sebuah ekosistem subsektor televisi dan radio yang dapat menghasilkan rantai nilai
kreatif secara berkelanjutan. Melalui ekosistem ini diharapkan proses penciptaan
nilai kreatif, aktivitas,dan output dari setiap proses dan peran yang terlibat
didalamnya dapat terpetakan dengan baik sehingga rencana pengembangan yang
dibuat akan lebih sistematis dan tepat sasaran.

2.2.2 Peta Ekosistem Televisi dan Radio


Peta ekosistem televisi dan radio dibentuk berdasarkan definisi dan ruang lingkup
yang telah diidentifikasi secara spesifik berdasarkan fokus kebutuhan konteks ekonomi

10
kreatif Indonesia. Dalam hal ini, cakupan ruang lingkup dari subsektor televisi dan radio
yang akan dijadikan fokus untuk kebutuhan pengembangan ekonomi kreatif Indonesia
berbeda satu sama lain. Untuk subsektor televisi, kategori ruang lingkup yang akan
dijadikan fokus pengembangan adalah kategori berita lunak, hiburan, dan permainan.
Sedangkan untuk subsektor radio, ruang lingkup yang akan dijadikan fokus dalam
pemetaan ekosistem adalah kategori berita, siaran lepas, dan siaran naskah.

Ruang Lingkup Televisi

Ruang Lingkup Radio

Untuk setiap kategori fokus industri kreatif akan disegmentasi lagi sesuai dengan
rating yang telah ditetapkan oleh KPU. Pada akhirnya akan diperoleh segmentasi konten
sesuai dengan genre dan rating acaranya.

11
2.3. Peta dan Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio
2.3.1 Peta Industri Televisi dan Radio
Peta industri adalah peta yang menggambarkan hubungan antar pelaku dan entitas
usaha yang membentuk industri utama, mulai dari proses kreasi hingga eksibisi atau
presentasi; serta pelaku dan entitas pendukung yang memberikan suplai pada pelaku dan
entitas usaha di industri utama (backward linkage) dan entitas pendukung yang
memberikan permintaan (demand) kepada pelaku dan entitas usaha industri utama
(forward linkage).
Peta industri dibuat sebagai gambaran ruang lingkup aktor-aktor yang terlibat
secara langsung serta seberapa banyak industri pendukung yang terlibat secara tidak
langsung dalam menjalani proses bisnis industri yang terkait. Pada industri kreatif
subsektor televisi dan radio, peta industri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu peta industri
subsektor televisi dan subsektor radio.Hal ini disebabkan kedua industri memiliki
perbedaan aktor dan industri pendukung yang cukup signifikan, sehingga tidak
memungkinkan untuk digambarkan dalam satu bagan.
Pada industri kreatif subsektor televisi, tahapan kreasi dilakukan oleh tim content
creator. Industri pendukung yang dapat dilibatkan setelah konsep awal dilahirkan adalah
industri film dan percetakan. Hal ini disebabkan oleh hasil konsep yang digagas oleh
sutradara dan produser dapat dibuat dalam versi film atau kemudian ditulis oleh penulis
buku untuk selanjutnya diterbitkan dalam bentuk novel atau literatur. Selanjutnya tahapan
produksi dilakukan oleh rumah produksi yang terlibat, baik dalam studio yang dimiliki
oleh stasiun televisi tersebut, ataupun rumah produksi independen.
Berbeda dengan industri televisi, industri radio lebih banyak melibatkan industri
musik yang mendukung dalam setiap tahapan rantai nilainya.Perbedaan juga teletak pada
jenis-jenis aktor yang terlibat di dalamnya. Terlihat bahwa music director dan sound
designer memegang peranan utama yang penting dalam tahapan kreasi dan produksi.
Sedangkan indutri pendukung pada tahapan produksi tentunya adalah industri musik serta
manajemen artis yang terkadang diperlukan dalam beberapa acara spesial.

A. Pelaku Industri dalam Proses Kreasi


Pada proses kreasi untuk industri televisi, terdapat beberapa pelaku utama yang
berperan penting dalam pembuatan suatu ide konten acara, diantaranya adalah
sutradara, produser, program supervisor, serta program director.

12
1. Sutradara dalam industri televisi memiliki beberapa peran gabungan, yakni
memberikan pengarahan para pemain dan pengisi acara, bertanggung jawab dalam
merumuskan ide serta menerjemahkan naskah konten acara ke dalam pesan audio
visual, dan yang terakhir adalah memberikan pengarahan kepada tim operasional dan
teknis terkait kebutuhan produksi. Pada proses kreasi, peran utama seorang
sutradara konten televisi adalah memberikan masukan bagaimana sebaiknya
mengemas ide-ide yang digagas oleh para anggota creative talent agar menjadi suatu
konsep yang menarik dan kreatif.
2. Produser dalam proses kreasi berperan sebagai pencetus ide ataupun pengembang
ide yang dicetuskan. Selain itu, seorang produser juga berperan penting dalam
membantu penulis dalam menerjemahkan ide konten ke dalam bentuk naskah.
3. Program supervisor pada proses kreasi bertugas sebagai untuk mengawasi dan
menyetujui proses perumusan ide konten acara yang diajukan. Akan tetapi seringkali
program supervisor juga ikut mengajukan ide konten acara.
4. Program director pada proses kreasi bertanggung jawab untuk mengarahkan tim
content creator agar ide-ide yang diajukan sesuai dan sejalan dengan tujuan yang
ingin dicapai.
Adapun industri-industri yang mendukung proses kreasi pada konten televisi
diantaranya adalah konsultan media, lembaga survei, asosiasi, serta pemerintah.
Lembaga-lembaga tersebut mendukung proses kreasi konten televisi dalam hal
memberikan masukan atau sebagai sumber inspirasi dari ide konten yang akan dibuat.
Keluaran dari proses kreasi konten televisi umumnya berupa naskah konten acara
yang sudah disetujui dan siap untuk diproduksi. Naskah konten acara televisi tersebut,
selain dikemas dalam proses produksi, dapat pula digunakan sebagai masukan untuk
industri hiburan lainnya seperti industri perfilman, ataupun industri penerbitan buku.
Sedangkan pada industri radio, ide konten acara dicetuskan sepenuhnya oleh
produser yang didukung oleh masukan dari para penyiar, scriptwriter, program
supervisor, program director, dan music director.
1. Produser pada proses kreasi berperan aktif dalam perumusan ide konten acara
siaran yang akan dibuat. Pada industri radio, peran produser menjadi sangat penting
karena keterlibatannya di setiap proses dalam rantai nilai kreasi sangat besar.
2. Penyiar pada proses kreasi bertugas untuk memberikan masukan serta
penyesuaian terhadap beberapa ide konten siaran yang akan difinalisasi.

13
3. Program supervisor pada proses kreasi kurang lebih memiliki peran yang hampir
serupa dengan penyiar radio. Perbedaannya adalah, program supervisor memiliki
tanggung jawab lebih dalam mengawasi kesesuaian proses perumusan ide dengan
ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.
4. Program director bertugas selain sebagai penanggung jawab, juga memiliki
wewenang untuk menyetujui atau tidaknya suatu ide konten acara yang diajukan.
5. Music director bertugas untuk merancang daftar panduan yang berisi judul musik
yang akan diputar pada saat siaran acara berlangsung. Daftar musik yang ditentukan
dapat dibuat berdasarkan tema siaran acara, tren lagu terpopuler di dunia, ataupun
ciri khas dari radio itu sendiri. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa lagu yang
diputar dapat diubah sewaktu-waktu oleh penyiar.

B. Pelaku Industri dalam Proses Produksi


Pada rantai nilai produksi, terdapat perbedaan pada aktor-aktor yang terlibat di
dalamnya. Aktor- aktor yang terlibat pada rantai nilai produksi di industri televisi itu
sendiri meliputi tim produksi (sutradara, produser, scriptwriter, dll), tim artistik, tim
teknis, serta tim editor.
 Tim produksi merupakan orang-orang yang secara langsung terlibat secara
substansial pada saat proses pengemasan suatu konten acara berlangsung. Dalam hal
ini, aktor-aktor utama yang termasuk ke dalam tim produksi diantaranya adalah
sutradara, produser, scriptwriter.
 Tim artistik merupakan orang-orang yang terlibat dalam penataan artistik yang
mendukung nilai estetika dari suatu konten acara itu sendiri. Contoh tim artistik
diantaranya adalah tim penataan properti panggung, tim penata rias, serta tim kostum.
 Tim teknis merupakan orang-orang yang terlibat dalam persiapan teknis untuk
keperluan pengemasan konten acara. Proses pengelolaan alat-alat elektronik oleh
para teknisi dan operator adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh tim teknis.
 Tim editor adalah orang-orang yang bekerja khusus untuk konten acara yang
sifatnya rekaman atau siaran tidak langsung. Konten yang direkam perlu dilakukan
penyuntingan lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas konten tersebut. Di sini lah tim
editor berperan dalam memberikan penyuntingan akhir dari konten-konten acara
rekaman.
Sedangkan pada industri radio, aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai produksi
adalah sebagai berikut ini:

14
 Sound designer dalam proses produksi bertugas untuk membuat musik pendukung
konten acara ketika penyiaran berlangsung. Pembuatan jingle, bumper, dan stinger
merupakan beberapa contoh produk yang dihasilan oleh seorang sound designer dalam
mendukung proses pengemasan konten siaran agar lebih atraktif dan menarik minat
pendengarnya.
 Produser dalam proses produksi bertugas untuk mengawasi jalannya proses
pengemasan konten siaran, ataupun jalannya proses penyiaran agar tetap berada dalam
jalur yang telahdisepakati sebelumnya. Produser juga bisa melakukan beberapa
penyesuaian lebih lanjut saat proses produksi berlangsung apabila dibutuhkan.
 Program director dan program supervisor dalam proses produksi bertugas untuk
memonitor jalannya proses penyiaran acara siaran langsung agar tetap berada pada
batasan norma serta aturan yang berlaku.
 Penyiar merupakan aktor terpenting dalam proses produksi konten acara radio.
Sebagian besar konten siaran radio tidak dibawakan menggunakan naskah tertulis,
melainkan sepenuhnya datang dari imajinasi dan kreativitas sang penyiar itu sendiri.
Oleh sebab itu, citra sebuah stasiun radio akan sangat erat kaitannya dengan gaya
siaran dari para penyiarnya itu sendiri.
 Operator bertugas untuk memastikan bahwa seluruh kebutuhan teknis penyiaran
konten acara yang dibutuhkan telah terpenuhi dan dapat dijalankan dengan baik.
 Tim Editor dalam proses produksi konten radio bertugas untuk mengemas konten
siaran yang sifatnya adalah rekaman. Biasanya, tim editor dalam industri radio juga
banyak melibatkan produser, penyiar, dan sound designer di dalam proses
penyuntingan akhir konten siaran rekaman.

C. Pelaku Industri dalam Proses Distribusi


Proses distribusi hanya dilalui oleh konten acara rekaman televisi baik yang
diproduksi oleh stasiun televsimaupun rumah produksi independen. Proses distribusi ini
dilakukan agar konten acara yang diproduksi dapat disiarkan di stasiun televisilain
sehingga mampu memperluas pasar dan jangkauan siarnya. Pelaku industri yang telibat
dalam proses distribusi tentunya adalah organisasi burssa yang bertindak sebagai pihak
ketiga dalam memasarkan konten acara televisi. Umumnya, konten acara televisi yang
diikutsertakan dalam bursa konten acara adalah drama berseri serta kuis atau
permainan.

15
D. Pelaku Industri dalam Proses Penyiaran
Pada proses penyiaran konten televisi, pelaku industri utama yang terlibat adalah
stasiun televisi dan provider layanan kanal siaran lainnya, baik yang berbasis kabel,
satelit, maupun internet. Tentunya, proses penyiaran memiliki keterkaitan yang erat
dengan industri telekomunikasi penyedia jaringan kanal siaran, serta industri penyedia
jasa listrik. Oleh sebab itu, hasil produksi dari kedua jenis industri tersebut merupakan
input yang paling penting untuk digunakan oleh channel operator penyiaran konten
televisi dan radio.
Adapun konten acara televisi dan radio yang disiarkan kepada publik akan
digunakan sebagai bahan input bagi komisi penyiaran untuk memonitor konten siaran.
tugas komisi penyiaran sendiri adalah memastikan bahwa konten yang disiarkan di
televisi dan radio tetap sesuai dengan kebijakan dan norma yang berlaku, serta tidak
menimbulkan dampak negatif bagipara penikmatnya. Apabila terdapat konten acara yang
melanggar ketentuan-ketentuan tersebut, maka komisi penyiaran berhak memberikan
peringatan atau bahkan menghentikan sementara penyiaran konten acara tersebut kepada
publik.

2.3.2 Model Bisnis di Industri Televisi dan Radio


Industri televisi dan radio merupakan dua jenis industri media penyiaran elektronik
yang memiliki proses bisnis yang hampir serupa. Keduanya sama-sama memiliki tujuan
untuk menyebarkan informasi dan hiburan kepada publik secara serentak. Tentunya
tidak mengherankan apabila kedua industri ini memiliki model bisnis yang juga mirip.
Ada beberapa jenis model bisnis yang dikenal secara umum yang diadaptasi oleh
beragam pemain utama pada industritelevisi dan radio. Untuk setiap pemeran utama,
tentunya akan memiliki model bisnis yang juga berbeda-beda, terganting dari proses
bisnisnya. Berikut ini beberapa penjelasan model bisnis yang diadaptasi oleh masing-
masing pemain utama pada industri televisi dan radio yang diklasifikasikan berdasarkan
jenis pemain utamanya.

Jaringan Televisi Nasional dan Lokal (Free to Air)


Stasiun penyiaran berjaringan nasional maupun lokal merupakan stasiun televisi
ataupun radio yang disiarkan secara gratis pada publik melalui jaringan frekuensi satelit
ataupun pemancar. Bentuk jaringan penyiaran seperti ini dapat diakses public secara gratis
apabila jangkauan pemancar atau penerima satelit yang digunakan memadai di areanya.

16
Ada beberapa stasiun televisi dan radio yang memiliki jenis jaringan penyiaran seperti
ini di Indonesia. Akan tetapi, untuk radio, jangkauan penyiarannya tidak menggunakan
satelit, sehingga terbatas dalam satu area yang jauh lebih kecil dari luas jangkauan
jaringan televisi.
Sumber pendapatan utama yang diperoleh dari layanan jaringan penyiaran gratis
ini adalah melalui iklan. Model bisnis dengan cara mendapatkan pendapatan melalui
berbagai perusahaan lain dengan menyediakan satu jenis fasilitas yang mereka butuhkan,
tetapi memberikan produknya secara gratis pada konsumen seperti ini disebut juga dengan
model bisnis fee in, free out.
Setiap stasiun televisi dan radio seperti ini memiliki standar proporsi iklan yang
berbeda-beda pada setiap programnya. Biasanya, semakin banyak peminat program
acara, maka akan semakin banyak pula iklan yang ditayangkan oleh stasiun televisi atau
radio tersebut. Jenis-jenis iklan yang ditayangkan biasanya juga memiliki target pasar
yang disesuaikan dengan jenis program acara yang ditayangkan atau disiarkan.
Kerjasama antara perusahaan yang ingin mengiklankan produknya dengan stasiun
televisi atau radio biasanya terjadi dalam dua arah, baik klien yang mendatangi stasiun
televisi atau radio, maupun stasiun televisi atau radio yang menawarkan fasilitas
promosi pada program acara yang dimilikinya.
Agar tetap dapat mempertahankan bisnisnya, tentunya stasiun televisi mematok
harga yang tidak sedikit bagi para kliennya untuk dapat memasang iklan pada jeda
programnya. Beberapa stasiun televisi berjaringan nasional di Indonesia mengemukakan
bahwa terkadang tarif untuk pemasangan iklan selama 30 detik pada program acara
prime time bisa mencapai kisaran 350 juta rupiah hingga 750 juta rupiah dalam satu
rentang waktu kontraknya. Apabila program acara yang ditayangkan pada saat peak time
umumnya memiliki slot waktu sekitar 10 hingga 15 menit dalam satu kali jeda iklan,
tentunya jumlah pendapatan yang diperoleh dari iklan menjadi sangat besar. Hal ini
mengapa stasiun televisi berjaringan nasional masih tetap dapat bertahan kuat tanpa
perlu menetapkan tariff berlangganan pada para penontonnya.

Perusahaan Jaringan Siaran Berbayar


Selain jaringan penyedia siaran penyiaran secara gratis, adapun beberapa stasiun
televisi yang berbayar. Di Indonesia sendiri, untuk siaran radio berbayar belum
tersedia, sehingga siaran program berbayar hanya sebatas stasiun televisi saja. Biasanya

17
stasiun-stasiun televisi berbayar ini merupakan stasiun televisi dari luar negeri yang
menjalin kerjasama dengan perusahaan televisi kabel agar dapat disiarkan di Indonesia.
Program-program acara yang ditayangkannya pun jauh lebih beragam dan memiliki porsi
iklan yang lebih sedikit dibandingkan dengan stasiun televisi lokal.
Pendapatan utama pada perusahaan televisi kabel ini tentunya adalah dari jumlah
pelanggan mereka di seluruh Indonesia. Setiap pelanggan yang memutuskan untuk
berlangganan dapat memilih jenis-jenis paket yang disediakan dengan harga yang
beragam. Terkadang, paket yang ditawarkan tidak hanya meliputi akses stasiun televisi
luar negeri saja, tetapi juga paket penyedia jasa internet. Model bisnis seperti ini disebut
sebagai model bisnis berlangganan (subscription business model ).
Model bisnis berlangganan merupakan model bisnis yang mewajibkan para
pelanggannya untuk membayar sejumlah harga berlangganan yang telah ditetapkan untuk
dapat memiliki akses pada suatu produk atau jasa dalam periode waktu tertentu. Model ini
pertama kali diprakarsai oleh industri media cetak, yaitu majalah dan koran.

Rumah Produksi Independen


Rumah produksi independen merupakan industri yang menyediakan jasa berupa
pembuatan konten program acara yang tidak dapat dibuat oleh studio televisi atau radio.
Di indonesia, rumah produksi independen lazim dijalankan untuk menghasilkan program
acara serial televisi dibandingkan dengan acara siaran radio. Sumber pemasukan utama
dari rumah produksi independen ini diperoleh dari biaya hak siar yang ditetapkan oleh
rumah produksi independen untuk masing-masing program acaranya. Umumnya, proses
jalinan kerjasama ini terjadi dengan cara menawarkan program acara yang dimiliki
kepada beberapa stasiun televisi yang berminat. Model bisnis seperti ini dikenal juga
dengan model bisnis penjualan langsung (direct selling business model ).
Pada model bisnis penjualan langsung, rumah produksi independen bertugas
sebagai pabrik pembuat program acara yang tidak dapat dilakukan oleh rumah produksi
stasiun televisi. Pembuatan program acara serial di luar studio dapat memakan biaya dan
sumber daya yang sangat tinggi, sehingga tidak dimungkinkan bagi stasiun televisi
untuk melakukan produksi tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Kelebihan yang
dimiliki oleh rumah produksi independen yang sudah besar adalah lokasi tetap serta
fasilitas kelengkapan alat produksi yang telah disediakan secara tetap di beberapa lokasi
tersebut, sehingga mobilisasi dan set up time bisa dieliminasi. Hal ini memudahkan

18
rumah produksi independen untuk dapat memproduksi beragam jumlah program dalam
waktu yang sangat singkat.

Internet Protocol Based Provider


Sistem penyiaran program acara televisi ataupun siaran radio melalui jaringan internet
kurang lebih memiliki prinsip yang sama seperti halnya dengan stasiun televisi dan radio
lokal. Sistem ini menawarkan fasilitas web streaming gratis bagi para penonton dan
pendengarnya, akan tetapi menyediakan fasilitas layanan iklan berbayar pada platform-
nya. Untuk itu, bisa dikatakan bahwa model bisnis yang diadaptasi oleh siaran acara
internet protocol (IP) based provider adalah fee in, free out.
Akan tetapi, beberapa siaran IP Based menyediakan pula layanan berlangganan
berbayar untuk dapat mengakses siaran acaranya. Untuk jenis model bisnis seperti ini, IP
based provider mengadaptasi model bisnis berlangganan, seperti yang dilakukan oleh
perusahaan televisi kabel berbayar.

2.4. Kontribusi Ekonomi Televisi dan Radio


Peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya diukur secara kuantitatif
sebagai indikator yang nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil
mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai
potensi untuk ikut serta memajukan Indonesia. Bentuk nyata kontribusi ini dapat diukur
dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif,
termasuk televisi dan radio. Dari data ekspor dan impor dalam industri televisi dan radio
di Indonesia, terlihat bahwa jumlah ekspor untuk industri televisi dan radio terus
mengalami peningkatan. Rata-rata laju peningkatan ekspor subsektor televisi dan radio
pada periode 2010–2013 mencapai 4,17%. Akan tetapi, laju peningkatan jumlah impor
industri ini memiliki perbandingan yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan
ekspornya. Rata-rata laju peningkatan impor untuk subsektor televisi dan radio pada
periode 2010–2013 mencapai angka 18,47%.
Upaya peningkatan ekspor subsektor televisi dan radio bisa dilakukan dengan cara
meningkatkan kualitas dan daya saing konten yang diproduksi oleh televisi dan radio di
Indonesia. Penetrasi pasar melalui media konten digital merupakan salah satu strategi
efektif yang bisa dilakukan. Hal ini sebaiknya mendapat dukungan aktif dari pemerintah
agar peningkatan daya saing konten produksi lokal dapat menembus pasar internasional
lebih luas lagi.

19
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum, ruang lingkup pengembangan televisi meliputi kategori berita
lunak, kategori hiburan, kategori permainan, serta kategori musik dan pertunjukan.
Kategori berita lunak dikelompokkan menjadi current affair, magazine, dokumenter, dan
talkshow. Kategori hiburan dikelompokkan menjadi drama dan komedi, variety show,
general entertainment dan human interest. Kategori permainan dikelompokkan
menjadi game show dan reality show, sedangkan kategori musik dan pertunjukan
dikelompokkan menjadi pertunjukan, klip musik, dan program klip musik. Radio memiliki
ruang lingkup pengembangan yang berbeda, yang dikelompokkan menjadi berita, siaran
lepas, siaran dengan naskah, dan musik.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di
dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta
ekosistem televisi dan radio yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu rantai nilai
kreatif, lingkungan pengembangan, pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif televisi
dan radio terdiri dari proses kreasi, produksi, distribusi, dan penyiaran. Lingkungan
pengembangan televisi dan radio meliputi kegiatan apresiasi dan pendidikan, sedangkan
pasar di dalam subsektor televisi dan radio dikelompokkan menjadi penonton umum,
penonton ahli, serta perusahaan pengiklan. Pengarsipan dalam subsektor televisi dan
radio dilakukan dengan melalui proses pengumpulan, restorasi, penyimpanan, dan
preservasi yang dilakukan baik oleh stasiun televisi dan radio, pemerintah, maupun
komunitas.
Dampak ekonomi dari pengembangan subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari
peta industri yang menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke
arah hulu (backward linkage) dan ke arah hilir ( forward linkage). Backward linkage di
dalam subsektor televisi dan radio diantaranya adalah konsultan konten media, jasa
penyewaan lokasi, pembuat properti studio, manajemen artis, jasa tata rias dan rambut,
jasa penyewaan kostum, industri musik, pemasok alat-alat penyuntingan, rumah
produksi pembuatan iklan, dan lain-lain. Forward linkage di dalam subsektor televisi

20
dan radio diantaranya adalah industri hiburan, industri penerbitan, komisi penyiaran, dan
lain-lain. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari subsektor televisi dan
radio, rantai nilai kreatif juga digunakan dalam mengidentifikasi model bisnis yang
umumnya terjadi di subsektor televisi dan radio, yaitu berupa Jaringan Televisi dan Radio
Nasional dan Lokal (Free to Air), Perusahaan Jaringan Siaran Berbayar, Rumah Produksi
Independen, dan Internet Protocol Based Provider.
Berdasarkan kondisi televisi dan radio di Indonesia saat ini, tantangan yang
mungkin dihadapi, serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki
dan juga arahan strategis pembangunan nasional serta pengembangan ekonomi kreatif
periode 2015-2019, maka visi pengembangan televisi dan radio selama periode 2015–2019
adalah “Terciptanya penyelenggaraan program televisi dan radio Indonesia yang
berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk
pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.”
Program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing yang
dimaksud adalah industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten acara yang
tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki nilai tambah berupa unsur informasi,
mengandung ajakan yang sifatnya positif, serta bersifat mendidik. Konten yang
dihasilkan juga diharapkan memiliki daya saing yang tinggi yang berarti dalam
pengemasannya, konten televisi dan radio mampu menonjolkan unsur kreativitas tanpa
memberikan efek negatif pada penikmatnya.

5.2 Saran
Pengembangan subsektor televisi dan radio dalam satu tahun kedepan akan
difokuskan pada:

 Mulai melakukan pembaruan dan penambahan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi


di pendidikan tinggi.
 Mulai melakukan pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di
Indonesia di luar Pulau Jawa.
 Mulai melakukan pemetaan dan publikasi hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan
radio.
 Melakukan pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat
dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.

21
 Mulai menyediakan fasilitas dan dana untuk penelitian dan pengembangan sumber
daya alam dan budaya Indonesia untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.
 Membuat jurnal tingkat nasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam
dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.
 Memetakan unit usaha televisi dan radio di Indonesia.
 Mulai menyelenggarakan festival konten lokal kreatif skala nasional.
 Menetapkan kewajiban proporsi jumlah konten lokal untuk setiap segmen usia.
 Mulai melakukan penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri
televisi dan radio.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/27578691/EKONOMI_KREATIF_Rencana_Pengembangan_T
ELEVISI_and_RADIO_Nasional_2015-2019

https://www.bekraf.go.id/subsektor/page/televisi-dan-radio

23

Anda mungkin juga menyukai