Anda di halaman 1dari 4

Musik abad pertengahan dimulai dari jatuhnya kerjaan Romawi dan berakhir sekitar tahun 1400, bersamaan dengan

dinmulainya musik era Renaissance.

Yang

menonjol

pada

masa

ini

adalah

perkembangan budaya Gereja Barat yang disebut dengan budaya Gothik, ditandai dengan banyaknya perkembangan katedral-katedral bergaya Gothik (busur Gothik yang ke atas mencerminkan kontras antara Surga dan dunia. Surga dianggap sebagai dunia yang jauh di sana, dari sana datanglah cahaya rahmat ke dunia

ini).

Perkembangan

kota

selalu

bersumber

dari

gereja/biara. Perkembangan kota biasanya selalu mengelilingi gerej/biara sebagai pusatnya. Hal ini disebabkan kekristenan berkembang pesat di masyarakat Eropa. Agama Kristen, kebudayaan Yunani-Romawi, serta tradisi di Eropa utara mempengaruhi kebudayaan Eropa. Seluruh hidup masyarakat diatur oleh agama Kristen. Para biarawan/wait selalu dianggap sebagai kaum intelektual. Banyak sekolah-sekolah khusus musik dibangun, contohnya Notre Dame School di Paris

yang sangat terkenal dari tahun 1150 sampai dengan 1250. Sehingga ada tiga kelas social yang menjadi tatanan hidup, khususnya bangsa Eropa Barat di abad pertengahan: kaum bangsawan, kaum Rohaniawan/wati, dan kaum petani/pedagang. BERMULA DARI ROMA

Musik abad ini bermula pada Gereja Roma Katolik di barat (Eropa Barat). Musik ini digunakan dalam ibadah terutama di katedral dan biara, biasanya diyanyikan oleh para biarawan/wati. Musik gereja pada abad ini biasanya disebut dengan istilah musik Gregorian [seperti paus Roma yang berhasil mengatur kembali liturgi Katolik yaitu St. Gregorious Agung (590 604 M)], yang bersifat plainchat (musik polos). Kebanyakan musik vocal, karena gereja tidak mengijinkan penggunaan alat musik dalam ibadah. Hal itu disebabkan pada awalnya alat musik biasa dipaaki oleh kaum penyembah berhala untuk ritual ibadah mereka bagi para dewa. Baru setelah tahun 1100 instrumen musik muai diperbolehkan penggunaannya dalam gereja: orgel pipa. Pada masa ini musik terbagi dalam dua kategori: musik gereja (sacral) dan musik sekuler. MUSIK MONOFONIK

Seperti yang dijelaskan di muka, musik Gregorious sangat dominant pada abad ini. Musik yang bersifat monofonik (satu suara) ini dinyanyikan dalam bahasa Latin tanpa iringan musik. Musik yang disebut plainchart ini digunakan untuk peribadatan, baik Misa (Minggu) maupun ibadah harian (ofisi). Musik ini mementingkan vocal. Tujuannya untuk mencapai kekhidmatan kebaktian. Karakteristik dari musik Gregorian adalah non-metrikal (tidak berirama) dan memakai tangga nada Gerejawi (seperti Doris, Frigis, Lydis, Mixolydis, dsb lihat PRAISE 9). Musiknya ada yang rumit (melismatis) serta ada pula yang merupakan kombinasi dari keduanya. Biasanya untuk misa lebih rumit dibandingkan musik untuk ibadah harian. Namun demikian dibandingkan lagulagu sekuler lainnya, lagu Gregorian bersifat lembut, menggambarkan dunia lain dan mewakili suara gereja.

MUSIK

SEKULER

Di samping lagu-lagu Gregorian yang mendenominasi, terdapat pula musik di luar gereja yang disebut musik sekuler, yang syairnya ditulis oleh para Bangsawan Perancis. Di Perancis selatan disebut dengan istilah Troubadours, di Perancis utara disebut dengan istilah Trouvers dan minnesinger di Jerman dan Australia. Terdapat 1650 lau-lagu Troubadour dan Trouvers yang berhasil diselamatkan, notasinya tak memberi petunjuk adanya ritme, tetapi banyak di antarnya bersifat regular (teratur) dengan tanda-tanda beat (ketukan) secara jelas. Dengan demikian lagu sekuler ini sangat berbeda dengan ritme Gregorian yang bersifat bebas dan non-metrikal. Isi dari musik-musik sekuler yang disebut musik popular ini biasanya bertemakan kepahlawanan atau perjuangan sebagaimana pada masa ini terdapat banyak perang-perang terutama perang salib. Tema lain yang disukai adalah tentang cinta atau romantisme, biasaya berupa pujian atau keluhan dari kekasih kepada pasangannya. Tma lain yang cukup berkembang adalah Lamentatio atau sebuah kidung ratapan mengenaii kematian dari Bangsawan atau orang yang disegani atau yang dikasihi. Contoh jenis musik sekuler dalam masa ini: Alba (nyanyian pagi), Pastourelle (nyanyian gembala dan Estampie (musik dansa). MUSIK POLYFONIK

Untuk berabad-abad lamanya, tradisi musik barat pada dasarnya adaah monofonik (satu suara), memiliki hanya satu garis melodi saja, tetapi tahun 700 dan 900 para pendeta mulai menambahkan garis melodi kedua untuk nyanyia Gregorian dalam paduan suara di biara-biara mereka sehingga menjadi bentuk musik polyfonik. Hal ini disebut sebagai musik organum. Musik organum adalah terdiri dari melodi plainchat yang ditambahkan rangkaian nada lain yang dibunyikan pada waktu bersamaan. Jenis musik ini berkembang di katedral Notre Dame, Paris, Prancis yang dibangun pada tahun 1163-1235. Pada mulanya melodi kedua ini bersifat improvisasi dan tidak tertulis. Hanya duplikasi dari melodi semula dan dinyanyikan dalam pitch yang berbeda.

Walaupun demikian, para pendengar musik pada zaman itu mengalami kejutan mendengarkan musik ibadah dimana garis melodi pokoknya. (dari berbagai sumber/Yis/PRAISE Sumber : www.majalahpraise.com #10).

Anda mungkin juga menyukai