Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MUSIK ZAMAN IMPRESIONISME DAN CIRI KHAS NYA

Diajukan untuk memenuhi tugas

sejarah musik lanjut

Nama : Emi Rumapea

Nim : 18101180133

Mata Kuliah : Sejarah Musik Lanjut

PROGRAM STUDI PENCIPTAAN MUSIK

FAKULTAS SENI PERTUNJUKKAN

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat saya susun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari beberapa sumber yang telah membantu saya dalam
membuat makalah ini. Dan saya harap makalah ini dapat berguna dalam membantu dan
menambah pengetahuan para pembaca mengenai musik pada zaman impresionisme.

Saya mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
saya juga berharap adanya kritik maupun saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Yogyakarta, 22 September 2019


KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………….... 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………………………....1

1.2 Tujuan………………..…………………………………………………………………………………………….1

1.3 Rumusan Masalah.……………………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………2

2.1 Istilah Impresionisme………………..………………………………………………………………………2

2.2 Ciri Khas Musik Impresionisme….……………………………………………………………………..3

A. Bentuk…………………………………………………………………………………………………………………3

B. Melodi – Harmoni………………………………………………………………………………………………..3

C. Ritmik…………………………………………………………………………………………………………………..4

D. Warna suara,Instrumentasi…………………………………………………………………………….…..4

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………..5

3.1 Kesimpulan dan Saran...........................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………….6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seni adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur
keindahan dan mampu membangkitkan penasaran orang lain. Seni memiliki berbagai
cabang diantaranya seni musik, seni tari, seni sastra, seni teater, dan seni rupa. Seni
musik adalah kompilasi atau pengaturan suara atau nada yang memiliki irama
tertentu dan mengandung isi dan nilai perasaan tertentu. Seni musik sudah ada sejak
zaman dahulu namun keberadaanya selalu berbeda di setiap daerah,keberadaan
seni musik dicatat sebagai searah yang juga berbeda di berbagai tempat. Salah
satunya pada pergantian abad 19/20 ada istilah “Impresionisme dan Simbiolisme” yang menuju
terutama kepada situasi musik di salah satu pusat kesenian pada waktu itu,yaitu kota Paris.

Ternyata sampai masa kini,kedua istilah ini masih tetap dipakai oleh para musikolog untuk
menjelaskan berbagai kecenderungan dalam bidang musik yang sebenarnya jauh lebih kompleks.
Melalui makalah ini,saya akan menguraikan mengenai istilah Impresionisme serta ciri khas
musik Impresionisme.

1.2 Tujuan

1. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Sejarah Musik Lanjut.


2. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan istilah Impresionisme serta ciri khas
musik Impresionisme.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan istilah impresionisme,serta pengertian musik zaman


impresionisme ?
2. Apa saja ciri khas musik zaman impresionisme ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Impresionisme

Impresionisme adalah sebuah aliran yang berusaha menampilkan kesan-kesan pencayaan


yang kuat,dengan penekanan pada tampilan warna dan bukan bentuk. Namun kalangan
akademisi ada yang justru menampilkan kesan garis yang kuat dalam impresionisme ini.
Aliran Impresionisme muncul dari abad 19 yang dimulai dari Paris pada tahun 1860an.
Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet, “Impression,Sunrise” (
“Impression,soleil levant”).

Di paris sendiri sangat sering diadakan pertemuan antara seniman-seniman dari kalangan
subkultur untuk menyajikan karya-karya baru serta berdiskusi tentang segala macam hal.
Salah satu daerah khusus dibukit kecil tempat pertemuan mereka yang bisa disebut
sebagai “kampung seniman” yaitu Montmartre, di café. Maka Melting Pot ini
memunculkan ide-ide baru,sehingga memunculkan konsep baru oleh para komposer baru
pada era itu yang menolak sikap komposer lain yang konservatif. Sebelum itu mereka
juga protes terhadap formalisme tradisional yang dipandang semacam diktatur berupa
aturan-aturan musik yang oleh pihak akademis intasi pendidikan musik Paris dianggap
baku dan kekal. Hal ini juga diungkapkan oleh sastrawan Charles Baudelaire (“ Journal
Intimes”) :

“Sesuatu yang tidak menyimpang dari norma tidak punya rangsangan yang menyentuh
rasa. Oleh karena itu,ketidakteraturan merupakan salah satu elemen terpenting untuk
keindahan karya-karya seni. Dalam hal ini ketidakteraturan berarti seni terasa sebagai
kejutan,atau terjadi hal-hal yang tidak bisa diduga sebelumnya”.

Dalam hal ini bisa dilihat bahwa mereka ingin mengadakan pembaharuan bahwa kesan
keindahan juga dapat dinilai dari keekspresifan,bukan hanya dari peraturan-peraturan
yang baku.

Dan dengan adanya pameran dunia di Paris pada tahun 1889 salah satunya gamelan Jawa
Barat dan Jawa Tengah,Debussy merasa kagum akan permainan gamelan pada waktu
itu,namun kekagumannya harus diartikan lain : ternyata konsep Debussy (dengan pola
statis,dengan memakai berbagai tingkat sekaligus) secara otomatis menunjuk pada
penggunaan laras pentatonik tanpa jarak setengah nada karena inilah menyebabkan kesan
statis(tidak ada leading note) atau seperti melayang. Dalam hal ini pendapat bahwa
penggunaan tangga nada pentatonik oleh Debussy dipengaruhi atau menirukan gamelan
jawa adalah salah faham. Karena secara teoritis laras slendro pada gamelan oktaf secara
teratur yaitu selalu sebesar 240 cent diantara dua nada,hal ini berbeda dengan nada yang
digunakan Debussy seperti misalnya c-d-e-g-a-c berjarak 200-300-200-300 cent.
Debussy mendapatkan ide dan hanya ingin mentranformasikan kesan
ketimurandan juga tekstur sebagaimana dapat ditemukan dalam gamelan dimana seperti
tidak ada leading note pada salah satu karyanya yaitu Pagodes.

Musik Impresionisme merupakan musik yang ditandai oleh penggunaan akor-akor yang
waktu itu dianggap menyimpang dari kaidah yang telah mapan di masyarakat. Paduan
nada yang kurang disenangi masyarakat justru menjadi mode khususnya untuk menutup
suatu kadens. Percampuran nada-nada yang halus,dan motif-motif yang dibangun dari
intrumentasi warna suara.

2.2 Ciri Khas Musik Impresionisme di Perancis

A. Bentuk

1. Model-model historis,terutama model siklus dan berbagai bentuk tarian.

2. Jenis “Charakterstuck” tanpa pola bentuk tertentu.

Dalam hal ini musik vokal main peranan cukup besar,terutama “lied”. Kombinasi musik
orkes dengan paduan suara semakin menonjol,namun penggunaan paduan suara ini seperti alat
musik dalam genre orkes,artinya umumnya untuk menghadirkan warna suara tertentu,maka syair
sudah tidak penting lagi di era ini seperti di opera,hanya menggunakan vokal “aaa..” Pada zaman
ini genre musik orkes dan musik untuk piano solo diutamakan.

B. Melodi dan Harmoni

Dalam perkembangan harmoni dan melodi komposer-komposer zaman itu memberi suatu
alternatif menarik terhadap kecenderungan Romantik akhir,yaitu berkurangnya atau penggeseran
sistem tonal. Hal ini diakibatkan oleh karena suatu krisis yang timbul antara lain karena
“kromatisasi” (alterasi-alterasi) akor-akor dalam sistem tonal. Dengan kata lain identitas
fungsional semakin berkurang,sejalan dengan timbulnya alterasi dan penambahan nada.

1. Penggunaan tangga nada modal kuno dalam konteks baru serta dengan cara yang baru.

Biasanya unsur modal paling nyata pada awal sebuah karya,yaitu tema-tema utama
sendiri,sedangkan lanjutannya terdapat berbagai variasi,perkembangan dan pencampuran.
Penggunaan tangga nada modal lebih diartikan dengan kesan “folklorisme” artinya mengenai
cerita rakyat atau kesan “kerakyatan”.

2. Penggunaan tangga nada pentatonis dan whole tone scale.


- Suasana pentatonik di Barat diartikan dengan suasana alami murni dan utuh,bahkan
dikaitkan dengan suasana anak-anak dan terdapat aspek antik tanpa kesan waktu.
-Whole tone scale atau tangga nada utuh sebagai simbol untuk suasana “melayang” .
Artinya disini sering terjadi kombinasi dari pentatonik dan whole note scale atau
penggabungan kesan suasana anak-anak dan suasana ruang tanpa batas waktu. Secara
otomatis konsep ini menyebabkan kesan statis (tidak ada leading note).

3. Melodi Ornamen
Motif melodi sering kurang bersifat signifikan dan teratur dalam bentuk frase-frase yang
biasa. Materi melodi tumbuh secara vegetatif dan organis dari suatu sumber,sekaligus
terasa bagaikan hiasan saja.
4. Nada-nada Gadungan (Freie Leittoneinstellung)
Secara sekilas nada gadungan bisa diartikan sebagai akor yang diperkaya dengan nada-
nada kromatis yang berbunyi bersama nada dasar,sehingga fungsi dasar itu tetap ada,akan
tetapi ditambah semacam ketajaman bunyi. Artinya terjadilah suatu perubahan warna
dalam akor.Ini bukan leading note yang sesungguhnya sehingga dari situ terdapat istilah
freie leittoneinstellung(leading note yang bebas) artinya bertolak dari konsep tonal pada
umumnya.

5. Harmoni Pararel
6. Bi-Tonalitas
Artinya penggunaan dua tonalitas sekaligus,kadang-kadang dipakai secara terpisah,kadang
secara bersama-sama seperti warna harmoni yang baru.

C. Ritmik

Dalam bidang rimik terdapat berbagai pembaharuan yang berhubungan dengan:

1. Penggunaan berbagai sumber dari ritme tarian rakyat,terutama dari Spanyol.


2. Kecenderungan menyembunyikan struktur metrik birama,sesuai dengan konsep statis.
3. Perkembangan ritmik aditif

Ritmik aditif merupakan suatu pengolahan ritmis dimana tidak terdapat kesan metrik
birama lagi,meskipun kesan ketukan tetap ada. Maksudnya disini untuk menciptakan suasana
teknik yang bersifat lebih bebas,seperti suasana melayang atau lebih ekspresif. Teknik ini
antara lain merupakan konsekuensi dari berbagai aspek,yaitu sistem tonal tidak berlaku
lagi,terdapat unsur-unsur statis dan pengaruh berbagai musik di luar Eropa Tengah.

D. Warna Suara, Instrumental

Berhubungan dengan latar belakang istilah yang bersumber dari seni lukis,para komposer
ini sering disebut dengan pelukis musikal. Dari sebutan tersebut menimbulkan kesan karya
musik Impresionisme,kebanyakan hanya seperti warna yang melebur. Dipandang secara positif
karya impresionisme sebagai suatu pembaharuan dimana warna suara lebih berperan dari pada
karya sebelumnya. Secara negatif Impresionisme tidak dapat mengembangkan tekstur yang jelas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran

Pada era ini terjadi pembaharuan atau ide baru terhadap musik,yang dilakukan oleh
komposer baru yang menolak sikap konservatif. Sehingga terbentuklah istilah impresionisme
dalam bidang musik oleh Claude Debussy. Akan tetapi hal ini menimbulkan sejumlah salah
tafsiran dan klise-klise yang amat mendasar,sehingga penegasan ini sebaiknya dihapus
secara total. Persoalan ini sebenarnya cukup kompleks,baik untuk seni lukis maupun untuk
seni musik,istilah impresionisme belum pernah dapat dirumuskan dengan tepat.Bahkan
pnggunaan istilah ini secara global untuk berbagai jenis karya dan seniman sudah dikritik
dengan tegas sejak awal munculnya istilah ini. Oleh karena itu,penolakan nama ini oleh
Debussy sendiri tidak bisa diartikan sebagai penolakannya terhadap aliran seni lukis yang
dikaitkan dengan istilah Impresionisme. Ternyata Debussy hanya ingin menentang salah
paham interpretasi dan estetis,walaupun salah paham masih bersikeras sampai dengan masa
kini.

Kesimpulannya bahwa pengertian istilah Impresionisme seperti yang berlaku cukup luas
dalam bidang seni lukis,hampir tidak cocok dengan seni musik,bahkan Debussy sendiri
sering menegaskan bahwa kejernihan dalam musiknya amat penting. Namun istilah ini tetap
lazim dalam bidang ilmu sejarah musik,sehingga sebaiknya kita pakai istilah tersebut,akan
tetapi hanya sebagai istilah untuk salah satu zaman,janganlah arti istilah tersebut terlalu
dikaitkan dengan karya-karya para komposer sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

 Mack, Dieter. 1995. Sejarah Musik Jilid III. Yogyakarta. Pusat Musik Liturgi Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai