Anda di halaman 1dari 7

1 R ITME Volume 2 No.

1 Februari 2016
PERANAN MUSIK PADA PERTUNJUKKAN TEATER

Oleh
Dody M.Kholid
dodykholid@gmail.com
Departemen Pendidikan Seni Musik - FPSD
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak

Komposisi musik apapun bentuk dan gayanya pada dasarnya harus merupakan hasil dari sebuah
permikiran yang matang dari seorang komponisnya yang harus kita hargai terlepas dari kualitas
yang dihasilkannya, karena dengan adanya karya tersebut berarti telah hadir sebuah aktivitas
dan proses kreativitas kesenian. Terdapat beberapa kendala dan pendapat tentang gaya musik
itu sendiri, diantaranya masalah perbedaan pendapat dan perasaan bahwa suatu musik lebih
berkualitas dari musik lainnya termasuk didalamnya permasalahan untuk apa musik tersebut
dibuat. Hal semacam ini tentu saja fenomena yang sangat menyedihkan bagi dunia musik dan
bukan sesuatu yang harus menjadi persoalan, karena bagaimanapun bentuknya,suatu
komposisi musik itu adalah salah satu bentuk perkembangan musik yang tidak perlu
dipermasalahkan tetapi perlu penjelasan.

Kata Kunci : Komposisi, Kreativitas, Ilustrasi


musik John Cage ayang berjudul 4’33, seorang
komposer musik kontemporer yang berasal dari
Pendahuluan
Musik adalah salah satu bidang seni yang
mengolah bunyi dan jeda (hening atau tanpa
bunyi) sebagai bahan bakunya. Bunyi bukan Amerika Serikat, dalam konsep karya tersebut
hanya diolah secara kerangka harmoni dan alur John Cage menggarap karya dengan pengemasan
melodi saja, akan tetapi juga tentang pola ritmis, unsur diam. Selama 4 menit 33 detik John cage
tempo, ekspresi dan jeda atau diam tanpa bunyi hanya diam didepan sebuah piano tanpa bersuara,
merupakan unsur dari pengolahan musik karena tanpa membunyikan apapun dan tidak ada
dalam diam sebenarnya terdapat “rasa yang tindakan membuat suatu peristiwa bunyi dari
berbunyi”. Artinya, bahwa dalam keheningan pemainnya. Memang akan terasa sangat “sepele”
tersebut rasa kita tetap memainkan tempo, pulsa, jika kita hanya berfikir masalah bunyi saja, akan
dinamik yang tetapi ide tersebut justru membuka pemikiran
Secara tidak langsung berbunyi secara intuitif. kita bahwa ternyata jeda, diam atau hening itu
Selain itu musik bukan saja komposisi yang adalah salah satu unsur terpenting dari komposisi
selalu utuh disajikan secara mandiri atau musik. Jika “4.33” sering dinilai seperti
disajikan secara khusus untuk kepentingan provokasi atau pelecehan seni, maka bagi Cage
musik, akan tetapi musik bisa saja sama sekali tidak demikian. Konsep ini hanya
dikolaborasikan dengan cabang seni lainnya. merupakan konsekuensi mutlak dari pemikiran
Salah satu bentuknya adalah dengan bahwa “ bunyi dibiarkan pada bunyi itu sendiri”
pengkolaborasian bersama seni peran atau teater, serta para pendengar (apresiator) sendiri yang
yaitu bentuk pertunjukan panggung dari akhir dapat menyelesaikannya (Mack 2004 : 111).
zaman pertengahan. Artinya, persepsi para apresiator merupakan inti
Dari uraian diatas sangat jelas bahwa dari komposisi ini, termasuk lingkungan pada
pengolahan suatu karya musik bukan saat pergelaran tersebut berlangsung serta bunyi-
hanya difokuskan pada bunyi saja, melainkan bunyi yang muncul secara kebetulan pada saat
unsur jeda pun menjadi bahan yang dapat itu. Dengan kata lain konsep musiknya didasari
dieksploitasi sebagai materi dari sebuah karya dengan hening, kalaupun pada pementasannya
komposisi musik. Salah satu contoh pada karya terdapat bunyi yang muncul dari suara penonton,
itu adalah masalah lain ( merupakan ornament

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412 -653X
2 R ITME Volume 2 No. 1 Februari 2016
dari karya tersebut ) meskipun hal itu sudah musik harus “berkompromi” dengan naskah
diperhitungkan. Dari hal tersebut kita bisa teater yang akan dipentaskan sehingga
mengambil pemahaman bahwa musik pada komposisinya tidak sebebas ketika musik dibuat
dasarnya dilandasi dengan diam tergantung untuk kepentingan musik itu sendiri, akan tetapi
bagaimana kita menggarapnya serta pemahaman bisa saja dimunculkan teknik komposisi yang
bahwa diam adalah merupakan unsur dari pada mungkin saja tidak biasa digunakan dalam
musik yang bisa diolah dengan secara maksimal. komposisi musik (terutama musik popular).
Musik semacam ini memang tidak dapat
diperkirakan hasil akhirnya tetapi lebih menitik Sejarah dan Perkembangan Musik dalam
beratkan pada konsep musiknya, sehingga Teater
hasilnya sering terkesan “kesesaatan” dan Sejarah tentang waktu dan tempat pertunjukan
“ketidak-terdugaan” yang lebih menyerahkan teater pertama kali dimulai dan asal mula teater
pada persepsi apresiator tentang. Dalam tahap sampai saat ini memang belum diketahui secara
mengamati semua orang dengan mudah akan pasti karena setiap Negara maupun Daerah
melakukannya dan bereaksi menurut mempunnyai sejarah masing-masing dan mereka
imajinasinya masing-masing, sedangkan pada berhak untuk menyatakan bahwa daerah
tahap memahami hanya mungkin ketika musik merekalah sebagai pelopor seni teater. Hal ini
itu dipelajari dengan cara menganalisis dan tentu saja dikarenakan bahwa setiap Negara atau
menggarap musik tersebut. Beberapa kalangan Daerah mempunyai bentuk,ceritera dan
musisi kontemporer menyebut musik ini dengan karakteristik seni tersendiri. Adapun yang dapat
konsep musik “minimax”, yang menyatakan diketahui adalah teori-teori tentang asal mula
bahwa dalam musik, diam adalah sebenarnya teater, diantaranya adalah sebagai berikut :
berbunyi. Konsep musik ini sebenarnya sangat 1. Berasal dari upacara agama primitive.
sederhana, karya-karyanya merupakan suatu Pada upacara tersebut unsur cerita
sikap tentang makna sebuah “diam”. Konsep ini ditambahkan yang akhirnya berkembang
mengharuskan hasil karya komposisi musik yang menjadi pertunjukn drama ( teater ),
maksimal secara kualitas walaupun dengan suatu meskipun upacara agama tersebut telah
keterbatasan materi lama ditinggalkan, akan tetapi cerita
(minimal). drama tersebut hidup hingga sekarang.
Seorang komposer musik kontemporer yang 2. Berawal dari nyanyian untuk
menyatakan tentang musik minimax adalah menghormati seorang pahlawan di
Slamet Abd. Sjukur, beliau pernah menyatakan pemakamannya. Dalam cerita ini
sikapnya tentang musik ini,bahwa : seseorang mengisahkan riwayat hidup
“ Minimax, suatu pilihan lain yang sang pahlawan yang lama kelamaan
berangkat dari keterbatasan (minim) dikisahkan dalam bentuk drama.
dan memanfaatkan secara maksimal (…) 3. Berawal dari kegemaran manusia
usaha-usaha seperti ini, nampaknya tidak mendengarkan cerita. Cerita tersebut
banyak menarik hati bagi kalangan kemudian dibuat dalam bentuk drama.
orang-orang musik kita. Kita sudah
terlanjur punya cita-cita tinggi dan tidak Berdasarkan bukti-bukti dan peninggalan
mungkin lagi faham terhadap sesuatu arkeologis dan catatan-catatan sejarah, drama
sebagaimana adanya, apalagi kemauan yang berkembang saat ini berasal dari zaman
untuk secara cermat menggali berbagai Yunani Kuno. Sekitar tahun 600 SM dalam
potensi yang tersembunyi dibalik yang upacara-upacara keagamaan, bangsa Yunanai
polos itu”. mengadakan festival tari dan nyanyian untuk
menghormati Dewa Dionysius yaitu Dewa
Salah satu usaha seorang komposer adalah Anggur dan kesuburan, kemudian mereka
dengan mengkolaborasiakan musik dengan mengadakan sayembara drama untuk
bidang seni lainnya. Bentuk musik “minimax” menghormatinya. Sayembara drama tersebut
(istilah slamet abdul sjukur) bisa terjadi bahkan berupa pertunjukan drama tragedy, salah seorang
sangat memungkinkan diolah pada komposisi pemenangnya adalah “Thespis” seorang actor
musik untuk sebuah pertunjukan teater karena dan penulis naskah tragedy yang pertama dikenal
musik pada teater lebih banyak menitik beratkan dunia. Segala sesuatu tentang drama dinyatakan
pada dukungan suasana yang diperjelas melalui sebagai penemuan yang dilakuakan oleh Thespis
komposisi musik. Hal ini tentu saja dikarenakan bahkan aktornya pun dinamakan Thespian, salah

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412 -653X
3 R ITME Volume 2 No. 1 Februari 2016
satunya adalah drama dengan dialog yang Wagner menolak analisa dan observasi yang
diselingi dengan “Choir”. terasa sangat rumit dari teater realisme yang
Pada zaman Renaissance (1350-1600), selalu menyangkutkan seni dengan realitas
seni teater mulai dikembangkan oleh beberapa kehidupan sehari-hari. Menurut wagner penonton
kelompok atau golongan. Perhatian Negara- harus diajak menuju kebenaran dalam seni
negara Eropa terhadap seni Yunani kuno pada dengan menjauhkannya dari konvensi teater
awalnya terjadi di Itallia sekitar tahun 1500, realis. Penonton harus dibebaskan dari hiruk
terutama dalam bidang sastra. Pada saat itu pikuk kehidupan sehari-hari dan dimasukan
penulis-penulis Itallia telah mempelajari Puitika dalam dunia “musik gaib”, harus ada jarak antara
Aristoteles dan seni Puisi Horatius untuk menulis seni dengan kehidupan sehari-hari, prinsip itu
essai-essai mereka. Dari essai tersebut dipegang wagner dalam pengembangannya
berkembanglah gerakan Neoklasisme dalam seni, terhadap aliran Symbolisme, sehingga tidaklah
yang mementaskan naskah-naskah dengan tiruan salah apabila dalam pementasannya aliran ini
pada zaman klasik. Ciri yang menonjol dari hanya mempercayai intuisi untuk memahami
drama Itallia adalah “Spectacle” (hiburan atau kenyataan. Oleh karena kenyataan itu tidak dapat
pesta istana bangsaawan) yang berkembang difahami secara logis, maka kebenaran itu tidak
dikalangan istana. Spectacle atau Intermezzi mungkin dapat diungkapkan secara logis pula.
diselipkan pada drama-drama dengan tema Menurut aliran symbolis kenyataan harus
mitologi atau kehidupan sehari-hari dengan diungkapkan dalam bentuk simbol-simbol, begitu
kostum dan latar belakang yang sangat pula halnya dengan keberadaan musik pada
imaginatif. Setelah tahun 1600, intermezzi ini teater yang salah satunya sudah mulai
masuk dalam Opera yang muncul sekitar tahun menggunakan pengolahan musik aksentuasi
1590-an dan kemudian bentuk teater ini paling sebagai simbol pendukung pada pementasan
digemari di Negara Itallia. Penulis-penulis pada teater.
zaman itu sangat banyak, dan yang paling
terkenal adalah “William Shakespeare” (1564- Keberadaan Musik dalam Teater
1616) sedangkan peñata musik yang terkenal Seperti telah disebutkan di awal bahwa musik
pada saat itu adalah “ Salaried Workes ”. Pada bukan saja diolah untuk kepentingan musik
zaman itu pula keberadaan musik terasa sangat sendiri,artinya komposisi musik tidak hanya
penting, hal ini disebabkan bentuk-bentuk drama untuk kebutuhan pertunjukan musik saja,
yang berkembang pada saat itu, diantaranya melainkan musik sering juga digarap untuk
adalah : keperluan bidang seni lainnya. Salah satu contoh
- Opera : Prosa dengan beberapa adalah pengkolaborasian musik dengan tari,
lirik yang diwujudkan dalam bentuk musik dengan teater, musik untuk kepentingan
musik ( Vokal, instrumental dan kadang- pameran seni rupa bahkan musik digunakan juga
kadang disertai dengan tarian ) (kolaborasi) dengan penyair yang sedang
- Burlesque : Parodi terhadap membacakan puisinya. Semua kolaborasi
naskah-naskah drama yang terkenal. tersebut mempunyai cara-cara, ketentuan dan
- Pantomime : Gabungan tari, musik, kepentingan yang berbeda sesuai dengan tema
acting tanpa dialog dengan setting yang akan digarap. Hal ini tentu saja
khusus. mengharuskan seorang komposer untuk lebih
Musik pada teater mencapai “ kreatif dan inovatif dalam memilih instrument,
pencerahan ” pada abad XIX, yaitu dengan gaya, struktur serta bentuk komposisinya yang
lahirnya teater dalam aliran Symbolisme, tentu saja harus disesuaikan dengan seni dimana
Ekspresionisme dan Teater Epik. Salah satu komposisi musik tersebut berkolaborasi.
komposer musik teater pada waktu itu adalah Dalam pertunjukan teater, musik sangatlah
Richard Wagner (1813-1883). Wagner erat kaitannya, sehingga ada yang menyebutkan
memasukan unsur musik sebagai bagian pokok pertunjukan teater dengan didukung aktor yang
dari drama dengan maksud untuk menciptakan baik pun akan masih terasa “hambar” jika tidak
“jarak” dengan kehidupan nyata. Musik didukung oleh penataan musik yang sesuai
dipadukan dengan unsur-unsur panggung lainnya dengan konteks cerita yang disajikan. Musik
selain penyesuaian terhadap naskah seperti pada pertunjukan teater sejak kemunculannya
setting,kostum,tata cahaya dan elemen-elemen hingga sekarang masih menjadi polemik.
teater lainnya. Terjadinya polemik dikarenakan pada setiap
pembicaraan tentang teater, orang tidak banyak

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412 -653X
4 R ITME Volume 2 No. 1 Februari 2016
yang menyinggung tentang keberadaan musik dalam arti musik disesuaikan dengan adegan
dalam teater. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pada naskah. Meskipun demikaian, musik pada
orang yang beranggapan bahwa pertunjukkan teater bukanlah sekedar musik “pelengkap” yang
teater adalah pertunjukan seni peran, yang hanya berfungsi sebagai “pengekor” pada
didalamnya hanya menceritakan tentang satu alur naskah. Pada proses penggarapan musik teater
cerita saja. Anggapan seperti itu tentu saja sangat harus selalu ada kesepakatan antara seorang
menyempitkan arti teater itu sendiri, karena pada penata musik, sutradara dan aktor tentang
intinya pertunjukan teater adalah peertunjukan kesesuaian musik dengan adegan atau
dari gabungan antara semua unsur seni (peran, sebaliknya, adegan yang menyesuaikan terhadap
musik, tari, rupa, sastra), yang semua itu musik. Musik pada pertunjukan teater memang
memerlukan pemikiran dan keselarasan pada bukan untuk disajikan untuk keperluan
naskah yang akan dipentaskan. pementasan musik, melainkan satu kesatuan
Salah satu contoh pada proses penggarapan yang berfungsi sebagai media untuk memperkuat
musik misalnya, sejak seorang komposer musik dalam pengungkapan apa yang dimaksud dari
teater mendapatkan ide untuk menggarap musik naskah yang akan dipentaskan. Salah satu
teater, maka ide tersebut pertama kali harus contoh, terdapat sebuah adegan yang tidak bisa
dipertimbangkan menyangkut proses atau tidak mungkin digambarkan secara visual
realisasinya. Seorang komposer musik teter harus oleh aktor, maka musik yang memungkinkan
mempelajari tentang sejarah pada zaman apa untuk mengungkapkan atau menggambarkan
naskah teater itu diceritakan, kemudian alat apa dalam bahasa musik tentang apa yang dimaksud
yang akan digunakan untuk mewakili ide oleh adegan tersebut, dalam hal ini penata
musikal yang sesuai dengan adegan-adegan tiap musiklah yang harus berperan.
bagian, dan yang paling utama bagaimana cara Musik pada pertunjukan teater pada dasarnya
menggarap komposisi yang sesuai dengan naskah berfungsi sebagai “penguat” sebuah cerita yang
yang akan dipentaskan. Oleh karena itu, harus terdapat pada naskah. Namun, pada
dilakukan eksplorasi dengan berpatokan pada kenyataannya musik pada teater bisa berfungsi
ketepatan antara hasil proses pengolahan bunyi lebih dan berperan sangat penting. Menurut
dengan ide yang dimaksud atas dasar keselarasan Sukanta (1996) dalam tulisannya tentang Musik
pada naskah. Komposisi musik yang akan Teater yang dicetak pada jurnal “Kawit”
digarap harus bertitik tolak dari konsep yang menyatakan bahwa terdapat beberapa fungsi
jelas, artinya musik tetap harus berpatokan pada tentang tentang peranan musik sebagai ilustrasi
naskah yang akan dipentaskan, sehingga akan pada pertunjukan teater, yaitu :
tercipta suatu integritas dari semua unsur seni Musik Pembuka ( Overture )
yang ada, yang dipentaskan melalui pertunjukan Berfungsi untuk memusatkan perhatian
teater. Komposer Helmut Lachenmann penonton pada pertunjukan yang akan
menyatakan dalam buku “Sejarah Musik jilid disajikan, sekaligus memberitahukan bahwa
IV” yang ditulis oleh Dieter Mack : “ Menggarap pertunjukan akan dimulai. Oleh karena fungsinya
suatu komposisi berarti memikirkan proses untuk memusatka perhatian penonton, maka
bagaimana suatu informasi dari manusia akan komposisi musik pembuka harus dapat menarik
disampaikan kepada manusia lain. Maka materi perhatian penonton.
musik harus disempurnakan dengan jelas serta Musik Penutup
semua konsekuensi dilihat dari segi ekspresinya Musik yang berfungsi untuk memberitahukan
“ (1995 : 13). Dari pernyataan tersebut sangatlah penonton bahwa pertunjukan telah selesai. Musik
jelas bahwa menggarap suatu karya musik berarti penutup ini memungkinkan sekali terjadi
memikirkan pula tentang proses transformasi dari kesamaan bentuk komposisinya dengan musik
satu manusia ke manusia lainnya sehingga materi pembuka atau dengan musik lainnya.
musik harus berpatokan pada konsep yang sesuai Musik Pergantian Babak
dengan tema yang akan diangkat. Setiap pergantian babak pada pertunjukan
Keberadaan musik pada teater sangatlah teater alangkah baiknya dan senantiasa
penting, karena selain berpengaruh terhadap diciptakan komposisi musik yang relatif pendek.
aktor (emosi aktor dapat dicapai melalui musik), Komposisi musik ini berfungsi untuk menjaga
juga berpengaruh terhadap emosi penonton stabilitas emosi penonton dalam menghantarkan
dalam menuntun atau mengapresiasi sebuah suasana ke babak selanjutnya, selain berfungsi
karya teater. Musik untuk teater pada juga sebagai persiapan pada aktor dan stage
penggarapannya sangatlah bebas bentuknya, crew.

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412 -653X
5 R ITME Volume 2 No. 1 Februari 2016
Musik Ilustrasi agar penonton sadar bahwa yang mereka lakukan
Musik yang berfungsi membantu hanyalah sebuah sandiwara.
mengungkapkan suasana batin aktor dalam Dari pemaparan diatas, sangatlah jelas bahwa
penokohan yang ada dalam cerita pada babak keberadaan musik pada pertunjukan teater bukan
atau adegan tertentu. Komposisi musik ini harus hanya sebagai “pelengkap” saja, akan tetapi
bisa membantu aktor dalam mengungkapkan ini mempunyai peranan, makna dan fungsi yang
hati si aktor, oleh karenanya proses dialog dan sangat penting serta memegang perana inti dalam
kesepakatan antara aktor dan penata musik kelancaran sebuah pementasan teater, karena
sangat diperlukan. dengan penataan musik yang sesuai dengan tema
Musik Sound Track cerita akan semakin menguatkan maksud dari
Sebuah komposisi musik yang biasanya scenario daan membantu actor dalam memainkan
berbentuk lagu atau nyanyian dengan teks yang sebuah adegan yang diperankan.
tema dari lagu atau nyanyian tersebut menjadi Keberadaan dan peranan musik pada
tema utama atau pokok dalam cerita. pertunjukan teater sangatlah penting, sehingga
Musik Theme Song pementasan teater akan terasa tidak “hidup”
Musik Theme Song adalah musik yang tanpa unsur-unsur musikalitas. Hal itu
diilhami oleh tema-tema yang dianggap penting dikarenakan bahwa musik bukan hanya sekedar
dalam sebuah cerita. Musik ini bisa pengolahan bunyi yang harmonis saja, tetapi
membawakan beberpa karakter sesuai dengan didalam musik terkandung juga irama, ritmis,
tema adegan pada sebuah cerita dan kadang- dinamik, tempo, rasa serta jeda. Segala bentuk
kadang disajikan dalam bentuk instrumen. bunyi dan jeda atau diam tanpa bunyi, ketika itu
Musik Penokohan sudah diolah dan digarap oleh manusia, maka hal
Komposisi musik yang digarap khusus itu menjadi sebuah komposisi musik. Manusia
sebagai ciri khas dari kemunculan seorang tokoh. yang sedang berbicara dengan tempo dan
Musik ini harus bisa menjelaskan dan dinamik yang teratur ataupun tidak, warna
menggambarkan karakter tokoh yang muncul, suaranya, intonasi, frase dan ketepatan
sehingga penonton akan tahu bahwa dengan “timming” ketika terjadi dalam dialog teater ,
dimainkannya musik tersebut berarti akan secara tidak langsung semua itu harus dengan
muncul tokoh yang menjadi ciri daripada musik perasaan, pemikiran, tindakan yang kesemuanya
tersebut. bagian dari komposisi musik Musik ada pada diri
dan kehidupan kita, pada denyut nadi, jantung,
Musik Aksentuasi langka-langkah manusia dan berbagai hal yang
Berfungsi untuk memperjelas maksud dari dilakukan manusia.
gerakan aktor. Meskipun pada kenyataanya suatu Sementara itu seorang musisi kontemporer
gerakan manusia tidak berbunyi secara jelas, Indonesia yang juga seorang penata musik teater,
misalnya ketika dalam sebuah cerita seseorang film, jingle iklan, yaitu Harry Roesli ( 1951-2004
dikisahkan memukul lawannya, untuk ) dalam acara “ Dialog Musik” yang diadakan di
memperjelas gerakan tersebut maka dipertebal UNPAS Bandung pada tahun 1999 berargumen
dan diperjelas melalui musik aksentuasi. bahwa musik pada teater tradisional khususnya
Musik Setting pada zaman dulu berperan sebagai :
Musik yang menyajikan tau mengungkapkan 1. Sebagai jembatan, maksudnya bahwan musik
tempat dan waktu terjadinya suatu peristiwa. merupakan pengantar dari satu adegan pada
Salah satu contoh misalnya peristiwa malam hari adegan lainnya sehingga ada kesatuan cerita
disebuah hutan atau disuatu pedesaan, musik yang menyeluruh yang juga berfungsi untuk
mempunyai peranan penting untuk menjaga stabilitas emosi penonton.
mengungkapkan keadaan tersebut secara auditif 2. Sebagai Aksentuasi, yang berfungsi untuk
melalui bunyi-bunyi asosiatif atau kreatif tentang memperjelas maksud dari gerakan aktor dengan
suasana tersebut. Secara teknis iringan musik ini kata lain musik aksentuasi merupakan
harus ada kesinambungan antara suasana, gerak “pembesaran” dari sebuah gerakan, meskipun
dan musik. pada kenyataannya satu gerakan manusia tidak
Musik Pelebur Emosi berbunyi secara jelas. Misalnya ketika dalam
Artinya menghancurkan atau membuyarkan sebuah cerita dikisahkan seseorang memukul
emosi yang telah terbimbing dari adegan-adegan lawannya, unutk memperjelas gerakan pada
sebelumnya, kemudian dilebur secara sengaja adegan tersebut maka dibuat musik untuk lebih
memperbesar dan membuat “hebat” suatu

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412 -653X
6 R ITME Volume 2 No. 1 Februari 2016
gerakan sehingga membawa kesan bahwa bunyi dengan media yang lainnya sesuai kebutuhan
tersebut adalah bunyi seseorang yang sedang yang diinginkan.
memukul lawannya. Musik pada pertunjukan teater
Pada perkembangannya, menurut Harry mempunyai berbagai makna, peranan dan fungsi
Roesli peranan musik sebagai ilustrasi pada masing-masing tergantung dari komposer yang
pertunjukan teater mengalami perkembangan menggarapnya atas dasar skenario dan adegan,
yang pesat dilihat dari komposisi, peran, fungsi baik musik yang berupa bunyi atau musik yang
dan tujuannya, diantaranya adalah : berupa rasa dalam diri aktor, sehingga
1. Sebagai Ornamen. pementasan teater akan terasa tidak “hidup”
2. Penjelas adegan tanpa unsur-unsur musikalitas. Hal itu
3. Sebagai ilustrasi dikarenakan bahwa musik bukan hanya sekedar
Dari penjelasan lanjutan tersebut dapat pengolahan bunyi yang harmonis saja, tetapi
diuraikan bahwa musik sebagai ornamen yaitu didalam musik terkandung juga irama, ritmis,
sebagai hiasan pada tiap-tiap adegan yang dinamik, tempo, rasa serta jeda.
disisipi oleh musik. Meskipun musik sebagai Segala bentuk bunyi dan jeda atau diam tanpa
hiasan, tetapi musik untuk teater tentu saja harus bunyi, ketika itu sudah diolah dan digarap oleh
sesuai dengan cerita yang dimainkan sehingga manusia, maka hal itu menjadi sebuah komposisi
akan tetap terjalin hubungan yang kuat antara musik. Manusia yang sedang berbicara dengan
musik dengan naskah yang tidak dapat tempo dan dinamik yang teratur ataupun tidak,
dipisahkan lagi. Musik juga berperan sebagai warna suaranya, intonasi, frase dan ketepatan
penjelas adegan, yang memberikan suasana “timming” ketika terjadi dalam dialog teater,
terhadap adegan-adegan yang dimainkan, secara tidak langsung semua itu harus dengan
misalnya pada adegan yang menceritakan tentang perasaan, pemikiran, tindakan, dan semua itu
hal yang lucu, maka musik seharusnya bisa merupakan bagian dari komposisi musik Musik
memperkuat adegan lucu tersebut dengan ada pada diri dan kehidupan kita, pada denyut
menggarap komposisi musik yang menggunakan nadi, jantung, langka-langkah manusia dan
alur melodi,interval, ritmik dan gaya struktur berbagai hal yang dilakukan manusia hanya saja
harmoni atau bunyi yang bisa memperkuat manusia banyak yang tidak menyadarinya.
suasana lucu tersebut. Sedangkan untuk ilustrasi Teater bisa berjalan tanpa alat musik, tetapi tidak
terdapat beberapa kebutuhan,misalnya mungkin hidup tanpa musik.
menggambarkan suasana kedaerahan Sunda Daftar Pustaka
dengan memainkan melodi yang menggunakan
laras pelog atau salendro dengan nuansa Sunda A.Sjukur,Slamet 2004 “ Globalishalom”,
atau ketika dalam sebuah naskah menceritakan Seminar ASI-IV, Jakarta
sekaligus menggambarkan suasana malam, maka Brook,Peter 2002 “ Teater,Film dan Opera
musik dapat memperkuat suasana tersebut ”,MSPI & Arti, Yogyakarta
dengan menggunakan salah satu contohnya bunyi Banoe, Pono 2003 “ Kamus Musik”,
jangkrik dan suara katak. Kanisius, Yogyakarta
Kholid,Dody 1999 “ Peranan Musik pada
Kesimpulan pertunjukan Teater”, Skripsi, Bandung
Keberadaan musik dalam teater sudah sejak Kholid, Dody 2004 “ Analisis Musik
zaman dulu dipergunakan. Musik dalam sejarah Tatabeuhan Sungut karya Slamet Abdul
dan perkembangannya selalu dibawakan dalam Sjukur”, Makalah Seminar, Surakarta.
berbagai kegiatan, misalnya pada zaman Kholid, Dody 2011 “ Komposisi Musik”,
“primitif” manusia sering mengadakan Bintang warli artika, Bandung
persembahan atau pengorbanan untuk para Mack, Dieter 2001 “ Musik Kontemporer &
Dewa-dewa nya, unutk kepentingan ritual, maka Persoalan Interkultural”, Artline, Bandung.
musik dengan komposisi khusus digarap untuk Mack, Dieter 2004 “ Pendidikan Musik Antara
lebih membuat sakral upacara tersebut. Sesuai Harapan dan Realita”, UPI dan MSP,
dengan perkembangannya maka musik Bandung.
dipadukan dengan berbagai ilmu diantaranya Mack, Dieter 1995 “ Sejarah Musik Jilid 4”
dengan seni tari, seni rupa, seni sastra, seni teater PML, Yogyakarta.
dan lain lain yang komposisi musiknya harus Rendra,WS 1993 “ Seni Drama untuk
digarap atas hasil kolaborasi yang “seimbang” Remaja”,Pustaka Jaya,Jakart.

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412 -653X
7 R ITME Volume 2 No. 1 Februari 2016
Sukanta 1996 “Musik dalam Teater”, bulletin
kebudayaan Jabar,Bandung
Saini KM 1998 “Teater modern Indonesia
dan masalahnya”,Binacipta,Bandung
Sukahardjana 2003 “ Corat-coret Musik
Kontemporer Dulu dan Kini”. Ford
Foundation & MSPI , Jakarta.
Sukahardjana 2004 “ Musik antara Kritik dan
Apresiasi” Kompas, Jakarta.
Suwardi, A.L 2003 “ Isu dan Kreativitas
Seni”. Makalah Seminar Seni Pertunjukkan
Indonesia, Surakarta.

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412 -653X

Anda mungkin juga menyukai