Anda di halaman 1dari 43

BAGIAN/SMF ILMU THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA


RUMAH SAKIT UMUM DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2020

Laporan Kasus

POLIP HIDUNG
Oleh: Pembimbing:
FERLIJAN ABDIMA
Dr.T.HUSNI
M. HABIBIE RUNANDA
DEVIA ALFIZA SARI
TR.,M.KES.,Sp.THT-
DELYA SUKMA
KL(K),FICS
FATHIA YASHINTA
BAB I

PENDAHULUAN
• Polip Nasi merupakan lesi
jinak berupa massa lunak
putih atau keabu abuan,
halus, lonjong, semi
tanslusen, yang banyak
ditemukan di meatus
medius, akibat peradangan
kronis selaput lendir hidung
dan sinus paranasal.
Eropa & firlandia 4,2 %, anak -anak jarang
ditemukan.

Indonesia pria dan wanita 2-3:1 dengan prevalensi 0,2%-4,3%


dapat
mengganggu
kualitas hidup

Polip nasi

Tujuan pengobatan
gejala utamanya adalah untuk
adalah sumbatan mengecilkan
hidung dan sekret ukuran polip,
hidung sampai
membuangnya
BAB II

LANDASAN TEORI
ANATOMI HIDUNG
FISIOLOGI HIDUNG
1. Fungsi Respirasi
• Mengatur kondisi udara
• Penyaring udara
• Humidifikasi
• penyeimbang dalam pertukaran tekanan
• mekanisme imunologik lokal

2. Fungsi Penghidu
• Hidung bekerja sebagai indra penghidu dan pengecap dengan adanya mukosa olfaktorius pada
atap rongga hidung, konko superior dan sepertiga bagian atas septum

3. Fungsi Fonetik
• Resonansi oleh hidung mempengaruhi kualitas suara ketika berbicara dan bernyanyi.
• Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang sehingga terdengar suara
sengau
POLIP NASI

• Polip nasi merupakan lesi jinak berupa


massa lunak putih atau keabu-abuan di
dalam rongga hidung akibat peradangan
kronis selaput lendir hidung dan sinus
paranasal
PREVALENSI POLIP NASI

1-4% populasi secara global menderita


polip nasi
Puncak insiden pada usia 40-60 tahun

Rasio Laki-laki : Perempuan = 2 : 1


Rhinosinusitis
Kronik
Mastositosis
Asma
nasi

Churg-Strauss Intoleransi
syndrome ETIOLOGI Aspirin

Young
Fibrosis kistik
syndrome

Kartegener Sinusitis
syndrome Fungal Alergi
PATOGENESIS

Pembentukan polip diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom serta
predisposisi genetik.

Reepitelisasi
Peradangan / Peningkatam
Perubahan mukosa Prolaps dan Terbentuk
turbulensi aliran
hidung penyerapan Retensi air
udara submukosa pembentukan polip
natrium
kelenjar baru
GEJALA KLINIS

1. Kongesti hidung

2. Anosmia atau hiposmia


3. Bersin dan rinore

4. Tampak massa keluar dari nostril


5. Penurunan kualitas hidup

6. Nyeri kepala dihubungkan dengan sinusitis


STADIUM POLIP NASI
DIAGNOSIS

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Penunjang

• Gejala klinis • rhinoskopi anterior : • Radiologi


• riwayat rinitis alergi, terlihat seperti massa • Histopatologi
asma, intoleransi berwarna pucat,
aspirin dan alergi bertangkai,mengkilap,
obat dan licin.
TATALAKSANA

Medikamentosa
Kortikosteroid lokal : Kortikosteroid sistemik :
•beclomethasone diprionate Prednisolon 60mg/hari (4 hari)
•triamcinolon acetonid diturunkan secara bertahap 5 mg/hari
•Budesonid (selama 10-14 hari)
•fluticason propionate
• mometason furoat.
OPERATIF

•Polipektomi
•Intranasal ethmoidectomy
•Extranasal ethmoidectomy
•Transantral ethmoidectomy
•Endoscopic sinus surgery
BAB III

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. DP
• NRM : 1-23-32-88
• Umur : 22 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Banda Aceh
• Tanggal Pemeriksaan : 23 Januari 2020
ANAMNESIS

• Hidung tersumbat
KU
• Pasien datang ke Poliklinik THT-KL RSUDZA dengan keluhan hidung tersumbat sejak ±1 tahun yang
lalu. Hidung tersumbat dirasakan pada kedua hidung, terjadi secara perlahan dan semakin memberat
dalam 2 bulan terakhir. Keluhan disertai keluar cairan dari hidung berwarna jernih dan semakin lama
cairan menjadi kuning kehijauan dengan konsistensi kental. Keluhan memberat bila terpapar debu dan
berkurang bila mengonsumsi obat. Riwayat keluar darah dari hidung disangkal. Pasien juga mengeluhkan
RPS penurunan penciuman, suara sengau, dan nyeri kepala sejak setahun terakhir dan semakin memberat
dalam 1 bulan terakhir. Pasien juga mengaku sesekali merasa seperti ada lendir yang mengalir dari
belakang hidung ke tenggorok.
ANAMNESIS

RPD: Keluhan hidung tersumbat dirasakan ±2


tahun yang lalu

RPO: Pasien mengaku menggunakan obat


semprot hidung selama 1 bulan.

RPK: Disangkal

RKS: Pasien merupakan seorang pedagang


dan sering terpapar debu dan asap kendaraan.
VITAL SIGN

GCS 15
88x/menit 19x/menit 36.9℃
KU: Sedang
PEMERIKSAAN FISIK

THORAX & COR


KEPALA : Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
LEHER : Dalam Batas Normal
MATA : Dalam Batas Normal
TELINGA : Dalam Batas Normal
HIDUNG : Terlampir
MULUT : Dalam Batas Normal ABDOMEN
Dalam Batas Normal

EXTREMITAS SUPERIOR &


INFERIOR
Dalam Batas Normal
STATUS LOKALIS

Nasal Dextra Sinistra

Bentuk Nasalis Externus Normal Normal

Deformitas Tidak ada Tidak ada

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Tumor Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Krepitasi Tidak ada Tidak ada


STATUS LOKALIS
Riniskopi Anterior Dextra Sinistra

Vestibulum Nasi Mukosa normal, sekret berwarna bening Mukosa normal, sekret berwarna bening

Kavum Nasi dan Sempit, sekret berwarna bening, massa Sempit, sekret berwarna bening, massa
Dasar Kavum Nasi gelatinous putih keabuan melewati meatus nasi gelatinous putih keabuan melewati meatus nasi
media media
Mukosa Pucat Pucat
Konka Nasi Inferior
- Ukuran Edema
- Warna Merah Muda
Sulit Dinilai
- Edema Ada
- Permukaan Licin
Konka Nasi Media
- Ukuran
- Warna Sulit Dinilai Sulit Dinilai
- Edema
- Permukaan
STATUS LOKALIS

Riniskopi Anterior Dextra Sinistra

Meatus Nasi Inferior


Meatus Nasi Media Dalam batas normal Dalam batas normal

Septum Nasi Normal Normal

Sekret Ada , berwarna bening Ada, berwarna bening

Krusta Tidak ada Tidak ada

Massa Ada Ada

Benda Asing Tidak ada Tidak ada

Pasaseudara Terhambat Terhambat


FOTO KLINIS

Polip Nasi Dextra Polip Nasi Sinistra


PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM (03/01/2020)

Jenis Basofil 1 0-2 %


Hasil Nilai rujukan Satuan
Pemeriksaan Netrofil batang 0 2-6 %
Hematologi Netrofil segmen 78 50-70 %

Hemoglobin 17,5 14,0-17,0 g/dL Limfosit 14 20-40 %

Hematokrit 51 45-55 % Monosit 7 2-8 %

Eritrosit 5,9 4,7-6,1 106/mm3 Faal Hemostasis


Leukosit 11,2 4,5-10,5 103/mm3 Waktu
2 1-7 Menit
Trombosit 367 150-450 103/mm3 Perdarahan
MCV 86 80-100 fL Waktu
7 5-15 Menit
MCH 30 27-31 Pg Pembekuan
MCHC 34 32-36 % Kimia Klinik
RDW 12,4 11,5-14,5 % Hati & Empedu
MPV 8,7 7,2-11,1 fL AST/SGOT 20 <35 U/L
PDW 10,2 fL ALT/SGPT 14 <45 U/L
LED 34 <15 mm/jam Ginjal -

Hitung jenis Hipertensi

Eosinofil 0 0-6 % Ureum 58 13-43 mg/dl


Kreatinin 1,10 0,67-1,17 mg/dl
P E M E R I K S A A N P E N U N J A N G C T- S C A N N O N K O N T R A S ( 2 3 / 0 1 / 2 0 2 0 )
DIAGNOSIS TATALAKSANA

1. Farmakoterapi
- Polip nasi grade
III bilateral • Oxymetazoline nasal spray
2x1
- Rhinosinusitis • Azitromisin 1x500mg
kronik eksaserbasi • Cetirizine 1x10mg (pagi)
akut 2. Operasi
• Polipektomi
• FESS
PROGNOSIS

Quo ad Vitam: Dubia ad bonam


Quo ad Functionam: Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam: Dubia ad bonam
BAB IV

ANALISA KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 22 tahun datang
dengan keluhan hidung tersumbat sejak 1 tahun yang
lalu, hidung tersumbat dirasakan pada kedua lubang
hidung, terjadi secara perlahan dan semakin
memberat

G e j a la k lin is p a d a p a s ie n in i
sesu ai d en gan g ej ala p ad a p o lip
ya itu mu n c u lnya ma s s a lu n a k
ya n g s e ma k in la ma s e ma k in
me mb e s a r d a n h id ung te r a s a
ter sumb at . P o lip d ik aitkan
d e n g an in f la ma s i k r o nik ,
Polip nasi pada jenis kelamin laki-laki lebih d is f ungsi s a r a f o to n om s e r ta
banyak terkena daripada perempuan dan orang
dewasa lebih banyak daripada anak-anak. p r e disposisi g e n e tik
Sehubungan dengan usia onset, dalam
penelitian di rumah sakit rujukan di mashhad
polip hidung paling sering terjadi pada dekade
kedua kehidupan, diikuti oleh dekade ketiga
dan keempat dan poliposis hidung
mempengaruhi pria (60,3%) lebih sering.
Seorang pasien laki-laki berusia 22 tahun datang
dengan keluhan hidung tersumbat sejak 1 tahun yang
lalu, hidung tersumbat dirasakan pada kedua lubang
hidung, terjadi secara perlahan dan semakin
memberat

Menurut teori bemstein terjadi


perubahan mukosa hidung akibat
peradangan atau aliran udara yang
berturbulensi, terutama di daerah
sempit di kompleks ostiomeatal.
Te r j a d i p r o l a p s s u b m u k o s a y a n g
diikuti oleh reepitelisasi dan
pembentukan kelejar baru. Juga
terjadi peningkatan penyerapan
natrium oleh permukaan sel epitel
Te o r i l a i n m e n g a t a k a n k a r e n a yang berakibat retensi air sehingga
ketidakseimbangan saraf vasomotor terbentuk polip
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler
dan gangguan regulasi vaskular yang
mengakibatkan dilepasnya sitokin-
sitokin dari sel mast, yang akan
menyebabkan edema dan lama kelamaan
menjadi polip.
Pasien mempunyai riwayat alergi
Me n u rut p e n e litia n ya n g
debu d ila k ukan o le h a h ma d i d i ir a n ,
a le rg i b e r p era n p a d a te r j adinya
p o lip, d iman a p r evalensi p o lip
h id ung me n in g kat s e c a r a
s ig n ifikan d e n ga n me n in g ka tnya
r in itis a le rg i. J u mla h s e l ma s t
d a n k a n d ungan h is tamin p o lip
j au h leb ih tin g gi d ar ipada d i
j a r inga n la in . A s a m a r a k idonat
ya n g d ih a silka n o le h me d ia to r
d a n s ito kin s e p e rti in te rleukin
( il) 5 , 6 , 8 , 9 d an 1 7 a j u g a
d ite mu ka n d a la m c a ir a n p o lip.
Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan
penciuman atau hiposmia dan terdapat Berdasarkan teori cairan yang keluar
pada pasien polip dapat bewarna jernih
cairan yang keluar dari hidung berwarna sampai purulen. Hal ini terjadi proses
hijau inflamsi pada mukosa nasal dan
dikaitkan dengan munculnya
rhinosinusitis pada pasien tersebut.
Sekret yang terkumpul dalam sinus
merupakan media baik untuk
tumbuhnya dan multiplikasi bakteri,
sehingga sekret menjadi purulen

Hiposmia terjadi karena pada pasien ini


terdapat polip yang mengakibatkan bau
yang masuk kedalam hidung berkurang, . Pasien juga mengeluhkan adanya post
bau yang masuk ke dalam rongga nasal drip yaitu menggambarkan
hidung akan merangsang saraf (nervus sensasi akumulasi lendir ditenggorokan
.Olfaktorius ) dari bulbus olfaktorius. atau perasaan bahwa lendir menetes ke
Indra bau bergerak melalui trakus bawah dari bagian belakang hidung
olfaktorius dengan peranteraan stasiun
penghubung pusat olfaktorius pada
lobus temporalis di otak besar tempat
perasaan itu ditafsirkan
Pemeriksaan fisik pada rinoskopi anterior Ruang potensial terjadinya polip ialah di
didapatkan pada kedua kavum nasi terlihat adanya daerah sempit di kompleks osteomeatal.
sekret dan massa gelatinous berwarna putih keabu- Fenomena bernoulli menyatakan bahwa
udara yang mengalir pada tempat yang
abuan, permukaan licin, konsistensi kenyal tidak sempit akan mengakibatkan tekanan negatif
mudah berdarah dan bertangkai melewati meatus pada daerah sekitarnya. Jaringan yang
nasi media lemah akan terisap oleh tekanan negatif ini
sehingga mengakibatkan edema mukosa dan
pembentukan polip. Fenomena ini
menjelaskan mengapa polip kebanyakan
berasal dari area yang sempit di kompleks
di osteolmeatal (KOM) di meatus medius
Oxymethazoline ialah sympathomimetic
langsung yang memiliki vasokontriktor pada
pembuluh darah mukosa bila digunakan
Pasien ini diterapi dengan medikamentosa,
secara topikal dan mengurangi edema mukosa
yaitu oxymetazoline 0,05% spray dan riwayat hidung. Obat ini termasuk dekongestan yang
penggunaan Fluticason furoat 27,5 mcg spray berfungsi untuk mengurangi pembekakan
jaringan hidung (selaput lendir) dengan cara
menyempitkan pembuluh darah serta untuk
mencapai yang lebih baik ventilasi dan
drainase

Fluticason furoat ialah kortikosteroid yang


berfungsi untuk mengurangi ukuran polip
dan meningkatkan pernapasan hidung dan
mencegah kekambuhan. Dapat diberikan
topikal atau sistemik
Pasien juga diterapi dengan Azitromisin ialah antibiotik
golongan makrolid , y aitu
medikamentosa azitromisin dan antibiotik bakteriostatik y ang
cetirizine berfungsi menghambatan sintesis
protein bakteri

Cetirizine ialah antihistamin, efeknya


antara lain menghambat fungsi
eosinofil, menghambat pelepasan
histamin dan prostaglandin D2.
Sehingga mengurangi bersin, rinore
dan obstruksi.
Kasus polip yang tidak membaik dengan
terapi medikamentosa atau polip yang sangat Pasien ini akan direncanakan
masif dipertimbangkan untuk terapi bedah. polipektomi atau ektraksi polip
dapat dilakukan ekstraksi polip dan functional endoscopic sinus
(polipektomi) surger y (FESS)
BAB V

KESIMPULAN
KESIMPULAN

• Polip nasi merupakan lesi jinak berupa massa lunak putih atau keabu abuan di
dalam rongga hidung akibat peradangan kronis selaput lendir hidung dan sinus
paranasal.

Keluhan pasien saat datang berobat sangat bervariasi seperti hidung tersumbat,
hiposmia sampai anosmia, rinorea, epistaksis, post nasal drip, sakit kepala dan
mendengkur, akan tetapi gejala utamanya adalah sumbatan hidung dan sekret
hidung.
Pengobatan polip nasi meliputi obat,terutama topikal dan sistemik steroid.
Operasi dilakukan bila pengobatan klinis dengan obat gagal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai