Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER

MANAJEMEN MEDIA PENYIARAN

DISUSUN OLEH

Maria Franciska Oktaviani

140905210

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2017
Strategi Keuangan Media Lokal

Media Televisi pada hakekatnya merupakan suatu sistem komunikasi yang


menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang di pancarkan secara cepat, berurutan
dan diiringi unsur audio. Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti jarak dalam bahasa
yunani dan kata bisi yang berarti citra atau gambar dalam bahasa latin, jadi kata tlevisi berarti
suatu sistem, penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh (hal 1)
Adapun pengertian televisi lain menurut Andi Fachruddin dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Pertelevisian Modern, Media televisi merupakan sebuah media informasi yang
bekerja sebagai penyampai pesan terhadap masyarakat baik yang bersifat berita maupun
hiburan.

Singkatnya televisi merupakan media massa yang menginformasikan suatu kejadian


atau hiburan kepada khalayak dengan bantuan pemancar sehingga dapat di nikmati kontennya
tanpa batas jarak. Sebagai salah satu media massa, televisi berfungsi untuk memberikan/
menerapkan fungsi media massa seperti contohnya menurut Sumadira dalam (Sedjati,2011:
16) mengatakan bahwa salah satu fungsi utama dari media massa adalah menyampaikan
informasi kepada masyarakat dan setiap informasi yang disampaikan harus bersifat akurat,
faktual, menarik, benar, lengkap-utuh, berimbang, relevan, dan bermandaat, sehingga apapun
informasi yang di sebarluaskan mediamassa hendaknya dalamkerangka mendidik.

Memasuki pertelevisian di Indonesia, pada tahun 2014 tercatat oleh dewan pers sebanyak 394
stasiun Televisi yang ada di Indonesia termasuk televisi lokal. Masih menurut hasil pendataan
Dewan Pers, Provinsi Jakarta yang paling banyak punya stasiun televisi. Atau dalam kata lain,
di ibukota, stasiun televisi paling banyak beroperasi.Jumlahnya mencapai 40 televisi. Di urutan
dua, adalah Jawa Barat dengan 30 televisi. Di susul Kalimantan Selatan dengan 26 televisi.
Berikutnya, Kalimantan Timur dengan 22 televisi. Jawa Tengah dan Sumatera Selatan masing-
masing dengan 16 televisi. Sementara Sulawesi Selatan punya 15 televisi. Bali punya 14
televisi. Provinsi Sumatera Utara, Sumateraa Barat, Kepulauan Riau, Jawa Timur dan Sulawesi
Utara masing-masing punya 13 televisi. Lampung dan Yogyakarta ada 12 televisi. Di Sulewasi
Tengah, Kalimantan Barat dan Riau masing-masing terdapat 11 provinsi. Lalu, di Nusa
Tenggara Barat, tercatat ada 10 televisi. Maluku, Papua dan Jambi, masih-masing ada 9
televisi. Di Nusa Tenggara Timur ada 7 televisi. Di Aceh, terdapat 6 televisi. Banten dan
Sulawesi Tenggara, masing-masing ada 5 televisi. Di Bengkulu dan Gorontalo ada 4 televisi.
Maluku Utara dan Bangka Belitung masing-masing 3 televisi. Dan Papua Barat hanya ada 2
1
televisi.

Dengan data tersebut tentu banyak orang yang bertanya-tanya mengapa begitu banyak
stasiun televisi yang ada di Indonesia? Selama ini mungkin orang-orang hanya mengetahui
tentang stasiun televisi di Indonesia hanya seputar TV One, RCTI, SCTV, Indosiar, Global TV,
Metro TV, Trans TV, Trans7, NET TVRI Kompas, Beritasatu TV dan lain-lain. Tapi tak bisa
di pungkiri juga ternyata media lokal seperti televisi lokal tentunya juga berkembang seiring
berjalannya waktu.

Televisi lokal merupakan salah satu stasiun televisi di Indonesia yang berbasis
kedaerahan, yang disiarkan melalui satelit dan kabel yang menggunakan otonomi daerah untuk
pembiayaannya.(Verawati,2009:26) Dengan adanya televisi lokal, diharapkan akan dapat
berperan dalam menghidupkan budaya dan kesenian daerah sekaligus mendapatkan target
audiens mereka.

Hal ini tentu menguntungkan jika di pandang dari sisi kebudayaan yang tersimpan di
berbagai daerah mengingat banyak sekali budaya-budaya yang belum disoroti oleh Televisi-
televisi nasional swasta yang rata-rata berbasis di Jakarta. Namun yang menjadi persoalan yang
di hadapi media lokal adalah ketersediaan sumberdaya yang memadai, berkompeten, serta
finansial. Keterbatasan ini menjadi salah satu kurangnya jaminan kualitas prosuksi program
yang lebih baik dan memiliki nilai jual (Mari dalam Salsabiela.H, 2015 :16)

Masalah yang rumit adalah dari segi finansial. Ketika sebuah perusahaan tidak memiliki
manajemen keuangan yang baik tentu akan berpengaruh terhadap hasil akhir yang akan di
tampilkan, termasuk di perusahaan media terutama televisi. Dari mana pendapatan sebuah
televisi lokal? Sebagian mungkin akan menjawanb bahwa televisi lokal mendapatkannnya dari
pemerintah seperti contohnya TVRI. Lalu bagaimana dengan televisi lokal yang independen?
Yang berdiri sendiri? Bagaimana dan dari mana pendapatan mereka?

Menurut Tassel dan Howfield dalam bukunya yang berjduul Managing Electronic Media:
Making, Marketing, and Moving Digital Content, mengatakan bahwa sebelum masuk ke
strategi keuangan kita harus mengenal terlebih dahulu konsep keuangan mendasar. Konsep
Keuangan Mendasar

1
Diakses dari website http://selingan.klikbekasi.co/2015/02/26/jumlah-stasiun-televisi-di-indonesia-capai-394
Terdapat 4 kalimat dasar sebagai sebuah dasar dari sebuah pembangunan yaitu:
Ekonomi, Pendapatan, Beban, dan Keuntungan. Perekonomian. merupakan konten utama dari
semua bisnis yang ada, termasuk didalamnya aspek keuangan. Perekonomian dapat diartikan
sebagai ilmu sosial yang dapat terlihat pada produksi, distribusi, dan juga penggunaannya pada
barang serta pelayanan yang ada.

Ekonomi juga dibagi menjadi 2 yaitu: ekonomi makro dan ekonomi mikro. Ekonomi
makro berfokus pada seluruh sistem ekonomi yang ada, baik itu dari tingkat internasional,
ataupun setingkat lokal. Sedangkan ekonomi mikro merupakan sebuah studi yang mempelajari
tentang individual atau orang-orang yang menjalankan serta perilaku yang ada baik itu dalam
tingkat distributor, penjual, pembeli ataupun konsumen. Penghasilan merupakan sebuah
pemasukkan dari sebuah bisnis yang diambil dari penjualan, penewaan, ataupun izin
darisebuah produk dan juga pelayanan kepada konsumen. Pendapaatan adalah pemasukkan
atau setiap sektor dari sebuah industri kreatif yang ada dalam pasaran saat ini dapat menikmati
pemasukkan yang ada melalui beberapa metode.2

Jika dikatakan perusahaan televisi nasional swasta mendapatkan keuntungan dari pemasang
iklan, bukan hal yang mustahil juga bahwa televisi lokal berpendapatan dari pemasang iklan.
Namun kebanyakan bahwa pihak pengiklan kurang berminat untuk memasangkan iklan
dengan TV Lokal lantaran sudah ada TV Nasional. Seperti kasarnya pengiklan sudah
kehilangan alasan mengapa harus butuh memasangkan iklan di TV lokal ketika TV Nasional
ada dan sudah menjangkau seluruh lapisan masyarakat.Dengan adanya permasalahan tersebut,
media lokal perlu adanya strategi keuangan yang tidak kalah baik dengan media-media swasta/
televisi swasta nasional lainnya.

Setiap perusahaan beserta pengusaha harus memiliki strategi keuangan tertentu untuk mengatur
setiap uang yang dikeluarkan dan bagaimana cara mengelolanya. Konsep media massa
setidaknya dikenal dengan empat jenis strategi keuangan, yaitu:

 Bagaimana cara mendapatkan uang


 Bagaimana cara menyimpan uang

2
Tassel, J.V & Poe-Howfield, L. (2010). Managing Electronic Media: Making, Marketing, and Moving Digital
Content. Oxford: Focal Press
 Bagaimana cara mengandakan uang
 Bagaimana mengatur pajak

Menggandakan uang dapat dari bagaimana kita mengelola keuangan supaya mendapatkan
keuntungan dari melakukan sebuah investasi dan mengatur pajak sesuai dengan ketentuannya.

ADi TV merupakan salah satu stasiun televisi lokal yang ada di Yogyakarta yang mulai
mengudara pada tahun 2010. ADi tv merupakan singkatan dari PT Arah Dunia Televisi yang
pada awalnya berkantor di kompleks Universitas Ahmad Dahlan. Setelah tiga tahun mengudara
stasiun televisi ini memutuskan untuk memindahkan kantor stasiun televisi mereka. Pada awal
tahun 2013, kantor stasiun televisi ini resmi berpindah ke jalan raya Tajem, Maguwoharjo.
Awal terbentuknya stasiun ini seperti televisi lainnya, mengurus ijin terlebih dahulu sebagai
Lembaga Penyiaran Publik sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh Kominfo dan
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah. Setelah ijin dikeluarkan, stasiun televisi ini mengudara
dengan kanal 44 channel uhf dengan diapit oleh dua chanel tv lainnya. Kedua channel tv yang
mengapit channel ADi Tv merupakan tv yang berbasis nasional yaitu Metro Tv pada kanal 42
uhf, dan Trans7 pada kanal 46.

TV lokal independen ini memiliki strategi tersendiri dalam mencari pendapatannya.


Menurut pihak Adi TV bahwa karena Adi Tv merupakan televisi lokal maka mereka harus
pandai dalam mencari pendapatan dan biasanya mereka pasangkan di jam tayang
program.bagaimana cara mereka menghasilkan uang?

TV berbasis muslim ini memulai siaran sejak pukul 10.00 WIB pagi hingga pukul 24.00
WIB dini hari. Mereka memasangkan tarif sesuai dengan jam-jam atau target-target tertentu
seperti misalnya ketika di jam pagi biasanya di tonton oleh ibu-ibu sedangkan saat siang di
tonton oleh anak-anak yang baru saja pulang sekolah dan setiap sore ramai di tonton oleh
mereka yangbaru saja pulang dari aktivitas masing-masing seperti bekerja. Pada saat ghost time
atau pada saat pukul 10.00- 12.00 siang Adi TV memasangkan tarif sebesar 1 juta rupiah
perjamnya karena menurut mereka saat di jam-jam tersebut penonton kurang banyak karena
merupakan jam aktivitas, sedangkan pada saat pukul 13.00 WIB Adi TV mulai menerapkan
nominal sesuai angka tunjuk jarum.

Maksudnya adalah ketika sebuah ‘penawar’ ingin menayangkan sesuatu di Adi TV


pada jam tersebut maka nominal yang di bayar adalah satu juta rupiah, ketika pada pukul 2
sebesar 2 juta rupiah dan seterusnya. Keuntungan yang banyak di dapat adalah pada saat prime
time, dimana waktu tersebut terletak dari pukul 16.00 hingga pukul 20.00 yang tentu saja
merupakan angka yang besar yang haru sid bayarkan jika ingin memasangkan konten di Adi
TV. Sumber pendapatan Adi TV hanya berasal dari nominal pemasangan konten dari pihak
luar yang ingin menayangkan kontennya di Adi TV, selebihnya hanya barter atau hasil dari
kerja marketing dan client-client mereka yang mau memasangkan iklan di Adi TV.

Lalu bagaimana dengan cara mereka menyimpan uang? Cara Adi TV dalam
menyimpan uang mereka adalah dengan menerapkan sistem barter. Seperti stasiun televisi
lainnya Adi TV juga menerapkan sistem Inhouse, akuisisi dan Barter. Kebanyakan acara dari
ADI TV diproduksi distudio milik mereka sendiri (Inhouse) seperti tembang tembung, wedang
ronde, dokter menyapa dan lainlain,tetapi tak menutup kemungkinan juga mereka menerapkan
sistem beli program dan barter. Saat ini Adi TV tidak secara intens memiliki program yang
mereka beli dari production house tertentu seperti sebelumnya, mereka berlangganan film
kartun untuk anak-anak. Walaupun tidak berlangganan sesering sebelumnya, tetap Adi TV
berlangganan program tertentu, dan masih dalam tahap negosiasi mengenai harga yang
ditetapkan.

Ada juga sistem barter. Sistem tukar menukar konten antar stasiun televisi ini juga
menjadi salah satu alternatif Adi TV dalam menghemat pengeluaran, mengingat bahwa
pemasukan/pendapatan dari televisi lokal tidaklah sebanyak stasiun televisi-televisi swasta
nasional.

“misalnya seperti acara macapat di jawa timur biasanya di tampilkan di TV9 bisa kami
tukarkan dengan acara kami disini. Jadi pertukaran konten saja tanpa logo, tidak ada bayar
membayar tawar menawar, murni barteran saja” (Nimo Wiryadimaja, Koordinator
Documentary magazines and Education ADi TV) Dengan cara seperti ini menurut mereka lebih
efisien untuk menjaga keuangan tetap stabil walaupun tidak mendapat banyak pemasukan dari
luar seperti iklan-iklan di Televisi swasta nasional.

Jadi, setiap media tentu memiliki strategi keuangan mereka sendiri dalam menjalankan
perusahaannya. Seperti contohnya Adi TV yang menjual jam tayang untuk mendapatkan
pemasukan selain dari iklan yang sangat sedikit (bahkan hampir tidak ada). Hal ini secara tidak
langsung memberitahukan bahwa setiap media lokal punya cara tersendiri dalam mencari
pendapatan mereka tetapi tetap tidak menutup kemungkinan bahwa media nasional lagi-lagi
masih menjadi dominan. Ketika media nasional muncul dan dianggap dapat langsung
menyambar ke seluruh lapisan masyarakat media lokal lagi-lagi hanya media yang berdiri
sebatas kebutuhan ‘tertulis’ saja untuk menampilkan hal-hal yang di anggap dekat dengan
masyarakat seperti budaya lokal dan media lokal masih ‘tertatih’ dalam masalah keuangan
ditengah ramainya iklan-iklan yang membanjir dikalangan media nasional.
Daftar Pustaka:

Fachruddin.A. (2016).Manajemen Pertelevisian Modern.Yogyakarta :CV ANDI OFFSET

H. Salsabiela (2015). Analisis Strategi Bersaing PT ADI TV melalui Pendekata Sumber Daya
Dalam Industri Pertelevisian Lokal di Yogyakarta. Diakses pada tanggal 29 maret 2017
dari website file:///C:/Users/private/Downloads/S2-2015-327081-chapter1%20(1).pdf

Sedjati,MT.(2011).Peran Media Massa Sebagai Sumber Pembelajaran PKn Dalam


Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa : Studi Deskriptif Analisis di SMPN3 Bandung.
diakes pada 30 maret 2017 dari website http://a-
research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_053566_chapture2.pdf

Sutisno.PCS.(1993).Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video.Jakarta: Grasindo

Tassel, J.V & Poe-Howfield, L. (2010). Managing Electronic Media: Making, Marketing, and
Moving Digital Content. Oxford: Focal Press

Verawati.(2009). Strategi Televisi Lokal Dalam Menghadapi Sistem Televisi Berjaringan


(Studi Kasus Pada Cahaya Televisi Banten). Diakses pada tanggal 30 maret 2017 dari
website
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/n!@file_skripsi/44105010186%20Verawati.pdf

Anda mungkin juga menyukai