Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDALUHUAN

1.1 Latar Belakang

Tidak bisa dipungkiri, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin

canggih dan modern, peranan media massa sudah memiliki peranan penting bagi

masyarakat. Biasanya, setiap orang akan membicarakan banyak topik berdasarkan

dari berita atau informasi yang mereka dapatkan dari media massa seperti koran,

radio dan televisi karena pada dasarnya kita tidak bisa mendapatkan informasi dari

apa yang kita lihat dan kita dengar secara langsung tapi juga ada bantuan dari

media massa lainnya sebagai pihak ketiga untuk menambah dan memperkuat

informasi yang kita miliki. Mungkin bisa saja kita tidak percaya pada informasi

yang diberikan melalui televisi, namun bagaimanapun bentuknya televisi tetap

berpengaruh pada kheiudpan kita. Kita tidak akan bisa mendapatkan informasi

dikehidupan sehari-hari tanpa adanya bantuan dari media massa. Hal ini dapat

menjelaskan bahwa kita tidak bisa lepas begitu saja dari pengaruh media massa

seperti televisi. Berbicara mengenai media massa, tentu sangat erat kaitannya

dengan komunikasi massa.

Media massa bisa dikatakan alat yang dipergunakan untuk menyampaikan

informasi atau pesan dari sumber kepada khalayak melalui media komunikasi

salah satunya ialah televisi. Ada empat fungsi dari komunikasi masa yaitu untuk

memberikan informasi, untuk mendidik, untuk menghibur dan untuk mengajak

dan membujuk. Televisi adalah teknologi yang saat ini sudah banyak digunakan

oleh masyarakat. Televisi sebagai salah satu media dalam komunikasi massa.

Televisi dianggap dapat menghipnotis banyak khalayak di dunia karena


kecanggihannya. Sudah banyak orang yang terhipnotis dengan kemampuan

televisi dalam memunculkan gambar serta suara secara bersamaan. Sebagian besar

khalayak di dunia memiliki televisi dirumah masing-masing, karena saat ini

televisi dinilai dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan khalayak dalam

menyampaikan informasi, edukasi dan hiburan karena mempunyai audio visual

yang disatukan. Khalayak tidak akan terlalu puas jika hanya mendengar suara

saja, tetapi sejak hadirnya televisi khalayak menjadi merasa lebih puas dalam

mendapatkan informasi dan hiburan karena suara dan gambar yang ditampilkan

secara bersamaan.

Kekuatan yang terutama dari media televisi ialah adanya suara serta gambar,

televisi dianggap jauh lebih menarik dibandingkan dengan radio. Televisi

memiliki dampak yang bersifat power full, karena adanya penggabungan aspek

suara dan gambar sehingga memberi pengaruh yang kuat kepada khalayak.

Tersedianya televisi dengan berbagai macam tampilan yang semakin menarik

dengan bermacam-macam jenis tayangan yang ditawarkan membuat khalayak

pada umumnya pasti memiliki televisi. Pada abad 20an televisi dianggap sebagai

penemuan terbesar yang ada. Mulai dari munculnya hingga saat ini televisi sudah

terasa sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Walaupun

sekarang ini munculnya media internet sudah semakin luas namun tetap saja

televisi selalu memiliki eksistensi tersendiri di mata khalayak.

Ketika awal munculnya stasiun televisi di Indonesia hanyalah TVRI, dalam

waktu 27 tahun khalayak di Indonesia hanya bisa menonton satu stasiun televisi

saja. Tahun 1989, barulah pemerintah Indonesia memberi izin operasi untuk

kelompok usaha Bimantara agar membuka stasiun televisi RCTI yang menjadi
televisi swasta pertama di Indonesia, kemudian muncul lah SCTV, Indosiar,

ANTV, dan TPI. Adanya gerakan reformasi di tahun 1998 menjadi pemicu

adanya perkembangan pada media massa khususnya televisi. Sejalan dengan hal

ini, kebutuhan khalayak terhadap informasi pun menjadi meningkat. Tahun 2000

muncul lima televisi swasta baru yaitu Metro Tv, Trans Tv, Tv7, Lativi serta

Global Tv serta berbagai televisi daerah dimana saat ini jumlahnya sudah

mencapai puluhan stasiun televisi lokal. Hadirnya televisi berlangganan yang

memberikan berbagai program dari dalam dan luar negeri membuat hadirnya

televisi semakin disukai oleh masyarakat.

Jumlah stasiun televisi yang saat ini telah mengudara menjadikan luasnya

pilihan untuk para khalayak untuk mengkonsumsi siaran melalui satu stasiun

televisi kepada stasiun televisi yang lainnya. Untuk itu setiap stasiun televisi akan

berlomba dalam mencari konsep dan kemasan yang menarik yang diharapkan

dapat menaikkan rating melalui cara membuat program yang dapat menarik

perhatian khalayak. Trans Tv dan Trans7 merupakan stasiun televisi yang

memiliki beberapa kesamaan pada programnya, hal ini bisa dimaklumi karena

ternyata keduanya berada di bawah perusahaan yang sama yaitu perusahaan Trans

Media. Begitu juga dengan stasiun televisi yang lain, mereka pun berlomba untuk

membuat konsep yang kreatif dan inovatif untuk menarik perhatian khalayak,

yang nantinya akan mempengaruhi pendapatan iklan yang akan meningkat.

Sekarang ini sudah banyak tayangan televisi muncul yang memiliki sifat

dokumentasi hal ini bertujuan untuk menambah jenis tayangan acara pada televisi.

Tayangan dokumentasi ialah sebuah tayangan dimana sebuah video dikemas

semenarik mungkin dan diambil dari rekaman yang telah ada sebelumnya.
Tayangan dokumentasi ini sudah banyak disiarkan oleh beberapa stasiun televisi

swasta di Indonesia, seperti Trans7, Global Tv, RCTI, serta ANTV. Tayangan

dokumentasi ini akan memberikan banyak informasi yang mengedukasi dan

menghibur bagi khalayak dimana sesuai dengan fungsi dari komunikasi massa.

Salah satu tayangan bersifat dokumentasi yang sejak kehadirannya pada tahun

2008 banyak disenangi oleh khalayak dan pernah menjadi trendsetter yaitu

tayangan On The Spot yang disiarkan oleh Trans7.

Tayangan On The Spot juga memiliki fungsi yang sama dengan fungsi

komunikasi massa. Fungsi komunikasi massa ini juga bisa didapatkan melalui

teknologi yang telah berkembang melalui media baik itu media elektronik ataupun

media cetak. Media-media itu adalah media komunikasi massa yang sering

digunakan oleh khalayak untuk memenuhi kebutuhannya, oleh sebab itu

mediamedia itu sudah dianggap sebagai bagian dari kebutuhan primer khalayak.

Tayangan On The Spot merupakan tayangan yang bersifat informatif dengan

menayangkan berbagai hal unik yang terkadang berada diluar fikiran khalayak

sebelumnya yang disertai penjelasan ringan dan menarik. Tayangan On The Spot

ialah sebuah tayangan yang mempunyai banyak nilai positif karena tayangan ini

dinilai cukup memberikan manfaat dalam memberikan informasi untuk khalayak

atau pemirsa yang menyaksikannya.

Tayangan On The Spot memang pantas untuk diberi acungan jempol melihat

dari hal ini dimana tayangan ini memperlihatkan bahwa informasi yang disajikan

melalui tayangan On The Spot mampu menarik perhatian khalayak luas terutama

di Indonesia. On The Spot sebetulnya bukan tayangan televisi yang baru, namun

tayangan televisi yang ada dan berubah konsep. On The Spot sebelumnya adalah
sebuah tayangan yang menampilkan video klip musik, namun kemudian On The

Spot berubah menjadi program tayangan dokumenter dimana mengambil

potongan video dari situs youtube. On The Spot memiliki konsep informasi

dokumentasi yang sudah dikemas dengan memperlihatkan fenomena, peristiwa,

kejadian serta disetiap episodenya memiliki satu tema sehingga di dalam satu

tema tersebut akan menampilkan 7 contoh fenomena, peristiwa, kejadian dan

sebagainya, seperti 7 fenomena rumah terunik, 7 hewan teraneh di dunia, 7 hewan

langka di dunia, dan sebagainya. Angka 7 tersebut menandai bahwa tayangan ini

berada pada naungan stasiun televisi Trans7.

Tayangan On The Spot layak dijadikan sebagai penelitian dalam skripsi ini

karena kehadirannya sejak tahun 2008 sampai dengan saat ini masih tayang setiap

hari dengan konsisten dan pernah mendapatkan awards pada Panasonic Gobel

Awards for Documentari and Lifestyle Program dalam nominasi Indonesian

Choice Award for TV Program of the Year. Berdasarkan dari viewer akun

youtube official On The Spot Trans7, setiap bulan tayangan ini ditonton sebanyak

600.000 kali.

Sesuai dengan yang sudah dijelaskan diatas, bahwa tayangan On The Spot

yang ditayangkan melalui Trans7 adalah tayangan yang sudah menjadi trendsetter

terhadap stasiun televisi swasta lainnya. Ada juga tayangan televisi lain yang

meniru konsep On The Spot yang bersifat informasi dokumentasi, seperti Top 5

pada RCTI, Hot Spot pada Global TV, Top Banget pada global TV, dan

Fenomena pada ANTV, serta Spotlite yang juga berada pada naungan yang sama

dengan On The Spot yakni Trans7. Oleh sebab itu, tayangan On The Spot bisa

dikatakan sebagai tayangan yang digemari oleh khalayak luas ketika menonton
tayangan televisi serta telah menjadi trendsetter untuk stasiun televisi swasta

lainnya dalam menayangkan program tayangan yang konsepnya sama dengan On

The Spot pada Trans7.

On The Spot merupakan salah satu program unggul yang dimiliki oleh Trans7

dimana pada saat episode ke-1000 On The Spot menghadirkan konsep yang

berbeda. Pada episode ke-1000, On The Spot mengadakan talk show dan

menghadirkan manusia terunik, seperti wanita 5 terpendek yang ada di Indonesia,

wanita dengan rambut terpanjang, sampai dengan anak pengingat angka yang

menjadi pemcah rekor dunia serta menghadirkan hewan yang unik, seperi ular

terpanjang yang ada di Indonesia, dan kucing dengan ukuran yang terpanjang

Hadirnya media massa terutama media televisi sangat besar pengaruhnya,

media dianggap sebagai instrumen komunikasi massa yang dituntut untuk bisa

memenuhi kebutuhan dan kepuasan mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan

serta wawasan termasuk untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas

Bandar Lampung. Mahasiswa Ilmu Komunikasi adalah jurusan yang sangat erat

kaitannya dengan media dan dianggap layak untuk memberikan tanggapan dan

penilaian untuk tayangan On The Spot karena telah memberikan banyak

kontribusi baik penelitian secara ilmiah ataupun non-ilmiah. Begitupun dengan

target dari acara ini ialah pada usia anak-anak (BO) sampai dengan orang tua

(OT).

Selain itu dikarenakan masa pandemi seperti sekarang ini, semua perkuliahan

telah dialihkan menjadi online sehingga membuat banyak mahasiswa

menghabiskan waktunya menonton di rumah, mahasiswa pun dianggap menjadi

salah satu khalayak yang aktif untuk memilih tayangan di televisi terutama pada
saat pandemi seperti ini karena mereka akan banyak menghabiskan waktu

dirumah sehingga mahasiswa cenderung akan mencari informasi yang dapat

menambah wawasan serta pengetahuannya. Tayangan On The Spot adalah salah

satu tayangan televisi yang memberikan manfaat serta dapat dijadikan sebagai

alternatif untuk bisa menambah pengetahuan serta wawasan mahasiswa

Berdasarkan penjelasan di atas, hal itulah yang membuat peneliti tertarik

terhadap mahasiswa sebagai subjek penelitian dalam skripsi yang berjudul

”Analisis Kepuasan Menonton Tayangan On The Spot Trans 7 Pada Mahasiswa

Ilmu Komunikasi Universitas Bandar Lampung” ini. Pada penelitian ini yang

menjadi permasalahan utama bukanlah tentang bagaimana media mampu

mengubah perilaku khalayaknya namun bagaimana media dapat memenuhi

kebutuhah pribadi serta sosial khalayaknya. Diibaratkan bahwa khalayak pada

dasarnya adalah aktif untuk menggunakan media massa. Aktif disini berarti bahwa

khalayak memakai media massa atau sumber-sumber lain yang tidak berasal dari

media karena mempunyai tujuan tertentu yakni supaya dapat memenuhi

kebutuhan. Khalayak disini juga dinilai selektif, maksudnya adalah khalayak

memiliki kebebasan untuk memilih jenis isi media yang dirasa dapat berguna bagi

dirinya.

Pendapat jika khalayak dinilai aktif dan selektif dikarenakan adanya beberapa

kebutuhan individu yang ingin dipuaskan melalui aktivitas penggunaan media.

Aktivitas ini memiliki tujuan untuk mendapatkan kepuasan. Pada hal ini, secara

tidak langsung pun dapat kita temukan jawaban apakah masih banyak khalayak

yang mengkonsumsi media massa televisi setiap harinya, dimana kita tahu bahwa
saat ini media internet sudah muncul dan dianggap lebih mudah dalam pencarian

informasi dan menghibur.

Berdasarkan penjelasan yang dijelaskan oleh penulis di atas, maka penulis

mencoba untuk mengkaji lebih jauh permasalah ini menjadi bentuk penelitian

skripsi komunikasi dengan judul penelitian “Analisis Kepuasan Menonton

Tayangan On The Spot Trans7 Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Universitas Bandar Lampung”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana kepuasan mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Bandar

Lampung dalam menonton tayangan On The Spot Trans7?

2. Hal-hal apa saja yang memengaruhi penggunaan media pada mahasiswa

Ilmu Komunikasi Universitas Bandar Lampung dalam menonton tayangan

On The Spot Trans7?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui kepuasan mahasiswa Ilmu Komunikasi menonton

tayangan On The Spot Trans7

2. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang memengaruhi penggunaan media

pada mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bandar Lampung dalam

menonton tayangan On The Spot Trans7

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara praktis


Diharapkan penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan masukan stasiun

televisi Trans7 pada tayangan On The Spot agar lebih banyak memberikan

informasi serta pengetahuan yang baru, up to date, dan unik supaya

khalayak lebih tertarik dalam menonton tayangan ini.

2. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis,

sekurang-kurangnya mmapu berguna untuk sumbangan pemikiran bagi

dunia pendidikan

3. Manfaat secara akademis

Sebagai bahan masukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,

khususnya bidang ilmu komunikasi serta diharapkan mampu menjadi

referensi pada pembelajaran ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan

dengan media massa.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan dari penelitian terdahulu, peneliti menjadikan hasil penelitian


terdahulu tersebut sebagai referensi serta landasan dalam melakukan penelitian
ini, serta menjadi perbandingan dari penelitian yang sudah diteliti sebelumnya.
1. Kesenjangan Kepuasan Menonton Program Acara Komedi di Televisi
(Studi Diskriptif tentang kesenjangan Kepuasan dalam Menonton
Pesbukers di ANTV dan Comedy Project di Trans TV periode Juli –
September 2012 pada Kalangan Mahasiswa S1 Televisi dan Film ISI
Surakarta Melalui Pendekatan Use and Gratification) persamaannya adalah
kajian kesenjangan kepuasan pada televisi dengan pendekatan yang sama
yaitu dengan teori use and gratification. Perbedaan penelitian ini terletak
pada objeknya, Taufik Indra R meneliti di ANTV acara komedia,
sedangkan penelitian ini meneliti di Trans7 acara dokumenter
2. Kesenjangan Kepuasan Dalam Membaca Majalah Happen Skaterboarding
Magazine (Studi tentang Kesenjangan Kepuasan dalam Membaca Majalah
Happen Skateboarding Magazine di Kalangan Komunitas Skateboard Kota
Solo) persamaan penelitian terletak pada metodologi dan teori yang
digunakan, yakni pendekatan kuantitatif dengan teori use and gratification.
Selain itu, penelitian ini sama-sama menggunakan satu objek penelitian
tanpa menggunakan perbandingan. Perbedaan terletak pada media yang
diteliti, Muhammad Nur pada media cetak majalah sedangkan penelitian
ini pada acara documenter televisi.
3. Kesenjangan Kepuasan Dalam Menyaksikan Program Acara Jejak
Paranormal di ANTV dan Mister Tukul Jalan-Jalan di Trans7 (Studi
Diskriptif Kuantitatif pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi FKI UMS
Angkatan 2006-2014 dengan Pendekatan Use and Gratification)
persamaannya ialah terdapat diteori serta pendekatan yang dipakai yaitu
Use and Gratification, serta penelitian mengenai kesenjangan kepuasan.
Titik perbedaannya berada pada acara televisi yang diteliti, peneliti Astri
Werdiningtyas meneliti mengenai kesenjangan kepuasan pada acara mistis
sedangkan pada penelitian ini meneliti kepuasan pada program acara yang
berbentuk dokumenter.
2.2 Konsep Teori

2.2.1 Teori Uses and Gratification (Teori Pengguna dan Kepuasan)

Teori penggunaan dan kepuasan dapat dikatakan sebagai salah satu teori

yang paling populer pada studi komunikasi massa. Teori ini memiliki pandangan

bahwa komunikasi (khususnya pada media massa) tidak memiliki kekuatan untuk

mempengaruhi khalayak. Benang merah dari teori uses and gratification ini ialah

dimana khalayak pada dasarnya memakai media massa berdasarkan dari

motifmotif tertentu yang ada. Teori ini mempunyai pandangan bahwa perbedaan

individu mengakibatkan audiens mencari, menggunakan dan sampai dengan

memberikan penilaian dan tanggapan tentang isi media secara berbeda yang

dipengaruhi oleh faktor sosial serta psikologis yang berbeda dalam setiap

individu. Teori penggunaan dan kepuasan ini memberikan fokus perhatian

terhadap audiens yang menjadi konsumen pada media massa serta bukan kepada

pesan yang disampaikan. Teori ini beranggapan bahwa audiens pada saat

menggunakan media berlandaskan dari tujuan, memiliki sifat aktif dan juga

diskriminatif (Morissan, 2013). Khalayak dianggap mengetahui apa yang menjadi

kebutuhan mereka serta mengetahui dan bertanggung jawab terhadap pilihan

media yang bisa memenuhi kebutuhan mereka tersebut.

Teori penggunaan dan kepuasan mendeskripsikan tentang kapan dan

bagaimana audiens sebagai konsumen dari media menjadi lebih aktif atau kurang

aktif pada saat menggunakan media serta akibat atau konsekuensi dari

penggunaan media itu sendiri. Menurut pandangan teori penggunaan dan


kepuasan audiens dianggap merupakan partisipan yang dinilai aktif disetiap proses

komunikasi, namun tingkat keaktifan pada tiap individu dinilai berbeda.

Penggunaan media didukung oleh adanya kebutuhan serta tujuan yang ditentukan

pada audiens itu sendiri. Teori penggunaan dan kepuasan mendeskripsikan

mengenai kapan serta bagaimana audiens yang merupakan konsumen media

menjadi lebih aktif ataupun kurang aktif pada saat menggunakan media serta

akibat atau konsekuensi dari penggunaan media itu sendiri (Romli, 2016).

Teori uses and gratification menyatakan bahwa yang menjadi pokok

permasalahannya bukan bagaimana media dapat mengubah sikap serta perilaku

khalayak, namun bagaimana media mampu memenuhi kebutuhan pribadi serta

sosial khalayak. Khalayak dinilai dengan aktif mampu secara sengaja memakai

media untuk pemenuhan kebutuhan serta mempunyai tujuan. Keilmuan pada

bidang ini memfokuskan perhatiannya kepada penggunaan (uses) terhadap isi

media agar mendapatkan kepuasan (gratifications) dari pemenuhan pada

kebutuhan seorang individu. Melalui hal ini muncul lah istilah uses and

gratification (penggunaan dan pemenuhan kebutuhan). Kebanyakan perilaku

khalayak dapat dijelaskan melalui beberapa kebutuhan (needs) serta kepentingan

individu. Oleh karena itu, kebutuhan individu adalah titik awal munculnya teori

ini.

Oleh karena itu, dalam teori ini juga ada motif penggunaan media oleh

individu serta dibagi ke dalam empat kelompok (Morissan, 2013).:

1. Motif Informasi
a. Mencari berita mengenai peristiwa serta kondisi yang berhubungan
dengan lingkungan terdekat, masyarakat, serta dunia.
b. Mencari bimbingan berbagai masalah praktis, pendapat, serta hal-hal
yang berhubungan dengan penentuan pilihan.
c. Memberikan kepuasan terhadap rasa ingin tahu serta minat umum.
d. Belajar dan menjadi pendidikan bagi diri sendiri.
e. Mendapatkan rasa damai melalui penambahan pengetahuan.
2. Motif Identitas Pribadi.
a. Mampu menemukan penunjang untuk nilai-nilai pribadi.
b. Mampu menemukan bentuk perilaku.
c. Mampu mengidentifikasikan diri sendiri dengan nilai-nilai lain yang
ada dalam media.
d. Mampu meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial.
a. Mampu memperoleh pengetahuan mengenai keadaan orang lain.
b. Mampu mengidentifikasikan diri dan orang lain serta meningkatkan
rasa memiliki.
c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.
d. Memperoleh teman selain dari manusia.
e. Membantu menjalankan peran sosial.
f. Memungkinkan diri untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman,
dan masyarakat.
4. Motif Hiburan
a. Melepaskan diri dari permasalahan.
b. Bersantai.
c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis.
d. Mengisi waktu.
e. Penyaluran emosi.

Penggunaan media melalui hubungannya kepada media pemuasan


kebutuhan ini meliputi jenis media yang dikonsumsi, terpaan media, konteks
sosial dari terpaan media. Kebutuhan inilah yang dapat terpenuhi oleh terpaan
media yang akan menunjukkan gratifikasi media maupun fungsi media
2.2.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa ialah proses komunikasi yang dilakukan dengan


menggunakan media massa seperti media cetak ataupun media elektronik.
Berdasarkan dari pengertian itu dapat diketahui bahwa karakteristik dari
komunikasi massa (Nurudin, 2015) adalah:
1. Komunikator (sumber) dalam Komunikasi Massa bersifat Melembaga
Komunikator pada komunikasi massa tidak hanya satu orang, namun
kumpulan orang. Hal ini berarti, penggabungan dari berbagai macam
unsur serta bekerja satu sama lain pada sebuah lembaga. Lembaga
yang dimaksud adalah lembaga yang menyerupai sebuah sistem.
2. Komunikan (penerima) dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Komunikator tidak mengetahui atau mengenal komunikan dengan kata
lain anonim, karena komunikasinya memakai media dan tidak tatap
muka. Selain memiliki sifat yang anonim anonim, komunikasi massa
juga memiliki sifat heterogen, karena terdiri dari berbagai masyarakat
yang berbeda-beda.
3. Pesan didalamnya Bersifat Umum
Pesan pada komunikasi massa tidak ditujukan untuk satu orang
maupun satu kelompok masyarakat tertentu saja. Bisa dikatakan,
pesan-pesan yang ada dimaksudkan pada khalayak yang plural. Karena
itu, pesan yang disampaikannya juga tidak boleh bersifat khusus.
Khusus yang dimaksud, artinya pesan memang sengaja dibuat untuk
golongan tertentu.
4. Komunikasi Berlangsung Satu Arah
Komunikator dengan komunikan tidak bisa melakukan kontak secara
langsung. Seorang komunikator dianggap aktif dalam menyampaikan
pesan, komunikan juga dinilai aktif dalam menerima pesan, tetapi
keduanya tidak mampu melakukan percakapan.
5. Komunikasi Massa dapat Menimbulkan Keserempakan
Dalam komunikasi massa ada keserampakan pada proses menyebarkan
pesan. Terbentuknya keserempakan ini bisa dikatakan khalayak
mampu mengkonsumsi media massa yang ada secara hampir
bersamaan
6. Komunikasi Massa Membutuhkan Peralatan Teknis
Media massa ialah sebuah alat utama dalam kegiatan menyampaikan
pesan terhadap khalayaknya yang dimana sangat memerlukan bantuan
dari peralatan teknis. Peralatan teknis yang digunakan adalah pemancar
untuk media elektronik baik mekanik maupun elektronik. Televisi juga
dikatakan sebagai media massa yang kita fikir saat ini tidak akan lepas
dari pemancar yang ada.
7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper ataupun yang sering kita sebut juga sebagai penyaring
informasi/palang pintu/penjaga gawang, merupakan seseorang yang
memiliki peran penting pada saat menyebarkan informasi melalui
media massa. Gatekeeper pun memiliki fungsi sebagai orang yang ikut
mengedit dengan memberikan tambahan maupun mengurangi,
menyederhanakan serta mengemas berbagai informasi supaya
informasi yang hendak disebarkan menjadi lebih mudah untuk
dipahami.
Menurut penjelasan yang dijelaskan diatas, peneliti menarik kesimpulan
jika komunikasi massa adalah komunikasi yang terjadi menggunakan media
massa serta ditujukan untuk khalayak. Komunikasi massa juga memerluka etika
serta estetika sebab komunikasi massa akan berhadapan dengan khalayak luas.
Etika merupakan nilai moral yang sering dikata juga sebagai kode etik sedangkan
estetika ialah seni, yakni seni keindahan. Komunkasi massa sangat membutuhkan
etika serta sestetik khususnya untuk pekerja pers sehingga pada saat menyajikan
informasi tidak akan melanggar nilai-nilai etis yang ada.
2.3. Kerangka Konsep
2.3.1 Televisi Sebagai Media Massa

Pada bahasa Inggris, televisi dikatakan dengan television. Kata


“television” diambil dari bahasa Yunani “tele” yang memiliki arti far, off, “jauh”,
lalu ‘vision” yang diambil berdasarkan bahasa Latin ‘visio’n, yang memiliki arti
to see, ‘melihat’. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa, televisi ialah melihat jauh.
Karena televisi merupakan sebuah instrumen untuk menangkap siaran yang
bergambar serta bersuara yang dipancarkan dari gelombang elektromagnetik oleh
sebab itu televisi adalah alat dalam media gelombang elektromagnetik oleh sebab
itu televisi ialah sebuah alat media massa yang terlihat ataupun bisa kita lihat dari
jarak yang jauh (Suryawati, 2014).
Televisi ialah sebuah media informasi yang mempunyai kekuatan sangat
baik dalam hal menyampaikan pesan dimana media televisi ini bisa memberikan
pengalaman yang seolah-olah ibaratnya pernah dialami oleh diri sendiri
berdasarkan jangkauan yang luas dan pada waktu bersamaan. Penyampaian isi
pesan seakan-akan terjadi saat itu juga atau siaran langsung (live), hubungan
antara komunikator dengan komunikan. Oleh sebab itu, televisi dapat disebut
sebagai media yang bisa menampilkan pesan baik melalui audio, visual, serta
gerak yang membuat khalayak seakan-akan merasakan sendiri suatu peristiwa
tersebut. Karena pada media massa televisi itu akan mudah dipahami untuk
khalayak hal ini dikarenakan mampu jelas terdengar secara audio serta akan
mudah juga terlihat secara visual (Romli, 2016).
Televisi ialah media komunikasi yang memiliki sifat yang bisa didengar
dan bisa dilihat (audio-visual) dengan menyajikan berita yang berlandaskan pada
reproduksi melalui kenyataan. Kekuatan yang utama pada media televisi ialah
suara serta gambar, televisi dianggap lebih menarik daripada radio. Efek
pemberitaan yang dilakukan melalui televisi bersifat powerfull, hal ini
dikarenakan mengikutsertakan aspek suara dengan gambar, sehingga lebih
memberikan pengaruh yang kuat kepada pemirsa atau khalayaknya. Media televisi
juga mempunyai fungsi yang jauh lebih dominan pada bagian hiburan jika
dibandingkan dengan fungsi untuk menyebarkan informasi dan mendidik.
2.3.2 Karakteristik Media Televisi
Televisi ialah salah satu media komunikasi yang menggunakan media
sehingga pada proses menyampaikan pesan menggunakan televisi disebut proses
komunikasi massa, televisi juga mempunyai karakteristik berikut (Romli, 2016):
1. Televisi bersifat tidak langsung
Televisi ialah salah satu jenis dan bentuk dari media massa yang memiliki
kecanggihan yang bisa dilihat oleh setiap orang dari sisi teknologi yang
dipakai dan mempunyai tingkatan harga yang mahal jika kita melihatnya
dari segi investasi yang akan kita tanamkan. Televisi memiliki
ketergantungan terhadap kekuatan alat elektronik yang cukup sangat rumit.
Hal inilah yang dikatakan sebagai media teknis. Contohnya, tanpa aliran
listrik siaran televisi tidak akan mungkin bisa mengudara serta diterima
oleh pemirsa dimanapun. Investasi yang diberikan untuk membangun
stasiun televisi yang komersial, yang dikelola dengan cara yang
profesional dengan lingkup yang nasional, untuk bisa mencapai ratusan
miliyar rupiah.
2. Televisi bersifat satu arah
Siaran yang disiarkan melalui media televisi memiliki sifat satu arah,
dimana khalayak sebagai pemirsa dari siaran tersebut hanya bisa menerima
segala bentuk macam program acara yang disiarkan yang telah
dipersiapkan dari pihak pengelola televisinya. Khalayak tidak mampu
menyela, memberikan interupsi pada saat itu kepada suatu acara yang
disiarkan ataupun tidak disiarkan. Berdasarkan dari teori komunikasi
massa, khalayak dianggap sebagai penonton televisi yang memiliki sifat
aktif serta selektif, Oleh sebab itu, walaupun siaran televisi hanya bersifat
satu arah, bukan berarti khalayak pun menjadi pasif. Khalayak menjadi
aktif mencari program acara yang diinginkan. Khalayak juga dinilai
selektif agar tidak menonton acara yang ditayangkan, namun kehadiran
televisi ini tidak serta-merta mengurangi tingkat kecemasan yang ada pada
khalayak, terutama khalayak dari kalangan pendidik, budayawan, serta
agamawan.
3. Televisi bersifat terbuka
Televisi dibuat untuk khalayak masyarakat keseluruhan secara terbuka
serta ke berbagai tempat yang mampu digapai menggunakan daya pancar
siaran yang ada. Khalayak dari manapun bisa mengakses program siaran
dari televisi. Dalam hal ini, khalayak pada televisi bersifat anonim serta
heterogen karena memiliki sifat yang terbuka. Usaha yang bisa dilakukan
oleh pengelola televisi agar mengurangi akses yang timbul ialah mengatur
jam tayang acara pada televisi.
4. Public tersebar
Khalayak televisi tidak hanya berada pada suatu wilayah tertentu saja,
namun tersebar pada berbagai wilayah berdasarkan lingkup lokal, regional,
nasional, serta internasional. Berdasarkan pandangan mengenai hal
komersial, khalayak yang tersebar mampu menguntungkan bagi pihak
yang memasang iklan ditelevisi komersial, hal ini dikarenakan iklan ialah
ibarat darah serta urat nadi.
5. Bersifat selintas
Pesan yang ada pada televisi hanya dapat dilihat serta didengar secara
sepintas saja. Siarannya tidak bisa dilihat serta di dengar secara berulang-
ulang oleh pemirsa atau khalayaknya kecuali pada hal-hal khusus
contohnya pada adegan yang diulang secara lambat, ataupun menggunakan
alat khusus seperti perekam video cassette recorder (VCR). Memiliki sifat
yang hanya selintas ini membuat televisi hanya dapat dilihat sepintas ini
sangat mampu mempengaruhi proses penyampaian pesan. Selain harus
menarik, bahasa pesan yang digunakan pada saat menyampaikan informasi
pada media televisi pun harus dengan mudah dipahami serta dicerna oleh
khalayak pemirsanya sehingga tidak akan menimbulkan kebosanan.
2.3.3 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa

Hadirnya media televisi pada kehidupan khalayak memang membawa


peradaban yang baru bagi khalayak itu sendiri khususnya pada proses komunikasi
serta informasi yang memiliki sifat massa. Karena dengan adanya kemunculan
televisi ini akan dipakai oleh khalayak sebagai sarana untuk melakukan interaksi
antara individu yang satu dengan individu yang lainnya agar bisa mendapatkan
informasi yang berasal dari berbagai belahan dunia
Berdasarkan dari cara penyampaian pesan informasi dari televisi sebagai
media massa sama dengan halnya radio yang juga dimana proses komunikasi yang
ada hanyalah berlangsung secara satu arah (One Way Communication) yang
memiliki arti bahwa komunikasi tidak hanya berhubungan secara langsung
dengan komunikatornya, hal ini dikarenakan komunikator tidak memiliki sifat
individual tetapi memiliki sifat yang kolektif. Namun massa komunikannya ialah
para penonton yang memiliki karakteristik tersendiri atau berbeda.
Berdasarkan dari sifat yang dimiliki oleh media televisi, Harold Lasswell
mengatakan bahwa komunikasi massa memiliki tiga fungsi, dimana pada tiap
fungsinya tidak dapat berdiri sendiri tetapi akan saling menunjang (sugiyono,
2020).
1. The survilance of the environment
Yang memiliki arti bahwa media massa bertugas sebagai pengamat
lingkungan yang akan selalu membagikan berbagai informasi menganai
berbagai hal yang tidak dapat dijangkau oleh khalayak.
2. The coreelation of the if soceiely in responding to the environment
Yang memiliki arti kalau media massa itu lebih ditekankan kepada
pemilihan, penilaian, penafsiran, mengnai apa yang memang pantas untuk
disampaikan kepada khalayak berdasarkan hal itu media massa dapat
dikatakan sebagai “gate keeper” melalui arus informasi.
3. The transmission of the social hertigate from generation to the generation
Berdasarkan hal ini menunjukan kalau media massa memiliki fungsi
sebagai jembatan tata nilai serta budaya yang berasal generasi satu menuju
generasi yang berikutnya, atau bisa disebut juga sebagai media pendidikan.
Selain pendapat Laswell yang sudah dipaparkan di atas, pakar komunikasi
lain yang bernama Charles R. Weight juga memberikan pendapatnya yang
disebutkan pada bukunya yang berjudul Mass Communication: A
Sociological Perspective dimana ia menyatakan bahwa: “communication
act primarily internal for amusment ireespectively of any instrument effect
they might have”. Dimana hal ini berarti kalau media massa memiliki
fungsi sebagai media hiburan.
Tidak hanya itu, Wilbur Sehramm pun mengatakan bahwa fungsi media
massa bisa dimanfaatkan untuk “to sell goods for us” dimana artinya ialah media
massa bisa digunakan sebagai media promosi. Pendapat dari Willbur Schramm ini
bisa dikatakan sangat menonjol karena dijadikan sebagai tiang penyangga
terhadap kehidupan dari media massa itu sendiri.
2.3.3.1 Kekuatan dan Kelemahan Media Televisi

Seperti dua sisi mata uang yang berbeda, televisi juga memiliki dua sisi
berbeda yang bisa dirasakan, yaitu kekuatan serta kelemahan. Televisi telah
menjadi sebuah media yang memiliki kesan tersendiri di hati khalayak serta telah
menjadi media yang memiliki penonton terbanyak. Bisa dikatakan pada setiap
rumah di Indonesia sekarang pasti memiliki televisi. Berikut ini merupakan
kelebihan dari televisi, yaitu (Romli, 2016):
1. Jangkauan yang sangat luas
2. Penayangan yang seketika
3. Adanya gabungan antara gambar, suara, dan warna.
4. Memiliki efek yang demonstrasi.
5. Penentuan waktu penayangan yang mudah.
6. Melakukan pengontrolan mudah.
Sehebat apapun sebuah media yang ada pasti memiliki kekurangan jadi
antara media satu dengan yang lainnya mampu saling melengkapi. Orang yang
telah memiliki televisi dirumah misalnya, dan juga masih mempunyai radio di
rumahnya. Terkadang dipagi hari, dia masih selalu membaca koran. Televisi yang
sekarang berada diposisi tertinggi dihati khalayak pun pasti masih memiliki
kekurangan. Dimana kekurangan dari televisi yaitu:
1. Tayangan cepat lewat serta berfrekuensi tinggi.
2. Harganya relatif mahal
3. Tidak memiliki segmentasi
4. Keterangan serta pesan yang disampaikan harus pendek
5. Produk materi dibuat lama dan juga mahal
2.3.3.2 Program Siaran Televisi

2.1.2.5.1. Pengertian program siaran televisi

Program siaran pada televisi adalah acara-acara yang telah disiapkan serta
disiarkan melalui televisi. Berdasarkan hal itu, program televisi dapat dibagi
menjadi program berita serta program non-berita. Karena televisi adalah media
massa yang memiliki sifat audio visual, maka televisi diharapkan mampu
memberikan program siaran yang berbeda untuk pemirsanya supaya pesan yang
telah disampaikan dapat dengan dipahami sehingga karena alasan itulah media
televisi bisa memberikan informasi kepada khalayak yang disebut dengan
stimulated experience yang mencakup beberapa hal berikut (Suryawati, 2014)
yaitu:
1. Mampu melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.
2. Dapat berjumpa dengan seseorang yang sebelumnya belum pernah
dijumpai sebelumnya.
3. Mampu datang ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi
sebelumnya.
Program acara yang disiarkan melalui televisi telah memberikan pengaruh
kepada khalayak dalam melakukan kegiatan kehidupan sehari-harinya, hal ini
akan menimbulkan efek tertentu. Adanya stimulated experience maka justru akan
memberikan berbagai macam pengetahuan kepada pemirsanya serta pengetahuan
yang mampu memberikan kesan mendalam serta dapat dimanfaatkan pada
kegiatan kehidupan sehari-hari
2.1.2.5.2. Jenis program siaran televisi

Jenis program televisi bisa dibedakan melalui dari format teknis ataupun
berdasarkan isinya. Format teknis adalah format umum yang dijadikan acuan pada
bentuk program televisi seperti program talk show, dokumenter, film, kuis, musik,
instruksi, serta yang lainnya. Jika dilihat dari isinya, program televisi sengaja
dibentuk untuk menjadi berita yang bisa dibedakan menjadi beberapa program
seperti program hiburan, drama, olahraga, serta agama. Berbeda dengan program
televisi yang berbentuk berita secara garis besar dapat dimasukkan ke dalam
pogram hard news yaitu berita-berita yang berhubungan dengan peristiwa penting
yang baru saja terjadi serta harus segera disiarkan saat itu juga, dan juga soft news
yang mengangkat berita yang memiliki sifat ringan yang juga bagian kombinasi
antara fakta, gosip, serta opini.
Diluar dari adanya jenis program yang berlandaskan dari skema yang telah
dipaparkan diatas, terdapat pembagian program juga yang berdasarkan dari
apakah suatu program yang ada bersifat faktual atau malah bersifat fiktif. Program
faktual ini meliputi program berita, dokumenter, maupun reality show. Sementara
itu, program yang memiliki sifat fiktif ialah seperti program drama maupun
komedi. Aturan tayangan program televisi yang ada pada sebuah stasiun televisi
biasanya proses tayangan program televisi di sebuah siaran ataupun hanya bagian
dari perencanaan siaran (Romli, 2016).
1. Proses produksi siaran televisi
Pada saat sebelum program acara televisi bisa dikonsumsi untuk khalayak
maka pihak dari televisi tersebut melakukan proses produksi terlebih
dahulu supaya menghasilkan acara yang menarik dimata khalayak. Sama
dengan hal yang telah dijelaskan dalam kelemahan televisi bahwa pesan
yang diberikan hanya akan ditonton sebentar saja dan tidak dapat diulangi
lagi jadi pada masalah teknis penyampaian pesan haruslah
dipertimbangkan kembali dengan baik serta harus disesuaikan terhadap
khalayak sasaran sehingga menarik serta mudah dipahami. Pada proses
melakukan penyiaran pada televisi bisa dikatakan rumit. Hal ini
dikarenakan pekerja yang terlibat pada proses produksi sangat banyak.
Pada buku Television Production milik Alan Wurlzel menjelaskan
bagaimana prosedur kerja dalam memproduksi program siaran televisi
yang dikatakan sebagai four stage of television production. Keempat
tahapan yang disebutkan akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Pre production planning
Tahap ini ialah proses awal pada sebuah kegiatan yang akan datang
atau bisa disebut juga sebagai tahap perencanaan. Berawal dari
munculnya sebuah pandangan atau yang disebut juga sebagai ide itu
harus datang melalui prosedur, namun juga bisa datang dari luar, tetapi
tanggung jawabnya akan diambil alih oleh prosedur yang berasal dari
acara yang bersangkutan. Selanjutnya, produser melakukan berbagai
macam kegiatan untuk mencari dan mendapatkan data-data yang
diperlukan sebagai bahan untuk mengembangkan gagasan tadi, lalu
selanjutnya produser akan meminta kepada penulis naskah agar bisa
menaruhnya menjadi kedalam bentuk tulisan dan juga merangkai
berbagai data serta fakta untuk bisa dikembangkan menjadi bentuk
naskah dan dengan menggunakan format serta durasi yang telah
ditentukan, selain itu juga gaya bahasa yang digunakan menyesuaikan
dengan khalayak yang menjadi target pasaran.
Segala bentuk persiapan yang akan dilakukan ketika pra produksi
antara lain ialah dengan mempersiapkan tim yang memiliki asal dari
luar tim inti yang nantinya akan mendukung kegiatan produksi, seperti
contohnya mempersiapkan desain produksi. Desain produksi ialah
sebuah rancangan produksi yang sengaja dipersiapkan guna
memproduksi sebuah program acara televisi.
b. Set up and rehearsal
Set up adalah tahapan persiapan yang memiliki sifat teknis yang akan
dilakukan oleh anggota inti dengan kerabat kerja lainnya. Mulai dari
mempersiapkan desain di dalam studio, sampai dengan
mempersiapkan desain untuk meletakkan lampu, mikrofon, serta
dekorasi lainnya. Lalu, perihal latihan (rehearsal) bukan hanya
dilakukan oleh para artis pendukung saja, tetapi juga sangat penting
dilakukan bagi kerabat kerja lainnya, mulai dari switcher, penata
lampu, penata suara, floor director, kamerawan, dan juga sampai ke
pengarah acara itu sendiri. Pada hal ini latihannya akan dipimpin
langsung oleh pengarah acara.
c. Production
Tahap production ialah tahap dalam upaya untuk mengubah naskah
kedalam bentuk auditif bagi radio serta bentuk audio visual bagi
televisi. Karakteristik produksi dapat ditentukan menurut lokasinya,
sebagai berikut:
1) Produksi dimana diselenggarakan sepenuhnya berada di dalam
studio;
2) Produksi dimana sepenuhnya diselenggarakan diluar sudio;
3) Produksi yang menggabungkan di dalam dan di luar studio.
4) Post production Tahap Post Production ini ialah tahap dalam
melakukan penyelesaian atau dapat dikatakan sebagai tahap
penyempurnaan.
Tahap penyelesaian akan meliputi:
1) Proses editing, baik gambar ataupun suara;
2) Melakukan pengisian grafik pemangku gelar atau insert visualisasi;
3) Melakukan pengisian narasi;
4) Melkaukan pengisian sound effect serta ilustrasi;
5) Melakukan kegiatan evaluasi mengenai hasil produksi.
Kelebihan yang ada pada televisi mengakibatkan media ini menjadi
popular di kalangan masyarakat luas. Oleh karena itu, tidak dapat
dipungkiri jika televisi sudah mendominasi hampir seluruh bagian
waktu luang setiap individunya. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan pada masyarakat di Amerika diketahui bahwa hampir
setiap orang dinegara itu menghabiskan waktu luangnya antara enam
sampai tujuh jam perminggu hanya untuk menonton televisi.
Sedangkan di Australia, setiap anak rata-rata terlambat untuk bangun
pagi hal ini dikarenakan banyak menonton televisi pada malam hari.
Dan di Indonesia, konsumsi televisi dikalangan anak-anak juga tinggi,
terutama pada saat libur, anak-anak bisa memakai televisi melebihi
delapan jam perhari.
Semua stasiun televisi yang ada akan berlomba-lomba untuk
memberikan program tayangan semenarik mungkin guna menarik
perhatian dari khalayaknya. Semenjak adanya media televisi, seorang
individu bisa duduk berjam-jam hanya untuk menyaksikan tayangan
yang disukainya dan menghabiskan waktunya dibandingkan untuk
kumpul bersama keluarga atau pasangannya, bekerja, belajar, maupun
melakukan kegiatan lainnya. Hal menarik ini bisa dilihat berdasarkan
karakteristiknya yang mampu memberikan kemudahan yang nyata
kepada khalayaknya. Semua ini dapat dipahami karena untuk
memperoleh informasi maupun berita khalayak sudah tidak perlu lagi
keluar rumah, bersifat gratis, dan tidak memerlukan kemampuan
membaca yang tinggi, serta mampu mencapai khalayak yang heterogen
sekaligus.
2.3.4 Tayangan On The Spot

On The Spot ialah sebuah acara yang bersifat informatif yang


menampilkan berbagai macam hal unik yang ada didunia yang memang terkadang
tidak terfikirkan oleh manusia sebelumnya dengan disertai penjelasan ringan yang
menarik. On The Spot dulunya bukanlah sebuah tayangan televisi baru, melainkan
tayangan televisi yang sudah berubah konsepnya. On The Spot sebelumnya ialah
tayangan televisi yang menampilkan sebuah video klip musik, namun On The
Spot kemudian berubah menjadi sebuah program dokumenter yang mengambil
potongan klip videonya melalui situs youtube. On The Spot memiliki konsep
dokumenter yang sudah dikemas dengan menayangkan fenomena, peristiwa,
kejadian srta hal lainnya disetiap episodenya dengan satu tema serta di dalam satu
tema tersebut akan menampilkan 7 contoh fenomena, peristiwa, kejadian serta hal
lainnya seperti contohnya 7 fenomena rumah teraneh, 7 hewan terlangka di dunia,
7 hewan berbahaya di dunia, serta hal menarik lainnya. Angka 7 dalam program
tersebut melambangkan bahwa tayangan ini berada pada naungan stasiun televisi
Trans7 (sarni, 2013).
2.3.5 Penggunaan Media

Media Use atau Penggunaan Media ialah perilaku khalayak pada saat
menggunakan isi/ program acara yang disiarkan dalam suatu media. Jalalludin
mengatakan bahwa penggunaan media ialah jumlah waktu yang digunakan serta
berbagai hubungan yang ada antara individu dengan konsumen media dan dengan
isi media yang dikonsumsi maupun dengan media secara keseluruhan.
Penggunaan media dapat di bagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Tingkat perhatian, yang meliputi (sarni, 2013):
a. Pre Activity (aktivitas sebelum terpaan media) hal ini menjelaskan
mengenai aktivitas khalayak pada saat sebelum menggunakan media
televisi. Dijelaskan dengan keterangan aktivitas khalayak pada saat
pencarian informasi dari tayangan televisi serta setelah mendapat
informasi tersebut apakah orang tersebut dengan sengaja meluangkan
waktu untuk menonton tayangan tersebut atau tidak.
b. Duractivity (selama terpaan media) hal ini menjelaskan mengenai
aktivitas seseorang pada saat menggunakan media televisi. Dijelaskan
berdasarkan dengan perilaku seseorang pada saat menonton sebuah
tayangan pada televisi, pemahaman terhadap tayangan tersebut, serta
apakah dia menonton acaranya sampai selesai atau tidak.
c. Post Activity (aktivitas setelah terpaan media) hal ini menjelaskan
pada aktivitas yang dilakukan seseorang setelah menyaksikan tayangan
tersebut, apakah orang tersebut akan memperbincangkan acaranya
dengan orang lain dalam interaksi sosialnya atau tidak.
2. Frekuensi, yaitu tingkat keseringan yang dilakukan seseorang pada saat
menggunakan dan menyaksikan suatu acara televisi maupun media lain.
3. Curahan Waktu, merupakan waktu rata-rata yang dihabiskan seseorang
dalam sekali menonton tayangan pada suatu acara televisi. Melalui
penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pola penggunaan
media juga bisa diukur dengan cara melihat berdasarkan tingkat perhatian,
frekuensi dan curahan waktu.
2.3.6 Kepuasan

Istilah kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa latin “statis” yang
memiliki arti cukup baik serta “facto” yang berarti melakukan atau membuat dan
juga dapat diartikan sebagai upaya untuk memenuhi sesuatu maupun membuat
sesuatu cukup baik. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “kepuasan”
merupakan asal dari kata “puas” yang memiliki arti merasa senang (lega, gembira,
kenyang atau sebagainya dikarenakan sudah terpenuhi hasratnya). Oleh karena itu
kepuasan dapat diartikan sebagai perihal yang memiliki sifat puas, kesenangan
kelegahan atau sebagainya. Kepuasan dapat dikatakan sebagai upaya dalam
pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu menjadi memadai. Kepuasan pun
memiliki arti keadaan senang dan sejahtera yang disebabkan karena orang telah
memuaskan satu tujuan maupun sasarannya, serta suatu perasaan yang menyertai
orang tersebut setelah ia memuaskan rasa lapar maupun satu motif lainnya.
Kepuasan ialah suatu keadaan di mana tingkat harapan terhadap sesuatu
sesuai dengan kenyataan yang ada atau lebih jelasnya suatu keadaan di mana
harapan sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Menurut pendapat Philips L.
Harriman kepuasan ialah sesuatu yang berasal dari suatu tanggapan, sehingga
memicu seseorang untuk mengulanginya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepuasan yang berhubungan dengan media massa dalam hal pemenuhan
kebutuhan khalayak, pada hal ini lebih ditekankan kepada khalayak yang telah
mengkonsumsi hiburan tersebut. Kepuasan juga bisa diartikan sebagai respon
seseorang terhadap sesuatu karena telah terpenuhi suatu tujuan maupun sasaran
yang mereka harapkan. Kepuasan pada khalayak merupakan salah satu hal yang
perlu diperhatikan oleh setiap pengguna media pada saat menggunakan media
massa karena hal tersebut yang akan mengukur mengenai kepuasan seseorang
sebagai penonton.
Untuk mengetahui mengenai tingkat kepuasan penonton terhadap suatu
hal, maka kita harus mengetahui motif khalayak pada saat menggunakan media
tersebut supaya kita bisa mengetahui kepuasan khalayak setelah menggunakan
suatu media tertentu. Klasifikasi mengenai kepuasan yang diperoleh dapat diukur
menggunakan kategori berikut ini:
1. Kepuasan Informasi: kepuasan yang berhubungan dengan kebutuhan
individu terhadap informasi serta eksplorasi sosial.
2. Kepuasan Identitas Pribadi: yaitu kepuasan yang memiliki hubungan
dengan referensi diri, eksplorasi, realitas, penguatan nilai, serta motif yang
dikhususkan untuk memperkuat maupun menonjolkan sesuatu yang
dianggap penting pada kehidupan maupun situasi khalayak yang
bersangkutan.
3. Kepuasan Integrasi dan Interaksi sosial: yaitu suatu kepuasan yang
meliputi integrasi dan interaksi sosial, yang berlandaskan pada
kelangsungan hubungan pada individu tersebut.
4. Kepuasan Hiburan: yaitu kepuasan mengenai kebutuhan untuk melepaskan
diri dari rutinitas sehari-hari, tekanan serta masalah, sarana pelepasan
emosi, sampai dengan kebutuhan akan hiburan.

2.4 Kerangka Berpikir

Variabel Penelitian

1. Kepuasan Metode
Informasi Teori Analisis Data
Identitas pribadi Uses and Analisis
Integrasi dan Gratifications Deskriptif
interaksi social
(Rerata Nilai)
Hiburan
Hipotesis

Diduga adanya kepuasan


mahasiswa Ilmu Komunikasi
dalam menonton tayangan On The
Spot Trans7

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1
2

3.1 Jenis Penelitian

Penilitian ini tergolong ke dalam penelitian kuantitafi. Metode penelitian


kuantitatif adalah jenis penelitian yang spesifikasinya sistematis, terencana, serta
terstruktur dengan baik, dari awal hingga pembuatan desain penelitian.

3.2 Metode Penelitian


Pada suatu penelitian yang bersifat ilmiah, yang menjadi salah satu unsur
penting yang tidak dapat dilupakan ialah metodologi penelitian. Metode harus
dipilih serta dietetapkan oleh seorang peneliti sebelum melakukan atau
melaksanaan sebuah penelitian, hal ini dikarenakan sebuah metode akan
digunakan untuk mencari data serta akan membantu dalam memecahkan masalah
yang akan diteliti. Hal ini dilakukan supaya hasil yang didapatkan dalam
penelitian ini mampu dipertanggungjawabkan dengan baik. Seperti layaknya
sebuah penelitian ilmiah, oleh sebab itu penilitian haruslah mempunyai objek
yang jelas agar bisa mendapatkan data yang akurat, dan juga teknik pengumpulan
data serta analisis data yang tepat. Oleh sebab itu, dalam pembuatan skripsi
penelitian ini peneliti memakai metode penelitian deskriptif kuantitatif yang
mengambarkan serta menjelaskan suatu masalah menggunakan angka yang nanti
hasilnya bisa digeneralisasikan.
3.3 Subyek Penelitian
3.2.1 Populasi

Populasi ialah seluruh jumlah objek atau subjek yang mempunyai


karakteristik serta kualitas tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti agar dapat
diteliti yang nantinya kemudian bisa menarik sebuah kesimpulan (Sujarweni,
2018).

Pada penelitian ini, peneliti memiliki populasi mahasiswa Ilmu Komunikasi


Universitas Bandar Lampung angkatan 17, 18, 19 dan 20 yang berjumlah 4
angkatan dengan detail jumlah mahasiswa aktif angkatan 17 (37 mahasiswa),
angkatan 18 (43 mahasiswa), angkatan 19 (70 mahasiswa), angkatan 20 (98
mahasiswa). Jadi, total populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak
248 mahasiswa.

3.2.2 Sampel

Sampel ialah sebagian dari beberapa karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan dalam penelitian. Jika jumlah populasi besar, maka peneliti tidak
mungkin mengambil semua jumlah populasi dalam penelitian. Misalnya, karena
terbatasnya dana, tenaga, serta waktu, maka peneliti bisa menggunakan sampel
yang diambil dari jumlah populasi yang ada yang nantinya jawaban mereka
dianggap sudah mewakili jawaban dari seluruh populasi (Sugiyono, 2011).

Tidak semua data serta informasi akan diproses dan juga tidak semua orang
serta benda yang akan dijadikan penelitian, tetapi cukup hanya dengan
menggunakan sampel yang dianggap sudah akan mewakilinya. Pada hal ini
pengambilan sampel haruslah bersifat representif serta seorang peneliti wajib
memahami mengenai besar ukuran sampel serta karakteristik populasi dalam
sampel. Dalam hal pengambilan jumlah sampel, dalam penelitian ini peneliti
memakai rumus Slovin , yaitu sebagai berikut:

Rumus I. Sampel Penelitian

Sumber: Slovin (Sujarweni, 2018).

N
n= 2
1+(N x e )

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Batas kesalahan maksimal yang ditolerir dalam sampel (5%)


Dari hitungan rumus Slovin diatas, maka dapat ditentukan jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

N
n= 2
1+( N x e )

248
n= =153,1
1+(248 x 0.052 )

Dari hasil perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang akan digunakan sebanyak
153,1 responden dan dibulatkan menjadi 153 responden dengan tingkat kesalahan
pengambilan sampel sebesar 5%.

3.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling ialah suatu teknik yang dilakukan guna untuk pengambilan
sampel. Pada penelitian ini, teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah
Probability Sampling dengan menggunakan Simple Random Sampling dimana
pengambilan sampel dilakukan dengan memakai teknik ini akan memberikan
peluang yang sama bagi setiap bagian dari populasi untuk dipilih menjadi bagian
dari sampel (Sujarweni, 2018). Proses pengambilan anggota sampel pun
dilakukan secara acak dan tidak terlalu memperhatikan strata yang terdapat pada
populasi tersebut.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Sumber Data

Sumber data ialah subjek yang akan menjadi dasar dari mana asal data
penelitian itu didapatkan. Jika peneliti misalnya memakai kuisioner maupun
wawancara untuk pengumpulan datanya, maka sumber data disebut sebagai
responden, yaitu orang yang akan merespon serta menjawab pertanyaan baik
pertanyaan yang dilakukan secara tertulis ataupun lisan (sarni, 2013). Penelitian
ini menggunakan dua jenis data di dalamnya, yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang didapatkan langsung dari responden dengan
cara menyebarkan kuesioner.
2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan melalui hasil observasi serta
studi kepustakaan untuk melengkapi data dari data primer.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ialah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk
dapat mengungkap ataupun menjaring informasi yang bersifat kuantitatif dari
responden sesuai dengan lingkup penelitian. Metode penelitian yang dipakai oleh
peneliti dalam mengumpulkan data untuk penelitian adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi ialah suatu kegiatan yang memiliki sifat kompleks, dimana


tersusun berdasarkan dari berbagai macam proses biologis serta psikologis.
Yang terpenting adalah pada proses pengamatan serta ingatan. Teknik
pengumpulan data dengan memakai teknik observasi akan dipakai jika
penelitian mempunyai hubungan terhadap perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam serta apabila responden yang diamati tidak terlalu besar
ruang lingkupnya. Oleh sebab itu observasi sangat penting dan dibutuhkan
pada penelitian ini karena dengan menggunakan observasi seseorang bisa
mendapatkan informasi mengenai dunia di sekitarnya.

2. Kuisioner (angket)

Kuisioner ialah daftar pertanyaan yang nantinya harus diisi oleh


responden. Kuisioner ini dapat dikirim melalui media ataupun peneliti
mendatangi secara langsung responden secara terbuka dengan menggunakan
angket tertutup.

a. Angket terbuka ialah angket yang dibuat secara sedemikian rupa


supaya responden mampu memberikan jawaban yang sesuai dengan
keinginan dan keadaannya.
b. Angket tertutup ialah angket yang dibuat secara sedemikian rupa
supaya responden hanya memberi tanda centang saja pada kolom atau
tempat yang sudah ada dan disesuaikan.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti akan menggunakan angket
tertutup dengan memakai skala likert, maka variabel yang nantinya akan
diukur serta dijabarkan supaya menjadi indikator variabel. Lalu nantinya
indikator tersebut akan dijadikan sebagai landasan dalam menyusun item-
item instrumen yang bisa berupa pernyataan maupun pertanyaan yang
nantinya harus di isi oleh responden. Penelitian ini memakai skala sebagai
alat pengukurnya. Skala likert dipakai untuk mengukur setiap sikap, pendapat
dan juga persepsi mengenai seseorang ataupun sekelompok orang mengenai
pandangan nya terhadap fenomena sosial. Skala likert akan berisi mengenai
pernyataan yang disusun secara sistematis untuk menjelaskan mengenai sikap
seorang responden terhadap pernyataan itu. Indeks ini akan mengasumsikan
kalau masing-masing kategori pada jawaban ini mempunyai intensitas yang
sama.

Pada tiap pernyataan maupun pertanyaan sikap yang nantinya akan


diungkapkan dengan menggunakan istilah: sangat puas (SP), puas (P), cukup
puas (CP), tidak puas (TP), sangat tidak puas (STP), atau sangat baik, baik,
sedang, buruk, sangat buruk, dan lainnya yang akan disesuaikan dengan
indikator penelitian. Tetapi di dalam penelitian ini peneliti hanya memakai
empat pilihan jawaban saja yaitu sangat puas (SP), puas (P), tidak puas (TP),
serta sangat tidak puas (STP). Hal ini dibuat agar dapat menghindari jawaban
yang ragu-ragu dari responden karena sebuah penelitian menganggap bahwa
jawaban ragu-ragu ialah jawaban yang tidak konsisten jadi tidak perlu
dicantumkan.

Berikut tabel sistem penilaian:

Tabel 1. Kriteria Pemberian Skor Terhadap Alternatif Jawaban Angket

No. Alternatif Jawaban Skor


Positif Negatif
1 Sangat Puas (SP) 4 1
2 Puas (P) 3 2
3 Tidak Puas (TP) 2 3
4 Sangat Tidak Puas (STP) 1 4

3.5 Keabsahan Data


3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ialah alat bantu yang akan dipilih serta digunakan oleh
peneliti pada kegiatan dalam mengumpulkan data supaya kegiatan penelitian ini
menjadi sistematis serta lebih mudah. Instrumen penelitian ialah alat dan fasilitas
yang dipakai peneliti untuk mengumpulkan data supaya dalam melakukan
penelitian lebih mudah serta mendapatkan hasil yang lebih baik, memiliki arti
yang lebih cermat, serta dan sistematis sehingga hasilnya lebih mudah untuk
diolah. Variasi jenis instrumen dalam penelitian ini ialah angket, ceklis
(checklist), maupun daftar centang, pedoman wawancara, serta pedoman
pengamatan (sarni, 2013).

3.5.2 Validitas

Validitas ialah sebuah ukuran yang dipakai untuk menunjukkan


tingkatantingkatan kevaliditasan dari suatu instrumen yang ada. Suatu instrumen
dapat dikatakan valid jika instrumen tersebut bisa mengukur apa yang diharapkan
serta dapat mengungkapkan data yang ada pada variabel yang akan diteliti secara
tepat. Dalam melakukan pengujian validitas pada setiap butir maka, skor-skor
yang terdapat dalam butir yang dimaksud akan dikorelasikan dengan skor total
(Sujarweni, 2018). Skor butir dinilai sebagai nilai X serta Skor total di pandang
sebagai nilai Y. Uji Validitas ini akan dilakukan dihitung dengan menggunakan
program SPSS versi 20.

Uji validitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini, menggunakan


rumus hitung product moment. Pada saat melakukan pengujian validitas,
instrumen akan diuji dengan melakukan perhitungan koefisien korelasi antara skor
item dengan skor totalnya pada taraf signifikansi 95% atau α sebesar 0,05.

Rumus II. Product Moment


N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√ { N ∑ X ( ∑ X ) } { N ∑ Y −( ∑ Y ) }
2 2 2

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antar variabel X dan Y

N = Jumlah sampel

X = Skor variabel X

Y = Skor variabel Y

Kriteria pengujian dilakukan dengan cara :

1. Bila r hitung> r table maka instrumen valid. Bila r hitung< r table maka
instrumen tidak valid.
2. Bila probabilitas (sig) < α maka instrumen valid. Bila probabilitas (sig) > α
maka instrumen tidak valid.
3. Pengujian validitas instrumen dilakukan melalui program SPSS (Statistical
Program and Service Solution versi 20).
3.5.3 Realibilitas

Pengujiam reliabilitas memiliki tujuan untuk mengetahui dan mengukur


sejauh mana data dapat memberikan hasil yang relatif konsisten apabila dilakukan
pengukuran ulang kepada subjek yang sama, fungsi dari uji reliabilitas ini ialah
untuk mengetahui sejauh mana keadaan alat ukur kuesioner yang dipakai tersebut.
Hasil penelitian yang nantinya reliabel bila terdapat kesamaan data pada waktu
yang berbeda, instrumen yang hasilnya reliabel memiliki arti instrumen yang bila
dipakai berkali-kali dalam mengukur objek yang sama juga akan menghasilkan
data yang sama, uji reliabilitas untuk kuesioner memakai prosedur yang sama
dengan uji validitas.

Reliabel memiliki arti yang konsisten atau stabil, suatu alat ukur akan
dikatakan reliabel jika hasil alat ukur tersebut konsisten sehingga mudah
dipercaya. Pada penelitian ini, peneliti memakai pengolahan data yang dilakukan
dengan bantuan program SPSS versi 20 (Statistical Program and Service
Solution). Uji reliabilitas akan memakai rumus alphacronbach, yaitu :

Rumus III. Alphacronbach:

r 11 = [ ][
k
k −1
1−
∑ σi 2
∑ σt 2 ]
Keterangan :

𝑟11 = Reabilitas instrument

∑ 𝜎𝑖 = Jumlah varian skor tiap item

k = Banyaknya soal

𝜎𝑡2 = Varians total

Selanjutnya untuk menginterpretasikan besarnya nilai r alpha indeks


kolerasi akan diukur berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3.2. Interpretasi Nilai r Alpha Indeks Korelasi

Koefisien r Reliabilitas
0,8000 – 1,0000 Sangat Tinggi
0,6000 – 0,7999 Tinggi
0,4000 – 0,5999 Sedang
0,2000 – 0,3999 Rendah
0,0000 – 0,0199 Sangat Rendah

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data ialah langkah yang paling kritis yang dilakukan pada penelitian.
Analisis data merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengolah serta
menganalisis data dari hasil penelitian yang nantinya akan ditarik kesimpulan
berdasarkan dari hasil penelitian yang telah didapatkan. Oleh sebab itu, teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Dalam
menganalisis data yang memiliki sifat kuantitatif, penggunaan statistik dibedakan
menjadi dua yaitu statistik deskriptif, dan statistik inferensial.

Statistik deskriptif ialah statistik yang dipakai sebagai cara untuk


menganalisis data dengan cara mendeskripsikan serta menggambarkan data yang
telah dikumpulkan sebagaimana adanya, di dalam statistik deskriptif ialah
penyajian data memakai tabel, diagram lingkaran, pictogram, modus, median,
mean, perhitungan desil, serta persentil serta perhitungan penyebaran atau
distribusi frekuensi dengan memakai perhitungan rata-rata serta standar deviasi,
dan juga dengan perhitungan dalam bentuk persentase. Sedangkan statistik
inferensial yang juga disebut sebagai statistik induktif dan statistik probabilitas
ialah teknik statistik yang dipakai dalam melakukan analisis data sampel yang
hasilnya diberlakukan untuk seluruh jumlah populasi. Berikut ialah teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif.

Analisis deskriptif ialah suatu teknik analisis data yang digunakan dalam
menggambarkan data hasil penelitian yang didapatkan dari lapangan dengan
memakai metode pengolahan data menurut sifat kuantitatif sebuah data. Analisis
deskriptif dalam penelitian ini menggunakan persamaan sebagai berikut:

Rumus IV. Rerata nilai

X=
∑X
N

Keterangan:

X = rerata nilai

X = nilai mentah yang dimiliki subjek

∑ = tanda jumlah

N = banyaknya subjek yang memiliki nilai

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.7.1 Lokasi Penelitian
Lokasi yang didatangi sebagai tempat penelitian yaitu daerah Kota Bandar
Lampung.

3.3.2 Waktu Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada waktu 2 bulan
dimulai dari bulan desember 2020 – januari 2021. Penyebaran kuesioner melalui
Google form yang bisa diakses dan diisi dalam kurun waktu 24 jam oleh
responden.

Tabel 3. Waktu Penelitian

Kegiatan Desember-21 Januari-22


1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Penyusunan Proposal
Bimbingan dan seminar
proposal
Revisi proposal
Penyebaran kuisioner
Analisis data,
penyusunan dan
Pengajuan sidang
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. (2014). Sistem Komunikasi Indonesia. In Sistem Komunikasi Indonesia


(p.58).

DEFRIZAL, Defrizal;ROMLI, Khomsahrial; PURNOMO, Agus; SUBING, H. A.


(2021). A Sectoral Stock Investment Strategy Model in Indonesia Stock
Exchange. A Sectoral Stock Investment Strategy Model in Indonesia Stock
Exchange.

Denis, M. (2011). Mass Communication Theory. In Mass Communication


Theory, 6th ed.

Farida, Ida; Setiawan, Refly; Sandika; Maryatmi, Deny; Sri ; Anastasia; Romli, K.
(2020). Sosialisasi Melalui Media Massa. Strategy of the Transportation
Department to Overcome Traffic Congestion through the Utilization of
Energy Based on Area Traffic Control System in the City of Bandar
Lampung.

Jallaludin, R. (2011). Psikologi Komunikasi. In Psikologi Komunikasi. (p. 42)

Morissan. (2013). Teori Uses and Gratification. In Teori Komunikasi (Individu


Hingga Massa) (pp. 508–514).

Nurudin. (2015). Pengertian Komunikasi Massa. In Pengantar Komunikasi Massa


(pp. 1–3).

Romli, K. (2016). Televisi Sebagai Media. In Komunikasi Massa (pp. 87–97).


Sarni. (2013). Penggunaan Media (Media Uses). Repositori.Uin-Alauddin.Ac.Id.
repositori.uin-alauddin.ac.id

Anda mungkin juga menyukai