Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PENERAPAN E-GOVERNMENT DI PROVINSI JAWA BARAT

A. Latar Belakang
Pelayanan publik dan tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik di era
otonomi daerah saat ini menjadi isu yang semakin menguat dan mendapat perhatian beberapa
tahun terakhir ini, baik pemerintahan pusat maupun daerah (Momuat, 2016). Sesuai dengan
diberlakukannya UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang
menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah, yang kemudian mengalami perubahan dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan sampai saat ini Undang-
Undang tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan. Hal tersebut berdampak pada
timbulnya semangat bagi seluruh daerah di indonesia untuk bersaing dalam memajukan
daerahnya dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di daerahnya. Dalam hal ini
kualitas pelayanan publik juga turut dioptimalkan dalam pelaksanaanya agar masyarakat
dapat mendapatkan hak nya dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan
efisien (Sonny, 2013). Kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah juga harus transparan,
efektif, dan efisien, serta dapat menjawab ketentuan dasar keadilan. Hal ini berkaitan dengan
upaya pemerintah dalam mewujudkan terciptanya pemerintahan yang baik (good
govermance) melalui peningkatan kualitas pelayan publik. Good governance mempunyai
sepuluh prinsip yaitu, transparansi, akuntabilitas, penegakan hukum, kesetaraan, partisipasi,
daya tanggap, wawasan kedepan, pengawasan, efisien dan efektifitas, dan profesionalisme
(KeuanganLSM, 2013). Pemerintahan yang baik dapat terwujud apabila prinsip dasar atau
karakteristik yang terdapat pada good governance benar-benar diterapkan. Pada dasarnya
good governance adalah suatu konsep yang mengacu pada proses pencapaian keputusan dan
pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama (Bagian Humas dan
Protokol Kab.Buleleng, 2017) . Prinsip good governance adalah mengedepankan kepentingan
masyarakat diatas kepentingan pribadi dan golongan, sehingga dapat mencegah bahkan
mungkin tindak pidana korupsi oleh pejabat pemerintah tidak akan terjadi lagi. Hal ini sesuai
dengan Pasal 3 UU No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Masyarakat juga dituntut untuk ikut serta dalam membangun bangsa, suara dan
memberikan pendapat sebagai suatu pertimbangan didalam tata kelola pemerintahan ini
dalam mewujudkan good governance. Oleh karena itu transparansi informasi terkait
penyelenggaraan tata negara terhadap masyarakat diperlukan dalam keterbukaan informasi
untuk mewujudkan pembangunan yang lebih baik (Prasetya, 2017). Hal ini berbanding lurus
dengan undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara mewajibkan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Pemda) untuk membuat laporan keuangan sebagai
bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD. Sejalan dengan peningkatan
pelayanan yang lebih baik ini publik juga membutuhkan transparansi dalam laporan
keuangan.
Transparansi adalah suatu konsep yang menekankan keterbukaan dalam
penyelenggaraan negara. Menurut konsep ini, pemerintah selaku organ negara harus
membuka akses informasi seluas-luasnya bagi publik agar mereka dapat mengetahui apa
yang terjadi selama proses penyelenggaraan pemerintahan (ramadani, 2018). Sedangkan
transparansi laporan keuangan diartikan sebagai penyampaian informasi keuangan kepada
masyarakat luas (warga), dalam rangka pertanggungjawaban pemerintah, kepatuhan
pemerintah terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku, dan dapat meningkatkan
efektifitas pengawasan masyarakat terhadap pembangunan dan pelayanan. Penerapan prinsip
transparansi dapat dilihat sebagai suatu usaha untuk mencegah kekaburan (opacity) dan
kerahasiaan (secrecy) proses penyelenggaraan pemerintahan yang dapat mengarah kepada
penyimpangan kekuasaan, terutama kewenangan yang hanya dikuasai dan dimonopoli oleh
negara (Michener & Bersch, 2013: 235).
Pemerintah dalam mewujudkan good governance salah satunya adalah dengan
mengaplikasikan berbagai teknologi informasi untuk memberikan informasi dan pelayanan
dalam e-government. E-Government merupakan kependekan dari elektronik pemerintah. E-
Government adalah suatu upaya dalam rangka mengembangkan penyelenggaraan
kepemerintahan berbasis elektronik. E-Government sebagai suatu penataan sistem
manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan
pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis dipandang sebagai sebuah
alat yang dapat meminimalisir korupsi (Rahayu, 2018). Adapun arti lain dari E-Government
adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan
pelayanan bagi warganya dalam urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan
pemerintahan (“e-government”, 2012). Melalui e- government, masyarakat akan semakin
mudah dalam berinteraksi dengan satuan-satuan dalam pemerintah sehingga tercipta
mekanisme kebijakan dan pelayan publik yang terbuka dan demokratis.
B. Landasan Teori
1. Konsep e-Government
Dalam pengoptimalan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi terbentuk
sebuah sistem manajemen dan aktivitas kerja di lingkungan pemerintahan. e-government
atau electronic government merupakan suatu upaya untuk menyebarluaskan bentuk
kepemerintahan yang berbasis elektronik. Di dalam buku E-government In action
(2005:5) menyatakan E-government adalah suatu usaha menciptakan suasana pelayanan
pemerintah yang sesuai dengan objektif bersama (shared goals) dari sejumlah komunitas
yang berkepentingan, oleh karena itu visi yang dicanangkan juga harus mencerminkan
visi bersama dari pada stakeholder yang ada misalnya :
a. Memperbaiki produktifitas dan kinerja operasional pemerintah dalam melayani
masyarakatnya.
b. Mempromosikan pemerintah yang bersih dan transparan
c. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui kinerja pelayanan publik.
d. Menjamin terciptanya penyelenggaraan negara yang demokratis.

Menurut Indrajit (2005), e-gov dapat memperbaiki manajemen internal dan


peningkatan pelayanan publik. Dengan e-gov dapat mempermudah, mempermurah,
mempercepat, memperingan dan memperindah kehidupan serta mempercepat akselarasi
pembangunan ICT antara daerah, regional, nasional.
Dalam jurnal Habibullah (2010) mengutip Mustopadidjaja (2003) e-gov juga
dapat dipahami sebagai penggunaan teknologi berdasarkan WEB (jaringan), komunikasi
internet, dan dalam kasus tertentu merupakan aplikasi interkoneksi untuk memfasilitasi
komunikasi dan memperluas akses ke dan atau dari pemberian layanan dan informasi
pemerintah kepada penduduk, dunia usaha, pencari kerja, dan pemerintah lain, baik
instansional maupun antar negara.
Dalam Indrajit (2006) mengutiip Menurut bank dunia (World Bank) egovernment
yaitu :
E-government refers to the use by government agencies of information
technologies (such as wide area networks, the internet, and mobile computing) that have
the ability to transform relations with citizens, businesses, and other arms of government.
Sedangkan e-government (variabel bebas) menurut Richardus (2004:4) yaitu:
merupakan suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintahan dengan masyarakat dan
kalangan lain yang berkepentingan dimana melibatkan penggunaan teknologi informasi
dengan tujuan memperbaiki mutu pelayanan yang selama berjalan. (Indrajit: 2005).
Dari beberapa contoh definisi yang telah dipaparkan diatas, terdapat tiga
kesamaan karakteristik dari setiap definisi e-government yang ada, berikut tiga persamaan
karakteristik tersebut :
a. Merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern) antara pemerintah dengan
masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan (stakeholder);dimana
b. Melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet);dengan tujuan
c. Memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan publik. (indrajit:2005)
2. Tujuan e-government
Pengembangan e-government merupakan upaya untuk mengembangkan
penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Terdapat empat tujuan
yang dibuat untuk menjalankan pengembangan egovernment, yaitu:
a. Terbentuknya sebuah jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang
berkualitas, dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, dapat dijangkau disetiap
masyarakat dan wilayah di seluruh Indonesia.
b. Meningkatkan perkembangan perekonomian, mempertahankan stabilitas ekonomi,
dan dapat bersaing dengan perdagangan internasional melalui hubungan interaktif
dengan dunia usaha.
c. Terbentuknya mekanisme dan pola komunikasi dengan lembaga-lembaga negara
dan menyediakan fasilitas-fasilitas seperti dialog publik dengan masyrakat
sehingga ikut berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara.
d. Terbentuknya proses kerja dan sistem manajeme yang transparan dan efisien serta
memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah
daerah otonom. (Yahya:2015)
3. Manfaat e-govermnet
Negara amerika dan inggris adalah dua negara besar yang telah
mengimplementasikan konsep e-government, manfaat yang didapat dengan adanya
penerapan e-government di suatu negara dijabarkan oleh Al Gore dan Tony Blair, antara
lain:
a. Memperbaiki kualitas mesyarakat pemerintah kepada para stakeholder-nya
(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam kinerja efektifitas dan
efisiensi di berbagai bidang kehidupan dan bernegara
b. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintah dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Government.
c. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi dan interaksi yang
dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk kepentingan sehari-hari.
d. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat
menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai
perubahan global dan tren yang ada dan sebagiannya. (Yahya:2015)
4. Keterbukaan Informasi Publik dan Kewajiban Pemerintah
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018 tentang
Keterbukaan Informasi Publik telah mengatur mengenai keterbukaan dan transparansi
informasi pada sektor atau badan publik. Badan publik adalah salah satu sumber atau
penyedia informasi. Dengan adanya UU KIP, arah kebijakan pelaksanaan dituangkan
dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Publik.
Pengertian informasi, informasi publik, dan badan publik yang tercantum pada
pasal 1 dan Bab I dari UU KIP tersebut adalah sebagai berikut:
a. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang
mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasan yang
dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan
format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara
elektronik ataupun nonelektronik.
b. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
dan/ atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara
dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan
publik lainnya yang sesuai dengan Undang-undang ini serta informasi lain yang
berkaitan dengan kepentingan publik
c. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
berfungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi
nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah,
sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.
Kewajiban badan publik dalam menyediakan informasi publik diatur dalam pasal
7 yaitu sebagai berikut:
a. Badan publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi
publik yang berada di bawah kewenanganya kepada pemohon informasi publik,
selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.
b. Badan publik wajib menyediakan informasi publik yang akurat, benar, dan tidak
menyesatkan.
c. Untuk melaksanakan kewajiban yang di maksud pada ayat (2),badan publik harus
membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk
mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan
mudah.
Setiap badan publik wajib mengumumkan informasi publik secara berkala.
Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala oleh badan publik diatur
dalam pasal 9 ayat 2, yaitu :
a. Informasi yang berkaitan dengan badan publik.
b. Informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik terkait.
c. Informasi mengenai laporan keuangan, dan/atau
d. Informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. (Hermana:2012)
C. Analisis
1. Kebijakan dan strategi pengembangan e-government Provinsi Jawa Barat
Visi e-Government Indonesia adalah meningkatkan kinerja di lingkungan
pemerintah sektoral dan regional, melaksanakan koordinasi dan reformasi birokrasi, serta
meningkatkan kualitas layanan publik dalam rangka mewujudkan Good Governance
(Hasibuan, Zainal A., 2012). Adapun misi e-Government Indonesia, meliputi: (a)
Meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas di seluruh lingkungan pemerintah
sektoral dan regional; (b) Meningkatkan kualitas pelayanan publik; (c) Meningkatkan
koordinasi antar instansi; dan (d) Mendukung pelaksanaan reformasi birokrasi. Sementara
tujuan dan manfaat e-Government adalah (a) Meningkatkan produktivitas lembaga
pemerintahan; (b) Membantu pencapaian outcome tertentu bagi lembaga pemerintahan;
(c) Membantu pelaksanaan reformasi birokrasi di lembaga pemerintahan; (d) Membantu
kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat; dan (e) Mengintegrasikan berbagai
layanan antar lembaga pemerintahan.
Indonesia melalui pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres)
Nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-
Government, dan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi tentang Pengembangan
eGovernment, yang dijadikan sebagai dasar kebijakan dalam pengembangan e-
Government di Indonesia. Inpres tersebut merupakan suatu regulasi yang berisikan
panduan tentang Strategi Pengembangan e-Government yang dilengkapi dengan berbagai:
panduan tentang e-Government, panduan pembangunan infrastruktur portal pemerintah,
panduan manajemen sistem dokumen elektronik pemerintah, panduan rencana induk
pengembangan e-Government lembaga, panduan penyelenggaraan situs web pemerintah
daerah, panduan tentang pendididikan dan pelatihan SDM e-Government. Dalam
implementasinya, berbagai panduan yang telah dihasilkan oleh Kemkominfo pada tahun
2004 yang pada dasarnya telah menjadi acuan bagi penyelenggaraan e-Government di
pusat dan daerah (Satriya, Eddy., 2006).
Pengembangan e-Government, dapat dilaksanakan melalui 6 (enam) strategi
sebagai berikut:
a. Mengembangkan sistem pelayanan yang andal, terpercaya, dan terjangkau masyarakat
luas. Sasarannya adalah perluasan dan peningkatan kualitas jaringan komunikasi ke
seluruh wilayah negara dengan tarif terjangkau. Sasaran lain adalah pembentukan
portal informasi dan pelayanan publik yang dapat mengintegrasikan sistem
manajemen dan proses kerja instansi pemerintah.
b. Menata sistem dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah otonom secara
holistik. Dengan strategi ini, pemerintah ingin menata sistem manajemen dan
prosedur kerja pemerintah agar dapat mengadopsi kemajuan teknologi informasi
secara cepat.
c. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang ingin dicapai adalah
standarisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran dan transaksi
informasi antar portal pemerintah. Standarisasi dan prosedur yang berkaitan dengan
manajemen dokumen dan informasi elektronik. Pengembangan aplikasi dasar, seperti
e-billing, e-procurement, e-reporting yang dapat dimanfaatkan setiap situs pemerintah
untuk menjamin keamanan transaksi informasi dan pelayanan publik. Sasaran lain
adalah pengembangan jaringan intra pemerintah.
d. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi
dan teknologi informasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya partisipasi dunia
usaha dalam mempercepat pencapaian tujuan strategis e-Government. Ini artinya
pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya dilayani oleh pemerintah.
e. Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia, baik pada pemerintah maupun
pemerintah daerah otonom disertai dengan meningkatkan eliteracy masyarakat.
f. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan
terukur. Dalam pengembangan e-Government, dapat dilaksanakan dengan empat
tingkatan, yaitu, persiapan, pematangan, pemantapan, dan pemanfaatan.
2. Penerapan e-government provinsi Jawa Barat
Pada Provinsi Jawa Barat Terdapat 27 kabupaten dan kota telah memiliki situs
web resmi pemerintah daerah. Namun dari 27 situs web yang ada di Jawa Barat belum
semua melakukan penerapan e-government dalam ketersediaan informasi dalam situs
web, terutama kurangnya ketersediaan informasi keuangan serta aksesbilitas terhadap
situs web pada kabupaten dan kota di Jawa Barat. Sebagai contoh beberapa
Kabupaten/Kota yang telah menyajikan informasi keuangan sebagai wujud transparansi
dalam pemerintahan yang baik, yaitu: Kabupaten Bogor telah melakukan penerapan e-
government dan telah menyajikan informasi keuangan yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) tahun 2017 dan Anggaran Pemerintah dan Belanja Daerah (APBD)
tahun 2018, Kabupaten Kuningan telah melakukan penerapan e-government dan telah
menyajikan informasi keuangan meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tahun 2017
dan Anggaran Pemerintah dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2017, Kota Cirebon telah
melakukan penerapan e-government dan telah menyajikan informasi keuangan meliputi
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tahun 2015 dan Rancangan Anggaran Pemerintah dan
Belanja Daerah (RAPBD) tahun 2014, Kota Bandung telah melakukan penerapan e-
government dan telah menyajikan informasi keuangan meliputi ringkasan rancangan
Anggaran Pemerintah dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2016 dan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) tahun 2014, dan beberapa kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat belum
menyajikan informasi keuangan.
Dari beberapa informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa belum semua
kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat melakukan perbaruan terhadap informasi keuangan
yang tersedia di website daerah dan beberapa kabupaten/kota lainnya, akses informasi
keuangan bagi masyarakat masih sulit. Hal ini menunjukkan bahwa transparansi pada
website Pemerintah Daerah Jawa Barat masih belum optimal dan dapat dikatakan bahwa
Pemerintah Daerah Jawa Barat dalam penyajian informasi keuangan belum sepenuhnya
melakukan transparansi.
Eksistensi situs web pemerintah daerah di provinsi Jawa Barat sebagai media
keterbukaan informasi publik belum maksimal. Undangundang Keterbukaan Informasi
Publik No. 14 Tahun 2008 pada website Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat belum
sepenuhnya diterapkan dalam website resmi Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.
Informasi Publik Yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala belum
sepenuhnya diterapkan sesuai kategori yang ada diantaranya yang paling banyak tidak
menerapkan kategorinya yaitu tentang informasi tentang tata cara pengaduan mengenai
penyalahgunaan wewenang, informasi tentang prosedur peringatan dini dan evakuasi
keadaan darurat, ringkasan akses informasi publik, informasi tentang peraturan,
keputusan, dan atau kebijakan yang mengikat dan berdampak bagi publik dan informasi
tentang pengumuman pengadaan barang dan jasa.
Informasi Publik Yang Wajib Diumumkan Secara Serta Merta memiliki empat
kategori yaitu bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial, standar pengumuman
informasi dan dalam 27 website Kabupaten/Kota masih sedikit dalam menerapkan atau
menyediakan informasi tentang bencana sosial, sedangkan dalam menyediakan informasi
bencana alam, bencana non-alam dan standar pengumuman informasi hanya terdapat
beberapa Kabupaten/Kota yang telah tersedia pada website.
Informasi Yang Wajib Tersedia Setiap Saat belum sepenuhnya diterapkan sesuai
kategori yang ada diantaranya yang paling banyak tidak menerapkan kategorinya yaitu
surat menyurat pimpinan atau pejabat publik, data perbendaharaan atau inventaris,
informasi tentang peraturan, keputusan dan/atau kebijakan publik, dan surat-surat
perjanjian dengan pihak ketiga.
Implementasi keterbukaan informasi keuangan pemerintah daerah di provinsi
Jawa Barat belum maksimal. Hanya terdapat sebagian yang telah menerapkan
keterbukaan informasi keuangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintah yaitu dari 27 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa
Barat hanya 12 Kabupaten/Kota atau 44% yang telah menerapkan keterbukaan informasi
keuangan.
D. Kesimpulan dan saran
pengelola situs web Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat untuk menerapkan prinsip
good governance secara menyeluruh sesuai dengan Undang-Undang No 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, yang mengatur mengenai penyelenggaraan negara dengan asas-
asas good governance dan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik No. 14 Tahun
2008 serta pengelola situs web dapat lebih memudahkan pengunjung yang akan mencari
informasi dengan menyertakan link pada seluruh sub menu yang telah tersedia pada website
sehingga kedepannya dapat menambah kepercayaan masyarakat terhadap aparatur negara.
DAFTAR PUSTAKA
Adelia, T., Wulan, R. R. & Nurfebiaraning, S., 2016. Pengaruh kualitas pelayanan
egovernment Kantor Imigrasi Kelas II Karawang terhadap kepuasan pengguna jasa
keimigrasian melalui internet. Bandung, Universitas Telkom, pp. 2517-2526.
Alamanda, D. T. et al., 2018. The roles of M2M technology on the realisation of Bandung
Smart City. International Journal of Business and Globalisation, 21(1): 46-73.
Ali, M. A., Hoque, M. R. & Alam, K., 2018. An empirical investigation of the relationship
between e-government development and the digital economy: the case of Asian
countries. Journal of Knowledge Management, 22(5): 1176-1200.
Atthahara, H., 2018. Inovasi pelayanan publik berbasis e-government: studi kasus aplikasi
Ogan Lopian Dinas Komunikasi dan Informatika di Kabupaten Purwakarta. Jurnal
Politikom Indonesiana, 3(1): 66-77.
Bhatnagar, S., 2004. E-Government from Vision to Implementation: A Practical Guide with
Case Studies. 1st ed. New Delhi: Sage Publications India Pvt Ltd.
Budhirianto, S., 2014. Pengembangan Jabar Cyber Province sebagai media informasi dan
komunikasi. Jurnal Penelitian Komunikasi, 17(1): 55-68.
Budhirianto, S., 2015. Apresiasi masyarakat terhadap media website pada era keterbukaan
informasi publik di Jawa Barat. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Pembangunan,
16(1): 35-48.
Budhirianto, S., 2017. Pengembangan Kota Sukabumi dalam mewujudkan 'Sukabumi Cyber-
City'. Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan, 21(2): 109-111.
Direktorat e-Government, Ditjen. APTIKA – KEMKOMINFO RI, 2018. Pemeringkatan
eGovernment Indonesia (PeGI). [Online] Available at: http://pegi.layanan.go.id
[diakses tanggal 1 September 2018].
Erdinaya, L. K., Subekti, P. & Oktaviani, P., 2017. The process of transaction activity
between citizen and government through eGovernment in West Java provincial
government. Surakarta, KnE Social Sciences, p. 216–219.
Fajar, A. N., Budiardjo, E. K. & Hasibuan, Z. A., 2014. The R2FM method for requirement
analysis in software product line for egovernment applications. Rome, Institute of
Research Engineers and Doctors, pp. 102-106.
Hadiana, A. & Hirawan, D., 2016. Pemanfaatan COBIT 4.1 dalam perencanaan strategis
sistem informasi RPJM daerah. Infotech Journal, 2(1): 15-19.
Hermansyah, R. & Herliani, S., 2018. Penetapan key performance indicator untuk model
dashboard monitoring layanan pengadaan barang Diskominfo Jawa Barat.
Pangkalpinang, STMIK Atma Luhur, pp. 1370- 1375.

Anda mungkin juga menyukai