Anda di halaman 1dari 8

Perbandingan Hukum Tata Negara Indonesia dengan

Beberapa Negara di ASEAN

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3

JUSTISI | UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG 1


METODE PENELITIAN......................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................................6
A. Persamaan Hukum Ketatanegaraan Antara Indonesia dengan negara ASEAN..............................6
B. Perbedaan Hukum Ketatanegaraan Antara Indonesia dengan negara ASEAN..............................7
KESIMPULAN.....................................................................................................................................8
ACKNOWLEDGEMENT.....................................................................................................................8
REFERENSI..........................................................................................................................................8

Vol.xxxx, No.xxxx Perbandingan Hukum Tata Negara Indonesia dengan


2022 Beberapa Negara di ASEAN
Article History
Received:
Nama Penulis1,
Revised: 1
Fakultas/Program Studi, Universitas, atau Nama Instansi Lainnya. Email :
Accepted:
*(email correspondence):
Citation Suggestion:

Abstrak: Sistem hukum di negara-negara Asia Tenggara yang sekarang terdiri dari 10 negara bagian,

2
yaitu: tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang di diskusi ini
mencakup enam negara bagian, yaitu Bruney Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
dan Thailand, selain memiliki kesamaan, tetapi juga mengandung perbedaan. Negara-negara anggota
ASEAN, yaitu Myanmar, Vietnam, Kampuchea, dan Laos belum termasuk dalam penjelasan ini.
Mengandung kesamaan, karena umumnya pada prinsipnya hampir semua basi di dunia mengadopsi
teori Trias Politica dari Charles Secondat Baron de Labriede et de Montesquieu yang ditulis dalam
bukunya L 'Esprit des Lois (1748). Mengandung perbedaan, karena pengaruh yang luar biasa dari
yang besar tradisi hukum yang dipengaruhi oleh praktek pelaksanaan pemerintahan di dunia, kecuali
pengaruh hukum adat dan hukum adat yang tumbuh, hidup, dan berkembang di suatu negara,
termasuk di negara-negara Asia Tenggara.
Kata Kunci : Hukum Tata Negara, Indonesia, ASEAN

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki populasi lebih dari 260 juta. Mayoritas etnis adalah orang Jawa membentuk 45%
dari populasi. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan resmi di Indonesia, meskipun lebih dari
700 bahasa dan dialek digunakan. Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang paling umum digunakan,
diikuti oleh bahasa Belanda dan Prancis. Indonesia secara resmi mengakui enam agama, yaitu Islam,
Katolik, Protestan, Konghucu, Hindu, dan Budha. 85% dari populasi mengidentifikasi sebagai
Muslim, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia.1
Sistem hukum Indonesia saat ini berasal dari sistem common law, hukum Islam, dan tradisi hukum
Barat, yang merupakan komponen utama pembentukan hukum Indonesia. Menurut Achmad Ali,
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem campuran atau campuran yang di
dalamnya berlaku legislasi, common law, dan legislasi Islam. Dalam pandangan Eric L. Richard
tentang pengelompokan sistem hukum utama yang berkembang di dunia, sistem hukum Indonesia
adalah sistem hukum Timur Jauh (Far Eastern law), yang merupakan dasar Islam yang kompleks,
merupakan sistem hukum. Fondasi perusahaan. Sistem hukum Timur Jauh dicirikan oleh penekanan
pada harmoni dan ketertiban sosial dan menghindari proses hukum yang birokratis. 2
Hak dan kewajiban negara adalah hak dan kewajiban seseorang yang menurut standar dianggap
sebagai lembaga negara, yaitu yang menjalankan tugas tertentu yang ditentukan oleh sistem hukum.
Fungsi dapat memiliki kandungan hak dan kewajiban. Juga merupakan kewajiban jika seseorang
dapat dikenakan sanksi jika fungsinya tidak dilakukan. Menurut definisi hukum nasional, suatu
negara tidak dapat dituntut melakukan suatu tindak pidana, tetapi suatu negara dapat berkewajiban
untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh perbuatan yang tidak memenuhi kewajibannya.
Artinya lembaga negara berkewajiban untuk mencegah perbuatan melawan hukum dari orang yang
berkewajiban menghukum orang tersebut sebagai lembaga negara dan mengganti kerugian yang
diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum dari barang milik negara. 3
Perhatikan bahwa Indonesia telah mengalami beberapa perubahan presiden yang tidak biasa. Dua
dari empat presiden Republik Indonesia (Sukarno dan Abdurrahman Wahid) diberhentikan lebih
awal. Presiden Soekarno diberhentikan oleh Dewan Nasional Sementara setelah Nota Kesepahaman
Majelis Rakyat Gotong royong tahun 1967 mengeluarkan TAPMPRS-RI No. XXXIII/MPRS/1967.
1
Robin Gardner, MLS, The University of Melbourne, Southeast Asean Legal Research Guide: Introduction to
Indonesia & Its Legal System, Diakses Pada Hari Jum’at, Tanggal 17 Juli 2020, Pukul 11.50 WIB,
(https://unimelb.libguides.com/c.php?g=402982&p=6375252)
2
Nasarudin Umar, Konsep Hukum Modern: Suatu Perspektif Keindonesiaan, Integrasi Sistem Hukum Agama
dan Sistem Hukum Nasional, Walisongo, Volume 22, Nomor 1, Mei 2014, hlm.158
3
Hans Kelsen, General Theory of Law and State, terj. Raisul Muttaqien, Teori Umum tentang Hukum dan
Negara (Cet. IX; Bandung: Nusa Media, 2014), h. 285-286.

3
Kemudian, pada 23 Juli 2001, MPR-RI menggelar sidang khusus yang mengesahkan TAMPPR-RI
Nomor II/MPR/2001, dan didakwakan kepada Presiden MPR-RI Abdurrahman Wahid. Garis besar
kebijakan nasional.4
Faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan posisi presiden adalah UUD 1945 pra-amandemen tidak
secara eksplisit memakzulkan presiden. Satu-satunya ketentuan UUD 1945 sebelum perubahan yang
secara jelas mengatur kemungkinan impeachment oleh Presiden adalah Pasal 8 UUD 1945, yang
menyatakan:
“Jika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya
ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.”
Kemudian penjelasan UUD 1945 angka VII alinea ketiga sebelum amandemen terhadap Pasal 8
tersebut, menyatakan :
“Jika Dewan menganggap bahwa Presiden sungguh melanggar haluan negara yang telah ditetapkan
oleh Undang-Undang Dasar atau Majelis Permusyawaratan Rakyat, Majelis itu dapat diundang
untuk persidangan istimewa agar supaya bisa meminta pertanggungjawaban Presiden.”
Lebih lanjut lagi mengenai ketentuan pelaksanaan sidang istimewa ini diatur dalam TAP MPR nomor
III tahun 1978 Jo. TAP MPR nomor VII tahun 1973. Alasantentang pemakzulan presiden tercantum
dalam kententuan tersebut, yang berbunyi: “Presiden sungguh melanggar haluan negara yang telah
ditetapkan UUD atau oleh MPR.”
Di dalam bukunya Sistem-sistem Pemerintahan Negara-Negara ASEAN, Sri Soemantri
Martosoewignjo mengatakan:
“Bagi negara atau negara-negara yang menganut ajaran tripraja, maka sistem pemerintahan berarti
suatu perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh organ-organ legislatif, eksekutif, dan judisiil yang
dengan bekerja bersama-sama hendak mencapai suatu maksud atau tujuan ... bahwa di samping
sistem presidensiil atau sistem pemerintahan presidensiil dan sistem parlementer atau sistem
pemerintahanparlementer, masih dikenal adanya sistem pemerintahan yang lain.” 5
Klasifikasi yang dibuat John Henry Maryman dalam bukunya The Common Law Tradition (1969)
mengenai tradisi hukum berbagai negara, termasuk yang tergabung dalam Association of Southeast
Asian Nations (ASEAN). Dari tradisi hukum tersebut, yaitu tradisi hukum perdata (civil law), tradisi
hukum adat (common law) dan tradisi hukum sosialis (socialist law). 6
Bagir Manan menjelaskan, peran lembaga legislatif di suatu negara bergantung pada tradisi hukum
negara tersebut. Ada dua tradisi (asas) hukum utama di dunia ini: tradisi hukum perdata (civil law
tradition) dan tradisi hukum Anglosaxis (tradisi common law). Beberapa orang membagi tradisi
hukum menjadi tiga kelompok. Artinya, selain kedua tradisi hukum tersebut, terdapat tradisi hukum
yang ketiga, yaitu tradisi hukum sosialis. Pengelompokan menjadi dua atau tiga tradisi hukum secara
inheren lebih bersifat historis atau akademis. Kenyataannya, terdapat sistem hukum (negara) yang
secara bersamaan menggabungkan ciri tradisi hukum perdata dan tradisi hukum Anglo-Saxon. Ini
adalah kombinasi dari tradisi hukum perdata dan tradisi hukum Anglo-Saxon, kombinasi dari hukum
perdata. Tradisi hukum tradisi dan sosialis, atau gabungan antara tradisi hukum anglo-saksis dan

4
Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden, Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden Menurut UUD 1945
(Jakarta: Konstitusi Press, 2014), h. 2.
5
M.Moeslim Taher, Sis/em Pemerintahan Pancasila, Nusa Bangsa, Jakarta, 1978, hal. 3.
6
Lihat Abdul Hakim Garuda Nusantara, "Kebijaksanaan dan Strategi Pembangunan Hukum di Indonesia:
Sebuah Tinjauan Kritis Politik Pembinaan Hukum Nasional", dalam Artidjo Alkostar dan M. Sholeh Amin,
Pembangunan Hukum Da/am Perspektif Palilik HlIkllm Nasional, CV. Rajawali, Jakarta, 1986, hal. 154-155.

4
tradisi hukum sosialis. Tidak semua sistem hukum dapat ditempatkan pada salah satu dari ketiga
kelompok di atas. Misalnya, negara yang menyamakan tradisi hukum menurut ajaran Islam (tradisi
hukum Islam).
Ada banyak perbedaan di antara mereka, tetapi kesamaan konsep dalam tradisi hukum sosialisme
adalah salah satu ciri negara-negara sosialis ini. Begitu pula dengan tradisi hukum ajaran Islam. Saat
ini, berbagai kegiatan terlihat menampilkan rekonstruksi Islam. Kebangkitan ini tidak hanya
didorong oleh persepsi Islam sendiri, tetapi juga oleh peningkatan aktivitas akademik dalam
pencarian Islam. Kebangkitan ini tentu akan mempengaruhi upaya untuk mengubah hukum Islam
menjadi hukum positif . Atau setidaknya menjadikannya sumber politik hukum yang tidak bisa
diabaikan, terutama politik legislatif.7

METODE PENELITIAN
Survei ini menggunakan survei normatif, yaitu jenis survei yang menganalisis dan menyelidiki
ketentuan hukum dan sumber tertulis lainnya seperti buku, majalah, artikel, kamus, majalah, dan surat
kabar..

PEMBAHASAN
A. Persamaan Hukum Ketatanegaraan Antara Indonesia dengan negara ASEAN
1. Unsur-unsur dalam Sisten Hukum
Dari segi unsur hukum, semua negara anggota ASEAN, dalam hal ini Brunei, Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura dan Thailand, menunjukkan kesamaan dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Struktur Mahkamah Agung dan lembaga peradilan di bawahnya, serta lembaga penegak
legislatif (kerangka atau kerangka kerja).
b. Aturan, aturan, dan pola perilaku aktual di berbagai bidang kehidupan warga negara yang
bersangkutan.
c. Sikap warga negara terhadap hukum dan sistem hukum berupa keyakinan, nilai, persepsi,
gagasan, dan harapan yang memungkinkan berfungsinya proses hukum.
2. Cara Pandang Hukum dalam Sistem Hukum
Sejauh pendapat hukum tentang tatanan hukum yang bersangkutan, semua negara ini memiliki
kesamaan.
a. Seperangkat undang-undang dan peraturan, dari yang tertinggi hingga yang terendah dalam
bentuk konstitusi, ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk negara bagian federal (negara
non-Malaysia) atau negara bagian federal (Malaysia).
b. Pendekatan yang luas mencakup semua aspek kontrol sosial.
3. Jenis Aturan dalam Sistem Hukum
Semua negara ini pada umumnya memiliki kesamaan:
a. Aturan sekunder (aturan tentang aturan). Ini adalah seperangkat aturan untuk membuat
undang-undang.

7
Lihat Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konslitusi Suatu Negara, CV. Mandar Maju, Bandung,
1995, hal. 18-20.

5
b. Aturan Primer ialah seperangkat aturan yang mengatur perilaku sebenarnya dari semua warga
negara yang bersangkutan.
B. Perbedaan Hukum Ketatanegaraan Antara Indonesia dengan negara ASEAN
1. Unsur-unsur dalam Sistem Hukum
Ada perbedaan unik dalam unsur-unsur sistem hukum:
a. Struktur ini diterjemahkan ke dalam tradisi hukum regional dan domestik yang dipengaruhi
oleh tradisi hukum terpenting di dunia (tradisi hukum Eropa kontinental, tradisi hukum terkait
kebijaksanaan, tradisi hukum Islam).
b. Aturan-aturan, dan pola perilaku yang sebenarnya di berbagai bidang kehidupan warga
negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh Konstitusi dan peraturan perundang-undangan
yang mendasarinya, yang pembentukannya adalah hukum regional/nasional dan global. oleh
tradisi.
c. Keyakinan, nilai, kesadaran, gagasan, sikap terhadap hukum yang berupa harapan dan tatanan
hukum warga negara mengarah pada serangkaian proses hukum yang disesuaikan dengan
keadaan, keadaan, dan permasalahan masing-masing negara..
2. Cara Memandang Hukum dalam Sistem Hukum
Ada perbedaan dari satu negara ke negara lain mengenai pendapat hukum dalam sistem hukum.
a. Seperangkat undang-undang dan peraturan yang berbeda, dari yang tertinggi dalam bentuk
konstitusi hingga aturan terendah yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk satu negara
bagian (negara non-Malaysia) atau negara bagian (Malaysia), adalah seperangkat hukum
yang hidup, kebutuhan yang ada Dan berdasarkan masalah atau tantangan yang dihadapi.
b. Keberagaman tersebut didasarkan pada bentuk pemerintahan (kerajaan atau republik), bentuk
pemerintahan (presiden atau parlemen), hukum yang hidup, kebutuhan mendesak, dan
masalah atau tantangan dalam semua aspek kontrol sosial.
3. Jenis Aturan dalam Sistem Hukum
Ada perbedaan tertentu di setiap negara mengenai jenis peraturan dalam sistem hukum.
a. Aturan sekunder (aturan yang terkait dengan aturan). Ini adalah seperangkat aturan yang
dirancang untuk membuat undang-undang dan peraturan sesuai dengan kebutuhan, masalah,
atau tantangan yang Anda hadapi.
b. Aturan Primer, seperangkat peraturan yang mengatur perilaku aktual setiap warga negara
yang bersangkutan, tergantung pada kebutuhan, masalah atau tantangan yang mereka hadapi.

KESIMPULAN
Sistem hukum yang berbeda antara Indonesia dengan negara ASEAN lainnya karena diketahui bahwa
civil law merupakan sistem hukum Indonesia yang berasal dari Eropa khususnya Negara
Belanda yakni Eropa Kontinental sedangkan pada Singapura digunakan sistem hukum Anglo Saxon
atau common law. Selain itu, diketahui bahwa negara Indonesia merupakan negara kesatuan.
Pada negara Indonesia, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat sehingga dapat dikatakan
bahwa kekuasaan dari pemimpin tidak memiliki sifat mutlak. Presidensial merupakan sistem
pemerintahan Indonesia. Badan yudikatif, eksekutif dan juga legislatif merupakan badan yang
terdapat pada sistem pemerintahan presidensial. Pada sistem pemerintahan presidensial, Presiden

6
sebagai kepala pemerintahan dan juga kepala negara.Parlementer merupakan sistem pemerintahan
dari negara Singapura. Pada konstitusi negara Singapura tercantum beberapa lembaga yang
memegang kekuasaan yudikatif, eksekutif dan juga legislatif. Presiden merupakan kepala negara
Singapura. Kabinet yang ada pada negara Singapura dipimpin oleh Perdana Menteri dan
diketahui bahwa pada negara Singapura, kabinet melaksanakan administrasi pemerintahan. Pada
konstitusi di pemerintahan Indonesia terdapat hukum dasar tertulis, yakni UUD Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. UUD 1945 mengalami empat kali amendemen selama tahun 1999
sampai dengan 2002, yang mengubah susunan lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia. Konstitusi Singapura adalah hukum tertinggi negara dan telah berlaku sejak
diberlakukannya pada 22 Desember 1965. Majelis Nasional memiliki wewenang untuk
mengubah sebagian besar ketentuan konstitusi melalui suara mayoritas. Namun, beberapa
ketentuan penting hanya dapat diubah melalui referendum nasional.

ACKNOWLEDGEMENT
Dalam penulisan ini saya mengucapkan terima kasih kepada dosen saya yang telah membimbing saya
dalam menyelesaikan penulisan ini. Serta tidak lupanya saya mengucapkan terima kasih kepada orang
tua dan teman-teman saya yang telah mensupport saya.

REFERENSI

ASEAN Law Association. 1995. ASEAN Legal Systems, Butterworths Asia, Singapore, Malaysia,
Hongkong.
Attamimi, A. Hamid S. 1990. Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Disertasi, Fakultas Pascasarjana UI,
Jakarta.
Basah, Sjachran. 1989. Hukum Tata Negara Perbandingan, Bandung: PT. Alumni.
Friedman, Lawrence M. 1998. American Law An Introduction, Revised and Updated Ed., W. W.
Norton & Company, New York, London
Manan, Bagir. 1995. Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, Bandung: CV.
Mandar Maju
Nusantara, Abdul Hakim Garuda. 1986. "Kebijaksanaan dan Strategi Pembangunan Hukum di
Indonesia: Sebuah Tinjauan Kritis Politik Pembinaan Hukum Nasional", dalam
Artidjo Alkostar dan M. Sholeh Amin, Pembangunan Hukum Dalam Perspektif
Politik Hukum Naisonai, Jakarta: CV. Rajawali.
Martosoewignjo, Sri Soemantri. 1984. Pengantar Perbandingan Antara Hukum Tata Negara, Jakarta:
CV. Rajawali.
Peaslee, Amos J.1985. Constitutions of Nations: Volume II- Asia, Australia and Oceania, Revised
Fourth Edition, Martinus Nijhoff Publishers, Dordrecht, Boston, Lancaster.
Rahardjo, Satjipto. 1986. Ilmu Hukum, Cetakan Kedua (Cetakan Pertama 1982), Bandung: PT.
Alumni
Rasjidi, Lili. 1988. Filsafat Hukum: Apakah Hukum Itu? Bandung: Remadja Karya
Roestandi, Achmad. 1980. Pengantar Teori Hukum, Bandung: Fakultas Hukum UNINUS.
Shrode, William A. and Dan Voich. 1974. Organization and Management, Basic Systems Concepts,
Florida State University Press, TlIahassee.
Taher, Moeslim M. 1978. Sistem Pemerintahan Pancasila, Jakarta: Nusa Bangsa.

7
8

Anda mungkin juga menyukai