D
I
S
U
S
U
N
Oleh
A.KAHAR MARANJAYA
1
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
A. Penilaian
1. Tugas 30%
2. Midle Test 30%
3. Final Test 40%
B. Tugas
Masing-masing mahasiswa membuat Tugas (karya ilmiah) bertemakan Pancasila dan/atau
Indonesia. Dikerjakan sesuai dengan Pedoman Pembuatan Karya Ilmiah (PPKI) Umumnya.
Dikumpulkan pertemuan ke- 7 (tujuh) Ujian Tengah Semester (UTS)
dan dipresentasikan secara bergantian pada pertemuan ke 9 (sembilan) dan
seterusnya.
2
1. Mahasiswa diharapkan dengan kesadaran sendiri hadir tepat waktu dengan maksimum
keterlambatan 15 menit. Keterlambatan dosen selama 15 menit tanpa pemberitahuan
berarti kelas dinyatakan kosong.
2. Mahasiswa diharapkan dengan kesadaran sendiri berpakaian rapi dan sopan, tidak
merokok di kelas, tidak berbicara dengan rekannya dikelas (kecuali acara diskusi), tidak
mengganggu jalannya perkuliahan.
3. Mahasiswa diharapkan dengan kesadaran sendiri, tidak menyalakan telephon genggam di
dalam kelas.
4. Mahasiswa mempunyai hak untuk mengikuti ujian akhir semester: jika mengikuti kuliah
minimal 80% dan mengumpulkan tugas terstruktur.
5. Mahasiswa yang tidak bisa hadir mengikuti perkuliahan diharuskan membuat surat izin
(surat keterangan).
6. Dosen dapat menugaskan Mahasiswa secara mandiri dan/atau kelompok, untuk
membahas Pokok Bahasan tertentu.
3
Pertemuan Ke-Satu.
4
Dengan berdasarkan tujuan tersebut,maka hakim tidak dapat leluasa untuk menciptakan
hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum.hakim hanya berfungsi menetapkan dan
menafsirkan pertauran-peraturan dalam batas-batas kewenangannya.putusan hakim hanya
mengikat para pihak yang berperkara saja (Doctrin Re Ajudicata).
Sumber-sumber hukum dalam sistem hukum eropa kontinental adalah :
1. Undang-undang yang dibentuk oleh badan legislatif
2. Peraturan yang dibuat oleh badan eksekutif berdasarkan Undang-undang.
3. Kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan diterima sebagai hukum selama tidak
bertentangan dengan Undang-undang.
Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara
individu-individu dalam masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Contoh yang termasuk hukum privat yaitu :
1. Hukum perdata
2. Hukum dagang
Perbedaan hukum privat dan hukum publik sulit dibedakan batas-batasnya karena:
1. Terjadinya proses sosialisasi didalam hukum sebgai akibat dari makin banyaknya
bidang-bidang kehidupan masyarakat yang menyangkut kepentingan umum yang
perlu dilindungi hukum.
2. Semakin banyaknya turut campur negara dalam bidang kehidupan
perorangan,misalnya bidang perdagangan,perburuhan,agraria,
5
4. Menganut doktrin yang disebut “The doctrine of precedent atau stare defcisis ”
yang pada hakekatnya menyatakan bahwa dalam memutuskan perkara,seorang
hakim harus mendasarkan keputusannya kepada prinsip hukum yang sudah ada
berdasarkan putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya (prosedur).
Apabila putusan hakim yang terdahulu dianggap sudah ketinggalan dengan perkembangan
masyarakat,maka hakim dapat menetapkan putusan baru berdasarkan nilai
kebenaran,keadilan dan akal sehat (Common sense).dalam sistem hukum anglo saxon juga
mengenal pembagian hukum publik dan hukum privat.pengertian yang diberikan pada hukum
publik hampir sama dengan pengertian hukum publik di sintem hukum eropa kontinental.
Pengertian hukum privat lebih ditujukan pada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik (law of
Propority), tentang orang (law of person),tentang perjanjian (law of Contrac) dan perbuatan
melawan hukum (Law of tarts).
Perbedaan sistem hukum Anglo saxon dengan Sistem hukum eropa kontinental terdapat pada
:
1. Sistem hukum Anglo saxon tidak mengenal adanya kodifikasi seperti halnya
dalam sistem hukum eropa kontinental,tetapi tersebar dalam putusn
hakim,kebiasaan dan peraturan-peraturan administrasi negara.
2. Tugas hakim dalam sistem hukum Anglo saxon tidak hanya sebagai pihak yang
bertugas menetapkan dan menafsirkan hukum,melainkan juga membentuk seluruh
tata kehidupan yang mengikat umum.sedangkan dalam sistem hukum eropa
kontinental ,hakim tidak dapat secara leluasa untuk ,menciptakan hukum yang
mempunyai kekuatan mengikat umum,putusan hakim dalam suatu perkara hanya
mengikat para pihak yang berperkara saja (Doctrin Ras Ajudicata).
3. Dalam sistem hukum Anglo saxon,seorang hakim terikat dengan putusan hakim
lain dari perkara yang sejenis dalam memutuskan perkara (The doctrin of
precedent) ,sedangkan dalam sistem hukum eropa kontinental hakim boleh tidak
terikat dengan putusan hakim lain yang memutuskan perkara sejenis,asalkan tidak
bertentangan dengan Undang-undang.
6
2. Hukum adat tentang warga yang terdiri dari : Hukum perkawinan dan
kekluargaan,hukum tanah,hukum perhutangan,hukum waris.
3. Hkum adat delik.
7
Menurut Bagir Manan, dasar yuridis sangat penting dalam pembuatan peraturan
perundang-undangan karena akan menunjukkan :
a. Keharusan adanya kewenangan dari pembuat peaturan perundang-undangan.
b. Keharusan adanya kesesuaian bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan
dengan materi yang diatur, terutama diperintahkan oleh peraturan perundang-
undangan tingkat lebih tinggi atau sederajat.
c. Keharusan mengikuti tata cara tertentu.
d. Keharusan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi tingkatannya.
4. Landasan Politis
Landasan politis ialah garis kebijaksanaan politik yang menjadi dasar selanjutnya bagi
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan pegarahan ketatalaksanaan pemerintahan negara.
Hal ini dapat diungkapkan pada garis politik seperti pada masa Orde Baru yang
tertuang dalam GBHN atau pada masa Reformasi tertuang dalam Prolegnas dan
Prolegda. Ini memberikan pengarahan dalam pembuatan peraturan perundang-
undangan yang akan dibuat oleh badan yang berwenang. Atau dapat juga tertuang
dalam kebijakan nasional sebagai arah kebijakan pemerintah yang akan ditempuh
selama pemerintahannya ke depan. Kebijakan ini tertuang dalam kebujakan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Propenas). Semua itu dapat dikatakan sebagai
pijakan atau landasan politik yang akan ditempuh oleh negara.
C. Asas-asas Peraturan Perundang-Undangan
Prof.Purnadi Purbacaraka dan Prof.Soerjono Soekanto, meperkenalkan enam asas sebagai
berikut :
a. Undang-undang tidak berlaku surut;
b. UU yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi,mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi pula;
c. UU yang bersifat khusus mengenyampingkan UU yang bersifat umum (lex
specialis derogat legi generalis);
d. UU yang berlaku belakangan mengenyampingkan UU yang berlaku terdahulu
(lex posterior derogat legi priori);
e. UU tidak dapat diganggu gugat;
f. UU sebagai saran untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan
spiritual dan material bagi masyarakat maupun individu,melalui pembaharuan
atau pelestarian (asas welvaarstaat).
Dalam kaitan ini, Amiroeddin Syarif menetapkan adanya lima asas perundang-undangan,
yaitu :
a. Asas tingkatan hierarki;
b. UU tidak dapat diganggu gugat;
c. UU yang bersifat khusus mengenyampingkan UU yang bersifat umum (lex
specialis derogat legi generalis);
d. Undang-undang tidak berlaku surut;
e. UU yang berlaku belakangan mengenyampingkan UU yang berlaku terdahulu
(lex posterior derogat legi priori).
Asas “undang-undang tidak berlaku surut” berkaitan dengan lingkungan kuasa waktu atau
“tijdsgebied” atau “temporal sphere”. Hal itu pernah dikemukakan oleh Hans Kelsen
maupun JHA Logemann, yang berhubungan dengan teori tentang lingkup atau lingkungan
berlakunya hukum (geldingsgebied van het recht). Menurut Logemann, lingkungan kuasa
hukum meliputi empat hal, yaitu :
a. Lingkungan kuasa tempat (ruimtegebied atau territorial sphere).
8
Seperti diketahui,”daerah kekuasaan” berlakunya suatu Undang-undang dapat
meliputi seluruh wilayah negara, tetapi untuk suatu keadaan tertentu atau materi
tertentu hanya diberlakukan untuk suatu daerah tertentu (Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota).
b. Lingkungan kuasa persoalan (zekengebied atau material sphere).
Suatu materi atau persoalan tertentu yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
mengidentifikasi masalah tertentu. Dengan demikian, maka persoalan yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan menunjukkan lingkup materi yang diatur,
apakah persoalannya merupakan persoalan publik atau privat, persoalan perdata atau
pidana, dan sebagainya.Materi tersebut menunjukkan lingkup masalah atau persoalan
yang diatur.
c. Lingkungan kuasa orang (personengebied).
Dengan ditetapkannya subyek (orang) tertentu dalam peraturan perundang-
undangan,maka memperlihatkannya adanya pembatasan mengenai orangnya.
Misalnya, UU tentang Pegawai Negeri, UU tentang Tenaga Kerja, UU tentang Pidana
Militer, UU tentang Pajak Orang Asing, dan sebagainya menunjukkan bahwa
peraturan perundang-undangan tersebut hanya diberlakukan bagi kelompok orang
yang diidentifikasi dalam peraturan perundang-undangan tersebut.
d. Lingkungan kuasa waktu (tijdsgebied atau temporal sphere)
Lingkungan waktu menunjukkan kapan suatu peraturan perundang-undangan berlaku,
berlaku untuk masa tertentu atau masa tidak tertentu,mulai berlaku sejak ditetapkan
atau berlaku surut sebelum ditetapkan.Berlakunya suatu peraturan hukum ditentukan
oleh waktu.
9
Menurut A.Hamid S Attamimi,butir-butir materi muatan Undang-undang Indonesia
adalah:
1. Yang tegas-tegas diperintahkan oleh UUD 1945 dan Ketetapan MPR;
2. Yang mengatur lebih lanjut ketentuan UUD;
3. Yang mengatur hak-hak (asasi) manusia;
4. Yang mengatur hak dan kewajiban warganegara;
5. Yang mengatur pembagian kekuasaan negara;
6. Yang mengatur organisasi pokok lembaga-lembaga negara;
7. Yang mengatur pembagian wilayah/daerah negara;
8. Yang mengatur siapa warganegara dan cara memperoleh/kehilangan
kewarganegaraan;
9. Yang dinyatakan oleh suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang.
Bagir Manan, mengajukan empat ukuran untuk menetapkan materi atau obyek yang harus
diatur dengan Undang-undang, yaitu :
a. Materi yang ditetapkan dalam UUD 1945;
b. Materi yang oleh Undang-undang terdahulu akan dibentuk dengan undang-
undang;
c. Undang-undang dibentuk dalam rangka mencabut atau menambah Undang-
undang yang sudah ada;
d. Undang-undang dibentuk karena menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan hak-
hak dasar atau hak asasi manusia.
10
Pertemuan Ke-Dua & Ke-Tiga.
HUKUM KESEHATAN
A. Pengertian
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun
secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi Hukum Kesehatan Menurut pakar ahli hukum
Van Der Mijn, hukum kesehatan diartikan sebagai hukum yang berhubungan secara
langsung dengan pemeliharaan kesehatan yang meliputi penerapan perangkat hukum
perdata, pidana dan tata usaha negara atau definisi hukum kesehatan adalah sebagai
keseluruhan aktifitas juridis dan peraturan hukum dalam bidang kesehatan dan juga
studi ilmiahnya.
Leenen Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan hukum
di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentgang kesehatan
menyatakan yang disebut sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan
Indonesia(PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban
baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan
maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi,
sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta
sumber-sumber hukum lainnya. Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan,
yaitu yang menyangkut asuhan / pelayanan kedokteran (medical care / sevice)
11
unjuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna
baik lingkungan darat, udara, angkasa, maupun air.
Perbedaan hukum kesehatan (Health Law) dan hukum kedokteran (medical law):
hanya terletak pada ruang lingkupnya saja
Ruang lingkup hukum kesehatan meliputi semua aspek yang berkaitan dengan kesehatan
(yaitu kesehatan badaniah, rohaniah dan sosial secara keseluruhan)
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti
memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat
Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.
Tujuan hukum Kesehatan pada intinya adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban didalam
masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terpenuhi dan terlindungi. Dengan
demikian jelas terlihat bahwa tujuan hukum kesehatanpun tidak akan banyak menyimpang
dari tujuan umum hukum. Hal ini dilihat dari bidang kesehatan sendiri yang mencakup
aspek sosial dan kemasyarakatan dimana banyak kepentingan harus dapat diakomodir dengan
baik.
12
6. Asas kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiri - berarti bahwa
penyelenggaraan kesehatan harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan
dan kekuatan sendiri dengan memanfaatkan potensi nasional seluas-luasnya.
13
dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam melaksanakan kewenangannya, yaitu menemukan
hukum baru.
Zevenbergen mengartikan sumber hukum adalah sumber terjadinya hukum; sumber yang
menimbulkan hukum. Sedangkan Achmad Ali, sumber hukum adalah tempat di mana kita
dapat menemukan hukum.
Di bawah ini akan di jelaskan lebih jauh tentang hal-hal yang termasuk dalam sumber hukum
formal, sebagai berikut:
1. Undang-undang.
Undang-undang ialah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara
yang berwenang, dan mengikat masyarakat. UU di sini identik dengan hukum tertulis (Ius
scripta) sebagai lawan dari hukum yang tidak tertulis. (Ius non scripta). Istilah tertulis tidak
bisa diaertikan secara harafiah, tetapi dirumuskan secara tertulis oleh pembentuk hukum
khusus (speciali rechtsvormende organen).
UU dapat dibedakan dalam arti :
a. UU dalam arti formal, yaitu keputusan penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara
terjadinya, sehingga disebut UU. Jadi merupakan ketetapan penguasa yang
memperoleh sebutan UU karena cara pembentukannya. Di Indonesia UU dalam arti
formal dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan DPR (pasal 5 ayat 1 UUD’45).
b. UU dalam arti materiil, yaitu keputusan atau ketetapan penguasa, yang dilihat dari
isinya dinamai UU dan mengikat semua orang secara umum.
2. Kebiasaan/Konvensi (custom).
Kebiasaan adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang dilakukan secara
berulang-ulang. Kebiasaan ini kemudian mempunyai kekuatan normatif, kekuatan mengikat.
Kebiasaan biasa disebut dengan istilah adat, yang berasal dari bahasa Arab yang maksudnya
kebiasaan. Adat istiadat merupakan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan merupakan
tradisi yang mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Dari adat kebiasaan itu dapat
menimbulkan adanya hukum adat.
Prof.Dr. Sunaryati Hartono, SH, tidak sependapat bahwa hukum kebiasaan itu
disamakan dengan hukum adat, dengan mengatakan :
“Apakah sudah benar dan tepat pemahaman sementara sarjana hukum kita sekarang ini untuk
menyamakan saja, Hukum Kebiasaan dengan hukum Adat ? Karena di negara kita sudah
berkembang hukum kebiasaan dalam arti yang lebih luas, seperti hukum kebiasaan yang
dikembangkan di kalangan eksekutif (Administrasi Negara), di Pengadilan, hukum kebiasaan
14
dikalangan profesi hukum (notaris dan pengacara), khususnya dalam bidang hukum kontrak,
hukum dagang (hukum bisnis) dan hukum ekonomi pada umumnya”.
Prof. Ronny Hanitijo Soemitro, SH dan Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, SH, memberikan 3
unsur agar kebiasaan dapat diterima dalam masyarakat, yaitu :
a. Syarat kelayakan, pantas atau masuk akal. Kebiasaan yang yang tidak memenuhi
syarat harus ditinggalkan. Ini berarti bahwa otoritas kebiasaan adalah tidak mutlak
tetapi kondisional, tergantung dari kesesuaiannya pada ukuran keadilan dan
kemanfaatan umum;
b. Pengakuan akan kebenarannya. Ini berarti bahwa kebiasaan itu hendaknya diikuti
secara terbuka dalam masyarakat, tanpa mendasarkan pada bantuan kekuatan di
belakangnya dan tanpa persetujuan dari dikehendaki oleh mereka yang
kepentingannya dikenal oleh praktek dari kebiasaan tersebut. Persyaratan ini
tercermin dalam bentuk norma yang oleh pemakainya harus tidak dengan kekuatan,
tidak secara diam-diam, juga tidak karena dikehendaki.
c. Mempunyai latar belakang sejarah yang tidak dapat dikenali lagi mulainya. Kebiasaan
adalah bukan praktek yang baru tumbuh kemarin dulu atau beberapa tahun yang lalu,
tetapi telah menjadi mapan karena dibentuk oleh waktu yang panjang.
Ad.3. Yurisprudensi.
Adalah keputusan hakim/ pengadilan terhadap persoalan tertentu, yang menjadi dasar
bagi hakim-hakim yang lain dalam memutuskan perkara, sehingga keputusan hakim itu
menjadi keputusan hakim yang tetap.
Ad.4. Perjanjian.
Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum karena perjanjian yang telah dibuat oleh
kedua belah pihak (para pihak) mengikat para pihak itu sebagai undang-undang. Hal ini
diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
Ada 3 asas yang berlaku dalam perjanjian, yaitu :
1. Asas konsensualisme (kesepakatan), yaitu perjanjian itu telah terjadi (sah dan
mengikat) apabila telah terjadi kesepakatan antara para pihak yang mengadakan
perjanjian.
2. Asas kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian,
bebas menentukan bentuk perjanjian, bebas menentukan isi perjanjian dan dengan siapa
(subyek hukum) mana ia mengadakan perjanjian, asal tidak bertentangan dengan
kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang.
3. Asas Pacta Sunt Servanda, adalah perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak (telah
disepakati) berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
15
3. Soal-soal yang menurut system perundang-undangan Ri harus diatur dengan Undang-
undang, seperti Kewarganegaraan.
Ad.6. Doktrin.
Adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar pengaruhnya bagi pengadilan
(hakim) dalam mengambil keputusannya. Doktrin untuk dapat menjadi salah satu sumber
hukum (formal) harus telah menjelma menjadi keputusan hakim.
16
d. Menekankan hubungan terapetik sebagai hubungan di mana dokter dilarang
mengambil keuntungan.
e. Adanya keharusan memegang teguh rahasia kedokteran bagi setiap dokter.
Abad 20 an telah terjadi perubahan sosial yang sangat besar, pintu pendidikan bagi
profesi kedokteran telah terbuka lebar dan dibuka di mana-mana, kemajuan di bidang
kedokteran menjadi sangat pesat, sehingga perlu dibatasi dan dikendalikan oleh perangkat
hukum untuk mengontrol profesi kedokteran. Hukum dan etika berfungsi sebagai alat untuk
menilai perilaku manusia, obyek hukum lebih menitik beratkan pada perbuatan lahir, sedang
etika batin, tujuan hukum adalah untuk kedamaian lahiriah, etika untuk kesempurnaan
manusia, sanksi hukum bersifat memaksa, etika berupa pengucilan dari masyarakat.
Hak pasien :
1. Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
2. Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi
kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi
3. Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan
4. Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit
5. Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik dan pendapat
etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar
6. Hak atas 'second opinion' / meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
7. Hak atas ”privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut peraturan yang berlaku
8. Hak untuk memperoleh informasi /penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik
yg akan dilakukan thd dirinya.
9. Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
10. Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
11. Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam beribad dan atau masalah
lainya (dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).
12. Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak mengganggu
ketertiban & ketenangan umum/pasien lainya.
13. Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit
17
14. Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit terhadap
dirinya
15. Hak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual
16. Hak transparansi biaya pengobatan/tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).
17. Hak akses /'inzage' kepada rekam medis/ hak atas kandungan ISI rekam medis
miliknya.
Kewajiban Pasien
1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada
dokter yang merawat
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi dan perawat dalam
pengobatanya.
3. Mematuhi ketentuan/peraturan dan tata-tertib yang berlaku di rumah sakit
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Berkewajiban memenuhi hal-
hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya
18
C. Penerapan Hukum Kesehatan dengan Hukum Lain
1. Hukum Perdata
Yaitu : hubungan antara dokter dengan pasien bias merupaka relasi medis, relasi
hukum yang biasa disebut dengan perjanjian medis dalam hal penyembuhan pasien disebut
dengan Kontrak Terapeutis.
Pasal-pasal yang dapat diterapkan:
1. Pasal 1320 BW (KUH PERDATA) tentang syarat-syarat sahnya perjanjian.
2. Pasal 1365 BW (KUH PERDATA).
Perlu diketahui bahwa kontrak medis bisa tertulis dan bisa juga tidak tertulis. Dan bila salah
satu pihak tidak memenuhi kewajibannya bisa disebut dengan wan-prestasi.
2. Hukum Pidana
Pasal – pasal yang dapat diterapkan adalah:
1. Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan kematian;
2. Pasal 360 KUHP kelalaian yang mengakibatkan luka berat atau cacat.
3. Hukum Administrasi Negara
1. Izin yang dikeluarkan oleh pihak Kemenkes harus dimiliki oleh dokter;
2. Perizinan Rumah sakit dan Apotek harus melalui Kemenkes.
Rahasia Medik
Rahasia Medik adalah adalah segala sesuatu yang dianggap rahasia oleh pasien yang
terungkap dalam hubungan medis dokter-pasien baik yang diungkapkan secara langsung oleh
pasien (subjektif ) maupun yang diketahui oleh dokter ketika melakukan pemeriksaan fisik
dan penunjang ( objektif). Perlindungan terhadap hak rahasia medis ini dapat di lihat dalam
peraturan perundang-undangan antara lain:
1. Pasal 57 UU No.36/ 2009 tentang Kesehatan mengatakan bahwa setiap orang
berhak atas kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan
2. Pasal 48 UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran mengatakan bahwa
setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokterannya wajib
menyimpan rahasia kedokteran
3. Pasal 32 (i) UU No.44 Tentang Rumah Sakit mengatakan bahwa hak pasien
untuk mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya
Pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan tersebut diancam pidana
kurungan badan sebagai mana yang diatur dalam pasal 322KUHP yang mengatakan : "
barang siapa yang dengan sengaja membuka rahasia yang wajib ia simpan karena
jabatannya atau karena pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya
sembilan ribu rupiah.
Rahasia medis ini hanya dapat dibukan oleh rumah sakit, dokter dan tenaga kesehatan
lainnya dalam hal telah mendapatkan persetujuan dari pasien yang bersangkutan, demi untuk
kepentingan orang banyak atau untuk kepentingan penegakan hukum.
19
berbuat sesuatu. Dengan demikian pengertian bebas dari informed Consent adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter untuk berbuat sesuatu setelah
mendapatkan penjelasan atau informasi. Mengenai hal ini diatur dalam Pasal 45 UU No. 29
Tahun 2009 Tentang Praktek Kedokteran yang berbunyi sebagai berikut :
1) Setiap Tindakan Kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien diberikan
penjelasan lengkap
3) Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup :
Diagnosis dan tatacara tindakan medis
Tujuan tindakan medis dilakukan
Alternatif tindakan lain dan resikonya
Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Dengan lahirnya UU No. 29 Tahun 2004 ini, maka semakin terbuka luas peluang bagi
pasien untuk mendapatkan informasi medis yang sejelas-jelasnya tentang penyakitnya dan
sekaligus mempertegas kewajiban dokter untuk memberikan informasi medis yang benar,
akurat dan berimbang tentang rencana sebuah tindakan medik yang akan dilakukan,
pengobatan mapun perawatan yang akan di terima oleh pasien. Karena pasien yang paling
berkepentingan terhadap apa yang akan dilakukan terhadap dirinya dengan segala resikonya,
maka Informed Consent merupakan syarat subjektif terjadinya transaksi terapeutik dan
merupakan hak pasien yang harus dipenuhi sebelum dirinya menjalani suatu upaya medis
yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya .
20
Pertemuan Ke-Empat.
HAL-HAL TENTANG ETIKA
A.ETIKA
1. Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah
sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab.
St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian
filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-
pendapat spontan kita.Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain
karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk
itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi.Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari
etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain
yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika
normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-
nilai etika).
Definisi Etika
Menurut Bertens : Nilai- nilai atau norma – norma yang menjadi pegangan seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Menurut KBBI : Etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Menurut Sumaryono (1995) : Etika berkembang menjadi studi tentang manusia
berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang
menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain
itu etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran
berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.
Menurut Priharjo (1995), etika merupakan suatu disiplin yang diawali dengan
mengidentifikasi, mengorganisasi, menganalisa dan memutuskan perilaku manusia
dengan menerapkan prinsip-prinsip untuk mendeterminasi perilaku yang baik
terhadap suatu situasi yang dihadapi.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as
the performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika
akan memberikan semacam batasan atau standar yang akan mengatur pergaulan
manusia di dalam kelompok sosialnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1998) etika dijelaskan
dengan membedakan tiga arti sebagai berikut :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
21
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Macam-macam Etika.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk
mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak
ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan
dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil
keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya
lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun,
penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang
lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi
yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil
suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Manfaat Etika
22
Beberapa manfaat Etika adalah sebagai berikut ,
1. Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.
2. Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang
boleh dirubah.
3. Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
4. Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.
Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
istiadat. Moral (latin) objek etika (yunani) yang berarti adat kebiasaan. Perbedaan
Etika adalah ilmu pengetahuan dan moral adalah objek. Sedangkan Agama adalah hub
antara manusia dan suatu kekuasaan luar yang lain dan lebih daripada yg dialami
manusia apa yang diisyaratkan Allah dengan perantara Nabi berupa perintah dan
larangan.
Moral diartikan sama dengan dengan etika yang berupa nilai-nilai dan norma-
norma yang menjadi pegangan hidup manusia untuk mengatur perilakunya. Agama
mengandung nilai moral yang menjadi ukuran moralitas/etika perilaku manusia. Makin
tebal keyakinan agama dan kesempurnaan taqwa seseorg makin baik moralnya yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku baik dan benar.
Etika umum
Etika umum membicarakan mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, teori-teori Etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi
pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolok ukur menilai baik atau buruk.
23
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus.
Etika khusus
Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Etika individual.
Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap diri sendiri
2. Etika social.
Etika sosial mengenai kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota
masyarakat. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baiksecara
perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk kelembagaan, sikap
kritis terhadap dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia terhadap lainnya.
Nilai etika
Pengertian Nilai
Nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang
diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Penilaian Etika itu di dasarkan pada beberapa faktor yaitu :
1) Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau
jahat, susila atau tidak susila.
2) Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah
mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya
dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti
Burhanuddin Salam, menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga)
tingkat :
1) Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa
rencana dalam hati, niat.
2) Tingkat Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
3) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Pengertian Etika Kesehatan
Menurut Leenen: suatu penerapan dari nilai kebiasaan (etika) terhadap bidang
pemeliharaan/pelayanan kesehatan.
Menurut Soerjono Soekanto: penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui, dan
juga mencakup terhadap rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam
bidang kesehatan.
24
Etika kesehatan objeknya semata-mata dalam pelayanan kesehatan sedangkan
hukum kesehatan objeknya tidak hanya hukum tapi melihat nilai-nilai hidup
masyarakat.
Hukum berlaku umum, etika kesehatan berlaku hanya dalam pelayanan
kesehatan Etika sifatnya tidak mengikat dan pelanggarannya tidak dapat
dituntut ,hukum mengikat pelanggarnya dapat dituntut.ii
25
dalam tata pergaulan, relasi dan interaksi antar manusia. Suatu sikap seperti
sopan santun aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok
manusia yang beradab dalam suatu pergaulan. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu :
1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-
barang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang
itu.
2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu
diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
26
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalanggan sosial).
Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi
pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di
lain instansi atau perusahaan.
Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai seorang insinyur
yang disebut kode etik insinyur Indonesia dalam “catur karsa sapta dharma insinyur
Indonesia. Dalam kode etik insinyur terdapat prinsip-prinsip dasar yaitu:
Mengutamakan keluhuran budi.
Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia.
Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya.
Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.
27
Pengertian Nilai Etika.
Nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan
individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Penilaian Etika itu di dasarkan pada beberapa factor yaitu :
1) Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat,
susila atau tidak susila.
2) Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah
mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya
dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti
Burhanuddin Salam, menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga) tingkat :
1) Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana
dalam hati, niat.
2) Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
3) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
28
Pertemuan Ke-Lima.
HAL-HAL TENTANG PROFESI DAN ETIKA PROFESI
A.Pengertian Profesi.
Profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian
yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas
menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti
kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut
daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan
kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan
ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia,
di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi,
hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang
lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan
hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh
kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua
pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para
pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang
disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan
suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk
profesi itu.
Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat
awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah
pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi.Profesi memiliki mekanisme serta
aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya,
pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus
diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan
dan profesi adalah sama.
Pengertian Etika Profesi.
Definisi Etika Profesi---Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari
sikap hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi serta
mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum
pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.Etika profesi Berkaitan
dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga sangatlah perlu
untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien atau
objek).Etika profesi memilikikonsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada
tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering
(rekayasa), science, medis/dokter, dan sebagainya.
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip
moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi)
kehidupan manusia.
Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi
atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa),
science, medis/dokter, dan sebagainya.
29
Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap
konsumen (klien atau objek).
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat
yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama.
Prinsip dasar di dalam etika profesi :
1. Tanggung jawab
Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
2. Keadilan
3. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.
4. Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi
dan ketekunan
5. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi
6. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi
Kelemahan Kode Etik Profesi : Idealisme terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan
dengan fakta yang terjadi di sekitar para profesional, sehingga harapan sangat jauh dari
kenyataan. Hal ini cukup menggelitik para profesional untuk berpaling kepada nenyataan dan
menabaikan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi tidak lebih dari pajangan tulisan
berbingkai.
Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi dengan sanksi
keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran profesional. Rupanya
kekurangan ini memberi peluang kepada profesional yang lemah iman untuk berbuat
menyimpang dari kode etik profesinya.
30
Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat.Dengan etika
profesi diharapkan kaum profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat
mempertanggungjawabkan tugas yang dilakukan dari segi tuntutan pekerjaannya.
Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalanggan sosial).
Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi
pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di
lain instansi atau perusahaan.
Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai seorang insinyur
yang disebut kode etik insinyur Indonesia dalam “catur karsa sapta dharma insinyur
Indonesia. Dalam kode etik insinyur terdapat prinsip-prinsip dasar yaitu:
Mengutamakan keluhuran budi.
Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia.
Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya.
Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.
Kelemahan Kode Etik Profesi : Idealisme terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan
dengan fakta yang terjadi di sekitar para profesional, sehingga harapan sangat jauh dari
kenyataan. Hal ini cukup menggelitik para profesional untuk berpaling kepada nenyataan dan
menabaikan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi tidak lebih dari pajangan tulisan
berbingkai.
31
Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi dengan sanksi
keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran profesional. Rupanya
kekurangan ini memberi peluang kepada profesional yang lemah iman untuk berbuat
menyimpang dari kode etik profesinya.
PROFESI
1. Pengertian Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”, yang
dalam bahasa Yunani adalah “Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas
khusus secara tetap/permanen”.
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi
adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknikdan desainer
Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat
awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah
pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta
aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya,
pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan
di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi
adalah sama.
32
ETIKA PROFESI
Apa yang dimaksud dengan etika profesi (professional ethics)? Secara umum,
pengertian etika profesi adalah suatu sikap etis yang dimiliki seorang profesional
sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengembang tugasnya serta
menerapkan norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) dalam
kehidupan manusia.
Etika profesi atau kode etik profesi sangat berhubungan dengan bidang pekerjaan
tertentu yang berhubungan langsung dengan masyarakat atau konsumen. Konsep etika
tersebut harus disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berada di lingkup kerja
tertentu, misalnya; dokter, jurnalistik dan pers, guru, engineering (rekayasa), ilmuwan,
dan profesi lainnya.
Kode etik profesi ini berperan sebagai sistem norma, nilai, dan aturan profesional
secara tertulis yang dengan tegas menyatakan apa yang benar/ baik, dan apa yang tidak
benar/ tidak baik bagi seorang profesional. Dengan kata lain, kode etik profesi dibuat
agar seorang profesional bertindak sesuai dengan aturan dan menghindari tindakan
yang tidak sesuai dengan kode etik profesi.
33
Setiap profesional memiliki wewenang dan kebebasan dalam menjalankan pekerjaan
sesuai dengan profesinya. Artinya, seorang profesional memiliki hak untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan kode etik profesi.
4. Prinsip Integritas Moral
Integritas moral adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam diri seseorang yang
dilakukan secara konsisten dalam menjalankan profesinya. Artinya, seorang profesional
harus memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan
masyarakat.
34
Melepaskan kemandirian profesi karena pengaruh tertentu.
Mengambil alih pasien tanpa persetujuan teman sejawat.
Menetapkan imbalan atas jasanya secara tidak wajar.
Melakukan diskrimininasi dalam melakukan pelayanan.
Melakukan kolusi dengan perusahaan farmasi.
Mengabaikan kesehatannya sendiri.
Mengeluarkan keterangan palsu, meskipun diminta oleh pasien.
Melakukan pelecehan seksual terhadap pasien atau orang lain.
Membocorkan rahasian pasien kepada orang lain.
Karakteristik Profesi
1. Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis : Professional dapat
diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki
keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam
praktik.
2. Assosiasi professional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan
yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya ada
persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.
5. Pelatihan institusional : Selain ujian, biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti
pelatihan institusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis
sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
6. Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis
mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
35
Pertemuan Ke-Enam.
HAK ASASI MANUSIA
DALAM BIDANG KESEHATAN
A.Pengantar.
Sejarah perkembangan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia sudah ada
sejak lama. Indonesia adalah negara berdasarkan hukum bukan berdasarkan atas
kekuasaan, hal ini dapat kita lihat dengan tegas di dalam penjelasan UUD tahun
1945 (sebelum perubahan) dan pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 (setelah
perubahan). Dalam negara hukum mengandung pengertian setiap warga negara
mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum, tidak ada satu pun yang
mempunyai kekebalan dan keistimewaan terhadap hukum.
Tujuan hukum adalah untuk menciptakan keadilan-kepastian- dan
kemanfaatan di tengah-tengah pergaulan masyarakat, sedangkan keadilan adalah
salah satu refleksi dari pelaksanaan hak asasi manusia dan hukum adalah
keterkaitan yang erat, karena dalam pelaksanaan hak asasi manusia. Keterkaitan
antara hak asasi manusia dan hukum adalah keterkaitan yang erat, karena dalam
pelaksanaan hak asasi manusia adalah masuk ke dalam persoalan hukum dan harus
diatur melalui ketentuan hukum.
Dalam negara kesatuan RI sumber dari tertib hukum atau sumber dari
segala sumber hukum adalah Pancasila artinya dalam pembuatan suatu produk
hukum haruslah berlandaskan dan sesuai dengan kaedah Pancasila. Sebagai suatu
falsafah bangsa Pancasila juga memberikan warna dan arah, bagaimana seharusnya
hukum itu diterapkan pada masyarakat sehingga terciptanya suatu pola hidup
bermasyarkat sesuai dengan hukum dan Pancasila.
Mengenai persoalan hak asasi manusia dalam pandangan Pancasila bahwa
manusia sebagai mahkluk Tuhan ditempatkan dalam keluhuran harkat dan
martabatnya dengan kesadaran mengemban kodrat sebagai mahluk individu dan
mahkluk sosial yang dikaruniai hak, kebebasan dan kewajiban asasi di dalam
kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat haruslah mewujudkan
keselarasan hubungan:
1. Antara manusia dengan penciptanya.
2. Antara manusia dengan manusia.
3. Antara manusia dengan masyarakat dan negara.
4. Antara manusia dengan lingkungannya.
5. Antara manusia dalam hubungan antar bangsa.
Maka dapat dilihat kritetia hak asasi manusia menurut Pancasila adalah hak
dan kewajiban asasi manusia, dimana hak dan kewajiban asasi ini melekat pada
manusia sebagai karunia Tuhan yang mutlak diperlukan dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat dan bernegara berdasrkan Pancasila dan UUD tahun 1945.
Di samping Pancasila sebagai landasan filosofis, perlu dilihat UUD tahun
1945 sebagai landasan konstitusional. Dalam membicarakan UUD tahun 1945
haruslah melihat secara keseluruhan artinya melihat UUD tahun 1945 dari
pembukaan, batang tubuh dan penjelasannya. Pembukaan UUD tahun 1945
merupakan sumber motivasi, sumber inspirasi cita-cita hukum, cita-cita moral
sebagai staatsfundamental norm Indonesia.
Thomas Hobbes mengatakan bahwa “setiap bangsa cenderung
mempertahankan kehidupannya, sehinggga semua kegiatan manusia dan
masyarakat manusia digerakkan oleh naluri dasar untuk mempertahankan hidup
serta harkat dan martabatnya sebagai manusia dan bangsa”. Pandangannya ini
sesuai dengan bangsa Indonesia yang telah menentukan jalan hidupnya sendiri
36
sejak tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tonggak sejarah dan indikasi bahwa
Indonesia telah melaksanakan prinsip-prinsip HAM, bahkan Indonesia telah
melaksanakan prinsip-prinsip HAM, bahkan berperan aktif dalam kancah
internasional baik di dalam maupun di luar forum PBB.
Peran Indonesia dalam perjuangan hak asasi internasional sejalan dengan
tekad bangsa Inodnesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD tahun 1945 untuk
ikut melaksanakan ketertiban dunia, Indonesia telah aktif dalam usaha menegakkan
penghormatan hak-hak asasi manusia di forum internasional sesuai dengan prinsip-
prinsip PBB.
Salah satu peran aktif di Indonesia yang penting, setelah diterimanya Universal
Declaration of Human Rights oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB
tahun 1948, adalah diselengarakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung pada
tahun 1955 yang menghasilkan Deklarasi Bandung yang memuat pernyataan sikap
negara-negara peserta bertekad untuk menjunjung tinggi:
1. Penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia yang sesuai dengan tujuan dan
prinsip-prinsip Piagam PBB
2. Penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial semua Negara
3. Pengakuan atas persamaan derajat semua ras dan semua bangsa besar dan
kecil
4. Tidak akan melakukan intervensi dan mempengaruhi urusan dalam negari lain
5. Penghormatan atas hak setiap bangsa untuk mempertahankan dirinya baik
secara sendiri-sendiri maupun kolektif sesuai dengan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Piagam PBB
6. Menghindarkan diri dari penggunaan cara pertahanan kolektif untuk
kepentingan tertentu dari sikap kekuatan besar dan menghindarkan diri dari
tindak melakukan tekanan terhadap negara lain
7. Menahan diri dari tindakan-tindakan atau penggunaan kekerasan terhadap
integritas teritorial atau kemerdekaan politik setiap Negara
8. Menyelesaikan segala sengketa internasional dengan cara damai seperti
negoisasi, konsiliasi, arbitrase atau pengadilan serta cara-cara lain yang dipilih
oleh para pihak sesuai dengan ketentuam Piagam PBB
9. Menjunjung tinggi kepentingan timbal balik dan kerjasama internasional.
10. Menghormati prinsip keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.
Bagi bangsa Indonesia pelaksanaan HAM telah tercermin di dalam Pembukaan
UUD tahun 1945 dan batang tubuhnya yang menjadi hukum dasar tertulis dan acuan
untuk setiap peraturan hukum yang di Indonesia. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam
Pembukaan UUD tahun 1945 telah digali dari akar budaya bangsa yang hidup jauh
sebelum lahirnya Deklarasi HAM Internasional (The Universal Declaration of Human
Rights 1948).
Di dunia ini terdapat perbedaan-perbedaan yang menyolok di berbagai bidang
seperti di tingkat internasional dikenal negara maju, negara berkembang dan negara
miskin, negara adikuasa dengan dunia ketiga, negara liberal dengan negara komunis dan
di tingkat nasional pun terdapat hal-hal yang berbeda.
Dalam konterks Pembukaan UUD tahun 1945 dapat dililhat bahwa berdirinya
Negara Republik Indonesia adalah hasil perjuangan untuk menegakkan HAM Bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Pembukaan UUD tahun 1945 dengan jelas
mencerminkan tekad bangsa Indonesia untuk menjunjung tinggi HAM dari penindasan
penjajah “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”.
37
Sesuai dengan rumusan yang tertulis secara eksplisit dan berdasarkan pandangan
hidup dalam masyarakat Indonesia tekad melepaskan diri dari penjajahan itu akan diisi
dengan upaya-upaya mempertahankan eksistensi bangsa dengan:
1. Membentuk pemerintahan Negara Indonesia yang melilndungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Tujuan tersebut dilandasi oleh falsafah hukum yang menjadi landasan hak dan
kewajiban asasi seluruh warga negara Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila adalah dasar
yang melandasi segala hukum dan kebijaksanaan yang berlaku di negara Republik
Indonesia.
B.Macam-Macam Hak Asasi Manusia
Ciri-ciri khusus HAM, yaitu:
hakiki, artinya HAM sudah ada sejak lahir
Universal, HAM berlaku umum tanpa memandang status,suku bangsa, gender tidak
dapat dicabut, HAM tidak dapat diserahkan pada pihak lain tidak dapat dibagi, semua
orang mendapatkan semua hak, baik politik,ekonomi, sosbud.
Hak yang paling dasar meliputi
1. Hak Hidup
2. Hak Kemerdekaan /kebebasan
3. Hak memiliki sesuatu
Pengelompokan hak-hak dasar manusia meliputi:
1. hak sipil dan politik
a. hak hidup
b. hak persamaan dan kebebasan
c.kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat
d. kebebasan berkumpul
e. Hak beragama
2 . Hak ekonomi, sosial dan budaya
a. hak ekonomi
b. hak pelayanan kesehatan
c. hak memperoleh pendidikan
b. Hak sosial dan budaya.
Setiap orang berhak atas:
1. kesehatan.
2. akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
3. pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
4. menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
5. lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
6. informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
7. informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang
telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Kewajiban manusia di bidang kesehatan:
mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik
fisik, biologi, maupun sosial.
38
berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan
kesehatan yang setinggi-tingginya.
menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung
jawabnya.
Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
39
4) UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat.
5) UU No. 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU No. 25 Tahun 1997
tentang Hubungan Perburuhan.
6) UU No. 19 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 105 tentang
Penghapusan Pekerja secara Paksa.
7) UU No. 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 tentang Usia
Minimum bagi Pekerja.
8) UU No. 21 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 11 tentang Diskriminasi
dalam Pekerjaan.
9) UU No. 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU No. 11 Tahun 1963 tentang Tindak
Pidana Subversi.
10) UU No. 29 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi.
11) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
l) UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
m) UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
Instrumen hak asasi manusia dalam peraturan pemerintah, Keputusan Presiden,
dan Instruksi Presiden, antara lain sebagai berikut:
a) Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu) No. 1 Tahun 1999 tentang
Pengadilan HAM.
b) Keputusan Presiden RI Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia.
c) Keputusan Presiden RI Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan.
d) Keputusan Presiden RI Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional
Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia.
e) Instruksi Presiden RI Nomor 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan
Istilah Pribumi dan Nonpribumi dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan
Kebijakan, Perencanaan Program, ataupun Pelaksanaan Kegiatan
Penyelenggaraan Pemerintahan.
C.Dasar Hukum HAM di Indonesia.
Di Indonesia HAM telah mendapat tempat dan diatur di dalam:
1. UUD tahun 1945
2. Tap MPR No XVII/MPR/1998 tentang HAM
3. Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM
4. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Undang-Undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
6. Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga yang diratifikasi dengan
Keputusan Presiden No. 48 tahun 1993 tanggal 26 Mei 1993
7. Konvensi tentang Hak-Hak Anak tahun 19998 yang diratifikasi dengan Keputusan
Presiden No. 36 tahun 1990 tanggal 25 Agustus 1990
8. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
tahun 1979 yang diratifikasi dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1984 tanggal 24
Juli 1984.
9. Konvensi tentang Hak-Hak Politik Kaum Wanita tahun 1953 yang diratifikasi dengan
Undang-Undang No. 68 tahun 1998.
10. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman yang Kejam secara
Tidak Manusiawi dalam Merendahkan Martabat Manusia Lainnya tahun 1984 yang
diratifikasi dengan Undang-Undang No. 5 tanggal 24 September 1998.
40
11. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial yang
diratifikasi dengan Undang-Undang No. 29 tanggal 25 Mei 1999.
12 Ratifikasi Perjanjian Internasional HAM.
Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempattinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
41
Pasal 28F
Setiaporang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi danlingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
ngara lain.
Pasal 28H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, di
atur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasannya yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
42
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, danketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis.
43
Pertemuan Ke-Tujuh & Ke-Delapan.
ALIRAN & PRINSIP - PRINSIP ETIKA KESEHATAN
A. ALIRAN-ALIRAN DALAM ETIKA
Aliran Deontologis: penilaian benar tidaknya suatu perbuatan atau baik tidaknya sesorg,tdk
perlu dilihat hasil akhirnya tetapi yang dinilai adalah perbuatan itu sendiri.
Immanuel kant “seseorang berbuat baik karena rasional dan tidak dogmatis Contoh: orang
tidak mencuri bukan karna takut neraka tapi mencuri adalah perbuatan buruk/tidak baik dan
tidak dibenarkan oleh Allah swt.
Pembagiannya:
Aliran Ethical Egoism: wajib berbuat baik demi kepentingan pribadi
Aliran utilitarinism : wajib berbuat baik demi kepentingan umum dan masyarakat. Cth :
merokok
PRINSIP-PRINSIP ETIKA(Hipcrates)
1. Tidak merugikan (non maleficence)
Cth: Pendapat dokter dlm pelayanan tdk dpt diterima pasien&keluargax sehingga jk
dipaksakan dpt merugikan pasien
2. Membawa Kebaikan (Beficence)
Cth:dokter memberi obat kanker tetapi mempunyai efek yg lain, maka dokter harus
mempertimbangkan secara cermat.
3. Menjaga Kerahasiaan (Confidentiality)
cth: tenaga kesehatan menjaga identitas kesehatan pasien jgn menyamp semuax jgn
sampai menghambat penyembuhanya.
4. otonomi Pasien (autonomy Pasien) Cth: pasien berhak menentukan tindakan-tindakan
baru dpt dilakukan atas persetujuan dirinya
5. Berkata Benar (truth telling) Cth: tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurx
penyakit pasien namun tdk dpt diutarakan semua kecuali kepada keluarganya,
6. Berlaku adil (Justice) Cth: tenaga kesehatan tdk boleh diskriminatif dlm pelayanan
kesehatan
7. Menghormati Privasi (Privacy) Cth : TS tdk boleh menyinggung hal pribadi pasien
dan sebalikmya.
Pengertian Etika Kesehatan
Menurut Leenen: suatu penerapan dari nilai kebiasaan (etika) terhadap bidang
pemeliharaan/pelayanan kesehatan.
Menurut Soerjono Soekanto: penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui, dan
juga mencakup terhadap rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam
bidang kesehatan.
Hubungan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
1. Hukum kesehatan lebih diutamakan dibanding Etika kesehatan. Contoh:
(etiKes)Mantri dpt memberi suntikan tanpa ada dokter tp (Hkm kes) tdk
membenarkan ini.
2. ketentuan hukum kesehatan dapat mengesampingkan etika tenaga kesehatan. Contoh:
kerahasian dokter(etika kedokteraan) jk terkait dgn mslh hukum mk dikesampingkan
3. Etika kesehatan lebih diutamakan dari etika dokter. Dokter dilarang mengiklankan
diri, tp dlm menulis artikel kesehatan tdk mslh(etika kesehatan)
Perbedaan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan.
1. Etika kesehatan objeknya semata-mata dalam pelayanan kesehatan sedangkan hukum
kesehatan objeknya tdk hny hkm tp melihat nilai-nilai hidup masyarakat.
2. Hukum berlaku umum, etika kesehatan berlaku hanya dalam pelayanan kesehatan
44
3. Etika sifatnya tidak mengikat dan pelanggarannya tidak dapat dituntut ,hukum
mengikat pelanggarnya dapat dituntut.
Persetujuan tertulis orang tua/ahli waris dapat dilakukan pada manusia yg diteliti:
1. Tidak mampu melakukan tindakan hukum
2. Karena keadaan kesehatan atau jasmaninya sama sekali tidak memungkinkan dapat
menyatakan persetujuan secara tertulis.
3. Telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya akan digunakan sebagaimana objek
penelitian dan pengembangan kesehatan.
Hak dan kewajiban responden
Hak-hak Responden
1. Penghargaan kebebasan pribadi-nya
2. Merahasiakan informasi yang diberikan
3. Memperoleh jaminan keamanan dan keselamatan akibat dari informasi yang diberikan
4. Memperoleh imbalan dan kompensasi
Kewajiban responden
-Memberikan informasi yang diperlukan peneliti
-Hak dan kewajiban peneliti
-Hak responden
Memperoleh informasi yang dibutuhkan sejujur-jujurnya
Kewajiban peneliti
1. Menjaga kerahasian responden
2. Menjaga privacy responden
3. Memberikan kompensasi
45
1. Tidak merugikan (non maleficence)-Cth: Pendapat dokter dlm pelayanan tdk dpt diterima
pasien&keluargax sehingga jk dipaksakan dpt merugikan pasien
2. Membawa Kebaikan (Beficence)-Cth:dokter memberi obat kanker tetapi mempunyai efek
yg lain, maka dokter harus mempertimbangkan secara cermat.
3. Menjaga Kerahasiaan (Confidentiality)-cth: tenaga kesehatan menjaga identitas
kesehatan pasien jgn menyamp semuax jgn sampai menghambat penyembuhannya;
4. otonomi Pasien (autonomy Pasien) Cth: pasien berhak menentukan tindakan-tindakan
baru dpt dilakukan atas persetujuan dirinya
5. Berkata Benar (truth telling) Cth: tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurx
penyakit pasien namun tdk dpt diutarakan semua kecuali kpd keluargax
6. Berlaku adil (Justice) Cth: tenaga kesehatan tdk boleh diskriminatif dlm pelayanan
kesehatan
7. Menghormati Privasi (Privacy) Cth : TS tdk boleh menyinggung hal pribadi pasien dan
sebalikx
Etika kesehatan.
Pengertian Etika Kesehatan-Menurut Leenen: suatu penerapan dari nilai kebiasaan (etika)
terhadap bidang pemeliharaan/pelayanan kesehatan.
Menurut Soerjono Soekanto: penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui, dan juga
mencakup terhadap rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam bidang
kesehatan.
Hubungan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
1. Hukum kesehatan lebih diutamakan dibanding Etika kesehatan. Contoh:
(etiKes)Mantri dpt memberi suntikan tanpa ada dokter tp (Hkm kes) tdk
membenarkan ini.
2. ketentuan hukum kesehatan dapat mengesampingkan etika tenaga kesehatan.
Contoh: kerahasian dokter(etika kedokteraan) jk terkait dgn mslh hukum mk
dikesampingkan
3. Etika kesehatan lebih diutamakan dari etika dokter. Dokter dilarang mengiklankan
diri, tp dlm menulis artikel kesehatan tdk mslh(etika kesehatan)
Perbedaan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
1. Etika kesehatan objeknya semata-mata dalam pelayanan kesehatan sedangkan
hukum kesehatan objeknya tdk hny hkm tp melihat nilai-nilai hidup masyarakat.
2. Hukum berlaku umum, etika kesehatan berlaku hanya dalam pelayanan kesehatan
3. Etika sifatnya tidak mengikat dan pelanggarannya tidak dapat dituntut ,hukum
mengikat pelanggarnya dapat dituntut.
d.Etika Menurut Islam
Ayat-ayat al-Qur’an menunjukkan bahwa etika Islam amat humanistik dan rasionalistik.
Etika Islam menurut Al-Quran:
8. keadilan,
9. kejujuran,
10. kebersihan,
11. menghormati orang tua,
12. bekerja keras,
13. cinta ilmu,
14. dan lain-lain
8. Kejujuran (surat an-Nisaa)
IV.Etika Penelitian
46
Persetujuan etika penelitian (PP No 39 tahun 1995 ttg penelitian dan pengembangan
kesehatan):
Persetujuan tertulis orang tua/ahli waris dapat dilakukan pada manusia yg diteliti:
1. Tidak mampu melakukan tindakan hukum
2. Karena keadaan kesehatan atau jasmaninya sama sekali tidak memungkinkan dapat
menyatakan persetujuan secara tertulis.
3. Telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya akan digunakan sebagaimana objek
penelitian dan pengembangan kesehatan.
Kewajiban responden
Memberikan informasi yang diperlukan peneliti
Hak dan kewajiban peneliti
Hak responden
Memperoleh informasi yang dibutuhkan sejujur-jujurnya
Kewajiban peneliti
1. Menjaga kerahasian responden
2. Menjaga privacy responden
3. Memberikan kompensasi
47
1) Memberikan pelayanan (service) pada orang segera langsung (yang umumnya bersifat
konfidental).
2) Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum melakukan
pelayanan.
3) Anggotanya yang relatif homogen.
4) Menerapkan standar pelayanan tertentu.
5) Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi profesi.
Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai sutau profesi adalah :
1) Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal mengenai adekuasi pendidikannya
mmmaupun mengenai kompetensi orang-orang hasil didikannya.
2) Penguasaan tradisi kultural dalam menggunakan keahlian tertentu serta keterampilan
dalam penggunaan tradisi.
3) Komplek okupasi/pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional
kaidah-kaidah pokok etika profesi sebagai berikut :
1) Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan,.
2) Pelayanan professional dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien mengacu
pada kepentingan atau nilai-nilai luhur
3) Pengembanan profesi harus selalu mengacu pada masyarakat sebagai keseluruhan.
4) Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat
48
1) memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi medis dan standar prosedur operasional;
2) memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
3) memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya ;
4) menerima imbalan jasa
KEWAJIBAN – KEWAJIBAN DOKTER
“AEGROTI SALUS LOX SUPREME ” keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (
utama ) .
Menurut Leenen :
1) Kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus bertindak
sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek kedokterannya
2) Kewajiban untuk menghormati hak – hak pasien yang bersumber dari hak - hak asasi
dalam bidang kesehatan
3) Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan
UU KESEHATAN No.23 Th 2003
Pasal 50 dan 51
1) Tenaga kesehatan menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan keahlian dan kewenangannya
2) Mematuhi standar profesi medis dan menghormati hak pasien .
HAK PASIEN
UU No. 23 Th 1992 ttg Kesehatan psl 53 (2)
1. Hak atas informasi
2. Hak memberikan persetujuan
3. Hak atas rahasia kedokteran
4. Hak atas pendapat ke 2 ( second opinion)
HAK PASIEN
UU Pradoks psl 52
1.Mendapat penjelasan secara lengkap ttg tindakan medis
2.Meminta pendapat dr/drg lain
3.Mendapat pelayanan sesuai dng kebutuhan medis
4.Mendapat isi rekam medis
Kewajiban pasien
UU No.29 Th 2004 (PRADOKS)
Pasal 53
1.Memberi informasi yg lengkap dan jujur ttg masalah kesehatannya
2.Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter/dokter gigi
3.Mematuhi ketentuan yg berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4.Memberi imbalan jasa atas pelayanan yg diterima
a. Kode Etik perawat
a. Kode Etik bidan
b.Kode Etik Kesehatan &Keselamatan Kerja
c. Kode Etik Sanitarian(Ahli Kes. Lingkungan)
1) menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-
baiknya.
2) melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
3) tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
4) menghindarkan din dan perbuatan yang bersifat memuji din sendiri.
49
5) berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau cara baru yang belum
teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Lanjutan…
6) memberi saran atau rekomendasi yang telah melalul suatu proses analisis secara
komprehensif.
7) memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan
keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.
8) bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman
seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya.
9) hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan
lainnya, dan harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat.
10) memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan
lingkungan secara menyeluruh, daN menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenar-benarnya.
11) bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta
masyarakat, harus saling menghormati.
d. Kode Etik Ahli Gizi
1. meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan. kecerdasan
dan kesejahteraan rakyat
2.menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi
luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3.menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4.menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5.menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini,.
Lanjutan…
6. mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain
atau membuat rujukan bila diperlukan
7. melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban
senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
8. berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
9. membantu pemerintah dalam melaksanakan upaya-upaya perbaikan gizi masyarakat.
e.Penyuluh kesehatan masyarakat
Profesi PKM (Health Education Specialis) adalah seseorang yang menyelenggarakan
advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat melalui penyebarluasan informasi,
membuat rancangan media, melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi dalam rangka
mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.
Kode Etik Profesi PKM.
1. Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan
pengalaman, serta bertindak dalam batas-batas kecakapan yang profesional.
2. mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar, lelatihan, dan
penelitian berkesinambungan.
3. Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung jawab.
4. Tidak membeda-bedakan individu berdasrkan ras, warna kulit, bangsa, agama, usia,
jenis kelamin, status social ekonomi dalam menyumbangkan pelayanan-pekerjaan,
pelatihan atau dalam meningkatkan kemajuan orang lain.
5. Menjaga kemitraan klien ( individu, kelompok, institusi) yang dilayani.
Kode Etik Profesi PKM.
50
6. Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri setiap
individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-nilai secara
konsisten.
7. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
8. Mematuhi prinsip “informed consent” sebagi penghargaan terhadap klien.
9. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh/memelihara
pertumbuhan dan perkembangan individu.
10. Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai dengan
pertimbangan mal praktek yang dilakukan.
1. No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan
2. Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 “TENTANG REGISTRASI DAN
PRAKTIK BIDAN”
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor “369/MENKES/SK/III/2007”
Tentang Standar Profesi Bidan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Iindonesia Nomor
“HK.02.02/MENKES/149/2010” Tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Bidan
5. Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 Tentang Ijin dan Penyelengaraan Praktek
Bidan.
1. No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan
Pada peraturan pemerintah ini berisikan tanggung jawab dan tugas tenaga kesehatn
termasuk didalamnay tenaga bidan : hal ini tertuang pada BAB dan Pasal sebagai berikut :
51
Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka
menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis.
Pasal 14
Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan, kehamilan, persalinan, pasca
persalinan dan masa di luar kehamilan, dan persalinan
Pasal 15
Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya,
dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) hanya dapat dilakukan :
a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan
tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersngkutan atau suami atau keluarganya;
d. pada sarana kesehatan tertentu
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002
52
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan :
a. fotokopi SIB yang masih berlaku;
b. fotokopi SIPB yang lama;
c. surat keterangan sehat dari dokter;
d. pas foto 4 X 6 cm sebanyak 2(dua) lembar;
e. rekomendasi dari organisasi profesi;
Pasal 12
Bidan pegawai tidak tetap dalam rangka pelaksanaan masa bakti tidak memerlukan SIPB.
Pasal 13
Setiap bidan yang menjalankan praktik berkewajiban meningkatkan kemampuan keilmuan
dan/atau keterampilannya melalui pendidikan dan/atau pelatihan.
Tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenagakesehatan dapat dikenai sanksi b
erupa pencabutan surat izin praktik apabila melakukan tindakan medik tanpa adanya
persetujuan dari pasien atau keluarganya. Tindakan administratif juga
dapat dikenakan apabila seorang tenaga kesehatan:
1. melalaikan kewajiban;
2. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak bolehdiperbuat oleh seorang ten
aga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah
sebagai tenaga kesehatan;
3. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;
4. melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang.
Selain oleh aturan hukum, profesi kesehatan juga diatur
oleh kode etik profesi (etika profesi). Namun demikian, menurut Dr. Siswanto
Pabidang, masalah etika dan hokum kadangkala masih dicampur baurkan, sehingga
pengertiannya menjadi kabur. Seseorang yang melanggar etika dapat saja
melanggar hukum dan tentu saja seseorang yang melanggar hukum akan
melanggar pula etika. Oleh karena itu, menurut Samil RS1 yang
mengutip pernyataan Davis & Smith, bahwa ada hubungan antara etik kedokteran
dan hukum kedokteran, yaitu:
1. sesuai etik dan sesuai hukum;
2. bertentangan dengan etik dan bertentangan dengan hukum;
3. sesuai dengan etik tetapi bertentangan dengan hukum; dan
4. bertentangan dengan etik tetapi sesuai dengan hukum.
Berikut beberapa petikan di UU. No. 36 Tahun 2014 yang berkaitan dengan tempat praktik
tenaga kesehatan.
Bab I.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1.
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
53
11. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah
daerah kabupaten/kota kepada Tenaga Kesehatan sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan
praktik.
BAB III
KUALIFIKASI DAN PENGELOMPOKAN TENAGA KESEHATAN
Pasal 11.
(1)Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:
a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomedika;
l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lain
(2) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga psikologi klinis
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b adalah psikologi klinis.
(4) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c terdiri atas berbagai jenis perawat.
(5) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kebidanan sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) huruf d adalah bidan.
(6) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) huruf e terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
(7) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan masyarakat
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan
dan ilmu
perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga
biostatistik
dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.
(8) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan lingkungan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan,
dan
mikrobiolog kesehatan.
(9) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga gizi sebagaimana
54
dimaksud pada ayat
(1) huruf h terdiri atas nutrisionis dan dietisien.
(10) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keterapian fisik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis
wicara, dan akupunktur.
(11) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keteknisian medis
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf j terdiri atas perekam medis dan informasi kesehatan, teknik
kardiovaskuler,
teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis
gigi dan
mulut, dan audiologis.
(12) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga teknik biomedika
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf k terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli teknologi
laboratorium medik,
fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik.
(13) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok Tenaga Kesehatan tradisional
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf l terdiri atas tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga
kesehatan
tradisional keterampilan.
(14) Tenaga Kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m ditetapkan oleh
Menteri.
BAB VI
REGISTRASI DAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN
Pasal 46
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib
memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP.
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan
menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Tenaga Kesehatan harus
memiliki:
a. STR yang masih berlaku;
b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan
c. tempat praktik.
(5) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing berlaku hanya untuk 1
(satu) tempat.
(6) SIP masih berlaku sepanjang:
a. STR masih berlaku; dan
b. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan
55
Pertemuan Ke-Sembilan.
KODE ETIK PROFESI
Pengertian.
Kode Etik - Seperangkat kaidah perilaku yang diharapkan dan dipertanggung jawabkan
dalam melaksanakan tugas pengabdian kepada bangsa, negara, masyarakat dan tugas-tugas
organisasinya serta pergaulan hidup sehari-hari dan individu-individu dalam masyarakat.
56
STANDAR PROFESI MEDIS
Prof.Dr.Mr.H.J.J Leenen pakar hukum kesehatan dari Belanda
1) Berbuat secara teliti dan seksama dkaitkan kelalaian/culpa à tdk teliti/tdk berhati-
hati unsur kelalaian terpenuhi , sangat tdk teliti/hati2 : culpa lata
2) Sesuai standar ilmu medik
3) Kemampuan rata2 yg sama
4) Situasi dan kondisi yg sama
5) Sarana upaya yg sbanding/proposional
Prof Mr.W.B Van der Mijn
Seorang tenaga kesehatan harus berpedoman pada :
1. Kewenangan
2. Kemampuan rata-rata
3. Ketelitian umum.
Unsur tindakan medis
1. Dilakukan oleh dokter yang sudah lulus
2. Kepada pasien harus diberikan informasi yang sejelas – jelasnya dan menyetujui
dilakukannya tindakan medis tersebut .
3. Harus ada indikasi medis yang merupakan titik awal dari segala tindakan medis
selanjutnya
4. Sang dokter harus dapat merumuskan tujuan pemberian pengobatannya, disamping
juga harusmempertimbangkan alternatif lain selain yang dipilihnya
5. Segala tindakannya harus selalu ditujukan kepada kesejahteraan pasiennya
HAK DOKTER
Menurut Pasal 50 UU Nomor 29 Tahun 2004
1) memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi medis dan standar prosedur operasional;
2) memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
3) memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya ;
4) menerima imbalan jasa
57
4. Hak atas pendapat ke 2 ( second opinion)
HAK PASIEN
UU Pradoks psl 52
1.Mendapat penjelasan secara lengkap ttg tindakan medis
2.Meminta pendapat dr/drg lain
3.Mendapat pelayanan sesuai dng kebutuhan medis
4.Mendapat isi rekam medis
Kewajiban pasien
Menurut Pasal 53 UU Nomor 29 Tahun 2004.
1.Memberi informasi yg lengkap dan jujur ttg masalah kesehatannya
2.Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter/dokter gigi
3.Mematuhi ketentuan yg berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4.Memberi imbalan jasa atas pelayanan yg diterima
a. Kode Etik perawat
a. Kode Etik bidan
58
7. melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban
senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
8. berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
9. membantu pemerintah dalam melaksanakan upaya-upaya perbaikan gizi masyarakat.
Pertemuan Ke-Duabelas.
PROBLEMATIKA KODE ETIK KESMAS
A.Pengantar.
Dalam pelaksanaan Kode Etik Profesi Kesehatan Masyarakat, terdapat beberapa
probllematika dalam pelaksanaannnya. Pada pertemuuan ini akan dibahas tentang
problematika dimaksud.
1. Penegakan kode etik
2. Faktor penghambat kode etik
3. Peradilan dalam profesi
59
Penegakan kode etik
Bentuk Penegakan kode etik
1. Pelaksanaan kode etik
2. Pengawasan kode etik
3. Penjatuhan saksi kode etik
Menurut Noto Hamidjo ada empat norma dalam penegakan kode etik:
1) kemanusiaan
2) Keadilan
3) Kepatutan
4) kejujuran
Sanksi kode etik
1) Teguran baik lisan maupun tulisan
2) Mengucilkan pelanggar dari kelompok profesi
3) Memberlakukan tindakan hukum dengan sanksi keras
Faktor penghambat kode etik
1. Pengaruh Sifat Kekeluargaan
2. Pengaruh jabatan
3. Pengaruh konsumerisme
4. Karena lemah iman
60
kan disiplin berupa tindakan administratif, misalnya pencabutan izin untuk jangka
waktu tertentuatauhukuman lainsesuaidengan kesalahan atau kelalaian yang dilak
ukan. Khususberkenaan dengan wewenang bidan diatur di dalamPeraturan Mente
ri Kesehatan Nomor 363/Men.Kes/Per/IX/1980 tentang Wewenang Bidan.
Dari sudut hukum, profesi tenaga kesehatan dapat diminta
pertanggungjawaban berdasarkan hukum perdata, hokum pidana, maupun hukum
administrasi.
Tanggung jawab dari segi hukum perdata didasarkan pada ketentuan Pasal 1365 BW
(Burgerlijk Wetboek), atau Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Apabila tenaga
kesehatandalam melaksanakan tugasnya melakukan tindakan yangmengakibatkan
kerugian pada pasien, maka tenagakesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien
atau keluarganya yang merasa dirugikan itu berdasarkan ketentuan Pasal 1365 BW,
yang bunyinya sebagai berikut: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hati.”
Dari segi hukum pidana juga seorang tenaga kesehatandapat dikenai ancaman P
asal 351 Kitab UndangundangHukum Pidana (KUHP). Ancaman pidana tersebut
dikenakan kepada seseorang (termasuk tenaga kesehatan)yang karena kelalaian a
tau kurang hati-hatimenyebabkan
orang lain (pasien) cacat atau bahkan sampai meninggaldunia. Meski untuk me
ngetahui ada tidaknya unsure kelalaian atau kekurang hati-hatian dalam tindakan
seseorang tersebut perlu dibuktikan menurut prosedur hukum pidana. Ancaman
pidana untuk tindakan semacam itu adalah penjara paling lama lima tahun.Tentu
saja semua ancaman, baik ganti rugi perdata maupun
pidana penjara, harus terlebih dahulu dibuktikan berdasarkan pemeriksaan di
depan pengadilan. Oleh karena yang berwenang
memutuskan seseorang itu bersalah atau tidak adalah hakim dalam sidang
pengadilan.
Tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenagakesehatan dapat dikenai sanksi b
erupa pencabutan surat izin praktik apabila melakukan tindakan medik tanpa adanya
persetujuan dari pasien atau keluarganya. Tindakan administratif juga
dapat dikenakan apabila seorang tenaga kesehatan:
1. melalaikan kewajiban;
2. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak bolehdiperbuat oleh seorang ten
aga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah
sebagai tenaga kesehatan;
3. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;
4. melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang.
Selain oleh aturan hukum, profesi kesehatan juga diaturoleh kode etik profesi (e
tika profesi). Namun demikian, menurut Dr. Siswanto Pabidang, masalah etika dan
hokumkadangkala masih dicampur baurkan, sehinggapengertiannya menjadi kabu
r. Seseorang yang melanggar etika dapat saja melanggar hukum dan tentu saja
seseorang yang melanggar hukum akan melanggar pula etika. Oleh karena itu,
menurut Samil RS1 yang mengutip pernyataan
Davis & Smith, bahwa ada hubungan antara etik kedokteran dan hukum
kedokteran, yaitu:
1. sesuai etik dan sesuai hukum;
2. bertentangan dengan etik dan bertentangan dengan hukum;
3. sesuai dengan etik tetapi bertentangan dengan hukum; dan
4. bertentangan dengan etik tetapi sesuai dengan hukum.
61
Tuntutan Hukum.
TUNTUTAN PIDANA KELALAIAN : 359-361 KUHP KETERANGAN PALSU:
267-268 KUHP ABORSI ILEGAL: 347-349 KUHP PENIPUAN: 382 BIS KUHP
PERPAJAKAN: 209, 372 KUHP EUTHANASIA: 344 KUHP PENYERANGAN
SEKS: 284-294 KUHP
TUNTUTAN PERDATA (GANTI RUGI) PERBUATAN MELANGGAR
HUKUM – PASAL 1365 – 1367 KUH PERDATA KELALAIAN – PASAL 1366
KUH PERDATA WANPRESTASI – PERJANJIAN PASAL 55 UU
KESEHATAN: HAK PASIEN MENUNTUT GANTI RUGI KEPADA TENAGA
KESEHATAN YG MELAKUKAN KESALAHAN DAN MENIMBULKAN
KERUGIAN BAGI PASIEN
DASAR HUKUM
1. No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan
2. Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 “TENTANG REGISTRASI DAN
PRAKTIK BIDAN”
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor “369/MENKES/SK/III/2007”
Tentang Standar Profesi Bidan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Iindonesia Nomor
“HK.02.02/MENKES/149/2010” Tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Bidan
5. Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 Tentang Ijin dan Penyelengaraan Praktek
Bidan.
1. No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan
Pada peraturan pemerintah ini berisikan tanggung jawab dan tugas tenaga kesehatn
termasuk didalamnay tenaga bidan : hal ini tertuang pada BAB dan Pasal sebagai berikut :
62
a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan
tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersngkutan atau suami atau keluarganya;
d. pada sarana kesehatan tertentu
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien, seperti:
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit atau instusi pelay Sistematika Etika
Sebagai suatu ilmu maka etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara
lain:
a. Etika deskriptif, yaitu memberikan gambaran atau ilustrasi tentang tingkah laku
manusia ditinjau dari nilai baik/buruk serta hal-hal yang boleh dilakukan sesuai dengan
norma etis yang dianut oleh masyarakat.
b. Etika Normatif, yaitu membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan
manusia,
Etika normatif juga dikelompokkan menjadi beberapa kelompok , sbb:
1) Etika umum, yaitu membahas hal-hal yang berhubungan dengan kondisi manusia
untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-
prinsip moral.
2) Etika khusus; yaitu terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
a) Etika sosial menekankan tanggung jawab sosial dan hubungan antar sesama
manusia dalam aktivitasnya.
b) Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai
pribadi.
c) Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi.
Pada tahun 2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapan MPR-RI No.VI/MPR/2001
tentang Etika Kehidupan Bangsa. Etika kehidupan bangsa bersumber pada agama yang
universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yaitu Pancasila.
Etika kehidupan berbangsa antara lain meliputi: Etika Sosial Budaya, Etika Politik dan
Pemerintahan, Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika Penegakkan Hukum yang Berkeadilan,
Etika Keilmuan, Etika Lingkungan, Etika Kedokteran dan Etika Kebidanan.
2. Kode Etik Profesi
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik
suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
63
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dad pihak luar atau masyarakat mencegah orang
luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik
suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode
etik juga disebut kode kehormatan.
64
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomedika;
l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lain
(2) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga psikologi klinis
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b adalah psikologi klinis.
(4) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas berbagai jenis perawat.
(5) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kebidanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah bidan.
(6) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) huruf e terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
(7) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga
promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan
kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi
dan keluarga.
(8) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan,
entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.
(9) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga gizi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf h terdiri atas nutrisionis dan dietisien.
(10) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keterapian fisik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis
wicara, dan akupunktur.
(11) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keteknisian medis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j terdiri atas perekam medis dan informasi
kesehatan, teknik kardiovaskuler,teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris,
teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologis.
(12) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga teknik biomedika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli
teknologi laboratorium medik,fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik.
(13) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok Tenaga Kesehatan tradisional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l terdiri atas tenaga kesehatan tradisional ramuan
dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan.
(14) Tenaga Kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m ditetapkan oleh
Menteri.
65
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib
memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP.
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan
menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Tenaga Kesehatan harus
memiliki:
a. STR yang masih berlaku;
b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan
c. tempat praktik.
(5) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing berlaku hanya untuk 1 (satu)
tempat.
(6) SIP masih berlaku sepanjang:
a. STR masih berlaku; dan
b. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.
66
Pertemuan Ke-Sepuluh.
Beberapa Materi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
Kesehatan dalam kehidupan manusia adalah salah satu komponen dari kesejahteraan
masyarakat. Dalam rangka meningkatakan kesejahteraan masyarakat upaya
peningkatan kesehatan itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan perilaku, pelayanan
kesehatan dan faktor genetik.
Kesehatan masyarakat sbegai ilmu dan seni untuk mencegah penyakit
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui upaya bersama
masyarakat secara terorganisir untuk sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit,
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan sebagainya, mengandung makna
bahwa aspek preventif dan promotif adalah lebih pentin daripada kuratif dalam rangka
peningkatan status kesehatan masyarakat.
Pendekatan preventif dan propmotif yang melibatkan keikutsertaan masyarakat
mempunyai implikasi bahwa klien profesi kesehatan masyarakat bukanlah individu,
tetapi masyarakat. Dalam melaksanakan upaya kesehatan masyarakat perlu dilandasi
oleh etika yang berazaskan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Dengan maksud untuk mewujudkan pengabdian yang luhur, kami para profesi
Kesehatan Masyarakat Indonesia, dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
merumuskan
67
kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan pelayanan
kesehatan tingkat ketiga.
Fasilitas pelayanan kesedilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
swasta. Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh pemerintah
dan pemerintah daerah.
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau
meminta uang muka.
Harga Obat
Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan
kesehatan, terutama obat esensial. Dalam menjamin ketersediaan obat dalam keadaan
darurat, pemerintah dapat melakukan kebijakan khusus untuk pengadaan dan
pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan masyarakat akan
perbekalan kesehatan terpenuhi. Pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa obat
esensial dan alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan memperhatikan
kemanfaatan, harga dan gaktor yang berkaitan dengan pemerataan
Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang secara esensial harus tersedia bagi
kepentingan masyarakat. Daftar dan jenis tersebut ditinjau dan disempurnakan paling
lama setiap dua tahun sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan teknologi.
Perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk dalam daftar obat esensial
nasional harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya, sehingga penetapan
harganya dikendalikan oleh pemerintah.
Perlindungan Pasien
Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Hak menerima atau menolak
tidak berlaku pada penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular
ke masyarakat yang lebih luas.
Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara / petugas kesehatan.
Pelayanan Kesehatan Tradisional
Pelayanan kesehatan tradisional meliputi kesehatan tradisional yang menggunakan
ketrampilan dan yang menggunakan ramuan. Pelayanan kesehatan tradisional dibina
dan diawasi oleh pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma-norma agama.
Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional harus mendapat izin
dari lembaga kesehatan yang berwenang. Pemerintah mengatur dan mengawasi
pelayanan kesehatan tradisional dengan didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan
perlindungan masyarakat..
Pencegahan Penyakit
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan
kesehatan dan menghindari atau mengurangi resiko, masalah, dan dampak buruk akibat
penyakit.
Kesehatan Reproduksi
68
Kesehatan reproduksi meliputi saat sebelum hamil, hamil, melahirkan dan sesudah
melahirkan; pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan seksual; kesehatan
sistem repsoduksi.
Setiap orang dilarang melakukan aborsi. Larangan aborsi dikecualikan berdasarkan
indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
trauma psikologis bagi korban perkosaan. Tindakan dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca
tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
Pelayanan Darah
Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah
manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidka untuk
tujuan komersial.darah diperolehd ari pendonor darah sukarela yang sehat dan
memenuhi kriteria seleksi pendonor dengan mengutamakan kesehatan pendonor.
Darah yang diperoleh dari pendonor darah sukarela sebelum digunakan harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah penularan penyakit.
Penyelenggaraan donor darah dilakukan oleh Unit Transfusi Darah (UTD). UTD
dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau organisasi sosial
yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kepalang-merahan.
Pengamanan Zat Adiktif
Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak
mengganggu an membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan
lingkungan.
Zat adiktif meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau padat, cairan, dan
gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi
dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya. Produksi, peredaran, dan penggunaan
bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar dan/atau persayaratan
yang ditetapkan.
Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak
Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama enam
bulan, kecuali ada indiaksi medis. Selama pemberian ASI, pihak keluarga,
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakt harus mendukung ibu bayi secara
penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus yaitu di tempat kerja dan
tempat sarana umum.
Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Upaya
pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi
yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak.
Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggungjawab sehingga
memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.
Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan yang
berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk diskriminasi
dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu kesehatannya.
69
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban untuk menjamin
terselenggarakan perlindungan bayi dan anak dan menyediakan pelayanan kesehatan
sesuasi dengan kebutuhan.
Penyakit Menular
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggungjawab melaksanakan
upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular serta dampak
yang ditimbulkannya.
Upaya itu dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit,
menurunkan jumlah yang sakit, cacat, dan/atau meninggal dunia serta untuk
mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang aman, bermutu, efektif,
terjangkau, dan merata bagi masyarakat untuk upaya pengendalian penyakit menular
melalui imunisasi.
Penyakit Tidak Menular
Pengendalian penyakit tidak menular dilakukan dengan pendekatan surveilansa faktor
resiko, registrasi penyakit, dan surveilans kematian.
Kegiatan dimaksud bertujuan memperoleh informasi yang esensial serta dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan dalam upaya pengendalian penyakit tidak
menular.
Kegiatannya dilakukan melalui kerja sama lintas sektor dan dengan membentuk
jejaring baik nasional maupun internasional.
Pembiayaan Kesehatan
Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, dan swasta dan sumber lain.
Besar anggaran pemerintah dialokasikan minimal lima persen dari anggaran
pendapatan belanja negara diluar gaji.
Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah propinsi, kabupaten/kota dialokasikan
minimal sepuluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah diluar gaji.
Besaran anggaran kesehatan diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang
besarnya sekurang-kurangnya dua per tiga dari anggaran kesehatan dalam APBN dan
APBD.
Badan Pertimbangan
Untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pembangungan
bidang kesehatan dibentuk Badan Pertimbangan Kesehatan Pusat dan Daerah. Badan
Pertimbangan Kesehatan Pusat dinamakan Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional (BPKN)
berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. Badan Pertimbangan Kesehatan Daerah
(BPKD) berkedudukan di ibukota propinsi dan ibukota kabupaten/ kota.
Ketentuan Pidana
Pimpinan unit pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan
praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama pada pasien yang dalam keadaan gawat darurat
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan denda paling banyak dua
ratus juta rupiah.
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang dengan
sengaja tidka memberikan pertolongan pertama pada pasien yang dalam keadaan
gawat darurat mengakibatkan kecacatan dan/atau kematian dipidana dengan pidana
paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak satu milyar rupiah.
Setiap orang yang tanpa ijin melakukan praktek pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan alat dan teknologi sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka
70
berat, dan/atau kematian dipidana dengan penjara paling lama satu tahun dan denda
paling banyak seratus juta rupiah.
Hukum perdata mengatur subjek dan antar subjek dalam hubungan interrelasi
(kedudukan sederajat) (1887)
Hukum pidana adalah peraturan mengenai hokum KUHP di Indonesia (1 Januari
1918)
Hukum kesehatan (No. 23 tahun 1992) adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan / pelayanan dan penerapannya. Yang
diatur menyangkut hak dan kewajiban baik perorangan dan segenap lapisan
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara
pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, sarana pedoman standar
pelayanan medic, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber
hukum lainnya.
71
Pertemuan Ke-Sebelas.
KODE ETIK PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA
A.Pengantar.
Etika berhubungan dengan moral orang. Hukum kesehatan merupakan aturan-aturan
dalam kesehatan .Etika berbicara tentang aturan-aturan, norma serta tata cara dalam
berbuat sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang tergantung jenis profesi,
dalam hal ini berkaitan dengan orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan.
Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan
dalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat agar masyarakat bisa teratur.
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan
Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut
hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai
penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan
dalam segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu
pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum
kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan, yaitu yang menyangkut asuhan /
pelayanan kedokteran (medical care / sevice).
Landasan pembentukan perundang-undangan pelayanan kesehatan (Van Der Mijn
1982):
1. Kebutuhan akan pengaturan pemberian jasa keahlian
2. Kebutuhan akan tingkat kualitas keahlian tertentu
3. Kebutuhan akan keterarahan
4. Kebutuhan akanpengendalian biaya
5. Kebutuhan akan kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya dan
identifikasi kewajiban pemerintah
6. Kebutuhan pasien akan perlindungan hukum
7. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi para ahli
8. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi pihak ketiga
9. Kebutuhan akan perlindungan bagi kepentingan umum
Hukum Kesehatan mencakup 4 bidang, yaitu :
Hukum kedokteran
Hukumkeperawatan
Hukumfarmasi klinik
Hukum rumah sakit
2. Mengapa tenaga kesehatan harus diberikan pengetahuan tentang hukum
kesehatan:
Agar setiap tenaga kesehatan atau penyelenggara kesehatan mengetahui setiap hak
dan kewajiban dalam usaha penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
sehingga proses pemberian pelayanan kesehatan dapat berjalan secara tertib, teratur
dan seimbang.
Setiap orang yang terlibat dalam usaha kesehatan baik penyelenggara pelayanan
kesehatanmaupun pengguna pelayanan kesehatan mengetahui bahwa ada sanksi yang
berlaku terhadap setiap pelanggaran yang terjadi yang telah di atur dalam undang-
undang
Dengan mengetahui adanya hukum kesehatan yang berlaku serta memahaminya,
diharapkan bahwa segala usaha-usaha pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan
sebaik-baiknya untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa.
72
3. Payung hukum kesehatan yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan ilmu
perilaku:
Undang-undang kesehatan no 23 tahun 1992 (namun undang-undang ini sudah tidak
berlaku karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan dan kebutuhan
kesehatan saat ini)
Sedang dilakukan amandemen terhadap UU kesehatan no 23 tahun 1992, terdiri dari
22 bab dan pasal-ke-pasal sejumlah 205 pasal.
Hukum kesehatan mencakup komponen-komponen hukum bidang kesehatan yang
bersinggungan satu dengan yang lainnya, yaitu hukum Kedokteran / Kedokteran Gigi,
Hukum Keperawatan, Hukum Farmasi Klinik, Hukum Rumah Sakit, Hukum
Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan dan sebagainya (Konas
PERHUKI, 1993).
B. Profesi Kesehatan Masyarakat.
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1 :
Setiap profesi Kesehatan masyarakat harus menjunjung tinggi, menghayati, dan
mengamalkan etika profesi kesehatan masyarakat.
Pasal 2 :
Dalam Melaksanakan tugas dan fungsinya profesi kesehatan masyarakat lebih
mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Pasal 3 :
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hendaknya menggunakan pronsip efektifitas-
efisiensi dan mengutamakan penggunaan teknologi tepat guna.
Pasal 4 :
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tidak boleh membeda – bedakan masyarakat atas
pertimbangan – pertimbangan agama, suku, golongan, sosial politik, dan sebagainya.
Pasal 5 :
Hak Anggota Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya ahanya melaksanakan profesi dan
keahliannya.
73
Dalam mennjalankan tugas dan fungsinya harus bertanggung jawab dalam melindungi,
memlihara dan meningkatkan kesehatan penduduk.
Pasal 13 :
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berdasarkan antisipasi ke depan, baik dan
menyangkut masalah kesehatan maupun masalah lain yang berhubungan atau mempengaruhi
kesehatan penduduk.
PENUTUP
Pasal 21 :
Setiap anggota profesi kesehatan masyarakat dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari harus
berusaha dengan sungguh-sungguh memegang teguh kode etik kesehatan masyarakat
Indonesia ini.
74
Pertemuan Ke-Duabelas.
ETIKA PROFESI
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
Pejabat struktural adalah pejabat ang ditunjuk oleh kepala satuan organisasi untuk
melaksanakan tugas-tugas yang bersifat administratif dan menajerial untuk mencapai
tujuan satuan organisasi. Pejabat struktural maupun Pejabat fungsional seharusnya
melaksanakan tugas/kegiatan secara profesional di bidangnya. Penyuluh Kesehatan
Masyarakat merupakan Profesi, dalam menjalankan Profesinya akan berpedoman
suatu tata nilai yang harus ditaati, yaitu Etika Profesi.
Berkembang dari sumpah dengan kemampuan dan pikiran saya akan mematuhi janji-
janji sebagai berikut ( ada 10 janji ):
1. Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan
penuh kasih saying sebagaimana orang tua saya sendiri, jika perlu saya akan
bagikan harta saya untuk dinikmati bersama.
2. Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung saya dan
saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya kalau
mereka mau mempelajarinya tanpa imbalan.
3. Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anaknya saya
sendiri dan kepada anak-anak guru saya dan kepada mereka yang telah
mengikatkan diri dengan dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu
pengobatan, dan tidak kepada hal-hal yang lainnya.
4. Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengetahuan dan
kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita dan tidak akan
merugikan siapapun.
5. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun
meskipun diminta atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas
dasar yang sama, saya tidak akan memebrikan obat untuk menggugurkan
kandungan.
6. Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan
tetap suci dan bersih.
7. Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang walaupun iia
menderita penyakit batu, tetapi akan menyerahkan kepada mereka yang
berpengalaman dalam pekerjaan ini.
8. Rumah siapapun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan untuk
kesembuhan yang sakit dan tanpa niat buruk atau mencelakakan dan lebih
jauh lagi tanpa niat berbuat cabul terhadap wanita ataupun pria baik mereka
maupun hamba sahaya.
75
9. Apapun yang saya dengar atau lihat tentang kehidupan seseorang yang tidak
patut disebar luaskan tidak akan saya ungkapkan karena saya harus
merahasiakannya.
10. Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati
hidup dalam mempraktikkan ilmu saya ini, dihormati olehs emua orang di
sepanjang waktu. Tetapi jika sampai saya menghianati sumpah ini balikkanlah
nasib saya. Dari sumpah tadi ada 7 prinsip yaitu : tidak merugikan, membawa
kebaikan, menjaga kerahasiaan, otonomi pasien, berkata benar, berlaku adil,
dan menghormati privasi.
PROFESI
Profesi pada umumnya mempunyai beberapa ciri, yaitu :
1. Memberikan pelayanan (service) pada orang segera langsung (yang umumnya
bersifat konfidental).
2. Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum
melakukan pelayanan.
3. Anggotanya yang relatif homogen.
4. Menerapkan standar pelayanan tertentu.
5. Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi profesi.
Dengan demikian sebagi profesi mensyaratkan ada etika profesi. bahwa Etika Profesi
sebagi sikap hidup merupakan kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
professional dari pasien atau klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagi keseluruhan terhadap para
anggota masyarakat yang membutuhkannya disertai dengan refleksi yang seksama.
Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai sutau profesi adalah :
1. Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal lengkap dengan cara pengujian
yang terinstitusionalisasikan, baik mengenai adekuasi pendidikannya
mmmaupun mengenai kompetensi orang-orang hasil didikannya.
2. Penguasaan tradisi kultural dalam menggunakan keahlian tertentu serta
keterampilan dalam penggunaan tradisi.
3. Komplek okupasi/pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional untuk
menjamin bahwa kompetensi yang dimiliki itu akan digunakan secara
bertanggung jawab, wujudnya adalah organisasi profesi dengan prosedur
penegakannya, serta cara rekrutasi pengemban profesi.
76
pertimbangan yang menentukan dalam pengambilan keputusan adalah
kepentingan pasien atau klien serta kepentingan umum, dan bukan
kepentingan pengemban profesi sendiri.
b. Pelayanan professional dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien
mengacu pada kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai norma kritik yang
memotivasi sikap dan tindakan.
c. Pengembanan profesi harus selalu mengacu pada masyarakat sebagai
keseluruhan.
d. Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat
menjamin mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi harus
bersemangatkan solidaritas anatar sesama rekan seprofesi.
77
4. Memperoleh imbalan jasa yang layak untuk kegiatan profesional yang
dilakukan.
5. Bersedia dituntut jika melakukan malpraktek diluar kewenangannya yang
merugikan klien.
78
keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan
dalam praktek.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh
para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus
untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada
persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan
teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan
keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga
hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan
teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri
tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih
senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya
dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti
layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status
yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal
tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka
berikan bagi masyarakat.
Dalam menjalankan profesinya, hanya pengemban profesi yang bersangkutan sendiri
yang dapat atau paling mengetahui tentang apakah perilakunya dalam mengemban
profesi sudah memnuhi tuntutan etika profesinya atau tidak. Kepatuhan pada etika
profesi alkan sangat bergantung pada akhlak pengemban profesi yang bersangkutan.
Dalam lingkungan pengemban profesi dimunculkan sperangkat kaidah perilaku
sebagai pedoman yang harus dipatuhi, yang disebut Kode Etik Profesi atau disingkat
Kode Etik. Setiap profesi mengenal pendidikan/pelatihan yang khusus, dan harus
mengabdi kepada masyarakat, dan memilki suatu kode moral suatu kode etik
tersendiri. Kode etik adalah pedoman perilaku yang berisikan garis-garis besar. Kode
etik harus memiliki sifat-sifat antara lain (1) Harus rasional, tetapi tidak kering
dari emosi (2) harus konsisten, tetapi tidak kaku, dan (3) harus bersifat
universal.
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat dikelompokkan dalam 2 (dua)
kelompok yaitu :
1. Profesi PKM (Health Education Specialis) adalah seseorang yang
menyelenggarakan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat
melalui penyebarluasan informasi, membuat rancangan media, melakukan
pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
79
kesehatan, serta merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan
perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.
2. PKM Fungsional adalah PNS/Pesiunan atau seseorang yang ahli dalam
bidangnya yang melakukan tugas sesuai dengan Profesi PKM (Health
Education Specialis).
80
6. Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri
setiap individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-
nilai secara konsisten.
7. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
8. Mematuhi prinsip “informed consent” sebagi penghargaan terhadap klien.
9. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang
mengasuh/memelihara pertumbuhan dan perkembangan individu.
10. Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai
dengan pertimbangan mal praktek yang dilakukan.
Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar
karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga
tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan
mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang
berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi
profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan
yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan
untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti
pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis
sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui
pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis
mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme:
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan
dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi
yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak
bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan
yang mereka berikan bagi masyarakat.
81
MUKADIMAH
Kesehatan dalam kehidupan manusia adalah salah satu komponen dari kesejahteraan
masyarakat. Dalam rangka meningkatakan kesejahteraan masyarakat upaya
peningkatan kesehatan itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan perilaku, pelayanan
kesehatan dan faktor genetik.
Kesehatan masyarakat sbegai ilmu dan seni untuk mencegah penyakit
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui upaya bersama
masyarakat secara terorganisir untuk sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit,
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan sebagainya, mengandung makna
bahwa aspek preventif dan promotif adalah lebih pentin daripada kuratif dalam rangka
peningkatan status kesehatan masyarakat.
Pendekatan preventif dan propmotif yang melibatkan keikutsertaan masyarakat
mempunyai implikasi bahwa klien profesi kesehatan masyarakat bukanlah individu,
tetapi masyarakat. Dalam melaksanakan upaya kesehatan masyarakat perlu dilandasi
oleh etika yang berazaskan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Dengan maksud untuk mewujudkan pengabdian yang luhur, kami para profesi
Kesehatan Masyarakat Indonesia, dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
merumuskan KODE ETIK PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA.
82
Pertemuan Ke-Tigabelas.
ASPEK HUKUM PELAYANAN KESEHATAN
A.Aspek Hukum.
Dalam pelayanan kesehatan dimana pasien adalah merupakan obyek dari
pekerjaan/keahlian dokter, hubungan hukum yang dilahirkan dari hubungan pelayanan
kesehatan antara sang pengobat dengan si sakit in telah melahirkan aspek hukum baik di
bidang hukum perdata, hukum administrasi, maupun hukum pidana. Dalam bidang hukum
perdata yang hingga kini masih tetap berlaku ketentuan umum hukum perdata tertulis yang
berasal dari Belanda dapat berupa gugatan perdata. Tanggung gugat perdata dalam BW
setidak-tidaknya disebabkan karena 3 (tiga) hal, yaitu, (1) karena “wanprestasi”; (2) karena
perbuatan melawan hukum “onrechnatige daad”; (3) karena mengakibatkan mati/cacat tubuh
karena kurang hati-hati dan cermat (dalam proses mengupayakan kesembuhan).
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dalam pasal 55 ayat (2)
memberikan dasar hukum bagi penuntutan ganti rugi menurut apa yang diatur dalam BW
sebagai peraturan perundang-undangan yang berlaku umum, Ketentuan yang terdapat dalam
BW diantaranya ialah :
(1) Pasal 1243 BW, yang merupakan ketentuan umum yang memberikan dasar hukum bagi
permintaan ganti rugi yang diakibatkan karena “wanprestasi” tidak dipatuhinya prestasi
sesuai dengan yang dijanjikan.
(2) Pasal 1365 BW, yang merupakan ketentuan umum yang memberikan dasar hukum bagi
penggantian kerugian karena perbuatan melanggar hukum ”onrechnatige daad”
Mengenai “onrechnatige daad” ini syarat-syaratnya yang harsu di penuhi untuk dapat
diterapkan ketentuan pasal 1356 BW ialah, (1) harus ada perbuatan (berbuat/tidak berbuat);
(2) perbuatan ini harus melanggar hukum (yaitu tidak hanya melanggar undang-
undang/peraturan tertulis); (3) ada kerugian; (4) ada hubungan sebab akibat (hubungan
kausal) antara perbuatan melanggar hukum itu dengan kerugian yang diderita; dan (5) adanya
kesalahan (schuld) Yang dimaksud dengan unsur kesalahan dalam pasal 1365 KUHPerdata
ialah si pembuat/pelaku pada umumnya harus bertanggung jawab, karena ia menginsafi
akibat dari perbuatannya(toerekeningvatbaar).
Adapun tanggung gugat perdata atas kerugian yang diderita orang lain itu dapat cukup
3 (tiga) kriteria, yaitu :
(a) Tanggung gugat berdasarkan kesalahan (schuldaansprkeljkheid) yang bertumpu pada 2
(dua) hal, yaitu :
1. Melanggar hukum dan kesalahan (karena, melanggar hukum si pelaku dipersalahkan)
2. Karena mengabaikan perbuatan melanggar hukum tersebut.
(b) Tanggung gugat berdasarkan kesalahan dengan pembalikan beban
pembuktian (schuldaansprkeljkheid met omkering van de bewijslat)dalam hal ini
penggugat tidak perlu membuktikan bahwa tergugat tidak cukup hati-hati, tetapi
sebaliknya tergugat yang wajib membuktikan untuk menghindari tanggung gugat ia telah
cukup berusaha untuk hati-hati sehingga ia tidak dapat dipersalahkan;
(c) Tanggung gugat berdasarkan resiko (risiko aansprkeljkheid), yaitu yang merupakan
tanggung gugat yang dipertajam, yaitu pertanggungjawaban untuk akibat kerugian tanpa
melakukan perbuatan melawan hukum dan kesalahan.
Hubungan hukum yang dilahirkan dari hubungan dokter pasien dalam upaya pelayanan
kesehatan telah melahirkan aspek hukum dalam bidang hukum perdata, dalam bidang hukum
perdata berlaku ketentuan umum hukum perdata yang ditulis dari zaman Belanda.
Sehubungan dengan pembahasan tentang aspek hukum inform consent, syarat sahnya
perjanjian relevan untuk dibahas. Hal terpenting agar perjanjian antara dokter dan pasien
mempunyai kekuatan yang mengikat, adalah harus dipenuhinya syarat-syarat yang ditentukan
oleh undang-undang untuk sahnya suatu perjanjian pasal 1320 KUHPerdata. Syarat yang
83
pertama dari pasal 1320 KUHPerdata, mengisyaratkan adanya sepakat para pihak yang
mengikatkan diri. Yang dimaksudkan dengan sepakat para pihak dalam pekerjaan jasa
pelayanan kesehatan adalah persetujuan (consent) dari dokter untuk melakukan tindakan
medis dan persetujuan dari pasien untuk dilakukan tindakan medis atas dirinya. Dalm hal
perjanjian tidak disertai oleh kata sepakat, maka perjanjian itu tidak sah dan dapat dibatalkan
seperti diketahui yang tidak seimbang antara pemberi jasa pelayanan kesehatan dan penerima
jasa dirinya. Dalam hal perjanjian tidak disertai oleh kata sepakat, maka perjanjian itu tidak
sah dan dapat dibatalkan seperti diketahui yang tidak seimbang antara pemberi jasa pelayanan
kesehatan dan penerima jasa pelayanan kesehatan, di mana kedudukan pemberi jasa
pelayanan kesehatan berada pada posisi pakar dan kedudukan penerima jasa pelayanan
kesehatan pada posisi awam.
Hal sedemikian ini dapat menjadi perbaikan pasien sebagai konsumen ini menuntut
adanya kesadaran dari pihak dokter dan psien di mana kedua belah pihak saling
membutuhkan hal ini dapat dilihat dari perkembangan yang terjadi saat ini yaitu :
1. Kesadaran hukum pasien semakin mengikat; pasien sadar akan hak dan kewajibannya,
adalah arti bahwa pemberian persetujuan tanpa mengetahui tentang apa yang akan
dilaksanakan atas dirinya adalah bertentangan dengan arti persetujuan itu sendiri.
2. Kegagalan-kegagalan dalam pelaksanaan tindakan medik yang berulang kali terjadi,
sehingga membuat pasien lebih kritis dalam melihat relasi antara dokter pasien, dengan
menuntut informasi tentang apa yang akan dilaksanakan oleh dokter;
3. Kesadaran akan hak mutlak atas tubuhnya dan hak untuk menentukan atas diri sendiri,
dalam arti menerima atau menolak tindakan medik yang akan melaksanakan atas dirinya;
4. Kesadaran akan posisinya, dengan menolak adanya kesenjangan dalam relasi pakar dan
awam.
Pasien memang menandatangi surat persetujuan, tetapi pasien tidak mengakui bahwa
pasien tidak di beri informasi dan pasien tidak mengerti apa yang disetujuinya. Mungkin saja
yang menurut dokter sudah diberi informasi yang cukup, menurut pasien belum cukup,
karena pasien tidak mengerti bahwa apa yang telah dikatakan dokter itu adalah sebuah
informasi untuk dirinya. Seringkali pasien hanya menganggukkan kepalanya seakan-akan
mengerti, tanpa pertanyaan, sebab apa yang akan ditanyakan saja dia tidak tahu. Dokter yang
menganggap anggukan pasien sebagai tanda mengerti akan persetujuan tindakan medik dan
pasien sangat minim. Dalam uraian terdahulu disebutkan bahwa upaya pelayanan kesehatan
menyangkut seluruh hidup dan kehidupan manusia. Ini berarti bahwa apabila tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Meningkatnya
jumlah permintaan dan pelayanan kesehatan ini telah dibuktikan dalam sejarah inggris
dengan apa yang dalam kepustakaan dikenal sebagai pelayanan kesehatan.
84
berpraktek mengadakan suatu "penawaran umum" mengenai pekerjaan yang dapat
dilakukannya untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit (yakni pasien). Dalam lalu lintas
perhubungan hukum yang terjadi dalam masyarakat sebagai satu sistem sosial, dengan
demikian Rumah Sakit merupakan organ yang mempunyai kemandirian untuk melakukan
perbuatan hukum.
85
Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab antara lain:
1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts)
2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions)
Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-
kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi, perwatan & pemeliharaan, pengwasan,
pengujian, & cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha & buruh, latihan, supervisi
medis, PPPK, & pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah mati atau tak resmi mengenai
misalnya kontruksi yang memnuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri
tertentu, praktek-praktek keselamatan & hygiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-
undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat & ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya,
penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian
tentang pencegahan peledakan gas & debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan & desain
paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat & peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis & patologis
faktor-faktor lingkungan & teknologis, & keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan
kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan.
Dasar Hukum
* UU no.13/2003
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan & kesehatan kerja
b. Moral & kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat & martabat manusia
d. untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya K3.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) & ayat (2) dilaksanakn sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
* UU no.14/1969
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas:
1. Keselamatan
2. Kesehatan
3. kesusilaan
4. pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia & moral
agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi :
1. Norma keselamatan kerja
2. Norma kesehatan kerja
3. Norma kerja
4. Pemberian ganti kerugian, perawatan & rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
86
* UU no.1/1970
1. Agar pekerja & setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat & selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai & digunakan secara aman & efisien.
3. Agar proses produksi berjalan secara lancar tanpa hambatan.
* UU no.3/1992
1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja & pulang kerumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
2. Jaminan kecelakaan kerja
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja
meliputi:
1. Biaya pengangkutan.
2. Biaya pemeriksaan pengobatan dan/atau perawatan.
3. Biaya rehabilitasi.
4. Santunan berupa uang meliputi :
a. Santunan sementara tidak mampu bekerja.
b. Santunan cacat sebagian untuk selamanya.
c. Santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental.
d. Santunan kematian
Rahasia Medik adalah adalah segala sesuatu yang dianggap rahasia oleh pasien yang
terungkap dalam hubungan medis dokter-pasien baik yang diungkapkan secara langsung oleh
pasien (subjektif ) maupun yang diketahui oleh dokter ketika melakukan pemeriksaan fisik
dan penunjang ( objektif). Rahasia medis ini juga sering disebut sebagai rahasia jabatan
dokter yang timbul karena menjalankan tugas profesionalnya sebagai dokter.
Rahasia medis merupakan hak pasien yang harus dilindungi dan dijunjung tinggi oleh
setiap penyelenggara pelayanan kesehatan. Pelanggaran terhadap hak pasien ini merupakan
sebuah kejahatan yang dapat dimintai pertanggung jawaban hukum. Perlindungan terhadap
hak rahasia medis ini dapat di lihat dalam peraturan perundang-undangan antara lain:
1. Pasal 57 UU No.36/ 2009 tentang Kesehatan mengatakan bahwa setiap orang
berhak atas kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan
2. Pasal 48 UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran mengatakan bahwa
setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokterannya wajib
menyimpan rahasia kedokteran
3. Pasal 32 (i) UU No,44 Tentang Rumah Sakit mengatakan bahwa hak pasien
untuk mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya
Pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan tersebut diancam pidana kurungan
badan sebagai mana yang diatur dalam pasal 322KUHP yang mengatakan : " barang siapa
yang dengan sengaja membuka rahasia yang wajib ia simpan karena jabatannya atau karena
pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah.
Rahasia medis ini hanya dapat dibukan oleh rumah sakit, dokter dan tenaga kesehatan
lainnya dalam hal telah mendapatkan persetujuan dari pasien yang bersangkutan, demi untuk
kepentingan orang banyak atau untuk kepentingan penegakan hukum.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka semua rahasia medis yang tertuang dalam
rekam medik adalah menjadi hak sepenuhnya dari pasien yang bersangkutan dan oleh sebab
87
itu maka berkas rekam medik perlu di jaga kerahasiaanya agar tidak dengan mudah di baca
oleh pihak-pihak yang tidak berkompeten untuk mengetahui rahasia medis pasien tersebut.
Di beberapa negara yang menganut kebebasan mutlak melaksanakan perlindungan rahasia
medik dengan sangat ketat, sehingga rekam medik menjadi sangat konfidensial. Seorang
suami tidak dengan mudah mendapatkan isi rekam medik istrinya ataupun sebaliknya jika
oleh suami atau istri tersebut menyatakan bahwa hal tersebut konfidens bagi pasangannya.
Sebegitu ketatnya perlindungan rahasia medis tersebut , terkadang sampai meninggalpun
rahasia tersebut tetap tersimpan rapi.
88
Pertemuan Ke-Empatbelas.
ETIKA PROFESI KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
ETIKA
1. Berlaku untuk lingkungan professional
2. Disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi
3. Tidak seluruhnya tertulis;
4. Pelanggaran diselesaikan oleh majelis kehormatan etik
5. Sanksi pelanggaran tuntunan
6. Penyelesaian pelanggaran tidak selalu disertai bukti fisik
HUKUM
1. Berlaku untuk umum
2. Disusun oleh badan pemerintah / kekuasaan
3. Tercantum secara rinci dalam kitab UU dan lembaran/berita negara
4. Pelanggaran diselesaikan melalui pengadilan
5. Sanksi pelanggaran tuntutan
6. Penyelesaian pelanggaran memerlukan bukti fisik
Etika kesehatan mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui atau ditolak
dan suatu kerangka rekomendasi bagaimana bersikap/bertindak secara pantas di dalam bidang
kesehatan.
Perihal hubungan tenaga kesehatan dengan pasien dan keluarganya :
89
1. Paternalisme kalangan Profesi kesehatan harus berperan sebagai orangtua terhadap
pasien dan keluarganya;
2. Individualisme - Pasien mempunyai hak-hak mutlak terhadap badan dan
kehidupannya.
3. Resiprokalisme Kalangan profesi kesehatan harus bekerja sama dengan pasien dan
keluarganya dalam memberikan pelayanan kesehatan
Ayat-ayat al-Qur’an menunjukkan bahwa etika Islam amat humanistik dan rasionalistik.
Etika Islam menurut Al-Quran:
keadilan,
kejujuran,
90
kebersihan,
menghormati orang tua,
bekerja keras,
cinta ilmu,
dan lain-lain
Kejujuran (surat an-Nisaa)
Sifat-sifat penting lain yang harus dimiliki oleh seorang Dokter Muslim dalam hal
penanganan pasien gawat darurat ialah :
Adanya belas kasihan dan cinta kasih terhadap sesama manusia, perasaan sosial yang
ditunjukkan kepada masyarakat.
Seorang dokter muslim dilarang membeda-bedakan antara pasien kaya dan pasien
miskin.
Sebagian besar waktunya harus dicurahkan kepada pasien,
Seorang dokter muslim harus lebih banyak mendengar dan lebih sedikit bicara,
Seorang dokter muslim tidak boleh berkecil hati dan harus merasa bangga akan
profesinya karena semua agama menghormati profesi dokter.
Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu untuk
memberikannya
Kemudian dalam islam, kedokteran juga memiliki prinsip kode etik. Adapun Prinsip
kode etik kedokteran Islam tersebut adalah:
Taqwa;
Iman;
Otonomi;
Tidak ada yang dirugikan (non-malfeasance);
Kebajikan;
Keadilan dalam penggunaan sumber daya yang ada;
Melakukan tindakan berdasarkan rasionalitas dan keinginan diri sendiri
Islam mewajibkan untuk menolong pasien dalam keadaan darurat tanpa melihat kondisi
keuangan dan kemampuan membayar biaya tindakan medis. Seperti dalam ayat al-qur’an
yang menegaskan:
ي ﺑِﺎ ْﻟ َﻌ ْﺪ ِل َواﻹِﺣْ ﺴَﺎنِ َوإِﯾﺘَﺎء ذِي َ ﷲَ ْأ ُﻣ ُﺮ ّ ﻋَﻦِ ا ْﻟﻔَﺤْ ﺸَﺎء َوا ْﻟﺒَﻐْﻲِ إِنﱠ
ﯾَ ِﻌﻈُ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ َﺬ ﱠﻛﺮُونَ ا ْﻟﻘُﺮْ ﺑَﻰ َوﯾَ ْﻨﮭَﻰ َوا ْﻟﻤُﻨ َﻜ ِﺮ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (An-nahl : 90)
91
َﺴﺒِﯿ ُﻞ إِﻧﱠﻤَﺎ اﻟﻨﱠﺎس ض ﻓِﻲ َوﯾَ ْﺒﻐُﻮنَ ﯾَ ْﻈﻠِﻤُﻮنَ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ َﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠ
ِ ْﺑِ َﻐ ْﯿ ِﺮ ْاﻷَر
أَﻟِﯿ ٌﻢ َﻋﺬَابٌ ﻟَﮭُﻢ أُوْ ﻟَﺌِ َﻚ اﻟْﺤَ ﱢ
ﻖ
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui
batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih” (As-syuura : 42)
ﺻﺮُونَ َﻻ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻣَﺎ
َ ﺗَﻨَﺎ
"Kenapa kamu tidak tolong menolong?" (Ash Shaaffaat : 25)
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” Al-Fath : 29
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu
bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-
orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka
mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” an-nur : 22
o Jelaslah bahwa etika dokter, Tenaga Medis dan Paramedis pada saat menemui pasien
kritis dan butuh pertolongan harus mendahulukan kepentingan pasien sesuai dengan
Sifat-sifat Tenaga Medis dan Paramedis yang telah disebutkan diatas yaitu Beriman
dan Tulus ikhlas karena Allah dan juga dalam prinsip kode etik kedoketran dalam
islam yaitu Tidak ada yang dirugikan (non-malfeasance) dan Kebajikan.
o Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas diatur
dalam pasal 51 UU No.29/ 2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter
wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan. Selanjutnya,
walaupun dalam UU No.23/1992tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan
gawat darurat namun secara tersirat upaya penyelenggaraan pelayanan tersebut
sebenarnya merupakan hak setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal (pasal 4). Selanjutnya pasal 7 mengatur bahwa “Pemerintah bertugas
menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”
termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurang mampu.6 Tentunya upaya ini
menyangkut pula pelayanan gawat darurat, baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat (swasta). Rumah sakit di Indonesia memiliki
kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai
salah satu persyaratan ijin rumah sakit. Dalam pelayanan gawat darurat tidak
diperkenankan untuk meminta uang muka sebagai persyaratan pemberian pelayanan.
o Dipandang dari segi hukum, pelayanan gawat darurat berbeda dengan pelayanan non-
gawat darurat karena memiliki karakteristik khusus. Beberapa isu khusus dalam
pelayanan gawat darurat membutuhkan pengaturan hukum yang khusus dan akan
menimbulkan hubungan hukum yang berbeda dengan keadaan bukan gawat darurat.
Ada beberapa upaya penyelesaian masalah pelayanan gawat darurat, yaitu sebagai
berikut:
Meningkatkan kegiatan pendidikan kesmas, sehingga satu pihak pemahaman
masyarakat terhadap pelayanan gawat darurat dapat ditingkatkan, dan dipihak lain
keterampilan masyarakat menanggulangi (self medication) masalah-masalah
kesehatan sederhana dapat ditingkatkan;
Menambah jumlah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat jalan,
termasuk pertolongan pertama.
Menggalakkkan program asuransi kesehatan, terutama yang menganut sistem
pembayarab pra-upaya.
92
Sudah jelaslah bahwa tidak ada perihal yang menghalangi seorang dokter ataupun tim medis
untuk tidak memberikan pertolongan dan pelayanan medis kepada pasien gawat darurat.
Selain melanggar hukum dan UU yang telah ditetapkan, hal tersebut juga melanggar dari
ketentuan Allah yang memerintahkan bahkan mewajibkan untuk tolong-menolong.
93
Daftar Referensi.
1. Darsono S. Etik, Hukum Kesehatan dan Kedokteran (Sudut Pandang Praktikus).
Semarang: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2004.
2. Adji US. Profesi Dokter, Etika Profesional dan Hukum Pertangung jawaban Pidana
Dokter. Jakarta: Erlangga; 1991.
3. Anderson BG, Foster GM. Antropologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia
Press; 1986.
4. Astuti EK. Hubungan Hukum Antara Dokter Dan Pasien Dalam Upaya Pelayanan
Medis. Semarang; 2003.
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes Republik Indonesia
No.585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia; 1989.
6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes Republik Indonesia
No.290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Jakarta:
Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2008
7. Konsil Kedokteran Indonesia. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia
No.17/KKI/Kep/VIII/2006 Tentang Pedoman Penegakan Disiplin Profesi Kedokteran.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia; 2006.
8. Manuaba IG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC; 1998.
9. Universitas Sumatra Utara. Informed Consent. [homepage on internet]. No date [cited
2013 Nov 21]. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstr eam/ 123456789
/16619/4/ Chapter%20II.pdf 57
10. Narayana D. Pasien Berhak Tahu. Jakarta: Padi Pressindo; 2010.
11. Guwandi J. HAM Dalam Persetujuan Tindakan Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1995.
12. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes Republik Indonesia
No.1419/Menkes/Per/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter
Gigi. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2005.
13. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2001.
14. Konsil Kedokteran Indonesia. Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia; 2006.
15. Faculty of Sexual and Reproductive Healthcare. Progesterogen-only Implants. CEU
Guidance [internet]. 2009 [cited 2013 Des 2]: 1(4):3. Available from: FSRH.
16. Saifuddin AB, editor. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.
17. Wiknjosastro H, editor. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2007.
18. BKKBN, Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di
Fasilitas Kesehatan. Jakarta: BKKBN, Kemenkes RI; 2012
No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan
19. Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 “TENTANG REGISTRASI DAN
PRAKTIK BIDAN”
20. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
“369/MENKES/SK/III/2007” Tentang Standar Profesi Bidan.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Iindonesia Nomor
“HK.02.02/MENKES/149/2010” Tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Bidan
94
22. Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 Tentang Ijin dan Penyelengaraan
Praktek Bidan.
23. Triwibow, Cecep. 2014. Etika & Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Medika Susilawati,
Ika Rahma. 2012. Ulasan Jenis Etika. Diakses dari
http://ikarahma.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/JENIS-DAN-DEFINISI-ETIKA.ppt
pada tanggal 6 Oktober 2016. 2013.
24. Pengertian Etika. Diakses dari
http://ambarwati.dosen.narotama.ac.id/files/2013/02/EP- w1-C-2013.pdf pada 6
Oktober 2016.
95