Anda di halaman 1dari 95

BAHAN PEMBELAJARAN

MATA KULIAH : ETIKA HUKUM KESEHATAN


(SEMESTER GASAL 2019/2020)

UNTUK KALANGAN SENDIRI

D
I

S
U
S
U
N

Oleh
A.KAHAR MARANJAYA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JJAKARTA
2019

1
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

Matakuliah : ETIKA HUKUM


Kode Matakuliah :
Sks/ JS : 2 sks / 2 x 50 menit

Uraian Pokok Bahasan Setiap Pertemuan


Pertemuan Ke-1 :
Membahas Rencana Pembelajaran, Sistem Perkuliahan, Landasan dan Asas-Asas
Hukum/Peraturan Perundang-Undangan. ..................................................................... 4
Pertemuan Ke-2 dan Ke-3:
Hukum Kesehatan............................................................................................................. 11
Pertemuan Ke-4 :
Perihal Etika ..................................................................................................................... 21
Pertemuan Ke-5 :
Perihal Profesi dan Etika Profesi..................................................................................... 29
Pertemuan Ke-6 :
Hak Asasi Manusia Dalam Bidang Kesehatan............................................................... 36
Pertemuan Ke-7 dan Ke-8 :
Ujian Tengah Semester (UTS)
Aliran dan Prinsip-Prinsip Etika Hukuum Kesehatan................................................. 43
Pertemuan Ke-9:
Perihal Kode Etika Profesi............................................................................................... 57
Pertemuan Ke-10 :
Pokok-Pokok Materi Muatan UU Kesehatan No 36 Tahun 2007................................ 67
Pertemuan Ke-11 :
Perihal Kode Etik Profesi Kesehatan Masyarakat........................................................ 72
Pertemuan Ke-12 :
Perihal Etika Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat............................................... 75
Pertemuan Ke-13 : .
Aspek Hukum Pelayanan Kesehatan............................................................................... 83
Pertemuan Ke-14 :
Etika Profesi Kesehatan Dalam Perspektif Islam........................................................... 89
Ujian Akhir Semester (UAS)
Daftar Referensi................................................................................................................ 93

A. Penilaian
1. Tugas 30%
2. Midle Test 30%
3. Final Test 40%

B. Tugas
Masing-masing mahasiswa membuat Tugas (karya ilmiah) bertemakan Pancasila dan/atau
Indonesia. Dikerjakan sesuai dengan Pedoman Pembuatan Karya Ilmiah (PPKI) Umumnya.
Dikumpulkan pertemuan ke- 7 (tujuh) Ujian Tengah Semester (UTS)
dan dipresentasikan secara bergantian pada pertemuan ke 9 (sembilan) dan
seterusnya.

C. Tata Tertib Perkuliahan

2
1. Mahasiswa diharapkan dengan kesadaran sendiri hadir tepat waktu dengan maksimum
keterlambatan 15 menit. Keterlambatan dosen selama 15 menit tanpa pemberitahuan
berarti kelas dinyatakan kosong.
2. Mahasiswa diharapkan dengan kesadaran sendiri berpakaian rapi dan sopan, tidak
merokok di kelas, tidak berbicara dengan rekannya dikelas (kecuali acara diskusi), tidak
mengganggu jalannya perkuliahan.
3. Mahasiswa diharapkan dengan kesadaran sendiri, tidak menyalakan telephon genggam di
dalam kelas.
4. Mahasiswa mempunyai hak untuk mengikuti ujian akhir semester: jika mengikuti kuliah
minimal 80% dan mengumpulkan tugas terstruktur.
5. Mahasiswa yang tidak bisa hadir mengikuti perkuliahan diharuskan membuat surat izin
(surat keterangan).
6. Dosen dapat menugaskan Mahasiswa secara mandiri dan/atau kelompok, untuk
membahas Pokok Bahasan tertentu.

3
Pertemuan Ke-Satu.

LANDASAN DAN ASAS-ASAS HUKUM/ PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN
A.Sistem Hukum.
Sistem hukum adalah suatu susunan atau tatanan yang teratur dari peraturan-peraturan hukum
yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain berdasarkan atas kesatuan alam
pikiran yang hidup dalam masyarakat.
Menurut Prof.R.Subekti,SH,sistem hukum adalah suatu susunan atau tatanan yang
teratur,suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian yang berkaitan satu sama lain,tersusun
menurut suatu rencana atau pola untuk mencapai suatu tujuan.
Hal-hal yang penting dalam hubungannya dengan pengertian sistem hukum adalah :
1. Suatu sistem hukum tidak boleh terdapat suatu pertentangan, pembentukan,
tumpang tindih dan duplikasi antara bagian-bagiannya.
2. Suatu sistem mengandung beberapa azas yang menjadi pedoman dalam
pembentukannya.
3. Suatu sistem bersifat menyeluruh,berstruktur dan terangkai secara bulat yang
keseluruhan mesin-mesinnya mempunyai hubungan fungsional.
Contoh dalam hukum perdata sebagai sistem hukum positif di Indonesia yaitu :
1.Di Dalam hukum perdata terdiri dari bagian-bagian yang mengatur hidup manusia sejak
lahir sampai meninggal dunia.
2.Bagian-bagian itu mempunyai kaitan yaitu aturan-aturan tentang :
 Seseorang sejak dilahirkan
 Mempunyai hak dan kewajiban
 Membentuk keluarga
 Memiliki harta kekayaan
 Hubungan antara orang yang satu dengan yang lain
3.Antara bagian yang satu dengan bagian yang lain memuat peraturan-peraturan hukum
menyeluruh sebagai suatu kesatuan dalam keperdataan.
Macam-macam sistem hukum yaitu :
1. Sistem hukum eropa kontinental
2. Sistem hukum anglo saxon
3. Sistem hukum adat
4. Sistem hukum islam

SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL


 Sistem hukum eropa kontinental berkembang di negara-negara eropa daratan yang
sering disebut dengan “Civil law“.Civil law tersebut semula berasal dari kodifikasi
yang berlaku di Romawi pada masa pemerintahan kaisar Justianus.peraturan-
peraturan hukumnya merupakan kumpulan dari berbagai kaidah-kaidah hukum yang
ada sebelum masa Kaisar Justianus yang kemudian disebut dengan Corpus Juris
Civilis, dan kemudian dijadikan dasar perumusan kodifikasi hukum di negara-negara
eropa daratan.
 Prinsip-prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum eropa kontinental adalah
hukum memperoleh kekuatan yang mengikat,karena diwujudkan dalam peraturan-
peraturan yang berbentuk Undang-undang dan tersusun secara sistematis didalam
kodifikasi.
 Prinsip utama ini ditujukan hukum hanyalah dapat diwujudkan apabila tindakan-
tindakan hukum yang dilakukan didalam pergaulan hidup manusia diatur dengan
peraturan-peraturan hukum tertulis.

4
Dengan berdasarkan tujuan tersebut,maka hakim tidak dapat leluasa untuk menciptakan
hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum.hakim hanya berfungsi menetapkan dan
menafsirkan pertauran-peraturan dalam batas-batas kewenangannya.putusan hakim hanya
mengikat para pihak yang berperkara saja (Doctrin Re Ajudicata).
Sumber-sumber hukum dalam sistem hukum eropa kontinental adalah :
1. Undang-undang yang dibentuk oleh badan legislatif
2. Peraturan yang dibuat oleh badan eksekutif berdasarkan Undang-undang.
3. Kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan diterima sebagai hukum selama tidak
bertentangan dengan Undang-undang.

Sistem hukum eropa kontinental menggolongkan dua bidang hukum yaitu :


1. Hukum publik
2. Hukum privat

Hukum Publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan/wewenang


penguasa negara serta hubungan-hubungan antara negara dan masyarakat.
Contoh yang termasuk hukum publik yaitu :
1. Hukum tata negara
2. Hukum tata usaha negara
3. Hukum pidana

Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara
individu-individu dalam masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Contoh yang termasuk hukum privat yaitu :
1. Hukum perdata
2. Hukum dagang

Perbedaan hukum privat dan hukum publik sulit dibedakan batas-batasnya karena:
1. Terjadinya proses sosialisasi didalam hukum sebgai akibat dari makin banyaknya
bidang-bidang kehidupan masyarakat yang menyangkut kepentingan umum yang
perlu dilindungi hukum.
2. Semakin banyaknya turut campur negara dalam bidang kehidupan
perorangan,misalnya bidang perdagangan,perburuhan,agraria,

SISTEM HUKUM ANGLO SAXON


Sistem hukum Anglo saxon mulai berkembang di Inggris sekitar abad XI,yang disebut
dengan Common law dan Unwritten law.
Sistem hukum Anglo saxon melandasi pula hukum positif di USA,Kanada,Australia dan
negara-negara lain yang termasuk dalam negara-negara persemakmuran Inggris.
Sumber-sumber hukum sistem hukum Anglo saxon adalah :
1. Putusan-putusan hukum pengadilan (Judicila decisions)
2. Kebiasaan-kebiasaan dan peraturan-peraturan tertulis.

Hal-hal yang terdapat dapat sistem hukum Anglo saxon adalah :


1. Putusan hakim merupakan sumber hukum yang utama yang dapat mewujudkan
kepastian hukum dan merupakan kaidah hukum yang mengikat umum.
2. Sumber hukum tidak tersusun secara sistematis dalam suatu kitab hukum.
3. Hakim mempunyai peranan yang sangat luas untuk menafsirkan hukum yang
berlaku dan menciptakan hukum baru yang akan menjadi pegangan hakim-hakim
lain untuk memutuskan perkara yang sejenis.

5
4. Menganut doktrin yang disebut “The doctrine of precedent atau stare defcisis ”
yang pada hakekatnya menyatakan bahwa dalam memutuskan perkara,seorang
hakim harus mendasarkan keputusannya kepada prinsip hukum yang sudah ada
berdasarkan putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya (prosedur).

Apabila putusan hakim yang terdahulu dianggap sudah ketinggalan dengan perkembangan
masyarakat,maka hakim dapat menetapkan putusan baru berdasarkan nilai
kebenaran,keadilan dan akal sehat (Common sense).dalam sistem hukum anglo saxon juga
mengenal pembagian hukum publik dan hukum privat.pengertian yang diberikan pada hukum
publik hampir sama dengan pengertian hukum publik di sintem hukum eropa kontinental.
Pengertian hukum privat lebih ditujukan pada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik (law of
Propority), tentang orang (law of person),tentang perjanjian (law of Contrac) dan perbuatan
melawan hukum (Law of tarts).
Perbedaan sistem hukum Anglo saxon dengan Sistem hukum eropa kontinental terdapat pada
:
1. Sistem hukum Anglo saxon tidak mengenal adanya kodifikasi seperti halnya
dalam sistem hukum eropa kontinental,tetapi tersebar dalam putusn
hakim,kebiasaan dan peraturan-peraturan administrasi negara.
2. Tugas hakim dalam sistem hukum Anglo saxon tidak hanya sebagai pihak yang
bertugas menetapkan dan menafsirkan hukum,melainkan juga membentuk seluruh
tata kehidupan yang mengikat umum.sedangkan dalam sistem hukum eropa
kontinental ,hakim tidak dapat secara leluasa untuk ,menciptakan hukum yang
mempunyai kekuatan mengikat umum,putusan hakim dalam suatu perkara hanya
mengikat para pihak yang berperkara saja (Doctrin Ras Ajudicata).
3. Dalam sistem hukum Anglo saxon,seorang hakim terikat dengan putusan hakim
lain dari perkara yang sejenis dalam memutuskan perkara (The doctrin of
precedent) ,sedangkan dalam sistem hukum eropa kontinental hakim boleh tidak
terikat dengan putusan hakim lain yang memutuskan perkara sejenis,asalkan tidak
bertentangan dengan Undang-undang.

SISTEM HUKUM ADAT


 Sistem hukum adat berasal dari terjemahan bahasa Belanda yaitu Adat recht yang
pertama sekali diperkenalkan oleh Snonck Hugronye.
 Kata hukum dalam sistem hukum adat lebih luar artinya dari istilah hukum dalam
sistem eropa kontinental,karena terdapat peraturan-peraturan yang selalu
dipertahankan keutuhannya oleh berbagai golongan tertentu dalam lingkungan
kehidupan sosialnya seperti pakaian,pangkat,pertunangan dan lain-lain.
 Sistem hukum adat bersumber dari kaidah-kaidah hukum yang tidak tertulis yang
tumbuh dan berkembang serta dipertahankan dengan kesadaran hukum
masyarakat.dari sumber hukum yang tidak tertulis itu,maka hukum adat lebih mudah
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat.hal ini berbeda dengan sumber
hukum tertulis yang sulit diubah secara cepat karena perubahannya memerlukan
syarat dan cara yang ditentukan oleh peraturan tertulis pula.
 Dalam sistem hukum adat,kepala adat mempunyai peranan yang sangat besar dalam
hal untuk mengubah hukum adat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sistem hukum ada membagi golongan hukum adalam 3 kelompok yaitu :
1. Hukum tata negara,yang mengatur tentang tata susunan masyarakat
adat,lingkungan kerja,alat-alat perlengkapan dan jabatan-jabatan dalam
masyarakat adat.

6
2. Hukum adat tentang warga yang terdiri dari : Hukum perkawinan dan
kekluargaan,hukum tanah,hukum perhutangan,hukum waris.
3. Hkum adat delik.

SISTEM HUKUM ISLAM.


Sistem hukum Islam bersumberkan pada Al Quran,sunnah nabi,ijma,dan Liyas.dalam hukum
Islam terdapat yang dinamakan hukum Fiqih yang terdiri hukum pokok yaitu : Hukum
rohaniah dan hukum duniawi.Hukum duniawi terdiri dari Muamalat,nikah dan jinayat.
dalam sistem hukum Islam terdapat ajaran tentang nilai baik dan buruk yang dinamakan Al
ahkam al kamsa yaitu :
1. Jais,Nilai buruk dan baik dalam kesusilaan perorangan bagi perbuatan yang
semata-mata terserah kepada pertimbangan sendiri.
2. Sunnah,perbuatan yang dianjurkan dalam hidup bermasyarakat.
3. Makruh,perbuatan yang tidak diinginkan ,dibenci,ditolak oleh masyarakat dan
akan mendapat celaan umum.
4. Wajib,perbuatan yang tidak boleh dibiarkan ,dan siapa yang meninggalkan akan
mendapat hukuman.
5. Haram,perbuatan yang dilarang.

B. Landasan Peraturan Perundang-Undangan


Suatu perundang-undangan yang baik sekurang-kurangnya harus memiliki tiga landasan,
yaitu landasan filosofis, landasan sosiologis, dan landasan yuridis.
1. Landasan Filosofis (Filosofische grondslag)
Filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa tidak lain berisi nilai-nilai moral atau
etika bangsa tersebut. Moral dan etika pada dasarnya berisi nilai-nilai yang baik dan
yang tidak baik, Nilai yang baik adalah pandangan dan cita-cita yang dijunjung tinggi.
Didalamnya ada nilai kebenaran, keadilan, kesusilaan, dan berbagai nilai lainnya yang
dianggap baik. Hukum yang baik harus berdasarkan kepada semua itu. Semua nilai
yang ada di Indonesia terakumulasi dalam Pancasila.
Apapun jenis filsafat hidup bangsa,harus menjadi rujukan dalam membentuk hukum
bangsa tersebut. Oleh karena itu,kaidah hukum yang dibentuk harus mencerminkan
filsafat hidup bangsa tersebut. Sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan nilai-
nilai moral bangsa.Hukum harus berakar dari moral.
2. Landasan Sosiologis (Sosiologische grondslag)
Suatu peraturan perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis
apabila ketentuan-ketantuanya sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum
masyarakat. Hal ini penting agar perundang-undangan yang dibuat ditaati oleh
masyarakat, tidak menjadi huruf-huruf belaka. Hukum yang dibentuk harus sesuai
dengan “hukum yang hidup” (living law) dalam masyarakat.
Produk perundang-undangan tidak sekedar merekam keadaan seketika (moment
opname). Masyarakat berubah,nilai-nilai pun berubah, kecendrungan dan harapan
masyarakat harus dapat diprediksi dan terakumulasi dalam peraturan perundang-
undangan yang berorientasi masa depan.
3. Landasan Yuridis (Yuridische grondslag)
Landasan yuridis ialah landasan hukum (yurisdicsche gelding),yang menjadi dasar
kewenangan (bevoegdehid, competentie) pembuatan peraturan perundang-undangan.
Dasar hukum kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan sangat
diperlukan. Tanpa disebutkan dalam peraturan perundang-undangan,seorang pejabat
atau suatu badan adalah tidak berwenang (onbevoegdheid) mengeluarkan peraturan.

7
Menurut Bagir Manan, dasar yuridis sangat penting dalam pembuatan peraturan
perundang-undangan karena akan menunjukkan :
a. Keharusan adanya kewenangan dari pembuat peaturan perundang-undangan.
b. Keharusan adanya kesesuaian bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan
dengan materi yang diatur, terutama diperintahkan oleh peraturan perundang-
undangan tingkat lebih tinggi atau sederajat.
c. Keharusan mengikuti tata cara tertentu.
d. Keharusan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi tingkatannya.
4. Landasan Politis
Landasan politis ialah garis kebijaksanaan politik yang menjadi dasar selanjutnya bagi
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan pegarahan ketatalaksanaan pemerintahan negara.
Hal ini dapat diungkapkan pada garis politik seperti pada masa Orde Baru yang
tertuang dalam GBHN atau pada masa Reformasi tertuang dalam Prolegnas dan
Prolegda. Ini memberikan pengarahan dalam pembuatan peraturan perundang-
undangan yang akan dibuat oleh badan yang berwenang. Atau dapat juga tertuang
dalam kebijakan nasional sebagai arah kebijakan pemerintah yang akan ditempuh
selama pemerintahannya ke depan. Kebijakan ini tertuang dalam kebujakan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Propenas). Semua itu dapat dikatakan sebagai
pijakan atau landasan politik yang akan ditempuh oleh negara.
C. Asas-asas Peraturan Perundang-Undangan
Prof.Purnadi Purbacaraka dan Prof.Soerjono Soekanto, meperkenalkan enam asas sebagai
berikut :
a. Undang-undang tidak berlaku surut;
b. UU yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi,mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi pula;
c. UU yang bersifat khusus mengenyampingkan UU yang bersifat umum (lex
specialis derogat legi generalis);
d. UU yang berlaku belakangan mengenyampingkan UU yang berlaku terdahulu
(lex posterior derogat legi priori);
e. UU tidak dapat diganggu gugat;
f. UU sebagai saran untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan
spiritual dan material bagi masyarakat maupun individu,melalui pembaharuan
atau pelestarian (asas welvaarstaat).
Dalam kaitan ini, Amiroeddin Syarif menetapkan adanya lima asas perundang-undangan,
yaitu :
a. Asas tingkatan hierarki;
b. UU tidak dapat diganggu gugat;
c. UU yang bersifat khusus mengenyampingkan UU yang bersifat umum (lex
specialis derogat legi generalis);
d. Undang-undang tidak berlaku surut;
e. UU yang berlaku belakangan mengenyampingkan UU yang berlaku terdahulu
(lex posterior derogat legi priori).
Asas “undang-undang tidak berlaku surut” berkaitan dengan lingkungan kuasa waktu atau
“tijdsgebied” atau “temporal sphere”. Hal itu pernah dikemukakan oleh Hans Kelsen
maupun JHA Logemann, yang berhubungan dengan teori tentang lingkup atau lingkungan
berlakunya hukum (geldingsgebied van het recht). Menurut Logemann, lingkungan kuasa
hukum meliputi empat hal, yaitu :
a. Lingkungan kuasa tempat (ruimtegebied atau territorial sphere).

8
Seperti diketahui,”daerah kekuasaan” berlakunya suatu Undang-undang dapat
meliputi seluruh wilayah negara, tetapi untuk suatu keadaan tertentu atau materi
tertentu hanya diberlakukan untuk suatu daerah tertentu (Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota).
b. Lingkungan kuasa persoalan (zekengebied atau material sphere).
Suatu materi atau persoalan tertentu yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
mengidentifikasi masalah tertentu. Dengan demikian, maka persoalan yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan menunjukkan lingkup materi yang diatur,
apakah persoalannya merupakan persoalan publik atau privat, persoalan perdata atau
pidana, dan sebagainya.Materi tersebut menunjukkan lingkup masalah atau persoalan
yang diatur.
c. Lingkungan kuasa orang (personengebied).
Dengan ditetapkannya subyek (orang) tertentu dalam peraturan perundang-
undangan,maka memperlihatkannya adanya pembatasan mengenai orangnya.
Misalnya, UU tentang Pegawai Negeri, UU tentang Tenaga Kerja, UU tentang Pidana
Militer, UU tentang Pajak Orang Asing, dan sebagainya menunjukkan bahwa
peraturan perundang-undangan tersebut hanya diberlakukan bagi kelompok orang
yang diidentifikasi dalam peraturan perundang-undangan tersebut.
d. Lingkungan kuasa waktu (tijdsgebied atau temporal sphere)
Lingkungan waktu menunjukkan kapan suatu peraturan perundang-undangan berlaku,
berlaku untuk masa tertentu atau masa tidak tertentu,mulai berlaku sejak ditetapkan
atau berlaku surut sebelum ditetapkan.Berlakunya suatu peraturan hukum ditentukan
oleh waktu.

Dalam teori tata urutan (hirarki) peraturan perundang-undangan sebagaimana ditentukan


oleh Hans Kelsen, terdapat asas-asas atau prinsip-prinsip tata urutan, yaitu bahwa :
a. Perundang-undangan yang rendah derajatnya tidak dapat mengubah atau
mengenyampingkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih
tinggi,tetapi yang sebaliknya dapat.
b. Perundang-undangan hanya dapat dicabut,diubah,atau ditambah oleh atau dengan
perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi tingkatannya.
c. Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya tidak
mempunyai tingkatan hukum dan tidak mengikat apabila bertentangan dengan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Ketentuan-ketentuan perundang-
undangan yang lebih tinggi tingkatannya tetap berlaku dan mempunyai kekuatan
hukum serta mengikat, walaupun diubah, ditambah, diganti, atau dicabut oleh
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah.
d. Materi yang seharusnya diatur oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya tidak dapat diatur oleh perundang-undangan yang lebih rendah. Tetapi
hal yang sebaliknya dapat.
Materi Muatan Undang-Undang, Menurut Soehino, ada empat hal yang menjadi materi
Undang-undang, yaitu :
1. Materi yang menurut UUD 1945 harus diatur dengan Undang-undang;
2. Materi yang menurut Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam
bidang legislatif harus dilaksanakan dengan Undang-undang;
3. Materi yang menurut ketentuan Undang-undang Pokok atau Undang-undang
tentang Pokok-pokok . . . , harus dilaksanakan dengan Undang-undang;
4. Materi lain yang engikat umum, seperti yang membebankan kewajiban kepada
penduduk, yang mengurangi kebebasan warga negara,yang memuat keharusan
dan/atau larangan.

9
Menurut A.Hamid S Attamimi,butir-butir materi muatan Undang-undang Indonesia
adalah:
1. Yang tegas-tegas diperintahkan oleh UUD 1945 dan Ketetapan MPR;
2. Yang mengatur lebih lanjut ketentuan UUD;
3. Yang mengatur hak-hak (asasi) manusia;
4. Yang mengatur hak dan kewajiban warganegara;
5. Yang mengatur pembagian kekuasaan negara;
6. Yang mengatur organisasi pokok lembaga-lembaga negara;
7. Yang mengatur pembagian wilayah/daerah negara;
8. Yang mengatur siapa warganegara dan cara memperoleh/kehilangan
kewarganegaraan;
9. Yang dinyatakan oleh suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang.
Bagir Manan, mengajukan empat ukuran untuk menetapkan materi atau obyek yang harus
diatur dengan Undang-undang, yaitu :
a. Materi yang ditetapkan dalam UUD 1945;
b. Materi yang oleh Undang-undang terdahulu akan dibentuk dengan undang-
undang;
c. Undang-undang dibentuk dalam rangka mencabut atau menambah Undang-
undang yang sudah ada;
d. Undang-undang dibentuk karena menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan hak-
hak dasar atau hak asasi manusia.

10
Pertemuan Ke-Dua & Ke-Tiga.
HUKUM KESEHATAN
A. Pengertian
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun
secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi Hukum Kesehatan Menurut pakar ahli hukum
 Van Der Mijn, hukum kesehatan diartikan sebagai hukum yang berhubungan secara
langsung dengan pemeliharaan kesehatan yang meliputi penerapan perangkat hukum
perdata, pidana dan tata usaha negara atau definisi hukum kesehatan adalah sebagai
keseluruhan aktifitas juridis dan peraturan hukum dalam bidang kesehatan dan juga
studi ilmiahnya.
 Leenen Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan hukum
di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentgang kesehatan
menyatakan yang disebut sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan
Indonesia(PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban
baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan
maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi,
sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta
sumber-sumber hukum lainnya. Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan,
yaitu yang menyangkut asuhan / pelayanan kedokteran (medical care / sevice)

Beberapa pengertian hukum kesehatan, sebagai berikut:


1. Van Der Mijn: Hukum Kesehatan diratikan sebagai hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi: penerapan perangkat hukum
perdata, pidana dan tata usaha negara.
2. Leenen: Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan
hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
Secara ringkas hukum kesehatan adalah:
a. Kumpulan peraturan yang mengatur tetang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
b. Seperangkat kaidah yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan dengan upaya
dan pemeliharaan di bidang kesehatan.
c. rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang mengatur
pelayanan medik dan sarana medik
Pelayanan medik: upaya pelayanan kesehatan yang melembaga, berdasarkan fungsi sosial di
bidang pelayanan kesehatan perorangan bagi individu dan keluarga.
Sarana medik: meliputi rumah sakit (umum/khusus), klinik spesialis, rumah/klinik bersalin,
poliklinik atau balai pengobatan dan sarana lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang

11
unjuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna
baik lingkungan darat, udara, angkasa, maupun air.

Perbedaan hukum kesehatan (Health Law) dan hukum kedokteran (medical law):
hanya terletak pada ruang lingkupnya saja
Ruang lingkup hukum kesehatan meliputi semua aspek yang berkaitan dengan kesehatan
(yaitu kesehatan badaniah, rohaniah dan sosial secara keseluruhan)

Subjek dan Objek:


Subjek Hukum Kesehatan adalah Pasien dan tenaga kesehatan termasuk institusi
kesehatan sedangkan objek Hukum Kesehatan adalah perawatan kesehatan (Zorg voor de
gezondheid).
Tujuan Hukum Kesehatan:

Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti
memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat
Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.

Tujuan hukum Kesehatan pada intinya adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban didalam
masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terpenuhi dan terlindungi. Dengan
demikian jelas terlihat bahwa tujuan hukum kesehatanpun tidak akan banyak menyimpang
dari tujuan umum hukum. Hal ini dilihat dari bidang kesehatan sendiri yang mencakup
aspek sosial dan kemasyarakatan dimana banyak kepentingan harus dapat diakomodir dengan
baik.

Azas Hukum Kesehatan:


1. Asas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa - berarti bahwa
penyelenggaraan kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membeda-bedakan golongan, agama, dan
bangsa;
2. Asas manfaat - berarti memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan
dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara;
3. Asas usaha bersama dan kekeluargaan - berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan
dilaksanakan melalui kegiatan yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan
dijiwai oleh semangat kekeluargaan;
4. Asas adil dan merat - berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang
terjangkau oleh masyarakat;
5. Asas perikehidupan dalam keseimbangan - berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan
harus dilaksanakan seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik
dan mental, antara materiel dan spiritual;

12
6. Asas kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiri - berarti bahwa
penyelenggaraan kesehatan harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan
dan kekuatan sendiri dengan memanfaatkan potensi nasional seluas-luasnya.

Ruang lingkup hukum kesehatan:

1. Hukum Medis (Medical Law);


2. Hukum Keperawatan (Nurse Law);
3. Hukum Rumah Sakit (Hospital Law);
4. Hukum Pencemaran Lingkungan (Environmental Law);
5. Hukum Limbah (dari industri, rumah tangga, dsb);
6. Hukum peralatan yang memakai X-ray (Cobalt, nuclear);
7. Hukum Keselamatan Kerja;dan
8. Peraturan-peraturan lainnya yang ada kaitan langsung yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia.
Menurut Leenen, masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15 kelompok: (Pasal 11 UUK)
1. kesehatan keluarga
2. perbaikan gizi
3. pengemanan makanan dan minuman
4. kesehatan lingkungan
5. kesehatan kerja
6. kesehatan jiwa
7. pemberantasan penyakit
8. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9. penyuluhan kesehatan
10. pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11. pengamanan zat adiktif
12. kesehatan sekolah
13. kesehatan olah raga
14. pengobatan tradisional
15. kesehatan matra
Latar Belakang disusunnya peraturan perundang-undnagan di bidang pelayanan kesehatan,
adalah: karena adanya kebutuhan
1. pengaturan pemberian jasa keahlian
2. tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan
3. keterarahan
4. pengendalian biaya
5. kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya serta identifikasi
kewajiban pemerintah
6. perlindungan hukum pasien
7. perlindungan hukum tenaga kesehatan
8. perlindungan hukum pihak ketiga
9. perlindungan hukum bagi kepentingan umum

Sumber Hukum Kesehatan


Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi juga yurisprudensi,
traktat, Konvensi, doktrin, konsensus dan pendapat para ahli hukum maupun kedokteran.
Hukum tertulis, traktat, Konvensi atau yurisprudensi, mempunyai kekuatan mengikat, tetapi
doktrin, konsensus atau pendapat para ahli tidak mempunyai kekuatan mengikat, tetapi dapat

13
dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam melaksanakan kewenangannya, yaitu menemukan
hukum baru.
Zevenbergen mengartikan sumber hukum adalah sumber terjadinya hukum; sumber yang
menimbulkan hukum. Sedangkan Achmad Ali, sumber hukum adalah tempat di mana kita
dapat menemukan hukum.

Sumber hukum dapat dibedakan ke dalam :

a. Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor yang turut menentukan isi


hukum. Misalnya, hubungan sosial/kemasyarakatan, kondisi atau struktur
ekonomi, hubungan kekuatan politik, pandangan keagamaan, kesusilaan dsb.
b. Sumber hukum formal merupakan tempat atau sumber dari mana suatu
peraturan memperoleh kekuatan hukum; melihat sumber hukum dari segi
bentuknya.
Yang termasuk sumber hukum formal, adalah :
1. Undang-undang (UU);
2. Kebiasaan;
3. Yurisprudensi;
4. Traktat (Perjanjian antar negara);
5. Perjanjian;
6. Doktrin.

Di bawah ini akan di jelaskan lebih jauh tentang hal-hal yang termasuk dalam sumber hukum
formal, sebagai berikut:
1. Undang-undang.
Undang-undang ialah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara
yang berwenang, dan mengikat masyarakat. UU di sini identik dengan hukum tertulis (Ius
scripta) sebagai lawan dari hukum yang tidak tertulis. (Ius non scripta). Istilah tertulis tidak
bisa diaertikan secara harafiah, tetapi dirumuskan secara tertulis oleh pembentuk hukum
khusus (speciali rechtsvormende organen).
UU dapat dibedakan dalam arti :
a. UU dalam arti formal, yaitu keputusan penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara
terjadinya, sehingga disebut UU. Jadi merupakan ketetapan penguasa yang
memperoleh sebutan UU karena cara pembentukannya. Di Indonesia UU dalam arti
formal dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan DPR (pasal 5 ayat 1 UUD’45).
b. UU dalam arti materiil, yaitu keputusan atau ketetapan penguasa, yang dilihat dari
isinya dinamai UU dan mengikat semua orang secara umum.
2. Kebiasaan/Konvensi (custom).
Kebiasaan adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang dilakukan secara
berulang-ulang. Kebiasaan ini kemudian mempunyai kekuatan normatif, kekuatan mengikat.
Kebiasaan biasa disebut dengan istilah adat, yang berasal dari bahasa Arab yang maksudnya
kebiasaan. Adat istiadat merupakan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan merupakan
tradisi yang mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Dari adat kebiasaan itu dapat
menimbulkan adanya hukum adat.
Prof.Dr. Sunaryati Hartono, SH, tidak sependapat bahwa hukum kebiasaan itu
disamakan dengan hukum adat, dengan mengatakan :
“Apakah sudah benar dan tepat pemahaman sementara sarjana hukum kita sekarang ini untuk
menyamakan saja, Hukum Kebiasaan dengan hukum Adat ? Karena di negara kita sudah
berkembang hukum kebiasaan dalam arti yang lebih luas, seperti hukum kebiasaan yang
dikembangkan di kalangan eksekutif (Administrasi Negara), di Pengadilan, hukum kebiasaan

14
dikalangan profesi hukum (notaris dan pengacara), khususnya dalam bidang hukum kontrak,
hukum dagang (hukum bisnis) dan hukum ekonomi pada umumnya”.
Prof. Ronny Hanitijo Soemitro, SH dan Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, SH, memberikan 3
unsur agar kebiasaan dapat diterima dalam masyarakat, yaitu :

a. Syarat kelayakan, pantas atau masuk akal. Kebiasaan yang yang tidak memenuhi
syarat harus ditinggalkan. Ini berarti bahwa otoritas kebiasaan adalah tidak mutlak
tetapi kondisional, tergantung dari kesesuaiannya pada ukuran keadilan dan
kemanfaatan umum;
b. Pengakuan akan kebenarannya. Ini berarti bahwa kebiasaan itu hendaknya diikuti
secara terbuka dalam masyarakat, tanpa mendasarkan pada bantuan kekuatan di
belakangnya dan tanpa persetujuan dari dikehendaki oleh mereka yang
kepentingannya dikenal oleh praktek dari kebiasaan tersebut. Persyaratan ini
tercermin dalam bentuk norma yang oleh pemakainya harus tidak dengan kekuatan,
tidak secara diam-diam, juga tidak karena dikehendaki.
c. Mempunyai latar belakang sejarah yang tidak dapat dikenali lagi mulainya. Kebiasaan
adalah bukan praktek yang baru tumbuh kemarin dulu atau beberapa tahun yang lalu,
tetapi telah menjadi mapan karena dibentuk oleh waktu yang panjang.

Ad.3. Yurisprudensi.
Adalah keputusan hakim/ pengadilan terhadap persoalan tertentu, yang menjadi dasar
bagi hakim-hakim yang lain dalam memutuskan perkara, sehingga keputusan hakim itu
menjadi keputusan hakim yang tetap.
Ad.4. Perjanjian.
Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum karena perjanjian yang telah dibuat oleh
kedua belah pihak (para pihak) mengikat para pihak itu sebagai undang-undang. Hal ini
diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
Ada 3 asas yang berlaku dalam perjanjian, yaitu :
1. Asas konsensualisme (kesepakatan), yaitu perjanjian itu telah terjadi (sah dan
mengikat) apabila telah terjadi kesepakatan antara para pihak yang mengadakan
perjanjian.
2. Asas kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian,
bebas menentukan bentuk perjanjian, bebas menentukan isi perjanjian dan dengan siapa
(subyek hukum) mana ia mengadakan perjanjian, asal tidak bertentangan dengan
kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang.
3. Asas Pacta Sunt Servanda, adalah perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak (telah
disepakati) berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.

Ad.5. Traktat (Perjanjian Antarnegara)


Dalam pasal 11 UUD 1945, menyatakan bahwa Presiden dengan persetujuan DPR
menyatakan perang, membuat perdamaian dan membuat perjanjian dengan negara lain.
Perjanjian antaranegara yang sudah disahkan berlaku dan mengikat negara peserta,
termasuk warga negaranya masing-masing.
Untuk itu suatu traktat untuk bias menjadi sumber hukum (formal) harus disetujui oleh
DPR terlebih dahulu, kemudian baru di RATIFIKASI oleh Presiden dan setelah itu baru
berlaku mengikat terhadap negara peserta dan warganegaranya.
Traktat yang memerlukan persetujuan DPR adalah traktat yang mengandung materi :
1. Soal-soal Politik atau dapat mempengaruhi haluan politik luar negeri, seperti perjanjian
tentang perubahan wilayah.
2. Soal-soal perjanjian kerjasama ekonomi seperti hutang luar negeri.

15
3. Soal-soal yang menurut system perundang-undangan Ri harus diatur dengan Undang-
undang, seperti Kewarganegaraan.
Ad.6. Doktrin.
Adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar pengaruhnya bagi pengadilan
(hakim) dalam mengambil keputusannya. Doktrin untuk dapat menjadi salah satu sumber
hukum (formal) harus telah menjelma menjadi keputusan hakim.

Fungsi Hukum Kesehatan


a. Menjaga ketertiban di dalam masyarakat.
b. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di bidang
kesehatan).
c. Merekayasa masyarakat (social engineering).

Jika masyarakat menghalang-halangi dokter untuk melakukan pertolongan terhadap penjahat


yang luka-luka karena tembakan, maka tindakan tersebut sebenarnya keliru dan perlu
diluruskan.
Contoh lain: mengenai pandangan masyarakat yang menganggap dokter sebagai dewa yang
tidak dapat berbuat salah. Pandangan ini juga salah, mengingat dokter adalah manusia biasa
yang dapat melakukan kesalahan di dalam menjalankan profesinya, sehingga ia perlu
dihukum jika perbuatannya memang pantas untuk dihukum. Keberadaan Hukum Kesehatan
di sini tidak saja perlu untuk meluruskan sikap dan pandangan masyarakat, tetapi juga sikap
dan pandangan kelompok dokter yang sering merasa tidak senang jika berhadapan dengan
proses peradilan.
Sedangkan Menurut Bredemeier Fungsi Hukum Kesehatan yaitu menertibkan
pemecahan konflik-konflik misalnya kelalaian penyelenggaraan pelayanan bersumber dari
kelalaian tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya.
Pada awalnya masyarakat menganggap penyakit sebagai misteri, sehingga tidak ada
seorangpun yang dapat menjelaskan secara benar tentang mengapa suatu penyakit menyerang
seseorang dan tidak menyerang lainnya. Pemahaman yang berkembang selalu dikaitkan
dengan kekuatan yang bersifat supranatural. Penyakit dianggap sebagai hukuman Tuhan atas
orang-orang yang yang melanggar hukumNya atau disebabkan oleh perbuatan roh-roh jahat
yang berperang melawan dewa pelindung manusia. Pengobatannya hanya bisa dilakukan oleh
para pendeta atau pemuka agama melalui do’a atau upacara pengorbanan. Pada masa itu
profesi kedokteran menjadi monopoli kaum pendeta, oleh karena itu mereka merupakan
kelompok yang tertutup, yang mengajarkan ilmu kesehatan hanya di kalangan mereka sendiri
serta merekrtu muridnya dari kalangan atas. Memiliki kewenangan untuk membuat undang-
undang, karena dipercayai sebagai wakil Tuhan untuk membuat undang-undang di muka
bumi.
Uundang-undang yang mereka buat memberi ancaman hukuman yang berat, misalnya
hukuman potong tangan bagi seseorang yang melakukan pekerjaan dokter dengan
menggunakan metode yang menyimpang dari buku yang ditulis sebelumnya, sehingga orang
enggan memasuki profesi ini. Salah satu filosof yunani Hippocrates yaitu bapak ilmu
kedokteran modern, telah berhasil menyusun landasan bagi sumpah dokter serta etika
kedokteran, yaitu:
a. adanya pemikiran untuk melindungi masyarakat dari penipuan dan praktek
kedokteran yang bersifat coba-coba;
b. adanya keharusan dokter untuk berusaha semaksimal mungkin bagi kesembuhan
pasien serta adanya larangan untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikannya;
c. Adanya penghormatan terhadap makhluk insani melalui pelarangan terhadap
euthanasia dan aborsi;

16
d. Menekankan hubungan terapetik sebagai hubungan di mana dokter dilarang
mengambil keuntungan.
e. Adanya keharusan memegang teguh rahasia kedokteran bagi setiap dokter.
Abad 20 an telah terjadi perubahan sosial yang sangat besar, pintu pendidikan bagi
profesi kedokteran telah terbuka lebar dan dibuka di mana-mana, kemajuan di bidang
kedokteran menjadi sangat pesat, sehingga perlu dibatasi dan dikendalikan oleh perangkat
hukum untuk mengontrol profesi kedokteran. Hukum dan etika berfungsi sebagai alat untuk
menilai perilaku manusia, obyek hukum lebih menitik beratkan pada perbuatan lahir, sedang
etika batin, tujuan hukum adalah untuk kedamaian lahiriah, etika untuk kesempurnaan
manusia, sanksi hukum bersifat memaksa, etika berupa pengucilan dari masyarakat.

B. Hubungan Pasien Dengan Rumah Sakit


Saat ini pasien menyadari bahwa dia harus tahu tentang kondisi penyakitnya serta apa
yang akan dilakukan dokter atau Rumah Sakit terhadap dirinya, bahkan sering kali pasien
merasa perlu berdiskusi dengan dokter yang merawatnya. Dengan demikian hubungan
pasien-dokter atau pasien-Rumah Sakit sudah bergeser menjadi lebih bersifat ”partnership”
atau kemitraan.
Hak Dan Kewajiban Pasien
Dalam Surat edaran DirJen Pelayanan Medik No: YM.02.04.3.5.2504 Tentang
Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit, th.1997; UU.Republik
Indonesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran dan Pernyataan/SK PB. IDI,
menyebutkan beberapak Hak dan Kewajiban Pasien serta kewajiban dari Rumah Sakit,
diantaranya:

Hak pasien :
1. Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
2. Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi
kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi
3. Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan
4. Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit
5. Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik dan pendapat
etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar
6. Hak atas 'second opinion' / meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
7. Hak atas ”privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut peraturan yang berlaku
8. Hak untuk memperoleh informasi /penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik
yg akan dilakukan thd dirinya.
9. Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
10. Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
11. Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam beribad dan atau masalah
lainya (dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).
12. Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak mengganggu
ketertiban & ketenangan umum/pasien lainya.
13. Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit

17
14. Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit terhadap
dirinya
15. Hak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual
16. Hak transparansi biaya pengobatan/tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).
17. Hak akses /'inzage' kepada rekam medis/ hak atas kandungan ISI rekam medis
miliknya.

Kewajiban Pasien
1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada
dokter yang merawat
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi dan perawat dalam
pengobatanya.
3. Mematuhi ketentuan/peraturan dan tata-tertib yang berlaku di rumah sakit
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Berkewajiban memenuhi hal-
hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya

Hubungan Pasien Dengan Rumah Sakit.


Hak Rumah Sakit
1. Membuat peraturan-peraturan yang berlaku di RS.nya sesuai dengan kondisi/keadaan yang
ada di RS tersebut.
2. Memasyarakatkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan RS
3. Memasyarakatkan bahwa pasien harus mentaati segala instruksi yang diberikan dokter
kepadanya
4. Memilih tenaga dokter yang akan bekerja di RS. melalui panitia kredential
5. Menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi (termasuk pasien, pihak ketiga,
dll)
6. Mendapat jaminan dan perlindungan hukum
7. Hak untuk mendapatkan imbalan jasa pelayanan yang telah diberikan kepada pasien
B.Kewajiban Rumah Sakit
1. Mematuhi peraturan dan perundangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
2. Memberikan pelayanan pada pasien tanpa membedakan golongan dan status pasien
3. Merawat pasien sebaik-baiknya dengan tidak memebedakan kelas perawatan (Duty of Care)
4. Menjaga mutu perawatan tanpa membedakan kelas perawatan (Quality of Care)
5. Memberikan pertolongan pengobatan di Unit Gawat Darurat tanpa meminta jaminan materi
terlebih dahulu
6. Menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan
7. Menyediakan sarana dan peralatan medik sesuai dengan standar yang berlaku
8. Merujuk pasien ke RS lain apabila tidak memiliki sarana, prasarana, peralatan dan tenaga
yang diperlukan
9. Mengusahakan adanya sistem, sarana dan prasarana pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencana
10. Melindungi dokter dan memberikan bantuan administrasi dan hukum bilamana dalam
melaksanakan tugas dokter tersebut mendapatkan perlakuan tidak wajar atau tuntutan hukum
dari pasien atau keluarganya
11. Mengadakan perjanjian tertulis dengan para dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut
12. Membuat standar dan prosedur tetap untuk pelayanan medik, penunjang medik, maupun
non medik.
13. Mematuhi Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI)

18
C. Penerapan Hukum Kesehatan dengan Hukum Lain

1. Hukum Perdata
Yaitu : hubungan antara dokter dengan pasien bias merupaka relasi medis, relasi
hukum yang biasa disebut dengan perjanjian medis dalam hal penyembuhan pasien disebut
dengan Kontrak Terapeutis.
Pasal-pasal yang dapat diterapkan:
1. Pasal 1320 BW (KUH PERDATA) tentang syarat-syarat sahnya perjanjian.
2. Pasal 1365 BW (KUH PERDATA).
Perlu diketahui bahwa kontrak medis bisa tertulis dan bisa juga tidak tertulis. Dan bila salah
satu pihak tidak memenuhi kewajibannya bisa disebut dengan wan-prestasi.

2. Hukum Pidana
Pasal – pasal yang dapat diterapkan adalah:
1. Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan kematian;
2. Pasal 360 KUHP kelalaian yang mengakibatkan luka berat atau cacat.
3. Hukum Administrasi Negara
1. Izin yang dikeluarkan oleh pihak Kemenkes harus dimiliki oleh dokter;
2. Perizinan Rumah sakit dan Apotek harus melalui Kemenkes.

Rahasia Medik
Rahasia Medik adalah adalah segala sesuatu yang dianggap rahasia oleh pasien yang
terungkap dalam hubungan medis dokter-pasien baik yang diungkapkan secara langsung oleh
pasien (subjektif ) maupun yang diketahui oleh dokter ketika melakukan pemeriksaan fisik
dan penunjang ( objektif). Perlindungan terhadap hak rahasia medis ini dapat di lihat dalam
peraturan perundang-undangan antara lain:
1. Pasal 57 UU No.36/ 2009 tentang Kesehatan mengatakan bahwa setiap orang
berhak atas kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan
2. Pasal 48 UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran mengatakan bahwa
setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokterannya wajib
menyimpan rahasia kedokteran
3. Pasal 32 (i) UU No.44 Tentang Rumah Sakit mengatakan bahwa hak pasien
untuk mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya
Pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan tersebut diancam pidana
kurungan badan sebagai mana yang diatur dalam pasal 322KUHP yang mengatakan : "
barang siapa yang dengan sengaja membuka rahasia yang wajib ia simpan karena
jabatannya atau karena pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya
sembilan ribu rupiah.
Rahasia medis ini hanya dapat dibukan oleh rumah sakit, dokter dan tenaga kesehatan
lainnya dalam hal telah mendapatkan persetujuan dari pasien yang bersangkutan, demi untuk
kepentingan orang banyak atau untuk kepentingan penegakan hukum.

Persetujuan Tindakan Medik ( Informed Consent)


“ Informed Consent “ adalah sebuah istilah yang sering dipakai untuk terjemahan
dari persetujuan tindakan medik. Informed Consent terdiri dari dua kata
yaitu Informed dan. Informed diartikan telah di beritahukan, telah disampaikan atau telah di
informasikan dan Consent yang berarti persetujuan yang diberikan oleh seseorang untuk

19
berbuat sesuatu. Dengan demikian pengertian bebas dari informed Consent adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter untuk berbuat sesuatu setelah
mendapatkan penjelasan atau informasi. Mengenai hal ini diatur dalam Pasal 45 UU No. 29
Tahun 2009 Tentang Praktek Kedokteran yang berbunyi sebagai berikut :
1) Setiap Tindakan Kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien diberikan
penjelasan lengkap
3) Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup :
 Diagnosis dan tatacara tindakan medis
 Tujuan tindakan medis dilakukan
 Alternatif tindakan lain dan resikonya
 Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
 Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.

Dengan lahirnya UU No. 29 Tahun 2004 ini, maka semakin terbuka luas peluang bagi
pasien untuk mendapatkan informasi medis yang sejelas-jelasnya tentang penyakitnya dan
sekaligus mempertegas kewajiban dokter untuk memberikan informasi medis yang benar,
akurat dan berimbang tentang rencana sebuah tindakan medik yang akan dilakukan,
pengobatan mapun perawatan yang akan di terima oleh pasien. Karena pasien yang paling
berkepentingan terhadap apa yang akan dilakukan terhadap dirinya dengan segala resikonya,
maka Informed Consent merupakan syarat subjektif terjadinya transaksi terapeutik dan
merupakan hak pasien yang harus dipenuhi sebelum dirinya menjalani suatu upaya medis
yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya .

Sehubungan dengan hal tersebut, mengungkapkan bahwa informed conset dapat


dilakukan ,antara lain :
a. Dengan bahasa yang sempurna dan tertulis
b. Dengan bahasa yang sempurna secara lisan
c. Dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima pihak lawan
d. Dengan bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan.
e. Dengan diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima oleh pihak lawan.

20
Pertemuan Ke-Empat.
HAL-HAL TENTANG ETIKA

A.ETIKA
1. Pengertian Etika
 Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah
sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab.
 St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian
filsafat praktis (practical philosophy).
 Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-
pendapat spontan kita.Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain
karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk
itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia.
 Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi.Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari
etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain
yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
 Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika
normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-
nilai etika).
Definisi Etika
 Menurut Bertens : Nilai- nilai atau norma – norma yang menjadi pegangan seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
 Menurut KBBI : Etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
 Menurut Sumaryono (1995) : Etika berkembang menjadi studi tentang manusia
berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang
menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain
itu etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran
berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.
 Menurut Priharjo (1995), etika merupakan suatu disiplin yang diawali dengan
mengidentifikasi, mengorganisasi, menganalisa dan memutuskan perilaku manusia
dengan menerapkan prinsip-prinsip untuk mendeterminasi perilaku yang baik
terhadap suatu situasi yang dihadapi.
 Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as
the performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika
akan memberikan semacam batasan atau standar yang akan mengatur pergaulan
manusia di dalam kelompok sosialnya.
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1998) etika dijelaskan
dengan membedakan tiga arti sebagai berikut :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

21
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Macam-macam Etika.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk
mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak
ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan
dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil
keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya
lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun,
penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang
lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi
yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil
suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.

Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian :


1. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
2. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai
anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia
dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga,
masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa pandangan-pandangana dunia dan idiologi-
idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau
terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling
aktual saat ini adalah sebagai berikut :
 Sikap terhadap sesama
 Etika keluarga
 Etika profesi
 Etika politik
 Etika lingkungan
 Etika idiologi

Manfaat Etika

22
Beberapa manfaat Etika adalah sebagai berikut ,
1. Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.
2. Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang
boleh dirubah.
3. Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
4. Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.

Perbedaan Etika dan Etiket


1. Etika menetapkan norma perbuatan apakah perbuatan itu dapat dilakukan atau
tidak,cth masuk tanpa izin tidak boleh. Etika berlaku tidak bergantung pd ada
tidaknya org,cth larangan mencuri walau tdk ada org. etiket berlaku jika ada
org.cth org makan pakai baju tidak ada org tidak apa-apa. Etika bersifat absolut
tidak dapat ditawar contoh mencuri & membunuh.
2. Etiket menetapkan cara melakukan perbuatan sesuai dengan yang diinginkan,
masuk kerumah org mengetuk pintu atau/dan salam. Etiket bersifat relatif cth
koteka wajar dipapua, diaceh wajib menutup aurat. Etika memandang manusia dari
segi dalam (batiniah) cth: org-org bersifat baik tidak munafik. Etiket memandang
manusia dari segi luar(lahiriah).cth: bersifat sopan dan santun tp munafik.

Perbedaan Etika,Moral dan Agama.

Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
istiadat. Moral (latin) objek etika (yunani) yang berarti adat kebiasaan. Perbedaan
Etika adalah ilmu pengetahuan dan moral adalah objek. Sedangkan Agama adalah hub
antara manusia dan suatu kekuasaan luar yang lain dan lebih daripada yg dialami
manusia apa yang diisyaratkan Allah dengan perantara Nabi berupa perintah dan
larangan.

Hubungan Etika, Moral dan Agama..

Moral diartikan sama dengan dengan etika yang berupa nilai-nilai dan norma-
norma yang menjadi pegangan hidup manusia untuk mengatur perilakunya. Agama
mengandung nilai moral yang menjadi ukuran moralitas/etika perilaku manusia. Makin
tebal keyakinan agama dan kesempurnaan taqwa seseorg makin baik moralnya yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku baik dan benar.

Faktor Penentu Moralitas


Perbuatan manusia dilihat dari motivasi,tujuan akhir dan lingkungan perbuatan
Motivasi : hal yang diinginkan oleh pelaku perbuatan dgn maksud untuk mencapai
sasaran yang hendak dituju.cth: kasus Aborsi motivasix mencegah malu dan aib
keluarga Tujuan akhir adalah diwujudkan perbuatan yang dikehendaki secara bebas.
Cth aborsi tujuanx mengugurkan kandungan. Lingkungan perbuatan adalah segala
sesuatu yang secara aksidential atau mewarnai perbuatan. Cth aborsi oleh PSK.

Jenis - Jenis etika.

Etika umum
Etika umum membicarakan mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, teori-teori Etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi
pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolok ukur menilai baik atau buruk.

23
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus.

Etika khusus
Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Etika individual.
Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap diri sendiri
2. Etika social.

Etika sosial mengenai kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota
masyarakat. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baiksecara
perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk kelembagaan, sikap
kritis terhadap dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia terhadap lainnya.

Nilai etika
Pengertian Nilai
Nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang
diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Penilaian Etika itu di dasarkan pada beberapa faktor yaitu :
1) Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau
jahat, susila atau tidak susila.
2) Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah
mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya
dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti
Burhanuddin Salam, menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga)
tingkat :
1) Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa
rencana dalam hati, niat.
2) Tingkat Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
3) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Pengertian Etika Kesehatan
Menurut Leenen: suatu penerapan dari nilai kebiasaan (etika) terhadap bidang
pemeliharaan/pelayanan kesehatan.
Menurut Soerjono Soekanto: penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui, dan
juga mencakup terhadap rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam
bidang kesehatan.

Hubungan Etika Kesehatan dan Hukum Kesehatan


Hukum kesehatan lebih diutamakan dibanding Etika kesehatan. Contoh: (Etika
Kesehatan) memperbolehkan Mantri dapat memberi suntikan tanpa ada dokter tapi
(Hukum Kesehatan) tidak membenarkan ini. Ketentuan hukum kesehatan dapat
mengesampingkan etika tenaga kesehatan. Contoh: kerahasian dokter (etika
kedokteraan) jika terkait dengan masalah hukum maka dikesampingkan Etika
kesehatan lebih diutamakan dari etika dokter. Dokter dilarang mengiklankan diri, tapi
dalam menulis artikel kesehatan tidak masalah (etika kesehatan).

Perbedaan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan

24
 Etika kesehatan objeknya semata-mata dalam pelayanan kesehatan sedangkan
hukum kesehatan objeknya tidak hanya hukum tapi melihat nilai-nilai hidup
masyarakat.
 Hukum berlaku umum, etika kesehatan berlaku hanya dalam pelayanan
kesehatan Etika sifatnya tidak mengikat dan pelanggarannya tidak dapat
dituntut ,hukum mengikat pelanggarnya dapat dituntut.ii

Etika,Etiket dan Profesi.


Pengertian ETIKA
 Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak
arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan.
 Menurut Brooks, etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian
normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan.
Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan –
permasalahan di dunia nyata.
 Etika pada umumnya adalah setiap manusia mempunyai hak kewajiban
untuk menentukan sendiri tindakan-tindakannya dan mempertanggung jawabkanya
dihadapan tuhan.
 Etika berasal dari bahasa Yunani adalah “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau
adat kebiasaan. Yang diakitkan juga dengan moral yang berarti juga adat kebiasaan
atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik dengan
menghindari hal-hal yang buruk.
Etika dan Moral lebih kuranbg sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari--hari
terdapat perbedaan, yaitu Moral atau moralitas berkaitan dengan perbuatan yang
dilakukan,, sedangkan Etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
 Menurut Kaiser ---- Etika profesi merupakan sikap hidup berupa keadilan untuk
memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban
dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban
terhadap masyarakat.
 Menurut Anang Usman ----Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para
anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama,
 Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), mempunyai arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab.
2. Pengertian ETIKET
 Etiket yaitu cara melakukan perbuatan sesuai dengan Etika yang berlaku.
 Etiket merupakan sekumpulan peraturan-peraturan kesopanan yang tidak
tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang yang ingin
mencapai sukses. Kumpulan cara dan sikap perbuatan, tingkah laku yang baik

25
dalam tata pergaulan, relasi dan interaksi antar manusia. Suatu sikap seperti
sopan santun aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok
manusia yang beradab dalam suatu pergaulan. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu :
1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-
barang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang
itu.
2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu
diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

 Di dalam buku K. Bertens yang berjudul “Etika” (2000) menyebutkan ciri-ciri


sebagai berikut:
1. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia.
2. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang
lain di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi
mata, maka etiket tidak berlaku.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa
saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
4. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada
etiket bisa juga bersifat munafik.

Perbedaan Etika dan Etiket.


1. Etika menetapkan norma perbuatan apakah perbuatan itu dapat dilakukan atau
tidak,cth masuk tanpa izin tdk boleh.
Etiket menetapkan cara melakukan perbuatan sesuai dengan yang diinginkan, masuk
kerumah org mengetuk pintu atau/dan salam.
2. Etika berlaku tidak bergantung pd ada tidaknya org,cth larangan mencuri walau tdk
ada org.
Etiket berlaku jika ada org.cth org makan pakai baju tdk ada org tdk apa2.
3. Etika bersifat absolut tdk dpt ditawar cth mencuri&membunuh
4. Etiket bersifat relatif cth koteka wajar dipapua, diaceh wajib menutup aurat
5. Etika memandang manusia dari segi dalam (batiniah) cth: org-org bersifat baik tidak
munafik.
6.Etiket memandang manusia dari segi luar(lahiriah).cth: bersifat sopan dan santun tapi
munafik.

Peran Etika dalam Perkembangan IPTEK


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berlangsung sangat cepat. Dengan
perkembangan tersebut diharapkan akan dapat mempertahankan dan meningkatkan taraf
hidup manusia untuk menjadi manusi secara utuh. Maka tidak cukup dengan mengandalkan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, manusia juga harus menghayati secara mendalam kode etik
ilmu, teknologi dan kehidupan. Perubahan yang terjadi pada cara berfikir manusia sebagai
akibat perkembangan teknologi sedikit banyak berpengaruh terhadap pelaksanaan dan cara
pandang manusia terhadap etika dan norma dalam kehidupannya.
Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat.Dengan etika
profesi diharapkan kaum profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat
mempertanggungjawabkan tugas yang dilakukan dari segi tuntutan pekerjaannya.
Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada

26
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalanggan sosial).
Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi
pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di
lain instansi atau perusahaan.
Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai seorang insinyur
yang disebut kode etik insinyur Indonesia dalam “catur karsa sapta dharma insinyur
Indonesia. Dalam kode etik insinyur terdapat prinsip-prinsip dasar yaitu:
 Mengutamakan keluhuran budi.
 Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia.
 Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya.
 Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.

Hubungan Etika, Moral dan Agama.


Moral diartikan sama dengan dengan etika yang berupa nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan hidup manusia untuk mengatur perilakunya.
Agama mengandung nilai moral yang menjadi ukuran moralitas/etika perilaku manusia.
Makin tebal keyakinan agama dan kesempurnaan taqwa seseorg makin baik moralnya yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku baik dan benar.
Faktor Penentu Moralitas.
1. Perbuatan manusia dilihat dari motivasi,tujuan akhir dan lingkungan perbuatan
2. Motivasi :hal yang diinginkan oleh pelaku perbuatan dgn maksud untuk mencapai
sasaran yang hendak dituju.cth: kasus Aborsi motivasix mencegah malu dan aib
keluarga
3. Tujuan akhir adalah diwujudkan perbuatan yang dikehendaki secara bebas. Cth
aborsi tujuanx mengugurkan kandungan.
4. Lingkungan perbuatan adalah segala sesuatu yang secara aksidential atau
mewarnai perbuatan. Cth aborsi oleh PSK

C. Jenis - Jenis etika


Etika umum & etika khusus
Etika umum membicarakan mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak
secara etis, teori-teori Etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak, serta tolok ukur menilai baik atau buruk.
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus.
Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
 Etika individual Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap diri sendiri.
 Etika social mengenai kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai
anggota masyarakat.

Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara


perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk kelembagaan,
sikap kritis terhadap dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia
terhadap lainnya.

27
Pengertian Nilai Etika.

Nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan
individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Penilaian Etika itu di dasarkan pada beberapa factor yaitu :
1) Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat,
susila atau tidak susila.
2) Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah
mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya
dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti
Burhanuddin Salam, menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga) tingkat :
1) Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana
dalam hati, niat.
2) Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
3) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.

Nilai Dalam Filsafat.


1) Nilai Logika : akal. Nilainya benar atau salah contoh: perbuatan mencuri
2) Nilai Estetika : penglihatan. Nilainya indah atau Jelek cth:Lukisan Gadis Telanjang
3) Nilai Etika : tingkah laku. Nilainya baik atau buruk cth: Contoh Kodeetik PNS

28
Pertemuan Ke-Lima.
HAL-HAL TENTANG PROFESI DAN ETIKA PROFESI
A.Pengertian Profesi.

 Profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian
yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas
menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti
kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut
daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan
kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan
ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia,
di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi,
hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang
lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan
hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh
kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
 Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua
pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para
pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang
disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan
suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk
profesi itu.
 Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat
awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah
pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi.Profesi memiliki mekanisme serta
aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya,
pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus
diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan
dan profesi adalah sama.
Pengertian Etika Profesi.
 Definisi Etika Profesi---Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari
sikap hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi serta
mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum
pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.Etika profesi Berkaitan
dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga sangatlah perlu
untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien atau
objek).Etika profesi memilikikonsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada
tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering
(rekayasa), science, medis/dokter, dan sebagainya.
 Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
 Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip
moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi)
kehidupan manusia.
 Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi
atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa),
science, medis/dokter, dan sebagainya.

29
 Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap
konsumen (klien atau objek).
 Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat
yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama.
Prinsip dasar di dalam etika profesi :
1. Tanggung jawab
 Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
 Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
2. Keadilan
3. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.
4. Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi
dan ketekunan
5. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi
6. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi

Kode Etik Profesi


Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan professsional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak professional.
Fungsi Kode Etik Profesi menurut Sumaryono, mengemukakan 3 fungsi yaitu :
1. Sebagai sarana kontrol sosial;
2. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain;
3. Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik

Kelemahan Kode Etik Profesi : Idealisme terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan
dengan fakta yang terjadi di sekitar para profesional, sehingga harapan sangat jauh dari
kenyataan. Hal ini cukup menggelitik para profesional untuk berpaling kepada nenyataan dan
menabaikan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi tidak lebih dari pajangan tulisan
berbingkai.
Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi dengan sanksi
keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran profesional. Rupanya
kekurangan ini memberi peluang kepada profesional yang lemah iman untuk berbuat
menyimpang dari kode etik profesinya.

Peran Etika dalam Perkembangan IPTEK


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berlangsung sangat cepat. Dengan
perkembangan tersebut diharapkan akan dapat mempertahankan dan meningkatkan taraf
hidup manusia untuk menjadi manusi secara utuh. Maka tidak cukup dengan mengandalkan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, manusia juga harus menghayati secara mendalam kode etik
ilmu, teknologi dan kehidupan. Perubahan yang terjadi pada cara berfikir manusia sebagai
akibat perkembangan teknologi sedikit banyak berpengaruh terhadap pelaksanaan dan cara
pandang manusia terhadap etika dan norma dalam kehidupannya.

30
Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat.Dengan etika
profesi diharapkan kaum profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat
mempertanggungjawabkan tugas yang dilakukan dari segi tuntutan pekerjaannya.
Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalanggan sosial).
Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi
pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di
lain instansi atau perusahaan.
Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai seorang insinyur
yang disebut kode etik insinyur Indonesia dalam “catur karsa sapta dharma insinyur
Indonesia. Dalam kode etik insinyur terdapat prinsip-prinsip dasar yaitu:
 Mengutamakan keluhuran budi.
 Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia.
 Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya.
 Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.

B. ETIKA,MORAL DAN AGAMA


1.Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat istiadat
2.Moral (latin) objek etika (yunani) yang berarti adat kebiasaan
Perbedaan Etika adalah ilmu pengetahuan dan moral adalah objek
3.Agama
1. hub antara manusia dan suatu kekuasaan luar yang lain dan lebih daripada yg dialami
manusia
2. apa yang diisyaratkan Allah dengan perantara Nabi berupa perintah dan larangan

Kode Etik Profesi


Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan professsional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak professional.
Fungsi Kode Etik Profesi : Sumaryono (1995) mengemukakan 3 alasannya yaitu :
4. Sebagai sarana kontrol sosial;
5. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain;
6. Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik

Kelemahan Kode Etik Profesi : Idealisme terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan
dengan fakta yang terjadi di sekitar para profesional, sehingga harapan sangat jauh dari
kenyataan. Hal ini cukup menggelitik para profesional untuk berpaling kepada nenyataan dan
menabaikan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi tidak lebih dari pajangan tulisan
berbingkai.

31
Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi dengan sanksi
keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran profesional. Rupanya
kekurangan ini memberi peluang kepada profesional yang lemah iman untuk berbuat
menyimpang dari kode etik profesinya.

PROFESI
1. Pengertian Profesi
 Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”, yang
dalam bahasa Yunani adalah “Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas
khusus secara tetap/permanen”.
 Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi
adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknikdan desainer
 Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat
awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah
pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta
aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya,
pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan
di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi
adalah sama.

PENGERTIAN ETIKA PROFESI


 Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
 Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral
dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan
manusia.
 Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi
atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa),
science, medis/dokter, dan sebagainya.
 Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap
konsumen (klien atau objek).
 Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang
membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH., MSi.)
Prinsip dasar di dalam etika profesi :
1. Tanggung jawab
– Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
– Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
2. Keadilan.
3. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.
4. Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi
dan ketekunan
5. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi
6. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi

32
ETIKA PROFESI

Apa yang dimaksud dengan etika profesi (professional ethics)? Secara umum,
pengertian etika profesi adalah suatu sikap etis yang dimiliki seorang profesional
sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengembang tugasnya serta
menerapkan norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) dalam
kehidupan manusia.
Etika profesi atau kode etik profesi sangat berhubungan dengan bidang pekerjaan
tertentu yang berhubungan langsung dengan masyarakat atau konsumen. Konsep etika
tersebut harus disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berada di lingkup kerja
tertentu, misalnya; dokter, jurnalistik dan pers, guru, engineering (rekayasa), ilmuwan,
dan profesi lainnya.
Kode etik profesi ini berperan sebagai sistem norma, nilai, dan aturan profesional
secara tertulis yang dengan tegas menyatakan apa yang benar/ baik, dan apa yang tidak
benar/ tidak baik bagi seorang profesional. Dengan kata lain, kode etik profesi dibuat
agar seorang profesional bertindak sesuai dengan aturan dan menghindari tindakan
yang tidak sesuai dengan kode etik profesi.

Etika Profesi Menurut Para Ahli


Agar kita lebih memahami apa itu etika profesi, maka kita dapat merujuk pada pendapat
para ahli berikut ini:
1. Anang Usman, SH., MSi
Menurut Anang Usman, SH., MSi, etika profesi adalah sikap hidup untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para
anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama
2. Siti Rahayu
Menurut Siti Rahayu (2010), pengertian etika profesi adalah kode etik untuk profesi
tertentu dan karenanya harus dimengerti selayaknya, bukan sebagai etika absolut.
3. Kaiser
Menurut Kaiser (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7), pengertian etika profesi adalah sikap
hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat
dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

Prinsip Dasar Etika Profesi


Terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan dalam pelaksanaan kode etik
profesi. Adapaun prinsip-prinsip etika profesi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Tanggung Jawab
Setiap profesional harus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan dan
juga terhadap hasilnya. Selain itu, profesional juga memiliki tanggungjawab terhadap
dampak yang mungkin terjadi dari profesinya bagi kehidupan orang lain atau
masyarakat umum.
2. Prinsip Keadilan
Pada prinsip ini, setiap profesional dituntut untuk mengedepankan keadilan dalam
menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini, keadilan harus diberikan kepada siapa saja
yang berhak.
3. Prinsip Otonomi

33
Setiap profesional memiliki wewenang dan kebebasan dalam menjalankan pekerjaan
sesuai dengan profesinya. Artinya, seorang profesional memiliki hak untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan kode etik profesi.
4. Prinsip Integritas Moral
Integritas moral adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam diri seseorang yang
dilakukan secara konsisten dalam menjalankan profesinya. Artinya, seorang profesional
harus memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan
masyarakat.

Fungsi dan Tujuan Etika Profesi


Menurut Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Mengacu pada hal tersebut,
maka fungsi dan tujuan etika profesi adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Kode Etik Profesi
 Sebagai pedoman bagi semua anggota suatu profesi tentang prinsip profesionalitas
yang ditetapkan.
 Sebagai alat kontrol sosial bagi masyarakat umum terhadap suatu profesi tertentu.
 Sebagai sarana untuk mencegah campur tangan dari pihak lain di luar organisasi,
terkait hubungan etika dalam keanggotaan suatu profesi.
2. Tujuan Kode Etik Profesi
 Untuk menjungjung tinggi martabat suatu profesi.
 Untuk menjaga dan mengelola kesejahteraan anggota profesi.
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
 Untuk membantu meningkatakan mutu suatu profesi.
 Untuk meningkatkan pelayanan suatu profesi di atas keuntungan pribadi.
 Untuk menentukan standar baku bagi suatu profesi.
 Untuk meningkatkan kualitas organisasi menjadi lebih profesional dan terjalin dengan
erat.

Contoh Etika Profesi


Sebagai contoh, kita dapat mengambil etika profesi kedokteran yang mengatur prinsip-
prinsip moral dan etik dalam menjalankan kegiatan kedokteran. Dalam hal ini, lingkup
kode etik profesi kedokteran mencakup perilaku dokter terhadap pasien, keluarga,
masyarakat, teman sejawat, dan mitra kerjanya.
Berikut ini contoh kode etik profesi kedokteran secara umum;
1. Kewajiban Dokter
 Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar prosedur operasional serta
kebutuhan medis pasien.
 Memberikan rujukan bagi pasien ke dokter lain yang memiliki keahlian yang lebih baik
bila diperlukan.
 Menjaga kerahasiaan pasien, bahkan setelah pasien tersebut meninggal dunia.
 Memberikan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ada pihak lain
yang bertugas dan mampu melakukannya.
 Meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang ilmu kedokteran.
2. Larangan Bagi Dokter
 Memuji kemampuan atau keahlian diri sendiri.
 Ucapan atau tindakan yang dapat melemahkan daya tahan pasien.
 Mengumumkan dan melakukan suatu teknik kedokteran yang belum diuji
kebenarannya.

34
 Melepaskan kemandirian profesi karena pengaruh tertentu.
 Mengambil alih pasien tanpa persetujuan teman sejawat.
 Menetapkan imbalan atas jasanya secara tidak wajar.
 Melakukan diskrimininasi dalam melakukan pelayanan.
 Melakukan kolusi dengan perusahaan farmasi.
 Mengabaikan kesehatannya sendiri.
 Mengeluarkan keterangan palsu, meskipun diminta oleh pasien.
 Melakukan pelecehan seksual terhadap pasien atau orang lain.
 Membocorkan rahasian pasien kepada orang lain.

Karakteristik Profesi
1. Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis : Professional dapat
diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki
keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam
praktik.
2. Assosiasi professional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan
yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya ada
persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.
5. Pelatihan institusional : Selain ujian, biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti
pelatihan institusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis
sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
6. Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis
mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.

Ciri – Ciri Profesi


Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi
harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi

35
Pertemuan Ke-Enam.
HAK ASASI MANUSIA
DALAM BIDANG KESEHATAN
A.Pengantar.
Sejarah perkembangan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia sudah ada
sejak lama. Indonesia adalah negara berdasarkan hukum bukan berdasarkan atas
kekuasaan, hal ini dapat kita lihat dengan tegas di dalam penjelasan UUD tahun
1945 (sebelum perubahan) dan pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 (setelah
perubahan). Dalam negara hukum mengandung pengertian setiap warga negara
mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum, tidak ada satu pun yang
mempunyai kekebalan dan keistimewaan terhadap hukum.
Tujuan hukum adalah untuk menciptakan keadilan-kepastian- dan
kemanfaatan di tengah-tengah pergaulan masyarakat, sedangkan keadilan adalah
salah satu refleksi dari pelaksanaan hak asasi manusia dan hukum adalah
keterkaitan yang erat, karena dalam pelaksanaan hak asasi manusia. Keterkaitan
antara hak asasi manusia dan hukum adalah keterkaitan yang erat, karena dalam
pelaksanaan hak asasi manusia adalah masuk ke dalam persoalan hukum dan harus
diatur melalui ketentuan hukum.
Dalam negara kesatuan RI sumber dari tertib hukum atau sumber dari
segala sumber hukum adalah Pancasila artinya dalam pembuatan suatu produk
hukum haruslah berlandaskan dan sesuai dengan kaedah Pancasila. Sebagai suatu
falsafah bangsa Pancasila juga memberikan warna dan arah, bagaimana seharusnya
hukum itu diterapkan pada masyarakat sehingga terciptanya suatu pola hidup
bermasyarkat sesuai dengan hukum dan Pancasila.
Mengenai persoalan hak asasi manusia dalam pandangan Pancasila bahwa
manusia sebagai mahkluk Tuhan ditempatkan dalam keluhuran harkat dan
martabatnya dengan kesadaran mengemban kodrat sebagai mahluk individu dan
mahkluk sosial yang dikaruniai hak, kebebasan dan kewajiban asasi di dalam
kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat haruslah mewujudkan
keselarasan hubungan:
1. Antara manusia dengan penciptanya.
2. Antara manusia dengan manusia.
3. Antara manusia dengan masyarakat dan negara.
4. Antara manusia dengan lingkungannya.
5. Antara manusia dalam hubungan antar bangsa.
Maka dapat dilihat kritetia hak asasi manusia menurut Pancasila adalah hak
dan kewajiban asasi manusia, dimana hak dan kewajiban asasi ini melekat pada
manusia sebagai karunia Tuhan yang mutlak diperlukan dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat dan bernegara berdasrkan Pancasila dan UUD tahun 1945.
Di samping Pancasila sebagai landasan filosofis, perlu dilihat UUD tahun
1945 sebagai landasan konstitusional. Dalam membicarakan UUD tahun 1945
haruslah melihat secara keseluruhan artinya melihat UUD tahun 1945 dari
pembukaan, batang tubuh dan penjelasannya. Pembukaan UUD tahun 1945
merupakan sumber motivasi, sumber inspirasi cita-cita hukum, cita-cita moral
sebagai staatsfundamental norm Indonesia.
Thomas Hobbes mengatakan bahwa “setiap bangsa cenderung
mempertahankan kehidupannya, sehinggga semua kegiatan manusia dan
masyarakat manusia digerakkan oleh naluri dasar untuk mempertahankan hidup
serta harkat dan martabatnya sebagai manusia dan bangsa”. Pandangannya ini
sesuai dengan bangsa Indonesia yang telah menentukan jalan hidupnya sendiri

36
sejak tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tonggak sejarah dan indikasi bahwa
Indonesia telah melaksanakan prinsip-prinsip HAM, bahkan Indonesia telah
melaksanakan prinsip-prinsip HAM, bahkan berperan aktif dalam kancah
internasional baik di dalam maupun di luar forum PBB.
Peran Indonesia dalam perjuangan hak asasi internasional sejalan dengan
tekad bangsa Inodnesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD tahun 1945 untuk
ikut melaksanakan ketertiban dunia, Indonesia telah aktif dalam usaha menegakkan
penghormatan hak-hak asasi manusia di forum internasional sesuai dengan prinsip-
prinsip PBB.
Salah satu peran aktif di Indonesia yang penting, setelah diterimanya Universal
Declaration of Human Rights oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB
tahun 1948, adalah diselengarakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung pada
tahun 1955 yang menghasilkan Deklarasi Bandung yang memuat pernyataan sikap
negara-negara peserta bertekad untuk menjunjung tinggi:
1. Penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia yang sesuai dengan tujuan dan
prinsip-prinsip Piagam PBB
2. Penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial semua Negara
3. Pengakuan atas persamaan derajat semua ras dan semua bangsa besar dan
kecil
4. Tidak akan melakukan intervensi dan mempengaruhi urusan dalam negari lain
5. Penghormatan atas hak setiap bangsa untuk mempertahankan dirinya baik
secara sendiri-sendiri maupun kolektif sesuai dengan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Piagam PBB
6. Menghindarkan diri dari penggunaan cara pertahanan kolektif untuk
kepentingan tertentu dari sikap kekuatan besar dan menghindarkan diri dari
tindak melakukan tekanan terhadap negara lain
7. Menahan diri dari tindakan-tindakan atau penggunaan kekerasan terhadap
integritas teritorial atau kemerdekaan politik setiap Negara
8. Menyelesaikan segala sengketa internasional dengan cara damai seperti
negoisasi, konsiliasi, arbitrase atau pengadilan serta cara-cara lain yang dipilih
oleh para pihak sesuai dengan ketentuam Piagam PBB
9. Menjunjung tinggi kepentingan timbal balik dan kerjasama internasional.
10. Menghormati prinsip keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.
Bagi bangsa Indonesia pelaksanaan HAM telah tercermin di dalam Pembukaan
UUD tahun 1945 dan batang tubuhnya yang menjadi hukum dasar tertulis dan acuan
untuk setiap peraturan hukum yang di Indonesia. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam
Pembukaan UUD tahun 1945 telah digali dari akar budaya bangsa yang hidup jauh
sebelum lahirnya Deklarasi HAM Internasional (The Universal Declaration of Human
Rights 1948).
Di dunia ini terdapat perbedaan-perbedaan yang menyolok di berbagai bidang
seperti di tingkat internasional dikenal negara maju, negara berkembang dan negara
miskin, negara adikuasa dengan dunia ketiga, negara liberal dengan negara komunis dan
di tingkat nasional pun terdapat hal-hal yang berbeda.
Dalam konterks Pembukaan UUD tahun 1945 dapat dililhat bahwa berdirinya
Negara Republik Indonesia adalah hasil perjuangan untuk menegakkan HAM Bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Pembukaan UUD tahun 1945 dengan jelas
mencerminkan tekad bangsa Indonesia untuk menjunjung tinggi HAM dari penindasan
penjajah “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”.

37
Sesuai dengan rumusan yang tertulis secara eksplisit dan berdasarkan pandangan
hidup dalam masyarakat Indonesia tekad melepaskan diri dari penjajahan itu akan diisi
dengan upaya-upaya mempertahankan eksistensi bangsa dengan:
1. Membentuk pemerintahan Negara Indonesia yang melilndungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Tujuan tersebut dilandasi oleh falsafah hukum yang menjadi landasan hak dan
kewajiban asasi seluruh warga negara Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila adalah dasar
yang melandasi segala hukum dan kebijaksanaan yang berlaku di negara Republik
Indonesia.
B.Macam-Macam Hak Asasi Manusia
Ciri-ciri khusus HAM, yaitu:
 hakiki, artinya HAM sudah ada sejak lahir
 Universal, HAM berlaku umum tanpa memandang status,suku bangsa, gender tidak
dapat dicabut, HAM tidak dapat diserahkan pada pihak lain tidak dapat dibagi, semua
orang mendapatkan semua hak, baik politik,ekonomi, sosbud.
Hak yang paling dasar meliputi
1. Hak Hidup
2. Hak Kemerdekaan /kebebasan
3. Hak memiliki sesuatu
Pengelompokan hak-hak dasar manusia meliputi:
1. hak sipil dan politik
a. hak hidup
b. hak persamaan dan kebebasan
c.kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat
d. kebebasan berkumpul
e. Hak beragama
2 . Hak ekonomi, sosial dan budaya
a. hak ekonomi
b. hak pelayanan kesehatan
c. hak memperoleh pendidikan
b. Hak sosial dan budaya.
Setiap orang berhak atas:
1. kesehatan.
2. akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
3. pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
4. menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
5. lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
6. informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
7. informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang
telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Kewajiban manusia di bidang kesehatan:
 mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
 menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik
fisik, biologi, maupun sosial.

38
 berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan
kesehatan yang setinggi-tingginya.
 menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung
jawabnya.
 Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.

Hak dan Kewajiban dalam Profesi Kesehatan.


 Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
 Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Macam-macam hak asasi manusia:


a) Hak asasi pribadi / personal Right
 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
 Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing
b) Hak asasi politik / Political Right
 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
 Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik
lainnya
 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
c) Hak azasi hukum / Legal Equality Right
 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
 Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum
 Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
 Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
 Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
d) Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
 Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
 Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
 Hak mendapatkan pengajaran
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat
B.Instrumen HAM dalam UU yang pernah dikeluarkan pemerintah, antara lain
sebagai berikut:
1) UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
2) UU No. 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan, Perlakuan atau
Penghukuman yang Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat.
3) UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

39
4) UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat.
5) UU No. 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU No. 25 Tahun 1997
tentang Hubungan Perburuhan.
6) UU No. 19 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 105 tentang
Penghapusan Pekerja secara Paksa.
7) UU No. 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 tentang Usia
Minimum bagi Pekerja.
8) UU No. 21 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 11 tentang Diskriminasi
dalam Pekerjaan.
9) UU No. 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU No. 11 Tahun 1963 tentang Tindak
Pidana Subversi.
10) UU No. 29 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi.
11) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
l) UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
m) UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
Instrumen hak asasi manusia dalam peraturan pemerintah, Keputusan Presiden,
dan Instruksi Presiden, antara lain sebagai berikut:
a) Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu) No. 1 Tahun 1999 tentang
Pengadilan HAM.
b) Keputusan Presiden RI Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia.
c) Keputusan Presiden RI Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan.
d) Keputusan Presiden RI Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional
Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia.
e) Instruksi Presiden RI Nomor 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan
Istilah Pribumi dan Nonpribumi dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan
Kebijakan, Perencanaan Program, ataupun Pelaksanaan Kegiatan
Penyelenggaraan Pemerintahan.
C.Dasar Hukum HAM di Indonesia.
Di Indonesia HAM telah mendapat tempat dan diatur di dalam:
1. UUD tahun 1945
2. Tap MPR No XVII/MPR/1998 tentang HAM
3. Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM
4. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Undang-Undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
6. Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga yang diratifikasi dengan
Keputusan Presiden No. 48 tahun 1993 tanggal 26 Mei 1993
7. Konvensi tentang Hak-Hak Anak tahun 19998 yang diratifikasi dengan Keputusan
Presiden No. 36 tahun 1990 tanggal 25 Agustus 1990
8. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
tahun 1979 yang diratifikasi dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1984 tanggal 24
Juli 1984.
9. Konvensi tentang Hak-Hak Politik Kaum Wanita tahun 1953 yang diratifikasi dengan
Undang-Undang No. 68 tahun 1998.
10. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman yang Kejam secara
Tidak Manusiawi dalam Merendahkan Martabat Manusia Lainnya tahun 1984 yang
diratifikasi dengan Undang-Undang No. 5 tanggal 24 September 1998.

40
11. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial yang
diratifikasi dengan Undang-Undang No. 29 tanggal 25 Mei 1999.
12 Ratifikasi Perjanjian Internasional HAM.

Hak Asasi Manusia di Indonesia.


Dasar Hukum HAM di IndonesiaInstrumen Hak Asasi Manusia di Indonesia - Perjalanan
sejarah bangsa Indonesia telah mencatat berbagai penderitaan, kesengsaraan, dan
kesenjangan sosial yang disebabkan oleh perilaku diskriminatif atas dasar etnis, ras, warna
kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis kelamin, dan status sosial lainnya. Perilaku
tidak adil dan diskriminatif tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Adanya
pelanggaran hak asasi manusia tersebut mendorong pemerintah untuk menciptakan suatu
instrumen dan lembaga perlindungan hak asasi manusia.
Berbagai instrumen hak asasi manusia itu adalah sebagai berikut:
1. Intrumen hak asasi manusia dalam Konstitusi (Undang-Undang Dasar 1945). Pada
perubahan kedua Undang-Undang Dasar 1945 oleh MPR RI yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 2000, hak asasi manusia diatur dalam Bab XA, yang
selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C
(1) Setiaporangberhakmengembangkandirimelaluipemenuhankebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempattinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.

41
Pasal 28F
Setiaporang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi danlingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
ngara lain.

Pasal 28H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.

Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, di
atur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasannya yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

42
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, danketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis.

43
Pertemuan Ke-Tujuh & Ke-Delapan.
ALIRAN & PRINSIP - PRINSIP ETIKA KESEHATAN
A. ALIRAN-ALIRAN DALAM ETIKA
Aliran Deontologis: penilaian benar tidaknya suatu perbuatan atau baik tidaknya sesorg,tdk
perlu dilihat hasil akhirnya tetapi yang dinilai adalah perbuatan itu sendiri.
Immanuel kant “seseorang berbuat baik karena rasional dan tidak dogmatis Contoh: orang
tidak mencuri bukan karna takut neraka tapi mencuri adalah perbuatan buruk/tidak baik dan
tidak dibenarkan oleh Allah swt.
Pembagiannya:
Aliran Ethical Egoism: wajib berbuat baik demi kepentingan pribadi
Aliran utilitarinism : wajib berbuat baik demi kepentingan umum dan masyarakat. Cth :
merokok

PRINSIP-PRINSIP ETIKA(Hipcrates)
1. Tidak merugikan (non maleficence)
Cth: Pendapat dokter dlm pelayanan tdk dpt diterima pasien&keluargax sehingga jk
dipaksakan dpt merugikan pasien
2. Membawa Kebaikan (Beficence)
Cth:dokter memberi obat kanker tetapi mempunyai efek yg lain, maka dokter harus
mempertimbangkan secara cermat.
3. Menjaga Kerahasiaan (Confidentiality)
cth: tenaga kesehatan menjaga identitas kesehatan pasien jgn menyamp semuax jgn
sampai menghambat penyembuhanya.
4. otonomi Pasien (autonomy Pasien) Cth: pasien berhak menentukan tindakan-tindakan
baru dpt dilakukan atas persetujuan dirinya
5. Berkata Benar (truth telling) Cth: tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurx
penyakit pasien namun tdk dpt diutarakan semua kecuali kepada keluarganya,
6. Berlaku adil (Justice) Cth: tenaga kesehatan tdk boleh diskriminatif dlm pelayanan
kesehatan
7. Menghormati Privasi (Privacy) Cth : TS tdk boleh menyinggung hal pribadi pasien
dan sebalikmya.
Pengertian Etika Kesehatan
 Menurut Leenen: suatu penerapan dari nilai kebiasaan (etika) terhadap bidang
pemeliharaan/pelayanan kesehatan.
 Menurut Soerjono Soekanto: penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui, dan
juga mencakup terhadap rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam
bidang kesehatan.
Hubungan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
1. Hukum kesehatan lebih diutamakan dibanding Etika kesehatan. Contoh:
(etiKes)Mantri dpt memberi suntikan tanpa ada dokter tp (Hkm kes) tdk
membenarkan ini.
2. ketentuan hukum kesehatan dapat mengesampingkan etika tenaga kesehatan. Contoh:
kerahasian dokter(etika kedokteraan) jk terkait dgn mslh hukum mk dikesampingkan
3. Etika kesehatan lebih diutamakan dari etika dokter. Dokter dilarang mengiklankan
diri, tp dlm menulis artikel kesehatan tdk mslh(etika kesehatan)
Perbedaan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan.
1. Etika kesehatan objeknya semata-mata dalam pelayanan kesehatan sedangkan hukum
kesehatan objeknya tdk hny hkm tp melihat nilai-nilai hidup masyarakat.
2. Hukum berlaku umum, etika kesehatan berlaku hanya dalam pelayanan kesehatan

44
3. Etika sifatnya tidak mengikat dan pelanggarannya tidak dapat dituntut ,hukum
mengikat pelanggarnya dapat dituntut.

Etika Menurut Islam


Ayat-ayat al-Qur’an menunjukkan bahwa etika Islam amat humanistik dan rasionalistik.
Etika Islam menurut Al-Quran:
1. keadilan,
2. kejujuran,
3. kebersihan,
4. menghormati orang tua,
5. bekerja keras,
6. cinta ilmu,
7. dan lain-lain
Kejujuran (surat an-Nisaa)

Persetujuan tertulis orang tua/ahli waris dapat dilakukan pada manusia yg diteliti:
1. Tidak mampu melakukan tindakan hukum
2. Karena keadaan kesehatan atau jasmaninya sama sekali tidak memungkinkan dapat
menyatakan persetujuan secara tertulis.
3. Telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya akan digunakan sebagaimana objek
penelitian dan pengembangan kesehatan.
Hak dan kewajiban responden
Hak-hak Responden
1. Penghargaan kebebasan pribadi-nya
2. Merahasiakan informasi yang diberikan
3. Memperoleh jaminan keamanan dan keselamatan akibat dari informasi yang diberikan
4. Memperoleh imbalan dan kompensasi
Kewajiban responden
-Memberikan informasi yang diperlukan peneliti
-Hak dan kewajiban peneliti
-Hak responden
Memperoleh informasi yang dibutuhkan sejujur-jujurnya
Kewajiban peneliti
1. Menjaga kerahasian responden
2. Menjaga privacy responden
3. Memberikan kompensasi

1. ALIRAN-ALIRAN DALAM ETIKA


 Aliran Deontologis: penilaian benar tidaknya suatu perbuatan atau baik tidaknya
sesorg,tdk perlu dilihat hasil akhirnya tetapi yang dinilai adalah perbuatan itu
sendiri. Immanuel kant “seseorang berbuat baik karena rasional dan tidak dogmatis.
Cth: org tdk mencuri bukan karna takut neraka tapi mencuri ad perbuatan buruk;
 Aliran Teleologis(konsenkualis):Baik burukx seseorg dinilai dari tujuan hendak
dicapai:
 Aliran Ethical Egoism: wajib berbuat baik demi kepentingan pribadi;
 Aliran utilitarinism : wajib berbuat baik demi kepentingan umum dan masyarakat -
Cth : merokok

II. PRINSIP-PRINSIP ETIKA(Hipcrates)

45
1. Tidak merugikan (non maleficence)-Cth: Pendapat dokter dlm pelayanan tdk dpt diterima
pasien&keluargax sehingga jk dipaksakan dpt merugikan pasien
2. Membawa Kebaikan (Beficence)-Cth:dokter memberi obat kanker tetapi mempunyai efek
yg lain, maka dokter harus mempertimbangkan secara cermat.
3. Menjaga Kerahasiaan (Confidentiality)-cth: tenaga kesehatan menjaga identitas
kesehatan pasien jgn menyamp semuax jgn sampai menghambat penyembuhannya;
4. otonomi Pasien (autonomy Pasien) Cth: pasien berhak menentukan tindakan-tindakan
baru dpt dilakukan atas persetujuan dirinya
5. Berkata Benar (truth telling) Cth: tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurx
penyakit pasien namun tdk dpt diutarakan semua kecuali kpd keluargax
6. Berlaku adil (Justice) Cth: tenaga kesehatan tdk boleh diskriminatif dlm pelayanan
kesehatan
7. Menghormati Privasi (Privacy) Cth : TS tdk boleh menyinggung hal pribadi pasien dan
sebalikx

Etika kesehatan.
Pengertian Etika Kesehatan-Menurut Leenen: suatu penerapan dari nilai kebiasaan (etika)
terhadap bidang pemeliharaan/pelayanan kesehatan.
Menurut Soerjono Soekanto: penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui, dan juga
mencakup terhadap rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam bidang
kesehatan.
Hubungan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
1. Hukum kesehatan lebih diutamakan dibanding Etika kesehatan. Contoh:
(etiKes)Mantri dpt memberi suntikan tanpa ada dokter tp (Hkm kes) tdk
membenarkan ini.
2. ketentuan hukum kesehatan dapat mengesampingkan etika tenaga kesehatan.
Contoh: kerahasian dokter(etika kedokteraan) jk terkait dgn mslh hukum mk
dikesampingkan
3. Etika kesehatan lebih diutamakan dari etika dokter. Dokter dilarang mengiklankan
diri, tp dlm menulis artikel kesehatan tdk mslh(etika kesehatan)
Perbedaan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
1. Etika kesehatan objeknya semata-mata dalam pelayanan kesehatan sedangkan
hukum kesehatan objeknya tdk hny hkm tp melihat nilai-nilai hidup masyarakat.
2. Hukum berlaku umum, etika kesehatan berlaku hanya dalam pelayanan kesehatan
3. Etika sifatnya tidak mengikat dan pelanggarannya tidak dapat dituntut ,hukum
mengikat pelanggarnya dapat dituntut.
d.Etika Menurut Islam

Ayat-ayat al-Qur’an menunjukkan bahwa etika Islam amat humanistik dan rasionalistik.
Etika Islam menurut Al-Quran:
8. keadilan,
9. kejujuran,
10. kebersihan,
11. menghormati orang tua,
12. bekerja keras,
13. cinta ilmu,
14. dan lain-lain
8. Kejujuran (surat an-Nisaa)

IV.Etika Penelitian

46
Persetujuan etika penelitian (PP No 39 tahun 1995 ttg penelitian dan pengembangan
kesehatan):
Persetujuan tertulis orang tua/ahli waris dapat dilakukan pada manusia yg diteliti:
1. Tidak mampu melakukan tindakan hukum
2. Karena keadaan kesehatan atau jasmaninya sama sekali tidak memungkinkan dapat
menyatakan persetujuan secara tertulis.
3. Telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya akan digunakan sebagaimana objek
penelitian dan pengembangan kesehatan.

Hak dan kewajiban responden


Hak-hak Responden
1. Penghargaan kebebasan pribadi-nya
2. Merahasiakan informasi yang diberikan
3. Memperoleh jaminan keamanan dan keselamatan akibat dari informasi yang
diberikan
4. Memperoleh imbalan dan kompensasi

Kewajiban responden
Memberikan informasi yang diperlukan peneliti
Hak dan kewajiban peneliti
Hak responden
Memperoleh informasi yang dibutuhkan sejujur-jujurnya
Kewajiban peneliti
1. Menjaga kerahasian responden
2. Menjaga privacy responden
3. Memberikan kompensasi

KODE ETIK PROFESI


1. Kode Etik
2. Fungsi Kode Etik Profesi
3. Standar Profesi
Seperangkat kaidah perilaku yang diharapkan dan dipertanggung jawabkan dalam
melaksanakan tugas pengabdian kepada bangsa, negara, masyarakat dan tugas-tugas
organisasinya serta pergaulan hidup sehari-hari dan individu-individu dalam masyarakat.
SIFAT DAN SUSUNAN KODE ETIK
Kode etik harus memiliki sifat-sifat antara lain
(1) Harus rasional,
(2) harus konsisten, tetapi tidak kaku, dan
(3) harus bersifat universal.
Kode etik profesi terdiiri atas
1. aturan kesopanan dan
2. aturan kelakuan dan
3. sikap antara para anggota profesi.
b. Fungsi Kode Etik Profesi
Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu :
1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.
2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
c. ciri Profesi, yaitu :

47
1) Memberikan pelayanan (service) pada orang segera langsung (yang umumnya bersifat
konfidental).
2) Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum melakukan
pelayanan.
3) Anggotanya yang relatif homogen.
4) Menerapkan standar pelayanan tertentu.
5) Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi profesi.
Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai sutau profesi adalah :
1) Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal mengenai adekuasi pendidikannya
mmmaupun mengenai kompetensi orang-orang hasil didikannya.
2) Penguasaan tradisi kultural dalam menggunakan keahlian tertentu serta keterampilan
dalam penggunaan tradisi.
3) Komplek okupasi/pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional
kaidah-kaidah pokok etika profesi sebagai berikut :
1) Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan,.
2) Pelayanan professional dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien mengacu
pada kepentingan atau nilai-nilai luhur
3) Pengembanan profesi harus selalu mengacu pada masyarakat sebagai keseluruhan.
4) Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat

5. KODE ETIK KESEHATAN MASYARAKAT


a. Kode Etik Dokter
Hak dan kewajiban dokter , berkaitan erat dengan transaksi terapeutik
Transaksi terapeutik : terjadinya kontrak antara dokter dengan pasien
STANDAR PROFESI MEDIS
Prof.Dr.Mr.H.J.J Leenen pakar hukum kesehatan dari Belanda
1) Berbuat secara teliti dan seksama dkaitkan kelalaian/culpa à tdk teliti/tdk berhati-hati
unsur kelalaian terpenuhi , sangat tdk teliti/hati2 : culpa lata
2) Sesuai standar ilmu medik
3) Kemampuan rata2 yg sama
4) Situasi dan kondisi yg sama
5) Sarana upaya yg sbanding/proposional
STANDAR PROFESI MEDIS
Prof Mr.W.B Van der Mijn
Seorang tenaga kesehatan harus berpedoman pada :
1. Kewenangan
2. Kemampuan rata-rata
3. Ketelitian umum.
Unsur tindakan medis
1. Dilakukan oleh dokter yang sudah lulus
2. Kepada pasien harus diberikan informasi yang sejelas – jelasnya dan menyetujui
dilakukannya tindakan medis tersebut .
3. Harus ada indikasi medis yang merupakan titik awal dari segala tindakan medis
selanjutnya
4. Sang dokter harus dapat merumuskan tujuan pemberian pengobatannya, disamping juga
harusmempertimbangkan alternatif lain selain yang dipilihnya
5. Segala tindakannya harus selalu ditujukan kepada kesejahteraan pasiennya
HAK DOKTER
Menurut psl 50 UU No.29 Th 2004

48
1) memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi medis dan standar prosedur operasional;
2) memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
3) memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya ;
4) menerima imbalan jasa
KEWAJIBAN – KEWAJIBAN DOKTER
“AEGROTI SALUS LOX SUPREME ” keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (
utama ) .
Menurut Leenen :
1) Kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus bertindak
sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek kedokterannya
2) Kewajiban untuk menghormati hak – hak pasien yang bersumber dari hak - hak asasi
dalam bidang kesehatan
3) Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan
UU KESEHATAN No.23 Th 2003
Pasal 50 dan 51
1) Tenaga kesehatan menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan keahlian dan kewenangannya
2) Mematuhi standar profesi medis dan menghormati hak pasien .
HAK PASIEN
UU No. 23 Th 1992 ttg Kesehatan psl 53 (2)
1. Hak atas informasi
2. Hak memberikan persetujuan
3. Hak atas rahasia kedokteran
4. Hak atas pendapat ke 2 ( second opinion)
HAK PASIEN
UU Pradoks psl 52
1.Mendapat penjelasan secara lengkap ttg tindakan medis
2.Meminta pendapat dr/drg lain
3.Mendapat pelayanan sesuai dng kebutuhan medis
4.Mendapat isi rekam medis
Kewajiban pasien
UU No.29 Th 2004 (PRADOKS)
Pasal 53
1.Memberi informasi yg lengkap dan jujur ttg masalah kesehatannya
2.Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter/dokter gigi
3.Mematuhi ketentuan yg berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4.Memberi imbalan jasa atas pelayanan yg diterima
a. Kode Etik perawat
a. Kode Etik bidan
b.Kode Etik Kesehatan &Keselamatan Kerja
c. Kode Etik Sanitarian(Ahli Kes. Lingkungan)
1) menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-
baiknya.
2) melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
3) tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
4) menghindarkan din dan perbuatan yang bersifat memuji din sendiri.

49
5) berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau cara baru yang belum
teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Lanjutan…
6) memberi saran atau rekomendasi yang telah melalul suatu proses analisis secara
komprehensif.
7) memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan
keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.
8) bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman
seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya.
9) hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan
lainnya, dan harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat.
10) memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan
lingkungan secara menyeluruh, daN menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenar-benarnya.
11) bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta
masyarakat, harus saling menghormati.
d. Kode Etik Ahli Gizi
1. meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan. kecerdasan
dan kesejahteraan rakyat
2.menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi
luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3.menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4.menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5.menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini,.
Lanjutan…
6. mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain
atau membuat rujukan bila diperlukan
7. melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban
senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
8. berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
9. membantu pemerintah dalam melaksanakan upaya-upaya perbaikan gizi masyarakat.
e.Penyuluh kesehatan masyarakat
Profesi PKM (Health Education Specialis) adalah seseorang yang menyelenggarakan
advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat melalui penyebarluasan informasi,
membuat rancangan media, melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi dalam rangka
mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.
Kode Etik Profesi PKM.
1. Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan
pengalaman, serta bertindak dalam batas-batas kecakapan yang profesional.
2. mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar, lelatihan, dan
penelitian berkesinambungan.
3. Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung jawab.
4. Tidak membeda-bedakan individu berdasrkan ras, warna kulit, bangsa, agama, usia,
jenis kelamin, status social ekonomi dalam menyumbangkan pelayanan-pekerjaan,
pelatihan atau dalam meningkatkan kemajuan orang lain.
5. Menjaga kemitraan klien ( individu, kelompok, institusi) yang dilayani.
Kode Etik Profesi PKM.

50
6. Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri setiap
individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-nilai secara
konsisten.
7. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
8. Mematuhi prinsip “informed consent” sebagi penghargaan terhadap klien.
9. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh/memelihara
pertumbuhan dan perkembangan individu.
10. Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai dengan
pertimbangan mal praktek yang dilakukan.

TUNTUTAN PIDANA KELALAIAN : 359-361 KUHP KETERANGAN PALSU: 267-


268 KUHP ABORSI ILEGAL: 347-349 KUHP PENIPUAN: 382 BIS KUHP
PERPAJAKAN: 209, 372 KUHP EUTHANASIA: 344 KUHP PENYERANGAN SEKS:
284-294 KUHP

TUNTUTAN PERDATA (GANTI RUGI) PERBUATAN MELANGGAR HUKUM –


PASAL 1365 – 1367 KUH PERDATA KELALAIAN – PASAL 1366 KUH PERDATA
WANPRESTASI – PERJANJIAN PASAL 55 UU KESEHATAN: HAK PASIEN
MENUNTUT GANTI RUGI KEPADA TENAGA KESEHATAN YG MELAKUKAN
KESALAHAN DAN MENIMBULKAN KERUGIAN BAGI PASIEN
DASAR HUKUM

1. No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan
2. Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 “TENTANG REGISTRASI DAN
PRAKTIK BIDAN”
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor “369/MENKES/SK/III/2007”
Tentang Standar Profesi Bidan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Iindonesia Nomor
“HK.02.02/MENKES/149/2010” Tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Bidan
5. Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 Tentang Ijin dan Penyelengaraan Praktek
Bidan.

1. No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan

Pada peraturan pemerintah ini berisikan tanggung jawab dan tugas tenaga kesehatn
termasuk didalamnay tenaga bidan : hal ini tertuang pada BAB dan Pasal sebagai berikut :

a) BAB VII Bagian Kedua Tenaga Kesehatan


Pasal 50
Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang
bersangkutan.Ketentuan mengenai kategori, jenis, dan kualifikasi tenaga kesehatan
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

b) BAB V,Bagian Kedua Kesehatan Keluarga


Pasal 12
Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat, kecil, bahagia,
dan sejahtera.Kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
kesehatan suami istri, anak, dan anggota keluarga lainnya.
Pasal 13

51
Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka
menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis.
Pasal 14
Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan, kehamilan, persalinan, pasca
persalinan dan masa di luar kehamilan, dan persalinan
Pasal 15
Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya,
dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) hanya dapat dilakukan :
a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan
tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersngkutan atau suami atau keluarganya;
d. pada sarana kesehatan tertentu

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002

Bidan diharuskan memenuhi persyaratan dan perizinan untuk melaksanakan praktek,


dalam peraturan ini, terdapat ketentuan-ketentuan secara birokrasi hal-hal yang harus
bidan penuhi sebelum melakukan praktik dan juga terlampir informasi-informasi petunjuk
pelaksanaan praktik kebidanan. bidan hal tersebut tertuang pada Bab dan Pasal-pasal
berikut :
BAB IV
PERIZINAN
Pasal 9
(1) Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB.
(2) Bidan dapat menjalankan praktik pada sarana kesehatan dan/atau perorangan.
Pasal 10
(1) SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampirkan
persyaratan, antara lain meliputi:
a. fotokopi SIB yang masih berlaku;
b. fotokopi ijazah Bidan;
c. surat persetujuan atasan, bila dalam pelaksanaan masa bakti atau sebagai Pegawai
Negeri atau
pegawai pada sarana kesehatan.
d. surat keterangan sehat dari dokter;
e. rekomendasi dari organisasi profesi;
f. pas foto 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
(3) Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf e, setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan
keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktik
bidan.
Pasal 11
(1) SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui
kembali.
(2) Pembaharuan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala

52
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan :
a. fotokopi SIB yang masih berlaku;
b. fotokopi SIPB yang lama;
c. surat keterangan sehat dari dokter;
d. pas foto 4 X 6 cm sebanyak 2(dua) lembar;
e. rekomendasi dari organisasi profesi;
Pasal 12
Bidan pegawai tidak tetap dalam rangka pelaksanaan masa bakti tidak memerlukan SIPB.
Pasal 13
Setiap bidan yang menjalankan praktik berkewajiban meningkatkan kemampuan keilmuan
dan/atau keterampilannya melalui pendidikan dan/atau pelatihan.

Tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenagakesehatan dapat dikenai sanksi b
erupa pencabutan surat izin praktik apabila melakukan tindakan medik tanpa adanya
persetujuan dari pasien atau keluarganya. Tindakan administratif juga
dapat dikenakan apabila seorang tenaga kesehatan:
1. melalaikan kewajiban;
2. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak bolehdiperbuat oleh seorang ten
aga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah
sebagai tenaga kesehatan;
3. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;
4. melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang.
Selain oleh aturan hukum, profesi kesehatan juga diatur
oleh kode etik profesi (etika profesi). Namun demikian, menurut Dr. Siswanto
Pabidang, masalah etika dan hokum kadangkala masih dicampur baurkan, sehingga
pengertiannya menjadi kabur. Seseorang yang melanggar etika dapat saja
melanggar hukum dan tentu saja seseorang yang melanggar hukum akan
melanggar pula etika. Oleh karena itu, menurut Samil RS1 yang
mengutip pernyataan Davis & Smith, bahwa ada hubungan antara etik kedokteran
dan hukum kedokteran, yaitu:
1. sesuai etik dan sesuai hukum;
2. bertentangan dengan etik dan bertentangan dengan hukum;
3. sesuai dengan etik tetapi bertentangan dengan hukum; dan
4. bertentangan dengan etik tetapi sesuai dengan hukum.

Berikut beberapa petikan di UU. No. 36 Tahun 2014 yang berkaitan dengan tempat praktik
tenaga kesehatan.
Bab I.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1.
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

53
11. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah
daerah kabupaten/kota kepada Tenaga Kesehatan sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan
praktik.
BAB III
KUALIFIKASI DAN PENGELOMPOKAN TENAGA KESEHATAN
Pasal 11.
(1)Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:
a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomedika;
l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lain
(2) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga psikologi klinis
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b adalah psikologi klinis.
(4) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c terdiri atas berbagai jenis perawat.
(5) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kebidanan sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) huruf d adalah bidan.
(6) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) huruf e terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
(7) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan masyarakat
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan
dan ilmu
perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga
biostatistik
dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.
(8) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan lingkungan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan,
dan
mikrobiolog kesehatan.
(9) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga gizi sebagaimana

54
dimaksud pada ayat
(1) huruf h terdiri atas nutrisionis dan dietisien.
(10) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keterapian fisik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis
wicara, dan akupunktur.
(11) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keteknisian medis
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf j terdiri atas perekam medis dan informasi kesehatan, teknik
kardiovaskuler,
teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis
gigi dan
mulut, dan audiologis.
(12) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga teknik biomedika
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf k terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli teknologi
laboratorium medik,
fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik.
(13) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok Tenaga Kesehatan tradisional
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf l terdiri atas tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga
kesehatan
tradisional keterampilan.
(14) Tenaga Kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m ditetapkan oleh
Menteri.
BAB VI
REGISTRASI DAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN
Pasal 46
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib
memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP.
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan
menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Tenaga Kesehatan harus
memiliki:
a. STR yang masih berlaku;
b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan
c. tempat praktik.
(5) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing berlaku hanya untuk 1
(satu) tempat.
(6) SIP masih berlaku sepanjang:
a. STR masih berlaku; dan
b. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan

55
Pertemuan Ke-Sembilan.
KODE ETIK PROFESI
Pengertian.
Kode Etik - Seperangkat kaidah perilaku yang diharapkan dan dipertanggung jawabkan
dalam melaksanakan tugas pengabdian kepada bangsa, negara, masyarakat dan tugas-tugas
organisasinya serta pergaulan hidup sehari-hari dan individu-individu dalam masyarakat.

1.Fungsi Kode Etik Profesi


2.Standar Profesi
Sifat dan susunan Kode Etik..
a. Kode etik harus memiliki sifat-sifat antara lain
(1) Harus rasional,
(2) harus konsisten, tetapi tidak kaku, dan
(3) harus bersifat universal.
Kode etik profesi terdiiri atas
1.aturan kesopanan dan
2.aturan kelakuan dan
3.sikap antara para anggota profesi.

Fungsi Kode Etik Profesi


Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu :
1.Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.
2.Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.
3.Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

Ciri Profesi, yaitu :


1) Memberikan pelayanan (service) pada orang segera langsung (yang umumnya bersifat
konfidental).
2) Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum melakukan
pelayanan.
3) Anggotanya yang relatif homogen.
4) Menerapkan standar pelayanan tertentu.
5) Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi profesi.
Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai sutau profesi adalah :
1) Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal mengenai adekuasi pendidikannya
mmmaupun mengenai kompetensi orang-orang hasil didikannya.
2) Penguasaan tradisi kultural dalam menggunakan keahlian tertentu serta keterampilan
dalam penggunaan tradisi.
3) Komplek okupasi/pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional
Kaidah-kaidah pokok etika profesi sebagai berikut :
1) Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan,.
2) Pelayanan professional dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien mengacu
pada kepentingan atau nilai-nilai luhur
3) Pengembanan profesi harus selalu mengacu pada masyarakat sebagai keseluruhan.
4) Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat

KODE ETIK KESEHATAN MASYARAKAT


a. Kode Etik Dokter
Hak dan kewajiban dokter , berkaitan erat dengan transaksi terapeutik
Transaksi terapeutik : terjadinya kontrak antara dokter dengan pasien

56
STANDAR PROFESI MEDIS
 Prof.Dr.Mr.H.J.J Leenen pakar hukum kesehatan dari Belanda
1) Berbuat secara teliti dan seksama dkaitkan kelalaian/culpa à tdk teliti/tdk berhati-
hati unsur kelalaian terpenuhi , sangat tdk teliti/hati2 : culpa lata
2) Sesuai standar ilmu medik
3) Kemampuan rata2 yg sama
4) Situasi dan kondisi yg sama
5) Sarana upaya yg sbanding/proposional
 Prof Mr.W.B Van der Mijn
Seorang tenaga kesehatan harus berpedoman pada :
1. Kewenangan
2. Kemampuan rata-rata
3. Ketelitian umum.
Unsur tindakan medis
1. Dilakukan oleh dokter yang sudah lulus
2. Kepada pasien harus diberikan informasi yang sejelas – jelasnya dan menyetujui
dilakukannya tindakan medis tersebut .
3. Harus ada indikasi medis yang merupakan titik awal dari segala tindakan medis
selanjutnya
4. Sang dokter harus dapat merumuskan tujuan pemberian pengobatannya, disamping
juga harusmempertimbangkan alternatif lain selain yang dipilihnya
5. Segala tindakannya harus selalu ditujukan kepada kesejahteraan pasiennya
HAK DOKTER
Menurut Pasal 50 UU Nomor 29 Tahun 2004
1) memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi medis dan standar prosedur operasional;
2) memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
3) memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya ;
4) menerima imbalan jasa

KEWAJIBAN – KEWAJIBAN DOKTER


“AEGROTI SALUS LOX SUPREME ” keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi
(yang paling utama ) .
Menurut Leenen :
1) Kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus bertindak
sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek kedokterannya
2) Kewajiban untuk menghormati hak – hak pasien yang bersumber dari hak - hak asasi
dalam bidang kesehatan
3) Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan
UU KESEHATAN Nomor 23 Tahun 2003
Pasal 50 dan 51
1) Tenaga kesehatan menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan keahlian dan kewenangannya
2) Mematuhi standar profesi medis dan menghormati hak pasien .
HAK PASIEN
Menurut UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Kesehatan Pasal 53 (2)
1. Hak atas informasi
2. Hak memberikan persetujuan
3. Hak atas rahasia kedokteran

57
4. Hak atas pendapat ke 2 ( second opinion)
HAK PASIEN
UU Pradoks psl 52
1.Mendapat penjelasan secara lengkap ttg tindakan medis
2.Meminta pendapat dr/drg lain
3.Mendapat pelayanan sesuai dng kebutuhan medis
4.Mendapat isi rekam medis
Kewajiban pasien
Menurut Pasal 53 UU Nomor 29 Tahun 2004.
1.Memberi informasi yg lengkap dan jujur ttg masalah kesehatannya
2.Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter/dokter gigi
3.Mematuhi ketentuan yg berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4.Memberi imbalan jasa atas pelayanan yg diterima
a. Kode Etik perawat
a. Kode Etik bidan

Kode Etik Kesehatan &Keselamatan Kerja


Kode Etik Sanitarian(Ahli Kes. Lingkungan)
1) menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-
baiknya.
2) melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
3) tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
4) menghindarkan din dan perbuatan yang bersifat memuji din sendiri.
5) berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau cara baru yang belum
teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
6) memberi saran atau rekomendasi yang telah melalul suatu proses analisis secara
komprehensif.
7) memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan
keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.
8) bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman
seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya.
9) hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan
lainnya, dan harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat.
10) memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan
lingkungan secara menyeluruh, daN menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenar-benarnya.
11) bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta
masyarakat, harus saling menghormati.
Kode Etik Ahli Gizi
1. meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan.
kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2.menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi
luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3.menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4.menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5.menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini,.
6. mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan fihak
lain atau membuat rujukan bila diperlukan

58
7. melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban
senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
8. berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
9. membantu pemerintah dalam melaksanakan upaya-upaya perbaikan gizi masyarakat.

Penyuluh kesehatan masyarakat


Profesi PKM (Health Education Specialis) adalah seseorang yang menyelenggarakan
advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat melalui penyebarluasan informasi,
membuat rancangan media, melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi dalam rangka
mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.
Kode Etik Profesi PKM.
6. Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan
pengalaman, serta bertindak dalam batas-batas kecakapan yang profesional.
7. mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar, lelatihan, dan
penelitian berkesinambungan.
8. Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung jawab.
9. Tidak membeda-bedakan individu berdasrkan ras, warna kulit, bangsa, agama, usia,
jenis kelamin, status social ekonomi dalam menyumbangkan pelayanan-pekerjaan,
pelatihan atau dalam meningkatkan kemajuan orang lain.
10. Menjaga kemitraan klien ( individu, kelompok, institusi) yang dilayani.
Kode Etik Profesi PKM.
11. Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri setiap
individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-nilai secara
konsisten.
12. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
13. Mematuhi prinsip “informed consent” sebagi penghargaan terhadap klien.
14. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh/memelihara
pertumbuhan dan perkembangan individu.
15. Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai dengan
pertimbangan mal praktek yang dilakukan.

Pertemuan Ke-Duabelas.
PROBLEMATIKA KODE ETIK KESMAS
A.Pengantar.
Dalam pelaksanaan Kode Etik Profesi Kesehatan Masyarakat, terdapat beberapa
probllematika dalam pelaksanaannnya. Pada pertemuuan ini akan dibahas tentang
problematika dimaksud.
1. Penegakan kode etik
2. Faktor penghambat kode etik
3. Peradilan dalam profesi

59
Penegakan kode etik
Bentuk Penegakan kode etik
1. Pelaksanaan kode etik
2. Pengawasan kode etik
3. Penjatuhan saksi kode etik
Menurut Noto Hamidjo ada empat norma dalam penegakan kode etik:
1) kemanusiaan
2) Keadilan
3) Kepatutan
4) kejujuran
Sanksi kode etik
1) Teguran baik lisan maupun tulisan
2) Mengucilkan pelanggar dari kelompok profesi
3) Memberlakukan tindakan hukum dengan sanksi keras
Faktor penghambat kode etik
1. Pengaruh Sifat Kekeluargaan
2. Pengaruh jabatan
3. Pengaruh konsumerisme
4. Karena lemah iman

Peradilan dalam profesi


1. Peradilan profesi dipimpin komisi etik
2. Komisi etik terdiri 3 orang dan dipimpin oleh pimpinan profesi
3. Pelanggar etik didampingi penasehat etik.
4. Pelanggaran kode etik disampaikan oleh penuntut kode etik
5. Putusan pelanggaran kode etik ditetapkan oleh komisi etik.
Mekanisme persidangan
1. Pemanggilan pelanggar kode etik
2. Pemeriksaan kode etik
3. Persidangan kode etik
4. Penyampaian bentuk pelanggaran dan sanksi yang dikenakan
5. Pembelaan oleh pelanggar kode etik
6. Pembuktian
7. Putusan
Kapan tanggung jawab hukum dan etika profesi tenaga kesehatan dipersoalkan?.
 Maraknya kasus dugaan malpraktik belakangan ini,khususnya di bidang perawat
an ibu dan anak, menjadiperingatan dan sekaligus sebagai dorongan untuk lebih
memperbaiki kualitas pelayanan. Melaksanakan tugas dengan berpegang pada janji
profesi dan tekad untuk selalu meningkatkan kualitas diri perlu untuk selalu
dipelihara.
 Kerja sama yang melibatkan segenap timpelayanan kesehatan perlu dieratkan de
ngan kejelasandalam wewenang dan fungsinya. Oleh karena tanpamengindahkan
hal-hal yang disebutkan tadi, makaonsekuensi hukum akan muncul tatkala terjadi
penyimpangankewenanganataukarenakelalaian.Sebagaicontoh umpamanya, terlamba
t memberi pertolonganterhadap pasien yang seharusnya segera mendapatpertolon
gan, merupakan salah satu bentuk kelalaian yang tidak boleh terjadi.
 Mengenai hal itu jelas dapat diketahui dari Pasal 54 ayat(1) Undangundang No
mor 23 Tahun 1992 tentangKesehatan, yaitu: “Tenaga kesehatan yang melakuka
nkesalahan ataukelalaian dalammelaksanakan profesinyadapat dikenakan tindakan
disiplin.” Selanjutnya daripenjelasan pasal tersebut dapat diketahui bahwa tinda

60
kan disiplin berupa tindakan administratif, misalnya pencabutan izin untuk jangka
waktu tertentuatauhukuman lainsesuaidengan kesalahan atau kelalaian yang dilak
ukan. Khususberkenaan dengan wewenang bidan diatur di dalamPeraturan Mente
ri Kesehatan Nomor 363/Men.Kes/Per/IX/1980 tentang Wewenang Bidan.
 Dari sudut hukum, profesi tenaga kesehatan dapat diminta
pertanggungjawaban berdasarkan hukum perdata, hokum pidana, maupun hukum
administrasi.
 Tanggung jawab dari segi hukum perdata didasarkan pada ketentuan Pasal 1365 BW
(Burgerlijk Wetboek), atau Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Apabila tenaga
kesehatandalam melaksanakan tugasnya melakukan tindakan yangmengakibatkan
kerugian pada pasien, maka tenagakesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien
atau keluarganya yang merasa dirugikan itu berdasarkan ketentuan Pasal 1365 BW,
yang bunyinya sebagai berikut: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hati.”
 Dari segi hukum pidana juga seorang tenaga kesehatandapat dikenai ancaman P
asal 351 Kitab UndangundangHukum Pidana (KUHP). Ancaman pidana tersebut
dikenakan kepada seseorang (termasuk tenaga kesehatan)yang karena kelalaian a
tau kurang hati-hatimenyebabkan
orang lain (pasien) cacat atau bahkan sampai meninggaldunia. Meski untuk me
ngetahui ada tidaknya unsure kelalaian atau kekurang hati-hatian dalam tindakan
seseorang tersebut perlu dibuktikan menurut prosedur hukum pidana. Ancaman
pidana untuk tindakan semacam itu adalah penjara paling lama lima tahun.Tentu
saja semua ancaman, baik ganti rugi perdata maupun
pidana penjara, harus terlebih dahulu dibuktikan berdasarkan pemeriksaan di
depan pengadilan. Oleh karena yang berwenang
memutuskan seseorang itu bersalah atau tidak adalah hakim dalam sidang
pengadilan.
Tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenagakesehatan dapat dikenai sanksi b
erupa pencabutan surat izin praktik apabila melakukan tindakan medik tanpa adanya
persetujuan dari pasien atau keluarganya. Tindakan administratif juga
dapat dikenakan apabila seorang tenaga kesehatan:
1. melalaikan kewajiban;
2. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak bolehdiperbuat oleh seorang ten
aga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah
sebagai tenaga kesehatan;
3. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;
4. melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang.
Selain oleh aturan hukum, profesi kesehatan juga diaturoleh kode etik profesi (e
tika profesi). Namun demikian, menurut Dr. Siswanto Pabidang, masalah etika dan
hokumkadangkala masih dicampur baurkan, sehinggapengertiannya menjadi kabu
r. Seseorang yang melanggar etika dapat saja melanggar hukum dan tentu saja
seseorang yang melanggar hukum akan melanggar pula etika. Oleh karena itu,
menurut Samil RS1 yang mengutip pernyataan
Davis & Smith, bahwa ada hubungan antara etik kedokteran dan hukum
kedokteran, yaitu:
1. sesuai etik dan sesuai hukum;
2. bertentangan dengan etik dan bertentangan dengan hukum;
3. sesuai dengan etik tetapi bertentangan dengan hukum; dan
4. bertentangan dengan etik tetapi sesuai dengan hukum.

61
Tuntutan Hukum.
 TUNTUTAN PIDANA KELALAIAN : 359-361 KUHP KETERANGAN PALSU:
267-268 KUHP ABORSI ILEGAL: 347-349 KUHP PENIPUAN: 382 BIS KUHP
PERPAJAKAN: 209, 372 KUHP EUTHANASIA: 344 KUHP PENYERANGAN
SEKS: 284-294 KUHP
 TUNTUTAN PERDATA (GANTI RUGI) PERBUATAN MELANGGAR
HUKUM – PASAL 1365 – 1367 KUH PERDATA KELALAIAN – PASAL 1366
KUH PERDATA WANPRESTASI – PERJANJIAN PASAL 55 UU
KESEHATAN: HAK PASIEN MENUNTUT GANTI RUGI KEPADA TENAGA
KESEHATAN YG MELAKUKAN KESALAHAN DAN MENIMBULKAN
KERUGIAN BAGI PASIEN
DASAR HUKUM

1. No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan
2. Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 “TENTANG REGISTRASI DAN
PRAKTIK BIDAN”
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor “369/MENKES/SK/III/2007”
Tentang Standar Profesi Bidan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Iindonesia Nomor
“HK.02.02/MENKES/149/2010” Tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Bidan
5. Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 Tentang Ijin dan Penyelengaraan Praktek
Bidan.

1. No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan

Pada peraturan pemerintah ini berisikan tanggung jawab dan tugas tenaga kesehatn
termasuk didalamnay tenaga bidan : hal ini tertuang pada BAB dan Pasal sebagai berikut :

a) BAB VII Bagian Kedua Tenaga Kesehatan


Pasal 50
Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang
bersangkutan.Ketentuan mengenai kategori, jenis, dan kualifikasi tenaga kesehatan
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

b) BAB V,Bagian Kedua Kesehatan Keluarga


Pasal 12
Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat, kecil, bahagia,
dan sejahtera.Kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
kesehatan suami istri, anak, dan anggota keluarga lainnya.
Pasal 13
Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka
menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis.
Pasal 14
Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan, kehamilan, persalinan, pasca
persalinan dan masa di luar kehamilan, dan persalinan
Pasal 15
Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya,
dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) hanya dapat dilakukan :

62
a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan
tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersngkutan atau suami atau keluarganya;
d. pada sarana kesehatan tertentu

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002

Bidan diharuskan memenuhi persyaratan dan perizinan untuk melaksanakan praktek,


dalam peraturan ini, terdapat ketentuan-ketentuan secara birokrasi hal-hal yang harus
bidan penuhi sebelum melakukan praktik dan juga terlampir informasi-informasi petunjuk
pelaksanaan praktik kebidanan. bidan hal tersebut tertuang pada Bab dan Pasal-pasal
berikut :

Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien, seperti:
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit atau instusi pelay Sistematika Etika
Sebagai suatu ilmu maka etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara
lain:
a. Etika deskriptif, yaitu memberikan gambaran atau ilustrasi tentang tingkah laku
manusia ditinjau dari nilai baik/buruk serta hal-hal yang boleh dilakukan sesuai dengan
norma etis yang dianut oleh masyarakat.
b. Etika Normatif, yaitu membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan
manusia,
Etika normatif juga dikelompokkan menjadi beberapa kelompok , sbb:
1) Etika umum, yaitu membahas hal-hal yang berhubungan dengan kondisi manusia
untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-
prinsip moral.
2) Etika khusus; yaitu terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
a) Etika sosial menekankan tanggung jawab sosial dan hubungan antar sesama
manusia dalam aktivitasnya.
b) Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai
pribadi.
c) Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi.

Pada tahun 2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapan MPR-RI No.VI/MPR/2001
tentang Etika Kehidupan Bangsa. Etika kehidupan bangsa bersumber pada agama yang
universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yaitu Pancasila.
Etika kehidupan berbangsa antara lain meliputi: Etika Sosial Budaya, Etika Politik dan
Pemerintahan, Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika Penegakkan Hukum yang Berkeadilan,
Etika Keilmuan, Etika Lingkungan, Etika Kedokteran dan Etika Kebidanan.
2. Kode Etik Profesi
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik
suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi

63
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dad pihak luar atau masyarakat mencegah orang
luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik
suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode
etik juga disebut kode kehormatan.

b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahtraan para anggota


Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental.
Dalam hal kesejahteraan materil angota profesi kode etik umumnya menerapkan
larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan
kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada
pembahasan tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam
interaksinya dengan sesama anggota profesi.

c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi


Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu
dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

d. Untuk meningkatkan mutu profesi


Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode
etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
profesi.

KETENTUAN UMUM / Pengertian.


.
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
11. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah
daerah kabupaten/kota kepada Tenaga Kesehatan sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan
praktik.

KUALIFIKASI DAN PENGELOMPOKAN TENAGA KESEHATAN


Pasal 11.
(1)Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:
a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;

64
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomedika;
l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lain
(2) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga psikologi klinis
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b adalah psikologi klinis.
(4) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas berbagai jenis perawat.
(5) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kebidanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah bidan.
(6) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) huruf e terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
(7) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga
promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan
kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi
dan keluarga.
(8) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan,
entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.
(9) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga gizi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf h terdiri atas nutrisionis dan dietisien.
(10) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keterapian fisik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis
wicara, dan akupunktur.
(11) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keteknisian medis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j terdiri atas perekam medis dan informasi
kesehatan, teknik kardiovaskuler,teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris,
teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologis.
(12) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga teknik biomedika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli
teknologi laboratorium medik,fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik.
(13) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok Tenaga Kesehatan tradisional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l terdiri atas tenaga kesehatan tradisional ramuan
dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan.
(14) Tenaga Kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m ditetapkan oleh
Menteri.

REGISTRASI DAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN

65
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib
memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP.
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan
menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Tenaga Kesehatan harus
memiliki:
a. STR yang masih berlaku;
b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan
c. tempat praktik.
(5) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing berlaku hanya untuk 1 (satu)
tempat.
(6) SIP masih berlaku sepanjang:
a. STR masih berlaku; dan
b. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.

66
Pertemuan Ke-Sepuluh.
Beberapa Materi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
 Kesehatan dalam kehidupan manusia adalah salah satu komponen dari kesejahteraan
masyarakat. Dalam rangka meningkatakan kesejahteraan masyarakat upaya
peningkatan kesehatan itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan perilaku, pelayanan
kesehatan dan faktor genetik.
 Kesehatan masyarakat sbegai ilmu dan seni untuk mencegah penyakit
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui upaya bersama
masyarakat secara terorganisir untuk sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit,
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan sebagainya, mengandung makna
bahwa aspek preventif dan promotif adalah lebih pentin daripada kuratif dalam rangka
peningkatan status kesehatan masyarakat.
 Pendekatan preventif dan propmotif yang melibatkan keikutsertaan masyarakat
mempunyai implikasi bahwa klien profesi kesehatan masyarakat bukanlah individu,
tetapi masyarakat. Dalam melaksanakan upaya kesehatan masyarakat perlu dilandasi
oleh etika yang berazaskan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
 Dengan maksud untuk mewujudkan pengabdian yang luhur, kami para profesi
Kesehatan Masyarakat Indonesia, dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
merumuskan

Kesehatan adalah Investasi


Azas pembangunan kesehatan adalah perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, dan
nondiskriminasi dan norma-norma agama. Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan adalah
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Hak dan Kewajiban
 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan. Juga memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggungjawab menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan dan mendapatkan lingkungan yang sehat
bagi pencapaian derajat kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
 Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Juga berkewajiban
menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat baik
fisik, biologi, maupun sosial.
Tanggungjawab Pemerintah
 Pemerintah bertanggungjawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masayarakat.
 Juga sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat
untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
 Bertanggungjawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem
jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan perseorangan.
Dilarang Menolak Pasien
 Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas pelayanan kesehatan perseorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat.fasilitas pelayanan kesehatan meliputi pelayanan

67
kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan pelayanan
kesehatan tingkat ketiga.
 Fasilitas pelayanan kesedilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
swasta. Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh pemerintah
dan pemerintah daerah.
 Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau
meminta uang muka.
Harga Obat
 Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan
kesehatan, terutama obat esensial. Dalam menjamin ketersediaan obat dalam keadaan
darurat, pemerintah dapat melakukan kebijakan khusus untuk pengadaan dan
pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
 Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan masyarakat akan
perbekalan kesehatan terpenuhi. Pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa obat
esensial dan alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan memperhatikan
kemanfaatan, harga dan gaktor yang berkaitan dengan pemerataan
 Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang secara esensial harus tersedia bagi
kepentingan masyarakat. Daftar dan jenis tersebut ditinjau dan disempurnakan paling
lama setiap dua tahun sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan teknologi.
 Perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk dalam daftar obat esensial
nasional harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya, sehingga penetapan
harganya dikendalikan oleh pemerintah.
Perlindungan Pasien
 Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Hak menerima atau menolak
tidak berlaku pada penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular
ke masyarakat yang lebih luas.
 Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara / petugas kesehatan.
Pelayanan Kesehatan Tradisional
 Pelayanan kesehatan tradisional meliputi kesehatan tradisional yang menggunakan
ketrampilan dan yang menggunakan ramuan. Pelayanan kesehatan tradisional dibina
dan diawasi oleh pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma-norma agama.
 Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional harus mendapat izin
dari lembaga kesehatan yang berwenang. Pemerintah mengatur dan mengawasi
pelayanan kesehatan tradisional dengan didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan
perlindungan masyarakat..
Pencegahan Penyakit
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan
kesehatan dan menghindari atau mengurangi resiko, masalah, dan dampak buruk akibat
penyakit.
Kesehatan Reproduksi

68
 Kesehatan reproduksi meliputi saat sebelum hamil, hamil, melahirkan dan sesudah
melahirkan; pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan seksual; kesehatan
sistem repsoduksi.
 Setiap orang dilarang melakukan aborsi. Larangan aborsi dikecualikan berdasarkan
indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
trauma psikologis bagi korban perkosaan. Tindakan dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca
tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
Pelayanan Darah
 Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah
manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidka untuk
tujuan komersial.darah diperolehd ari pendonor darah sukarela yang sehat dan
memenuhi kriteria seleksi pendonor dengan mengutamakan kesehatan pendonor.
Darah yang diperoleh dari pendonor darah sukarela sebelum digunakan harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah penularan penyakit.
 Penyelenggaraan donor darah dilakukan oleh Unit Transfusi Darah (UTD). UTD
dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau organisasi sosial
yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kepalang-merahan.
Pengamanan Zat Adiktif
 Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak
mengganggu an membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan
lingkungan.
 Zat adiktif meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau padat, cairan, dan
gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi
dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya. Produksi, peredaran, dan penggunaan
bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar dan/atau persayaratan
yang ditetapkan.
Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak
 Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
 Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama enam
bulan, kecuali ada indiaksi medis. Selama pemberian ASI, pihak keluarga,
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakt harus mendukung ibu bayi secara
penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus yaitu di tempat kerja dan
tempat sarana umum.
 Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Upaya
pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi
yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak.
 Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggungjawab sehingga
memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.
 Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan yang
berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk diskriminasi
dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu kesehatannya.

69
 Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban untuk menjamin
terselenggarakan perlindungan bayi dan anak dan menyediakan pelayanan kesehatan
sesuasi dengan kebutuhan.
Penyakit Menular
 Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggungjawab melaksanakan
upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular serta dampak
yang ditimbulkannya.
 Upaya itu dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit,
menurunkan jumlah yang sakit, cacat, dan/atau meninggal dunia serta untuk
mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
 Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang aman, bermutu, efektif,
terjangkau, dan merata bagi masyarakat untuk upaya pengendalian penyakit menular
melalui imunisasi.
Penyakit Tidak Menular
 Pengendalian penyakit tidak menular dilakukan dengan pendekatan surveilansa faktor
resiko, registrasi penyakit, dan surveilans kematian.
 Kegiatan dimaksud bertujuan memperoleh informasi yang esensial serta dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan dalam upaya pengendalian penyakit tidak
menular.
 Kegiatannya dilakukan melalui kerja sama lintas sektor dan dengan membentuk
jejaring baik nasional maupun internasional.
Pembiayaan Kesehatan
 Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, dan swasta dan sumber lain.
 Besar anggaran pemerintah dialokasikan minimal lima persen dari anggaran
pendapatan belanja negara diluar gaji.
 Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah propinsi, kabupaten/kota dialokasikan
minimal sepuluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah diluar gaji.
 Besaran anggaran kesehatan diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang
besarnya sekurang-kurangnya dua per tiga dari anggaran kesehatan dalam APBN dan
APBD.
Badan Pertimbangan
Untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pembangungan
bidang kesehatan dibentuk Badan Pertimbangan Kesehatan Pusat dan Daerah. Badan
Pertimbangan Kesehatan Pusat dinamakan Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional (BPKN)
berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. Badan Pertimbangan Kesehatan Daerah
(BPKD) berkedudukan di ibukota propinsi dan ibukota kabupaten/ kota.
Ketentuan Pidana
 Pimpinan unit pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan
praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama pada pasien yang dalam keadaan gawat darurat
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan denda paling banyak dua
ratus juta rupiah.
 Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang dengan
sengaja tidka memberikan pertolongan pertama pada pasien yang dalam keadaan
gawat darurat mengakibatkan kecacatan dan/atau kematian dipidana dengan pidana
paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak satu milyar rupiah.
 Setiap orang yang tanpa ijin melakukan praktek pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan alat dan teknologi sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka

70
berat, dan/atau kematian dipidana dengan penjara paling lama satu tahun dan denda
paling banyak seratus juta rupiah.
 Hukum perdata mengatur subjek dan antar subjek dalam hubungan interrelasi
(kedudukan sederajat) (1887)
 Hukum pidana adalah peraturan mengenai hokum KUHP di Indonesia (1 Januari
1918)
 Hukum kesehatan (No. 23 tahun 1992) adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan / pelayanan dan penerapannya. Yang
diatur menyangkut hak dan kewajiban baik perorangan dan segenap lapisan
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara
pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, sarana pedoman standar
pelayanan medic, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber
hukum lainnya.

71
Pertemuan Ke-Sebelas.
KODE ETIK PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

A.Pengantar.
Etika berhubungan dengan moral orang. Hukum kesehatan merupakan aturan-aturan
dalam kesehatan .Etika berbicara tentang aturan-aturan, norma serta tata cara dalam
berbuat sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang tergantung jenis profesi,
dalam hal ini berkaitan dengan orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan.
Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan
dalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat agar masyarakat bisa teratur.
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan
Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut
hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai
penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan
dalam segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu
pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum
kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan, yaitu yang menyangkut asuhan /
pelayanan kedokteran (medical care / sevice).
Landasan pembentukan perundang-undangan pelayanan kesehatan (Van Der Mijn
1982):
1. Kebutuhan akan pengaturan pemberian jasa keahlian
2. Kebutuhan akan tingkat kualitas keahlian tertentu
3. Kebutuhan akan keterarahan
4. Kebutuhan akanpengendalian biaya
5. Kebutuhan akan kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya dan
identifikasi kewajiban pemerintah
6. Kebutuhan pasien akan perlindungan hukum
7. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi para ahli
8. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi pihak ketiga
9. Kebutuhan akan perlindungan bagi kepentingan umum
Hukum Kesehatan mencakup 4 bidang, yaitu :
 Hukum kedokteran
 Hukumkeperawatan
 Hukumfarmasi klinik
 Hukum rumah sakit
2. Mengapa tenaga kesehatan harus diberikan pengetahuan tentang hukum
kesehatan:
 Agar setiap tenaga kesehatan atau penyelenggara kesehatan mengetahui setiap hak
dan kewajiban dalam usaha penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
sehingga proses pemberian pelayanan kesehatan dapat berjalan secara tertib, teratur
dan seimbang.
 Setiap orang yang terlibat dalam usaha kesehatan baik penyelenggara pelayanan
kesehatanmaupun pengguna pelayanan kesehatan mengetahui bahwa ada sanksi yang
berlaku terhadap setiap pelanggaran yang terjadi yang telah di atur dalam undang-
undang
 Dengan mengetahui adanya hukum kesehatan yang berlaku serta memahaminya,
diharapkan bahwa segala usaha-usaha pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan
sebaik-baiknya untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa.

72
3. Payung hukum kesehatan yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan ilmu
perilaku:
 Undang-undang kesehatan no 23 tahun 1992 (namun undang-undang ini sudah tidak
berlaku karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan dan kebutuhan
kesehatan saat ini)
 Sedang dilakukan amandemen terhadap UU kesehatan no 23 tahun 1992, terdiri dari
22 bab dan pasal-ke-pasal sejumlah 205 pasal.
 Hukum kesehatan mencakup komponen-komponen hukum bidang kesehatan yang
bersinggungan satu dengan yang lainnya, yaitu hukum Kedokteran / Kedokteran Gigi,
Hukum Keperawatan, Hukum Farmasi Klinik, Hukum Rumah Sakit, Hukum
Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan dan sebagainya (Konas
PERHUKI, 1993).
B. Profesi Kesehatan Masyarakat.
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1 :
Setiap profesi Kesehatan masyarakat harus menjunjung tinggi, menghayati, dan
mengamalkan etika profesi kesehatan masyarakat.
Pasal 2 :
Dalam Melaksanakan tugas dan fungsinya profesi kesehatan masyarakat lebih
mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Pasal 3 :
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hendaknya menggunakan pronsip efektifitas-
efisiensi dan mengutamakan penggunaan teknologi tepat guna.
Pasal 4 :
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tidak boleh membeda – bedakan masyarakat atas
pertimbangan – pertimbangan agama, suku, golongan, sosial politik, dan sebagainya.
Pasal 5 :
Hak Anggota Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya ahanya melaksanakan profesi dan
keahliannya.

KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT


Pasal 6 :
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi kepada masyarakat sebagai
satu kesatuan yang tidak terlepas dari aspek sosial, ekonomi, politik, psikologis dan budaya.
Pasal 7 :
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pembinaan kesehatan yang
menyangkut orang banyak.
Pasal 8 :
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pemerataan dan keadilan.
Pasal 9 :
Dalam pembinaan kesehatan masyarakat harus menggunakan pendekatan menyeluruh,
multidisiplin dan lintas sektoral serta mementingkan usaha – usaha promotif, preventif,
protektif dan pembinaan kesehatan.
Pasal 10 :
Upaya pembinaan kesehatan masyarakat hendaknya didasarkan kepada fakta – fakta ilmiah
yang diperoleh dari kajian – kajian atau penelitian – penelitian.
Pasal 11 :
Dalam Pembinaan kesehatan masyarakat, hendaknya mendasarkan kepada prosedur dan
langkah – langkah yang profesional yang telah diuji melalui kajian – kajian ilmiah.
Pasal 12 :

73
Dalam mennjalankan tugas dan fungsinya harus bertanggung jawab dalam melindungi,
memlihara dan meningkatkan kesehatan penduduk.
Pasal 13 :
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berdasarkan antisipasi ke depan, baik dan
menyangkut masalah kesehatan maupun masalah lain yang berhubungan atau mempengaruhi
kesehatan penduduk.

KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI KESEHATAN LAIN DAN PROFESI DI LUAR


BIDANG KESEHATAN
Pasal 14 :
Dalam melakukan tugas dan fungsinya, harus bekerjasama dalam saling menghormati dengan
anggota profesi lain, tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan – pertimbangan keyakinan, agama,
suku, golongan, dan sebagainya.
Pasal 15 :
Dalam melakukan tugas dan fungsinya bersama – sama dengan profesi lain, hendaknya
berpegang pada prinsip – prinsip : kemitraan, kepemimpinan, pengambilan prakarsa dan
kepeloporan.
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA
Pasal 16 :
Ahli Kesehatan masyarakat hendaknya bersikap proaktif dan tidak menunggu dalam
mengatasi masalah.
Pasal 17 :
Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa memelihara dan meningkatkan profesi
kesehatan masyarakat.
Pasal 18 :
Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa berkomunikasi, membagi pengalaman dan
saling membantu di antara anggota profesi kesehatan masyarakat.

KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI


Pasal 19 :
Profesi Kesehatan masyarakat harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan
tugas dan profesinya dengan baik.
Pasal 20 :
Ahli kesehatan masyarakat senantiasa berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
Keterampilannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

PENUTUP
Pasal 21 :
Setiap anggota profesi kesehatan masyarakat dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari harus
berusaha dengan sungguh-sungguh memegang teguh kode etik kesehatan masyarakat
Indonesia ini.

74
Pertemuan Ke-Duabelas.
ETIKA PROFESI
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT

Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (JF-PKM) merupakan salah satu


Jabatan Fungsional lingkup Kesehatan. Pejabat Fungsional (umumnya) adalah
pelaksana teknis fungsional yang mengemban tugas, tanggung jawab serta hak secara
penuh oleh pejabat yang bewenang untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai
dengan bidang tugasnya pada unit kerja tertentu. Pejabat fungsional melaksanakan
pekerjaan/kegiatan secara mandiri tanpa dibatasi oleh uraian tugas yang ditetapkan
secara baku oleh satuan kerja dalam suatu organisasi.

Pejabat struktural adalah pejabat ang ditunjuk oleh kepala satuan organisasi untuk
melaksanakan tugas-tugas yang bersifat administratif dan menajerial untuk mencapai
tujuan satuan organisasi. Pejabat struktural maupun Pejabat fungsional seharusnya
melaksanakan tugas/kegiatan secara profesional di bidangnya. Penyuluh Kesehatan
Masyarakat merupakan Profesi, dalam menjalankan Profesinya akan berpedoman
suatu tata nilai yang harus ditaati, yaitu Etika Profesi.

Berkembang dari sumpah dengan kemampuan dan pikiran saya akan mematuhi janji-
janji sebagai berikut ( ada 10 janji ):
1. Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan
penuh kasih saying sebagaimana orang tua saya sendiri, jika perlu saya akan
bagikan harta saya untuk dinikmati bersama.
2. Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung saya dan
saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya kalau
mereka mau mempelajarinya tanpa imbalan.
3. Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anaknya saya
sendiri dan kepada anak-anak guru saya dan kepada mereka yang telah
mengikatkan diri dengan dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu
pengobatan, dan tidak kepada hal-hal yang lainnya.
4. Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengetahuan dan
kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita dan tidak akan
merugikan siapapun.
5. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun
meskipun diminta atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas
dasar yang sama, saya tidak akan memebrikan obat untuk menggugurkan
kandungan.
6. Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan
tetap suci dan bersih.
7. Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang walaupun iia
menderita penyakit batu, tetapi akan menyerahkan kepada mereka yang
berpengalaman dalam pekerjaan ini.
8. Rumah siapapun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan untuk
kesembuhan yang sakit dan tanpa niat buruk atau mencelakakan dan lebih
jauh lagi tanpa niat berbuat cabul terhadap wanita ataupun pria baik mereka
maupun hamba sahaya.

75
9. Apapun yang saya dengar atau lihat tentang kehidupan seseorang yang tidak
patut disebar luaskan tidak akan saya ungkapkan karena saya harus
merahasiakannya.
10. Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati
hidup dalam mempraktikkan ilmu saya ini, dihormati olehs emua orang di
sepanjang waktu. Tetapi jika sampai saya menghianati sumpah ini balikkanlah
nasib saya. Dari sumpah tadi ada 7 prinsip yaitu : tidak merugikan, membawa
kebaikan, menjaga kerahasiaan, otonomi pasien, berkata benar, berlaku adil,
dan menghormati privasi.

PROFESI
Profesi pada umumnya mempunyai beberapa ciri, yaitu :
1. Memberikan pelayanan (service) pada orang segera langsung (yang umumnya
bersifat konfidental).
2. Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum
melakukan pelayanan.
3. Anggotanya yang relatif homogen.
4. Menerapkan standar pelayanan tertentu.
5. Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi profesi.

Talcott Parsons mengemukakan ciri-ciri khusus profesi adalah sebagai berikut :


a. Disinterestedness,
b. Rasionalitas, profesi merupakan suatu system okupasi yang perwujudannya
dilaksanakan dengan menerapkan ilmu tertentu.
c. Spesifitas fungsional.
d. Universalisme, dalam pengertian obyketif, maksudnya adalah bahwa landasan
pertimbangan professional dalam pengambilan keputusan didasarkan pada “
apa yang menjadi masalahnya “ dan tidak pada “siapanya“ atau “keuntungan
pribadi apa yang diperolehnya”

Dengan demikian sebagi profesi mensyaratkan ada etika profesi. bahwa Etika Profesi
sebagi sikap hidup merupakan kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
professional dari pasien atau klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagi keseluruhan terhadap para
anggota masyarakat yang membutuhkannya disertai dengan refleksi yang seksama.
Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai sutau profesi adalah :
1. Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal lengkap dengan cara pengujian
yang terinstitusionalisasikan, baik mengenai adekuasi pendidikannya
mmmaupun mengenai kompetensi orang-orang hasil didikannya.
2. Penguasaan tradisi kultural dalam menggunakan keahlian tertentu serta
keterampilan dalam penggunaan tradisi.
3. Komplek okupasi/pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional untuk
menjamin bahwa kompetensi yang dimiliki itu akan digunakan secara
bertanggung jawab, wujudnya adalah organisasi profesi dengan prosedur
penegakannya, serta cara rekrutasi pengemban profesi.

Berdasarkan ciri-ciri dan pengertian tersebut, terdapat kaidah-kaidah pokok etika


profesi sebagai berikut :
a. Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan, sehingga sifat
tanpa pamrih menjadi cirri khas dalam mengemban profesi. Artinya,

76
pertimbangan yang menentukan dalam pengambilan keputusan adalah
kepentingan pasien atau klien serta kepentingan umum, dan bukan
kepentingan pengemban profesi sendiri.
b. Pelayanan professional dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien
mengacu pada kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai norma kritik yang
memotivasi sikap dan tindakan.
c. Pengembanan profesi harus selalu mengacu pada masyarakat sebagai
keseluruhan.
d. Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat
menjamin mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi harus
bersemangatkan solidaritas anatar sesama rekan seprofesi.

Dalam menjalankan profesinya, hanya pengemban profesi yang bersangkutan sendiri


yang dapat atau paling mengetahui tentang apakah perilakunya dalam mengemban
profesi sudah memnuhi tuntutan etika profesinya atau tidak. Kepatuhan pada etika
profesi alkan sangat bergantung pada akhlak pengemban profesi yang bersangkutan.
Dalam lingkungan pengemban profesi dimunculkan sperangkat kaidah perilaku
sebagai pedoman yang harus dipatuhi, yang disebut Kode Etik Profesi atau disingkat
Kode Etik. Setiap profesi mengenal pendidikan/pelatihan yang khusus, dan harus
mengabdi kepada masyarakat, dan memilki suatu kode moral suatu kode etik
tersendiri. Kode etik adalah pedoman perilaku yang berisikan garis-garis besar. Kode
etik harus memiliki sifat-sifat antara lain (1) Harus rasional, tetapi tidak kering
dari emosi (2) harus konsisten, tetapi tidak kaku, dan (3) harus bersifat
universal.

PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT (PKM).


Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok
yaitu :
1. Profesi PKM (Health Education Specialis) adalah seseorang yang
menyelenggarakan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat
melalui penyebarluasan informasi, membuat rancangan media, melakukan
pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan, serta merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan
perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.
2. PKM Fungsional adalah PNS/Pesiunan atau seseorang yang ahli dalam
bidangnya yang melakukan tugas sesuai dengan Profesi PKM (Health
Education Specialis).

Prinsip dasar Profesi PKM.


PKM ( HES ) sebagai tenaga profesional perlu menguasai ilmu pengetahuan, seni dan
teknologi serta berbagai metodologi yang diperlukan untuk mencapai masyarakat
yang berperilaku hidup bersih dan sehat secara lebih efektif dan efisien.
Seseorang disebut profesional bila :
1. Memiliki kompetensi yang menunjang untuk latihan dan kewenangan yang
dimiliki.
2. Berpendidikan dan lulus dari suatu pendidikan , pelatihan tertentu yang diakui
secara resmi termasuk organisasi profesi.
3. Mempunyai Etika yaitu nilai yang patut dan layak serta mutlak mendukung
keberadaannya/eksistensinya.

77
4. Memperoleh imbalan jasa yang layak untuk kegiatan profesional yang
dilakukan.
5. Bersedia dituntut jika melakukan malpraktek diluar kewenangannya yang
merugikan klien.

Syarat minimal bagi seorang PKM (HES).


1. Memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
teknologi termasuk metode pendidikan, pelatihan serta penelitian.
2. Menguasai satu atau bebrapa materi substansi yang berkaitan dengan ilmu
pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku, promosi kesehatan.
3. Memiliki kemampuan dan keahlian dalam mempergunakan berbagai metode
pendidikan kesehatan dan perilaku, penyuluh kesehatan, KIE, Pemasaran
social mobilisasi social, yang terkait dengan promosi kesehatan.
4. Pernah mengikuti dan lulus Diklat profesional : PKM Dasar Ahli/Terampil,
Magang dibidang Promkes, TOT, MOT dibidang Promkes.
5. Berupaya mengembangkan diri sebagai PKM (HES) dengan : Menjadi agen
sosio cultural, Berusaha mengikuti perkembangan Ilmu dan Seni /Iptek
Promkes local, regional/global, Saling hormat sesame PKM (HES) dengan
saling asih-asah-asuh. Bersikap jujur dan integritas diri yang kuat-ramah-
terbuka terhadap kritik- responsive terhadap perubahan- kendalikan diri/emosi.

Kode Etik Profesi PKM.


Kode etik yang wajib ditaati adalah sebagai berikut :
1. Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan,
pelatihan dan pengalaman, serta bertindak dalam batas-batas kecakapan yang
profesional.
2. Mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar, lelatihan,
dan penelitian berkesinambungan.
3. Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung
jawab.
4. Tidak membeda-bedakan individu berdasrkan ras, warna kulit, bangsa, agama,
usia, jenis kelamin, status social ekonomi dalam menyumbangkan pelayanan-
pekerjaan, pelatihan atau dalam meningkatkan kemajuan orang lain.
5. Menjaga kemitraan klien ( individu, kelompok, institusi) yang dilayani.
6. Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri
setiap individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-
nilai secara konsisten.
7. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
8. Mematuhi prinsip “informed consent” sebagi penghargaan terhadap klien.
9. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang
mengasuh/memelihara pertumbuhan dan perkembangan individu.
10. Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai
dengan pertimbangan mal praktek yang dilakukan.

Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan


lainnya. Daftar karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah
diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional
diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki

78
keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan
dalam praktek.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh
para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus
untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada
persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan
teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan
keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga
hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan
teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri
tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih
senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya
dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti
layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status
yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal
tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka
berikan bagi masyarakat.
Dalam menjalankan profesinya, hanya pengemban profesi yang bersangkutan sendiri
yang dapat atau paling mengetahui tentang apakah perilakunya dalam mengemban
profesi sudah memnuhi tuntutan etika profesinya atau tidak. Kepatuhan pada etika
profesi alkan sangat bergantung pada akhlak pengemban profesi yang bersangkutan.
Dalam lingkungan pengemban profesi dimunculkan sperangkat kaidah perilaku
sebagai pedoman yang harus dipatuhi, yang disebut Kode Etik Profesi atau disingkat
Kode Etik. Setiap profesi mengenal pendidikan/pelatihan yang khusus, dan harus
mengabdi kepada masyarakat, dan memilki suatu kode moral suatu kode etik
tersendiri. Kode etik adalah pedoman perilaku yang berisikan garis-garis besar. Kode
etik harus memiliki sifat-sifat antara lain (1) Harus rasional, tetapi tidak kering
dari emosi (2) harus konsisten, tetapi tidak kaku, dan (3) harus bersifat
universal.
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat dikelompokkan dalam 2 (dua)
kelompok yaitu :
1. Profesi PKM (Health Education Specialis) adalah seseorang yang
menyelenggarakan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat
melalui penyebarluasan informasi, membuat rancangan media, melakukan
pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan

79
kesehatan, serta merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan
perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.
2. PKM Fungsional adalah PNS/Pesiunan atau seseorang yang ahli dalam
bidangnya yang melakukan tugas sesuai dengan Profesi PKM (Health
Education Specialis).

Prinsip dasar Profesi PKM.


PKM ( HES ) sebagai tenaga profesional perlu menguasai ilmu pengetahuan, seni dan
teknologi serta berbagai metodologi yang diperlukan untuk mencapai masyarakat
yang berperilaku hidup bersih dan sehat secara lebih efektif dan efisien.
Seseorang disebut profesional bila :
1. Memiliki kompetensi yang menunjang untuk latihan dan kewenangan yang
dimiliki.
2. Berpendidikan dan lulus dari suatu pendidikan , pelatihan tertentu yang diakui
secara resmi termasuk organisasi profesi.
3. Mempunyai Etika yaitu nilai yang patut dan layak serta mutlak mendukung
keberadaannya/eksistensinya.
4. Memperoleh imbalan jasa yang layak untuk kegiatan profesional yang dilakukan.
5. Bersedia dituntut jika melakukan malpraktek diluar kewenangannya yang
merugikan klien.

Syarat minimal bagi seorang PKM (HES).


1. Memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
teknologi termasuk metode pendidikan, pelatihan serta penelitian.
2. Menguasai satu atau bebrapa materi substansi yang berkaitan dengan ilmu
pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku, promosi kesehatan.
3. Memiliki kemampuan dan keahlian dalam mempergunakan berbagai metode
pendidikan kesehatan dan perilaku, penyuluh kesehatan, KIE, Pemasaran social
mobilisasi social, yang terkait dengan promosi kesehatan.
4. Pernah mengikuti dan lulus Diklat profesional : PKM Dasar Ahli/Terampil,
Magang dibidang Promkes, TOT, MOT dibidang Promkes.
5. Berupaya mengembangkan diri sebagai PKM (HES) dengan : Menjadi agen sosio
cultural, Berusaha mengikuti perkembangan Ilmu dan Seni /Iptek Promkes local,
regional/global, Saling hormat sesame PKM (HES) dengan saling asih-asah-asuh.
Bersikap jujur dan integritas diri yang kuat-ramah- terbuka terhadap kritik-
responsive terhadap perubahan- kendalikan diri/emosi.

Kode Etik Profesi PKM.


Kode etik yang wajib ditaati adalah sebagai berikut :
1. Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan,
pelatihan dan pengalaman, serta bertindak dalam batas-batas kecakapan yang
profesional.
2. Mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar, lelatihan,
dan penelitian berkesinambungan.
3. Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung
jawab.
4. Tidak membeda-bedakan individu berdasrkan ras, warna kulit, bangsa, agama,
usia, jenis kelamin, status social ekonomi dalam menyumbangkan pelayanan-
pekerjaan, pelatihan atau dalam meningkatkan kemajuan orang lain.
5. Menjaga kemitraan klien ( individu, kelompok, institusi) yang dilayani.

80
6. Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri
setiap individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-
nilai secara konsisten.
7. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
8. Mematuhi prinsip “informed consent” sebagi penghargaan terhadap klien.
9. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang
mengasuh/memelihara pertumbuhan dan perkembangan individu.
10. Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai
dengan pertimbangan mal praktek yang dilakukan.

Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar
karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga
tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan
mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang
berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi
profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan
yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan
untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti
pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis
sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui
pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis
mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme:
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan
dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi
yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak
bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan
yang mereka berikan bagi masyarakat.

81
MUKADIMAH
Kesehatan dalam kehidupan manusia adalah salah satu komponen dari kesejahteraan
masyarakat. Dalam rangka meningkatakan kesejahteraan masyarakat upaya
peningkatan kesehatan itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan perilaku, pelayanan
kesehatan dan faktor genetik.
Kesehatan masyarakat sbegai ilmu dan seni untuk mencegah penyakit
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui upaya bersama
masyarakat secara terorganisir untuk sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit,
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan sebagainya, mengandung makna
bahwa aspek preventif dan promotif adalah lebih pentin daripada kuratif dalam rangka
peningkatan status kesehatan masyarakat.
Pendekatan preventif dan propmotif yang melibatkan keikutsertaan masyarakat
mempunyai implikasi bahwa klien profesi kesehatan masyarakat bukanlah individu,
tetapi masyarakat. Dalam melaksanakan upaya kesehatan masyarakat perlu dilandasi
oleh etika yang berazaskan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Dengan maksud untuk mewujudkan pengabdian yang luhur, kami para profesi
Kesehatan Masyarakat Indonesia, dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
merumuskan KODE ETIK PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA.

82
Pertemuan Ke-Tigabelas.
ASPEK HUKUM PELAYANAN KESEHATAN
A.Aspek Hukum.
Dalam pelayanan kesehatan dimana pasien adalah merupakan obyek dari
pekerjaan/keahlian dokter, hubungan hukum yang dilahirkan dari hubungan pelayanan
kesehatan antara sang pengobat dengan si sakit in telah melahirkan aspek hukum baik di
bidang hukum perdata, hukum administrasi, maupun hukum pidana. Dalam bidang hukum
perdata yang hingga kini masih tetap berlaku ketentuan umum hukum perdata tertulis yang
berasal dari Belanda dapat berupa gugatan perdata. Tanggung gugat perdata dalam BW
setidak-tidaknya disebabkan karena 3 (tiga) hal, yaitu, (1) karena “wanprestasi”; (2) karena
perbuatan melawan hukum “onrechnatige daad”; (3) karena mengakibatkan mati/cacat tubuh
karena kurang hati-hati dan cermat (dalam proses mengupayakan kesembuhan).
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dalam pasal 55 ayat (2)
memberikan dasar hukum bagi penuntutan ganti rugi menurut apa yang diatur dalam BW
sebagai peraturan perundang-undangan yang berlaku umum, Ketentuan yang terdapat dalam
BW diantaranya ialah :
(1) Pasal 1243 BW, yang merupakan ketentuan umum yang memberikan dasar hukum bagi
permintaan ganti rugi yang diakibatkan karena “wanprestasi” tidak dipatuhinya prestasi
sesuai dengan yang dijanjikan.
(2) Pasal 1365 BW, yang merupakan ketentuan umum yang memberikan dasar hukum bagi
penggantian kerugian karena perbuatan melanggar hukum ”onrechnatige daad”
Mengenai “onrechnatige daad” ini syarat-syaratnya yang harsu di penuhi untuk dapat
diterapkan ketentuan pasal 1356 BW ialah, (1) harus ada perbuatan (berbuat/tidak berbuat);
(2) perbuatan ini harus melanggar hukum (yaitu tidak hanya melanggar undang-
undang/peraturan tertulis); (3) ada kerugian; (4) ada hubungan sebab akibat (hubungan
kausal) antara perbuatan melanggar hukum itu dengan kerugian yang diderita; dan (5) adanya
kesalahan (schuld) Yang dimaksud dengan unsur kesalahan dalam pasal 1365 KUHPerdata
ialah si pembuat/pelaku pada umumnya harus bertanggung jawab, karena ia menginsafi
akibat dari perbuatannya(toerekeningvatbaar).
Adapun tanggung gugat perdata atas kerugian yang diderita orang lain itu dapat cukup
3 (tiga) kriteria, yaitu :
(a) Tanggung gugat berdasarkan kesalahan (schuldaansprkeljkheid) yang bertumpu pada 2
(dua) hal, yaitu :
1. Melanggar hukum dan kesalahan (karena, melanggar hukum si pelaku dipersalahkan)
2. Karena mengabaikan perbuatan melanggar hukum tersebut.
(b) Tanggung gugat berdasarkan kesalahan dengan pembalikan beban
pembuktian (schuldaansprkeljkheid met omkering van de bewijslat)dalam hal ini
penggugat tidak perlu membuktikan bahwa tergugat tidak cukup hati-hati, tetapi
sebaliknya tergugat yang wajib membuktikan untuk menghindari tanggung gugat ia telah
cukup berusaha untuk hati-hati sehingga ia tidak dapat dipersalahkan;
(c) Tanggung gugat berdasarkan resiko (risiko aansprkeljkheid), yaitu yang merupakan
tanggung gugat yang dipertajam, yaitu pertanggungjawaban untuk akibat kerugian tanpa
melakukan perbuatan melawan hukum dan kesalahan.
Hubungan hukum yang dilahirkan dari hubungan dokter pasien dalam upaya pelayanan
kesehatan telah melahirkan aspek hukum dalam bidang hukum perdata, dalam bidang hukum
perdata berlaku ketentuan umum hukum perdata yang ditulis dari zaman Belanda.
Sehubungan dengan pembahasan tentang aspek hukum inform consent, syarat sahnya
perjanjian relevan untuk dibahas. Hal terpenting agar perjanjian antara dokter dan pasien
mempunyai kekuatan yang mengikat, adalah harus dipenuhinya syarat-syarat yang ditentukan
oleh undang-undang untuk sahnya suatu perjanjian pasal 1320 KUHPerdata. Syarat yang

83
pertama dari pasal 1320 KUHPerdata, mengisyaratkan adanya sepakat para pihak yang
mengikatkan diri. Yang dimaksudkan dengan sepakat para pihak dalam pekerjaan jasa
pelayanan kesehatan adalah persetujuan (consent) dari dokter untuk melakukan tindakan
medis dan persetujuan dari pasien untuk dilakukan tindakan medis atas dirinya. Dalm hal
perjanjian tidak disertai oleh kata sepakat, maka perjanjian itu tidak sah dan dapat dibatalkan
seperti diketahui yang tidak seimbang antara pemberi jasa pelayanan kesehatan dan penerima
jasa dirinya. Dalam hal perjanjian tidak disertai oleh kata sepakat, maka perjanjian itu tidak
sah dan dapat dibatalkan seperti diketahui yang tidak seimbang antara pemberi jasa pelayanan
kesehatan dan penerima jasa pelayanan kesehatan, di mana kedudukan pemberi jasa
pelayanan kesehatan berada pada posisi pakar dan kedudukan penerima jasa pelayanan
kesehatan pada posisi awam.
Hal sedemikian ini dapat menjadi perbaikan pasien sebagai konsumen ini menuntut
adanya kesadaran dari pihak dokter dan psien di mana kedua belah pihak saling
membutuhkan hal ini dapat dilihat dari perkembangan yang terjadi saat ini yaitu :
1. Kesadaran hukum pasien semakin mengikat; pasien sadar akan hak dan kewajibannya,
adalah arti bahwa pemberian persetujuan tanpa mengetahui tentang apa yang akan
dilaksanakan atas dirinya adalah bertentangan dengan arti persetujuan itu sendiri.
2. Kegagalan-kegagalan dalam pelaksanaan tindakan medik yang berulang kali terjadi,
sehingga membuat pasien lebih kritis dalam melihat relasi antara dokter pasien, dengan
menuntut informasi tentang apa yang akan dilaksanakan oleh dokter;
3. Kesadaran akan hak mutlak atas tubuhnya dan hak untuk menentukan atas diri sendiri,
dalam arti menerima atau menolak tindakan medik yang akan melaksanakan atas dirinya;
4. Kesadaran akan posisinya, dengan menolak adanya kesenjangan dalam relasi pakar dan
awam.
Pasien memang menandatangi surat persetujuan, tetapi pasien tidak mengakui bahwa
pasien tidak di beri informasi dan pasien tidak mengerti apa yang disetujuinya. Mungkin saja
yang menurut dokter sudah diberi informasi yang cukup, menurut pasien belum cukup,
karena pasien tidak mengerti bahwa apa yang telah dikatakan dokter itu adalah sebuah
informasi untuk dirinya. Seringkali pasien hanya menganggukkan kepalanya seakan-akan
mengerti, tanpa pertanyaan, sebab apa yang akan ditanyakan saja dia tidak tahu. Dokter yang
menganggap anggukan pasien sebagai tanda mengerti akan persetujuan tindakan medik dan
pasien sangat minim. Dalam uraian terdahulu disebutkan bahwa upaya pelayanan kesehatan
menyangkut seluruh hidup dan kehidupan manusia. Ini berarti bahwa apabila tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Meningkatnya
jumlah permintaan dan pelayanan kesehatan ini telah dibuktikan dalam sejarah inggris
dengan apa yang dalam kepustakaan dikenal sebagai pelayanan kesehatan.

Di dalam situasi atau keadaan yang normal, terjadi kontrak atau


persetujuan/perjanjian antara pasien dengan dokter, apabila pasien menyatakan memerlukan
bantuan dokter (untuk memulihkan kesehatannya). Kontrak tersebut, menurut pasal 1313
BW, adalah suatu perbuatan yang dipakai seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
orang lain atau lebih[19]. Untuk sahnya persetujuan diperlukan beberapa syarat, yakni (pasal
1320 BW) :
1. Kesepakatan antara mereka yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Mengenai suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal.[20]
Jelaslah bahwa pada umumnya tidak akan diterapkan ketentuan-ketentuan perburuhan
karena dokter tidak bekerja sebagai bawahan pasien, walaupun ada honorarium tertentu.
Bagaimanakah persetujuan/perjanjian tersebut terjadi. Pada umumnya, seorang dokter yang

84
berpraktek mengadakan suatu "penawaran umum" mengenai pekerjaan yang dapat
dilakukannya untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit (yakni pasien). Dalam lalu lintas
perhubungan hukum yang terjadi dalam masyarakat sebagai satu sistem sosial, dengan
demikian Rumah Sakit merupakan organ yang mempunyai kemandirian untuk melakukan
perbuatan hukum.

Undang-undang sama sekali tidak memberikan batasan tentang, perbuatan melawan


hukum, yang harus ditafsirkan oleh peradilan. Bermula dimaksudkan segala sesuatu yang
bertentangan dengan undang-undang, jadi suatu perbuatan melawan undang-undang. Akan
tetapi sejak tahun 1919 yurisprudensi tetap telah memberikan pengertian yaitu setiap tindakan
atau kelalaian baik yang :
1. Melanggar hak orang lain.
2. Bertentangan dengan kewajiban hukum dirt sendiri.
3. Menyalahi pandangan etis yang umumnya dianut (adat istiadat yang baik)
4. Tidak sesuai dengan kepatutan dan kecermatan sebagai persyaratan tentang diri dan benda
orang seorang dalam pergaulan hidup.

B.Dasar Hukum Keselamatan & Kesehatan Kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi distribusi baik barang maupun jasa.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga & tidak diharapkan yang terjadi pada
waktu bekerja pada perusahaan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak
terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.
Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup & meningkatan produksi & produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien

Kerugian-Kerugian yang disebabkan Kecelakaan Akibat Kerja


Kecelakaan menyebabkan lima jenis kerugian, antara lain:
1. Kerusakan: Kerusakan karena kecelakaan kerja antara lain bagian mesin, pesawat alat
kerja, bahan, proses, tempat, & lingkungan kerja.
2. Kekacauan Organisasi: Dari kerusakan kecelakaan itu, terjadilah kekacauan dai dalam
organisasi dalam proses produksi.
3. Keluhan & Kesedihan: Orang yang tertimpa kecelakaan itu akan mengeluh & menderita,
sedangkan kelurga & kawan-kawan sekerja akan bersedih.
4. Kelainan & Cacat: Selain akan mengakibatkan kesedihan hati, kecelakaan juga akan
mengakibatkan luka-luka, kelainan tubuh bahkan cacat.
5. Kematian: Kecelakaan juga akan sangat mungkin merenggut nyawa orang & berakibat
kematian.
Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi
terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung & biaya tersembunyi.
Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama kecelakaan, pengobatan,
perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompensasi
cacat & biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan.
Sedangkan biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau
beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi.

85
Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab antara lain:
1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts)
2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions)
Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-
kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi, perwatan & pemeliharaan, pengwasan,
pengujian, & cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha & buruh, latihan, supervisi
medis, PPPK, & pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah mati atau tak resmi mengenai
misalnya kontruksi yang memnuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri
tertentu, praktek-praktek keselamatan & hygiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-
undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat & ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya,
penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian
tentang pencegahan peledakan gas & debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan & desain
paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat & peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis & patologis
faktor-faktor lingkungan & teknologis, & keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan
kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan.
Dasar Hukum
* UU no.13/2003
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan & kesehatan kerja
b. Moral & kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat & martabat manusia
d. untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya K3.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) & ayat (2) dilaksanakn sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
* UU no.14/1969
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas:
1. Keselamatan
2. Kesehatan
3. kesusilaan
4. pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia & moral
agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi :
1. Norma keselamatan kerja
2. Norma kesehatan kerja
3. Norma kerja
4. Pemberian ganti kerugian, perawatan & rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja

86
* UU no.1/1970
1. Agar pekerja & setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat & selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai & digunakan secara aman & efisien.
3. Agar proses produksi berjalan secara lancar tanpa hambatan.
* UU no.3/1992
1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja & pulang kerumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
2. Jaminan kecelakaan kerja
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja
meliputi:
1. Biaya pengangkutan.
2. Biaya pemeriksaan pengobatan dan/atau perawatan.
3. Biaya rehabilitasi.
4. Santunan berupa uang meliputi :
a. Santunan sementara tidak mampu bekerja.
b. Santunan cacat sebagian untuk selamanya.
c. Santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental.
d. Santunan kematian
Rahasia Medik adalah adalah segala sesuatu yang dianggap rahasia oleh pasien yang
terungkap dalam hubungan medis dokter-pasien baik yang diungkapkan secara langsung oleh
pasien (subjektif ) maupun yang diketahui oleh dokter ketika melakukan pemeriksaan fisik
dan penunjang ( objektif). Rahasia medis ini juga sering disebut sebagai rahasia jabatan
dokter yang timbul karena menjalankan tugas profesionalnya sebagai dokter.
Rahasia medis merupakan hak pasien yang harus dilindungi dan dijunjung tinggi oleh
setiap penyelenggara pelayanan kesehatan. Pelanggaran terhadap hak pasien ini merupakan
sebuah kejahatan yang dapat dimintai pertanggung jawaban hukum. Perlindungan terhadap
hak rahasia medis ini dapat di lihat dalam peraturan perundang-undangan antara lain:
1. Pasal 57 UU No.36/ 2009 tentang Kesehatan mengatakan bahwa setiap orang
berhak atas kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada
penyelenggara pelayanan kesehatan
2. Pasal 48 UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran mengatakan bahwa
setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokterannya wajib
menyimpan rahasia kedokteran
3. Pasal 32 (i) UU No,44 Tentang Rumah Sakit mengatakan bahwa hak pasien
untuk mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya
Pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan tersebut diancam pidana kurungan
badan sebagai mana yang diatur dalam pasal 322KUHP yang mengatakan : " barang siapa
yang dengan sengaja membuka rahasia yang wajib ia simpan karena jabatannya atau karena
pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah.

Rahasia medis ini hanya dapat dibukan oleh rumah sakit, dokter dan tenaga kesehatan
lainnya dalam hal telah mendapatkan persetujuan dari pasien yang bersangkutan, demi untuk
kepentingan orang banyak atau untuk kepentingan penegakan hukum.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka semua rahasia medis yang tertuang dalam
rekam medik adalah menjadi hak sepenuhnya dari pasien yang bersangkutan dan oleh sebab

87
itu maka berkas rekam medik perlu di jaga kerahasiaanya agar tidak dengan mudah di baca
oleh pihak-pihak yang tidak berkompeten untuk mengetahui rahasia medis pasien tersebut.
Di beberapa negara yang menganut kebebasan mutlak melaksanakan perlindungan rahasia
medik dengan sangat ketat, sehingga rekam medik menjadi sangat konfidensial. Seorang
suami tidak dengan mudah mendapatkan isi rekam medik istrinya ataupun sebaliknya jika
oleh suami atau istri tersebut menyatakan bahwa hal tersebut konfidens bagi pasangannya.
Sebegitu ketatnya perlindungan rahasia medis tersebut , terkadang sampai meninggalpun
rahasia tersebut tetap tersimpan rapi.

88
Pertemuan Ke-Empatbelas.
ETIKA PROFESI KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

 Etika ahli kesehatan masyarakat adalah bagaimana bertingkah laku dalam


memberikan jasa dalam pelayananya kepada masyarakat.
 Ciri-ciri pekerjaan profesi :
1. Mengikuti pendidikan sesuai standar nasional
2. Pekerjaannya berlandaskan etik profesi
3. Mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan
4. Pekerjaannya legal melalui perizinan
5. Anggotanya belajar sepanjang hayat (longlife education)
6. Mempunyai organisasi profesi ( IDI, IAKMI, PWI, dll)
 Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan
yang berlaku umum dalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat agar
masyarakat bisa teratur.
 Hukum kesehatan mencakup komponen-komponen yang berhubungan dengan
kesehatan, contohnya hukum pelayanan kesehatan terhadap keluarga miskin (Gakin).

Persamaan etika dan hukum :


1. Alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat
2. Objeknya tingkah laku manusia
3. Mengandung hak dan kewajiban anggota masyarakat agar tidak saling merugikan.
4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi
5. Sumbernya hasil pemikiran para pakar dan pengalaman senior;
6. Etika disusun oleh pengalaman senior;
7. Hukum disusun oleh yang memiliki kekuasaan

Perbedaan etik dan hukum :

ETIKA
1. Berlaku untuk lingkungan professional
2. Disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi
3. Tidak seluruhnya tertulis;
4. Pelanggaran diselesaikan oleh majelis kehormatan etik
5. Sanksi pelanggaran tuntunan
6. Penyelesaian pelanggaran tidak selalu disertai bukti fisik

HUKUM
1. Berlaku untuk umum
2. Disusun oleh badan pemerintah / kekuasaan
3. Tercantum secara rinci dalam kitab UU dan lembaran/berita negara
4. Pelanggaran diselesaikan melalui pengadilan
5. Sanksi pelanggaran tuntutan
6. Penyelesaian pelanggaran memerlukan bukti fisik

Etika kesehatan mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui atau ditolak
dan suatu kerangka rekomendasi bagaimana bersikap/bertindak secara pantas di dalam bidang
kesehatan.
Perihal hubungan tenaga kesehatan dengan pasien dan keluarganya :

89
1. Paternalisme kalangan Profesi kesehatan harus berperan sebagai orangtua terhadap
pasien dan keluarganya;
2. Individualisme - Pasien mempunyai hak-hak mutlak terhadap badan dan
kehidupannya.
3. Resiprokalisme Kalangan profesi kesehatan harus bekerja sama dengan pasien dan
keluarganya dalam memberikan pelayanan kesehatan

Landasan pembentukan perundang-undngan pelayanan kesehatan:


1. Kebutuhan akan pengaturan pemberian jasa keahlian
2. Kebutuhan akan tingkat kualitas keahlian tertentu
3. Kebutuhan akan keterarahan
4. Kebutuhan akan pengendalian biaya
5. Kebutuhan akan kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya dan
identifikasi kewajiban pemerintah
6. Kebutuhan pasien akan perlindungan hukum
7. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi para ahli
8. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi pihak ketiga
9. Kebutuhan akan perlindungan bagi kepentingan umum

Masalah pokok dalam pembentukan perundang-undangan kesehatan :


1. Masalah prinsipil - apa yang boleh dilakuakn dan yang tidak boleh dilakukan
2. Masalah pragmatis - sampai sejauh manakah pembentuk perundang-undagan dapat
berbuat atau tidak berbuat

Hubungan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan

 Hukum kesehatan lebih diutamakan dibanding Etika kesehatan. Contoh:


(etiKes)Mantri dpt memberi suntikan tanpa ada dokter tp (Hkm kes) tdk
membenarkan ini.
 Ketentuan hukum kesehatan dapat mengesampingkan etika tenaga kesehatan. Contoh:
kerahasian dokter(etika kedokteraan) jk terkait dgn mslh hukum mk dikesampingkan
 Etika kesehatan lebih diutamakan dari etika dokter. Dokter dilarang mengiklankan
diri, tp dlm menulis artikel kesehatan tdk mslh(etika kesehatan)

Perbedaan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan

 Etika kesehatan objeknya semata-mata dalam pelayanan kesehatan sedangkan hukum


kesehatan objeknya tdk hny hkm tp melihat nilai-nilai hidup masyarakat.
 Hukum berlaku umum, etika kesehatan berlaku hanya dalam pelayanan kesehatan
 Etika sifatnya tidak mengikat dan pelanggarannya tidak dapat dituntut ,hukum
mengikat pelanggarnya dapat dituntut.

Etika Menurut Islam

Ayat-ayat al-Qur’an menunjukkan bahwa etika Islam amat humanistik dan rasionalistik.
Etika Islam menurut Al-Quran:
 keadilan,
 kejujuran,

90
 kebersihan,
 menghormati orang tua,
 bekerja keras,
 cinta ilmu,
 dan lain-lain
Kejujuran (surat an-Nisaa)

Sifat-sifat penting lain yang harus dimiliki oleh seorang Dokter Muslim dalam hal
penanganan pasien gawat darurat ialah :
 Adanya belas kasihan dan cinta kasih terhadap sesama manusia, perasaan sosial yang
ditunjukkan kepada masyarakat.
 Seorang dokter muslim dilarang membeda-bedakan antara pasien kaya dan pasien
miskin.
 Sebagian besar waktunya harus dicurahkan kepada pasien,
 Seorang dokter muslim harus lebih banyak mendengar dan lebih sedikit bicara,
 Seorang dokter muslim tidak boleh berkecil hati dan harus merasa bangga akan
profesinya karena semua agama menghormati profesi dokter.
 Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu untuk
memberikannya

Kemudian dalam islam, kedokteran juga memiliki prinsip kode etik. Adapun Prinsip
kode etik kedokteran Islam tersebut adalah:

 Taqwa;
 Iman;
 Otonomi;
 Tidak ada yang dirugikan (non-malfeasance);
 Kebajikan;
 Keadilan dalam penggunaan sumber daya yang ada;
 Melakukan tindakan berdasarkan rasionalitas dan keinginan diri sendiri

Islam mewajibkan untuk menolong pasien dalam keadaan darurat tanpa melihat kondisi
keuangan dan kemampuan membayar biaya tindakan medis. Seperti dalam ayat al-qur’an
yang menegaskan:

 ‫ﺎﻟْﺒ ﱢﺮ َﻋﻠَﻰ َواﻟﺘﱠ ْﻘ َﻮ َواﺗﱠﻘُﻮ ْا‬


“hendaklah kamu tolong-menolong dalam kebajikan” (almaidah : 2)

 ‫ي ﺑِﺎ ْﻟ َﻌ ْﺪ ِل َواﻹِﺣْ ﺴَﺎنِ َوإِﯾﺘَﺎء ذِي‬ َ ‫ﷲَ ْأ ُﻣ ُﺮ‬ ّ ‫ﻋَﻦِ ا ْﻟﻔَﺤْ ﺸَﺎء َوا ْﻟﺒَﻐْﻲِ إِنﱠ‬
‫ﯾَ ِﻌﻈُ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ َﺬ ﱠﻛﺮُونَ ا ْﻟﻘُﺮْ ﺑَﻰ َوﯾَ ْﻨﮭَﻰ َوا ْﻟﻤُﻨ َﻜ ِﺮ‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (An-nahl : 90)

91
 َ‫ﺴﺒِﯿ ُﻞ إِﻧﱠﻤَﺎ اﻟﻨﱠﺎس‬ ‫ض ﻓِﻲ َوﯾَ ْﺒﻐُﻮنَ ﯾَ ْﻈﻠِﻤُﻮنَ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ َﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠ‬
ِ ْ‫ﺑِ َﻐ ْﯿ ِﺮ ْاﻷَر‬
‫أَﻟِﯿ ٌﻢ َﻋﺬَابٌ ﻟَﮭُﻢ أُوْ ﻟَﺌِ َﻚ اﻟْﺤَ ﱢ‬
‫ﻖ‬
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui
batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih” (As-syuura : 42)
 ‫ﺻﺮُونَ َﻻ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻣَﺎ‬
َ ‫ﺗَﻨَﺎ‬
"Kenapa kamu tidak tolong menolong?" (Ash Shaaffaat : 25)
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” Al-Fath : 29
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu
bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-
orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka
mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” an-nur : 22

o Jelaslah bahwa etika dokter, Tenaga Medis dan Paramedis pada saat menemui pasien
kritis dan butuh pertolongan harus mendahulukan kepentingan pasien sesuai dengan
Sifat-sifat Tenaga Medis dan Paramedis yang telah disebutkan diatas yaitu Beriman
dan Tulus ikhlas karena Allah dan juga dalam prinsip kode etik kedoketran dalam
islam yaitu Tidak ada yang dirugikan (non-malfeasance) dan Kebajikan.
o Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas diatur
dalam pasal 51 UU No.29/ 2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter
wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan. Selanjutnya,
walaupun dalam UU No.23/1992tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan
gawat darurat namun secara tersirat upaya penyelenggaraan pelayanan tersebut
sebenarnya merupakan hak setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal (pasal 4). Selanjutnya pasal 7 mengatur bahwa “Pemerintah bertugas
menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”
termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurang mampu.6 Tentunya upaya ini
menyangkut pula pelayanan gawat darurat, baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat (swasta). Rumah sakit di Indonesia memiliki
kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai
salah satu persyaratan ijin rumah sakit. Dalam pelayanan gawat darurat tidak
diperkenankan untuk meminta uang muka sebagai persyaratan pemberian pelayanan.
o Dipandang dari segi hukum, pelayanan gawat darurat berbeda dengan pelayanan non-
gawat darurat karena memiliki karakteristik khusus. Beberapa isu khusus dalam
pelayanan gawat darurat membutuhkan pengaturan hukum yang khusus dan akan
menimbulkan hubungan hukum yang berbeda dengan keadaan bukan gawat darurat.
Ada beberapa upaya penyelesaian masalah pelayanan gawat darurat, yaitu sebagai
berikut:
 Meningkatkan kegiatan pendidikan kesmas, sehingga satu pihak pemahaman
masyarakat terhadap pelayanan gawat darurat dapat ditingkatkan, dan dipihak lain
keterampilan masyarakat menanggulangi (self medication) masalah-masalah
kesehatan sederhana dapat ditingkatkan;
 Menambah jumlah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat jalan,
termasuk pertolongan pertama.
 Menggalakkkan program asuransi kesehatan, terutama yang menganut sistem
pembayarab pra-upaya.

92
Sudah jelaslah bahwa tidak ada perihal yang menghalangi seorang dokter ataupun tim medis
untuk tidak memberikan pertolongan dan pelayanan medis kepada pasien gawat darurat.
Selain melanggar hukum dan UU yang telah ditetapkan, hal tersebut juga melanggar dari
ketentuan Allah yang memerintahkan bahkan mewajibkan untuk tolong-menolong.

93
Daftar Referensi.
1. Darsono S. Etik, Hukum Kesehatan dan Kedokteran (Sudut Pandang Praktikus).
Semarang: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2004.
2. Adji US. Profesi Dokter, Etika Profesional dan Hukum Pertangung jawaban Pidana
Dokter. Jakarta: Erlangga; 1991.
3. Anderson BG, Foster GM. Antropologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia
Press; 1986.
4. Astuti EK. Hubungan Hukum Antara Dokter Dan Pasien Dalam Upaya Pelayanan
Medis. Semarang; 2003.
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes Republik Indonesia
No.585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia; 1989.
6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes Republik Indonesia
No.290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Jakarta:
Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2008
7. Konsil Kedokteran Indonesia. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia
No.17/KKI/Kep/VIII/2006 Tentang Pedoman Penegakan Disiplin Profesi Kedokteran.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia; 2006.
8. Manuaba IG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC; 1998.
9. Universitas Sumatra Utara. Informed Consent. [homepage on internet]. No date [cited
2013 Nov 21]. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstr eam/ 123456789
/16619/4/ Chapter%20II.pdf 57
10. Narayana D. Pasien Berhak Tahu. Jakarta: Padi Pressindo; 2010.
11. Guwandi J. HAM Dalam Persetujuan Tindakan Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1995.
12. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes Republik Indonesia
No.1419/Menkes/Per/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter
Gigi. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2005.
13. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2001.
14. Konsil Kedokteran Indonesia. Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia; 2006.
15. Faculty of Sexual and Reproductive Healthcare. Progesterogen-only Implants. CEU
Guidance [internet]. 2009 [cited 2013 Des 2]: 1(4):3. Available from: FSRH.
16. Saifuddin AB, editor. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.
17. Wiknjosastro H, editor. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2007.
18. BKKBN, Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di
Fasilitas Kesehatan. Jakarta: BKKBN, Kemenkes RI; 2012
No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan
19. Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 “TENTANG REGISTRASI DAN
PRAKTIK BIDAN”
20. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
“369/MENKES/SK/III/2007” Tentang Standar Profesi Bidan.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Iindonesia Nomor
“HK.02.02/MENKES/149/2010” Tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Bidan

94
22. Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 Tentang Ijin dan Penyelengaraan
Praktek Bidan.
23. Triwibow, Cecep. 2014. Etika & Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Medika Susilawati,
Ika Rahma. 2012. Ulasan Jenis Etika. Diakses dari
http://ikarahma.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/JENIS-DAN-DEFINISI-ETIKA.ppt
pada tanggal 6 Oktober 2016. 2013.
24. Pengertian Etika. Diakses dari
http://ambarwati.dosen.narotama.ac.id/files/2013/02/EP- w1-C-2013.pdf pada 6
Oktober 2016.

95

Anda mungkin juga menyukai