TANGGERANG
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
DAFTAR TABEL.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................9
2.1 Pelayanan Publik......................................................................................................9
2.2 Keimigrasian..........................................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................26
3.1 Jenis Penelitian......................................................................................................26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................................26
3.3 Variabel Penelitian.................................................................................................26
3.4 Hipotesis................................................................................................................27
3.5 Populasi dan Sampel..............................................................................................27
3.6 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................27
3.7 Validitas dan Reliabilitas.......................................................................................29
3.8 Uji Hipotesis..........................................................................................................30
3.9 Metode Analisis Data.............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................34
i
DAFTAR TABEL
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang semakin strategis karena perbaikan
pelayanan publik di Indonesia cenderung “berjalan di tempat” sedangkan implikasinya
sangatlah luas dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya dan lain-lain. Dalam
kehidupan ekonomi, perbaikan pelayanan publik akan bisa memperbaiki iklim investasi
yang sangat diperlukan bangsa ini agar bisa segera keluar dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan.
Sementara itu dalam sosial budaya, pelayanan publik yang buruk mengakibatkan
terganggunya psikologi masyarakat yang terindikasi dari berkurangnya rasa saling
menghargai di kalangan masyarakat baik terhadap pemerintah maupun terhadap
sesama.Akibat yang sangat buruk terlihat melalui berbagai kerusuhan dan tindakan
anarkhis di berbagai daerah.Seiring dengan hal itu masyarakat cenderung memilih jalan
pintas yang menjurus kearah negatif dengan berbagai tindakan yang tidak rasional dan
cenderung melanggar hukum.Berbagai masalah yang diidentifikasi tersebut tampaknya
dapat diatasi secara perlahan dengan pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah sebagai pelayan publik.
1
Pelayanan publik yang menjadi fokus studi disiplin ilmu administrasi publik di
Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian
yang komprehensif.Hipotesis seperti itu secara kualitatif misalnya dapat dengan mudah
dibuktikan di mana berbagai tuntutan pelayanan publik sebagai tiada ketidakpuasan
mereka sehari-hari banyak kita lihat.Harus diakui bahwa pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah kepada rakyat terus mengalami pembaruan, baik dari sisi paradigma
maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan
perubahan didalam pemerintah itu sendiri.Meskipun demikian, pembaruan dilihat dari
kedua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai
pihak yang tidak berdaya dan termarginalisasikan dalam kerangka pelayanan.
2
Sebagai contoh, dapat dilihat pada proses kelahiran seorang bayi. Ketika sang bayi lahir,
dia akan menangis karena mengahadapi situasi yang sangat berbeda ketika ia masih
berada dalam kandungan. Jeritan tersebut membutuhkan pelayanan dari ibunya. Ketika
memperoleh pelayanan (kasih sayang) dari ibunya bayi tersebut akan merasa nyaman
dan berhenti mengangis, sebaliknya dia akan tersenyum bahagia. Proses kelahiran ini
menunjukkan betapa pelayanan seorang ibu yang menyenangkan sangatlah dibutuhkan.
Hal senada juga kemukakan Budiman Rusli. Masyarakat setiap waktu selalu menuntut
pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak
sesuai dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini
masih bercirikan berbeli-belit, lambat, mahal, dan melelahkan.Kecenderungan seperti
itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan
yang dilayani. Oleh karena itu dibutuhkan reformasi pelayanan publik dengan
mengembalikan dan mendudukkan ”pelayan” dan yang “dilayani” ke pengertian yang
sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum kadang
dibalik menjadi pelayanan masyarakat terhadap negara meskipun negara berdiri
sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang mendirikannya.Artinya,
birokrat sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat.
Masyarakat diberdayakan sehingga mampu mengontrol pelayanan yang diberikan oleh
birokrasi. Dengan adanya kontrol dari masyarakat pelayanan publik akan lebih baik
karena mereka memiliki komitmen yang lebih baik, lebih peduli dan lebih kreatif dalam
memecahkan masalah. Pelayanan yang diberikan oleh birokrat ditafsirkan sebagai
kewajiban bukan hak karena mereka diangakat oleh pemerintah untuk melayani
masyarakat, oleh karena itu harus dibangun komitmen yang kuat untuk melayani
sehingga pelayanan akan dapat menjadi lebih responsif terhadap keutuhan mastyarakat
dan dapat merancang model pelayanan yang lebih kreatif serta lebih efisien.
Pemerintahan milik masyarakat akan tercipta jika birokrat dapat mendefinisikan ulang
fungsi dan tugas mereka. Patut diduga bahwa banyak birokrat yang tidak memahami
secara pasti atau setidaknya tidak mengerti filosofi pelayanan yang akan diberikannya
sehingga pelayanan public yang diimpikan oleh masyarakat jauh dari kenyataan yang
mereka alami.
3
Menjadi pertanyaan apakah pelayanan publik itu?Untuk menelaah pelayanan
publik secara konseptual, perlu dibahas pengertian kata demi kata.Pendapat yang
dikemukakan Kotler Dalam Sampara Lukman.
4
disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu harus segera diambil
langkah-langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
Pada sisi lain, terdapat pandangan yang menganggap birokrasi pemerintah sering
gejala yang kurang menyenangkan. Sering, bahkan hampir selalu, birokrasi pemerintah
bertindak canggung, kurang terorganisir dan jelek koordinasinya, menyeleweng,
otokratik, bahkan sering bertindak korup.Para aparatnya kurang dapat menyesuaikan
diri dengan modernisasi orientasi pembangunan serta perilakunya kurang inovatif dan
tidak dinamis. Keadaan semacam ini akan menyebabkan birokrasi pemerintah
mendominasi seluruh organ politik dan menjauhkan diri dari masyarakat.
5
quo, dan menerapkan pola otokratik dan otoriter.Peran pemerintah yang amat dominan
dalam pembangunan sosial dan ekonomi, membuat semuanya menjadi lebih parah.
6
sikap otoriter dan kurang komunikasi dengan masyarakat semakin hari semakin parah
keadaannya.
Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran bahwa paradigma
pelayanan publik telah berubah adalah adanya keberanian Pemerintah dari tingkat pusat
sampai dengan Daerah untuk melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap kepuasan masyarakat yang dilayaninya, diantaranya dengan melakukan riset
terhdapat kinerja layanan publik di lingkungannya.
Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) adalah data dan informasi tentang tingkat
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan yang diperoleh dari hasil
pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam
memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan
membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Survei Kepuasan Masyarakat
(SKM) bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara berkala dan
dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan publik selanjutnya.
Untuk itulah berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis
skripsi penelitian dengan judul “Analisis Pelayanan Keimigrasian Di Kantor
Imigrasi Kelas I Tanggerang”.
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, inti
dari permasalahan yang menjadi titik tolak penelitian adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap
perkembangan pengetahuan ilmu.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi awal bagi
peneliti yang hendak meneliti di bidang keimigrasian.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Menurut Stanton, pelayanan adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan dan
tidak berwujud dan merupakan tujuan penting dari suatu rencana transaksi, guna
memberikan kepuasan kepada konsumen (Hasibuan, 2005)
Pendapat lain dari Ratminto & Atik Septi Winarsih (2005) “Pelayanan publik
atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik
dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di
lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Aparat negara dan atau aparatur pemerintah, diharapkan atau dituntut adanya
kemampuan baik berupa pengetahuan, keterampilan serta sikap perilaku yang memadai,
sesuai dengan tuntutan pelayanan dan pembangunan sekarang ini. sementara itu, konsep
lain mendefinisikan kemampuan atau ability sebagai sifat yang dibawa lahir atau
dipelajari yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu yang bersifat mental atau
fisik (Bibson, 2003). berkaitan dalam hal kualitas pelayanan publik, maka kemampuan
aparat sangat berperan penting dalam hal ikut menentukan kualitas pelayanan publik
tersebut.
Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di bidang jasa,
baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non komersial. Namun
dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara pelayanan yang dilakukan oleh orang
yang bersifat komersial yang biasanya dikelola oleh pihak swasta dengan pelayanan
yang dilaksanakan oleh organisasi non komersial yang biasanya adalah pemerintah.
10
Kegiatan pelayanan yang bersifat komersial melaksanakan kegiatan dengan
berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan kegiatan pelayanan yang bersifat non-
komersial kegiatannya lebih tertuju pada pemberian layanan kepada masyarakat
(layanan publik atau umum) yang sifatnya tidak mencari keuntungan akan tetapi
berorientasikan kepada pengabdian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk jasa
pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di daerah,
dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang undangan.
1. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab,
kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan publik.
2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai
dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik.
3. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
4. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hokum bagi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
1. Pelayanan Administratif
11
Pelayanan Administratif adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk
dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan,
sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan
sebagainya. Dokumendokumen ini antara lain Kartu Tanda Pendudukan (KTP),
akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB),
Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat kepemilikan atau penguasaan
Tanah dan sebagainya.
2. Pelayanan Barang
Pelayanan Barang adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau
jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan
tenaga listrik, air bersih dan sebagainya.
3. Pelayanan Jasa
Pelayanan Jasa adalah pelayanan yang menghasikan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan,
penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.
Suatu proses kegiatan pelayanan terdapat beberapa faktor atau unsur yang saling
mendukung jalannya kegiatan. Menurut H.A.S Moenir (2006), unsurunsur tersebut
antara lain:
12
5. Setiap pelayanan publik memang diperlukan adanya kejelasan informasi
prosedur yang mudah dan tidak berbelit serta dibutuhkan usaha dari pemberi
pelayanan agar dapat berjalan tertib dan lancar. Seperti contohnya petugas
menerapkan sistem antri agar pelayanan dapat berjalan tertib. Unsur yang juga
penting selain sistem, prosedur dan metode adalah unsur personil juga memiliki
peranan penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik.
Petugas yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidangnya pasti akan
melaksanakan tugasnya dengan baik dan memberikan layanan yang baik juga. Oleh
karena itu, dibutuhkan petugas pelayanan yang profesional untuk memberikan kepuasan
kepada pengguna layanan. Selain profesional, petugas harus melayani dengan ramah
dan sabar, mengingat masyarakat sangatlah heterogen baik pendidikannya maupun
perilakunya.
Kegiatan pelayanan publik atau disebut juga dengan pelayanan umum, yang
biasanya menempel di tubuh lembaga pemerintahan dinilai kurang dapat memenuhi
13
tugasnya sesuai dengan harapan masyarakat, sebgai konsumen mereka. Salah satu yang
dianggap sebagai biang keladinya adalah bentuk orang birokrasi.
14
4. Menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik yang
mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai;
5. Memberikan pelatanan yang berkualitas sesuai dengan asas-asas
penyelenggaraan pelayanan publik;
6. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;
7. Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan publik;
8. Memberikan pertanggung jawaban terhadap pelayanan yang diselenggarakan;
9. Membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung jawabnya;
10. Bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi penyelenggara pelayanan
publik;
11. Memberikan pertanggung jawaban sesuai dengan hukum yang berlaku apabila
mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan;
12. Memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau melaksanakan
perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari
lembaga negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
1. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan.
15
2. Kejelasan
Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :
a. Persyaratan teknis dan aministratif pelayanan publik.
b. Unit kerja / pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam
pelaksanaan pelayanan publik.
c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian waktu Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
5. Keamanan Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
6. Tanggung jawab Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana Tersedianya sarana dan prasarana kerja,
peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan
sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
8. Kemudahan akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta
memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang
nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah bentuk
pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah baik yang berupa barang maupun jasa guna
memenuhi kebutuhan masyarakat ataupun dalam rangka pelaksanaan peraturan
perundang-undangan dengan berpedoman pada asas dan prinsip pelayanan.
16
2.1.7 Indikator Kualitas Pelayanan Publik
Pada dasarnya, terdapat beragam alat ukur, tolak ukur, parameter, atau indikator
kualitas layanan publik karena pihak yang menentukan kualitas beragam, berikut sudut
pandangnya. Secara sederhana dapat dikatakan kualitas pelayanan dapat diketahui
dengan cara membandingkan persepsi pelanggan atas pelayanan yang nyata-nyata
mereka terima atau peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan
atau inginkan. Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan, maka pelayanan dapat
dikatakan bermutu. Sedangkan jika kenyataannya kurang dari yang diharapkan, maka
pelayanan dapat dikatakan tidak bermutu. Apabila kenyataan sama dengan harapan
maka pelayanan tersebut memuaskan. Berikut akan dipaparkan, sudut pandang, syarat,
dan juga indikator dari kualitas pelayanan.
17
Sama halnya dengan pendapat Kotler (2012) menentukan bahwa ada 5 penentu
mutu jasa. Kelimanya disajikan secara berurut berdasarkan tingkat kepentingannya,
diantaranya :
18
Kemudian menurut Lenvinnne dalam ( Ratminto & Septi Winarsih, 2005 )
mengungkapkan bahwa ada beberapa indikator dalam mengukur kualitas pelayanan
publik yaitu :
Standar kualitas layanan juga dapat diukur atau dianalisis berdasarkan ukuran
yang menjadi prinsip good governance. Dari persektif good governance ukuran kualitas
layanan yang dapat dijadikan standar adalah layanan yang efektif, efisien, responsif dan
non partisipan, partisifatif, transparan dan akuntabel.
19
5. Kesopanan (Courtesy) yaitu sikap petugas dalam memberikan pelayanan kepada
klien.
6. Kredibilitas (Credibility) meliputi reputasi kantor, biaya yang dibayarkan, dan
keberadaan petugas selama jam kerja.
7. Keamanan (Security) meliputi apakah ada jaminan keamanan terhadap klien
dalam mekanisme tersebut.
8. Akses (Acces) meliputi kemudahan informasi, murah dan mudah menghubungi
petugas, kemudahan mencapai lokasi kantor, kemudahan dalam prosedur.
9. Komunikasi (Communication) meliputi bagaimana petugas menjelaskan
prosedur, apakah klien segera mendapatkan respons jika terjadi kesalahan,
apakah komplain dijawab dengan segera, apakah ada feedback.
10. Pengertian (Understanding the customer) meliputi pertanggungjawaban terhadap
publik, mekanisme pertanggungjawaban kepada publik, apa saja yang
dipertanggungjawaban kepada publik, bagaimana keterlibatan kelompok
kepentingan lainnya dalam pengambilan keputusan.
Kualitas layanan dengan berbagai indikator atau parameter yang melekat, pada
akhirnya harus terintegrasi pada totalitas sistem pelayanan suatu organisasi. Kualitas
layanan harus terefleksikan atau tercermin dalam setiap dokumen dan tindakan konkrit
organisasi dalam rangka penyelenggaraan layanan. Integrasi dan operasionalisasi
kualitas layanan dan indikator-indikator yang digunakan dalam penyelenggaraan
layanan oleh organisasi, umumnya dituangkan secara resmi ke dalam standar pelayanan.
Standar pelayanan berisikan panduan, pedoman, prinsip, janji dan garansi pemberian
layanan yang berkualitas yang berhak diperoleh oleh pengguna jasa layanan.
20
pihak pengguna jasa layanan mendapatkan pelayanan yang sama dan objektif dari
organisasi pemberi jasa layanan. Standar pelayanan adalah tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penelitian
kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam
rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Dalam setiap
penyelenggaraan pelayanan harus didasarkan pada standar pelayanan sebagai ukuran
yang dibakukan dan wajib ditaati oleh penyelenggara pelayanan maupun penerima
pelayanan.
21
10. Standar pelayanan secara formal disusun oleh organisasi penyelenggara layanan.
Namun demikian, pada prinsipnya penyusunan standar kualitas layanan publik
harus mempertemukan kepentingan, referensi, dan preferensi kedua belah pihak
yakni provider dan user. Standar tersebut idealnya disusun melalui proses riset
dan dialog interaktif penyedia dan pengguna layanan. Seperti halnya yang
beberapa waktu lalu digagas dan diwujudkan melalui citizen charter (atau
kontrak layanan antara penyedia dan pengguna jasa layanan).
2.2 Keimigrasian
Imigrasi berasal dari bahasa Latin migratio yang artinya perpindahan orang dari
suatu tempat atau negara menuju ke tempat atau negara lain. Ada istilah emigratio yang
mempunyai arti yang berbeda, yaitu perpindahan penduduk dari suatu wilayah atau
negara keluar menuju wilayah atau negara lain. Sebaliknya, istilah imigratio dalam
bahasa Latin mempunyai arti perpindahan penduduk dari suatu negara u ntuk masuk ke
dalam negara lain.
22
lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia serta
pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan Negara”.
23
pencegahan keluar negeri bagi WNI. Pelaksanaan fungsi keamanan yang
ditujukan kepada WNA adalah sebagai berikut.
a. melakukan seleksi terhadap setiap maksud kedatangan orang asing melalui
pemeriksaan permohonan visa.
b. Melakukan kerjasama dengan aparatur kemanan negara lain, khususnya
dalam memberikan supervise perihal penegakan hukum keimigrasian.
c. Melakukan operasi intelijen keimigrasian bagi kepentingan keamanan
negara.
d. Melakukan pencegahan dan penangkalan.
3. Fungsi Penegakan Hukum
Dalam pelaksanaan tugas keimigrasian, keseluruhan aturan hukum tersebut
harus ditegakkan kepada setiap orang yang berada di wilayah Indonesia, baik itu
WNI ditujukan kepada permasalahan identitas palsu, pertanggungjawaban
sponsor, kepemilikan sponsor ganda, danketerlibatan dalam pelanggaran aturan
keimigrasian. Penegakan hukum terhadap WNA ditujukan pada permasalahan:
pemalsuan identias, pendaftaran orang asing dan pemberian buku pengawasan
orang asing, penyalahgunaan izin tinggal, masuk secara illegal atau beada secara
illegal, pemantauan atau razia dan kerawanan secara geografis dalam
perlintasan. Secara operasional, fungsi penegakan hukum yang dilaksanakan
oleh institusi imigrasi juga mencakup penolakan pemberian izin masuk, izin
bertolak, izin keimigrasian, dan tindakan keimigrasian. semua itu merupakan
bentuk penegakan hukum yang bersifat administratif. Sementara itu dalam hal
penegakan hukum yang bersifat pro yusticia, yaitu kewenangan penyidikan,
tercakup tugas penyidikan (pemanggilan, penangkapan, penahanan,
pemeriksaan, penggeledahan dan penyitaan), pemberkasan perkara serta
pengajuan berkas perkara ke penuntut umum.
Yusril Ihza Mahendra, S.H., selaku Menteri Kehakiman dan HAM ke- 22 dalam
sambutannya pada Hari Bakti Imigrasi pada 26 Januari 2002, mempertegas tuntutan
perbuahan trifungsi imigrasi dengan menyatakan:
24
zaman. Paradigma konsepsi keamanan saat ini mulai bergeser, semula
menggunakan pendekatan kewilayahan (territory) yang hanya meliputi
keamanan nasional (national security) berubah menjadi pendekatan yang
komprehensif selain kemanan nasional juga kemanan masyarakat (human
security) dengan menggunakan pendekatan hukum. Mendukung konsepsi
tersebut agar insan imigrasi mengubah cara pandang mengenai konsep
keamanan yang semula hanya sebagai alat kekuasaan, agar menjadi aparatur
yang dapat memberikan kepastian hukum, mampu melaksanakan penegakan
hukum, dan memberikan perlindungan kepada masyarakat. Bertitik tolak dari
tantangan itu, sudah waktunya kita membuka cakrawala berfikir yang semula
hanya dalam cara pandang ke dalam (inward looking) menjadi cara pandang luar
(outward looking) dan mulai mencoba untuk mengubah paradigm trifungsi
imigrasi yang pada mulanya sebagai pelayan masyarakat, penegak hukum dan
kemanan, agar diubah menjadi trifungsi imigrasi baru, yaitu sebagai pelayan
masyarakat, penegak hukum, dan fasilitator pembangunan ekonomi.”
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dikantor Imigrasi Kelas I Tanggerang yang terletak di Jl.
Taman Makam Pahlawan Taruna No.10, RT.006/RW.008, Sukasari, Kec. Tangerang,
Kota Tangerang, Banten . Pelaksanaan pelayanan dilakukan dikantor Imigrasi Kelas I
Tanggerang menjadi fokus penulis dalam mengumpulkan sumber data sesuai dengan
judul yang diangkat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September hingga Oktober
2022.
26
: sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen. (Prayoga
2016)
3.4 Hipotesis
3.5.1 Populasi
3.5.2 Sampel
Untuk memperoleh data yang lengkap dan teliti dalam penelitian ini, maka
penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan:
1. Wawancara (Interview)
27
Yaitu melakukan tanya jawab dengan pihak yang mempunyai wewenang untuk
memberikan data yang dibutuhkan yaitu tanya jawab secara langsung kepada
karyawan mengenai hal-hal yang relevan dengan penelitian yang sifatnya tidak
struktur.
2. Studi Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan
arsip-arsip organisasi yang berkaitan dengan penelitian. Seperti struktur organisasi,
jumlah karyawan, bidang–bidang kerja dan sejarah organisasi.
3. Daftar Angket
Teknik dan Instrumen dalam penelitian yang digunakan adalah berupa kuesioner
(angket/daftar pertanyaan). Angket ini dibagikan kepada semua yang menjadi
sampel penelitian yaitu masyarakat yang membuat paspor pada hari itu.
Teknik pengumpulan data yanng digunakan dalam penelitian ini adalah angket.
Angket yaitu pertanyaan/pernyataan yang disusun peneliti untuk mengetahui
pendapat/persepsi responden peneliti tentang suatu variabel yang diteliti. Angket dalam
penelitian ini ditunjukan kepada masyarakat yang menggunakan layanan keimigrasian,
dimana setiap pernyataan mempunyai 5 opsi sebagai berikut:
Pernyataan Bobot
Sangat setuju 5
Setuju 4
Kurang setuju 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
28
Untuk menguji apakah instrumen yang diukur cukup layak digunakan sehingga
mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan pengukuranya maka
dilakukan uji validitas dan uji reabilitas.
Dimana:
29
Tujuan pengujian adalah untuk melihat apakah instrument penelitian merupakan
instrument yg handal dan dapat di percaya (Juliandi dan Irfan 2013, hal. 83).
Selanjutnya jika nilai koefisien reliabilitas (Sperman Brown) > 0,60 maka instrument
memiliki realibilitas yang baik/reliabel/terpecaya (Nunnaly dalam Juliandi dan Irfan
2013, hal. 83-84). Pengujian realibilitas dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha
dengan rumus sebagai berikut (Arikunto 2013, hal. 117) :
Dimana:
r = Realibilitas Instrumen
= Varians total
Dimana:
30
K : Jumlah variabel independen
n : jumlah sampel
a) Ho: tidak ada pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan.
b) Ha: ada pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kuanlitatif dan deskriptif , dengan teknik analisis data sebagai berikut:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan mengikuti garis diagonal tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
31
Uji ini digunakan untuk menemukan apakah terdapat korelasi yang tinggi
diantara variable bebas dalam model regresi linier. Uji multikolineritas juga terdapat
beberapa ketentuan yaitu:
1) Bila VIF > 5, berarti terdapat masalah yang serius pada multikolineritas.
2) Bila VIF < 5, berarti tidak terdapat masalah yang serius pada
multikolineritas
c. Uji Heteroskedastisitas
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedassitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan bawah
angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
2. Regresi Sederhana
Y = a + b1x1
Dimana :
a = Konstanta
b1 = Koefisien Regresi
x1 = kualitas pelayanan
3. Uji T (Parsial)
32
Uji t dipergunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kemampuan dari
masing-masing variabel dalam mempengaruhi variabel dependen. Alasan lain uji t
dilakukan yakni yaitu untuk menguji apakah variabel (X) terdapat hubungan yang
signifikan atau tidak terhadap variabel terikan (Y).
Dimana:
t = nilai t hitung
r = koefisien korelasi
a) Dengan taraf signifikan 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan (dk) = n-2
keterangan:
b) Bila thitung > ttabel, maka ada hubungan signifikan antara variabel x dan y b)
Bila thitung < ttabel, maka tidak ada hubungan signifikan antara variabel x dan y
4. Uji Koefisiensi Determinan
Uji determinan yaitu untuk mengetahui seberapa besar persentase yang dapat
dijelaskan variabel X terhadap Y
D = r2x100%
Dimana :
D = Koefisien determinasi
33
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Wardi (2011).Sosiologi Klasik dari Comte hingga Persons. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Bogdan & Biklen (2005). Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of New. Methods.
California : Sage.
Goeth, David L & Davis, Stanley B (2012). Pengantar Manajemen Mutu 2,. Ed.Bahasa
Indonesia. Jakarta : PT. Prenhalindo.
Hawkins, Del. I & Lonney, Coney (2004). Consumer Behavior Building. Marketing
Strategy. New York : Mc.Graw-Hill Companies, Inc.
Hutapea, Huntal (2007) “Skripsi Kualitas Pelayanan Paspor di kantor Imigrasi Kota
Semarang” . Semarang 2007
Juliandi, Azuar & Irfan (2013). Metode Penelitian Bisnis. Konsep dan Aplikasi.
Medan : UMSU Press.
Jusuf, Suit dan Almasdi (2012). Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : Syiar Media
Kho, Dickson (2017) “Cara menentukan Sampel dengan Menggunakan Rumus Slovin”
http://teknikelektronika.com
34