Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“PENGARUH PROFESIONALISME KERJA TERHADAP


KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR
KECAMATAN TANASITOLO KABUPATEN WAJO”

DOSEN PENGAMPU

H.YUSRAN YUSUF S.Sos.,M.Si

DISUSUN OLEH :

NAMA : ASRIANI
NIM : 190101007
KELAS : 7A

ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
Tahun Ajaran 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat allah yang maha


esa, karena telah melimpahkan rahmat-nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah hubungan variabel
profesionalisme dan kualitas pelayanan yang menjadi salah satu tugas dari mata
kuliah Good Governance.
Penyusunan makalah tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak H.Yusran Yusuf, S.Sos.,M.Si.
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman penulis. Ucapan terimakasih juga diucapkan kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dan memberikan informasi dalam proses pengerjaan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi, akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis selaku
penyusun dan penulis makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya sebagai referensi tambahan terkait hubungan antara materi Good
Governance dan Variabel Profesionalisme dan Kualitas Pelayanan.

Lowa, 26 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4-9
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................9
1.3 Tujuan penulisan........................................................................................10
BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................11
2.1 Profesionalisme.....................................................................................11-16
2.2 Kualitas Pelayanan................................................................................16-18
2.3 Gratifikasi ..................................................................................................19
BAB III : PENUTUP.............................................................................................21
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................21
3.2 Saran ..........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pelayanan publik pada hakikatnya menyangkut aspek kehidupan
yang sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, pemerintah memiliki fungsi
memberikan berbagai pelaanan dalam bentuk pengaturan ataupun
pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
bidang pendidikan, kesehatan, rutinitas, dan lainnya. Berbagai gerakan
reformasi publik (public reform) yang dialami Negara-negara maju pada
awal tahun 1990-an banyak diilhami oleh tekanan masyarakat akan
perlunya peningkatan kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh
pemerintah.
Beratnya tugas pemerintah, mempersyaratkan tersedianya aktor-

aktor birokrasi yang dilakoni oleh aparatur sipil Negara, tidak hanya dari

segi jumlah, tetapi juga memerlukan kemampuan profesionalisme dan

kualitas moral yang berbanding lurus dengan tuntutan kebutuhan.

Pengembangan sumber daya manusia dalam jajaran pemerintahan

(Organisasi public) perlu diarahkan pada peningkatan kemampuan

professional dan pengembangan etika profesi yang disertai dengan

semangat melayani kepada publik (masyarakat). Hal ini sejalan dengan

perkembangan mutakhir dalam paradigm dan praktik administrasi saat ini,

yang menempatkan konsumen sebagai pihak yang harus dilayani.

Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu sentral

yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik, tuntutan

gencar dari masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan

penyelenggaraan pemerintah yang baik adalah sejalan dengan

4
meningkatnya tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat, selain itu

tuntutan ini merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya pemerintah

merespon dan melakukan perubahan yang terarah pada terwujudnya

pemerintahan yang baik (Soraya, 2016).

Masyarakat juga menginginkan adanya pegaawai atau aparatur

pemerintah yang professional di bidangnya. Pegawai atau aparatur

professional dalam manajemen pemerintahan akan memberikan dampak

pemerintahan yang lebih berkualitas, lebih mampu mengemban fungsi-

fungsi pelayanan publik, pemerdayaan masyarakat dan pembangunan

sosial ekonomi. Pelaksanaan pembangunan di daerah tidak akan berjalan

optimal jika aparatur pemerintah/pegawai tidak professional untuk

melakukan visi misi pemerintahan. Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Mendefinisikan

Aparatur Sipil Negara yang sejujurnya disingkat ASN adalah profesi bagi

pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang

bekerja pada instansi pemerintah.

Pegawai aparatur sipil Negara selanjutnya disebut pegawai ASN

adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian

kerja yang diangakt oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas

dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas Negara lainnya dan

digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Aparatur pemerintah sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan dan kebijaksanaan yang telah

5
dibuat oleh pemerintah dengan tujuan pembangunan nasional bangsa. Oleh

karena itu dibutuhkan pegawai yang professional agar mampu

meningkatkan mutu, pengetahuan, keterampilan karena didorong oleh

banyaknya tanggung jawab tugas pemerintah serta pengabdiannya kepada

masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai.

Pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan bagi masyarakat dan

juga sebagai penanggung jawab dari fungsi pelayanan publik yang akan

mengarahkan tujuannya kepada public service, memikirkan dan

mengupayakan tercapainya sasaran pelayanan kepada seluruh lapisan

masyarakat tanpa terkecuali, menjadi suatu kewajiban para aparatur

pemerintah untuk tetap mengadakan perbaikan berkaitan dengan kualitas

pelayanan publik yang akan dihasilkan. Pelayanan yang berkualitas adalah

pelayanan yang mampu memberikan kepuasan terhadap masyarakat yang

dapat menentukan kualitas pelayanan dan masyarakat yang dapat

menyampaikan apa dan bagaiman kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah atas

kegiatan yang ditujukan untuk kepentingan publik atau masyarakat.

Kegiatan tersebut mencakup adanya unsur-unsur perhatian dan kesediaan

serta kesiapan dari pegawai pemerintah, yang membutuhkan

profesionalisme pegawai sehingga dapat menciptakan pelayanan yang

akan diberikan relative lebih baik. Pelayanan publik hanya akan dapat

diberikan oleh pelayan publik dan dirasakan oleh masyarakat sebagai

6
penggunanya saat pelayanan itu dikerjakan oleh para pelayan (birokrasi)

yang profesional.

Profesionalisme birokrasi ini menjadi sangat penting sebab tingkat

kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang sudah semakin kompleks.

Untuk itu, dalam rangka memperbaiki kesan birokrasi agar menjadi

birokrasi yang profesional sehingga mampu memberikan pelayanan publik

yang prima. Rasa puas masyarakat dalam pelayanan publik akan terpenuhi

ketika apa yang diberikan oleh aparatur pemerintah sesuai dengan apa

yang mereka harapkan selama ini, dimana dalam pelayanan tersebut

terdapat tiga unsur pokok yaitu biaya relative lebih murah, waktu untuk

mengerjakan relative lebih cepat dan mutu yang diberikan relative lebih

baik.

Pada kenyataannya pelayanan yang diberikan oleh aparatur

pemerintah kepada masyarakat belum sesuai dengan yang diharapkan.

Adanya anggapan bahwa di era otonomi daerah kualitas pelayanan publik

justru semakin memburuk dari sebelumnya bahwa profesionalisme

pelayanan pemerintah di daerah sedang mengalami kemunduran.

Rendahnya kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh pegawai

menjadi citra buruk pemerintah di tengah masyarakat. Bagi masyarakat

yang pernah berurusan dengan birokrasi sering mengeluh dan kecewa

terhadap tidak layaknya pegawai dalam memberikan pelayanan. Pelayanan

kepada masyarakat tidak akan dapat terlaksana secara optimal tanpa

7
adanya kesiapan aparatur pemerintah yang profesional untuk

melaksanakan visi dan misi pemerintahan.

Khusus dalam pelaksanaan tugas pemerintahan di tingkat

kabupaten/kota dan kecamatan dituntut kepada aparatur Negara selaku

penyelenggara pemerintahan harus mampu melakukan inovasi diri guna

meningkatkan kinerja, baik untuk diri pribadinya maupun untuk instansi

tempat dimana dia bekerja. Oleh karena itu pegawai negeri sipil sebagai

aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat harus

menyelenggarakan pelayanan secara adil kepada masyarakat dengan

dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila dan Undan-Undang

Dasar 1945.

Kondisi mengenai pelayanan pegawai di Kantor Camat Tanasitolo

sejauh ini masih belum maksimal, salah satunya dikarenakan kualitas

pelayanan yang diberikan belum memenuhi kriteria kecakapan, hal itu

dibuktikan dari sebab seringkali pelaksanaan tugas pemberian pelayanan

masih membutuhkan prosedur atau proses yang tidak sebentar. Hal

tersebut seolah menunjukkan bahwa para pegawai seolah belum handal

dan efektif dalam menangani suatu pekerjaan. Berdasarkan hal tersebut,

maka penulis mengasumsikan bahwa pegawai pada Kantor Camat

Tanasitolo belum sepenuhnya dapat menjalankan tugas pekerjaannya

dengan baik atau dengan kata lain produktivitas kerjanya masih kurang

sehingga kemudian tentunya akan berpengaruh terhadap pelayanan publik

yang diberikan kepada masyarakat.

8
Salah satu pelayanan yang seharusnya ada di Kecamatan yang

akhir-akhir ini dipindahkan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

adalah Pelayanan E-KTP dan pengurusan surat pengganti e-KTP yang

merupakan program untuk memperbaiki layanan pengurusan dengan

harapan bahwa di kantor kecamatan, layanan pengurusan e-KTP dan

pengurusan surat pengganti e-KTP tidak serunyam di Disdukcapil Kota

Sengkang. Namun, jurstru pelayanan E-KTP di Kantor Kecamatan

ditiadakan dan masyarakat akan dialihkan untuk mengurus langsung di

Disdukcapil.

Profesional pegawai akan menentukan kinerja, dimana kinerja


tersebut ditunjukkan kepada kualitas pelayanan untuk masyarakat dan
selanjutnya akan menentukan tingkat prestasi kerja. Oleh karena itu
progesional memegang peranan yang sangat penting dan mutlak
diperlukan, khususnya pada kantor camat yang berfungsi sebagai unit
pelayanan langsung kepada masyarakat sehingga dapat memberikan
pelayanan langsung yang terbaik kepada masyarakat, sehingga pada hal ini
profesional kerja perlu mendapat perhatian. Atas dasar inilah penuhis
tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh
Profesionalisme Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pada Kantor
Kecamat Tanasitolo Kabupaten Wajo”.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana hubungan antara materi Good Governance dan Variabel
Profesionalisme?
2. Bagaimana hubungan antara materi Good Governance dan Variabel
Kualitas Pelayanan?

9
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara Good Governance dan Variabel
Profesionalisme.
2. Untuk mengetahui hubungan antara Good Governance dan Variabel
Kualitas Pelayanan.

10
BAB II
PEMBAHASAN

JUDUL : “Pengaruh Profesionalisme Kerja terhadap Kualitas Pelayanan Publik


Pada Kantor Kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo”

Table 1 : Kerangka Pikir

Profesionalisme Kualitas Pelayanan


1. Kemampuan 1. Tangible (berwujud)
2. Kualitas 2. Reability (kehandalan)
3. Sarana dan Prasarana 3. Responsiviness
4. Jumlah SDM (ketanggapan)
5. Teknologi Informasi 4. Assurance (jaminan)
6. Keandalan 5. Empaty (empati)

Sondang P.Siagian (2009:163)


Zeithaml dkk 1990

2.1 PROFESIONALISME
1) Kemampuan
Kemampuan adalah kecakapan dalam menguasai suatu keahlian
yang merupakan bawaan sejak lahir atau hasil pelatihan atau praktik dan
digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui
tindakannya.

 Bab 1 : Good Governance


Menurut world Bank, good governance diartikan sebagai “the way
state power is used in managing economic and social resources for
development society” yaitu cara bagaimana kekuasaan Negara digunakan
untuk mengelolah sumberdaya-sumberdaya ekonomi dan sosial guna
pembangunan masyarakat. Untuk mewujudkan pembangunan masyarakat

11
tersebut tentunya dibutuhkan kemampuan yang telah ter asa dengan
profesionalitas tinggi.

 Bab 3 : Pelayanan Publik


Pada standar pelayanan publik, tertuang komponen kompetensi
petugas pemberi pelayanan. Kompetensi petugas pemberi pelayanan
merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Kompetensi
petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang
dibutuhkan agar pelayanan yang diberikan bermutu.

 Bab 4 : Konflik Kepentingan


Pada sub pembahasan konflik kepentingan, dimensi kemampuan
pada variabel Profesionalisme terkadang disalahgunakan, dimana
ketika seorang penyelenggara Negara yang mendapatkan kekuasaan
dan kewenangan justru memiliki kepentingan pribadi ataas setiap
penggunaan wewenang yang dimilikinya, sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya. Misalnya saja
ketika penyelenggara Negara memberikan akses khusus kepada pihak
tertentu misalnya dalam rekrutmen pegawai tanpa mengikuti prosedur
yang seharusnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dimensi kemampuan atau


keandalan adalah suatu bakat ataupun kecakapan yang dimiliki oleh
seorang pegawai ataupun pelayan masyarakat yang diperoleh dari bawaan
sejak lahir atau dengan melalui pelatihan-pelatihan, dan dimensi
kemampuan dengan sub materi Good Governance, pelayanan publik, dan
konflik kepentingan dapat dikatakan saling berhubungan.

12
2) Kualitas
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, layanan, manusia, proses, lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan.
 Bab 1 : Good Governance
Salah satu prinsip good governance yaitu pada point Efektifitas dan
efisiensi menjelaskan bahwa setiap proses kegiatan dan kelembagaan
diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang sesuai kebutuhan melalui
pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan berbagai sumber yang ada.

3) Sarana dan prasarana


Sarana dan prasarana merupakan seperangkat alat yang digunakan
dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut merupakan peralatan
pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.

 Bab 3 : Pelayanan Publik


Pada sub bab pelayanan publik, mendeskripsikan mengenai
pengadaan barang atau jasa pemerintah. Pengadaan barang atau jasa
dilakukan agar pembangunan ataupun pelayanan dapat berjalan dengan
lancar. Tentunya pada pengadaan barang ini harung menerapkan
prinsip- prinsip pengadaan barang diantara nya : efesiensi,
efektif,transparan,terbuka,bersaing,adil, dan akuntabel.
Dalam pengadaan barang atau jasa tentunya harus mematuhi etika,
yaitu :
1. Melaksanakan tugasa secara tertib
2. Bekerja secara profesional dan mandiri
3. Tidak saling mempegaruhi
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang
ditetapkan

13
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan
para pihak yang terkait
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan Negara
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang
8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikann untuk
memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dn lain-lain.

4) Jumlah SDM
Jumlah SDM merupakan suatu potensi yang ada dalam diri
seseorang yang dapat berguna untuk menyokong suatu organisasi atau
perusahaan sesuai dengan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki.
 Bab 1 : Good Governance
1. Negara atau pemerintahan
Negara sebagai salah satu unsur Governance, di dalamnya
termasuk lembaga politik dan lembaga sektor publik. Peran
pemerintah melalui kebijakan publiknya sangat penting dalam
memfasilitasi terjadinya mekasnisme pasar yang benar sehingga
penyimpangan yang terjadi di dalam pasar dapat dihindari. (Lokasi
Penelitian)
2. Masyarakat Madani
Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada
dasarnya berada di antara atau di tengah-tengah pemerintah dan
perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun
kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik dan
ekonomi. (Sasaran Penelitian)

5) Teknologi informasi
Teknologi informasi merupakan seperangkat alat yang membantu
proses dalam bekerja dengan informasi, dan melaksanakan tugas-tugas
yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.

14
 Bab 2 : Government Indonesia
Perkembangan teknologi komunikasi dan dunia digital membuat
sekat komunikasi antar individu semakin tereduksi. Perkembangan ini
pun semakin membuka ruang bagi masyarakat dalam mengekspresikan
diri. Pesatnya penggunaan aplikasi media sosial seperti twitter,
facebook,maupun aplikasi media sosial lainnya yang turut
berkontribusi dalam meningkatkan perhatian publik pada isu-isu di
bidang sosial, politik dan ekonomi.
Peran teknologi informasi dalam tata kelola pemerintahan yaitu:
1. Turut mempengaruhi tata kelolah pemerintahan, memungkinkan
keterbukaan dan transparansi informasi sehingga mendukung
pemerintah yang demokratis
2. Karena adanya revolusi dalam dunia teknogi informasi dan
komunikasi, maka baik pemerintah global maupun pemerintah
Indonesia mengalami perubahan yang cukup berarti untuk
mendorong adanya keterbukaan.
3. Pemerintah yang terbuka pun lahir dalam gerakan open
government partnership (OGP) dimana Indonesia menjadi salah
satu dari 8 negara perintis gerakan yang terlahir pada bulan
September 2011.
4. OGP merupakan international platform untuk mendorong adanya
komitmen pemerintahan yang lebih terbuka, akuntabel, dan
responsive kepada masyarakatnya.

6) Keandalan
Keandalan adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran. Hal
tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama ( ter dengan ter
ulang) akan memberikan hasil yang sama.
 Bab 1 : Good Governance
Menurut world Bank, good governance diartikan sebagai “the way
state power is used in managing economic and social resources for

15
development society” yaitu cara bagaimana kekuasaan Negara digunakan
untuk mengelolah sumberdaya-sumberdaya ekonomi dan sosial guna
pembangunan masyarakat. Untuk mewujudkan pembangunan masyarakat
tersebut tentunya dibutuhkan kemampuan yang telah ter asa dengan
profesionalitas tinggi.

 Bab 3 : Pelayanan Publik


Pada standar pelayanan publik, tertuang komponen kompetensi
petugas pemberi pelayanan. Kompetensi petugas pemberi pelayanan
merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Kompetensi
petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang
dibutuhkan agar pelayanan yang diberikan bermutu.

2.2 KUALITAS PELAYANAN


1) Tangible (berwujud)
Tangibles adalah kemampuan dalam memberikan layanan terbaik
bagi pelanggan dan hal tersebut merupakan hal yang kongkret. Artinya,
kualitas tersebut dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh
pelanggan.
 Bab 1 : Good Governance
Pada prinsip Good Governance menjelaskan bahwa pemerintah
yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan
yang berbeda untuk mencapai kesempatan yang terbaik bagi
kepentingan masing-masing pihak dan jika dimungkinkan juga dapat
diberlakuakn terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang akan
ditetapkan pemerintah. Dan pemerintahan yang baik akan memberi
kesempatan yang baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam
upaya mereka untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dan hal tersebut
dapat dikategorikan suatu pelayanan yang adil.

16
2) Reability (kehandalan)
Reability adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan
layanan bagi pelanggan. Jika tangibels adalah tentang hal yang kongkret,
reability bisa dibilang lebih abstrak. Ini karena reability bersinggung
langsung dengan konsumen.
 Bab 3 : Pelayanan publik
Pada dasarnya, pelayanan publik adalah kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang dan
jasa, dan pelayanan administrative yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Untuk memberi pelayanan yang terbaik, maka ada beberapa
komponen yang harus diperhatikan yaitu asas, prinsip dan standar
pelayanan publik.
3) Responsiviness (ketanggapan)
Responsiviness adalah tentang bagaimana perusahaan memberikan
layanan yang prima terhadap semua keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Biasanya responsiviness ini juga diikuti dengan penyampaian yang runtut
namun tetap mudah dimengerti.
 Bab 1 : Good Governance
Pada prinsip good governance, tertuang prinsip responsive yang
mana setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk
melayani berbagai pihak yang berkepentingan (Stakeholder).
 Bab 3 : Pelayanan publik
Pada asas pelayanan publik menjelaskan mengenai suatu keadaan
yang kondisional sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan
efektifitas.

17
4) Assurance (jaminan)
Assurance adalah suatu kepastian yang didapatkan pelanggan dari
perilaku pelaku usaha. Assurance ini bisa didapat, misalnya, dari
komunikasi yang baik, pengetahuan yang luas, hingga sikap sopan dan
santung kepada pelanggan.
 Bab 3 : Pelayanan publik
Pada prinsip pelayanan publik tertuang komponen yang
memberikan jaminan atau kepastian kepada konsumen diantara nya :
1. Kepastian waktu : pelaksanaan pelayanan publik memberikan rasa
aman dan kepastian hukum.
2. Akurasi : produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat
dan sah.
3. Keamanan : proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa
aman dan kepastian hukum.

5) Empaty (empati)
Empati berkaitan dengan kepuasan pelanggan yang erat kaitannya
dengan perhatian yang tulus dan dekat kepada masing-masing pelangan.
Empati akan membantu anda untuk mengetahui kebutuhan serta
keinginan dari pelanggan secara spesifik.
 Bab 3 : Pelayanan publik
Pada asas-asas pelayanan publik, menjelaskan bahwa kesamaan
hak adalah suatu sikap yang tidak diskriminatif dalam arti tidak
membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, atau status ekonomi.

18
2.3 GRATIFIKASI
A. Pengertian gratifikasi
Berdasarkan penjelasan pada pasal 12B Undang Undang Nomor 20
Tahun 2001, Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,pinjaman tanpa bunga,
tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan
Cuma-Cuma dan fasilitas lainnya.
B. Kapan gratifikasi menjadi kejahatan korupsi?
Untuk mengetahui kapan Gratifikasi menjadi kejahatan korupsi,
dapat dilihat pada rumusan pasal 12B ayat (1) Undang-Undang Nomor 31
tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 : “setiap gratifikasi
kepada pegawai negeri atau penyelenggaraan Negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlaawanan
dengan kewajiban atau tugas nya.

C. Contoh Kasus Gratifikasi di Sektor Pemerintahan


1. Menerima Honor sebagai Narasumber dalam suatu acara
Seringkali terjadi didalam sebuah instansi pemerintah memberikan
Honor kepada narasumber ketika mengadakan suatu acara, padahal
telah tercantum pelarangan penerimaan honor narasumber atau
pembicara di dalam kode etiknya dan menganggap hal tersebut adalah
bagian dari pekerjaan, tetapi penyelenggara Negara atau pegawai
negeri tidak melaporkan uang honorarium tersebut. Jika terdapat
larangan, sebaiknya penyelenggara Negara atau pegawai negeri tidak
menerima honor tersebut.
Dari KPK RI jelas telah menetapkan peraturan bahwa kegiatan
sosialisasi adalah bagian dari pekerjaan, sehingga pegawai KPK RI
tidak dibenarkan menerima honorarium sebagai narasumber.
2. Pemberian hadiah atau uanb sebagai ucapan terima kasih atas jasa
Walaupun hal tersebut diberikan secara sukarela dan tulus hati
kepada petugas layanan, tetapi pemberian tersebut dapat dikategorikan

19
sebagai pemberian yang berhubungan dengan jabatan dan berkaitan
dengan kewajiban penyelenggara Negara atau pegawai negeri, karena
pelayanan yang baik memang seharusnya diberikan oleh petugas
sebagai bentuk pelaksanaan tugasnya. Oleh karena itu, masyarakat
berhak dan pantas untuk mendapatkan layanan yang baik.

“Jadi, dalam kasus Gratifikasi yang marak terjadi terutama di sektor


pemerintahan, sikap Profesionalisme dalam melakukan suatu pekerjaan
sangat perlu untuk diterapkan. Bahkan tanpa ada sistem uang pelicin
pun atau hadiah tanda kerja keras atau terimakasih, kualitas pelayanana
memang harus selalu di tingkatkan, karena hal itu sudah menjadi tugas
wajib bagi aparat pemerintah.”

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terkait hubungan sub materi Good
Governance dengan variabel penelitian yaitu Profesionalisme dan Kualitas
Pelayanan, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, setiap komponen
ataupun dimensi-dimensi dari ke 2 variabel penelitian saling berhubungan
dengan sub materi Good Governance.

3.2 Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Jadi jika dalam penyusunan dan penulisan makalah ini terdapat hal-hal
yang tidak sesuai dengan harapan, kami dengan senang hati menerima
masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
perbaikan makalah yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://upg.kkp.go.id/faq/contoh-kasus

22

Anda mungkin juga menyukai