Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan teknologi televisi membuat masyarakat semakin dimanjakan dengan tayangan-tayangan yang bersifat hiburan maupun berita yang jelas dan akurat. Dahulu kala, pada saat media televisi ditemukan pertama kali oleh John Logie Baird pada tahun 1923, masyarakat merasa sangat bahagia sekali. Mereka bisa menyaksikan gambar-gambar asli yang bisa bergerak dan berbicara layaknya kehidupan nyata. Pesawat televisi pertama kali hanya bisa menampilkan warna hitam putih. Tiga tahun kemudian yakni tahun 1928, John berhasil membuat sistem TV warna pertama yang terdiri dari warna merah, biru dan hijau. Tahun silih berganti dan orang pun terus menghasilkan karya terbaiknya demi pemenuhan kehidupan yang lengkap dan praktis. Tahun 1968, Sony Corporation di Jepang mengembangkan system warna trinitron yang kemudian disebut dengan televisi CRT (Sathode Ray Tube), yang kemudian disusul dengan bentuk televisi LCD dan plasma yang sekarang ramai diminati masyarakat. Disamping perkembangan pada Medianya (TV), acara-acara yang ada di Media ini pun ikut berkembang. Dahulu acaranya adalah sebatas berita dan pementasan drama, sekarang kita bisa menemukan berbagai macam acara seperti film, berita, petualangan, talk show, dan lain-lainnya. Bentuk media audio visual selain TV adalah VCD (Vidoe Compact Disk). Media ini mampu menampung muatan audio visual sepanjang 74 menit yang kualitasnya setara dengan VHS video dan suaranya setara dengan kualitas CD audio Adanya dua Media teknologi ini secara tidak langsung juga mempunyai pengaruh dalam dunia pendidikan antara lain bisa digunakan sebagai media pembelajaran yang mengasyikkan. Dengan dua Media ini seorang guru bisa memperlihatkan bentuk asli materi pembelajaran dengan gamblang dan jelas.
1

Guru dan murid pun semakin mudah untuk memahami segala pelajaran karena langsung melihat bentuk aslinya. Ironisnya kemudahan tersebut ternyata masih dinikmati oleh orang yang berduit dan faham teknologi saja. Guru-guru yang ada di desa terpencil tidak akan bisa menggunakan Media itu sebebas mungkin untuk proses pembelajaran, selain karena mereka tidak mampu membelinya, merekapun kurang begitu faham bagaimana mengaplikasikannya di dalam dunia pembelajaran. Untuk itu sekolah yang masih belum maju diharapakn oleh pemerintah untuk mengembangkan teknologi dalam pembelajaran sebaik mungkin demi tercapainya pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Televisi pendidikan di indonesia telah memulai siarannya sejak tanggal 23 januari 1991 yang lalu. Siaran itu yang pada aawalnya berlangsung selama empat jam sehari pada setiap hari kerja, sekarang ini sudah enam setengah jam sehari. Bahkan bila mendapat persetujuan dari pemerintah, jumlah jam siaran itu akan di tingkatkan lagi menjadi delapan jam sehari dalam waktu yang tidak lama lagi. Televisi pendidikan indonesia ini di selenggarakan dengan dorongan semangnat untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, serta untuk membantu mewujudkan hak semua warga negara indonesia untuk memperoleh pengajaran. Televisi pendidikan sebagai salah satu bentuk peran serta masyarakat, mempunyai misi untuk mewujudkan manusia manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Media televisi secara umum mempunyai tiga (3) fungsi, yaitu : 1. Fungsi Hiburan, 2. Fungsi Informasi, dan 3. Fungsi Pendidikan. Khususnya pada televisi pendidikan indonesia, sesuai dengan namanya, fungsi pendidikan merupakan ciri utamanya. Ditinjau dari segi komposisi isi siaran, maka acara pendidikan mendapat alokasi sebanyak 33,2 % (masing masing separuh untuk pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah), acara hiburan 31,9 %, acara niaga 20 %, acara berita / informasi 12,5 %, dan acara penunjang 2,4 %.
2

Sesuai dengan misi televisi pendidikan indonesia, acara non-pendidikan pun di tentukan untuk senaantiasa mengandung unsur edukatif atau informatif. Berdasarkan perjanjian antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan PT. CTPI yang ditanda tangani pada tanggal 16 Oktober 1990, penyediannya program ajaran siaran televisi pendidikan luar sekolah menjadi tanggung jawab PT.CTPI. atas dasar itu, makaa pembahasannya dalam tulisan ini berfokus pada televisi pendidikan untuk pendidikan di luar sekolah. Televisi pendidikan indonesia, sebagaimana halnya setiap inovasi, memamng telah mengundang banyak pertanyaan, keraguan, dan bahkan kecurigaan. Agar diterima, di dukung, dan di manfaatkan, setiap inovasi perlu melalui tahap tahap pengenalan, pengujian, pembandingan, dan kemudian pemantapan.

B.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah yang antara lain

sebagai berikut : 1. Bagaimana TV dan VCD digunakan sebagai media pembelajaran yang mengasyikkan ? 2. Apa kelebihan dan kelemahan TV dan VCD sebagai media pembelajaran?

C.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini tidak lain adalah untuk : 1. Mendeskripsikan OHP sebagai media pembelajaran 2. Menjelaskan kelebihan dan kelemahan OHP dalam penggunaannya sebagai media pembelajaran.

D.

Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah ini di harapkan agar mahasiswa yang sebagai

calon guru mampu untuk memahami dan kemudian menggunakannya sebagai media pembelajaran yanng asik dan menyenangkan bagi diri sendiri dan muridnya yang nanti bisa terwujud pembelajaran yang aktif dan inovatif.
3

BAB 2 KAJIAN TEORI


A. Televisi Pendidikan
Televisi sebagai perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Dari definisi tersebut televisi sebenarnya adalah sama dengan flim, yakni dapat didengar dan di lihat. Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat di lihat dan di dengar secara bersamaan. Televisi juga dapat memberikan kejadian kejadian yang sebenarnya pada saat suatu peristiwa terjadi dengen di sertai komentar penyiarnya. Kedua aspek tersebut secara simultan dapat di dengar dan di lihat oleh para pemirsa karena peristiwa tersebut langsung di siarkan dari stasiun pemancar televisi tertentu. Proses pendidikan dan pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan dengan siapa saja. Jika selama ini kita hanya mengenal bahwa pendidikan dilaksanakan di sebuah ruangan segi empat dengan ukuran 7 X 9 meter, bahkan ada yang kurang, maka selanjutnya kita mengenal bahwa proses tersebut dapat dilakukan dimana saja. Termasuk dalam hal ini adalah pendidikan melalui televisi pendidikan. Televisi pendidikan memang telah menjadi satu pengharapan baru di saat proses pendidikan mengalami suatu kondisi gamang. Dan, kehadiran televisi pendidikan ini memang membawa angin segar untuk dunia pendidikan. Angin segar yang kita maksudkan adalah adanya perubahan persepsi atas proses pendidikan dan pembelajaran. Ternyata, pendidikan itu dapat dilakukan di ruang keluarga dan sebagainya. Semula dinilai bahwa televisi siaran kurang bermanfaat dalam dunia pendidikan, hal ini mengingat biaya operasionalnya yang cukup mahal, tetapi kemudian muncul pendapat yang berlawanan, yang menyatakan bahwa televisi sebagai media massa sangat bermanfaat dalam memajukan pendidikan suatu bangsa. Dari pendapat itu dalam perkembangannya membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimiliki oleh televisi, menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi penonton
4

dalam hal sikap, tingkah laku dan pola pikirnya, maka tidak pantaslah kalau dalam waktu relatif singkat televisi telah menempati jajaran teratas dari jajaran media massa. Televisi dengan gambar audio visualnya sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi kita, hal ini seperti diungkapkan oleh bahwa dalam pikiran kita ada semacam ilustrasi gambar dan gambar-gambar ini merupakan suatu yang penting dalam hubungannya dengan proses belajar, terutama sekali yang berkenaan dengan orang, tempat dan situasi yang tidak setiap orang pernah ketemu mengunjungi atau telah mempunyai pengalaman.

B.

Bahasa Audio Visual


Televisi bisa memberikan apresiasi kepada khalayak penonton. Sebagai media

audio-visual penyajian acaranya lebih menekankan kepada bahasa audio visual, meskipun tidak menutup kemungkinan mengabaikan masalah yang bersifat auditif, walaupun yang bersifat auditif hanya sebagai kelengkapan penjelasan bagi hal-hal yang belum atau tidak tampak pada gambar. Hal itu menyebabkan apabila seseorang melihat susunan gambar di layar televisi, merasakan ada nuansa yang baru, audio visual dapat memberikan pengalaman-pengalam an yang baru sesuai dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, atau dapat memberikan pengalaman semu atau Simulated Experience. Televisi sebagai media pengajaran mengandung beberapa keuntungan, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang sebenarnya. Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau beerbagai negara. Dapat menciptakan kemballi peristiwa masa lampau. Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam. Banyak mempergunakan sumber sumber masyarakat. Menarik minat anak. Dapat melatih guru, baik dalam pre-servise maupun dalam invervice training. Masyarakat diajak berpatisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian terhadap sekolah.
5

Adapun kelemahan-kelemahan TV sebagai media pengajaran, sama halnya yang terjadi pada film, yakni TV terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut. Kekurangan lainnya yang begitu mencolok adalah sifat komunikasinya hanya satu arah (one way communication). Apabila pembelajaran melalui televisi dilakukan dengan siaran langsung, maka yang pasti akan terjadi adalah kesulitan terintegrasikannya jadwal siaran pembelajaran di televisi dengan jadwal pembelajaran di sekolah. Dari sifatnya yang sentralistik ini, guru di sekolah sulit untuk mengontrol proses penyampaian pesannya. Dalam penggunaannya televisi sangatlah mudah untuk digunakan akan tetapi dalam proses pembelajaran jangan asal pakai saja. Diperlukan adanya persiapan terlebih dahulu sebelum proses pemebelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan tidak semuanya anak didik faham akan perbendaharaan kata-kata yang digunakan dalam materi yang berlangsung di televisi. Kemudian setelah selesai diadakan kegiatan lanjutan agar semuanya bisa berjalan dengan efektif. Dengan adanya follow up setelah melihat TV, anak didik akan lebih faham akan pelajaran tersebut. Pada tahun 2004, Menteri Pendidikan Abdul Malik Fadjar meresmikan adanya TV-E (Televisi Edukasi), sebuah stasiun televisi di Indonesia yang khusus ditujukan untuk menyebarkan informasi di bidang pendidikan dan berfungsi sebagai media pembelajaran masyrakat. Televisi inipun disebut sebagai Media Pendidikan Jarak Jauh. Dalam sambutannya beliau mengatakan: sebagai bangsa yang ingin maju, maka kemnajuan teknologi perlu dimanfaatkan. Hanya saja itu dilakukan dengan kadar kearifan dan etika yang tinggi, khususnya dilihat dari segi pendidikan. Pernyataan beliau sangat jelas untuk mengajak seluruh civitas pendiddikan menggunakan teknologi sebagai bumbu tambahan dalam proses pengajaran. Disamping agar tidak ketinggalan zaman, pesan ini juga mengandung bahwa teknologi sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Televisi edukasi ini dirancang untuk mendidik dan mencerdaskan masyarakat dengan kemasan acara yang mengasyikkan dan menyenangkan. Karena daya jangkaun televisi bisa sangat luas, keberhasilan memanfaatkan media pembelajaran itu akan mempercepat pembangunan masyarakat belajar yang cerdas.
6

Program TV-E ini disiarkan melalui satelit dan dapat diakses dengan menggunakan parabola. Siaran dilaksanakan selama empat jam dari pukul 07.00 hingga 11.00 di frekuensi 3782-3790 MHz. Sedangkan komposisi programnya meliputi materi pelajaran pendidikan formal 30%, pendidikan nonformal 30%, pendidikan informal 20%, serta informasi kebijakan dan program berupa berita atau feature 20%. Adanya siaran ini sangatlah membantu guru dan masyarakat untuk melakukan pembelajaran secara individu dan kelompok yang nantinya tidak ada pembatasan ruang gerak proses pendidikan itu sendiri.

C.

Karakteristik Televisi Pendidikan


Secara umum televisi pendidikan yang digunakan sebagai media pembelajaran

mewarisii

kelebihan

media

pembelajaran

secara

umum.

Diantaranya

adalah:

1. Mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita sehingga otak mampu berfungsi secara optimal. 2. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. 3. Melampaui batas ruang kelas. 4. Memungkinkan interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 5. Menghasilkan keseragaman pengamatan. 6. Membangkitkan keinginan dan minat baru. 7. Membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar. 8. Memberikan pengalaman yang menyeluruh dari suatu objek abstrak atau kongkrit. 9. Memberikan kesempatan untuk belajar mandiri. 10. Meningkatkan kemampuan keterbacaan baru. 11. Meningkatkan efek sosialisasi. 12. Meningkatkan ekspresi diri. Secara khusus televisi memberikan penyajian yang sama dengan media film (motion pictures), perbedaannya dengan film yaitu televisi memiliki proses elektronis dalam merekam, menyalurkan dan memeragakan gambar dan suara. Oleh karena itu, televisi memiliki karakteristik yang sama dengan media film sebagai media yang paling canggih

dengan kemampuannya yang dapat menyampaikan lima bentuk informasi yaitu gambar, garis, symbol, suara dan gerakan. Beberapa karakteristik positif media televisi adalah: 1. Memberikan pesan yang dapat diteima secara lebih merata oleh siswa. 2. Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. 3. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. 4. Lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan. 5. Membrikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa.

D.

Jenis-Jenis Televisi
Televisi dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, diantaranya: televisi terbuka

(open boardcast television), televisi siaran terbatas/TVST (Cole Circuit Televirion/CCTV), dan video-cassette recorder (VCR). 1. Media Televisi Terbuka Media televisi terbuka adalah media audio-visual gerak yang penyampaian pesannya melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari satu stasiun, kemudian pesan tadi diterima oleh pemirsa melalui pesawat televisi. Kelebihan Media Televisi Terbuka a. Informasi/pesan yang disajikannya lebih aktual. b. Jangkauan penyebarannya sangat luas. c. Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa. d. Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. e. Mengatasi keterbatasan ruangdn waktu. f. Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Kelemahan Media Televisi Terbuka a. Programnya tidak dapat diulang-ulang sesuai kebutuhan. b. Sifat komunikasinya hanya satu arah. c. Gambarnya relatif kecil. d. Kadangkala terjadi distorsi gambar dan warna akibat kerusakan atau gangguan magnetik.
8

2. Media Televisi Siaran Terbatas (TVST) TVST atau CCTV adalah media audiovisual gerak yang penyampaian pesannya didistribusikan melalui kabel (bukan TV kabel). Dengan perkataan lain, kamera televisi mengambil suatu objek di studio, misalnya guru yang sedang mengajar, kemudian hasil pengambilan tadi didistribusikan melalui kabel-kabel ke pesawat televisi yang ada di ruangan-ruangan kelas. Kelebihan televisi siaran terbatas ini dibandingkan dengan televisi terbuka diantaranya adalah komunikasi dapat dilakukan secara dua arah (hubungan antara studio dan kelas dilakukan melalui intercom), kebutuhan siswa dapat lebih diperhatikan dan terkontrol. Sedangkan kelemahannya adalah jangkauannya relatif terbatas.

3. Media Video Cassette Recorder (VCR) Berbeda dengan media film, media VCR perekamannya dilakukan dengan menggunakan kaset video, dan penayangannya melalui pesawat televisi; sedangkan media film, perekaman gambarnya menggunakan film selluloid yang positif dan gambarnya diproyeksikan melalui proyeksi ke layar.

Secara umum, kelebihan media VCR sama dengan kelebihan yang dimiliki oleh media televisi terbuka. Selain itu, media VCR ini memiliki kelebihan lainnya yaitu programnya dapat diulang-ulang. Akan tetapi kelemahannya adalah jangkauannya terbatas.

Pendapat lain menyatakan bahwa penyiaran program TV pendidikan dapat digolongkan menjadi siaran yang bersifat umum dan khusus. Siaran yang bersifat umum adalah program pendidikan yang dapat diikuti oleh semua golongan pemirsa. Contoh siaran yang bersifat umum misalnya adalah program discovery, features tentang seni dan budaya, dan sejumlah program talk show dengan topik yang sangat bervariasi. Program berbentuk talkshow dan features yang belakangan ini banyak ditayangkan pada sejumlah stasiun TV swasta diharapkan dapat memperluas wawasan pemirsa tentang bidang ilmu dan pengetahuan tertentu.

Siaran TV pendidikan yang bersifat khusus yang sering disebut sebagai TV pembelajaran (instructional television) adalah siaran TV yang sengaja dirancang untuk pemirsa atau khalayak tertentu. Contoh siaran pendidikan adalah pelajaran sekolah dan siaran perkuliahan Universitas Terbuka (UT) yang pernah ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), atau yang sekarang ditayangkan oleh TVE. Siaran ini dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan materi ajar kepada siswa sekolah dan mahasiswa yang mengikuti program pendidikan jarak jauh.

E.

Televisi dalam Pendidikan Jarak Jauh

Format-format untuk penyampaian televise dalam pengajaran bergantung pada beberapa jenis pilihan tek nologi dan penyiaran: 1. video satu arah dan audio satu arah (penyiaran). 2. video satu arah dan audio dua arah (interaktif). 3. video dua arah dan audio dua arah (interaktif).

E.1. Sistem Penyebaran Televisi Dari seluruh penggunaan televise dalam bidang pendidikan,peneyamgan video yang telah direkam sebelumnya (pre-recorder) atau DVD merupakan yang paling umum. Televise satu arah merujuk kepada seluruh system transmisi televise dimana

program disiarkan kepada siswa tanpa koneksi interaktif dengan guru.meliputi lima jenis utama dari system transmisi : 1. Transmisi Broadcast Broadcasting,penyiaran gelombang elektromagnetik yang kuat melalui

udara,merupakan system penyampaian yang menjadikan televise media hiburan rumah terkenal.sinyal televise siaran ini memancar keluar menuju horizon dari antenna pemancar.stasiun relay membawa sinyal-sinyal tersebut memutari halangan,seperti pegunungan ,dan pada komunitas terpencilyang melampaui wilayah cakupan utama.perangkat TV standar apapun dengan sebuah antenna bisa secara bebas menerima sinyal-sinyal tersebut.siaran merupakan format yang umum baik untuk program televise komersial maupun public.
10

2.

Transmisi Satelit Komunikasi satelit merujuk pada sebuah perangkat yang mengorbit di luar angkasa

yang menerima sinyal dari stasiun-stasiun di bumi dan memancar ulang sinyal-sinyal tersebut ke lokasi-lokasi yang jauh.satelit saat ini adalh geosinkronus, yang artinya bahwa orbit mereka disetarakan dengan rotasi bumi itu sendiri sehingga satelit tersebut berposisi pada titik yang sama di bumi,yang bertindak sebagai menara pemancar setinggi 23.000 mil, pada ketinggian tersebut,sebuah wilayah cakupan satelit bisa meliputi hamper separuh dari permukaan bumi.ini,tentu saja,merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih besar daripada metode penyiaran lainnya manapun.satelit sekarang membawakan sebagian besar penyiaran televise jaringan. 3. Transmisi Gelombang Mikro Sinyal televise gelombang mikro diudarakan sepanjang srangkaian menara untuk menyiarkan program.seperti halnya bentuk telekomunikasi lainnya, sebuah lisensi diperlukan untuk menyiarkan dengan gelombang mikro.gelombang mikro memiliki satu keterbatasan utama:sinyal yang diudarakan pada frekuensi gelombang mikro tinggi ini bergerakdi pola jalur penglihatan.akibatnya,cakupan gelombang mikro terbatas pada daerah dengan jalur pandangan langsung dari menara pemancaran. 4. Transmisi Sirkuit Tertutup Istilah sirkuit televise tertutup (CCTV) merujuk pada system distribusi privat yang dihubungkan oleh kabel atau serat optic.sinyal CCTV tidak bisa diterima diluar jaringan privat.keuntungan utama dari CCTV adalah bahwa system semacam itu tidak membutuhkan lisensi pemerintah dan bisa dipasang dengan bebas oleh lembaga manapun yang ingin memasangnya 5. Transmisi Kabel Berdasar pada penggunaan antena induk,sinyal dilarikan dalam kabel,dengan membayar biaya pemasangan dan biaya berlangganan bulanan, para pelanggan dapat membuat rumah mereka terhubung dengan kabel,sekarang lebih umum dikenal sebagai televise kabel.

6. Transmisi Online
11

Teknologi online (semua yang bergantung pada system berdasar computer)telah membuka sederet kesempatan pendidikan jarak jauh bagi audio dan video.siswa dapat mengakses informasi sumber belajar dengan mudah.

E.2. Opsi-Opsi Televisi Pendidikan Sebagai salah satu sarana pengantaran jarak jauh,televise bisa digunakan dalam berbagai cara.salah satu pertimbangan penting dalam memilih format televisi adalah hasil-hasil belajar bagi para siswa. 1. Televisi Pengajaran Program untuk penggunaan langsung di ruang kelas untuk mencapai tujuan kurikulum tertentu-televisi pengajaran (ITV)-merupakan sebuah acara utama dari jadwal siang hari di sebagian besar stasiun televise public. Program ITV cenderung berdurasi 15 menit (untuk tingkat pemula) hingga 30 menit,dan sebuah program tunggal sering kali diulang dalam jam-jam yang berbeda di sepanjang pecan untuk memungkinkan fleksibilitas dalam penjadwalan ruang kelas.berbeda dengan citra popular,program pengudaran ITV biasanya tidak menyajikan pengajaran inti dalam bidang mata pelajaran dasar.peran ITV melayani tujuan-tujuan berikut ini: Untuk membangun guru ruang kelas dalam mata-mata pelajaran yang di dalamnya para siswa sering mengalami kesulitan

(misalnya,seni,music,matematika,sains, dan kesehatan) Untuk melengkapi pengajaran ruang kelas dalam mata-mata pelajaran karena sumber daya kelas yang terbatas mungkin membatasi pembahasan penuh atas kejadian internasional atau historis. Untuk menghadirkan rangsangan bagi mata-mata pelajaran, seperti sastra, dimana para guru sering kesulitan membangkitkan minat dan memotivasi para siswa. 1.1. Pendidikan Sekolah Dasar Di tingkat sekolah dasar, para guru lebih cenderung menggunakan video yang telah direkam (pre-recorded) atau DVD daripadaprogram pengudaraan

televise.beberapa serial broadcasting masih dipakai:di tingkat sekolah dasar,Sesame


12

Street dan Arthur; dan di tingkat intermediate,History Detectives,Between The Lions,Dan ZOOM.program ini terutama digunakan sebagai pengayaan ketimbang sebagai inti pengajaran.para guru yang menggunakan pemrograman televise pendidikan cenderung menggunakan lebih dari satu program (biasanya dua atau tiga),tetapi tidak seluruh serial (lokakarya televise anak-anak,1990).

1.2. Pendidikan Menengah Dan Sekunder Di tingkat menengah dan pendidikan sekunder siaran televise bisa menawarkan banyak jenis opsi pemrograman bagi guru ruang kelas.para guru bisa memberikan tugas PR yang mengharuskan para siswa menonton berita sore untuk mendapatkan informasi terbaru secara teratur mengenai sebuah topic.atau mereka bisa meminta para siswa untuk menampilkan sebuah program khusus atau documenter yang relevan dengan diskusi ruang kelas.terdapat beberapa stasiun penyiaran yang menawarkan film, yang mungkin terkait dengan apa yang dibaca para siswa sebagai bagian dari kelas sastra.

Integrasi Teknologi televise penyiaran bisa sangat bermanfaat bagi guru ruang kelas.dengan mempertimbangkan kebutuhan para siswa,menggunakan televise penyiaran mungkin efektif bagi penyediaan kesempatan belajar jarak jauh. Selanjutnya,banyak operator kabel memberikan sekolah-sekolah pemrograman khusus,panduan guru,dan bahkan layanan computer khusus.banyak sumber program yang tersedia via kabel tidak terpancar ulang dari penyiaran,tetapi hanya dipancarkan hanya menggunakan kabel.sejumlah cara seperti ini menawarkan pemrograman

berkualitas tinggi yang cocok digunakan di sekolah.Discovery Channel, Learning Channel, CNN, dan C-Span merupakan beberapa contoh,yang semuanya itu menawarkan panduan program bagi para guru.

2.

Televisi Interaktif Ketika para guru dan siswa menggunakan televise dalam cara-cara yang sama

dengan ruang kelas tatap muka,fungsi dari televise berubah dari benda pengantaraan
13

murni menjadi sarana yang memungkinkan interksi di antara para siswa dengan guru.sekarang,dengan penggunaan berbagai system telekomunikasi, televise mewakili situasi ruang kelas pada umumnya. Beberapa system televise interaktif ini menggunakan gambar video bergerak penuh.teknisnya,video tersebut berkualitas tinggi, tetapi biaya penyiarannya sangatlah mahal.banyak system televise interaktif bersandar pada penggunaan video terkompresi, yang menghilangkan informasi video yang berlebih-lebihan,untuk kepentingan distribusi.walau informasi video terlihat payah,ia lebih murah untuk disiarkan ketimbang video bergerak penuh.

Video Satu Arah,Audio Dua Arah Sebenarnya seluruh penyiaran televisi bisa diubah menjadi system komunikasi

dua arah dengan menggunakan sebuah pearangkat untuk mengirimkan umpan balik audio kepada sang penyaji.dalam hal pemancaran broadcast,satelit,dan gelombang mikro ,kemampuan talkback biasanya ditambahkan, menggunakan alat berupa sebuah telepon untuk menghubungi studio asal.dalam hal system kabel dan sirkuit tertutup,saluran talkback mungkin digabungkan ke dalam kabel-kabel CCTV atau CATV. Video Dua Arah,Audio Dua Arah
Televisi yang benar-benar interaktif dengan komunikasi dua arah baik video maupun audio,atau televisi dua arah,dihasilkan dengan melengkapi baik tempat pengirim dan tempat penerima dengan kamera dan mikrofon,yang saling dikaitkan dengan alat yang mampu melakukan transmisi dua arah.ini mungkin berupa serat optic,kabel,gelombang mikro,satelit,atau kombinasi dari semuanya.sekolah mungkin menoprasikan fasilitas telekonferensi videonya sendiri atau menyewanya kalu diperlukan untuk kebutuhan tertentu.

F.

Fungsi Televisi
Secara umum media televisi memiliki tiga fungsi yaitu fungsi hiburan, fungsi

informasi, dan pendidikan. Oleh karenanya dalam dalam system televisi pendidikan acara hiburan maupun informasi harus memiliki misi pendidikan. Misi pendidikan tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut melalui pedoman sebagai berikut:
14

1. Program siaran harus diusahakan sesuai dengan kebutuhan khalayak yang dituju (intended audience). 2. Isi siaran harus diusahakan sesuai dengan nilai-nilai budaya yang diterima oleh masyarakat Indonesia. 3. Program siaran diusahakan untuk berkaitan dengan kegiatan yang ada di masyarakat, paling tidak harus serasi dengan pola tindak yang ada di masyarakat. 4. Tiap mata acara diusahakan untuk dikembangkan dalam bentuk paket yang berkesinambungan. 5. Tiap program harus dibuat dengan arah tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan misi yang sifatnya universal yaitu mengembangkan masyarakat ke arah masyarakat gemar belajar, dimana masyarakat selalu siaga untuk melakukan tindak belajar. Untuk itu perlu diusahakan agar disediakan program-program pendidikan yang sesuai dengan keperluan, kemampuan, dan kesempatan warga belajar, serta yang memiliki daya pikat untuk diikuti.

G.

Memanfaatkan Televisi Edukasi


Kesulitan utama yang dihadapi Pemerintah dalam mendongkrak HDI adalah

minimnya sumber daya manusia, termasuk penyediaan guru atau tutor. Ditambah lagi dengan kondisi geografis bercorak kepulauan dan pegunungan, serta terbatasnya anggaran. Hambatan tersebut memang bukan barang baru bagi Indonesia. Sesuatu yang sering jadi tumpuan alasan adalah tidak meratanya pendidikan. Dan akibatnya, kesejahteraan pun juga jadi tidak merata di negeri ini. Untuk mengatasi keterbatasan penyediaan tutor, saat ini pemerintah telah merekrut sekitar 200 ribu calon pegawai negeri sipil dari 4 juta pelamar. Sebagian besar pegawai negeri baru ini nantinya akan menempati posisi sebagai guru pada jalur formal. Mereka akan disebar di berbagai wilayah di Indonesia.

15

Namun bagaimana dengan tantangan geografis, padahal jumlah guru yang ada masih jauh dari mencukupi. Sebenarnya pemanfaatan teknologi pembelajaran jarak jauh melalui siaran televisi bisa dijadikan solusi untuk mengatasinya. Apalagi saat ini tercatat sudah ada lebih dari 50 televisi lokal di seluruh Indonesia. Angka ini dipastikan akan berkembang setelah era televisi swasta nasional berakhir seiring berlakunya UU No.32/2002 tentang Penyiaran dan semangat otonomi daerah yang kian menggebu. Pemerintah (melalui Depdiknas) memang tidak bisa bekerja sendiri untuk mendongkrak HDI Indonesia. Perlu ada kerja sama yang terkait di antara semua pihak di samping mengerahkan semua potensi yang ada. Termasuk tidak hanya mengoptimalkan jalur formal, tapi juga memacu jalur informal yang tidak hanya melibatkan guru dan sekolah. Pada Oktober 2004 lalu Depdiknas meluncurkan Televisi Edukasi atau TVE. Tujuan televisi ini adalah untuk memberikan layanan siaran pendidikan berkualitas yang dapat menunjang tujuan pendidikan nasional di samping memeratakan pendidikan ke seantero penjuru Indonesia. Kehadiran TVE Inilah tampaknya yang menjadi peluang untuk program pengentasan buta aksara. Sejumlah program dikemas untuk mendorong masyarakat pemirsa TVE untuk kenal huruf, dan kemudian di tahap berikutnya mengajak mereka gemar membaca dan menulis. Namun sayangnya TVE punya keterbatasan. Saat ini, stasiun tersebut hanya bisa diakses bagi mereka yang memiliki parabola, mengingat karena siarannya dipancarkan melalui satelit. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, TVE bisa dipastikan akan menangguk kegagalan seperti yang dialami oleh Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang sudah lama berubah haluan hanya menjadi televisi hiburan semata dan melupakan jati diri P-nya sebagai televisi pendidikan. Kita masih belum lupa begitu ambisiusnya TPI di masa awal menayangkan siaransiaran berisi tutorial berbagai mata pelajaran. Ambisi pemerintah, seiring hadirnya TPI kala itu, adalah setiap sekolah menyediakan pesawat televisi di dalam kelas-kelas sekolah dan program tutorial tersebut sebagai alat bantu guru dalam menyampaikan pelajaran.
16

Namun apa daya, jangankan menyediakan satu pesawat televisi di setiap kelas, satu televisi setiap satu sekolah saja susah ---bahkan tidak jarang ada sekolah yang atapnya saja tidak utuh, sehingga pengadaan televisi bukanlah prioritas. Apalagi televisi hingga kini masih dikategorikan sebagai barang mewah yang cukup mahal harganya. Alhasil, TPI entah sebab atau akibat terpaksa banting stir menjadi televisi hiburan semata

H.

Kategori dan Model Siaran TV Pendidikan


Penyiaran program TV pendidikan dapat digolongkan menjadi siaran yang bersifat

umum dan khusus. Siaran yang bersifat umum adalah program pendidikan yang dapat diikuti oleh semua golongan pemirsa. Contoh siaran yang bersifat umum misalnya adalah program discovery, features tentang seni dan budaya, dan sejumlah program talk show dengan topik yang sangat bervariasi. Program berbentuk talkshow dan features yang belakangan ini banyak ditayangkan pada sejumlah stasiun TV swasta diharapkan dapat memperluas wawasan pemirsa tentang bidang ilmu dan pengetahuan tertentu. Siaran TV pendidikan yang bersifat khusus yang sering disebut sebagai TV pembelajaran (instructional TV) adalah siaran TV yang sengaja dirancang untuk pemirsa atau khalayak tertentu. Contoh siaran pendidikan adalah pelajaran sekolah dan siaran perkuliahan Universitas Terbuka (UT) yang pernah ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Siaran ini dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan materi ajar kepada siswa sekolah menengah dan mahasiswa yang mengikuti program pendidikan jarak jauh. Penyiaran program TV dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu terestrial, kabel, dan satelit. Penyiaran program secara terestrial dimaksudkan agar program yang disiarkan dapat diterima oleh sejumlah besar pemirsa yang berada dalam wilayah geografis yang luas. Penyiaran dengan cara terestrial dikenal juga dengan istilah siaran terbuka (open broadcast). Penyiaran program melalui kabel dan satelit biasanya diarahkan pada pemirsa tertentu dalam jumlah yang terbatas. Untuk dapat menikmati program dan acara TV kabel, pemirsa harus berlangganan atau membayar uang iuran secara regular. Di samping itu, pemirsa terlebih dahulu harus memiliki peralatan tertentu berupa alat penerima siaran atau decoder. Penayangan program dapat dilakukan secara langsung (live) atau
17

melalui siaran tunda (delayed). Dalam siaran langsung tidak diperlukan adanya aktivitas rekaman terlebih dahulu. Objek dan peristiwa diliput secara langsung dan dipancarkan ke seluruh wilayah.

I.

Dampak/Pengaruh Siaran Televisi


Berdasarkan berbagai studi yang telah dilaksanakan di berbagai negara,

dampak/pengaruh positif TV yang signifikan di kalangan anak-anak adalah bahwa program siaran televisi dapat:meningkatkan pengetahuan (umum) anak-anak,

menumbuhkan keinginan atau motivasi untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lebih lanjut,meningkatkan perbendaharaan kosa-kata, istilah/jargon, dan kemampuan berbahasa secara verbal dan non-verbal, meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas anak, meningkatkan kekritisan daya pikir anak-anak karena diperhadapkan pada dua realitas gambar dunia, dan memicu minat baca dan motivasi belajar anak-anak . Berkaitan dengan dampak televisi, beberapa ahli mengemukakan bahwa televisi dapat membuat anak-anak menjadi takut dan kemudian mempengaruhi diri mereka untuk menarik atau melarikan diri dari kegiatan belajarnya. Selain itu, televisi juga dikemukakan dapat menimbulkan tingkah laku yang keras/kasar apabila mereka terlalu sering menonton program tayangan TV yang memperlihatkan prilaku kekerasan, kasar, atau sadis. Selain itu ada juga pendapat yang menyatakan bahwa kekurangan televisi secara umum diantaranya adalah: 1. Televisi cenderung focus pada hiburan dan kebudayaan popular. 2. Televisi tidak dapat mengajarkan keterampilan2 yang berguna yang merupakan peralatan dasar bagi sosok terdidik seperti menulis, membaca, analisis, dan problem solving. 3. Televisi menampilkan konten yang sangat luas dan kebanyakan memiliki unsure pendidikan, namun penonton cenderung lebih memperhatikan aspek hiburannya.

18

Pada posisi ini televisi khususnya dan media secara umum tidak dapat disalahkan, mereka adalah bisnis yang tergantung pada respon pasar. Dan pasar terbesar media adalah untuk hiburan bukan pendalaman informasi (in-depth information).

19

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya menjadikan TV sebagai media pendidikan telah dilakukan sejak dekade awal munculnya media itu. Pada 1932 State Universirty of Iowa mengembangkan tv pendidikan dalam bentuk sirkuit tertutup (close circuit). Kemudian New York University bekerjasama dengan NBC pada 1938 mengujicoba penyelenggaraan siaran tv pendidikan. Perkembangan yang pesat terjadi setelah Perang Dunia II, yakni dengan dibentuknya Joint Committee on Educational Television (JCET) pada tahun 1950-an (Miarso:2004, h 415). Sepuluh tahun kemudian keluar sejumlah laporan penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh besar penggunaan media TV dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Almstead dan Graf (1960) melakukan penelitian terhadap siswa kelas 10 yang belajar tentang geometri. Mereka disuruh belajar lewat televisi saja, ternyata 85% di antara mereka lulus ujian New York Regent, dan 30% di antaranya mencapai skor lebih dari 90. Hasil itu setara dengan yang dicapai oleh mereka yang belajar di sekolah-sekolah biasa. Tiga tahun kemudian, laporan yang dikeluarkan Dewan Sekolah Anaheim mempaparkan bahwa uji coba yang dilakukan di California menunjukkan bahwa dari 48 kasus yang diamati sebelum dan sesudah menonton tv, ternyata hasil dari kelompok yang menonton tv jauh lebih baik dibanding yang tidak menonton. Berdasarkan hasil penelitiannya pula, Chu dan Schramm (1967) menyimpulkan bahwa anak-anak dan orang dewasa belajar banyak dari televisi instruksional (Wilkinson: 1984 h.18-22). Namun menjelang akhir millennium kedua, muncul kritik yang sifatnya mendekonstruksi keyakinan besarnnya pengaruh televisi terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Menurut George Comstock dan timnya seperti dikutip oleh Postman, berdasarkan kajian atas 2.800 hasil studi yang bertopik sekitar pengaruh televisi terhadap
20

tingkah laku, dan kemampuan kognitif, ternyata tidak ditemukan bukti yang mendukung pernyataan bahwa proses belajar dimudahkan jika informasi ditampilkan dalam setting dramatis sebagaimana ditampilkan oleh media tv. Postman bahkan berkesimpulan sangat ekstrim bahwa menonton tv tidaklah memperbaiki proses belajar, dan cenderung kurang mengembangkan kemampuan berpikir dalam tingkat kompleksitas yang tinggi (Postman, opcit. h. 159). Dalam konteks sekarang, pendapat Postman agaknya yang paling mendekati realitas. Siaran TV memang menyiarkan banyak informasi, namun karena sifatnya hanya sekilas dengar dan pandang maka sedikit pula yang bisa mengendap dalam ingatan khalayak. Khalayak hanya memperoleh informasi secara sepotong-sepotong sehingga sulit untuk dijadikan dasar dalam mengambil kesimpulan. Realitasnya, siaran tv memang memperkaya kepemilikan informasi pada khalayak, namun teramat sedikit yang bisa dikutip dari siaran TV untuk referensi ilmiah. Hal itu membuktikan rendahnya otoritas program tv sebagai karya ilmiah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa siaran televisi lebih banyak dipandang sebagai hiburan semata. Di Indonesia, usaha untuk menyelenggarakan TV pendidikan sudah muncul sejak Repelita I (1969). Akan tetapi langkah konkret baru terlihat pada tahun 1978 dengan dibentuknya Pusat Teknologi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekomdikbud). Tersendatsendatnya langkah ke arah itu disebabkan oleh sikap monopolistik TVRI. Pada 23 Nopember 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI serta Pengajaran dan Ilmu Pengetahuan Belanda menandatangani naskah kerjasama tentang penggunaan teknologi pendidikan, dan salah satu poin pentingnya adalah dukungan pihak kerajaan Belanda bagi Indonesia untuk menyelenggarakan TV pendidikan. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut, pada Mei 1988 berhasil disepakati rencana induk yang meliputi empat kategori kegiatan, yaitu (1) mediated instrucational system; (2) broadcasted Educational Program; (3) Instrucsional and Communication System Reseach; dan (4) Instrucational Development. Akan tetapi belum sampai program tersebut direalisasi sudah muncul inisiatif dari pihak swasta, yakni pengusaha Hardiyanti Rukmana yang lebih dikenal dengan sebutan Mbak Tutut berniat mendirikan Televisi Pendidikan Indonesia

21

(TPI) sehingga televisi pendidikan yang menjadi program pemerintah justru tidak dapat direalisasi (Miarso: 2004). Pada awal kemunculannya siaran TPI menggunakan fasilitas pemancar dan frekuensi milik TVRI. Program-program yang ditayangkan pun sebagian besar produksi Pustekomdikbud. Kenyataan itu memang terasa amat janggal mengingat pemerintah sendiri sebenarnya punya rencana mendirikan televisi pendidikan namun realisasinya justru oleh pihak swasta namun menggunakan sumber daya milik negara. Celakanya, dalam perjalanan waktu TPI berbelok arah dan menjadi televisi komersial yang kepemilikan sahamnya dikuasai oleh putri sulung penguasa Orde Baru, Soeharto. Kegagalan TPI menjaga eksistensi sebagai televisi pendidikan memberikan preseden buruk bagi pihak lain yang ingin mendirikan televisi pendidikan, sekaligus meninggalkan citra negatif bahwa program-program televisi pendidikan sebagai hal yang membosankan dan tidak menarik untuk ditonton. Di tengah melemahnya minat pihak swasta untuk mendirikan televisi swasta, kini pihak Direktorat Jenderal Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia giat merintis penyelenggaraan televisi pendidikan (TVE). Sayangnya, upaya itu tidak didukung oleh payung hukum yang memadai karena UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran tidak memberikan hak hidup bagi televisi pendidikan.

22

DAFTAR PUSTAKA
Miarso, Yusufhadi.(2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana. http://lalangiran.wordpress.com/category/teknologi-pendidikan/ Buku Sharon Smaldino Miarso, Yusufhadi, 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media dan Pustekkom Diknas. Wilkonson, Gene L, 1984. Media Dalam Pembelajaran Penelitian Selama 60 Tahun (terjemahan), Jakarta: Pustekkom Dikbud dan CV Rajawali. Postman, Neil, 1995. Menghibur Diri Sampai Mati, Mewaspadai Media Televisi (terjemahan), Jakarta: Sinar Harapan.

23

Anda mungkin juga menyukai