Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN PENYIARAN DI TELEVISI INDONESIA

OLEH:

MUHAMMAD FAJAR GIFARY

ILMU KOMUNIKASI KELAS C

153190084

Penyiaran atau yang dikenal sebagai broadcasting adalah keseluruhan proses


penyampaian siaran yang dimulai dari penyiapan materi produksi, proses produksi,
penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran sampai kepada penerimaan siaran tersebut
oleh pendengar atau pemirsa. Penyiaran dibagi menjadi dua yaitu penyiaran radio dan
penyiaran televisi. Penyiaran yang menggunakan media radio isi pesannya berupa suara
saja, sedangkan media televisi isi pesannya berupa audiovisual. Perkembangan media
penyiaran di Indonesia saat ini tergolong pesat dengan banyaknya bermunculan lembaga
televisi dan radio. Masyarakat mendapatkan banyak alternatif siaran televisi dan radio
untuk mendapatkan informasi, pendidikan dan hiburan. Pada makalah kali ini saya akan
membahas tentang perkembangan penyiaran televise di Indonesia.

Industri televisi di Indonesia dimulai sejak 4 Agustus 1962, bertepatan dengan


berlangsungnya pembukaan pesta olahraga se-Asia atau Asian Games ke-4 di Senayan.
Pada saat itu stasiun TV yang menyiarkan acara Asian Games hanyalah TVRI, karena baru
ada TVRI pada waktu itu. Tahun 1962 juga menjadi tahun Televisi Republik Indonesia
yang disingkat TVRI didirikan yang hingga kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir
seluruh rakyat Indonesia. Dengan disiarkannya Asian Games ini, membuat banyak pihak
termotivasi untuk mendirikan stasiun televise yang bersidat komersil. Sejak saat itu juga
muncul banyak stasiun televisi yang menjadi saingan TVRI. Stasiun televisi yang didirikan
ini memiliki tujuan mencari profit oleh karena itu mereka bersifat komersil. Stasiun televisi
pertama yang menjadi saingan TVRI adalah RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) yang
berdiri pada tahun 1989. Setelah RCTI kemudian secara berurutan diluncurkan stasiun
televisi Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1990 dan Televisi Pendidikan Indonesia
(TPI) pada tahun 1991. Pada tahun 1994 berdiri ANTV dan Indosiar. Hingga saat ini
tercatat ada 11 stasiun televisi yang mengudara secara nasional, selain stasiun tersebut di
atas ada Trans TV, Global TV, Lativi, Metro Tv dan TV7. Akibat kekuatan para pengusaha
stasiun televisi RCTI, SCTV, TPI, ANTV, dan Indosiar, yang merupakan kerabat dekat
Presiden, sistem pertelevisian di Indonesia berubah total. Sejak 1991, semua stasiun televisi
swasta di Indonesia sudah diizinkan melakukan siaran nasional melalui jaringan transmisi
teresterial. Ketika tahun 1999 lima stasiun televisi swasta kembali diizinkan berdiri oleh
pemerintah pasca Orde Baru, seluruh stasiun tersebut juga langsung beroperasi dengan
orientasi menjadi stasiun televisi nasional. Pada tahun 2010 TPI merubah namanya
menjadai MNC TV karena program – programnya yang lebih banyak menyajikan program
hiburan dibandingkan program pendidikan. Lalu pada tahun 2013 muncul stasiun televisi
baru bernama NET TV yang menjadi saingan baru bagi stasiun TV lainnya.

Televisi saat ini telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Banyak orang menghabiskan waktunya lebih lama di depan televisi untuk menonton
beragam program yang disajikan. Setiap stasiun televisi dapat menayangkan beberapa acara
hiburan seperti film, musik, kuis, talk show, dan sebagainya. Beragam jenis acara hiburan
tersebut dikenal sebagai genre program. Andi Fachruddin (2014) menerangkan bahwa
genre program televisi dapat dilihat dari berbagai sudut pantang yang berbeda. Jika dilihat
dari sudut pandang jurnalistik dan artistik genre program, televisi terbagi menjadi dua yaitu
program informasi yang berkaitan dengan aktual atau faktual seperti program – program
berita dan program hiburan seperti drama, game, musik, film, dan pertunjukan. Secara
umum saat ini televisi menayangkan berbagai genre program. Tetapi jika diklasifikasikan
ke dalam beberapa jenis stasiun televisi, setiap stasiun TV menayangkan genre program
yang menjadi unggulannya, yaitu:
 Televisi Berita (News TV). Contohnya adalah TV One, Metro TV, Inews, dan
Kompas TV.
 Televisi Pendidikan (Education TV). Contohnya adalah TVRI, TV Edukasi.
 Televisi Hiburan (General Entertainment TV). Contohnya adalah RCTI, MNCTV,
GTV, SCTV, Trans TV, NET TV, dan sebagainya.

Dari ketiga genre diatas dapat dikatakan bahwa setiap stasiun televisi memiliki program
unggulannya masing – masing dari setiap genre yang menjadi unggulan mereka juga.
Seperti di TV One ada program berita Apa Kabar Indonesia dan NET TV memiliki
program hiburan unggulan ini talkshow. Walau begitu bukan berarti TV One hanya
menyiarkan berita saja dan NET TV menyiarkan program hiburan saja, kedua stasiun
televisi ini juga sama – sama menyiarkan program berita dan hiburan, hanya saja memiliki
keunggulan yang berbeda seperti contoh diatas. Ini menjadi salah satu contoh
perkembangan acara televisi yang ada di Indonesia. Program hiburan menjadi program
yang paling berkembang di stasiun televisi Indonesia. Seperti semakin banyaknya acara
talkshow, acara musik, pencarian bakat, sinetron, kartun atau animasi, dan program –
program komedi lainnya. Hal ini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan masa
sebelum reformasi. Pada saat orde baru, acara televisi berisikan propaganda – propaganda
pro pemerintah yang disiarkan oleh TVRI. Setelah orde baru pemerintah menerapkan
kebebasan pers yang membuat televisi bebas untuk menyiarkan program – program mereka
asalkan mematuhi regulasi yang dibuat oleh pemerintah.

Dibukanya kebebasan pers dalam era reformasi ini menimbulkan banyak tantangan.
Penyiaran di Indonesia diibaratkan seperti bayi yang baru lahir dan bayi tersebut sudah
harus diajak lari. Percepatan transformasi yang dipaksakan menjadikan kultur indutri
televisi bertumbuh setengah jadi yang berwajah dua. Pada satu wajah, percepatan industri
televisi melahirkan percepatan sumber daya manusia pada teknologi dan manajemen
produksi. Sementara, pada wajah lain, kreativitas untuk mengelola dan membuat ide yang
out of the box sangatlah dibutuhkan. Sebutlah, kelangkaan penulis skenario hingga ide.
Masyarakat secara tidak langsung mulai diperkenalkan dengan berbagai jenis program
televisi dari berbagai bentuk kuis, talks show, opera sabun hingga variety show. Inilah
transformasi masyarakat yang biasanya hanya mendengarkan lewat radio menjadi
masyarakat yang menonton dan mendengar lewat televisi.

Dampak dari adanya kebebasan pers ini juga memunculkan stasiun televisi lokal yang
didirikan dibeberapa daerah. Namun sayang karena kurangnya sumber daya manusia yang
kompatibel atau faktor manajemen perusahaan yang kurang mapan atau bahkan kurang
jelinya mencari peluang program siaran kelokalan yang cocok untuk menarik perhatian
masyarakat lokal, maka banyak dijumpai stasiun televisi lokal yang belum begitu maju dan
hanya terkesan bertahan atau bahkan gulung tikar. Hal ini dapat dilihat adanya perbedaan
yang jauh ketika membandingkan televisi lokal yang harus berusaha bertarung untuk
menggaet pemirsa lokalnya dengan televisi nasional dengan daya tarik sajian program
acaranya yang mampu menjangkau audience secara luas.

Dari segi regulasi, penyiaran di Indonesia diatur oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau
biasa disingkat KPI. Komisi ini dibentuk di tingkat pusat dan memiliki cabang di daerah
(provinsi) untuk memantau siaran lokal. Dasar hukum berdirinya KPI yakni UU 32/2002
yang mengatur isi siaran, tetapi bukan bermaksud untuk membatasi kreativitas program
televisi. Keberadaan KPI meneguhkan keterlibatan masyarakat dalam mengawasi siaran,
televisi di tingkat lokal dan nasional. Hubungan antara KPI pusat dengan daerah bersifat
koordiantif dan anggarannya berasal dari APBN maupun APBD masing-masing daerah.
Alasan dibentuknya KPI adalah pentingnya pengawasan terhadap siaran televisi serta radio
dan berkembangnya siaran dengan cepat. Oleh karena itu perlu dibentuknya suatu lembaga
yang mengawasi hal tersebut secara independen disamping keberadaan pemerintah. Saat ini
setidaknya terdapat 1 lembaga penyiaran publik dan 10 lembaga penyiaran swasta serta
lembaga penyiaran komunitas (dalam jangkauan terbatas) dan lembaga penyiaran
berlangganan, di tingkat nasional. Tidak hanya itu, KPI juga harus mengawasi penyiaran di
tingkat daerah yang terdapat ratusan siaran lokal yang terus berkembang.

KPI mengatur hak cipta, hak asasi, perfilman, pers, perlindungan konsumen, dan
perlindungan anak. Saat ini, di Indonesia terjadi beragam masalah isi siaran, yang paling
sering disoroti yakni unsur kekerasan dan seksual. Banyak masyarakat melalui media-
media lain menyampaikan bahwa siaran televisi di Indonesia kurang mendidik dan tidak
profesional. Sangat disayangkan kebebasan pers yang telah sejak lama berlaku
dimanfaatkan oleh para pemilik modal dengan tidak semestinya. Contohnya seperti
banyaknya sinetron yang memunculkan kekerasan, kisah cinta yang berlebihan, hiburan
yang menampilkan kekerasan, dan bahkan iklan pemilik modal sebagai tokoh politik. Lebih
parahnya lagi, hal tersebut tidak hanya terjadi di satu stasiun televisi saja, tetapi di banyak
stasiun televisi sehingga fungsi pengawasan semakin penting. Tentu saja tugas KPI tidaklah
mudah mengingat mereka tidak hanya mengawasi Stasiun televisi nasional saja, mereka
juga harus mengawasi stasiun televisi digital dan stasiun televisi lokal.

KPI sejauh ini telah menetapkan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) yang mengatur isi
apa saja yang layak dan tidak layak disiarkan dan Standar Program Siaran (SPS) untuk
program di layar kaca atau televisi dan radio. Isi dari pedoman dan standar tersebut secara
lebih jelas mengatur nilai-nilai kesukuan, agama, ras,dan antar golongan, nilai dan norma
kesopanan dan kesusilaan, etika profesi, kepentingan publik, layanan publik, hak privasi,
perlindungan kepada anak, remajadan kelompok masyarakat tertentu, prinsip-prinsip
jurnalistik, iklan, siaran langsung, muatan seksual, kekerasan dan mistik, dan siaran
PEMILU maupun PILKADA. Adapun sanksi yang diberlakukan terhadap pelanggaran
(sesuai UU) meliputi teguran tertulis, penghentian mata acara yang bermasalah, pembatasan
durasi dan waktu siaran, denda ,pembekuan kegiatan siaran lembaga penyiaran untuk waktu
tertentu, penolakan untuk perpanjangan izin, dan pencabutan izin penyelenggaraan
penyiaran.
DAFTAR PUSTAKA

1. Modul Perkembangan penyiaran televisi di Indonesia (Drs. Joni Arman Hamid


M.I.Kom, Dra. Endah Hari Utari, M.M., dan Yoenarsih Nazar, M.Sc).
2. http://www.kpi.go.id/index.php/id/profil-kpi
3. UU 32/2002 tentang Penyiaran
4. Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI

Anda mungkin juga menyukai