Anda di halaman 1dari 4

Nama/NPM: Alvin Agustino Saputra/ 1006664804 Tugas Mata Kuliah Manajemen Stasiun Televisi (MSTV) Sejarah Penyiaran Televisi

di Indonesia Dilihat dari sejarah pertelevisian Indonesia, siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 yang dipelopori oleh TVRI sebagai stasiun televisi nasional pertama milik pemerintah. Barulah pada tahun 1989 muncul RCTI sebagai stasiun televisi swasta nasional pertama yang disusul kemudian dengan TPI (MNC TV), SCTV, ANTV, dan Indosiar yang sering disebut sebagai lima televisi swasta nasional pertama. Gerakan reformasi tahun 1998 memicu perkembangan industri televisi yang beriringan dengan bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap informasi. Menjelang tahun 2000, muncul hampir secara serentak lima televisi swasta nasional kedua, yaitu Metro TV, TV 7 (Trans 7), Trans TV, Lativi (TV One), dan Global TV. Sekarang, sudah tidak terhitung lagi jumlah stasiun televisi yang ada di Indonesia. Sepuluh Stasiun Televisi Swasta Nasional di Indonesia RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia berhasil mempertahankan eksistensinya dan menjadi brand image atau citra yang terus melekat dalam masyarakat karena paling mudah diingat penontonnya. Keberhasilan yang dicapai RCTI didukung dengan ketahanan mutu atau tingkat penerimaan pemirsa dibanding stasiun televisi lainnya dan faktor pengalaman yang menimbulkan efek kepercayaan yang kuat dari masyarakat terhadap RCTI. Secara umum, program acara RCTI lebih bersifat hiburan (film Box Office dan sinetron) dan infotainment dengan sedikit berita. Target penontonnya adalah semua kalangan masyarakat atau semua usia (SU) mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua (khususnya ibu-ibu rumah tangga yang menyukai sinetron). Stasiun televisi TPI (Televisi Pendidikan Indonesia) yang sekarang berganti nama menjadi MNC TV (Media Nusantara Citra Televisi) pada awalnya hanya berisi programprogram pendidikan dan hiburan yang biasa dinikmati oleh masyarakat tertentu saja (sebagian besar kelas menengah ke bawah) karena dianggap kurang menarik minat masyarakat luas. Di tambah lagi dengan pengaturan manajemen dan pemrograman TPI yang buruk sehingga hampir mengalami kebangkrutan bahkan tutup. Tetapi setelah dibeli sahamnya oleh PT. MNC, Tbk seluruh struktur dan manajemen TPI diubah dan sudah menjadi lebih baik sekarang dibawah kepemimpinan Hari Tanoesoedibyo. Sekarang, MNC TV berisi program-program yang bertemakan olah raga, gaya hidup, dan kartun. Target penontonnya adalah terutama untuk anakanak (klasifikasi A) yang berusia di bawah 12 tahun, remaja (klasifikasi R) yang berusia 12-18 tahun, dan laki-laki atau perempuan yang menyukai olahraga. Stasiun televisi Global TV dapat dikatakan sebagai stasiun televisi swasta yang paling banyak melakukan perubahan baik dari segi jenis program televisinya maupun target penontonnya. Awalnya, Global TV didirikan untuk merelay acara-acara MTV Asia dan juga menyiarkan acara-acara non-MTV dengan pembagian 8 jam untuk Global TV, 8 jam untuk MTV dan 8 jam untuk Nickelodeon. Sangat jelas di sini bahwa acaranya bersifat hiburan dan target penontonnya adalah anak-anak (klasifikasi A) dan remaja (klasifikasi R). Sedangkan, sekarang Global TV mengubah keseluruhan arah programnya lebih kepada acara untuk keluarga sebagai target penontonnya yang dapat dilihat dari perubahan slogan menjadi Untuk Keluarga Indonesia dengan program berisi acara atau film yang dapat ditonton bersama keluarga.

Ketiga stasiun televisi ini dapat saya kelompokkan menjadi satu grup berdasarkan kepemilikan media oleh PT. Media Nusantara Citra, Tbk yang dikuasai oleh Hari Tanoesoedibyo. Jika saya bisa mengaturnya, saya lebih memilih untuk menggabungkan ketiga stasiun swasta ini menjadi satu stasiun besar dengan sifat dan jenis program yang mengkhususkan pada hiburan, seperti film, musik, dan gaya hidup dengan target penonton untuk semua kalangan. Menurut saya, dengan adanya penggabungan ini dapat memperkuat dan mempertahankan pangsa pasarnya. Sampai sekarang, grup MNC dengan RCTI, MNC TV, dan Global TV menguasai 37% pangsa pasar stasiun televisi di Indonesia yang memiliki rating dan audience share paling tinggi di antara stasiun televisi lainnya. SCTV (Surya Citra Televisi) pada awalnya singkatan dari Surabaya Central Televisi kemudian berganti nama dan mempunyai slogan Satu Untuk Semua. Saat ini kepemilikan SCTV dikuasai oleh grup Emtek (Elang Mahkota Teknologi) melalui SCM (Surya Citra Media). Sejak pertengahan 1990-an, SCTV memiliki satu manajemen dengan RCTI yang akhirnya keduanya berpisah manajemen karena perbedaan persepsi. Secara umum, SCTV memiliki program-program yang sebagian besar berisi sinetron, FTV (Film Televisi), dan infotainment. Target penontonnya adalah remaja usia 12-18 tahun (khususnya perempuan muda) dan orang tua (sebagian besar ibu-ibu rumah tangga yang menyukai sinetron). Stasiun televisi Indosiar awalnya didirikan dan dikuasai oleh Grup Salim melalui PT Indosiar Karya Media, Tbk. Pada 13 Mei 2011, mayoritas saham PT Indosiar Karya Media, Tbk dibeli oleh PT Elang Mahkota Teknologi, Tbk, pemilik SCTV sehingga menjadikan kedua stasiun televisi berada dalam satu pengendalian. Jenis program yang ditayangkan Indosiar adalah infotainment, program In House nondrama (Take Him Out, The Price is Right, dll), dan program drama series (Bread Love And Dream, Arti Sahabat, dll). Target penontonnya tidak terlalu jauh berbeda dengan SCTV. Menurut berita, stasiun televisi Indosiar dan SCTV tampaknya akan segera bergabung karena PT. Indosiar Karya Media, Tbk menyampaikan rencana merger dengan PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. Saya sangat menyetujui rencana merger antara Indosiar dan SCTV karena bisa sangat menguntungkan kedua pihak, membuka peluang bisnis yang baru, dan membentuk kekuatan baru di industri pertelevisian. Setelah merger, diharapkan menciptakan efisiensi yang lebih bagus dan kinerja yang solid serta fokus pada peningkatan pangsa pemirsa dan belanja iklan. Keterpautan Indosiar dan SCTV akan menjadikannya sebagai jaringan stasiun televisi dengan pangsa pasar yang mendekati grup PT. Media Nusantara Citra, Tbk. Sedangkan, untuk program yang ditayangkan khusus untuk infotainment, drama dan nondrama dengan target penontonnya segala usia. Stasiun televisi ANTV (Andalas Televisi) pada mulanya sebagai stasiun televisi lokal di kota Lampung, lalu pada tanggal 18 Januari 1993 mendapat izin siaran nasional. ANTV dimiliki oleh konglomerat muda, Anindya Bakrie. Awalnya, target penontonnya dikhususkan pada pemirsa remaja dan ANTV pernah menyiarkan acara-acara MTV Indonesia hingga awal tahun 2000-an. Sekarang, sebagian besar programnya bertemakan olahraga, kuis, dan film-film lama dengan target penontonnya untuk segala usia. Jika saya bisa mengaturnya, saya akan mengkhususkan program ANTV tetap pada olahraga dan kuis untuk segala usia. Pangsa pasar ANTV saat ini adalah sekitar 5% dari 180 juta penonton. Diharapkan dengan spesialisasi ini, ANTV dapat memiliki dan meningkatkan pangsa pasarnya sendiri.

Metro TV merupakan anak perusahaan dari Media Group yang dipimpin oleh Surya Paloh. Pada awalnya, stasiun televisi ini memiliki konsep agak berbeda dengan yang lain, sebab selain mengudara selama 24 jam setiap hari, stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tetapi dalam perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya. Metro TV adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin: Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan program sinetron. Metro TV juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia, Indonesia Now yang dapat disaksikan dari seluruh dunia. Target penontonnya adalah kaum eksekutif muda, pebisnis, dan orang tua. Stasiun televisi TV One yang sebelumnya bernama Lativi berdiri pada tanggal 9 Agustus 2002 oleh pengusaha Abdul Latief. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya adalah banyak menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak tahun 2006, sebagian sahamnya juga dimiliki oleh Grup Bakrie yang dipimpin oleh Ardiansyah Bakrie. Sebagian besar programnya memiliki komposisi 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga dan hiburan dengan target penontonnya segala usia. Menurut saya, jika bisa Metro TV dan TV One digabung menjadi satu akan sangat baik sekali karena keduanya memiliki persamaan, yaitu lebih menonjolkan program beritanya. Untuk spesifikasi program yang ditayangkan hanya berisi program berita dengan berbagai bidang. Target penontonnya adalah khusus untuk remaja dan dewasa (usia lebih dari 15 tahun). Bergabungnya kedua stasiun televisi ini diharapkan dapat memperkuat dan mempertahankan pangsa pasarnya sendiri. Hal ini juga berdampak pada peringkat rating dan share penontonnya. Untuk dua stasiun terakhir, Trans TV (Televisi Transformasi Indonesia) dan Trans 7 yang sebelumnya TV 7 (Duta Visual Tivi Tujuh) adalah televisi swasta nasional yang dimiliki oleh Chaerul Tanjung. Kedua stasiun televisi ini merupakan anak perusahaan dari PT. Trans Corpora. Konsep tayang kedua stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya. Sebagian besar program yang ditayangkan adalah berisi hiburan (musik, program drama, wisata, kuliner,dll). Target penontonnya adalah semua usia. Menurut saya, kedua stasiun televisi ini memang cocok bergabung dan di bawah kendali satu manajemen yang sama karena akan bertambah kuat peluang bisnisnya dalam industri pertelevisian Indonesia. Trans TV dan Trans 7 selalu menayangkan program-program hiburan yang kreatif, inovatif, dan informatif sehingga membuat para penontonnya tertarik dan tidak bosan untuk menontonnya. Dengan begitu, kedua stasiun ini bisa berkompetisi secara sehat dengan stasiun televisi swasta lainnya (khususnya dengan PT. MNC, Tbk dilihat dari peringkatnya) agar mendapatkan porsi kue iklan yang besar. Dengan fokus dalam menayangkan program-program hiburan yang bervariasi dengan produksi In Housenya atau membeli dari Production House yang target penontonnya adalah segala usia, saya yakin suatu saat bisa unggul dibanding stasiun televisi swasta lainnya.

Sumber: http://www.id.wikipedia.org http://www.slideshare.net/AHD http://www.tempointeraktif.com

http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=10351311

http://nenyrahman.blogspot.com/2012/04/industri-media-di-indonesia.html http://qnoyzone.blogdetik.com/index.php/2012/01/16/analisa-hubungan-antara-kekuatanpolitik-dengan-media-sebagai-alat-pencitraan/

Anda mungkin juga menyukai