Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi komunikasi telah melahirkan masyarakat yangsemakin besar
tuntutannya akan hak untuk mengetahuidan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi telah
menjadi kebutuhan masyarakat dan telah menjadi komuditas penting dalam kehidupan
masyarakat.Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membawa implikasi
terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran di Indonesia.Penyiaran sebagai penyalur informasi
dan pembentuk pendapat umum, perannya sangat strategis terutama dalam mengembangkan
kehidupan demokratis.Dunia broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik
perhatian bagi masyarakat. Aktivitas penyiaran tidaklah semata merupakan kegiatan ekonomi
tetapi ia juga memiliki peran sosial yang tinggi sebagai media komunikasi. Komunikasi dapat
didefinisikan sebagai proses penyampaian ide, gagasan dan atau opini dari seseorang yang
disebut komunitas tujuan kepada sejumlah sasaran. Dalam hal ini adalah komunikasi dengan
media atau tanpa media dengan tujuan mengubah perilaku orang lain.
Penyiaran merupakan suatu kegiatan penyelenggaraan siaran radio dan televisi, yang
diselenggarakan oleh organisasi penyiaran radio dan televisi.Output dari organisasi penyiaran
adalah siaran. Media radio dan televisi merupakan sarana komunikasi massa yang
kemunculannya terjadi sebagai akhibat dari revolusi di bidang elektronika. Bagaimana proses
penyiaran berlangsung? Pada prinsipnya sama dengan proses komunikasi. Proses komunikasi
terjadi sejak ide itu diciptakan sampai dengan ide itu disebarluaskan. Langkah-langkahnya
meliputi penggagas ide dalam hal ini komunikator, kemudia ide itu diubah menjadi suatu bentuk
pesan yang dapat dikirim baik verbal dan non verbel melalui saluran atau sarana komunikasi
yang memungkinkan pesan itu mampu menjangkau khalayak luas.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pada Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini masalah yang
ingin penulis ketengahkan mengenai Teknik Penyiaran Televisi agar dapat di terima di
masyarakatdengan baik.
1.3 Batasan Masalah
Yang menjadi batasan masalah pada penulisan laporan ini adalah :
Teknik Penyiaran Televisi lokal
Teknik Produksi Gambar
Teknik Pemancar Televisi
1.4 Tujuan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Lapangan
Kuliah Kerja Lapangan memiliki tujuan dan manfaat tertentu yang tidak hanya berguna bagi
mahasiswa yang bersangkutan. Kuliah Kerja Lapangan mempunyai tujuan :
1.4.1 Bagi Perusahaan :
Dapat menjalin hubungan kerjasama dalam memperoleh calon karyawan dari lulusan perguruan
tinggi.
Sebagai sarana pelayanan kepada masyarakat agar mahasiswa dapat mengetahui secara
langsung dunia kerja. 1.4.2 Bagi Kampus :
Sebagai pemenuhan tugas sebagai mahasiswa Politeknik Sawunggalih Aji Purworejo
Menambah perbendaharaan buku perpustakaan kampus.
1.4.3 Bagi Mahasiswa :
Sebagai wujud nyata mempraktekkan dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku
kuliah dengan menyesuaikan pada kondisi sebenarnya dilapangan dalam rangka melatih
profesionalisme kerja.
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan bagi mahasiswa secara langsung ke
dunia kerja.
Sebagai sarana membentuk sikap/mental mahasiswa agar mampu dan berani menghadapi
tantangan dunia kerja yang ketat dengan persaingan.
Melengkapi pengetahuan teoritis dari bangku kuliah dan pengalaman praktis yang diperoleh
selama mengikuti kuliah kerja lapangan.
1.5 Sistematika Laporan
Dalam penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapangan praktikan membagi lima bab yang setiap
babnya terdiri dari beberapa sub-sub. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai sistematika
Laporan Kuliah Kerja Lapangan, yang merupakan gambaran tentang pokok-pokok bahasan yang
akan disajikan dalam laporan. Adapun sistematika Laporan Kuliah Kerja Lapangan adalah
sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan secara umum tentang Kuliah Kerja Lapangan yang didalamnya terdiri
dari latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penyelenggaraan
kuliah kerja lapangan dan sistematika laporan kuliah kerja lapangan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Berisi tentang uraian topik yang diambil yang berkaitan dengan Teknik Penyiaran Televisi.
BAB III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai stasiun televisi Terang Abadi Surakarta, Visi, Misi, Data
Media, Coverage Area dan Contact Us.
BAB IV. PEMBAHASAN
Berisi tentang Produksi Gambar sampai dapat diterima di masyarakat luas.
BAB V. PENUTUP
Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dari uraian laporan di atas serta saran-saran dari
penulis.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah siaran televisi dan perkembangannyaV
Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 (Askurifai,2006: 15). Meskipun hanya
siaran televisi hitam putih, namun siaran pertama televisi di Indonesia menjadi suatu awalan
pertelevisian yang bersejarah.TVRI merupakan cikal bakal dunia penyiaran pertama yang ada di
Indonesia, dimana perkembangan selanjutnya diikuti dengan munculnya berbagai stasiun televisi
yang ikut mengudara seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, modern,
dan mumpuni.Perkembangan media informasi khususnya televisi, membuat semakin
mempermudah keluar masuknya arus informasi hal ini dapat menimbulkan dampak positif
maupun negative. Namun hal tersebut tidak dapat diletakkan hanya karena perubahan zaman
yang sangat dinamis saat ini.(Setyobudi,2005 : 01).
Tahun 1989 adalah awal dari perkembangan dunia penyiaran (broadcasting) di Indonesia.
Setelah hamper 37 tahun TVRI menjadi single fighter dalam dunia pertelevisian. Disusul dengan
mengudaranya stasiun televise swasta pertama di Indonesia, yaitu Rajawali Citra Televisi (RCTI)
yang pada waktu itu masih terbatas jangkauan siarnya. Kehadiran TV swasta tersebut mendapat
sambutan gegap gempita dari masyarakat khususnya di daerah-daerah yang terjangkau oleh
siaran RCTI. Kehadiran TV swasta tersebut merupakan hasil konsekuensi dari turunnya SK
Mentri Penerangan RI Nomor :
190A/Kep/MenPen/1987 tentang saluran siaran terbatas, yang mebuka peluang bagi televisi
swasta untuk beroperasi. Setelah mengudaranya RCTI pada agustus 1989, maka berturut-turut
muncul pula TV-TV swasta lainnya di Indonesia, antara lain SCTV (24/08/1990), TPI
(07/03/1993), Indosiar (11/01/1995), Metro TV (25/11/2000), Trans TV (25/11/2001), dan Lativi
yang sekarang telah berganti nama menjadi TV One (17/01/2002). Selain itu muncul pula TV7
dan Global TV. Jumlah Tv nasional belum mencakup TV lokal-regional, seperti Bali TV, Jogja
TV, RBTV, Banten TV, Bandung TV, dan lain-lain. (Suprapto,2006: 22).
Sementara ini untuk TV lokal menurut data Asosiasi TV Lokal Indonesia (ATVLI) sampai
dengan pertengahan tahun 2003 mencapai hamper 50 stasiun televise besar mulai dari Papua
sampai dengan Sumatera Utara. Perkembangan televisi lokal diharapkan dapat mengangkat
identitas daaerah tersebut agar memberikan wadah tersendiri bagi komunitas didareah tersebut
sehingga dapat menjadi medium komunikasi public local yang diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi pembangunan didaerah sekaligus menggali dan mengembangkan potensi seni
budaya sesuai dengan otonomi daerah tersebut. Hadirnya televisi lokal sebagai kekuatan baru
dalam perkembangan televisi nasional di Indonesia diharapkan mampu mengangkat potensi lokal
dengan ke khasannya, sebab dari 11 televisi swasta nasional yang mengudara terlalu menunjukan
Jakarta minded dalam program-programnya sehingga kurang mengakomodir kepentingan daerah
secara adil.
2.2 Pengertian Televisi, Stasiun, dan Siaran
Televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai informasi yang update, dan
menyebarkannya kepada khalayak umum. Dalam Baksin (2006: 16) mendefinisikan bahwa:
Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam
bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi
untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu.
Menurut ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004: 28) lebih luas lagi dinyatakan bahwa:
Televisi adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar
melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal
listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat penerima.Berdasarkan kedua
pendapat di atas menjelaskan bahwa televisi adalah sistem elektronis yang menyampaikan suatu
isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak dan merupakan sistem pengambilan gambar,
penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik.Dengan demikian, televisi
sangat berperan dalam mempengaruhi mental, pola pikir khalayak umum.Televisi karena
sifatnya yang audiovisual merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan
nilai-nilai yang konsumtif dan permisif.Stasiun televisi merupakan lembaga penyiaran atau
tempat berkerja yang melibatkan banyak orang, dan yang mempunyai kemampuan atau keahlian
dalam bidang penyiaran yang berupaya menghasilkan siaran atau karya yang baik.
Dalam Morissan (2004: 9) dinyatakan bahwa:
Stasiun Televisi adalah tempat kerja yang sangat kompleks yang melibatkan banyak orang
dengan berbagai jenis keahlian.Juru kamera, editor gambar, reporter, ahli grafis, dan staf
operasional lainnya harus saling berintraksi dan berkomunikasi dalam upaya untuk menghasilkan
siaran yang sebaik mungkin. Dari penjelasan di atas maka dapat diuraikan bahwa televisi sangat
berpengaruh terhadap stasiun, karena stasiun merupakan suatu tempat atau kantor yang
mengupayakan untuk menghasilkan siaran yang sebaik mungkin, dengan demikian melibatkan
banyak orang dalam pengelolaan berita atau informasi yang akan di publikasikan. Umumnya
siaran bertujuan untuk memberi informasi yang dapat dinikmati dan dapat diterima dikalangan
masyarakat, menurut Morissan (2004: 2) bahwa: Siaran televisi merupakan pemancaran sinyal
listrik yang membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa
dan suara.
Sedangkan Sumadiria (2005: 5) menyatakan bahwa:
Siaran televisi adalah merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologial, dan dimensi
dramatikal.Verbal, berhubungan dengan kata-kata yang disusun secara singkat, padat,
efektif.Visual lebih banyak menekankan pada bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup,
memikat.Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkau siaran, kualitas suara, kualitas suara dan
gambar yang dihasilkan serta diterima oleh pesawat televisi penerima di rumah-
rumah.Dramatikal berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai dramatikal yang dihasilkan
oleh rangkaian gambar yang dihasilkan secara simultan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat didefinisikan bahwa siaran televisi adalah suatu pemancar
yang diproyeksikan melalui pendekatan sistem lensa, suara, dan menghasilkan gambar yang
bergerak dan berisikan suatu informasi yang beranekaragam yang dapat diterima oleh setiap
kalangan masyarakat.
Menurut Undang-undang no. 3212002 tentang penyiaran, Penyiaran adalah kegiatan
pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran atau sarana transmisi di darat, di laut atau di
antariksa dengan menggunakan spektrum radio melalui udara, kabel dan media lainnya untuk
diterima secara serentak dan persamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.
Kegiatan penyiaran meliputi dua bagian : penyiaran radio dan penyiaran televisi.
Sedangkan menurut Melvin De Fluer adalah jenis media massa yang menggunakan instrumen
elektromagnetik dalam penyampaian pesan ke audiennya secara simultan (Melvin L. DeFleur &
Everen E Dannis, Understanding Mass Communication, 1985).
Untuk memperjelas pengertian media penyiaran, berikut tersaji perbedaan antara media
penyiaran dengan massa cetak. Perbedaan Media Penyiaran dan Media Cetak
No Media Penyiaran Media Cetak
1 Menggunakan Frekwensi Tidak
2 Menggunakan alat transmitter (pemancar) Tidak
3 Menggunakan alat penerima (receiver) Tidak
4 Pesan diterima secara serentak Ya
5 Pesan diterima pada waktu yang sama Relatif tidak
6 Pandang / dengar (Audio / visual) Tidak (hanya visual)
2.3 Prinsip-prinsip Penyiaran universal
Berikut ini adalah prinsip-prinsip penyiaran secara universal :
1. Sistem penyiaran dijalankan bagi kepentingan rakyat melalui dukungan terhadap bidang-
bidang berikut:
akses universal, keanekargaman, demokratisasi gelombang udara, pengembangan bangsa,
pendidikan penguatan karakter rohani dan akhlak masyarakat.
2. Suatu kebijakan penyiaran yang demokratis membantu publik untuk memahami tujuan sistem
penyiaranyang mereka inginkan dan peran yang dimiliki sistem tersebut dalam masyarakat.
3. Suatu kerangka kebijakan hendaknya sanggup beradaptasi dengan kondisi-kondisi yang
berubah tanpa membiarkan publik bertanya-tanya apa yang menjadi tujuan kebijakan dan
undang-undang penyiaran.
4. Suatu Undang-undang penyiaran harus merefleksikan keanekaragaman masyarakat dan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip konstitusional yang mencakup sejumlah hal yang mendasar
sifatnya, termasuk antara lain :
a. Kebebasan berekspresi bagi semua orang.
b. Kesetaraan Hak.
c. Kesetaraan Bahasa.
d. Merefleksikan sifat dasar mulai budaya masyarakat dan hak-hak yang dimiliki semua
kelompok etnik untuk menunjukkan dan mempromosikan budaya sendiri.
e. Pilihan dan Keanekaragaman.
5. Suatu hukum penyiaran yang memastikan pluralitas berita dan informasi, menetapkan
ketentuan-ketentuan yang menjamin disebarluaskannya spektrum yang luas dari berbagai titik
pandang dan dengan demikian memberikan kontribusiyang signifikan terhadap sistem demokrasi
yang efektif dan hidup.
6. Media penyiaran menggunakan gelombang-gelombang udara, yang merupakan milik publik
dan merupakan sumber daya yang terbatas. Setiap orang tidak dapat seenaknya mempunyai
akses terhadap sumberdaya yang terbatas ini.Sumber daya yang terbatas harus digunakan
semaksimal mungkin bagi kebaikan publik.Apabila terjadi konflik antara kepentingan publik
harus didahulukan.
2.4 Jenis-jenis Jasa Penyiaran
Berikut adalah pembagiannya menurut pasal 13 UU No.32/2002 tentang penyiaran :
1. Jasa penyiaran terdiri atas :
a. Jasa penyiaran radio.
b. Jasa penyiaran televisi.
2. Jasa penyiaran sebagaimana dimaksud, diselenggarakan oleh :
a. Lembaga Penyiaran Publik.
b. Lembaga Penyiaran Swasta.
c. Lembaga Penyiaran Komunitas.
d. Lembaga Penyiaran Berlangganan.
2.5 Lembaga Penyiaran Publik
Berikut adalah keterangan lengkap mengenai ketentuan Lembaga Penyiaran Publik menurut
Pasal 14 UU Penyiaran :
1. Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang
didirikan oleh negara, bersifat independen, netal, tidak komersial dan berfungsi memberikan
layanan untuk kepentingan masyarakat.
2. Lembaga Penyiaran Publik sebagaimana dimaksud terdiri atas Radio Republik Indonesia dan
Televisi Republik Indonesia yang stasiun pusat penyiarannya berada di Ibukota Negara Republik
Indonesia.
3. Di daerah Propinsi, Kabupaten atau Kota dapat didirikan Lembaga Penyiaran Publik lokal.
4. Dewan Pengawas dan Dewan Direksi Lembaga PenyiaranPublik dibentuk sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Dewan Pengawas ditetapkan oleh Presiden bagi Radio Republik Indonesia dan Televisi
Republik Indonesia atau oleh Gubernur, Bupati atau Walikota bagi Lembaga Penyiaran Publik
lokal atas usul Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, setelah melalui uji kepatutan dan kelayakan
secara terbuka atas masukan dari Pemerintah dan Masyarakat.
6. Jumlah anggota Dewan Pengawas bagi Radio Republik Indonesia dan Televisi Republik
Indonesia sebanyak 5 (lima) orang dan Dewan Pengawas bagi Lembaga Penyiaran Publik Lokal
sebanyak 3 (tiga) orang.
7. Dewan Direksi diangkat dan ditetapkan oleh Dewan Pengawas.
8. Dewan Pengawas dan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik mempunyai masa kerja 5
(lima) tahun dan dapat dipilih kembali hanya 1 (satu) kali masa kerja berikutnya.
9. Lembaga Penyiaran Publik di tingkat pusat diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia
dan Lembaga Penyiaran Publik ditingkat daerah diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
10. Ketentuan lebih lanjut mengenai Lembaga Penyiaran Publik disusun oleh KPI bersama
Pemerintah.
Menurut Pasal 15 :
Sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran Publik berasal dari :
1. Iuran penyiaran.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belaja Daerah.
3. Sumbangan masyarakat.
4. Siaran iklan.
5. Usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.
Dimana disetiap akhir tahun anggaran, Lembaga Penyiaran Publik wajib membuat laporan
keuangan yang diaudit oleh akuntan publik dan hasilnya diumumkan melalui media massa.
Sehingga, menurut Effendi Gazali setidaknya terdapat lima ciri penyiaran publik:
Pertama, akses publik, akses publik di sini dimaksudkan tidak hanya coverage area, tetapi juga
menyangkut bagaimana penyiaran publik mau mengangkat isu-isu lokal dan memproduksi
program-program lokal sehingga misalnya dapat membentuk secara alami dari bawah, tokoh-
tokoh lokal yang betul-betul mengenal, dikenal dan mewakili masyarakatnya.
Kedua, dana publik, perlu diingat bahwa lembaga penyiaran publik tidak hanya mengandalkan
keuangannya dari anggaran negara tetapi juga dari iuran dan donatur. NHK di jepang misalnya
90% anggarannya berasal dari sumbangan sukarela masyarakat Jepang.ABC di Australia
mayoritas anggarannya berasal dari pemerintah federal Australia.
Ketiga, akuntabilitas publik, karena dana utamanya dari publik, maka terdapat kewajiban bagi
penyiaran publik untuk membuatr akuntabilitas finansialnya. Di banyak TV publik di Amerika
Serikat, pemirsa dapat melihat neraca keuangan stasiunnya setiap saat yang disebut public file.
Kempat, keterlibatan publik, keterlibatan publik di sini, bisa berarti (pertama) menjadi
penontonnya, kemudian menjadi kelompok yang dengan rela membantu menyumbangkan
tenaga, pikiran, dan dana untuk kelangsungan penyiaran publik; dan yang demikian penting
adalah keterlibatan dalam ikut memberi arah pada program-program yang akan dibuat serta ikut
mengaevaluasinya.
Kelima, kepentingan publik lebih dimenangkan dari pada kepentingan iklan. Misalnya, ada satu
acara yang begitu baik dan bermanfaat menurut publik, namun ratingnya rendah, maka ia tetap
akan diproduksi dan diupayakan tetap dipertahankan penayangannya. Tentu kontras dengan
penyiaran komersial. Hakikat penyiaran publik adalah diakuinya supervisi dan evaluasi publik
pada level yang signifikan. Publik di sini dibaca sebagai warga Negara. Hanya karena adanya
hakikat inilah maka stasiun publik dapat melakukan apa yang didengung-dengungkan sebagai
public service itu. Bagi penyiaran publik, iklan bukanlah sesuatu yang haram.Tergantung
bagaimana publik ikut menentukan berapa pembatasan penayangan iklan perjamnya dan iklan-
iklan mana yang dianggap pas bagi penyiaran publik. Penyiaran publik tidak berarti tak boleh
untung! Canadian Broadcasting Corporation (CBC) misalnya, tahun 2001 memperoleh
keuntungan 147,9 juta dollar AS. Lalu, apa beda CBC dengan stasiun komersial? Jawabnya:
konsultasi publik yang digelar CBC secara konsisten di berbagai antero negeri. Mulai dari soal
isi program, iklan mana yang boleh ditayangkan atau tidak, serta apakah publik setuju dengan
cara pemanfaatan keuntungannya, dan lain-lain. (Effendi Gazali, 2002).
Tahun 2002, penerimaan iklan CBC turun 31 juta dollar AS antara lain untuk mengurangi
komersialisasi program sesuai usul publik. Soal penampilan dan profesionalitas, studio, alat, atau
orangnya, CBC tak kalah elegan dengan stasiun komersial. Untuk konsultasi publik, pemerintah
boleh menyampaikan pesan-pesannya lewat stasiun publik, dan dana sosialisasi pada berbagai
kantor pemerintah sah digunakan di sana.
2.6 Penyiaran swasta
UU penyiaran pasal 16, 17, 18, 19 dan 20 memberi batasan dan ketentuan mengenai lembaga
penyiaran swasta, yaitu: Pasal 16
1. Lembaga Penyiaran Swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk
badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio
atau televisi.
2. Warga negara asing dilarang menjadi pengurus Lembaga Penyiaran Swasta, kecuali untuk
bidang keuangan dan bidang teknik.
Pasal 17 :
1. Lembaga Penyiaran Swasta didirikan dengan modal awal yang seluruhnya dimiliki oleh warga
negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia.
2. Lembaga Penyiaran Swasta dapat melakukan penambahan dan pengembangan dalam rangka
pemenuhan modal yang berasal dari modal asing, yang jumlahnya tidak lebih dari 20% (dua
puluh per seratus) dari seluruh modal dan minimum dimiliki oleh 2 (dua) pemegang saham.
3. Lembaga Penyiaran Swasta wajib memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memiliki
saham perusahaan dan memberikan bagian laba perusahaan.
Pasal 18
1. Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta oleh satu orang atau satu
badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran, dibatasi.
2. Kepemilikan silang antara Lembaga Penyiaran Swasta yang menyelenggarakan jasa penyiaran
radio dan Lembaga Penyiaran Swasta yang menyelenggarakan jasa penyiaran televisi, antara
Lembaga Penyiaran Swasta dan perusahaan media cetak, serta antara Lembaga Penyiaran Swasta
dan lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran lainnya, baik langsung maupun tidak langsung,
dibatasi.
3. Pengaturan jumlah dan cakupan wilayah siaran lokal, regional, dan nasional, baik untuk jasa
penyiaran radio maupun jasa penyiaran televisi, disusun oleh KPI bersama Pemerintah.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembatasan kepemilikan dan penguasaan dan pembatasan
kepemilikan silang disusun oleh KPI bersama Pemerintah.
Pasal 19
Sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran Swasta diperoleh dari:
1. siaran iklan; dan/atau
2. usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.
Pasal 20
Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi masing-masing
hanya dapat menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1 (satu) saluran siaran pada 1 (satu)
cakupan wilayah siaran.
2.7 Lembaga Penyiaran Komunitas
Sama dengan penyiaran publik, penyiaran komunitas tergolong wacana baru bagi dunia
penyiaran di Indonesia, sebelumnya lembaga penyiaran yang dikenal di Indonesia hanyalah
lembaga penyiaran swasta dan milik pemerintah.Di Indonesia penyiaran komunitas adalah suatu
lembaga yang didirikan oleh komunitas tertentu yang menjalankan aktivitas penyiaran secara
independen/netral, daya pancar rendah, jangkauan wilayah yang terbatas, tidak komersial, serta
melayani kepentingan komunitas.
Karena khusus melayani komunitas, maka lembaga penyiaran ini boleh menggunakan bahasa
daerah sesuai dengan komunitas yang dilayaninya.Bahwa penyiaran komunitas tidak boleh
komersial mungkin sifatnya debatable.Tetapi yang penting adalah penyiaran komunitas tidak
boleh dimiliki atau berafiliasi dengan kelompok usaha yang mencarai untung semata.Di
Indonesia mendirikan penyiaran komunitas persyaratannya sangat ketat. Antara lain dilarang
menjadi media partisan, tidak terkait dengan organisasi atau lembaga asing serta bukan
komunitas internasional, tidak terkait dengan organisasi terlarang, tidak untuk kepentingan
propaganda kelompok atau golongan tertentu. Bahkan, untuk dana awal dan operasional dilarang
menerima sumbangan dari pihak asing. Penyiaran komunitas juga dilarang melakukan siaran
iklan.Siaran komersial lainnya, kecuali iklan layanan masyarakat.
Lalu dari mana datangnya dana operasionalnya? Biaya diperoleh dari kontribusi komunitas yang
menjadi pemilik lembaga penyiaran komunitas tersebut.
2.8 Lembaga Penyiaran Berlangganan
Lembaga penyiaran berlangganan adalah bentuk penyiaran yang memancarkanluaskan atau
menyalurkan materi siarannya secara khusus kepada pelanggan melalui radio, televisi,
multimedia atau media informasi lainnya.Dalam memancarluaskan siarannya lembaga penyiaran
berlangganan menggunakan dapat mengunakan satelit, kabel atau melalui teresterial. Di manca
negara penyiaran berlangganan kerap dikenal pay per view dimana penonton mengeluarkan
sejumlah uang untuk menonton atau mendengar (berlangganan) siaran yang dikeluarkan salah
satu siaran berlangganan. Di Indonesia saat ini terdapat dua provider TV berlangganan yakni:
Kabel Vision dan Indo Vision. Kabel Vision menggunakan broadband sedangkan Indo Vision
menggunakan satelit.

BAB III
GAMBARAN UMUM TERANG ABADI TELEVISI
3.1 Sekilas Tentang Perusahaan
Terang Abadi Televisi atau TATV merupakan televisi Lokal pertama di kota Solo. TATV berdiri
pada tanggal 1 September 2004, yang terletak di Jalan Brigjen Katamso no 173 Mojosongo,
Solo. Sebagai media televisi yang memiliki Frekuensi 50 UHF, TATV memiliki beberapa
karateristik yang kuat yakni sebagai penyedia hiburan sebagai alat informasi local yang tajam
dan lugas, serta sebagai televisi yang memberi pencerahan terhadap paradigma berpikir dan
berperilaku bagi masyarakat pemirsa, tanpa meninggalkan budaya lokal dan tetap mengikuti
perkembangan jaman. Dengan jangkauan siar yang semakin luas menjadikan TATV dapat
dinikmati banyak pemirsa di wilayah Jawa Tengah.
3.2 Visi
Menjadi televisi yang memberi pencerahan pada paradigma berpikir dan berperilaku bagi
permirsa dan masyarakat, menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
3.3 Misi
Memberi sumbangsih yang berarti guna kemajuan daerah dan masyarakat pemirsa dalam segala
bidang kehidupan, melalui perubahan paradigm berpikir dan berperilaku.
3.4 Data Media
Camera : Sony DSR-390, DSR D50, DSR 170P
Master Control : Character Generator (Incriber dan Title Box)
Media Player (Air Box), Router (Vikinx)
Video Mixer (Panasonic MX-70)
VTR (Sony 1600P), VDA (Midanra)
Mixer Audio (Midas 16 Channel)
Transmiter : Sira italy 28 Panels (Omni Director)
Power : 10 KWH
Channel : 50 UHF
Tower High : 110 meters
Frequency : 50 UHF
3.5 Coverage Area
EKS KARISIDENAN SURAKARTA yang meliputi :
Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Sragen, Kabupaten Klaten, serta Kabupaten Boyolali.
wilayah PANTURA yang meliputi :
Semarang, Ungaran, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Magelang, Salatiga, Ambarawa.
Serta Daerah Istimewa Jogjakarta yang meliputi:
Kulonprogo, Bantul, Sleman, Gunung Kidul, Purworejo, Magelang, Temanggung, Wonosobo.
Artinya TATV sendiri telah mencakup 1/3 wilayah Jawa Tengah dengan jumlah populasi
potensial sebanyak 16 juta jiwa.
3.6 Contact Us
Alamat
Jl. Brigjend Katamso 173 Mojosongo, Solo
Telepon
0271 - 852643, 0271 - 858111 [Hunting]
Fax
0271 - 852522
Email
info@tatv.co.id
Facebook
info@tatv.co.id
Twitter
info@tatv.co.id
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Produksi Televisi
Produksi televisi merupakan proses pembuatan acara untuk ditayangkan ditelevisi. Proses
produksi ini merupakan perjalanan panjang yang melewati berbagai tahapan, melibatkan banyak
sumber daya manusia dengan berbagai keahlian dan berbagai peralatan serta biaya.
Acara televisi tersebut diproduksi oleh stasiun televisi (in house production) atau pihak luar yang
bisa disebut sebagai rumah produksi (production house).
4.1.1 Pra Produksi
Membuat Konsep Program
Untuk membuat acara (program) televisi, hal pertama yang harus dilakukan adalah penggalian
ide atau gagasan kreatif. Tentunya ide-ide yang akan dilahirkan juga harus mempertimbangkan
berbagai hal. Berbagai aspek yang perlu diperhatikan sebelum merancang program :
1. Hukum
Acara harus dibuat seorsinil mungkin untuk menghindari pelanggaran hal cipta dan mentaati
undang undang yang berlaku di Indonesia.
2. Kultur
Televisi sebagai media yang mempunyai pengaruh sosiologis yang kuat, tentunya acara-acara
yang dihasilkan juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap pembentukan nilai-nilai
positif dimasyarakat.Para pembuat program pun juga harus menghormati nilai-nilai budaya yang
ada di Indonesia juga menghindari hal yang dapat menyinggung SARA.
3. Pasar (Market)
Untuk acara yang dibuat untuk tujuan bisnis, para pembuat program harus mengenal pasar yang
dituju. Kita tidak dapat membuat acara yang bagus menurut sudut pandang subjektif kita sendiri.
Kita juga harus melihat dari sudut pandang calon pemirsa yang akan kita bidik. Untuk membidik
calon pemirsa, para pembuat acara TV biasanya melakukan pengamatan sendiri atau
mempelajari data-data yang dibuat oleh Nielsen Media Research mengenai calon pemirsa yang
dituju untuk kemudian menseleksi pasar potensialnya.Penseleksian pasar potensial dilakukan
dengan penggolongan berdasarakan jenis kelamin, umur, status ekonomi dan sebagainya.
Contoh Penggolongan Pasar :
National Population Age
Proporsi penduduk yang terbesar adalah kalangan yang berusia 20 ke atas. Proporsi female dan
male di kalangan anak, remaja dan dewasa
4. Budget
Jika untuk tujuan profit, besarnya anggaran yang diperlukan untuk mewujudkan suatu ide
program harus sebanding dengan kekuatan program tersebut untuk mendapatkan rating yang
baik.
5. Teknis
Sebuah ide kreatif juga harus mempertimbangkan apakah ide tersebut mungkin untuk dieksekusi
dengan peralatan, SDM dan waktu yang tersedia. Idealnya seorang pembuat program haruslah
mengerti hal teknis karena nantinya dia harus memperkirakan peralatan apa saja yang benar-
benar dibutuhkan, berapa jumlah SDM yang akan diturunkan dan membutuhkan waktu berapa
lama hingga menyusun anggaran dengan data tersebut. Seorang perancang program yang tidak
mengerti teknis, nantinya akan membuat sering terjadi kesalah pahaman dengan para eksekutor
karena pada intinya, yang paling harus mengenal program tersebut dan yang paling harus bisa
memberikan gambaran sejelas-jelasnya bagaimana program tersebut akan dieksekusi adalah
pembuat konsep program itu sendiri. Semakin jelas dan lengkap dalam memberikan gambaran
dan uraian teknis, semakin kecil tingkat kesalahan dalam pengeksekusiannya.
4.1.2 Rehearsal
Rehearsal adalah tahap awal ketika proses pra produksi selesai. Rehearsal dilakukan oleh tim
produksi secara menyeluruh. Dengan rehearsal kemungkinan kesalahan ketika shooting
berlangsung bisa diminimalisair bahkan diharapkan tidak ada sedikit kesalahanpun nantinya. Hal
yang perlu diperhatikan dalam rehearsal adalah :
Timing
Briefing Performers
Props
Shot Arrangement
Audio & Lighting
Unrehearsed/Rehearsed Studio Production
Timing
Produksi Televisi akan menyangkut timing/waktu, estimasi waktu harus bisa diprediksi seakurat
mungkin. Panduan waktu adalah rundown yang sudah dibuat pada saat pre-production.Dalam
format live, pengaturan waktu harus benar-benar diperhitungkan minute by minute serta scond
by scond.
Briefing Performers
Salah satu elemen bagus tidaknya suatu acara televisi adalah bagaimana pengisi acara bisa secara
total melakukan adegan serta dialog sesuai naskah. Agar hal demikian bisa tercapai diperlukan
briefing pada seluruh pemain/pengisi acara.Briefing dilakukan sedetail mungkin. Untuk beberapa
contoh kasus bahkan briefing tidak hanya pada masalah konten saja,karena terkadang maslah
teknis juga perlu diketahui oleh para pemain.
Props
Property sebagai bagian dari tata artistik harus disiapkan pada saat rehearsal.Namun untuk
keperluan ini bisa saja menggunakan dummy.
Shot Arrangement
Pengaturan shot sudah bisa dilakukan pada saat rehearsal, selalu mengecek area shot sesuai
dengan yang telah direncanakan. Dengan pengaturan shot ini juga bisa melihat apakah penataan
artistik sudah sesuai dengan yang diharapkan. Juga akan berkaitan dengan penataan lighting.
Audio & Lighting
Sebagai bagian dari produksi audio visual, audio dan lighting harus menjadi perhatian yang
baik.Selalu mengecek apakah audio sudah berjalan dengan benar, karena paling tidak ada dua
masalah audio yang harus diperhatikan. Pertama,audio yang ada di area studio tersebut (misalnya
acara musik). Kedua, audio yang akan dipakai sebagai output acara.
Prosedur Rehearsal
Dalam berbagai tipe acara televisi hampir memiliki hal yang sama ketika melakukan rehearsal.
Tidak ada aturan mengenai berapa kali kegiatan ini dilakukan, untuk acara yang besar kadang
rehearsal dilakukan secara parsial. Pada intinya rehearsal dilkakukan untuk membantu agar pada
proses pengambilan gambar nantinya bisa berjalan lancar. Rehearsal terakhir dilakukan secara
run trough, sesuai dengan rundown yang telah dibuat. Ada tiga jenis prosedur rehearsal yang
dilakukan oleh penagarah acara :
Camera Blocking
Floor Blocking
Blocking kamera ditentukan oleh Program Director. Photo by Reni Umbara Camera Blocking
Di sini director/pengarah acara melakukan kontrol dari sebuah control room. Di dalam control
room sudah tersedia monitor dari seluruh kamera serta monitor preview dan program, dengan
demikian pengarah acara bisa mengontrol penuh bagaimana kamera-kamera tersebut
ditempatkan. Dalam hal ini pengarah acara hanya akan turun ke lapangan /studio jika ada hal
yang dirasa sangat penting untuk diskusi langsung dengan crew.
Floor Blocking
Kebalikkannya dengan metode Camera Blocking, pada metode ini pengarah acara mengontrol
melalui monitor yang ada di studio. Dengan demikian dia bisa mengatur langsung para pemain
dan pengarah acara ke control room pada saat taping.
Floor Director memberikan briefing pada peserta gameshow tv. Photo by Reni Umbara
Masalah dalam Rehearsal
Ketika melakukan rehearsal akan ditemui banyak permasalahan, justru dengan demikian
kesalahan tersebut bisa diperbaiki sedini mungkin. Permasalahan itu anatara lain :
Shot
Jika tidak mendapatkan shot yang detail, maka caranya dengan menggeser subjek atau
menggeser posisi kamera atau dengan melakukan zoom in. Begitu juga kalau ada set yang
kurang pas posisinya, set tersebut bisa digeser agar bisa dishoot dengan komposisi yang baik.
Pemain
Jika pemain keluar dari posisi dalam framming maka hal yang bisa dilakukan adalah dengan
memberi marking pada lantai.Dan memberi arahan agar pengisi acara/pemain agar tidak keluar
dari marking yang sudah dibuat.Pemain terkadang salah arah kamera, hal ini bisa diatasi dengan
meminta floor manager untuk memberi cue agar pemain menghadap pada kamera yang
diinginkan. Jika banyak terjadi kesalahan pada dialog, gunakan cue card, prompter, dan alat
bantu lainnya. Jika terjadi kesalahan lain ? Ya tentu saja dilakukan retake. Tapi hal ini hanya
berlaku pada metode taping, tidak untuk acara langsung.
Desain Set
Desain serta property harus diperhatikan dengan seksama.Kadang property tertentu tidak terlalu
jelas atau bahkan memmantulkan cahaya yang berlebihan.Untuk mengatasi hal ini dengan
mengatur tata cahaya, memcarai sudut pengambilan lain, mengecat kembali properti tersebut,
atau dengan menyemprot properti tersebut dengan dulling spray. Masalah lain dalam property
adalah warna serta tone yang kurang bagus, hal ini juga bisa diatasi dengan penataan lighting
atau dengan memodifikasi background.
4.2 Proses Penyiaran
Terselenggaranya penyiaran ditentukan oleh tiga unsur yang menghasilkan siaran yaitu : studio,
transmitter, dan pesawat penerima. Ketiga unsur ini kemudian disebut sebagai trilogi penyiaran.
Paduan ketiganya yang kemudian akan akan mengasilkan siaran yang dapat diterima oleh
pesawat penerima radio maupun televisi.
1. Studio
Studio merupakan sistem yang cukup berperan dalam sebuah stasiun penyiaran, sebagai
subsistem yang terintegrasi secara total, bagian studio memberikan andil untuk penyedia
program program regular yang bersifat leve event atau recording program. Sistem studio pada
umumnya terintegrasi dari berbagai unit sistem, seprti bagian audio, video system, dan
pencahayaan serta dilengkapi prasarana seni atau art sebagi unsur pendukung produksi,
khususnya untuk produksi audio visual. Studio merupakan tempat produksi informasi sekaligus
menyirkan, yakni megubah ide dan atau gagasan menjadi bentuk pesan baik gambar maupun
suara yang bermakna melaui sebuah proses yang mekanistik yang memungkinkan gambar suara
itu dikirimkan melaui transmitter untuk selanjutnya diterima oleh sistem antena pada pesawat
penerima (media receiver) guna dinikmati oleh khalayak dalam bentukk sajian acara.
Dalam produksi informasi, studio sebagi penyuplai acara di bagi menjadi 2 bagain kategori
besar, yaitu :
a. Live Event, misalnya program music, variety show, berita/news dan lain sebagainya.
b. Recording Event, program acara yang direkam lebih dahulu baik program acara nono drama
seperti music, olahraga dan news maupun program acara drama (setyabudi, 2005).
2. Trasmitter
Merupakn salah satu unsur dalam proses penyiaran yang berfungsi mengantarkan gambar dan
suara dari studio berupa gelombang elektromagnetik yang membawa muatan informasi untuk
dipancarkan atau disalurkan melalui kabel atau serat optik. Sistem pemancaran (transmisi) dapat
dilakukan melalui sistem terresterial (pancaran di atas tanah) dan sistem satelit ( menggunakan
jasa satelit komunikasi).
Ada 3 cara sistem satelit komunikasi (telekomunikasi), sistem DBS (Direct Broadcasting Satellit)
dan sistem semi DBS, serta sistem gabungan ( terristorial, penyaluran dan satelit).
3. Pesawat penerima
Merupakan alat yang berfungsi mengubah gelombang elektro magnetik yang membawa muatan
informasi berupa signal suaran dan signal gambar proyeksi menjadi bentuk pesan yang dapat
dinikmati. Pancaran gelombang elektro magnetik yang membawa muatan signal suara yang
terbentuk melalui microfon, kemudian pancaran ini diterima oleh sistem antena untuk diteruskan
ke pesawat penerima, dan signal suara itu diubah kembali menjadi atau audio didalam
audio/loudspeaker. Proses ini menghasilkan siaran radio. Sedang pancaran elektro magnetik yang
membawa muatan signal suara, yang dihasilkan oleh microfon dan signal gambar proyeksi, yang
dihasikan oleh sistem lensa dan kemudian diubah menjadi signal gambar dalm tabung pengambil
gambar pick up tube maka proses ini menghasilkan siaran televisi.
Ketiga unsur tersebut bila dipadukan dapat menghasilkan siaran, seperti dalam bagan berikut ini:
Bertindak sebagai komunikator dan sekaligus sebagai sumber informasi adalah penyelenggara
siaran.Ide/isi pesan komunikator produksi dan disiarkan melalui stasiun penyiaran radio dan
televisi (hasil produksi) dapat dinikmati atau dilihat dan didengar oleh komunikan melalui
pesawat televisi dan atau pesawat radio.Isi pesan itu bertujuan untuk mengubah sikap dan
perilaku khalayak.
Sementara penyiaran yang merupakan padanan kata broadcasting memiliki pengertian sebagai:
kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di
laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio (sinyal radio) yang
berbentuk gelombang elektromagnetik yang merambat melalui udara, kabel, dan atau media
lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat
penerima siaran. Dengan demikian menurut definisi di atas maka terdapat lima syarat mutlak
yang harus dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran. Jika salah satu syarat tidak ada maka tidak
dapat disebut penyiaran. Kelima syarat itu jika diurut berdasarkan apa yang pertama kali harus
diadakan adalah sebagai berikut:
1. Harus tersedia spektrum frekuensi radio.
2. Harus ada sarana pemancaran/transmisi.
3. Harus adanya perangkat penerima siaran (receiver).
4. Harus adanya siaran (program atau acara).
5. Harus dapat diterima secara serentak/bersamaan.
Standar Prosedur Pengoprasian istilah standar prosedur pengoprasian atau Standard Operating
Procedure (SOP) pada awalnya hanya dipakai sebagai suatu syarat atau aturan untuk
mengoperasikan suatu mesin peralatan mekanik atau elektronik.Syarat tersebut mutlak
diperlukan dengan tujuan untuk melancarkan operasional dan membuat alat agar dapat
digunakan dalam waktu yang relative lebih lama.Dalam kaitan ini Wahyudi (1994) mengatakan
para pengelola program teknik dan administraasi/ ketatalaksanaan dalam wadah organisasi
penyiaran bekerja diatas landasan saling pengertian, menghargai dan mengingatkan, untuk
menghasilkan siaran yang berkualitas, baik dan benar. Yang dimaksud dengan siaran berkualitas,
baik dan benar adalah :
1. Siaran berkualitas adalah siaran yang kuallitas suara atau gambar atau visualnya prima.
2. Siaran yang baik adalah siaran yang isi pesannya, baik audio atau visualnya bersifat
informatif, edukatif, persuasif, akumulatif, komunikatif dan stimulatif.
3. Siaran yang benar adalah siaran yang isi pesannya, baik audio dan atau visualnya diproduksi
sesuai dengan sifat fisik medium radio dan atau televisi.
Dengan memperhatikan kriteria siaran yang berkualitas, baik dan benar, maka diharapkan akan
mampu memberikan kontribusi kepada khalayak berupa hasil produksi siaran yang benar- benar
dapat dinikmati dan di tonton. Untuk siaran artistik terilat pada kode moral, sedangkan siaran
karya jurnalistik selain terikat kode moral juga pada kode profesi jurnalistik.
Sarjana Jerman Heinrich Rudolf Hertz (1857-1894) adalah ilmuwan pertama yang sukses
melakukan percobaan transmisi gelombang elektromagnetik, walau masih dalam jarak terbatas.
Namun lewat tangan ilmuwan Italia Guglielmo Marconi (1874 1937) sinyal radio sukses
dikirim menyeberangi Samudera Atlantik pada tahun 1901.
4.3 Prinsip Kerja Penerima Televisi
4.3.1 Perjalanan Objek Gambar dan Suara Televisi
Sebelum kita mempelajari prinsip kerja penerima TV ini, sebaikknya kita harus tahu dulu
bagaimana sebuah objek gambar dapat diterima oleh pesawat penerima televisi kita.Gambar
yang kita lihat adalah hasil produksi dari sebuah kamera. Obyek gambar yang ditangkap lensa
kamera akan dipisahkan menjadi 3 warna primer yaitu merah (Red), hijau (Green) dan biru
(Blue). Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar TV(Transmitter) berupa sinyal
cromynance, sinyal luminance dan syncronisasi.
Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara, yang ditransmisikan bersama
sinyal gambar. Gambar dipancarkan dengan system amplitudo modulasi (AM), sedangkan suara
dengan system frekuensi modulasi (FM). Kedua system ini digunakan untuk menghindari derau
(noise) dan interferensi.
Perhatikan gambar dibawah ini yang menjelaskan perjalanan objek gambar sehingga sampai
pada pesawat penerima televisi kita.
4.3.2 Saluran dan Standart Pemancar Televisi
Kelompok frekuensi yang ditetapkan untuk transmisi sinyal disebut saluran channel. Masing-
masing mempunyai sebuah saluran 6 MHz dalam salah satu bidang frekuensi band yang
dialokasikan untuk penyiaran TV komersial yaitu:
1. VHF bidang frekuensi rendah saluran 2 sampai 6 (54 88 MHz).
2. VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 sampai 13 (174 216 MHz).
3. UHF saluran 14 sampai 83 (470 890 MHz)
Ada 3 sistem pemancar TV yaitu sebagai berikut:
1. National Television System Committee (NTSC) digunakan USA
2. Phases Alternating Line (PAL) digunakan Inggris
3. Sequential Couleur aMemorie (SECAM) digunakan Prancis
Sedangkan Indonesia sendiri menggunakan system PAL B. Hal yang membedakan system
tersebut adalah format gambar, jarak frekuensi pembawa gambar dan pembawa suara.
4.4 Master Control Room Televisi
Bagian penyiaran atau ''broadcasting'' merupakan ujung dari produksi materi siaran seperti
program acara, iklan, dan sebagainya.MCR menjadi pusat kegiatan penyiaran, meliputi
pengoperasian peralatan siaran televisi dan hal-hal non-teknis seperti pengaturan waktu tayang.
Beberapa stasiun televisi menempatkan bagian penyiaran menjadi satu departemen tersendiri
yang umum dikenal dengan ''Departement On Air Broadcast'' Ciptono Setyobudi, 2006,
''Teknologi Broadcasting TV'', Yogyakarta: Graha Ilmu, hal 29. Dalam departemen ini, terdapat
bagian teknis (meliputi Master Control dan ''video tape recording'' (VTR) ''On Air''), bagian non-
teknis (meliputi ''traffic log'' dan presentasi). Seluruh materi siaran akan melalui MCR dan
kemudian menuju perangkat ''uplink'' untuk ditransmisikan melalui satelit dan ke stasiun ''relay''
di seluruh Indonesia.
Sistem MCR Televisi Broadcast
MCR menjadi pusat pengaturan semua tayangan program dan iklan.MCR juga dapat dikatakan
tempat pengontrolan keluar dan masuknya sumber.Terdapat tujuh bagian dalam sistem MCR
Televisi Broadcast.
''Video Tape Recording'' (VTR) ''Material Room''
Bagian ini merupakan tempat penyedian materi-materi program siaran yang berbentuk tape atau
kaset siap tayang seperti sinetron, program non-drama. VTR berfungsi merekam dan melihat
rekaman pada proses produksi, dapat juga digunakan untuk meng-capture (mengubah rekaman
dari kaset pita ke digital). Format yang digunakan, antara lain VHS, S-VHS, dan MiniDV.
Kaset-kaset tersebut di barcode atau dikomputerisasikan sehingga terdapat pembagian segmen
untuk sebuah program acara. Kemudian setelah dibagi, di input ke Flexicart atau mesin pemutar
materi program Ciptono, hal 31. Misalnya suatu program sinetron akan tayang pada tanggal 7
November pukul 7 malam, dengan durasi 64 menit dan akan dibagi menjadi lima segmen untuk
Running File program tersebut. Selain membagi segmen program, bagian VTR juga menyuplai
keperluan materi iklan. Apabila ada materi iklan yang tidak sesuai dengan format yang ada pada
ruangan VTR, maka meteri kaset tersebut akan diubah menjadi materi yang siap tayang.
Kebayakan stasiun televisi saat ini, sudah meminta perusahaan iklan yang ingin memasuki iklan,
agar memasukkan format iklan yang sesuai.
Studio
Studio merupakan tempat untuk memproduksi dan menyuplai program-program stasiun televisi.
Proses produksi di studio harus terkoneksi dengan MCR. Ketika program acara diproduksi di
studio, MCR menjadi penting untuk mengatur jalannya produksi. Video dan audio akan dikirim
ke MCR. Produksi program di studio dapat secara live (langsung disiarkan ke pemirsa) misalnya
program musik, olahraga, dan berita ataupun secara recording (program acara direkam terlebih
dahulu atau dikenal dengan taping). Di dalam studio terdapat beberapa sistem yang terintegrasi
yaitu audio system mixer, video system camera, pencahayaan system lighting dan seni art design
Ciptono, hal 32. Siaran Langsung (Live Event) Siaran langsung merupakan suatu proses
produksi yang sesuai dengan kenyataan saat itu sehingga apa yang dilihat di televisi pemirsa
merupakan gambaran nyata baik waktu maupun lokasi. Siaran langsung memiliki risiko
kegagalan baik masalah teknis maupun operasional. Siaran langsung mempunyai slot waktu
program yang sulit diprediksi ketepatan selesainya, sehingga seandainya acara langsung gagal,
otomatis mengganggu runtutan acara berikutnya. Ciptono, hal 33.
Presentasi
Presentasi merupakan pengendali utama sebuah siaran berlangsung. Bagian ini merupakan
pengatur waktu baik kapan program acara on air (berupa live atau taping) maupun waktu iklan
atau komersial akan ditayangkan Ciptono, hal 34. Selain itu, bagian presentasi juga bertugas
mengatur naik atau turunnya logo televisi, running text.Sistem presentasi memiliki main switcher
atau switcher utama yang saling terhubung dengan computer control switcher dan computer
control superimpossed.Switcher merupakan alat untuk memilih satu gambar dari berbagai
sumber untuk disiarkan atau direkam. Untuk sumber lainnya seperti logo, running text, bumper,
dan sebagainya juga akan masuk ke main switcher.
Master Control Console
Bagian ini sebagai pemantau alur sinyal audio dan video. Master control console sebagai
penyangga utama penyelenggaraan siaran, membagi sinyal input kebagian lain (studio,
presentasi, transfer room), koordinasi utama saat siaran langsung.
Ruang Transfer (Transfer room)
Ruang transfer atau transfer room disebut juga sebagai bagian rekam atau recording. Bagian
transfer memberikan input untuk materi siaran yang siap tayang. Bagian transfer dapat merekam
materi live atau siaran tunda, merekam acara off air (hasil on air yang sudah ke masyarakat) guna
keperluan saksi ke pemasang iklan (Broadcast On Air Whitness) Ciptono, hal 36. Bagian transfer
sebagai perekam materi acara yang belum berformat digital.
Transmisi (Up-link)
Ruang transmisi merupakan bagian yang menyiarkan sinyal-sinyal audio dan video ke
masyarakat.Bagian ini berhubungan dengan frekuensi, daya pancar transmitter, gelombang
pemancar, converage area pancaran stasiun televisi, perizinan alokasi frekuensi dengan
departemen perhubungan dan lain-lain.Ciptono, hal 37.Dalam penyiaran televisi, transmisi
sebagai pemancar gelombang elektromagnetik dengan dua tipe, yaitu pola penyiaran tatap muka
langsung (line off sight) dan pola satelit uplink dan downlink. Line off sight menggunakan
gelombang pendek (microwave) yang biasanya untuk keperluan stasiun relay dalam kota (TX
Site). Satelit uplink dan downlink menggunakan media satelite repeater untuk keperluan televisi
daerah (TX Relay).
SDM Pada Master Control Room
Produser
Produser bertanggung jawab terhadap semua aktivitas pembuatan program. Untuk kebutuhan
tertentu, terdapat sebuah komputer dengan system on line seperti New Q Pro yang terhubung
langsung dengan teleprompter sehingga produser atau scripwritter dapat melakukan perubahan
atau penambahan script yang muncul dan akan dibacakan oleh anchor. Sistem tersebut juga
secara online dapat menghitung durasi per materi sehingga produser mendapat informasi yang
akurat saat membatalkan (drop) atau menambah materi di dalam segmen agar sesuai dengan
durasi dan kebutuhan.
Program Director (PD)
Program director bertanggung jawab terhadap teknis pelaksanaan dan melakukan pemilihan
gambar dan suara sesuai rundown.
Pengoperasi Switcher (Switcherman)
Switcherman bertanggungjawab mengoperasikan mesin switcher.
Penata Aksara atau Character Generic (CG)
Penata aksara bertugas menampilkan teks berupa informasi seperti nama presenter, narasumber
dan informasi lainnya.
Penata Suara (Audioman)
Penata Suara bertugas untuk memilih sumber suara yang akan dimunculkan. Suara atau audio
tersebut berasal dari berbagai macam sumber, seperti : microphone di studio yang digunakan
talent, peralatan musik, VTR, music player hingga audio yang disimpan di dalam komputer.
Pengoperasi VTR (VTRman)
Pengoperasi VTR bertugas memutar kaset video sesuai rundown dan melakukan perekaman.
Pegoperasi Virtual Set
Pengoperasi virtual set bertugas memunculkan latar belakang virtual yang sebelumnya telah
dibuat oleh virtual set designer dan mengatur posisinya agar sesuai dengan locking kamera.
Hubungan Master Control Room ke Pemancar
Program siaran yang siap ditayangkan ke pemirsa dari MCR disalurkan ke stasiun-stasiun
pemancar pusat maupun relay.Penyaluran program siaran televisi dilakukan melalui transmission
line, microwave, satellite.
Transmission line, menggunakan kabel koaksial atau serabut optik. Program dari MCR
disalurkan ke pemancar dalam satu komplek dengan jarak yang dekat.
Microwave, menggunakan frekuensi radio gelombang mikro. Program dari MCR disalurkan ke
pemancar dari lokasi yang berbeda dengan jarak yang cukup jauh. Transmisi microwave
biasanya digunakan untuk live event dari lapangan ke studio, atau untuk backup dari studio ke
stasiun relay terdekat.
Satellite, menggunakan frekuensi radio gelombang mikro. Program dari MCR disalurkan lokasi
yang berbeda dengan jarak yang sangat jauh. Satellite merupakan transmisi dari studio ke stasiun
relay di seluruh Indonesia. Transmisi Satelit
Transmisi satelit menjadi penting dalam penyiaran televisi. Ada dua terminal melengkapi sistem
satelit, terminal pertama untuk mengirimkan signal transmisi ke satelit (uplink) dan terminal
kedua mengurus penerimaan signal dari satelit (downlink) atau disebut juga TVRO (Television
Receiving Only) yang dipakai di rumah-rumah, yakni antene parabola Askurifai Baksin, 2006,
Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, hal 35. Materi
siaran dari MCR melalui uplink dikirimkan ke satelit. Kemudian signal diterima di satelit dan
dikirimkan atau dipancarkan kembali (downlink) ke relay televisi tersebut.
Daftar Penggunaan Satelit TV Swasta Nasional Indonesia.
Berikut daftar satelit yang digunakan televisi swasta nasional untuk pengiriman materi siaran
dari MCR stasiun televisi:
RCTI http://www.lyngsat-address.com/or/RCTI-Rajawali-Citra-Televisi-Indonesia.html.
Palapa D
SES 7(Indovision)
Telkom 1(TelkomVision)
SCTV http://www.lyngsat-address.com/ss/SCTV-Surya-Citra-Televisi.html.
Palapa D
SES 7 (Indovision)
Telkom 1 (TelkomVision)
Measat 3
Transtv http://www.lyngsat-address.com/tt/Trans-TV.html.
SES 7 (Indovision)
Telkom 1 (TelkomVision)
Trans7 http://www.lyngsat-address.com/tt/Trans-7-ID.html.
SES 7 (Indovision)
Telkom 1 (TelkomVision)
Antv http://www.lyngsat-address.com/ab/Anteve.html.
SES 7 (Indovision)
Telkom 1 (TelkomVision)
Indosiar http://www.lyngsat-address.com/tt/TV-Indosiar.html.
Palapa D
SES 7 (Indovision)
Telkom 1 (TelkomVision)
TVOne http://www.lyngsat-address.com/tt/Tvone-ID.html.
Palapa D
SES 7 (Indovision)
Telkom 1 (TelkomVision)
Metrotv http://www.lyngsat-address.com/ln/Metro-TV.html.
Palapa D
SES 7 (Indovision)
Telkom 1 (TelkomVision)
Measat 3
Global TV http://www.lyngsat-address.com/gk/Global-TV-Ind.html.
Palapa D
SES 7 (Indovision)
Telkom 1 (TelkomVision)
TPI http://www.lyngsat-address.com/tt/TPI-Televisi-Pendidikan-Indonesia.html.
PalapaD
SES 7 (Indovision)
4.5 Stasiun Relay
Stasiun relay pada penyiaran radio dan televisi maksudnya adalah sistem penyiaran antara
pemancar ke pemancar (transmitter) yang secara kontineu wilayah lain yang lebih jauh. Hal ini
dikenal juga dengan istilah sistem terresterial/diatas tanah.Gelombang mikro yang digunakan
untuk siaran televisi, merambat lurus dan tidak dapat mengikuti lengkungan bumi.Gelombang
televisi ini hanya dapat diterima bila tidak terhalang.Walaupun tidak ada penghalang, tetapi jika
jarak antara pemancar dan penerima ini sangat jauh, gelombang televisi juga tidak dapat diterima
oleh pesawat penerima televisi. Jika gelombang terhalang oleh gunung maka di atas gunung
dipasang stasiun relay, demikian selanjutnya hingga dapat diterima dengan baik oleh pesawat
penerima televisi serta stasiun penyiaran televisi lain di daerah selanjutnya.
Gelombang mikro yang digunakan untuk siaran televisi, merambat lurus dan tidak dapat
mengikuti lengkungan permukaan bumi.Gelombang televisi ini hanya dapat diterima baik bila
tidak terhalang.Walaupun tidak ada penghalang, tetapi jarak antara pemancar dan penerima ini
sangat jauh, gelombang televisi juga tidak dapat diterima oleh pesawat penerima televisi. Jika
gelombang terhalang oleh gunung maka diatas gunung dipasang stasiun relay.
Fungsi stasiun relai ialah untuk menerima gelombang elektromagnetik dari stasiun pemancar,
kemudian memancar luaskan gelombang itu didaerahnya.
Stasiun relay berbeda dengan stasiun produksi dan penyiaran. Namun stasiun produksi dan
penyiaran dapat berfungsi sebagai stasiun relay. Stasiun produksi dan penyiaran adalah stasiun
penyiaran yang mampu menyiarkan dan memproduksi siarannya sendiri di suatu wilayah
siarannya.Sehingga stasiun produksi dan penyiaran harus mampu memproduksi program siaran
yang dibeli ataupun yang diproduksi sendiri, yang biasanya tentang ciri khas wilayahnya
sendiri.Seperti siaran berita lokal, siaran program yang favorit di daerah tersebut, Ketoprak di
Surabaya.Stasiun produksi dan penyiaran dapat juga dikatakan televisi lokal, namun apabila
stasiun tersebut dimiliki oleh stasiun induknya yang berada didaerah lain, maka fungsinya dapat
menjadi stasiun relay yang menyiarkan program yang disiarkan stasiun induknya tersebut, selain
menyiarkan program yang diproduksinya sendiri.Jumlah pegawainya dapat sekitar 10 sampai
ratusan orang tergantung kebutuhan dan kemampuannya untuk mengerakkan operasional
siarannya secara efektif.Sedangkan peralatan yang harus dimiliki tentunya sesuai dengan standar
suatu stasiun penyiaran, kalau televisi yaitu peralatan master control, studio minimum dua buah,
peralatan sistem lighting dan kamera yang lengkap. Sedangkan radio hampir sama hanya saja
tidak diperlukan peralatan sistem kamera, karena tidak ada visualnya.
Sedangkan stasiun relai adalah antena pemancar untuk penyiaran radio ataupun televisi yang
dibangun di beberapa wilayah tertentu untuk memancarkan siaran gelombang elektromagnetik
secara berantai diwilayah yang dituju sebagai target siarannya. Biasanya dibangun didaerah yang
tinggi (bukit atau pegunungan) untuk mendapatkan hasil yang maksimal sebagai penangkap dan
pengirim gelombang elektromagnetik. Stasiun relay tidak dapat memproduksi dan menyiarkan
sendiri siarannya. Melainkan hanya menerima dari stasiun induknya yang biasanya berada di
kota besar/padat penduduk.
Sedangkan untuk komunikasi jarak jauh, dipasang satelit pada ketinggian kurang lebih 36.000
km diatas garis katulistiwa bumi. Satelit dapat berfungsi sebagai stasiun relay di angkasa sebagai
penganti stasiun relai didaratan. Satelit adalah teknologi modern yang lebih mahal namun lebih
efektif dan efisien untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit ditembus, serta efektif waktu agar
siaran cepat terealisasi. Sehingga terkadang lebih murah dibandingkan dengan membangun
stasiun relay yang ada didaratan.
Satelit dapat digunakan sebagai stasiun relai untuk siaran televisi, radio, telepon dan
telegraf.Satelit Palapa adalah satelit untuk komunikasi dalam negeri dan dapat menjangkau
negara-negara regional se ASEAN.Satelit ini beredar mengelilingi bumi seperti halnya bulan
mengelilingi bumi.Sistem komunikasi Satelit Palapa disebut Sistem Komunikasi Satelit
Domestik (SKSD) karena digunakan untuk komunikasi domestik (dalam negeri).Dibeberapa
tempat di Indonesia dibangun stasiun bumi untuk menangkap gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan oleh Satelit Palapa. Untuk transmisi siaran televisi dengan mengunakan Satelit
Palapa, maka siaran televisi dari stasiun pusat Jakarta ke stasiun bumi di Cibinong terlebih
dahulu, kemudian dari Cibinong dipancarkan ke Satelit Palapa. Satelit Palapa kemudian merelai
dan memancarkannya ke stasiun bumi yang ada daerah lain. Dari stasiun bumi, transmisi
diteruskan ke studio televisi yang memancarkannya ke pesawat penerima televisi di rumah.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kuliah Kerja Lapangan merupakan suatu kegiatan di luar kampus untuk menambah wawasan
ilmu pengetahuan di dunia kerja yang sesungguhnya.
Televisi merupakan sarana komunikasi untuk memberikan berbagai informasi kepada
masyarakat luas.
Bagian utama dari Teknik Penyiaran adalah Master Control, Transmitter dan Receiver.
5.2 Saran
Sebaiknya stasiun televisi lokal memajukan penyiarannya menggunakan pemancar satelit agar
seluruh dunia bisa menangkap siarannya.
Stasiun tv lokal sebaiknya menayangkan acara-acara yang di gemari masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dedi Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi. Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA, 2003-
2005;
2. http://www.scribd.com/doc/28284315/127-Teknik-Penyiaran-Dan-Produksi-Program-TV-
Film-Radio-Jilid-2
3. http://broadcast-stasion.blogspot.com/2010/05/aspek-teknis-stasiun-tv-lokal.html
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Master_Control_Room_Televisi
5. http://teorikuliah.blogspot.com/2009/08/statsiun-relay.html
6. http://manteb.com/#
7. Tommy,Suprapto MS, Berkarier di Bidang Brodcasting. Yogyakarta:Media Presindo, 2006;
8. www.ramseyelectronics.com/.../TV6.pdf

Anda mungkin juga menyukai