Anda di halaman 1dari 148

Strategi Mengalahkan Incumbent Dengan

Kampanye Hitam
7 Juni 2012 03:22 Diperbarui: 25 Juni 2015 04:18 2469 0 1

13390384851323554870

Politik adalah keniscayaan, keniscayaan dalam segala taktik dan strategi, keniscayaan dalam
segala manuver untuk meraih kemenangan. Dalam praktek berpolitik tak ada kampanye putih
dan kampanye hitam, yang ada adalah kampanye hitam dan kampanye abu-abu. Jika anda
adalah seorang kandidat yang hendak maju dalam sebuah pilkada baik level kabupaten
maupun propinsi, saya sarankan persiapkan dana sebanyak mungkin, bisa melalui hutang,
komitmen politik dengan pengusaha, jual aset, atau apapaun, anda bisa gunakan partai atau
institusi untuk mengeruk dana kampanye, jika anda politisi sejati, anda pasti sudah paham
maksud saya, karena politik adalah bisnis transaksi. Jika anda adalah kandidat yang
berhadapan dengan incumbent maka segera kenali lawan anda dan persiapkan strategi
kampanye hitam, kenapa harus menggunakan kampanye hitam untuk menghadapi
incumbent? karena incumbent sudah secara alamiah dibekali instrumen kampanye hitam
untuk menghadang lawan politiknya. Incumbent bisa menggerakkan perangkat dan jalur
institusi di bawahnya untuk membuat kampanye terselubung. Incumbent bisa dengan mudah
mengeruk uang APBD untuk dialokasikan pada upaya pencitraannya. Incumbent bisa
mengendalikan KPU setempat untuk mengubah dan memanipulasi DPT (daftar pemilih
tetap). Melihat seperangkat bekal kompetisi incumbent yang demikian besar apakah anda
akan bermain “polos-polos” saja? ah…munafik, sebaiknya anda berhenti jadi politisi dan
buka warung kopi saja di Gresik, tempat saya tinggal..hehe… Bagaimana langkah awal
menggunakan kampanye hitam untuk menghadang incumbent? 1. Jajaki Mesin Partai
Pengusung Anda dan Potensinya, perhatikan partai politik yang akan anda manfaatkan dan
akan memanfaatkan anda untuk maju dalam pilkada. Carilah partai yang sudah mengakar,
menguasai institusi, dan paling penting harus punya dana berlebih. Kesampingkan reputasi
partai karena suara bisa di beli, selain itu rakyat sudah tidak percaya dengan partai politik lagi
jadi sudah tidak ada lagi partai politik yang “bersih dan peduli”. (tips ini bukan untuk calon
independent) 2.Gerakkan Sumber Daya Partai Untuk Mengeruk Dana, gerakkan
sumberdaya partai untuk mengeruk dana dengan cara apapun, pada umumnya biasanya partai
meminta “mahar” kepada calon kandidat. Besarnya mahar ini bervariasi tergantung berapa
besar rekening anda. Jika anda sudah membayar mahar ke partai dan sudah dinyatakan
sebagai kandidat partai tersebut, maka segera manfaatkan partai anda untuk mengembalikan
biaya mahar. konsultasikan hal ini dengan petinggi partai yang anda percayai, mereka pasti
sangat paham bagaimana cara mengeruk dana untuk dialokasikan dalam kampanye. 3.
Telusuri Pengusaha atau Orang Penting Yang Pernah Di Sakiti Oleh Incumbent,
percayalah bahwa politik lebih banyak melahirkan musuh daripada kawan, maka segera
petakan bekas lawan politik incumbent dan bangun koalisi dengannya. Saya sarankan anda
memprioritaskan para pengusaha yang pernah disakiti oleh incumbent, adakan kontrak politik
dan minta bantuan dana kampanye. Bila koalisi anda punya informasi negatif tentang
incumbent, segera verifikasi kebenarannya dan gunakan sebagai senjata. 4. Telusuri Track
Record Buruk Incumbent dan Publikasikan, track record buruk ini bisa berupa kebijakan
yang keliru, pemborosan anggaran, korupsi, dan segala informasi yang bisa menjatuhkan citra
incumbent. Analisis dan kaji dengan berbagai aspek keilmuan, bayarlah beberapa peneliti
untuk mengolah data tersebut agar menjadi data valid, ilmiah dan bisa
dipertanggungjawabkan secara hukum. Setelah data sudah menjadi hasil kajian ilmiah, segera
publikasikan melalui berbagai media. Sewalah para ahli kebijakan publik yang sering
menjadi pembicara publik untuk menjadi wistle blower. Sewa juga ahli marketing sosial
media agar isu yang tersebar bisa menjadi trending topic. 5. Menyewa Lembaga Survey
Untuk Membangun Karakter Anda dan Menghancurkan Karakter Lawan, sejak tahun
2000-an lembaga survey tumbuh bak jamur di musim hujan, mereka berupaya menikmati
berkah dari kue demokrasi yang demikian menggiurkan. Anda bisa memanfaatkan lembaga
survey untuk menggiring opini pemilih maupun menghancurkan citra lawan anda. Percayalah
lembaga survey pasti mempunyai instrumen ini, tapi pilihlah yang sudah mempunyai reputasi
bagus dalam membangun opini publik. 6. Dekati dan Bergabunglah dengan Pemilik
Media Massa, Tren baru dibidang media sekarang adalah konglomerasi dan partisan, anda
bisa lihat Metro TV dan TV One yang konsisten menghajar partai Demokrat dan
Pemerintahan SBY, mereka banyak memuat berita positif tentang Nasdem dan Aburizal
Bakrie. Berafiliasi dengan media akan sangat mudah menghembuskan isu-isu sensitif yang
berpotensi merusak citra incumbent. 7. Sewa Detective Untuk Mengorek Kepribadian
Buruk dan Masa Lalu Incumbent, Incumbent pasti mempunyai masa lalu yang baik dan
yang buruk, untuk bisa menyerang kepribadian incumbent dan menelisik masa lalunya
sebaiknya anda menyewa detektif swasta. Selain pribadi calon lawan politik selidiki juga
track record keluarganya, karena dalam politik segalanya bisa digunakan sebagai senjata
untuk meraih kemenangan. Syukur jika anda bisa memiliki data perbuatan calon anda yang
belum diketahui publik misalnya istri simpanan, bekas pecandu narkoba, atau data
menguntungkan lainnya. 8. Pasang Mata-Mata di Tim Sukses Lawan, Anda bisa merekrut
orang dekat incumbent dengan cara apapun, bisa melalui kontrak politik maupun memberi
imbalan uang. Pola operasi intelijen seperti ini sudah umum dilakukan untuk mendapatkan
informasi strategi calon lawan agar bisa di antisipasi. Semakin dekat mata-mata anda dengan
calon incumbent, potensi keuntungan yang akan anda peroleh sangat besar. Bila perlu mata-
mata ini bisa kita gunakan untuk membuat disharmonisasi pada tim sukses lawan dengan
membuat perpecahan didalamnya. Mungkin itu adalah tips dasar yang bisa anda gunakan
untuk menghadang incumbent, bila anda bekas kandidat yang gagal atau seorang incumbent,
mungkin anda akan terpingkal-pingkal membaca tips ini karena terasa kuno. Anda mungkin
sudah menerapkannya dalam praktek politik sehari-hari. oleh karena itu saya mohon maaf
atas tulisan yang tidak bermutu ini, mungkinseperti yang anda duga…saya masih terlalu
polos untuk memahami politik. Gresik, 6 Juni 2012 sumber gambar: www.inilah.com

Apakah Hasil Survey Bisa Dipercaya?


Mengamati Tingkah Laku Pengamat
Politik Indonesia

Tim Sukses Pemilukada


Kandidat dalam Pemilukada sebagaimana PEMILU pada umumnya membutuhkan tiga sumber
daya utama:
1) Sumber Daya Manusia.
2) Dana.
3) Waktu.

SUMBER DAYA MANUSIA


Kandidat tidk mungkin memangkan PILKADA hanya berdua pasangan. Dibutuhkan banyak
dukungan orang lain untuk mencapai kemenangan. SDM merupakan unsur strategis. Dibutuhkan
orang dengan jumlah dan kualitas tertentu.
Pastikan memilih Tim Sukses yang tepat:

* Pastikan jumlah SDM yang dibutuhkan di setiap jenjang dan lini hingga ke titik TPS.
* Pastikan kualifikasi SDM yang dibutuhkan pada setiap jenjang.
* Pastikan SDM tersebut benar-benar berniat membantu.
* Pastikan SDM berasal dari asal usul yang jelas, jangan sampai orang2 dari “Lawan” yang
masuk ke dalam tim.
* Selain tenaga sukarela, bagi yang benar2 bekerja full time perlu diberi kompensasi. “Pekerja
politik” yang full time harus dibedakan dengan tenaga sukarela. Pekerja politik harus dihargai
sama dengan pekerja bidang lainnya, tentu sebatas kemampuan kandidat, yang disepakati
bersama.

SUMBER DAYA DANA


Dana adalah unsur vital kedua yang harus jelas asal usulnya dan jelas jumlahnya. Seluruh
komponen operasional pemenangan Pilkada bergantung kepada jumlah dana yang tersedia.
Semua strategi disusun berdasarkan kapasitas dana.

Masalahnya bukan banyak atau sedikit, tetapi berapa jumlah yang optimal untuk pemenangan
sebuah Pilkada. Point penting untuk diingat dalam soal dana ini adalah:

* Dana berasal dari sumber yang jelas dan tidak akan menimbulkan masalah dikemudian hari.
* Dana harus tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat sesuai dengan tahapan yang disusun
dalam strategi. Jumlah yang berlimpah tidak ada gunanya kalau tidak tepat waktu. Setiap
tahapan Pilkada membutuhkan dana dalam jumlah dan waktu yang tepat.
* Jumlah dana yang cukup adalah dana yang optimal. Perlu memperhatikan prinsip Marginal
Cost = Marginal Revenue. Setiap tambahan satu unit rupiah harus menghasilkan satu unit
outpun yang sepadan, agar tambahan biaya itu masuk akal.
* Dana harus dialokasikan dalam bentuk Anggaran secara detil.
* Pagu dana harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perlu diingat kadang-kadang dana
yang dikeluarkan Kandidat bisa melebihi jumlah yang secara resmi dilaporkan. Ini memang
contoh yang tidak baik. Selayaknya gunakan dana sewajarnya.
* Pastikan orang-orang kunci mengetahui dengan pasti jumlah dana yang sesungguhnya ada
dan siap untuk digunakan dalam setiap tahap. Jangan sekali2 berbohong mengatakan uang
sudah siap sekian padahal sesungguhnya uang itu belum ada. Ini akan mengacaukan emosi tim
sukses.
* Sejak awal harus memegang prinsip jangan menghambur-hamburkan uang secara tidak perlu.

SUMBER DAYA WAKTU


Waktu adalah sumber daya yang paling kritis. Waktu dalam Pilkada sangat ketat dengan
hitungan hari ke hari bahkan jam ke jam. Setiap menit waktu adalah berharga maka manajemen
waktu ini sangat penting.

Semua tahapan strategi Pilkada membutuhkan timing yang tepat. Maka Waktu menjadi factor
yang sangat menentukan keberhasilan sebuah strategi pemenangan.

Dibutuhkan waktu khusus untuk menyusun strategi bersama orang2 kunci yang telah anda pilih.
Pertemuan yang banyak memakan tenaga dan waktu untuk menyusun strategi pemenangan.
Sesi Strategi membicarakan FRAMEWORK (Akan ditulis pada posting berikutnya). Setiap lini
dalam framework tersebut harus dipertanyakan dan dijawab dengan tuntas. Tidak boleh ada satu
lini pun yang tidak terjawab.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pertemuan sesi strategi adalah:

* Undang orang2 kunci yang ada percayai dan yang pendapatnya anda butuhkan.
* Gunakan framework untuk menelusuri dan menjawab setiap lini yang dibutuhkan dalam strategi
pemenangan Pilkada.
* Jadwal waktu yang tepat untuk setiap pertemuan sesi strategi. Pertemuan ini adalah sejak awal
mencalonkan diri hingga menjelang waktu kampanye. Pada saat kampanye sudah dalam tahap
menjalankan strategi.
* Setiap strategi selalu memiliki pintu masuk dan pintu keluar. Pastikan selalu ada rencana
cadangan.

Rangkaian pertemuan sesi strategi ini membutuhkan waktu yang panjang. Bahkan satu tahun
sebelum resmi menyatakan diri sebagi kandidat, pertemuan persiapan sesi strategi ini
semestinya sudah dilakukan. Beberapa riset terapan untuk pemilu (termasuk Pilkada) sudah
harus dilaksanakan minimal satu tahun sebelum Pilkada berlangsung.

III. KANDIDAT DAN TIM SUKSES/TIM KAMPANYE


(HANDBOOK PILKADA Bagian Tiga)

Peran, tugas dan tanggungjawab dalam kampanye dibagi beberapa bagian sebagai berikut:

1. Kandidat

Pasangan kandidat adalah Orang yang paling penting. Kandidat harus benar2 mengelola
sumber daya yang paling penting dan kritis yaitu Waktu. Waktu harus benar2 dikelola dengan
baik. Pastikan waktu lebih banyak dimanfaatkan untuk bertemu dengan para pemangku
kepentingan, terutama para pemilih. Cukupkan waktu maksimal hanya 1 jam untuk berada di
Kantor/Sekretariat pemenangan. Gunakan waktu selebihnya secara utuh untuk menemui para
calon pemilih.

Yang harus diingat benar-benar oleh Kandidat:

* Tugas anda adalah bertemu dengan calon pemilih untuk meyakinkan memastikan mereka
memilih anda.
* Tugas kandidat bukan menyusun strategi karena hal itu telah dipercayakan pada Tim Sukses.
Tugas Kandidat adalah: mememui calon pemilih dan menyakinkan mereka untuk memilih anda.
* Tugas Kandidat bukan mengelola dana Kampanye karena anda telah mempercayakan tugas
ini pada orang terpercaya di dalam Tim anda. Tugas Kandidat adalah menemui calon pemilih
dan meyakinkan mereka untuk memilih anda.
* Tugas Kandidat bukan untuk menyusun Jadwal Kampanye karena anda telah mempercayakan
tugas ini pada manajer tim sukses. Tugas Kandidat adalah menemui calon pemilih dan
meyakinkan mereka untuk memilih anda.

* 2. Ketua Tim Sukses/Manajer Kampanye berserta anggota tim

Seluruh tahapan dan proses pemenangan, pelaksanaan kampanye adalah tugas Ketua Tim
Sukses berserta anggotanya.

Ketua Tim Sukses atau Manajer Kampanye (atau sebutan lainnya) yang bertugas dan
memastikan bahwa:

* Kandidat terjadwal untuk menemui calon pemilih.


* Mengelola jadwal kampanye.
* Mengelola hal-hal yang berkaitan dengan pers.
* Mengelola dana.
* Mengelola karyawan dan relawan.

Ini tugas penting sehingga harus dikerjakan oleh orang yang mampu dan benar-benar Anda
percayai.

3. Peran-peran lain

Semua kampanye memiliki kebutuhan sama namun tidak ada kampanye yang identik. Beberapa
kegiatan memerlukan satu orang atau lebih. Kampanye yang melibatkan banyak orang maka
setiap tugas membutuhkan beberapa orang relawan. Namun ada juga satu orang yang mungkin
melaksanakan tiga tugas atau lebih untuk beberapa kampanye. Semuanya bergantung pada
kebutuhan dan diputuskan dalam SESI STRATEGI.

Setelah keputusan itu dibuat, tergantung pada Manajer Kampanye untuk membagi tugas dan
memastikan bahwa tugasnya dilaksanakan secara efektif.

Beberapa contoh pertanyaan yang harus dijawab oleh manajer tim sukses adalah tentang “tugas
yang harus dipenuhi dan oleh siapa”, yaitu :

* Siapa yang mengelola kantor?


* Siapa yang mengelola dana?
* Siapa yang bertugas menghadapi media?
* Siapa yang mengatur jadwal kandidat?
* Siapa yang menulis literatur kampanye?
* Siapa yang bertanggung jawab memahami undang-undang Pilkada?
* Siapa yang bertanggung jawab untuk mencetak literatur kampanye?
* Siapa yang merekrut dan mengatur karyawan dan relawan kampanye?
* Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang harus dijawab tuntas.

4. Undang-Undang dan Peraturan terkait Pilkada

Memahami undang-undang dan peraturan terkait Pilkada adalah adalah hal yang mendasar.
Pastikan bahwa ada orang atau Tim Khusus yang benar-benar mengerti tentang Undang-
Undang dan Peraturan terkait Pilkada. Pastikan juga bahwa Tim Anda memiliki interpretasi yang
sama terhadap Undang-Undang dan peraturan terkait sebagaimana yang dipahami oleh
Penyelenggara Pilkada.

Penting: Pastikan ada orang dalam Tim pemenangan Anda yang benar-benar memahami
undang-undang dan semua aturan terkait Pilkada.

RISET POLITIK
MEMPEROLEH INFORMASI YANG DIBUTUHKAN
(HANDBOOK PILKADA Bagian Empat)

PILKADA, sebagaimana Pemilu dalam system demokratis membutuhkan Riset. Riset politik
adalah “kapal pemandu” dalam Political Marketing. Tanpa informasi yang akurat, political
marketing tidak dapat diterapkan dengan berhasil.

Diskusi tentang riset politik, terutama untuk tipe riset yang relatif rumit, membutuhkan ruang
tersendiri. Riset politik dapat dilakukan dengan metode sederhana hingga pendekatan yang
rumit. Berikut ini beberapa hal sederhana yang perlu dilakukan oleh Kandidat untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam rangka menyiapkan diri sebagai peserta PILKADA.
Pendekatan riset yang lebih rumit tentu saja bisa dilakukan. Namun, masalahnya bukan pada
rumit dan sederhananya metode riset melainkan pada kecepatan, akurasi, biaya, dan manfaat.

Tujuan kampanye adalah untuk menang. Penting untuk memperhitungkan suara yang harus
diperoleh serta cara terbaik meraih suara sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Peraturan Kampanye Pada UU dan Peraturan lainnya tentang Pilkada.

Kegiatan kampanye sudah diatur sedemikian rupa dalam Undang-Undang dan peraturan tentang
Pilkada. Bentuk kampanye relatif tidak berubah dari waktu ke waktu, antara lain:

* Pertemuan terbatas.
* Dialog dan tatap muka.
* Penyebaran melalui media cetak dan media eletronik.
* Penyiaran melalui radio dan/atau televisi.
* Penyebaran bahan kampanye kepada umum.
* Pemasangan alat peraga di tempat umum.
* Rapat umum.
* Debat publik/debat terbuka antar calon.
* Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.

Kampanye diatur dalam periode waktu tertentu secara ketat dan dengan rambu-rambu yang juga
harus dipatuhi. Namun sebelum kampanye resmi, kegiatan bertemu dengan para konstituen
telah dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya, dikenal sebagai SOSIALISASI. Masa sosialisasi dan
kampanye resmi ini harus benar-benar dioptimalkan.

Kegiatan menemui dan ditemui para konstituen ini perlu memperhatikan faktor efektivitas,
efisiensi, dan fleksibilitas. Semuanya harus diatur oleh Tim Sukses, terjadwal dengan baik.
Namun harus memperhatikan fleksibilitas, jangan sampai ada kesan bahwa Tim Sukses over
protektif terhadap kandidat sehingga seolah-olah sulit ditemui oleh konstituen. Tetapi sebaliknya
jika terlalu longgar, membiarkan orang dengan sangat gampang menemui kandidat, jelas akan
merepotkan kandidat dan pasti akan kedodoran mengatur waktu dan skala prioritas.

Hal terpenting dalam kegiatan sosialisasi dan kampanye bahwa unsur-unsur dalam PROSES
POLITICAL MARKETING seperti: STP (Segmentasi, Targeting, positioning) , dan 4P (Policy,
Person, Party, Presentation) sudah dikonseptualisasi dengan matang, sehingga proses delivery
dapat dilakukan dengan mulus pada tiga bagian pasar politik (Media massa, Influencer, dan
Pemilih).

2. Diri Kandidat/Pasangan Calon


Pasangan calon kepala daerah perlu membuat inventori pribadi mengenai SIAPA KITA ,yaitu
kekuatan dan kelemahan diri. Secara lebih sistematis, mungkin Tim Sukses, atau konsultan
independen, perlu melakukan Analisis SWOT terhadap pasangan kandidat.

Secara sederhana, kandidat harus bisa menjawab pertanyaan:

* Apa hal terbaik tentang saya yang dapat disampaikan oleh pemilih?
* Apa hal terburuk yang dapat mereka sampaikan tentang saya?
* Apa aset dan kewajiban saya sebagai seorang kandidat?

Memahami dengan jelas kekuatan dan kelemahan diri sendiri akan membantu dalam
menciptakan kampanye yang efektif. Anda akan dapat menentukan beberapa TEMA KUNCI
dalam kampanye sesuai dengan kekuatan anda. Hal ini juga dapat membantu Anda mengenali
APA YANG AKAN DITONJOLKAN PADA KAMPANYE.

Anda dapat menggunakan beberapa kekuatan dan kelemahan Anda untuk menciptakan
mekanisme pertahanan diri –semacam “vaksin”, atau “wall” agar ketika Anda menerima
pemberitaan negatif, kampanye Anda tidak langsung berantakan melainkan tetap kuat dan bisa
menetralisirnya.

Apakah anda kandidat yang menjabat pada saat ini (incumbent) ataupun kandidat yang baru
pertama kali mencalonkan diri , tetaplah perlu evaluasi kekuatan dan kelemahan Anda. Penting
untuk mengetahui bagaimana Anda dan partai Anda/seperti apa anda dan partai pendukung
anda dari sudut pandang masyarakat. Bagaimana masyarakat mempersepsi diri anda?
Beberapa pertanyaan yang perlu dicari jawabannya adalah:

* Apakah usia, gender, pengalaman saya merupakan kelemahan atau kekuatan?


* Apa prestasi saya? Apa yang telah dicapai oleh instansi pemerintahan atau dan/atau partai di
mana saya menjadi bagian di dalamnya?
* Siapa yang telah saya bantu? Apakah mereka akan merestui atau memberikan penghargaan
secara publik?
* Mengapa saya menjadi kandidat? Apa prestasi saya pada jabatan terakhir?
* Mengapa orang harus memilih saya?
* Apa yang bisa saya tawarkan kepada pemilih?
* Apa yang membuat saya berbeda dengan kandidat lain?
* Bagaimana kinerja saya selama ini?
* Apa pengalaman dan kaitan politis saya dengan masyarakat?
* Bagaimana pengalaman non politik dan pendidikan saya?
* Seberapa kuatkah dukungan keluarga saya?
* Bagaimana orang lain menjelaskan kepribadian saya?
* Seberapa baik presentasi saya kepada pemilih, kelompok kecil, besar, media cetak, televisi?
* Apakah saya pembicara yang sukses?
* Pada situasi mana saja saya merasa nyaman?
* Apa yang saya suka lakukan dalam kampanye?
* Bagaimana demografi daerah pemilihan? Apakah itu cocok dengan saya dan keluarga?
* Seberapa dikenalkah saya?
* Apakah ada sesuatu dalam aspek keuangan saya atau kehidupan keluarga, pengalaman kerja,
catatan politik atau pribadi yang dapat dianggap bermasalah? (Catatan sekolah, pengabdian di
angkatan bersenjata, sejarah kepegawaian, konsumsi alkohol dan obat terlarang, tindak pidana,
kesehatan fisik dan mental, keanggotaan organisasi).
* Dan pertanyaan-pertanyaan kritis lainnya yang perlu dicari jawabannya.

Anda juga perlu melakukan pengkajian afiliasi sosial dan profesi yang pernah dan sedang jalin:

* Anda pernah berpartisipasi di mana saja?


* Apa yang telah Anda capai dalam bidang bisnis maupun pemerintahan? Bagaimana hal ini bisa
mencerminkan Anda?
* Periksa catatan Anda sebagai atasan – Kaji catatan Anda dalam mengangkat dan
memberhentikan karyawan.
* Apakah ada episode atau situasi yang terkait dengan penyalahgunaan wewenang atau
diskriminasi kepegawaian?
* Pernyataan atau kegiatan publik apa yang pernah saya lakukan yang mungkin bisa menghantui
saya?
* Apakah saya pernah berubah posisi akan suatu isu?
* Apakah saya telah merubah pola memilih saya?
* Apakah saya tidak mengikuti beberapa pemungutan suara penting?

Semua jenis “penyelidikan diri” tersebut perlu dibuat eksplisit berupa tabulasi dan anda sendiri
harus mencari jawabannya dengan jelas. Jawaban itu harus ditulis, tidak boleh dibiarkan
mengambang, bukan hanya dijawab secar lisan atau terngiang di dalam pikiran saja. Semuanya
harus dibuat ekplisit sehingga clear.

3. Kandidat Lain/Pesaing Anda

Anda akan berhadapan dengan lebih dari satu lawan pada Pilkada. Perlu diingat sejak awal,
tidak boleh mengabaikan atau memandang enteng lawan anda. Anda harus mengenal mereka
dengan baik supaya Anda bisa mengatakan kepada pemilih mengapa Anda lebih tepat
dibandingkan kandidat lain. Mengenal Lawan anda artinya mengetahui dengan detil informasi
tentang lawan anda, yaitu:
• Nama Kandidat.
• Nama Partai pengusung.
• Kekuatan Kandidat pesaing.
• Kelemahan Kandidat pesaing.
• Dan informasi penting lainnya.

Setiap informasi sekecil apapun tentang pesaing anda tidak boleh diabaikan melainkan harus
ditelusuri hingga jelas. Semua informasi itu harus ditabulasi sehingga dapat terjawab dengan
objektif terhadap pertanyaan: Mengapa para pemilih harus memilih anda, bukan pesaing anda”.

V. TARGET SUARA

(HANDBOOK PILKADA Bagian Lima)

4. Target Suara
Tujuan kontestan Pilkada adalah pemenang. Idealnya seluruh suara pemilih mendukung anda!
Tapi itu tidak realistis karena lawan ada juga berharap yang sama. Anda dan lawan anda pasti
memiliki konstituen. Untuk keluar sebagai pemenang anda hanya perlu menentukan target
tertentu sesuai dengan peraturan Pilkada.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan target suara:

* Sejarah Pilkada. Bagaimana pengalaman beberapa pilkada sebelumnya di daerah ini? Anda
perlu mengkaji data-data hasil Pilkada sebelumnya.
* Lingkungan Pilkada. Bagaimana “Iklim” saat ini apakah mengarah ke status quo atau
perubahan?
* Bagaimana kekuatan relatif partai dan kandidat lawan?
* Bagaimana Kekuatan relatif partai dan kandidat anda sendiri?

5. Menentukan Target Perolehan Suara (Vote Goal):

* Menentukan jumlah suara yang dibutuhkan untuk menang , anda perlu melihat beberapa
faktor, yaitu:Jumlah kandidat yang dicalonkan dalam pemilihan.
* Kekuatan relatif partai dan kandidat-kandidatnya.
* Sejarah pemilihan di daerah ini pada beberapa PEMILU (PIlpres, Pilleg) dan
terutama PEMILUKADA sebelumnya.
* Lingkungan pemilih. Apakah lebih pro perubahan atau status quo?
* Kekuatan relatif partai pengusung anda dan anda sebagai kandidat.

Ada empat langkah berikutnya yang perlu dilakukan:

Langkah 1: Mempelajari daerah pemilih yang berhubungan dengan :

* Jumlah pemilih.
* Sejarah jumlah pemilih yang betul-betul mencoblos pada hari pemilihan (Tingkat partisipasi).
* Persaingan antar kandidat/partai-partai politik besar.
* Tiga kegiatan ini akan mencakup PETA POLITIK.

Pertanyaan yang perlu dijawab adalah:


Berapa banyak suara yang diperlukan agar kandidat menjadi pemenang? Untuk menjawabnya
maka perlu dicari data-data sebagai berikut:

* Berapa total suara pemilih di daerah itu?


* Berapa persen tingkat partisipasi pemilih?
* Berapa jumlah kandidat? Bagaimana kekuatan relatif masing-masing kandidat?
* Bagaimana ketentuan UU mengenal jumlah suara minimal untuk dapat keluar sebagai
pemenang?

Berdasarkan perhitungan tertentu maka akan didapatlah angka tertentu sebagia POIN UTAMA
anda: Bahwa untuk memenangkan Pilkada ada perlu meraih sekian persen suara.

Langkah 2: Mempertimbangkan situasi pemilihan:

* Apakah situasi ini lebin cenderung mempertahankan keadaan yang sudah ada atau lebih
kepada perubahan?

* Apakah situasi ini akan membantu atau tidak membantu anda sebagai kandidat?

Apabila ini tidak membantu anda, maka tambahkan 10-30% ke POIN UTAMA. Jika situasi ini
membantu, kurangi 2-10% dari POIN UTAMA anda.
• Situasi pemilihan yang tidak mendukung saya :
Poin utama saya ________ditambah 10-30% = _____
• Situasi pemilihan yang membantu saya :
Poin utama saya ________ dikurangi 2-10% =______

Langkah 3: Pertimbangkan partai politik lain dan kandidat-kandidatnya:


Apakah kandidat pesaing akan mengambil suara pemilih dari saya ataukah “membantu” saya
dalam membawa simpati pemilih untuk saya (misalnya karena para pemilih sangat bertolak
belakang dengan kandidat yang lain)?

* Jika mereka mengambil suara pemilih dari anda, tambahkan 2-10% ke poin utama anda.
* Jika mereka membawa simpati para pemilih untuk anda, kurangi 2-5%.
Langkah 4: Kesimpulan dari target jumlah suara:

* Target suara anda ditentukan sebagai berikut:

Poin-poin utama+situasi pemilihan+Partai Politik lain = Target jumlah suara

Itulah perkiraan jumlah suara yang akan anda perlukan untuk kemenangan dalam Pilkada,
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

* Untuk mengurangi resiko salah prediksi maka dalam kalkulasi harus ditambahkan 5% target
perolehan suara, untuk mengantisipasi pendukung yang berhalangan hadir atau yang salah
dalam proses pencoblosan.
* Saat Anda selesai dalam melakukan penjumlahan di atas, tuliskan target anda: Target
perolehan suara Pasangan Kadidat Anda adalah: __________Suara atau_____%.
* Angka itulah yang harus tersimpan dengan jelas dalam hati, perasaaan, dan pikiran anda dan
Tim sukses anda. Affirmasi perlu dilakukan setiap hari sehingga angka sasaran menjadi target
yang penting untuk dikejar.

5. Pemilih

Setelah tahu pasti jumlah suara yang dibutuhkan, pertanyaannya berikutnya adalah: Dimana
suara tersebut bisa diperoleh?. Setelah target angka tersebut ditentukan maka langkah
selanjutnya adalah menentukan target secara demografis dan/atau geografis.

PENTING: Menentukan target yang dipilih dalam segmen-segmen tertentu disebut Targeting. Ini
menandakan bahwa yang terlebih dahulu dilakukan adalah segmentasi yang hasilnya berupa
berbagai segmen masyarakat calon pemilih. Segmentasi dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Segmentasi secara demografis dan geografis adalah segmentasi yang lazim dilakukan. Selain
itu, segmentasi juga dapat dilakuan berdasarkan:
• Segmentasi atas dasar Agama.
• Segmentasi Gender.
• Segmentasi Usia.
• Segmentasi Kelas Sosial.
• Segmentasi Psikografis.
• Segmentasi Kohor.
• Segmentasi Prilaku.

Itu adalah beberapa tipe segmentasi yang pernah dilakukan. Tentu saja masih bisa dilakukan
segmentasi dengan cara lainnya. Kreativitas juga dibutuhkan dalam segmentasi. Panduan ini
hanya menyinggung dua model segmentasi yaitu Demografis dan Geografis.

a) Menentukan Target Demografi


Masyarakat Indonesia terbagi menjadi beberapa kelompok, misalnya pelajar, pensiunan,
perempuan, petani, dan sebagainya. Meskipun kelompok-kelompok tersebut sangat beragam,
mereka memiliki satu hal yang sama, mereka mencari orang untuk memimpin mereka,
membantu, mewakili kepentingan, dan mengerti kebutuhan mereka.

Dalam perbicaraan terdahulu telah disinggung bahwa membagi-bagi para pemilih ke dalam
berbagai kelompok dengan ciri-ciri yang sama disebut Segmentasi. Hasilnya adalah segmen
para pemilih yang dipilah menurut kriteria tertentu.

PENTING: Tidak semua orang harus memilih Anda untuk menang dalam pilkada. Tujuan Anda
adalah untuk memenangkan pilkada, bukan meraih 100% suara.

• Untuk menentukan siapa PEMILIH ANDA YANG PALING PENTING, tuliskan misalnya 10
kelompok yang akan memilih untuk Anda dan kalkulasikan berapa jumlah orang dalam kelompok
tersebut.
• Data yang perlu diketahui setiap kelompok itu adalah:
-Nama-Nama Kelompok/Segmen.
-Persentase setiap Segmen tersebut terhadapTotal Populasi Pemilih (Misalnya Segmen Petani
sebesar 1%).
-Persentase suara yang akan didapat dari kelompok itu terhadap total anggota kelompok itu
(misalnya 50%).
-Persentase dari total populasi yang dapat diyakinkan (1% x 50% : 100 = 0,5%).
-Jumlah suara yang pasti dari kelompok: 0,5% x (Target Suara): 100. Misalnya; andai POINT
UTAMA /TARGET SUARA adalah 50.000 maka jumlah suara yang pasti adalah 250 suara.
Contoh ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh 50% suara dari pengemudi truk berarti
meraih 250 suara.
-Perhitungan dilanjutkan untuk setiap kelompok tersebut hingga 10 kelompok itu terdata dengan
lengkap. Hasil perhitungan ini adalah TOTAL SUARA REALISITIS untuk anda.
-Data tersebut dibuat dalam bentuk Tabel.
-Ketika semua perkiraan suara bisa didapatkan berarti Anda memiliki TOTAL SUARA
REALISTIS.
-TOTAL SUARA REALISTIS SAYA ADALAH ________
-TOTAL SUARA YANG DIBUTUHKAN ADALAH ______

• Informasi ini memberikan gambaran akan berapa suara yang diperlukan.

PENTING: Hingga tahap ini kandidat dapat menjawab pertanyaan:


Apakah total suara realistis lebih besar dari total suara yang dibutuhkan?
-Jika jawabannya YA, kondisi kandidat bagus.
-Jika jawabannya TIDAK, penting bagi Anda untuk kembali mengidentifikasi kelompok/segmen
lain yang dapat Anda yakinkan untuk memilih Anda. Anda perlu menambah beberapa kelompok
lain dalam tabel perhitungan anda hingga mendapat jawaban YA.
-Setelah Anda mengidentifikasi jumlah pemilih yang cukup dan jawaban di atas adalah YA,
lanjutkan ke tahap berikutnya.

b) Menentukan Target Geografis


Menentukan target secara geografis adalah menganalisa bagaimana orang memilih di daerah
pemilihan tertentu dengan mencari tahu kategori poll mana daerah pemilihan kita. Poll-nya dapat
ditentukan 4 katagori:
-Poll A = pendukung inti
-Poll B = dapat diyakinkan
-Poll C = mungkin dapat diyakinkan
-Poll D = hampir tidak mungkin untuk diyakinkan

Daerah pemilihan kita dikatagorikan melalui kalkukasi rasio suara yang diperoleh partai atau
kandidat (setiap 10 suara) di lokasi tersebut. Terdapat dua set rasio. Pertama, untuk partai
besar. Lainnya untuk partai kecil dan menengah. Partai besar adalah partai yang memperoleh
persentase suara yang signifikan pada pemilu lampau. Partai yang tidak memperoleh persentase
besar pada pilkada dianggap partai kecil atau menengah.

Dua set rasio tersebut adalah

Rasio untuk Partai Besar:


Poll A = 6+ dari 10 suara
Poll B = 4-5 dari 10 suara
Poll C = 2-3 dari 10 suara
Poll D = 0-1 dari 10 suara

Rasio untuk Partai Kecil dan Menengah:


Poll A = 4+ dari 10 suara
Poll B = 2-3 dari 10 suara
Poll C = 1-2 dari 10 suara
Poll D = 0-1 dari 10 suara

Analisa poll dilakukan sebagai berikut:


• Bagi jumlah suara yang diperoleh partai/kandidat X 10 (yaitu tambahkan ‘0’ untuk setiap suara
yang diperoleh) dengan jumlah suara di daerah pemilihan tersebut.

Contoh: Partai X menerima 253 suara dari total 1,103 suara.

253 X 2,530
—– x —- = —— = 2.29 dari 10 suara = C Poll
1,103 10 1,103

• Mengetahui kategori poll dari lokasi tertentu membantu kita merencanakan kampanye lebih
efektif:
-Jika kesimpulan dari analisa bahwa lokasi itu termasuk Poll D, maka pemilih adalah basis dari
lawan, karena itu kita tidak akan memfokuskan kampanye di daerah itu sama sekali.
-Jika sebuah lokasi adalah Poll A, kita melaksanakan kegiatan kampanye yang memastikan
bahwa pemilih benar benar datang untuk memilih pada hari pemilihan.
-Jika kita menyimpulkan sebuah lokasi adalah poll B atau C, kegiatan kampanye kita akan
terfokus pada mengkomunikasikan pesan kampanye yang menarik pemilih dan dapat
mempengaruhi keputusan mereka dalam memilih.
• Mengkaji hasil pemilu/pilkada sebelumnya dan untuk melakukan analisa poll memerlukan tabel
yang lebih besar, yang berisi kolom2 sebagai berikut:
-Nomor Poll.
-Suara untuk Partai Anda
-Total suara
-Suara per 10 suara
-Katagori Poll

PENTING: Jika batas daerah pemilihan berbeda dengan pemilihan yang lampau, Anda perlu
menambahkan bobot pada batas baru daerah, yaitu menyesuaikan data dari pemilu lalu dengan
batas baru dengan memperkirakan persentase masing-masing penduduk di daerah baru.
Membuat dua peta dapat membantu:
-Satu peta dengan batas daerah pemilihan lama dengan warna berbeda untuk setiap kategori.
-Satu peta lagi dengan batas daerah pemilihan baru.

6. Kelurahan/Desa
Setelah mengetahui siapa yang akan memilih Anda, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi
di mana mereka berada. Anda tidak akan mungkin bertemu satu per satu dengan semua pemilih
di daerah pemilihan Anda karena keterbatasan waktu. Lagi pula karena tidak semua orang akan
memilih anda maka akan menjadi kegiatan sia-sia saja bila berkampanye berlebihan di daerah
basis.

PESAING UTAMA
Yang perlu dilakukan adalah mengidentifkiasi di mana tempat tinggal PEMILIH ANDA YANG
PALING PENTING. Hal ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
-Tuliskan kelompok yang telah Anda identifikasi pada tahap sebelumnya. Beri nilai 1 untuk
jumlah suara terbanyak dan beri angka 9 untuk yang terkecil.
-IdentifikasI daerah tempat tinggal semua atau sebagian besar anggota kelompok tersebut.
Misalnya, jika salah satu dari kelompok yang Anda anggap sebagai PEMILIH yang PALING
PENTING adalah petani , mungkin mereka tinggal dan memilih di desa. Jika buruh Perkebunan
berarti di kawasan perkebunan.
-Anda perlu memiliki database berbasis desa/kelurahan. Bersumber dari data ini dapat
ditentukan langkah selanjutnya guna memetakan potensi pemenangan dari tingkat rumah
tangga, RT, TPS, kecamatan, Daerah Pemilihan (DP) hingga ke tingkat Kabupaten/Kota.
-Buatlah Tabel dengan kolom-kolom:
-Nama kelompok.
-Jumlah suara.
-Daerah/tempat tinggal.

-Dari informasi Tabel tersebut dan penentuan target geografis yang telah dilakukan sebelumnya,
Anda tahu di mana harus memfokuskan SUMBER DAYA Anda yaitu SDM, dana dan waktu.
-Tahap berikutnya adalah mendaftar daerah-daerah di mana Anda mengharapkan banyak suara
memperoleh suara. Itu adalah DAERAH yang PALING PENTING.

PENTING: Anda dapat memenangkan pilkada tanpa harus menang di semua kelurahan/desa.
Berkampanyelah di kelurahan di mana Anda bisa menang.
Isu/Kebijakan/Program (HANDBOOK PILKADA Bagian Tujuh)

7. Isu/Kebijakan/Program

Semua pemilihan terkait dengan isu/permasalahan, kebijakan dan program. Keputusan Anda
untuk menjadi kandidat PILKADA mengandung makna bahwa Anda memahami benar
permasalahan yang dihadapi masyarakat di daerah itu. Memahami saja tidak cukup, untuk
memenangkan pemilu anda perlu menggunakan pengetahuan tersebut guna meyakinkan
pemilih bahwa Anda memiliki solusi terbaik bagi masalah yang mereka hadapi dan anda benar-
benar mampu untuk berbuat lebih baik baik masyarakat dan daerah.

Kandidat perlu menyusun visi, misi, program untuk disampaikan dengan meyakinkan kepada
publik bahwa anda adalah kandidat yang tepat untuk dipilih. Tidaklah mudah menyusun visi, misi
dan program yang membumi dan mengakar pada masyarakat. Visi, misi dan program yang baik
biasanya telah dipikirkan dan direncanakan bertahun-tahun, bukan dibuat mendadak pada saat
menjelang Pilkada. Dalam marketing mix, isu direspon dalam salah satu P dari 4 P, yaitu Policy
sebagaimana telah disinggung dalam diskusi tentang framework.

Riset independen yang dilaksanakan berbagai organisasi nasional dan Internasional di Indonesia
menunjukkan bahwa pemilih peduli terhadap permasalahan yang terkait dengan ekonomi,
pendidikan dan korupsi. Anda dan tim anda tentu saja perlu menggali lebih jauh terhadap
permasalahan dan kebutuhan rakyat di daerah anda.

Selain ketiga isu yang sudah lazim tersebut, anda mungkin perlu menemukan isu lain yang
menjadi perhatian masyarakat di daerah anda. Misalnya, isu lingkungan hidup, gender,
kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya. Inilah bahan mentah yang akan disusun sebagai
bahan kampanye. Bila anda terpilih tentu saja janji-janji itu harus dilaksanakan. Promises to
Keep! Janji yang harus ditepati.

Dalam menganalisis isu/permasalahan maka anda perlu untuk menuliskannya:


-Tulislah berbagai isu penting di daerah anda.
-Lalu ingat siapa PEMILIH ANDA YANG PALING PENTING.
-Identifikasi 3 isu utama yang penting bagi mereka, para pemilih anda. TIGA ISU UTAMA, itulah
yaitu yang harus Anda bicarakan setiap hari mulai saat ini hingga hari pemilihan.

PENTING:
Pemilih ingin anda membahas 3 isu yang penting bagi mereka, bukan 10 atau lebih isu acak
yang tidak mengena. Kandidat yang lebih fokus berpeluang lebih besar untuk menang.

8. Pesan

Anda siap memasuki masa kampanye. Sebelum melangkah ke arena kampanye, Anda harus
mengaitkan semua informasi menjadi SATU PAKET YANG TERORGANIR DENGAN BAIK,
sehingga dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat yang Anda temui setiap hari. Anda
perlu sebuah PESAN. Sebuah PESAN menjawab pertanyaan: “Mengapa pemilih harus memilih
Anda dan bukannya LAWAN UTAMA Anda.”
Membuat pesan menjadi paket yang menarik ini disebut POSITIONING, yaitu menempatkan si
kandidat ke dalam benak para pemilih, dengan citra tertentu, citra yang kuat dan berbeda nyata
dari kandidat pesaing. Posisi yang kuat dan tak tergeser di dalam benak para pemilih.

Menjawab pertanyaan tersebut seharusnya mudah karena Anda mengetahui bahwa Anda
adalah lebih baik dari LAWAN UTAMA Anda. Namun itu tidak cukup. Anda HARUS
MEYAKINKAN PEMILIH BAHWA ANDA YANG PALING LAYAK. Mengemas pesan ini adalah
hal yang paling berat.

• Anda perlu sebuah pesan yang baik yaitu:


-JELAS dan SINGKAT: mudah dipahami.
-MENARIK: terutama kepada pemilih yang akan diyakinkan.
-KONTRAS: membedakan partai dan Anda dari kandidat dan partai lain.
-MENYENTUH: kepada apa yang paling penting bagi pemilih Anda.
-DISAMPAIKAN SECARA KONSISTEN: berulang-ulang.
-Tidak semua orang di daerah pemilihan Anda mengenal nama Anda tapi pemilih harus
mencoblos nama Anda pada hari pemilihan. Bagian penting dari pesan Anda adalah nama Anda
dan partai Anda. Hal pertama dan terakhir yang Anda sampaikan seharusnya adalah nama
Anda, Nomor urut anda dan partai Anda.

PENTING:
o Anda hanya butuh sebuah PESAN untuk menjawab pertanyaan saya sebagai pemilih:
“Mengapa saya harus memilih Anda dan bukannya LAWAN UTAMA Anda?
o Berlatihkan menyampaikan pesan anda hingga benar-benar mencapai tingkat yang anda
merasa paling nyaman dalam mengkomunikasikannya.
o Awali dan akhiri pesan anda dengan menyampaikan:

* Nama.
* Nomor Urut Anda.
* Partai anda.
* Tiga point penting isu yang menjadi trademark anda, factor pembeda anda dan yang menjadi
sumber kekuatan anda.
* Tanggal dan hari Pilkada untuk mengingatkan para pemilih anda.
* Ingat bahwa pada hari pemilihan para pemilih harus mengingat, nomor urut dan Nama Anda.

PENUTUP

Demikian “panduan” singkat ini. Panduan ini bukan satu-satunya panduan cara terbaik untuk
sukses dalam Pilkada. Dibutuhkan banyak referensi dan sudut pandang lain untuk membuat
panduan ini berguna dan bisa membumi. Bagaimanapun pengalaman dalam berpolitik sangat
berperan dalam menterjemahkan apa yang dimaksud dalam panduan ini.

Perpaduan pengalaman dan prinsip-prinsip yang dibahas dalam panduan ini diharapkan akan
meningkatkan kinerja pemenangan pilkada, utamanya bagi calon yang bersedia membuka
pikiran untuk menerima beberapa pemikiran dan prinsip-prinsip yang tertuang dalam panduan
ini.

Tujuan mendiskusikan panduan inipun bukan untuk menggurui, hanya semata-mata untuk
berbagi sedikit pengetahuan. Sayang jika hanya tersimpan di dalam hard disk komputerku tanpa
diketahui banyak orang. Lagi pula saya percaya dengan membagikan hal ini kepada kawan-
kawan, pengetahuan saya akan bertambah. Dengan mendiskusikan panduan ini justru akan
menyempurnakan kekurangan yang terdapat dalam panduan ini.

Apa yang selama ini telah saya lupakan, dapat saya ingat kembali berkat menuliskannya.
Panduan ini memang tidak sama persis dengan aslinya karena sudah diringkas, disederhakan,
ditambah dengan beberapa informasi dari referensi lain, pengalaman pribadi ketika menjadi tim
sukses, pengalaman kawan lain, dan membaca beberapa hasil riset tentang Pemilukada.

Semoga bermanfaat. Selamat bertanding dan menang.

http://isnuansa.blogspot.com/2010/07/tim-sukses-
pemilukada.html

oct
24

Budaya Politik Unggul


Meruangkan budaya unggul dalam alam politik Indonesia sepertinya menjadi pekerjaan rumah
yang besar, rumit, dan menuntut banyak pengorbanan. Budaya unggul sebenarnya adalah mitos
etika politik.

Sayang, sejarah etika politik kita kerdil dan selalu terjebak dalam episteme ekonomi dan
kekuasaan. Justru kedua episteme ini menjadi penghalang bagi lahirnya sebuah budaya unggul.
Kalau politik diartikan sebatas ini, maka yang muncul bukannya budaya unggul, tetapi budaya
konsumtif dan arogansi.

Akibat lebih lanjut kedua budaya ini adalah lahirnya tindakan dengan prinsip teleologis. Artinya,
tujuan menghalalkan cara, yang oleh Yves Michaud disebut sebagai politik porno.

Budaya unggul

Ketika memberikan sambutan dalam acara peluncuran buku Stephen R Covey, The 8th Habit:
From Effectiveness to Greatness, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyinggung soal
pentingnya menumbuhkan budaya unggul sebagai identitas dan budaya nasional (Kompas,
15/12/ 2005). Budaya unggul didefinisikan sebagai semangat dan kultur untuk mencapai
kemajuan dengan cara kita harus bisa, kita harus berbuat yang terbaik.

Definisi ini jelas masih terasa abstrak dan mentah karena belum punya daya operatif. Supaya
lebih nyata dan tidak spekulatif dalam mengartikan budaya unggul ini, maka budaya unggul perlu
dikaitkan dengan budaya politik. Budaya politik oleh Gabriel Almond dan Verba diartikan sebagai
dimensi psikologis dari sistem politik. Dengan demikian, budaya politik mencakup perilaku,
kepercayaan, tata nilai, dan keterampilan yang berkembang di seluruh bidang kehidupan
masyarakat. Jelas di sini yang menjadi target budaya politik itu adalah subyek yang berbudaya
dan yang punya kompetensi. Almond dan Verba yakin semua orang dengan kemampuannya
dapat berperan serta asalkan diberi kesempatan. Namun, seandainya kesempatan menjadi
monopoli orang-orang yang haus kekuasaan dan harta, jangan harap budaya dan politik yang
unggul akan lahir di bumi pertiwi ini. Budaya dan politik unggul tidak bisa tidak menuntut
ketulusan dari kita semua dalam berperan serta.

Budaya unggul juga hanya bisa dicapai kalau etika politik juga memainkan peranan di dalamnya.
Segala tindakan yang tercela dan kasar terjadi karena visi etika politik kabur. Karena visinya
kabur, misinya pun kabur. Kalau kedua-duanya kabur, mudah saja etika politik diterjemahkan
secara subyektif sehingga muncul etika subyektif, kelompok atau institusi, dan bukan etika
sosial. Tak heran kalau derajat artikulasi politik Indonesia sering terempas dan koyak.

Demokrasi

Almond dan Verba lebih lanjut mengaitkan budaya dan politik unggul itu dengan kemapanan
sebuah demokrasi. Baginya, budaya dan politik unggul hanya bisa dicapai ketika demokrasi
mendapat tempat yang utama dalam hierarki politik. Budaya politik yang demokratik ini
menyangkut suatu kumpulan sistem keyakinan, sikap, norma, dan persepsi yang menopang
terwujudnya partisipasi. Demokrasi dalam arti ini adalah meruangkan hadirnya orang lain untuk
berandil, berperan serta menyumbangkan kompetensinya.

Budaya dan politik yang unggul akan memiliki tingkat legitimasi yang tinggi karena legitimasi itu
diperoleh dari partisipasi politik yang demokratik di mana semua masyarakat dilibatkan dalam
kegiatan politik. Partisipasi politik ini penting sehingga demokrasi dirasa tidak menjadi barang
mewah bagi kelompok tertentu, khususnya rakyat kecil. Tidak boleh menihilkan partisipasi politik
rakyat. Rakyat adalah kata kunci demokrasi itu sendiri.

Singkatnya, budaya dan politik unggul hanya bisa berjalan dalam keterjalinan. Keterjalinan ini
oleh filsuf Michel Foucault disebut sebagai "strategi kekuasaan". Filsuf Perancis yang
kontroversial, pencuriga, dan menjadi pionir bagi lahirnya filsafat postmodernisme ini begitu
menekankan perlunya kerja sama dan saling menyokong dalam membangun sebuah politik
kekuasaan. Bagi Foucault, budaya dan politik unggul hanya bisa dicapai ketika tiap-tiap
kekuasaan berjalan dalam rel yang sama dan perlu adanya kohesi sosial yang kenyal.

Pemikiran Foucault ini dilatarbelakangi pandangannya tentang kekuasaan, yakni kekuasaan itu
tersebar dan tidak dapat dilokalisasi pada satu kekuatan saja. Menafikan posisi-posisi lain dalam
berpolitik menjadikan politik itu sendiri pincang dan menebar konflik. Politik hendaknya menjadi
perekat sosial dari berbagai elemen bangsa. Maka, membangun demokrasi demi sebuah budaya
dan politik yang unggul mengandaikan adanya partisipasi dan sumbangsih keterampilan dari
berbagai kalangan.

Bagaimana dengan perkembangan demokrasi kita di Indonesia? Apa esensi demokrasi kita?
Fakta membuktikan bahwa demokrasi kita pada masa Orde Baru dibangun dengan setengah
hati, ber-episteme ekonomi dan kekuasaan. Dan kini di era reformasi, demokrasi pun dipahami
baru sebatas kebebasan berpendapat. Kita memaknai demokrasi baru sebatas representasi hak-
hak politik.

Padahal, demokrasi dalam arti ini barulah satu sisi. Sisi yang lain adalah komunikasi dan dialog
agar selalu tercapai kompromi. Kita harus mengakui bahwa komunikasi politik kita masih sangat
lemah. Yang kita lihat adalah saling mengumpat, menyalahkan, menang sendiri, dan tidak mau
dengar yang lain. Yang sering terjadi adalah perdebatan wacana, bukan sebuah komunikasi
untuk mencari solusi.

Polarisasi politik dalam alam demokrasi seperti ini akan mempersulit komunikasi karena orang
selalu menaruh curiga dan mau menang sendiri. Orang berlomba- lomba untuk menjadi yang
pertama dan berkuasa. Kalau ini yang terjadi, aspek kebebasan dalam demokrasi akan
diterjemahkan secara dangkal karena berorientasi pada kebebasan pribadi dan melupakan
aspek sosialnya. Dengan demikian, demokrasi kita menjadi rapuh dan rentan terhadap berbagai
penyimpangan.

Kalau demokrasi kita didominasi dengan sikap-sikap seperti ini, mustahil untuk membangun
sebuah budaya dan politik unggul. Membangun demokrasi yang sehat demi mencapai budaya
dan politik yang unggul seperti yang diharapkan oleh Presiden Yudhoyono adalah tanggung
jawab kita semua sebagai warga negara Indonesia. Politik yang demokratis, yang menempatkan
kepentingan umum menjadi yang utama dalam hierarki nilai, akan menjamin sebuah
pemerintahan yang bersih, bebas korupsi, kekerasan, dan ketidakadilan lainnya.

Kesanggupan Yudhoyono untuk merangkum dan memfungsikan berbagai elemen masyarakat


kiranya menjadi prasyarat bagi lahirnya budaya dan politik unggul. Yudhoyono juga sangat
diharapkan bersikap tegas menyikapi berbagai problem politik sebagai bias dari konflik
kepentingan yang kesemuanya itu sangat menyengsarakan rakyat. Karena politik, menurut
Presiden Bolivia yang baru, Evo Morales, adalah "ilmu melayani rakyat dan bukan hidup dari
rakyat". Sementara di Indonesia, politik diartikan secara pragmatis, yakni ilmu merebut
kekuasaan.

Sanggupkah kita menghapus penderitaan rakyat yang sepertinya tidak pernah menepi dengan
mengubah paradigma politik kita? Politik itu rakyat!

Dony Kleden Mahasiswa Program Teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Kompas - Opini, 28/02/2006


Sumber: Mirifica.

Diposkan oleh Isnuansa Maharani di 6:06 AM0 komentar


Label: Budaya Politik, Politik

oct
23

Politik Serupa Berdagang


ADA asumsi yang melekat di pikiran warga keturunan Tionghoa bahwa politik itu kejam. Jadi
jauhilah politik. Namun diam-diam asumsi itu justru menimbulkan penasaran pada Hardi. Calon
legislatif (caleg) asal Partai Damai Sejahtera (PDS) itu mengaku ingin mencoba.

Ditemui di tokonya yang khusus menjual air conditioning (AC) di Jl Dr M Isa, Senin (23/2), pria
bernama Theng Seng Lun itu memberanikan diri mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kota
Palembang daerah pemilihan (dapil) Kec IT II, Sako, Kalidoni dan Sematang Borang.
Ketertarikannya berawal saat ada tawaran sebagai caleg pada Pemilu 2004 lalu. Kesulitan
mendapatkan calon dari etnis Tionghoa membuatnya mau tidak mau memenuhi tawaran teman
tersebut.

Karena hanya punya waktu tiga bulan menyiapkan verifikasi, kursi parlemen gagal diperolehnya.
Namun ia tidak lantas menyerah. Momen itu dijadikannya titik balik untuk belajar berpolitik lebih
dalam lagi.
Pada tahun 2005, ia terpilih sebagai bendahara DPC PDS dalam Musyawarah Cabang
(Muscab). Secara aklamasi, ia pun terpilih sebagai Ketua DPC PDS Palembang tahun 2007.
Keterbukaan yang diberikan pemerintah untuk seluruh warga berkecimpung di dunia politik itu
pun ditangkapnya.

Peluang ini didukung partai yang menyediakan tempat khusus yakni nomor urut satu untuk para
warga keturunan yang mau terjun sebagai caleg di empat DPC di Kota Palembang.
Ia pun mendatangi pemukiman etnis Tionghoa. Klenteng pun ia datangi. Namun tidak ada yang
menyambutnya. Mereka cenderung mengembalikan bola yang dilemparkan kepadanya.

“Dari situ saya sadar, mereka tidak mau maju jika yang menawarinya tidak maju. Saya tergerak
untuk memberikan contoh terlebih dahulu. Jika saya sukses kemungkinan besar mereka akan
menyusul,” kata pria kelahiran Palembang, 1 September 1978 lalu.
Ardi optimistis ia akan menang. Ia berkaca pada seorang anggota dewan beretnis Tionghoa di
Lubuk Linggau.

“Politik dan berdagang prinsipnya sama. Sama-sama punya kompetitor, sama-sama punya
produk yang dijual dan sama-sama punya untung rugi. Tidak sulit bagi warga keturunan untuk
mengubah haluan. Tinggal bagaimana menyesuaikannya,” imbuh buah hati Theng Cui Tek dan
Nurjati itu.

Hardi yang kini menjabat Direktur CV Gunung Salju itu mengusung misi menghapus diskriminasi
yang masih banyak dilakukan oknum-oknum birokrasi terutama dalam hal pembuatan KTP.
Banyak aspirasi yang meminta kemudahan bagi warga Tionghoa untuk memiliki kartu penduduk.
Mereka siap membayar asalkan dapat mengantongi sebuah kartu identitas kependudukan.

“Banyak pengalaman yang mereka alami saat membuat KTP. Mereka dimintai uang Rp 50 ribu.
Saat ditagih bukan selesai, mereka malah dimarahi dan uangnya juga tidak dikembalikan penuh.
Ini yang akan saya perjuangkan,” tandas bapak dari Kezia Aurelia Dinata ini.

Poros Harapan Warga keturunan lainnya yakni Kobar Kotot. Kobar adalah pengusaha yang
sudah mapan. Pria bernama Kho Yan Xin itu kini caleg DPRD Provinsi Dapil Kota Palembang
nomor urut tiga. Jabatannya di DPW Partai Golkar adalah Bendahara Umum Dewan Pimpinan
Cabang (DPW) Partai Golkar.
Pria yang juga aktif sebagai Ketua Yayasan Pansus, wakil ketua Yayasan Tio Chiuw dan Ketua
Yayasan Filadevia Jakarta tergerak terjun ke ranah politik setelah melihat kondisi riil masyarakat
Tionghoa di Sumsel.

Dengan semangat ia menceritakan bahwa hampir rata-rata warga etnis Tionghoa buta tentang
politik. Bagi mereka tidak ada untungnya memilih si A karena nasib mereka tetap seperti itu-itu
saja. Untuk apa memilih si B bila berurusan ke pemerintah juga dipersulit.
Dengan adanya wakil rakyat dari warga keturunan paling tidak dapat memberikan harapan bagi
para warga minoritas menyalurkan aspirasi yang selama ini tidak terdengarkan.
“Paling tidak mereka punya wakil yang akan memperjuangkan dan mengangkat persoalan
mereka,” katanya saat ditemui pada acara Pembekalan Juru Kampanye (Jurkam) para Caleg
dari Partai Golkar di Hotel Arya Duta.

Kobar baru tiga tahun bergabung bersama partai berlambang beringin. Pengetahuan dan
minatnya berpolitik justru digalinya di Gapensi Sumsel dan Kamar Dagang Indonesia (Kadin)
Sumsel. Kobar juga pernah sukses di olahraga sebagai atlet voli dan bersertifikat sebagai pelatih
terbaik di Sumsel.

Keinginannya hanya satu, agar etnis Tionghoa turut andil dan menjadi bagian dalam kancah
politik khususnya Sumsel. Ia juga berharap akan ada Kotot-kotot muda yang melanjutkan
langkahnya menjadi politikus yang jujur dan dapat mewakili seluruh warga keturunan setara
dengan warga pribumi. “Semuanya hanya untuk pengabdian bagi warga Tionghoa,” tandas
suami Noni Sriningsih ini.

Sumber: Sriwijaya Post.


Diposkan oleh Isnuansa Maharani di 8:10 PM0 komentar

Label: Politik, Politik Dagang

oct
21

Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2


Daftar Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 (2009-2014)

Menteri untuk Kabinet Indonesia Bersatu 2 periode 2009-2014


:
1. Menko Politik, Hukum, dan Keamanan: Marsekal TNI Purn Djoko Suyanto
2. Menko Perekonomian: Hatta Rajasa
3. Menko Kesra: Agung Laksono
4. Menteri Sekretaris Negara: Sudi Silalahi
5. Menteri Dalam Negeri: Gamawan Fauzi
6. Menteri Luar Negeri: Marty Natalegawa
7. Menteri Pertahanan: Purnomo Yusgiantoro
8. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia: Patrialis Akbar
9. Menteri Keuangan: Sri Mulyani
10. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral: Darwin Zahedy Saleh
11. Menteri Perindustrian: MS Hidayat
12. Menteri Perdagangan: Mari Elka Pangestu
13. Menteri Pertanian: Suswono
14. Menteri Negara Urusan Koperasi dan UKM: Syarif Hasan
15. Menteri Perhubungan: Freddy Numberi
16. Menteri Kelautan dan Perikanan: Fadel Muhammad
17. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi: Muhaimin Iskandar
18. Menteri Pekerjaan Umum: Djoko Kirmanto
19. Menteri Kesehatan: Nila Afansa Moeloek
20. Menteri Pendidikan Nasional: M Nuh
21. Menteri Agama: Suryadharma Ali
22. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata: Jero Wacik
23. Menneg Riset dan Teknologi: Suharna Surapranata
24. Menteri Sosial: Salim Assegaf Al'jufrie
25. Menneg Lingkungan Hidup: Gusti Moh Hatta
26. Menteri Kehutanan: Zulkifli Hasan
27. Menneg Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Linda Agum Gumelar
28. Menneg Pendayagunaan Aparatur Negara: E.E. Mangindaan
29. Menneg Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal: Helmy Faisal Zaini
30. Menneg PPN/Kepala Bappenas: Armida Alisjahbana
31. Menneg BUMN: Mustafa Abubakar
32. Menteri Komunikasi dan Informatika: Tifatul Sembiring
33. Menneg Perumahan Rakyat: Suharso Manoarfa
34. Menneg Pemuda dan Olahraga: Andi Mallarangeng

Sumber: Kompas.

Diposkan oleh Isnuansa Maharani di 1:54 PM0 komentar

Label: Politik

oct
20

Kabinet Indonesia Bersatu 2009 - 2014


DENGAN langkah tegap dan senyum mengembang, Tifatul Sembiring memasuki pendopo Puri
Cikeas, kediaman pribadi Presiden SBY. Pada pk. 15.30 WIB sore hari itu, Sabtu, 17 Oktober
2009, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mendapat giliran tes wawancara sebagai
salah satu calon menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu periode 2009-2014.

Sedianya, ia dipanggil pukul 11.00 WIB, "tapi ditunda sampai usai makan siang," kata dia melalui
SMS kepada VIVAnews.

Menurut sumber VIVAnews yang mengikuti dari dekat proses seleksi anggota kabinet, politisi
kelahiran Bukit Tinggi Sumatera Barat, 28 September 1961 itu diplot untuk duduk di kursi Menteri
Komunikasi dan Informatika.

***

Di Puri Cikeas itulah, pada hari Sabtu dan Minggu, Presiden SBY mengundang calon-calon
menteri barunya untuk dia wawancarai, sebelum mengambil keputusan final. Sesudah
diwawancarai, para calon diwajibkan ikut tes kesehatan pada 19 Oktober.

"Yang sudah kira-kira fixed baru ikut tes kesehatan," kata Ketua Tim Kampanye SBY-Boediono,
Hatta Rajasa, menjelaskan proses seleksi.

Jumlah nama yang mesti diseleksi Presiden rupanya tak sedikit. Partai pendukung koalisi
berebut memasukkan calon. Partai Persatuan Pembangunan (PPP), misalnya, mengirim sampai
17 nama. Belum lagi dari partai lain.

Kabinet nanti akan beranggotakan 34 orang. Dari jumlah itu, sejumlah portofolio akan diberikan
kepada partai politik, seperti: Partai Demokrat, PAN, PKS, PPP, PKB, termasuk Golkar.

Para calon menteri yang terpilih akan dihubungi melalui telepon oleh Menteri Sekretaris Negara
Hatta Rajasa dan Menteri Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi. Sebelum dilantik, mereka diminta
menandatangani Pakta Integritas. Kontrak politik ini disimpan Presiden. Apabila di tengah jalan
terjadi pelanggaran kontrak, Presiden akan mencopot dan menggantinya.

***

Pengumuman resmi susunan kabinet akan dirilis Rabu, 21 Oktober 2009 depan. Namun, setelah
menyusuri permainan tebak-tebakan yang selalu menjadi tradisi di setiap pembentukan kabinet,
berikut adalah gambaran sementara yang diperoleh VIVAnews hingga Sabtu, 17 Oktober 2009.

Salah satu menteri lama yang tampaknya bakal bertahan di posisinya adalah Dr. Sri
Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Ia nyaris tak memiliki pesaing berarti. Satu-satunya calon
pendamping Sri, adalah Anggito Abimanyu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen
Keuangan yang lama bekerja bersama Boediono dan Sri Mulyani sendiri di tim ekonomi.

Sabtu siang kemarin, usai diwawancarai Presiden di Puri Cikeas, kepada wartawan Ani--nama
panggilan Sri Mulyani--bahkan mengatakan SBY telah memintanya bergabung di kabinet.
"Presiden mengarahkan dan menginstruksikan untuk meminta saya tetap mengabdi dalam
kabinet Indonesia Bersatu 2009-2014," katanya. "Dalam portofolio ekonomi untuk tetap
meningkatkan kinerja, dan hasil yang sudah baik dipertahankan."

Menurut Sri, Presiden berpesan supaya ia mendorong kegiatan ekonomi dengan titik berat pada
kesejahteraan masyarakat seperti pembukaan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, dan
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Ia juga ditugasi menjaga kemampuan instrumen fiskal nasional supaya berdaya guna maksimal
dalam menggerakkan roda perekonomian, termasuk untuk meningkatkan kemitraan publik-privat
dan terciptanya sinergi pemerintah pusat-daerah yang lebih baik. Tak kalah beratnya, Presiden
juga memintanya untuk menjaga citra Indonesia di forum-forum dunia seperti G20 maupun
APEC.

Jadi Sri akan tetap menjadi Menteri Keuangan? "Biar Bapak Presiden yang menyampaikan,"
kata Sri diplomatis.

Menurut sumber VIVAnews, di posisi vital ini Sri akan didampingi oleh Anggito Abimanyu
sebagai Wakil Menteri Keuangan. Sejumlah kalangan mencatat profil tim ekonomi ini cukup
penting menentukan kebijakan ekonomi kabinet SBY lima tahun ke depan (lihat Jejak Mafia
Berkeley di Tim SBY).

Adapun posisi Menteri Koordinator Perekonomian akan diduduki oleh Hatta Rajasa. Hatta adalah
satu dari sedikit orang yang berada di lingkaran terdekat SBY. Pada pemilu lalu, ia tercatat
sebagai Ketua Tim Kampanye SBY-Boediono. Namanya tertera dalam posisi atas daftar calon
menteri yang diajukan oleh Partai Amanat Nasional.

Menteri ekonomi lain yang juga akan bertahan di posisinya adalah Dr. Mari Elka Pangestu."Saya
ditugaskan agar pertumbuhan ekonomi tetap bisa dilanjutkan terutama di bidang perdagangan
dalam negeri," kata Mari di Cikeas, Sabtu kemarin.
Sumber VIVAnews menyebutkan setidaknya ada sejumlah alasan utama kenapa Mari masih
diincar SBY: kinerjanya di kabinet dinilai positif, dia doktor di bidang perdagangan internasional,
perempuan, serta mewakili kaum Kristiani.

Kiprah puteri ekonom kondang Panglaykim ini memang telah mendunia. Ia sering dimintai
pendapat oleh sejumlah lembaga keuangan internasional.

Di posisi ini, Mari akan didampingi Wakil Menteri Perdagangan Dr. Chatib Basri.

***

Di deretan "nama-nama baru," salah satu yang santer dinantikan pelaku pasar untuk masuk
kabinet adalah Dr. Kuntoro Mangkusubroto. Sabtu kemarin, ia datang ke Cikeas pada pk. 12.45
sembari menenteng map biru. Ternyata, menurut Juru Bicara Presiden Andi Mallarangeng, ia
datang bukan untuk diwawancarai sebagai calon menteri, tapi untuk menyerahkan laporan
kepada Presiden.

Kata sumber VIVAnews, mantan Kepala Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh-Nias ini
tampaknya tak akan berada di posisi Menko Perekonomian sebagaimana diharapkan banyak
kalangan. Salah satu konseptor program 100 SBY-Boediono ini semula juga diusulkan untuk
menduduki kursi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara--satu portofolio yang paling
bertanggungjawab melangsungkan reformasi birokrasi. Belakangan, posisi ini tampaknya akan
diduduki oleh calon dari Partai Demokrat, E.E. Mangindaan.

Kans Kuntoro masuk kabinet tampaknya kandas sudah.

Yang lain adalah Marsekal (purn) Djoko Suyanto. Mantan Panglima TNI dan Wakil Ketua Tim
Kampanye SBY-Boediono ini dikabarkan akan Menjabat Menko Politik, Hukum dan Keamanan,
menggantikan Widodo AS. Seperti Sutanto, Djoko adalah teman seangkatan SBY di Akademi
Militer. Bedanya, SBY di Angkatan Darat, Djoko di Angkatan Udara. Keduanya sama-sama
angkatan 1973 dan menjadi lulusan terbaik.

Orang dekat Presiden yang juga disebut-sebut akan masuk kabinet adalah Kepala Badan
Pertanahan Nasional (BPN), Prof. Joyo Winoto yang saat ini menjabat Kepala Badan
Pertanahan Nasional. Joyo disebut-sebut akan menjadi Menteri Pertanian menggeser Anton
Apriyantono. Joyo adalah salah satu dosen sponsor SBY saat mengambil program doktor di
Institut Pertanian Bogor.

Satu "orang SBY" yang jarang kedengaran selama ini tiba-tiba melesat ke posisi sangat strategis
dan bergelimang uang, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Dia lah Darwin Zuhedy Saleh
yang tak lain merupakan Ketua DPP Partai Demokrat Bidang Ekonomi dan Keuangan.

Selain itu, tentu saja ada nama Andi Mallarangeng, juru bicara presiden. Nama doktor politik ini
dipasang sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga.

Dari kalangan muda, sempat tercatat nama Gita Wirjawan. Semula dijagokan untuk posisi
Menteri ESDM dan Menneg BUMN, dia "terpental" ke luar kabinet. Ia disebut-sebut akan
menduduki kursi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, lembaga pemerintah non
departemen yang toh juga punya posisi cukup penting.

Saat ini Gita tercatat sebagai salah satu komisaris Pertamina. Presiden SBY kabarnya mulai
kepincut, saat Gita membantu mengatur pertemuan SBY dengan Presiden Meksiko Felipe
Calderon, yang tak lain merupakan karib Gita saat kuliah di Universitas Harvard, AS.

Sumber: Viva News.

Diposkan oleh Isnuansa Maharani di 1:56 PM0 komentar

Label: Politik

oct
1

Kelembaman Politik
Ternyata sifat kelembaman itu berlaku juga pada gerakan manusia, termasuk dalam
gerakan politik.

Ya, ada kelembaman dalam politik. Lihatlah! Betapa sulit memberantas korupsi yang sudah
membudaya dalam gerakan politik. Juga tidak gampang mewujudkan keadilan gender,
menertibkan lalu lintas, mencintai lingkungan hidup, menghargai pluralisme, mengutamakan
pendidikan, dan seterusnya, meskipun untuk semua itu sudah ada keputusan politik yang
relative baik.

Kita di Kalimantan Barat ini baru saja mengalami Pilkada pada 4 kabupaten/kota. Pada setiap
kabupaten/kota hanya ada sepasang Kepala Daerah dan Wakilnya yang menjadi pemenang,
meskipun pada 2 kabupaten pemenangnya masih harus ditentukan dalam Pilkada putaran
kedua. Pasangan yang kalah jelas lebih banyak. Dan warga pemilih yang tidak mencoblos
pasangan pemenang lebih banyak lagi, bisa mencapai 70%.

Maka perlu juga kita memahami kelembaman politik agar Pilkada benar-benar menjadi
momentum perubahan politik baik seperti kita harapkan. Pertanyaan-pertanyaan refleksif
penting, misalnya: Apakah pasangan-pasangan calon yang kalah rela cepat mengubah sikap
untuk mendukung pasangan pemenang dalam proses penyelenggaraan politik 5 tahun ke
depan? Apakah para warga yang tidak mencoblos pasangan pemenang mau mendukung juga?
Atau tetap akan merasa kalah dan selalu akan menentang asal menentang dengan motif balas
dendam?

Mendukung Pemenang
Bagaimana seharusnya kita mendukung pemenang Pilkada? Dalam sistem dan proses politik
yang demokratis hal ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, Anda dengan sadar dan tulus
melibatkan diri dalam menyukseskan program-program pemerintah yang memang jelas untuk
kedamaian, keadilan dan kesejahteraan rakyat banyak. Tanpa pamrih langsung. Kedua, Anda
dengan niat baik murni berani mengontrol, mengritik, bahkan menentang segala bentuk praktik
politik busuk yang merugikan kepentingan umum. Tak peduli apakah Anda pemilih pasangan
pemenang atau pemilih yang kalah atau golput.

Dari pihak pasangan pemenang juga dituntut sikap politik dewasa. Yaitu, tidak lagi membeda-
bedakan mana kelompok pendukung dan mana penentang, mana pemilih saya mana pemilih
mereka. Keadilan dalam penyelenggaraan politik (pembangunan masyarakat) harus ditegakkan.
Kelompok pendukung pun mesti objektif, tidak dapat lagi bersikap 'benar atau salah tetap
dibenarkan'. Bahkan para pendukung seharusnya lebih bertanggungjawab secara moral untuk
menjaga agar pasangan pemenang itu mampu membuktikan bahwa merekalah pemimpin
terbaik lima tahun ke depan.

Sungguh berbahaya bila para pendukung dalam proses Pilkada lalu berubah menjadi kelompok
penggerogot pasangan pemenang dengan meminta proyek atau balas jasa 'uang lelah gaji buta'.
Saya prihatin mendengar keluhan sepi beberapa Kepala Daerah yang disibukkan oleh
permintaan memaksa orang-orang yang mengaku pendukung. Kadang-kadang Kepala Daerah
ditempatkan pada posisi dilematis: memenuhi permintaan berarti melakukan kesalahan politik,
tidak dipenuhi akan dicap tak tahu berterimakasih sampai diancam citranya dirusak.

Kelembaman dalam politik memang menjadi tantangan kita semua. Mengubah sikap politik
memerlukan komitmen pribadi yang kuat.

Membudayakan Kritik

Kepala Daerah atau pejabat Negara adalah manusia biasa juga. Maka kelirulah bila dia
mendewa-dewakan dirinya atau didewa-dewakan oleh rakyat. Salah satu visi budaya politik
reformasi adalah politik egaliter. Meninggalkan kelembaman 'budaya politik kerajaan Mataram'.

Dalam budaya politik egaliter, kritik yang sehat harus mendapatkan tempat yang wajar. Sejarah
dunia mengajarkan kepada kita, bahwa tak seorang pun penguasa Negara yang jatuh karena
kritik. Sebaliknya, ratusan penguasa jatuh karena menyingkirkan orang-orang kritis yang secara
salah dipandangnya sebagai penentang.

Kritik secara eksplisit atau implisit menghendaki perbaikan atas kekeliruan. Kritik bermaksud
agar pejabat Negara menjalankan politik dengan baik dan benar. Sebaliknya, mendiamkan
kekeliruan sama dengan membiarkan pejabat jatuh ke jurang hina. Tentu saja kritik seharusnya
disampaikan dengan cara-cara yang sehat dan beradab. Bukan dengan sangar emosional
tegangan tinggi dan anarkis.

Sumber: Borneo Tribune.

Diposkan oleh Isnuansa Maharani di 6:38 PM0 komentar


Label: Politik

sep
9

Strategi Resistensi Terhadap Politik Uang


Politik uang dalam PEMILU memiliki rasionalitas yang berbeda bagi masing-masing
pelaku politik. Bagi para calon legislatif (caleg) politik uang merupakan alat untuk menaklukkan
pilihan bebas masyarakat. Bagi mereka suara pemilih adalah komoditas yang bisa dibarter atau
dibeli dengan harga atau barang yang disepakati bersama atau sesuai dengan harga pasar
(gelap) yang ketahui dan ditetapkan para calo-calo politik. Para calo yang membuka pintu masuk
bagi para caleg ke pertemuan-pertemuan warga atau para tokoh masyarakat.

Bagi para pemilih, penerimaan atas politik uang bukan berarti penundukan elit politik atas pilihan
politik mereka. Berlainan dari kekhawatiran yang melihat masyarakat sebagai korban politik
uang, saya malah menemukan contoh bagaimana beberapa kelompok masyarakat telah berhasil
mengembangkan strategi politik dalam Pemilu berdasarkan realitas dan bentuk kelembagaan
Pemilu yang berkembang selama satu dekade ini.

Setelah satu Pemilu legislatif berlangsung pada tahun 1999 dan rangkaian Pilkada, dengan
cepat masyarakat sadar bahwa sistem politik yang baru saja dilembagakan juga tidak dapat
memberikan kepastian akan pemenuhan kebutuhan mereka. Masyarakat tidak lagi hanya
menghadapi caleg sebagai individu yang lemah karena teratomisasi secara politik. Mereka
menyusun strategi bersama yang bisa memaksa para caleg untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Di beberapa komunitas desa yang saya jumpai terdapat beberapa warga dalam lingkup satu RT,
RW atau Dusun membentuk panitia penyambutan caleg dan mengatur strategi kolektif untuk
menghadapi masuknya caleg ke dalam kelembagaan sosial mereka. Dengan persetujuan
keseluruhan warga mereka menawarkan lembaga mereka dan memfasilitasi para caleg untuk
‘bersilaturahmi’ dengan para warga. Terkadang kebutuhan dan harga telah disepakati sejak awal
sebelum pertemuan.

Untuk acara silaturahmi antara warga dengan caleg, para panitia telah mengatur sebuah pentas
drama yang mencoba meyakinkan para caleg bahwa sebagai komunitas mereka bisa
bersepakat untuk memberikan suara mereka. Pertanyaan disusun, pernyataan dukungan
disiapkan, demikian pula para pembawa perannya. Bahkan suara warga pun siap dibagi sebagai
bentuk kompromi terhadap para caleg yang telah mampir ke pertemuan warga sehingga semua
merasa menang sesuai dengan jumlah uang atau barang yang diberikan.

Di akhir pertemuan yang disampaikan adalah penegasan terhadap tuntutan warga dan yang
ditunggu adalah jawaban langsung dari sang caleg berupa uang atau barang baik untuk skedar
membeli tikar, mengecor jalan kampung hingga memperbaiki tempat ibadah. Semakin cepat
uang atau material disampaikan maka semakin meyakinkanlah sang caleg.

Tentu “masyarakat” yang dimaksud di sini bukanlah satu kesatuan organik dan panitia bukanlah
orang yang benar-benar dapat menentukan suara warganya. Kesepakatan warga yang
direpresentasikan panitia sangat mungkin bersifat semu dan hanya akal-akalan sadar warga
yang kini benar-benar merasa terlindungi kebebasan memilihnya di dalam bilik suara. Sebuah
berkah politik dari reformasi 1998 tentunya.

Bagi para caleg ini adalah resiko politik yang sulit diperhitungkan. Mereka sadar banyaknya dana
dan material yang mereka gelontorkan tidak selalu berbanding lurus dengan jumah suara yang
mereka raih. Pada akhirnya variabel lain seperti ikatan primordial dan pengaruh sosial para
panitia lebih berpengaruh langsung daripada uang itu sendiri.

Dalam obrolan ronda malam atau di kedai-kedai kopi strategi politik semacam ini bukanlah
rahasia lagi. Bahkan para caleg pun mengetahuinya. Bagi para caleg, tuntutan warga adalah
ongkos politik yang harus dibayar untuk melempangkan jalan menuju kekuasaan. Sedangkan
tuntutan masyarakat untuk pemberian uang muka merupakan jawaban dari masyarakat atas
strategi politik uang yang dimulai oleh partai politik. Setali tiga uang!

Penerimaan atas politik uang ini tidak bisa kita lihat sebatas oportunisme masyarakat dalam
menyikapi bombardir uang dari para caleg. Lebih dari itu, politik uang muka adalah transaksi
ekonomi politik yang dilakukan secara sadar akibat tidak adanya mekanisme kontrol masyarakat
terhadap partai politik dan para anggota legislatif. Oleh karena tidak ada kepastian imbal balik
pemenuhan kebutuhan warga setelah para caleg terpilih, maka secara rasional imbal balik
tersebut harus dilakukan di awal, dalam bentuk uang muka!

Politik uang muka ini sepenuhnya rasional dalam sistem pemilu yang tidak bisa melahirkan
keterwakilan politik berkualitas yang dapat mendorong pengelolaan sumber daya negara bagi
kepentingan konstituennya. Lingkaran setan pun terbentuk. Politik uang muka sedang
melembaga dalam masyarakat. Para caleg pun tidak bisa menghindar dari politik uang yang
berbiaya tinggi, yang berakibat logis pada penggerogotan sumber daya publik. Lingkaran
permasalahan yang mungkin berakar pada hilangnya kepercayaan terhadap kebaikan bersama
dalam hidup bernegara.

Apakah keputusan MK mengenai penentuan anggota legislaif berdasar suara terbanyak akan
berpengaruh terhadap praktek ini?

Fakta yang yang terjadi adalah keputusan tersebut makin mendorong banyaknya caleg yang
masuk ke pertemuan-pertemuan warga untuk melakukan kesepakatan-kesepakatan langsung
dengan warga. Berbeda dengan sistem sebelumnya yang lebih banyak dilakukan dan dibiayai
caleg pada nomor urut teratas. Bagi beberapa komunitas ini adalah berkah karena kini semakin
banyak caleg yang bisa ‘menyumbang’ kas warga atau membantu memenuhi kebutuhan kolektif
mereka.

Dari sisi caleg dan parpol, keputusan ini masih mungkin untuk mendorong ke dua arah yang
berbeda. Pertama, oleh karena para tingginya persaingan, para caleg kini harus lebih banyak
melakukan pertemuan langsung dengan pemilih yang mengakibatkan semakin tingginya biaya
politik. Jika pragmatisme politik uang muka semakin menguat dalam masyarakat maka
pemenang Pemilu dapat dipastikan adalah mereka yang memiliki modal finansial yang besar.
Kemungkinan kedua adalah tingginya biaya politik yang diakibatkan sistem suara terbanyak
tersebut akan melampaui nilai ekonomi dari jabatan legislatif yang diperebutkan. Akibatnya para
caleg akan berpikir ulang untuk menggunakan politik uang untuk memperoleh dukungan suara
dan mulai menggunakan strategi-strategi lain yang berbasis modal sosial atau intelektual. Untuk
itu mereka terlebih dahulu harus mematahkan pragmatisme politik uang muka dalam
masyarakat. Dan ini tentu akan membawa politik Indonesia ke arah yang lebih baik. Semoga!

Oleh Achmad An'am Tamrin, alumni University of Sussex Inggris, bekerja di Yogyakarta.

Sumber: Jakarta Beat.

Diposkan oleh Isnuansa Maharani di 12:10 PM0 komentar

Label: Politik, Politik Uang

aug
22

Divided Government
Divided Government dipahami sebagai adanya dua kekuasaan oleh partai yang berbeda.
Misalnya eksekutif (melalui Pilkada langsung) dimenangkan oleh partai A, padahal Legislatif
(anggota DPRD) mayoritas dikuasai oleh partai B.

Hal tersebut bisa terjadi sebagai konsekuensi dari system pemilihan langsung kepala daerah
yang memilih orang, bukan partai. Figur calon pimpinan kepala daerah yang lebih dilihat
daripada partai yang mengusungnya. (Contoh lebih jelas adalah SBY yang terpilih jadi presiden,
padahal Partai Demokrat tidak mayoritas di Senayan)

Divided Government berpotensi membuat konflik antara Kepala Daerah dan DPRD.
Pemerintah seringkali tidak bisa berjalan efektif karena dibutuhkan sinergi yang baik diantara
keduanya. Kekuasaan Legislatif masih sangat besar terutama dalam fungsi Legislasi (dalam
membuat Perda), fungsi Anggaran (menyetujui atau menolak rancangan APBD yang dibuat oleh
Eksekutif) dan fungsi Pengawasan (mengawasi pelaksanaan Perda, kebijakan daerah,
pelaksanaan APBD).

Dalam fungsi pengawasan, DPRD memiliki hak menyatakan pendapat, hak interpelasi dan hak
angket. Hak-hak tersebutlah yang seringkali menyebabkan munculnya konflik antara Kepala
daerah dan DPRD di Divided Government karena partai pendukung kepala daerah tidak
mempunyai kursi mayoritas di DPRD.

Bayangkan jika Calon Independent alias tidak diusung oleh Parpol yang memenangkan Pilkada.
Apa solusinya agar tidak konflik? Seringkali yang diterapkan adalah pola Bagi-Bagi Kekuasaan.
(Contohnya SBY yang mengangkat menterinya dari beragam Partai). Di daerah, paska pilkada
sering kali diikuti mutasi kepala dinas-kepala dinas untuk bagi-bagi kekuasaan. Atau
memberikan kenaikan gaji, tunjangan dan fasilitas kepada Legislatif atas usul Kepala Daerah
melalui RAPBD agar DPRD tidak kritis. (Pola ini bisa juga terjadi di DPR RI lho, dimana kenaikan
gaji, tunjangan dan fasilitas dalam RAPBN, atas usul pemerintah, tetapi selalu dianggap salah
oleh rakyat, hehe, karena ya, yang menyetujui kan DPR juga. Memang ada orang yang bisa
nolak rezeki?)

Potensi konflik paska pilkada langsung, tidak hanya terjadi antara Legislatif-Eksekutif seperti
yang rentan terjadi pada Divided Government. Juga rentan terjadi konflik dengan Parpol (elit
politik), birokrasi, NGO/LSM, dan massa.

Sekarang ini, demokrasi seolah-olah sudah selesai dibicarakan ketika sistem pemilihan langsung
sudah terbangun. Padahal paska pemilu, sangat rentan konflik. Dan tahukah, bahwa harga untuk
meminimalisir konflik tersebut seringkali tidak murah. Kepala Daerah umumnya mengalokasikan
anggaran untuk anggota Legislatif dengan tujuan agar rancangan APBD diterima oleh DPRD.

Jika itu yang terjadi, bukan check and balances seperti yang seharusnya, tetapi malah
melahirkan korupsi bersama…

Diposkan oleh Isnuansa Maharani di 10:15 AM0 komentar

Label: Politik

aug
21

Koalisi Parpol Islam, Bisakah?


Apa boleh buat, tahi kambing tak selalu bulat-bulat. Kadang juga menggumpal jadi satu meski
tak selembek tahi sapi. Hanya saja gumpalan tahi kambing itu tidak memiliki perekat yang lebih
kuat sebagaimana tahi sapi dan kebo. Ketika jatuh dari anus si kambing, apalagi warna kambing
itu hitam, butir-butir bulat tahi kambing itu ada yang masih melekat, ada juga yang bercerai berai.

Koalisi parpol, kata seorang teman di fb, tidak lebih dari sekadar tahi kambing. "Koalisi tahi
kambing itu begitu rapuh. Hanya bersatu dari usus ke anus. Dari anus, gravitasi menghantarnya
ke satu tujuan, tanah. Lalu tercerai berai..."

Analogi itu sungguh tepat menggambarkan koalisi yang sudah, sedang, dan akan digalang
Partai Demokrat. Parpol pemenang pemilu 2009 ini rupanya merasa gerah ketika koalisi yang
sudah terbangun menjadi terlalu ke kanan. Ada PKS, PKB, PAN, PBB, bahkan PPP dan
mungkin parpol berhaluan Islam lainnya yang segera merapat. Ada kekhawatiran rupanya
pemerintahan yang kelak mereka bangun (jika memenangkan Pemilu Presiden) akan sarat
dengan upaya-upaya mengimplementasikan nilai-nilai syariah, meski tidak berarti keluar dari
koridor Pancasila.

Memang bukan itu alasan yang diungkapkan Partai Demokrat secara eksplisit ketika membuka
komunikasi politik dengan PDIP. Tetapi, siapapun bakal menarik kongklusi, betapa naif
alasannya jika niat yang melatari Partai Demokrat membuka pintu komunikasi yang tergembok
selama hampir 5 tahun itu sekadar keinginan menjalin silaturahmi kebangsaan, tanpa hidden
agenda. Apalagi, gosip politiknya, Partai Demokrat memberikan konsesi kepada PDIP untuk
memilih sendiri posisi menteri, di samping cawapres yang pro-PDIP. Pemberian cek kosong
kepada bekas musuh menunjukkan betapa besar dan total niat Partai Demokrat menggandeng
PDIP.

Saya lupa, dulu pernah ada gosip yang beredar di komunitas muslim agar tidak memilih Partai
Demokrat karena banyak caleg non muslim di sana. Gosip yang notabene black campaigne itu
langsung dibantah Partai Demokrat, dan bantahan itu rupanya cukup manjur. Buktinya, pada
Pemilu 2009 ini, Partai Demokrat justru keluar sebagai pemenang. Faksi non muslim memang
ada di Partai Demokrat, seperti juga di PDIP dan parpol lain, tetapi tidak dominan. Dan, jika
sekarang Partai Demokrat merapat ke PDIP, hal itu tentu bukan karena gerahnya faksi non
muslim di tubuh Partai Demokrat gara-gara dikelilingi parpol Islam. Tetapi, bagi teman-teman
lama seperti PKS, PBB, PKB, PAN, dan mungkin PPP, persepsi semacam itu bukan mustahil
berkembang.

Saya kira tidak aneh jika parpol-parpol Islam itu mulai mempertimbangkan koalisi di antara
mereka sendiri. Konkretnya, keluar dari koalisi dengan Partai Demokrat. Itulah sebetulnya tujuan
saya ketika mem-posted artikel "MENIMBANG KOALISI PARPOL ISLAM" di politikana, Minggu,
3 Mei lalu. Dalam situasi kini, urgensi koalisi parpol-parpol Islam itu semakin terasa.

Sekadar reminding, saya kutip lagi cuplikan artikel itu.

Lebih menarik, hemat saya, menimbang kemungkinan parpol-parpol berbasis massa Islam itu
berkoalisi. Koalisi itu sangat mungkin dibangun dengan satu syarat: seluruh elit parpol Islam
merefer pada pengalaman sahabat dalam upaya membangun persatuan ummat setelah Nabi
SAW wafat. Masa-masa pasca wafat Nabi SAW itu sungguh pengalaman yang sangat berharga,
dan mahal. Siapapun tahu, pengalaman (apalagi, pengalaman yang teramat mahal) itu guru
yang paling baik.

Pertanyaannya, maukah elit parpol Islam sekarang belajar dari pengalaman berharga dan mahal
masa sahabat? Saya rasa, para tokoh Islam dan elit parpol Islam itu mesti diragukan
keislamannya jika menjawab: Tidak Mau!

Saya membayangkan para tokoh dan pemimpin Islam, baik tua maupun muda: Amien Rais,
Hidayat Nurwahid, Jimly A Shiddiqy, Azumardi Azra, Jalaludin Rakhmat, Anies Baswedan,
Marwah Daud, Khofifah Indar Parawansa, Tuty Alawiyah, Didin Hafidhudin, Dien Syamsudin,
Hasyim Muzadi, Emha Ainun Nadjib, dan entah siapa lagi, bersama-sama pengurus parpol
duduk menghadapi meja bundar, dan berdialog dari hati ke hati.
Mereka harus meluruhkan ego, baik ego pribadi, ego organisasi, ego partai, sampai ego
mazhab.

Mereka hanya berpikir tentang Indonesia yang lebih baik di bawah kepemimpinan presiden dan
wakil presiden yang lebih baik ke depan.

Mereka merefer kebesaran jiwa para sahabat Nabi SAW pasca beliau SAW wafat, dan
mengutamakan persatuan Islam.

Mereka tidak menganggap kelompok sendiri lebih baik daripada kelompok lain, parpol sendiri
lebih jaya dari parpol lain, mazhab sendiri lebih benar dari mazhab lain, tetapi semata-mata
berikhtiar mencari tokoh yang paling wara, paling saleh, paling jujur, paling adil, paling bijak, dan
paling tinggi elektabilitasnya di mata para calon pemilih Indonesia.

Mereka hanya bicara tentang Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Mereka, bisakah, bersatu?

Oleh: Darsina.
Sumber: Politikana.

Diposkan oleh Isnuansa Maharani di 5:17 PM0 komentar

Label: Koalisi Parpol, Politik

aug
20

Bencana Dan Politik


Bencana alam memang tak bisa ditolak dan tak terduga, bulan ini bencana gempa dengan
kekuatan lumayan dashyat menguncang pulan Jawa. Tidak seorangpun yang menginginkan
datangnya bencana, begitu juga para pemimpin negara.

Bencana alam tentu membuat penderitaan yang berkepanjangan bagi kaum papa yang hidup di
perdesaan apalagi di bulan menjelang lebaran yang mana kebutuhan rumah tangga sangat
meningkat, belum lagi kehilangan harta benda.

Pada saat datangnya bencana biasanya bala bantuan akan segera tiba. Tetapi datangnya
bencana yang berdekatan dengan masa kampanye sungguh meringankan penderitaan.

Contoh paling konkrit adalah bencana Situgintung yang datang bertepatan dengan masa
kampanye sehingga dalam hitungan jam hampir semua partai politik yang sedang bertarung
berlomba lomba tiba paling cepat di tempat bencana lengkap dengan makanan, tenda, uang
bantuan, air bersih.
Dan sudah dapat dipastikan para calon legislatif lengkap dengan kaus partai berjejel di lokasi
bencana sambil menunjukkan wajah keprihatinan kepada korban bencana. Dan menurut data
yang terkumpul di lapangan saat itu, jumlah makanan malah sangat berlebihan dan para korban
juga menerima barang barang yang tidak mereka butuhkan saat bencana seperti sepeda anak
anak.

Apakah di saat terjadinya bencana masih ada yang terpikir untuk main sepeda-sepedaan?
Bahkan yang sangat menyedihkan para korban justru sangat kelelahan karena kedatangan
sedemikian banyak calon pembesar negara dan calon wakil rakyat.

Para korban menjadi stres karena tereksploitasi besar-besaran di media. Coba bandingkan
dengan korban gempa di Tasikmalaya dan sekitarnya. Dimanakah partai politik dan para caleg
yang datang menyalurkan bantuan atau sekedar menunjukkan tanda keprihatian? Ternyata
hanya presiden dan jajarannya yang masih sempat datang mengunjungi para korban, tetapi
proses evakuasi berjalan sedemikian lambat dan tentunya dengan keterbatasan sarana dan
kerjasama.

Pemerintah memiliki kekurangan tenaga dan dana, tetapi tugas pemerintah akan menjadi lebih
ringan bila partai politik juga bahu membahu membantu pemerintah. Jangankan mendapatkan
jatah makanan yang berlebihan, untuk bisa makan mie instan saja harus dijatah.

Untuk membangun tenda saja harus mencari kain terpal bekas yang tertimbun dalam rongsokan
rumah yang runtuh. Dimanakah para wakil rakyat yang telah dipilih rakyat beberapa berapa
bulan yang lalu?

Ternyata para wakil rakyat sedang sibuk dengan agenda pelantikan spektakuler. Dari contoh
konkrit ini tampak jelas bahwa sebagian besar tanda keprihatian, bantuan yang diberikan lebih
mengharapkan balas jasa dari rakyat.

Di saat balas jasa rakyat tidak lagi diperlukan maka tanda persaudaraan hanyalah tertinggal
dalam senandung lagu. Media televisi dengan reality show, sinetron dan sebagainya secara
tidak sadar telah mendidik masyarakat menjadi masyarakat yang hidup dalam kepalsuan dan
kemunafikan. Rasa iba, sedih, prihatin semuanya diatur dalam skenario sehingga memancing
para pemirsa untuk ikut sedih tanpa konteks kemanusiaan.

Hartono Taslim
Jl.Listrik 2A Medan 20112
Sumber: Analisadaily.

Diposkan oleh Isnuansa Maharani di 6:07 PM0 komentar

Label: Politik

mar
23

Politik Untuk Kebaikan Bersama


Menjelang pemilihan presiden 2009, sejumlah calon mulai digadang atau menggadangkan diri.
Merekalah yang akan ikut membentuk kepolitikan Indonesia ke depan. Persoalan pokoknya
adalah, kepolitikan macam apa yang kemungkinan akan dibangun oleh para aktor-
aktor politik ini? Adakah suatu kepolitikan yang bertujuan untuk kebaikan bersama (common
good)?

Alain Badiou menegaskan bahwa politik merupakan ruang di mana tujuan-tujuan untuk kebaikan
bersama dipertaruhkan. Badiou menjungkirkan teleologis bahwa politik adalah wilayah kotor,
haram dan licik. Bagi Badiou, pada politik kita menyandarkan harapan-harapan untuk
membangun sesuatu yang baik bagi semua orang (Badiou, 2002). Politik adalah baik, karena itu
subyek politik haruslah individu atau sekelompuk individu yang memiliki tujuan-tujuan bagi
common good (kebaikan bersama).

Senada dengan Badiou, Norberto Bobbio menekankan bahwa tujuan dari politik adalah
menciptakan public good atau kebaikan bagi publik. Kekuasaan politik diperebutkan untuk
menciptakan sesuatu yang baik bagi semua, dan partai politik merupakan alat untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Di sisi lain, menurut Bobbio, tubuh kepolitikan kontemporer juga
menghadapi sejumlah persoalan pokok. Bobbio mengidentifikasi dua soal pokok yakni: personal
party dan money politics (Bobbio dan Viroli, 2003).

Kritik Bobbio berangkat dari muncul dan berkembangnya sebuah partai di Italia yang
menamakan diri Forza Italia. Partai ini dipimpin oleh konglomerat media Silvio Berlusconi. Forza
Italia sebagai partai yang baru didirikan pada tahun 1993, namun secara mengejutkan
memenangkan pemilihan umum Italia tahun 1994, dan membawa Berlusconi menduduki jabatan
perdana menteri. Bagi Bobbio, personal party merupakan sebuah partai yang diciptakan oleh,
dan untuk satu orang. Ini berbeda dari partai sebagaimana yang dipahami secara umum, yakni
sebuah asosiasi (perhimpunan) dari sekumpulan orang. Partai Forza Italia merupakan personal
party, di mana bukan perhimpunan yang menciptakan pemimpin, melainkan pemimpin yang
menciptakan perhimpunan.

Pada personal party, umumnya hanya ada loyalitas buta anggota partai terhadap pemimpin atau
tokoh, bukan pada ide-ide, proyek politik, rencana bahkan ide-ide utopis dari partai. Personal
party merupakan gejala politik Indonesia saat ini. Banyak partai-partai didirikan oleh satu orang,
dan secara total digunakan untuk mendukung orang tersebut. Dalam hal ini, partai politik
memang harus memiliki pemimpin, namun pemimpin yang tumbuh dari sekumpulan orang yang
membangun partai, bukan pemimpin yang membangun partai untuk dirinya. Di titik ini, personal
party bukanlah partai yang dibangun untuk tujuan-tujuan public good, melainkan untuk tujuan-
tujuan personal atau pribadi. Model partai seperti ini, menurut Bobbio, tidak akan bertahan lama,
karena begitu si tokoh tidak lagi berada di partai, maka partai model ini akan perlahan-lahan
pecah, mengecil dan kemungkinan besar mati.

Gejala ini sudah menerpa beberapa partai di Indonesia. Baik ditinggalkan pendukungnya karena
si pemimpin tidak bisa lagi membiayai partai, atau perlahan-lahan mati karena ditinggal
pemimpinnya. Bahaya lain yang diuraikan Bobbio adalah politik uang (money politics). Politik
uang merupakan salah satu ancaman serius bagi demokrasi. Personal party bisa hidup dan
berkembang, salah satunya, dengan politik uang. Pemimpin yang memiliki dan mengandalkan
uang yang mampu membangun personal party - namun di Indonesia ada juga personal party
yang didirikan atas dasar tradisi kultural.

Bobbio menegaskan bahwa suara bisa dibeli, seperti layaknya barang-barang aksesoris. Ini
merupakan alasan dasar kenapa uang bisa merusak republik. Siapa yang memiliki uang lebih
banyak, bisa membeli suara lebih banyak. Bobbio mencontohkan Amerika Serikat, di mana yang
pertama-tama dilakukan kandidat presiden untuk ikut pemilu adalah mencari dukungan dana
(funding). Nilai dasar Republik Kembali pada maraknya calon presiden yang muncul,
kekhawatiran Bobbio menjadi relevan buat Indonesia. Para calon yang muncul umumnya
merepresentasikan dua bahaya pokok yang diindikasikan Bobbio, yakni personal party dan
money politics.

Calon-calon tersebut juga menunjukkan diri bahwa mereka adalah figur yang secara telanjang
mengafirmasi bahwa politik digunakan untuk tujuan-tujuan pribadi dengan menggunakan uang
sebagai alat tukar dalam politik. Dalam situasi ini tentu saja sulit mengharapkan tubuh kepolitikan
kita mampu menciptakan kebaikan bersama. Ini merupakan bahaya bagi demokrasi dan
republik. Politik didasarkan pada tujuan kebaikan bersama, bukan untuk satu orang, segelintir
orang atau suatu golongan agama saja.

Di titik ini, nilai dasar republik harus kembali didorong masuk dalam tubuh kepolitikan dan
diskursus demokrasi di Indonesia. Situasi demokrasi saat ini memberikan peluang untuk
memerangi personal party dan money politics. Perlu diciptakan suatu garis demarkasi politik
(political frontier) antara subyek pembela demokrasi yang didasarkan pada prinsip dan nilai
dasar republik yakni kebaikan bersama, dengan para musuh demokrasi produk politik korup dan
otoriter yang dilandaskan pada kepentingan personal atau kelompok.

Political frontier akan bisa membawa kita melangkah maju lebih jauh untuk kembali kepada ide
dasar republik sebagai diskursus politik ke-Indonesiaan kita sekarang dan di masa datang. Ide
dasar republik dengan tegas menempatkan kebaikan bersama di atas kepentingan pribadi atau
golongan. Dengan itu peluang kita menghadapi kebangkitan personal party dan penjajahan
money politics akan lebih besar, dan subyek politik yang pada dirinya melekat
gagasan politik sebagai arena untuk membangun kebaikan bersama bisa dimunculkan.

Oleh: Daniel Hutagalung, Peneliti di Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D)


Sumber: TempoInteraktif.

Politik Balas Budi


Kemenangan yang diraih Fauzi Bowo tampaknya menyisakan problem politik yang signifikan.
Karena, seperti umum diketahui, kemenangan tersebut tak lepas dari dukungan lebih dari 20
partai politik (parpol).
Dalam tradisi politik dan demokrasi, dukungan yang diberikan oleh sebuah parpol bukanlah
sesuatu yang gratis. Atau dalam bahasa para politisi kita saat ini sering disitilahkan sebagai
there is no free launch (tidak ada tiket untuk makan siang yang gratis).

Adagium berbau satire ini menunjukkan bahwa kemenangan pasangan Fauzi Bowo-Prijanto
akan memiliki konsekuensi tersendiri bagi para elite partai, yaitu politik balas budi. Politik balas
budi bisa diartikan upaya partai pendukung seorang calon yang menang dalam pemilihan umum
untuk meminta bagiannya (reward).

Biasanya, bila sebuah parpol mendukung calon bukan dari kadernya, mereka akan menagih janji
berupa posisi atau peranan strategis dalam pemerintahan. Hal inilah yang sekarang terjadi pada
situasi politik lokal Jakarta pascapilkada 8 Agustus lalu.

Pasangan Fauzi Bowo-Prijanto tampaknya akan segera disibukkan oleh tagihan dari partai-partai
pendukungnya. Ambisi parpol-parpol pendukung pasangan Fauzi Bowo-Prijanto untuk merebut
posisi yang strategis dalam Pemerintahan DKI tampaknya kian kentara.

Hal ini terpancar dari semakin banyaknya komentar elite partai pendukung yang mempersoalkan
format pemerintahan ke depan. PDI-P misalnya, yang sejak awal menyatakan dukungan kepada
pasangan Fauzi Bowo-Prijanto, secara lugas telah menyatakan niat untuk menjadi bagian dari
pemerintahan. Artinya, pasangan tersebut mesti segera memikirkan
soal penempatan orang parpol pendukungnya dalam pemerintahannya.

Dalam sistem ketatanegaraan kita, sebenarnya tak ada pemerintahan koalisi yang diisi oleh
kalangan parpol pada pemerintah daerah. Pemerintahan koalisi hanya ada pada pemerintah
pusat. Sebab, dalam sistem pemerintahan daerah kita, secara adminstratif semua pejabat
daerah merupakan seorang pegawai negeri karier. Usulan Sutiyoso mengenai posisi empat
deputi pendamping Gubernur DKI ke depan, tampaknya memang telah menjadi grand design
politic tersendiri bagi Fauzi Bowo untuk meminimalisasi konflik yang mungkin terjadi
antarpendukung.

Namun, dalam tradisi politik kita, antara realitas dan teori politik sering kali terjadi disparitas yang
cukup berarti. Karenanya, hal terpenting sekarang ialah bagaimana pasangan Fauzi Bowo-
Prijanto sanggup mengakomodasi kepentingan parpol-parpol pendukungnya.
Bagaimanapun, mereka harus mendapatkan imbalan dari apa yang telah mereka berikan dalam
pilkada. Logika politik inilah yang memang sudah menjadi kewajaran bagi para elite politik negeri
kita, bahwa segala tindakan yang diambil harus senantiasa menguntungkan dirinya maupun
kelompok lain.
Sekadar mengingatkan, Fauzi Bowo-Prijanto bukanlah dari kalangan parpol. Fauzi Bowo lebih
mengabdi ke dunia pegawai negeri dan kampus, sedang Prijanto dari kalangan militer. Yang
jelas, untuk membangun Jakarta yang lebih maju, pemilihan pejabat-pejabat daerah harus lebih
diorientasikankepada kaum profesional, ketimbang orang partai yang tak memiliki kompetensi.

Karena itu, salah satu solusi yang cukup arif bagi pasangan pemenang Pilkada Jakarta dalam
menentukan pejabat-pejabat DKI nanti ialah mengangkat orang partai yang profesional. Ini
pertama. Dan kedua, bila tak ada orang partai yang profesional, hal yang mesti dilakukan ialah
mengangkat pegawai karier yang profesional dan tahu seluk-beluk permasalahan yang dihadapi
Jakarta.

Politik balas budi pasca-Pilkada DKI tampaknya takkan berhenti hanya pada pemilihan pejabat
daerah saja. Namun, pelbagai proyek megamiliar di Jakarta tentu tak luput dari incaran para elite
politik partai pendukung. Lebih-lebih waktu pemilu 2009 kian dekat, tentunya parpol-parpol
membutuhkan dana cukup besar.

Salah satu cara menggali dana (fund raising) ialah melalui penggarapan proyek-proyek daerah
atau nasional melalui badan-badan usaha milik elite politik atau rekanan badan usaha par-pol,
dengan keuntungan berupa succes fee.

Jadi, dalam konteks politik balas budi, minimal ada dua bentuk, pertama, penempatan orang
partai di instansi-instansi daerah, dan kedua, penggarapan megaproyek oleh badan usaha milik
elit partai politik. Meski demikian, hubungan politik antara kandidat terpilih dengan partai atau
kelompok masyarakat pendukung tidak selalu bersifat permanen.

Kondisi ini semakin rumit, ketika masing-masing parpol tidak tahu persis bilangan jumlah atau
kontribusi suara yang didulang kepada kandidat. Hubungan tersebut memiliki mekanisme dan
logikanya tersendiri, baik yang tertampung dalam ranah legislatif, level birokrasi, maupun kerja-
kerja proyek.

Dibutuhkan prosedur atau mekanisme yang tak mudah untuk mengontrol, juga cara bagaimana
mendapatkan kembali (reward) janji-janji kampanye atau imbalan politik, baik bagi partai
pendukung maupun kelompok masyarakat pemilih.

Pertanyaan untuk mengakhiri tulisan ini adalah apakah free launch itu berlaku untuk sekali
makan atau dalam jangka waktu yang panjang, atau bahkan selama masa kepemimpinan? Inilah
yang harus dijawab dengan baik oleh parpol atau kelompok masyarakat pendukung, sebagai
timbangan untuk menakar politik balas budi kandidat terpilih.

Oleh Sholihuddin
Penulis adalah kontributor Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat/JPPR

Sumber: JPPR.

Diposkan oleh Isn

Senjata & Strategi SAKTI mempengaruhi Pemilih


 0 COMMENTS

PILKADA Serentak 2018


Pilkada serentak sudah di mulai, pendaftaran dan
penenetapan pasangan calon serta pengambilan nomor
urut sudah
dilakukan.
Saatnya kampanye!
Melihat, Mendengar dan Membaca materi kampanye, dan cara penyampaian kampanye para Calon
bupati, calon Walikota, dan wakilnya, serta Calon gubernur dan Wakil gubernur beserta wakilnya
yang di kerjakan oleh tim suksesnya,

semua berpola yang sama, memakai pola lama.

TIDAK MENARIK, DAN TIDAK BISA MEMPENGARUHI PEMILIH.


Padahal tujuan awal kampanye adalah mengenalkan calon/kandidat kepada pemilih, dan
mengajak/mempengaruhi pemilih agar mau memilih dan mendukungnya.
Coba kita lihat materi kampanye dibawah ini
Jika anda belum kenal mereka, tergugahkah hati
anda?
Jika anda belum kenal mereka, mampukah materi kampanye tadi membuat hati anda mantap
menentukan pilihan?

jika anda sudah kenal dan punya pilihan, Bisakah materi diatas mempengaruhi pilihan anda.

Saya rasa jawabnya tidak!


itu masih kampanye normatif, belum kampanye hitam atau black campaign

tentu semakin tidak menarik simpati, malah akan menimbulkan antipati.

Bagaimana kampanye yang efektif, murah dan bisa mempengaruhi pemilih.

Sentuh Hati, sentuh Emosi.


Karena jika kita memanfaatkan energi emosi, sangatlah mampu merubah keadaan.
coba kita perhatikan orang-orang yang sudah “Emosi” dalam menentukan pilihan

Ingat pilpres 2014?

Kenapa banyak orang rela berbondong, bondong nyumbang dana kampanye Jokowi-JK?

Kenapa Orang-orang Berani menyerang Jokwi-JK

dan apa yang terjadi?


Jokowi-JK menang, walaupun tipis

Karena Tim Jokowi – JK mampu memainkan Emosi pemilih , emosi yang Positif

Sedangkan Tim Prabowo-Hatta, memainkan Emosi Negatif

Jadi Kesimpulan saya


Untuk menang pilkada harus meraih suara terbanyak.

Meraih suara terbanyak dengan memainkan Emosi pemilih

Caranya?

1. Membuat materi kampanye yang menyentuh hati


dengan kreatifitas, dan obyektifitas.
2. Cara penyampaian materi kampanye, yang bisa di terima semua masyarakat.
slogan Jakarta Baru Jokowi-ahok bisa menghipnotis pemilih Jakarta, nota bene Jokowi wong solo,
ahok orang Belitung.

Karena tidak asal slogan yang baik, tapi juga di wujudkan dengan cara-cara baru, baik segi
kampanye, dll.

dan saat pilpres Jokowi tidak memakai Indonesia Baru


Karena masyarkat tentu sudah Jenuh, dan kesannya tidak kreatif kalau memakai slogan Indonesia
baru, meniru Jakarta baru

Momentumnya dengan Salam 2 Jari, dan gerakan 60 Detik kenapa harus Jokowi-JK.

Inilah pukulan telak dari tim Jokowi Jk dan jokowi -ahok. dalam memenangkan pemilu.

Bagaimana Cara anda berkampanye agar memenangkan kandidat atau jagoanmu?

Masihkah dengan acara dangdutan, sebar kalender, sebar baliho, sebar spanduk.?

Bertemu dengan warga masyarakat di masjid2, gereja, gereja2?

melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat, RT, RW, Lurah, Kyai, Preman kampung,
ketua Ormas dll.?

Jika itu semua anda lakukan,

Bagaimana anda mengukur progres


perkembangan perolehan dukungan?
Bisa kah anda menghitung hasil perolehan suara dukungan dari 10.000 banner, spanduk, baliho atau
kalender yang anda sebar.

Ada yang bilang menyebar stiker/kartu nama dapat 10% saja sudah baik.
Ini anggapan saja, dan tidak ada fakta dan data yang bisa membuktikan.
Kalau dari Pendekatan dialog, mengelar pertemuan warga sana-sini, bisakah kita mengukur berapa
orang yang hadir, dan dari orang yang hadir berapa orang yang positif mendukung atau memilih
kandidat/jagoanmu?

padahal berapa biaya mengumpulkan orang banyak, mengundang warga untuk kumpul pasti tidak
sedikit biayanya
minimal menyiapkan konsumsi snack dan minum misal mengundang 500 orang pasti biayanya bisa
lebih 10 juta. belum ‘oleh-olehnya’.
nyumbang masjid sana-sini, nyumbang gereja, nyumbang dana kegiatan warga, dll.
Dan anda tidak punya data pasti dari sekian orang hadir , berapa orang yang mantap memilih jagoan
anda.

tidak jarang banyaknya yang hadir itu juga dari orang-orang tim suksesnya sendiri. yang teriak-teriak
hidup… hidupp…nomor 1, hidup nomor 2, pasti menang. ya pasti itu by desain. orang-orang tim sukses
sendiri yang membuat seru, biar ramai, agar bapak senang, banyak yang mendukung, setiap kunjungan
disambut meriah. ternyata itu hanya rekayasa.
saat pemungutan suara hanya mendapat 10 suara dari 500 DPT. sangat menyedihkan kan?

Biaya besar yang dikeluarkan, sangat kecil perolehan suara.

perlu anda ketahui warga pun senang hati dikunjungi, di kumpulkan para calon
bupati/walikota/gubernur. karena pasti ada makannnya, kadang ada amplopnya. minimal ada kaosnya.
he he he.
dan mereka tidak hanya menerima kunjungan dari nomor 1 saja, nomor 2 juga diterima, nomor 3 juga
diterima.
Siapa sich yang tidak mau menerima pemberian gratis? ha ha ha

pendekatan kepada tokoh masyarakat, ketua


RT, RW, Lurah ketua ormas, LSM
Bisakah kita pastikan suara pemilih dari ketua RT, RW dan lurah atau tokoh ormas?

anda mendatangi tokoh NU, tokoh Muhammadiyah, tokoh LDII, tokoh Gereja, tokoh preman,
nyumbang dana sekian dan sekian.

Ingat 1 suara ketua ormas =1 suara pemalas


Ingat 1 suara tokoh preman = 1 suara orang
Ingat 1 suara kepala desa = 1 suara orang desa
Yang Sukses dalam Pilkada adalah Tim sukses.
Dari mana anda mengukur progres dukungan Masyarakat/Elektabilitas.

data progres elektabilitas pasti akan mengandalkan survey


jika ada survey yang mengatakan kita posisi unggul, pasti anda sampaikan alhamdulillah, tambah
semangat dan kita jaga.

Jika Survey mengatakan kita Nomor dua, pasti anda bilang, masih ada waktu, kita kejar
ketertinggalan. dan pada hari H, kita bisa mengembalikan keadaan.

jika kita nomor Buncit dalam survey, ini pasti surveynya tidak benar, ini survey bayaran. tetap
berusaha sampai hari H.
Memang benar survey itu bisa pesanan, survey
itu bisa salah, survey itu bisa tidak akurat.
karena hanya menggunakan sample data, jika data salah ya hasilnya salah. jika yang ditanya
(responder) kebetulan tim suksesnya semua/keluarganya. ya pasti menang.survey memuaskan!

Jika data Survey salah, yang di survey asal saja jawabnya. ya hasilnya salah juga.

Berapa Biaya Survey?


Apa 10 Juta? ha ha ha
Minimal 100 Juta biaya survey.
Tergantung jumlah responden dan juga
geografis daerah.
dan itu lho biaya survey segitu besarnya tidak bermanfaat buat dongkrak suara. hanya mengetahui
posisi saja. dan belum tentu pasti benarnya.

Kenapa anda berani membayar mahal lembaga


survey? kalau hanya untuk melihat posisi
sementara, yang tidak pasti kebenarannnya.
Saya ada solusi buat masalah anda diatas
Senjata Meraih Banyak suara dengan Cepat
Senjata ini merupakan aplikasi atau software dengan di dukung peralatan khusus.

Aplikasi ini menjadi solusi pendataan pasti pendukung/pemilih atau simpatisan.

Jika anda nyebar baliho, spanduk, kalender dan APK (Alat Peraga Kampanye) yang lainnya tidak
bisa mengukur hasil, seberapa hal tersebut mendapat respon warga, dan berapa orang yang
akhirnya mau memilih/terpengaruh dengan APK yang anda sebar, dengan aplikasi kami anda bisa
mengukur dengan akurat hasilnya.

Berapa orang yang sudah anda jangkau /pesan kampanye anda sudah di baca berapa orang dan
mendapatkan Respon

berapa orang. berapa orang yang mendukung. data by name, sehingga bisa diketahui dan di croscek
dengan DPT.

 Sehingga kita punya data valid di kecamatan A kita punya 25.000 suara potensial dari 50.000 DPT =
potensi perolehan suara 50% dari DPT.
 di kecamatan B kita punya 35.000 suara potensial dari 100.000 DPT = potensi suara 35%
 di Kecamatan C kita punya 10.000 suara potensial dari 15.000 DP = potensi suara 75%
data suara potensial ini sudah by nama, by TPS, Desa, Kecamatan dan Kabupaten.
Dari mana data suara/pemilih potensial ini
didapat?
Saya yakin semua kandidat sudah punya struktur kepengurusan Tim sukses bahkan sampai tingkat
Desa.

data Nomor HP Pemilih ini didapat dengan menggerakkan mesin partai, kader, tim sukses dan
relawan yang ada.

1. Tim sukses /Relawan/ Kader memberikan data Nomor HP diri dan keluarga yang terdaftar di DPT.
Misal jumlah anggota keluarga Relawan/Tim sukses/Kader partai minimal 10 orang data, dan jumlah
Relawan/Kader/tim sukses berjumlah 1.000 orang = 10 X 1.000= 10. 000 data suara potensial.
2. Tim Sukses/Relawan/Kader mendata no Hp pemilih tetangganya, misal 5 rumah, kanan-kiri dan
depan-belakang,
masing masing rumah ada 3 pemilih, dari 1.000 kader/relawan/tim sukses berarti data yang di peroleh
adalah 3 X 5 X 1.000 = 15.000 data pemilih potensial.
3. Pembagian alat peraga kampanye, berupa kalender, stiker, brosur, atau gantungan kunci.
sipenerima di data, oleh tim sukses/relawan/kader. misal mencetak 100.000
stiker/kalender/brosur/gantungan kunci
Sudah dibagikan kepada siapa saja. tim sukses harus mencatat data penerima, meliputi Nama,
Nomor Hp, Alamat/desa.
Sehingga distribusi alat peraga tepat sasaran, terdata dengan baik. sudah menjadi rahasia
umum jika tidak dilakukan pendataan alat peraga kampanye itu numpuk di rumah tim sukses, di RT,
atau di tokoh masyarakat. pada akhirnya setelah selesai gelaran pilkada Alat peraga kampanye di jual
kiloan.

Jika anda tidak suka hal ini terjadi, anda wajib


memiliki aplikasi pilkada aretasoft ini.
4. Absensi pertemuan
sudah barang tentu setiap kandidat akan melakukan pertemuan, kunjungan di daerah-
daerah/kampung-kampung. maka, sudah selayaknya kita mendapat data hadirin.
Nama , no Hp, dari Desa mana.
sehingga setiap kegiatan pertemuan kita tahu persis siapa yang hadir, apakah murni 100% warga,
atau hanya orang-orang itu saja yang di gerakan oleh tim sukses penggerak masa.
Pertemuan di Desa A, yang hadir 500, orang sendiri saja 250, nanti ke desa B ya orang itu lagi yang
hadir.

Pasti tentunya hal seperti ini biaya besar yang dikeluarkan tim sukses tidak akan terkonversi suara
sah di bilik suara.

5. Pendekatan tokoh Masyarakat/tokoh ormas/ tokoh preman.


Jika ada tokoh masyarakat bilang saya punya 100 orang saya punya 500 orang. maka mintalah agar
mereka mendata nama, nomor hp dan alamat desa/kecamatan.

sehingga kita tidak dikadalin. dan sudah menjadi rahasia umum, banyak orang hanya jual gerbong
kosong. saya ini kyai khos di sini punya 1.000 santri, tapi yang terdaftar di DPT hanya 200 santri saja.
rugikan kalau sudah keluarkan ‘oleh-oleh’ banyak tapi hanya dapat suara hampa.
6. Mesin Relawan/Kader/tim sukses
Tim sukses tentunya punya koordinator sampai dengan tingkat desa.
kita bisa menggerakan mesin ini, misal koordinator desa wajib sosialisasi dari rumah ke rumah,
meminta data no hp

pemilih, dan nama pemilih.

Rata-rata 1 Desa jumlah DPT antara 1.000 s/d 5.000


jika Tim sukses/relawan tingkat desa bergerak, sosialisasi dari rumah kerumah, meminta data pemilih,
nama dan nomor HP, dalam sehari bisa 100 rumah, dan satu rumah 3 pemilih, maka dalam waktu 5 hari
sudah mendapatkan 1.500 pemilih.

dan ini memang memerlukan tim


sukses/kader/relawan yang militan, berjiwa
petarung, berjiwa pekerja.
Jika anda tidak punya tim sukses seperti
ini, sebaiknya silahkan rekrut tim pendata
saja, atau jika tida mampu.
maka tidak usah memiliki aplikasi pilkada
aretasoft. karena akan percuma, aplikasi
bisa bermanfaat jika ada data yang
bisa diinput. jika tida ada data, maka juga
tidak akan berfungsi.
Apakah Aplikasi ini hanya untuk melakukan pendataan simpatisan/pemilih saja?
OOO tidak, Aplikasi ini tidak sekedar untuk pendataan saja, kalau hanya pendataan saja dari excel
saja juga bisa.

Aplikasi pilkada aretasoft ini kami rancang khusus untuk pemenangan dengan dengan data
simpatisan/data suara

potensial tersebut akan kita kirimi materi-materi kampanye, sosialisasi calon kandidat dengan menu
Broadcast sms.

Menu broadcast sms yang ada di aplikasi Pilkada aretasoft ini berbeda sekali dengan aplikasi sms
kampanye, sms massal

yang lainnya?

Karena memang aplikasi aretasoft ini didesain khusus untuk pemilu dan pemenangan, diantara
keunggulan sms

broadcast yang ada pada aplikasi pilkada kami adalah :

1. Broadcast sms dengan menyapa nama, menyebutkan desa atau kecamatan


Fungsinya adalah :
– Menyapa nama pemilih, sehingga terkesan sms broadcast yang dikirim adalah sms personal, si
penerima (pemilih) merasa di kenal oleh calon pemimpinnya.
contoh :
Yth Bapak/Ibu Rafi selamat pagi, selamat beraktivitas, semoga wrga desa Janti diberi kesehatan dan
rizki yang halal dan barokah.
Yth Bapak/Ibu Budi selamat pagi, selamat beraktivitas, semoga wrga desa Janti diberi kesehatan dan
rizki yang halal dan
barokah.
Yth Bapak/Ibu Diah selamat pagi, selamat beraktivitas, semoga wrga desa Sukajadi diberi kesehatan
dan rizki yang halal dan barokah.
Yth Bapak/Ibu burhan selamat pagi, selamat beraktivitas, semoga wrga desa Sukajadi diberi
kesehatan dan rizki yang halal dan barokah.
Hanya cukup satu kali nulis pesan, isi sms/pesan yang diterima pemilih akan berbeda2, menyapa
nama masing2 penerima.

fitur ini juga bisa difungsikan untuk mengangkat isu lokal, misal

Yth Bapak/Ibu Rafi selamat pagi, Jalan penghubung desa Janti akan menjadi prioritas kami dalam
tahun pertama kami.

Yth Bapak/Ibu Burhan selamat pagi, Jalan penghubung desa Janti akan menjadi prioritas kami dalam
tahun pertama kami.

Yth Bapak/Ibu diah selamat pagi, Jalan penghubung desa Janti akan menjadi prioritas kami dalam
tahun pertama kami.

2. dengan broadcast sms ini anda bebas mengirim pesan apapun kepada pemilih/pendukung anda,
termasuk mengingatkan mereka pada hari H nya nanti (Serangan Fajar via sms).

3. Mengirim sms Broadcast kepada Tim sukses, atau relawan sebagai bentuk konsolidasi, dan
koordinasi.

4. Mengirim sms Broadcast kepada Tim Sebelah.

5. Mengirim sms broadcast kepada saksi

6. selain untuk mengirim sms broadcast, dalam aplikasi pilkada aretasoft ini juga sudah di lengkapi
fitur sms center, sebagai penerima aduan, keluhan, aspirasi dan saran-saran dari warga lewat sms.

Pada intinya sms broadcast ini adalah media


menyapa warga, interaksi dengan warga,
menampung keluh kesah warga.
sehingga terjadi komunikasi dialogis , 2 arah via sms. bisa menjangkau semua pemilih dengan cepat.

Dengan SMS center anda tahu apa yang dikehendaki pemilih, suara warga, dan harapan untuk
kotanya.

jika Tim anda mampu memainkan bahasa komunikasi dengan baik melalui aplikasi pilkada aretasoft
ini, saya rasa sangat mudah untuk meraih suara terbanyak.

dan Jika isi pesan-pesan yang anda kirim melalui broadcast bisa menghipnotis pemilih, maka tentu
hal ini akan akan menjadi pembicaraan postif di lingkungan warga, secara tidak langsung warga akan
mengkampanyekan jagoan anda.

Jika isi pesan sms yang anda broadcast meliliki nilai copywriting yang baik, tentu emosi pemilih akan
tergugah dan bangkit menyebarkan isi sms kepada teman-temanya, tanpa anda suruh.
dan secara tidak langsung warga akan aktif mengkampanyekan jagoanmu tanpa di minta.
3 contoh isi sms yang bisa mempengaruhi pemilih

“bingung mau pilih siapa 15 Februari 17 nanti, semua calon tdk ada yang terbaik, tapi biarlah aku
pilih no 3 karena tidak sombong, mau menyapa warga.”

semua keluarga dan tetanggaku menentang pilihanku, tapi tak apa saya yakin pilihanku benar, no 3.
karena programnya realistis, tahu kebutuhan warga
“kenapa sich kamu mau pilih no 3, janjinya tidak muluk2, prioritas programnya hanya pendidikan,
kesehatan dan perbaikan jalan, dan gak pernah bagi2 uang.”

Isi broadcast sms bisa anda kreasikan sendiri bagaimana menghipnotis pemilih melalui sms.

sebar baliho, spanduk, banner, kalender


kartu nama itu penting, tapi tanpa aplikasi
pilkada aretasoft semua tidak akan
terukur hasilnya.
Menggelar pertemuan, rapat tertutup
maupun rapat terbuka penting, tapi tanpa
aplikasi pilkada aretasoft anda tidak akan
bisa menyapa kembali di Hari berikut
sampai hari H.
Pendekatan tokoh masyarakat, tokoh
agama sangat penting, tapi tanpa aplikasi
pilkada aretasoft anda bisa hanya
mndapatkan suara hampa belaka.
Pentingnya aplikasi pilkada aretasoft

 untuk mendata pendukung anda


 untuk mengirimi pesan-pesan/ kampanye via sms
 Mengcounter isu-isu yang menimpa jagoanmu via sms
 Mengingatkan pendukung tetap pada pilihannya sampai pada hari H.
 memompa kerja tim sukses/relawan

 bukan sekedar aplikasi pilkada biasa, bukan sekedar pemenangan biasa, tetapi sudah kami lengkapi fitur
kawal suara dengan real quick count via sms
saksi cukup mengirim hasil rekapitulasi suara di TPS di kirim ke sms center

Secara Otomatis total perolehan suara akan terekap dengan baik, dilengkapi grafik, jumlah suara dan
prosentase
Hasil ini akan sama persis dnegan rekapitulasi resmi tingkat kabupaten/kota, jika tidaka da keslahan
saksi, kecurangan penyelenggara pemilu.
Sehingga dengan dilengkapi real quick coun t ini, anda bisa mengawal suara dan mencegah kecurangan
sejak dini.

tetapi jika anda berniat curang, jangan beli


aplikasi aretasoft karena aplikasi pilkada
aretasoft untuk mencegah dan
mengindikasi adanya penggelembungan
dan pengurangan suara.
bukan untuk memanipulasi suara.
Apa yang saya siapkan?
Yang perlu anda siapkan hanyalah :
1. Komputer PC atau Laptop (spek minimal core
2 duo, ram 2 gb, HD 320 GB)
2. Modem Gsm, bisa pakai modem stik usb atau
modem pol (kami juga bisa sediakan)
3. Kartu/simcard GSM, mudah di cari dikonter.
4. Saksi/Relawan di tiap TPS (saya yakin pasti
sudah siap)
5. Timses /Relawan Pendata dukungan (saya
yakin pasti sudah siap)
6. Operator, minimal 1 orang.
Aplikasi pilkada aretasoft ini sangat kami
butuhkan berapa biayanya?
Harga sebuah teknologi kami tidak kami jual
mahal, karena ini bagian dari dukungan kami
pada pemilu yang jujur dan adil untuk kemajuan
demokrasi Indonesia.
Apakah?
Rp. 100 juta?
Rp. 50 Juta?
Rp. 25 juta?
tetapi hanya,
Rp. 7.495.000,- (Tujuh Juta Empat Ratus
Sembilan Puluh Lima Ribu Rupiah)
Edo Widodo
0852 3117 3133 (Tsel/WhatsApp)
0819 1443 2354 (XL)
PIN BB : DAF575D2

Pesan sekarang juga, lebih cepat lebih baik.


 Elektabilitas Meroket, Lebih awal anda menggunakan software pilkada aretasoft, semakin besar
kesempatan meraih suara terbanyak dengan mudah.
 Lebih awal anda pesan sekarang harga lebih hemat.
 Lebih awal anda menggunakan software pemenangan dan kawal suara pilkada aretasoft, semakin
mudah koordinasi antar tim sukes, relawan dan saksi.
 Lebih awal menggunakan aretasoft, lebih siap untuk menang!

Jadi tunggu apalagi


Order sekarang
Dapatkan spesial bonus!!
1.E-Book Meraih suara Modal SMS
2.E-Book Cara Mudah Mendapatkan Nomor HP
pemilih
lha, hanya dua bonus?
Dua itu saya rasa sudah lebih bermanfaat untuk
meraih kemenangan buat kandidat anda

Apa yang saya Dapat

1. Aplikasi pilkada Multi fungsi, diantara menu

1.1 Pendataan dukungan


1.2. Pemetaan Dukungan

1.3. Broadcast sms ke pemilih, tim ses/Relawan dan saksi

1.4 SMS Center

1.5 Real Quick count

1.6 Tabulasi suara

1.7 Pemetaan Hasil suara

1.8 Indikasi Penggelembungan suara

1.9 Print Out Rekapitulasi


1.10 View repot web/android New
2. E-Book “Cara Mudah Mendapatkan nomor Hp Pemilih dengan Cepat”

3. E-Book ” Meraih Suara Terbanyak Modal SMS”

4. Panduan (E-manual book)

5. Layanan Suport dan Training Online Free

6. Layanan Konsultasi sms kampanye

7. Panduan Saksi

Pertanyaan yang sering di tanyakan.


1. Tanya : Berapa Harga software real quick countnya?
Jawab : Order sekarang, cukup melakukan pembayaran Rp. 3.955.000,- (Tiga Juta Sembilan Ratus
Lima Puluh lima Ribu rupiah) sebelum tanggal 31 Oktober 2016
Harga Per Desember 2017 adalah Rp. 7.495.000
2. Tanya : Jika saya bayar sekarang, namun pemasangan/instalnya nanti bulan Depan bagaimana?
Jawab : Pembayaran bisa DP dahulu minimal 50%. Waktu penginstalan bebas menyesuaikan jadwal
anda, dan tanpa tambahan biaya. segera amankan harga spesial kami.
3. Tanya : Software ini meliputi tabulasi dukungan, broadcst sms massal, dan quick count. Jika saya
hanya menghendaki software quick countnya saja apa bisa?
Jawab : Bisa, tetapi anda tetap membayar dengan harga All In One, karena ini sudah satu software
multi fungsi
4. Tanya : Saya mau memakai software ini untuk tingkat kabupaten berapa jumlah modem yang
harus saya sediakan?
Jawab : Untuk tingkat Kabupaten/Kota estimasi jumlah TPS antara 500-1000 TPS. Idealnya minimal
menggunakan 3 modem. untuk quick countnya pada hari H, tetapi jika anda menggunakan juga untuk
broadcast pemilih maka idealnya minimal 8 modem.
5. Tanya : Apakah harus modem khusus untuk menggunakan software real quick count ini?
Jawab : Tidak, banyak modem yang teruji suport. yang terpenting harus modem GSM, diantara
modem USB stick yang bisa digunakan adalah hauwei e173, e153, 160, prolink psh 100, psh 300, zte
mf190. jika anda ingin praktis bisa menggunakan modem pool 1 modem 8 slot kartu GSM. kami juga
menyediakan modemnya jika anda memerlukannya .
6. Tanya : Apakah mudah penggunaannya?
Jawab : Aplikasi kami snagat mudah digunakan, menu bahasa Indonesia, disertai panduan dan
juga kita suport dan training, bisa sewaktu-waktu konsultasi .
7. Tanya : apakah format smsnya mudah bagi para saksi?
Jawab : Sangat mudah karena hanya melaporkan No TPS bertugas, hasil suara no urut 1, urut 2, dst.
Contoh : TPS1#1.230#2.230 (tanpa pin). Dan ini aman tidak bisa dikacaukan orang lain. karena sms
laporan yang nomornya tidak terdaftar tidak akan diproses system.
8. Tanya : bagaimana kalau saya order terima jadi, dalam hal ini perangkat, software dan juga SDM
operatornya?
Jawab : Untuk Order terima jadi, meliputi perangkat, software dan SDM, bisa kami layani apabila
memungkinkan karena keterbatasan SDM kami, jika SDM kami tidak mencukupi kami bisa melakukan
training kilat kepada Tim anda selama 1-3 hari. dan saya yakin dalam waktu singkat bisa
menggunakan software kami dengan mahir. karena memang software kami dirancang secara user
freindly/mudah digunakan.
Segera hubungi kami, untuk pesan terima jadi.
9. Tanya : Apa bisa Instal dan Training di tempat, nanti bayarnya juga ditempat.
Jawab : Bisa, kami melayani instal dan training ditempat sekaligus pembayran di tempat. dengan
syarat ada biaya transportasi dan akomodasi PP di tanggung anda, dan ditransfer lebih awal. namun
hal ini juga perlu di komunikasikan terlebih dahulu, agar bisa mudah mengatur waktu bagi kami.
10. Tanya : Apakah GARASNI dengan memakai software aretasoft ini akan menang dan memperoleh
suara terbanyak?
Jawab : Garansi yang kami berikan adalah menyampaikan pesan kandidat kepada pemilih yang
sudah terdata dengan mudah. Kami tidak bisa memeberi garasni pasti menang, karena poltik
uangpun tidak menggaransi menang. tetapi software kami bekerja memantau progres perlolehan
dukungan, kerja tim sukses dan relawan. sehingga bisa mengetahui secara real kekuatan diri sendiri.
dan sebagai bahan analisa serta evaluassi tim untuk menyusun strategi kemenangan.

Disclaimer

 Aplikasi Aretasoft bukan penambah suara/ aplikasi penggelembungan suara, tetapi aplikasi ini
membantu penyebaran informasi postif tentang kandidat, sehingga bisa mempengaruhi pemilih
dalam menentukan pilihannya.
 Aplikasi ini tidak bisa menghasilkan suara maximal jika data no hp pemilih minim dan isi
broadcast sms tidak menarik (bahasa komunikasi jelek/standart).
 Hasil Real quick count tidak akan maximal, jika saksi ditiap-tiap Tps, tidak terdaftar di
program/database, Saksi tidak mengirim laporan, atau saksi salah kirim laporan dan tidak
mengulang
 Gagalnya pembacaan sms atau pengiriman sms yang disebabkan gangguan dari provider,
diluar kewenangan kami.
Edo Widodo
0852 3117 3133 (Tsel/WhatsApp)
0819 1443 2354 (XL)
PIN BB : DAF575D2
Komunikasi politik kajian pilkada “STRATEGI TIM SUKSES EFISIEN & EFEKTIF”

Oleh: Bahrin Rambe,SHI

Tidak dipungkiri bahwa Pilkada adalah suatu pristiwa politik, namun proses dan hasil Pilkada
dapat pula dicapai melalui analisis mekanisme pasar dan pendekatan makro-mikro ekonomi.
Mensukseskan Pilkada (KPUD) dan memenangkan Pilkada (kandidat Gubernur/Bupati/Walikota)
membutuhkan analisis untung rugi dan kalkulasi ekonomi yang akurat yakni bagaimana
mengurangi resiko-biaya sosio-ekonomi dan sosio-politik. Efisiensi penting dalam berbagai
bidang baik dalam pelaksanaan Pilkada (KPU/Desk Pilkada) maupun cara memenangkan
Pilkada (kandidat/ koalisi/non koalisi partai pendukung). Tim sukses kandidat Pilkada
seharusnya berpikir strategik-efisien bagaimana mengurangi resiko dan meningkatkan
keuntungan/manfaat (”to minimize risks and to maximizize profits”). Hal ini diperlukan agar
Pilkada dapat dilaksanakan secara efisien bukan sekedar efektif dengan mengurangi beban
(”economic burdens”) dibandingkan dengan manfaat politik (”political benefits”). Dua kerugian
dan kemubaziran yang timbul pertama pelaksanaan Pilkada tidak dijalankan dengan efisien dan
yang kedua biaya ekonomi dan ongkos politik dari kandidat Gubernur/Bupati/ Walikota akan
semakin besar.

SURVEY.

Pilkada adalah proses demokrasi yang dapat diukur, dikalkulasi, dan diprediksi dalam proses
maupun hasilnya.

Survei merupakan salah satu pendekatan penting dan lazim dilakukan untuk mengukur,
mengkalkulasi, dan memprediksi bagaimana proses dan hasil pilkada yang akan berlangsung,
terutama menyangkut peluang kandidat. Sudah masanya meraih kemenangan dalam pilkada
berdasarkan data empirik, ilmiah, terukur, dan dapat diuji.

Sebagai salah satu aspek penting strategi pemenangan kandidat pilkada, survei bermanfaat
untuk melakukan pemetaan kekuatan politik. Dalam hal ini, tim sukses semestinya membuat
survei untuk: (1) memetakan posisi kandidat di mata masyarakat; (2) memetakan keinginan
pemilih; (3) mendefinisikan mesin politik yang paling efektif digunakan sebagai vote getter; serta
( 4) mengetahui media yang paling efektif untuk kampanye.

Tim sukses harus mengandalkan survey untuk menentukan strategi pemenangan kandidat.
Untuk mengetahui bagaimana peta/sebaran dukungan dan preferensi pemilih terhadap kandidat
berdasarkan aspek: wilayah, usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama, afiliasi keagamaan dan
organisasi sosial, serta tingkat sosial-ekonomi.

Untuk mengetahui bagaimana tingkat popularitas kandidat di masyarakat, baik pada masa pra-
kampanye maupun pada masa kampanye menjelang pemilihan. Melalui survei, tim sukses akan
dapat memperkirakan seberapa besar dana yang diperlukan untuk membiayai kampanye.

Melalui survei tim sukses dapat mengemas pencitraan kandidat sesuai dengan ideal yang
diharapkan pemilih dan dapat menggunakan media kampanye yang tepat. Untuk
mengidentifikasi isu-isu strategis yang berkembang di masyarakat sebagai bahan kampanye
kandidat dan dapat menyusun program kampanye sesuai kehendak pemilih. Untuk mengetahui
besaran peluang atau probabilitas menang kandidat dalam pilkada.

Sarana ”sosialisasi” kandidat kepada masyarakat.

Survey perlu diadakan minimal 3 kali sebelum hari H pilkada dilakukan. Survey pertama,
sebaiknya dilakukan secepat mungkin. Sebab kandidat yang tahu situasi lebih cepat memiliki
kemungkinan menang lebih besar. Survei pertama ini digunakan untuk mengukur modal dasar
yang dimiliki kandidat dan mengukur harapan masa pemilih. Survei pertama dipakai sebagai
dasar pencitraan kandidat, dan strategi pemasaran dan pemenangan kandidat. Survey kedua
diadakan 3-2 bulan setelah tim sukses bergerak memasarkan kandidat (berkampanye). Survei
ini digunakan untuk mengetahui seberapa efektif strategi kampanye yang telah dilakukan.
Survey ketiga diadakan pada saat pelaksanaan kampanye pilkada. Survei ini digunakan untuk
mengetahui seberapa efektif strategi kampanye dan upaya pemenangan yang telah dijalankan.
Juga untuk menilai berapa kira-kira perolehan suara kandidat dalam pilkada nanti.
JARGON SINGKATAN NAMA CALON KANDIDAT
Orang Indonesia lebih cepat mengenal kata atau merek yang terdiri dari dua suku kata. Mirip
dengan strategi pembuatan merek yang menganjurkan menggunakan kata sederhana agar
mudah diingat, mudah dibaca dan ditulis.

Lantas bagaimana dengan merek yang menggunakan lebih dari dua suku kata? Tentu saja tetap
bisa sukses dipasar dengan menggunakan berbagai strategi. Yang pasti effort dan waktu yang
digunakan akan berbeda. Sebagai contoh, YAMAHA yang baru saja sukses menjadi market
leader di awal tahun ini setelah melewati masa yang cukup panjang menghadapi dominasi
Honda.

Beberapa merek yang panjang menggunakan strategi singkatan agar lebih mudah dikenali dan
diingat. Presiden Indonesia Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono disingkat SBY, merek Hawlett
Packard disingkat HP, Studio 21 disingkat TO, Mc Donald dikenal dengan McD, Kentucky Fried
Chicken menjadi KFC, jalan Botolempangan disingkat Botlem, Mal Ratu Indah menjadi MARI,
Mal Panakkukang menjadi MP, PT. Telekomunikasi Indonesia dikenal dengan TELKOM,
Excelcomindo disingkat XL, Ujungpandang Ekspress menjadi UPEKS dan lain sebagainya.

Tim Sukses Cagub telah memikirkan berbagai strategi untuk menguasai benak calon pemilih.
Termasuk strategi pemilihan singkatan bagi nama calon untuk menjadi materi promosi. Konsep
memasarkan Cagub adalah personal branding strategy. Karena nama Cagub juga sama dengan
merek. Sehingga menjadi penting untuk mempelajari dan meng-implementasi-kan konsep
personal branding ini. Perlu diingat bahwa dalam pemasaran, tiada lain bertujuan menciptakan
persepsi terhadap merek untuk masuk ke benak pasar (mind share) hingga menguasai hati
pemilih (heart share).
Mengapa heart share? Karena para pemilih kita adalah pasar yang rasional dan akan bertindak
sesuai dengan hati nuraninya.

INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGI


pembahasan sekelumit tentang “kekuatan” Information and Communication Technology (ICT)
terhadap sebuah kekuatan politik, khususnya tentang kampanye. Bisa jadi, hal ini bukan sesuatu
yang baru. Pasalnya, pada pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 1944 saja, Franklin D
Roosevelt telah menggunakan teknologi yang cangih pada jamannya, yakni Radio, sebagai
sarana untuk mensukseskan pemilihannya.

Di Indonesia saat ini berbagai inovasi dalam berkampanye sudah dilakukan. Berbagai strategi
kampanye yang ada di luar negeri dicoba diterjemahkan dan diimplementasikan di Indonesia.
Namun sayangnya, banyak pihak belum menggabungkan dan membangun sejumlah perangkat
kampanye menjadi satu kesatuan. Melakukan sinergi antara item dan strategi kampanye modern
dan tradisional sehingga terbentuk sistem yang cantik dan cerdas. Yang terjadi saat ini justru
“perang” item kampanye konvensional. Seperti kaos, spanduk, baliho, stiker, dan lain-lain. Tidak
hanya itu, kekuatan/konflik fisik pun mewarnai dan mencoreng nilai kampanye. Sesuatu yang
sangat tidak diharapkan.
Jumlah daftar pemilih bagi kandidat bupati/walikota/gubenur tentu merupakan data yang sangat
penting. Dari data inilah nantinya bisa dijadikan informasi. Dan dari informasi yang ada akan
dibuat sebuah pemetaan. Yakni peta untuk mengetahui:

– yang menjadi kekuatan/pendukungnya

– yang kontra

– yang abstain

– yang mengambang

– yang ragu

– Dan lain-lain.
Pemanfaatan ICT, seperti SMS, Call Centre, Radio daerah dan Situs merupakan langkah awal
untuk bisa menjaring loyalis, mengenalkan sang kandidat sekaligus melakukan pemetaan awal.
Untuk SMS, khususnya di daerah yang penetrasi ponselnya sudah relatif tinggi, dengan
melakukan “pancingan” berupa Kuis SMS (dengan tema yang mengarah pada sang kandidat,
tanpa melakukan black campaign) yang berhadiah menarik, tentu data yang masuk menjadi
point tersendiri bagi sang kandidat. Data inilah yang harus diolah menjadi informasi yang bisa
merebut hati dan pikiran calon pemilih. Ini pula peluang/kesempatan sang kandidat untuk bisa
menjadikan pertemuan maya menjadi pertemuan nyata.
Dengan mencermati aturan yang ada, tanpa melanggar ketentuan, bagaimana caranya SMS
Broadcast dilakukan dengan pesan-pesan yang memikat calon pemilih. Atau dengan kata lain
mulai melakukan soft campaign. Data no HP dari SMS Quis merupakan aset mahal bagi sang
kandidat. Begitupun saat kampanye berlangsung, dibukanya kran untuk menyampaikan kritik,
saran dan pendapat dari pemilih dan bagaimana sang kandidat bisa menanggapi secara
simpatik merupakan bagian dari strategi kampanye yang perlu di cermati.
Bagi kandidat, penerapan ICT dalam masa pra kampanye dan saat kampanye, bahkan saat
perhitungan suara (yang dilakukan oleh tim sukses dan loyalis) untuk menjaga akuntabilitas
KPUD tentu merupakan point plus tersendiri. Dibukanya kran kritik, akan memberikan image
terhadap kandidat bahwa dirinya siap dikritik dan siap mendengarkan. Sementara masukan/data
masyarakat berupa kritik dan lainnya dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas
kampanye. Memang benar, penetrasi ponsel tidaklah besar dibandingkan jumlah pemilih, Namun
efek domino terhadap lingkungan sekitar inilah yang diharapkan mampu mendongkrak
popularitasnya dan pada akhirnya memilih dirinya.
Lagi-lagi ini adalah cara jitu menangkap basah “pasar” potensial dalam melakukan pemetaan.
Sehingga bisa diketahui mana yang harus konsentrasi kampanyenya lebih besar, mana yang
tidak.
Begitupun dengan pemanfaatan teknologi call centre. Dengan dibukanya akses telepon
gratis/bebas pulsa pada waktu-waktu tertentu sehingga ada komunikasi langsung antara calon
pemilih dan sang kandidat, menjadikan peluang untuk bisa mengetahui isu-isu apa yang paling
penting di daerah satu dengan yang lain. Inipun bisa dijadikan peluru dalam menyampaikan
pesan-pesan yang “membumi” saat kampanye berlangsung. Bukan pesan umum yang ada di
awang-awang yang susah untuk dicernah oleh calon pemilih. Lagi-lagi ini peluang untuk mencari
pasar potensial loyalis. Fungsi yang sama pun berlaku bagi situs.
KOMUNIKASI MASSA.

Memposisikan media sebagai sebuah kekuatan vital, sebagaimana tergambar dalam hypodermic
theory. Dengan anggapan bahwasannya massa itu bodoh, pasif dan bisa dimanipulasi, iklan
gencar-gencaran di pasang sebagaimana pamplet, spanduk dan baligo di pasang dimana-mana.

Tetapi apapun praktek komunikasi massa yang dilakukan, figure yang tampil tetap menjadi
bahan perhatian yang tidak akan pernah terlupakan. Karena elemen komunikasi massa tidak
hanya media penyampaian informasi dan khalayak saja, tetapi juga figure alias komunikator
sebagai aktor utama. Hal terakhir inilah yang mesti dicek kembali kelayakannya untuk dijadikan
pilihan oleh masyarakat banyak.

Disinilah kemudian faktor kredibilitas menjadi rujukan. Kredibilitas yang merujuk langsung
kepada kapasitas tekhnis, moral dan kepintaran sang kandidat. Secara teoritik kredibilitas
memang bisa di design sedemikian rupa. Apalagi di zaman dimana komputer sudah menjadi
kehidupan keseharian masyarakat.

Memakai tekhnik photo mutakhir, gambar yang garang bisa dimanipulasi. Hitam bisa jadi putih,
hijau jadi merah,muka garang bisa jadi muka manis, muka dingin bisa jadi sangat friendly. Pada
pilpres kemarin Tim sukses Amien Rais berusaha mati-matian untuk menghilangkan kesan muka
licik pak Amien. Dan itu sukses setelah beberapa kali photo Amien Rais di bolak-balik oleh
sebuah biro photographi di Jakarta.

Simbol sebagai kekuatan media massa, komponennya ada dua. Pertama kuantitas symbol itu
disosialisasikan kepada masyarakat. Semakin massif symbol itu disosialisasikan di tengah
masyarakat, maka semakin tinggi tingkat kemungkinan symbol itu merasuk kealam bawah sadar
masyarakat pemilih dan menjadi pegangan di bilik suara. Kedua tingkat kedekatan symbol itu di
tengah masyarakat. Semakin symbol itu menjadi keseharian kehidupan masyarakat, maka
symbol itu akan sangat mungkin untuk menang. Misalnya, pada pilkada D.K.I. Jakarta kalau
Fauzi Bowo dengan ciri kumisnya dapat diingat oleh para pemilih di bilik suara. Warna orange
yang dipakai Adang sudah menjadi keseharian kehidupan masyarakat Jakarta. Sudah
tersosialisasikan begitu massif sebelum pelaksanaan pilkada itu sendiri. Indikatornya bisa dilihat
dari pendukung Persija, yang sudah menjadi maskot warga ibukota, juga warna identitas pemda
Ibu kota sendiri.

STRATEGI TWO STEP COMMUNICATION

Pada jurusan lain strategi two step communication pun dilaksanakan baik dengan cara
manipulatif maupun proses negosiasi politik yang elegant. secara manipulatif masing-masing
calon memanfaatkan posisinya sebagai pimpinan beberapa perkumpulan. Bahkan membuat
komunitas bikin-bikinan dan menyatakan sebagai pendukungnya. Sehingga tidak aneh bila masa
pilkada ini banyak organisasi yang tiba-tiba muncul dan menyatakan dukungan.
Secara elegan sejumlah prominent figure didekati dan diminta partisipasinya untuk mendukung
masing-masing kandidat. Keuntungannya kesuksesan citra bahwasannya mendapat dukungan
dari tokoh masyarakat juga bergeraknya komunitas dibawah bimbingan tokoh tersebut.

MEMAKAI JASA LEMBAGA STRATEGIC AND POLITICAL CONSULTING

Cara inilah mungkin yang paling mahal pada saat ini. Misalnya kita ambil dari pencitraan
Soetrisno Bachir atau biasa disingkat S.B. dia memakai jasa lembaga strategic and political
consulting profesional pertama di Indonesia yaitu Fox Indonesia .

Yang dimaksud professional disini dalam pengertian bisnis kampanye yang modern dan
konsultan murni, penggarapannya mulai hulu hingga hilir. Mulai pencitraan, iklan, pemberitaan di
media, kampanye, sampai strategi pemenangan suksesi.

Dalam pengerjaannya Fox Indonesia menggunakan sistem outsourching. Beberapa elemen


dalam proses produksi diserahkan kepada profesional. Misalnya pemenangan pilkada diperlukan
elemen survey. Untuk tugas itu, Fox Indonesia menyerahkan kepada LSI ( Lembaga Survei
Indonesia ) milik Saiful Mudjani. Begitu juga dalam pembuatan iklan di televisi. Sampai-sampai
melibatkan sutradara muda Ipang Wahid, urusan Fotografi dipercayakan pada fotografer
kawakan Darwis Triadi. Bahkan sebentar lagi sutradara terkenal seperti Garin Nugroho akan
bergabung dengan Fox Indonesia. Puncak demokrasi adalah sebuah festival tempat berbagai
komunitas masyarakat bisa bergabung dan menikmati kebebasan menuangkan kreasi, termasuk
para seniman.

Untuk menunjang pekerjaan Fox Indonesia dibentuk beberapa divisi. Salah satunya yang paling
krusial adalah divisi Think thank yang menggagas ide-ide dalam membangun citra tokoh dalam
iklan. Termasuk pemilihan puisi Chairil Anwar dan ide memasang iklan di studio 21. Strateginya
juga termasuk memasang iklan di Koran-koran utama, media luar ruang pemasangan baliho di
seluruh Indonesia, dan roadshow ke berbagai daerah di Indonesia. Harga yang dipatok memang
mahal, untuk iklan di televisi saja bisa mencapai 180 kali tayang dalam sehari dan ditayangkan di
jam-jam utama atau prime time. Belum lagi iklan di radio dan TV lokal, maka dari itu diperlukan
anggaran yang sangat besar untuk menggunakan jasa konsultan seperti Fox Indonesia.

KESIMPULAN.

Dari strategi diatas diharapkan selain efektif dan mengena, juga efisiensi biaya di perhitungkan.
Selain itu waktu dan kesempatan juga diperhitungkan mengingat persaingan sesama kandidat
semakin kompleks. Jika tim sukses telat mengambil langkah dan kalah dengan tim sukses calon
kandidat lain jelas merugikan tim sukses ini. Selain ongkos biaya yang terbuang percuma, juga
calon kandidat yang diperjuangkan akan menerima hujatan dari masyarakat yang membela
kandidat lain, serta massa yang sebelumnya mendukung kandidat ini akan balik menghujat
karena beralih mendukung kandidat lain. Dari strategi yang tertulis adalah suatu opsi yang harus
juga diperhitungkan. Mengingat strategi tersebut juga tidak sedikit ongkos biaya yang
dikeluarkan, dan mewajibkan tim sukses agar selalu berfikir efisien dan efektif dalam
memperjuangkan kandidat.

STRATEGI PEMENANGAN
PEMILUKADA KBB 2018
Diposkan pada Januari 2, 2017 oleh Lutfi Nurwahid
Sebagai bentuk apresiasi dan Apresiasi kami terhadap Kang Doddy, berikut ini kami
memberikan masukan atau rekomendasi melengkapi strategi dan langkah-langkah yang sudah
dilakukan oleh Kang Doddy dalam program Pemenangan Pemilukada Kabupaten Bandung
Barat 2018 mendatang.

“Kenali Diri Sendiri, Kenali Lawan; Maka Kemenangan Sudah Pasti Ada di Tangan! Kenali
Medan Pertempuran, Kenali Iklim; Maka Kemenangan Akan Sempurna! (Sun Tzu)”.
Menuju pemenangan Pemilukada Kabupaten Bandung Barat 2018 bukanlah hal yang mudah
dan sederhana, disebabkan banyaknya tahapan yang harus diikuti dan dilalui, serta Kang
Doddy sebagai Partai atau Relawan peserta pemilu harus mampu mendorong para Kandidat
Kang Doddy menuju kemenangan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka perlu
adanya sebuah proses yang tepat melalui sejumlah langkah-langkah dan pertimbangan-
pertimbangan strategis yang diambil dalam upaya pemenangan Kang Doddy di Pemilukada
Kabupaten Bandung Barat 2018mendatang, antara lain:

1. Penyusunan perencanaan (Grand Design Planning)


Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan hasil perencanaan yang utuh terhadap sumberdaya
organisasi atau Partai atau Relawan, mensinergikan semua rangkaian program yang telah,
sedang, dan yang akan dilakukan. Mengukur target pencapaian strategi, mengarahkan
sumberdaya, dan pencapaian hasil yang rasional dan terarah. Outputnya adalah Blue
Print Pemenangan Kang Doddy dalam Pemilukada Kabupaten Bandung Barat 2018.
2. Membangun Human Resource, Support System, penyiapan sarana prasarana dan
infrastruktur penunjang.
Langkah ini merupakan persiapan awal yang menghimpun semua kekuatan sumber daya
manusia potensial dan kompeten, bisa dalam bentuk tim sukses, tim inti, tim pendukung, tim
penunjang, tim bayangan, atau tim pemelihara. Terkait dengan support system dapat berupa
sistem yang berbasiskan teknologi informasi, sistem manajemen pemenangan,
manajemen think tank, manajemen kampanye dan manajemen koordinasi jaringan. Dan
dilanjutkan dengan penyiapan seluruh potensi dalam bentuk sarana prasarana serta
infrastruktur lainnya dalam bentuk pengadaan Kesekretariatan (Base Camp), mobilisasi dan
alat-alat penunjang lainnya. Outputnya adalah Deklarasi Tim Pemenangan Kang Doddy
dalam Pemilukada Kabupaten Bandung Barat 2018.
3. Melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal (Environmental Scanning)
Langkah ini harus dilakukan untuk mengukur semua potensi atau kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki Partai atau Relawan, agar dapat menghasilkan sebuah keputusan-keputusan
strategis yang baik dan terarah. Berbagai keputusan strategis, kebijakan, program, sasaran,
target, dan pelaksanaan di lapangan berdasarkan hasil analisis lingkungan yang telah terlebih
dahulu dilakukan. Outputnya adalah Analisis SWOT Pemenangan Pemilukada Kabupaten
Bandung Barat 2018.
Langkah ini dilanjutkan dengan melakukan pemetaan politik guna menunjang pencapaian
tujuan dalam Pemenangan Pemilukada 2018, yaitu dengan melakukan survei Pemetaan
Perilaku Pemilih, antara lain berupa: Memetakan pemilih berdasarkan demografi dan
preferensi politik; Memetakan isu-isu strategis lokal; Memetakan nama-nama yang
berpotensi menjadi kawan dan lawan; serta Memetakan media komunikasi yang efektif
digunakan oleh pemilih. Outputnya adalah Strategi Mempengaruhi Perilaku Pemilih dalam
Pemenangan Pemilukada Kabupaten Bandung Barat 2018.
Langkah berikutnya adalah masih dalam pemetaan politik, yaitu dengan melakukan survei
Pemetaan Jaringan, antara lain berupa: Inventarisir Jaringan yang potensial jadi mesin politik;
Memetakan wilayah dari masing-masing jaringan dan Inventarisir Nama-nama yang memiliki
potensi menjadi tim sukses. Outputnya adalah Strategi Mobilisasi Tim Pemenangan Kang
Doddy Pemilukada Kabupaten Bandung Barat 2018.
Selanjutnya masih dalam pemetaan politik, yaitu dengan melakukan survei Pemetaan Media
Massa, antara lain berupa: Inventarisir semua media massa lokal; Menganalisis
kecenderungan isi media; Menjajaki kemungkinan kerja sama; dan Analisis media paling
efektif. Outputnya adalah Strategi Pencitraan Kang Doddy dalam Pemenangan Pemilukada
Kabupaten Bandung Barat 2018.
Dan terakhir dalam melakukan analisis lingkungan adalah upaya melakukan identifikasi
terhadap kearifan lokal melalui survei dan FGD serta Pelatihan , antara lain berupa:
Kebiasaan masyarakat lokal, Budaya dan sosial masyarakat lokal, Tingkat pengetahuan
masyarakat, Kemampuan Ekonomi rumah tangga masyarakat, Tingkat kebutuhan energi
masyarakat, Iklim dan pola pertanian masyarakat, Potensi sumber daya lokal, dan Pemetaan
kependudukan lokal. Outputnya adalah Analisa kebutuhan dan potensi masyarakat lokal.
4. Menyusun dan menetapkan formulasi strategi berbentuk Grand Strategy
Langkah ini adalah sangat penting, setelah penyusunan rencana dan menganalisis
semua variable lingkungan, maka akhirnya kita menyusun formulasi strategi yang akan
mewarnai seluruh rangkaian kegiatan atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Yang selanjutnya merekomendasikan Strategi Pemenangan Pemilukada Kabupaten
Bandung Barat 2018 dinamakan “TOUCH STRATEGIC” atau “STRATEGI SENTUH”.
Strategi ini sebagai strategi utama (grand strategy) yang mengerahkan semua potensi Partai
atau Relawan terhadap pemenangan Pemilukada.
Maksudnya adalah sebuah strategi melalui pendekatan yang lebih diarahkan pada upaya
Partai atau Relawan melalui Kandidat Kang Doddy dengan menyentuh langsung pada
konstituen atau pemilih simpatisan. Hal ini tentunya sejalan dengan upaya Kang Doddy yang
ingin dekat dengan para anggota dan simpatisan Partai atau Relawannya, bahkan para
pengurus pun tidak memiliki hak istimewa, karena justru memberikan peluang kepada
masyarakat untuk merasa dekat dan memiliki Partai atau Relawan secara utuh, terbuka, dekat
dan tidak eksklusifisme.

Transaksi yang dilakukan adalah hati ke hati (heart to heart) atau dengan moto 3S (Senyum,
Salam, Sapa) yang dapat menyentuh langsung pada hati masyarakat dengan calon yang
mewakilinya atau Partai atau Relawannya. Bilamana masyarakat sudah tersentuh hatinya,
maka akan dapat mudah untuk berbuat apapun kepada masyarakat, bahkan masyarakat itu
sendiri akan merasa memiliki dan memberikan partisipasi aktif terhadap Kang Doddy.
Upaya Partai atau Relawan untuk melakukan strategi positioning melalui political
marketing yang mereferensi pada pasar (electoral), tentunya diharapkan mampu memberikan
pengaruh dan hasil yang signifikan dan keteraturan dalam pelaksanaan atau implementasinya
di lapangan.
Apapun strategi implementasinya harus tetap mengacu pada filosofi dasar Partai atau
Relawan dan Visi Misi Kandidat yang akan dibangun, sehingga terjadi sinergitas dengan
program-program yang telah dilakukan yang pada akhirnya bermuara pada keberhasilan dan
keunggulan secara jangka panjang (Sustainable Competitive Advantage/SCA).
Penanggung jawab langsung adalah Kandidat Kang Doddy yang secara nyata harus
diimplentasikan di semua tingkat Kecamatan, Desa, RT dan RW terintegrasi langsung Tim
Pemenangan.
Pendekatan yang dilakukan adalah mengurangi jurang pemisah (gap) antara tujuan Partai
atau Relawan dengan keinginan rakyat kepada Partai atau Relawan politik sebagai wadah
menampung aspirasi. Identifikasi terhadap konstituen di daerah melalui pendekatan kearifan
lokal dan identifikasi kebutuhan masyarakat yang up to date, dirasakan sangat perlu untuk
memastikan semua program dan tujuan Partai atau Relawan dapat terarah dan diterima
masyarakat. Apabila kebutuhan dan keinginan masyarakat sudah teridentifikasi, maka akan
dengan mempermudah penentuan program atau kegiatan Partai atau Relawan
diimplementasikan di lapangan, sehingga tingkat partisipasi dan apresiasi masyarakat akan
sangat tinggi terhadap Kang Doddy.
Batasan dan pertimbangan implementasi strategi, tentunya mengacu pada pencapaian
Manifesto Partai atau Relawan, Visi dan Misi Partai atau Relawan serta Program Jangka
Pendek yang telah ditetapkan. Strategi Pemenangan Pemilukada Kabupaten Bandung Barat
tidak akan terlepas pada, kondisi strategis internal Partai atau Relawan dan kemampuan serta
kekuatan yang dimiliki Partai atau Relawan saat ini, antara lain: sumberdaya manusia
(pengurus dan semua potensi anggota Partai atau Relawan), sumber dan kemampuan
pembiayaan (budgeting) yang diatur oleh AD/ART dan Undang-Undang, Sarana Prasana
Pendukung lainnya yang sah dimiliki Partai atau Relawan, dan Kapasitas Organisasi.
Subjek dari implementasi strategi ini adalah semua kapasitas Partai, Relawan, organisasi,
pengurus, anggota, kader dan partisipan, tim sukses, potensi dan kekuatan organisasi kami,
serta potensi dan kekuatan ormas.
Sedangkan objek dari strategi ini adalah seluruh masyarakat yang telah memiliki hak pilih
pada Pemilukada Bandung Barat 2018, masyarakat potensial yaitu yang belum memiliki hak
pilih dan akan menjadi pemilik di Pemilu berikutnya, dan elemen masyarakat lainnya yang
bermukim di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tagline yang diusung adalah “Pilihanku 1 Nomor 1”, dan selanjutnya diberikan penjelasan
“1 Hati, 1 Rasa, 1 Tujuan, 1 Partai atau Relawan… Partai atau Relawan Nomor 1… Kang
Doddy jadi Pemersatu”.
Outputnya adalah Kemenangan Kang Doddy dalam Pemilukada Bandung Barat 2018
5. Menyusun dan menetapkan strategi penunjang dan strategi pengungkit.
Selain strategi utama, ada strategi penunjang dan pengungkit yang sifatnya melengkapi
strategi utama yang telah dibangun dan disosialisasikan, yaitu Strategi Tersembunyi (Hide
Strategic) dan Strategi Kamip (Wing Strategic).
 Strategi Tersembunyi (Hide Strategic)
Sebagai strategi dukungan terhadap strategi utama yang dijalankan, yang sifatnya silent dan
tidak terlihat, dibentuk oleh Kandidat sebagai tim khusus (task force) dan inteljen yang
bersifat rahasia yang hanya diketahui langsung oleh Pimpinan Terbatas dan Ketua Tim
sukses.
Strategi ini akan berbeda dengan strategi utama, dilakukan melalui kerja inteljen dan
tersembunyi, sifatnya mencari informasi yang dianggap penting oleh pengampu kepentingan
dalam upaya menguatkan proses pengambilan keputusan strategis. Task Force ini bernama
“helicopter team”, yang melakukan pengintaian terhadap situasi strategis dan kondisional,
baik ke dalam maupun ke luar organisasi.
Upaya-upaya yang dilakukan seperti: Operasi Inteljen, Propaganda, Silent Advokasi,
Provokasi dan Penggembosan, IT Inteljen, Counter Issue, Data Kekuatan Lawan, Data
Kelemahan Lawan, penusupan dan penyamaran, Keghoiban dan Spiritualitas, Identifikasi
Budaya dan Kearifan Lokal, serta Identifikasi Kekuasaan dan Kekuatan lawan dan kawan.

Outputnya adalah Database dan Informasi Inteljen Pemenangan Pemilukada Bandung Barat
2018.
 Strategi Kamip (Wing Strategic)
Strategi ini juga berbeda dengan strategi utama, sebagai strategi dukungan terhadap strategi
utama yang dijalankan sifatnya terbuka (open) dan dilakukan oleh semua badan dan
Organisasi atau Struktur Kamip Kang Doddy dan para simpatisan lainnya, dikoordinasikan
Ketua Tim Sukses Partai atau Relawan sebagai pengkayaan dan penunjang semua program
yang dijalankan.
Strategi ini diharapkan akan menjadi pengungkit (leverage) bagi keberhasilan semua upaya
implementasi strategi di lapangan, menutupi kekurangan dan memberikan masukan serta
bantuan strategis guna pencapaian Pemenangan Pemilukada Bandung Barat 2018.
Upaya-upaya yang bisa dilakukan seperti: Mobilisasi massa, Membantu Event secara formal
dan informal, Membina Jaringan Aktivitis dan kader, Pembekalan dan Pendidikan Kader,
Crisis Center, Counter Media, dan Tim Transformer.
Outputnya adalah Team Pendukung untuk Pemenangan Pemilukada Kabupaten Bandung
Barat 2018 dan dapat sebagai Moral Force, Police Team, atau Event Organizer.

6. Mengimplementasikan strategi utama dengan strategi turunannya.


Pelaksanaan atau implementasi dari perencanaan, konsep sampai formulasi strategi yang
telah ditetapkan sebelumnya menjadi keberhasilan dari sebuah strategi itu sendiri, karena
sehebat apapun strategi, tanpa diimplementasikan tidak akan ada gunanya dan maknanya.
Pelaksanaan strategi tersebut akan sangat dipengaruhi oleh waktu atau tahapan pelaksanaan
pemilu itu sendiri, karena itu ada 3 (tiga) tahapan umum pemilu, yaitu: pra-pemilu, pemilu,
dan pasca-pemilu.

Badan Pemenangan Pemilukada bersama tim strategi khusus tentunya telah menyusun dan
menyesuaikan langkah, program dan kebijakannya dengan jadual pelaksanaan Pemilukada
Bandung Barat 2018. Setelah tahapan perencanaan dilakukan, dilanjutkan dengan analisis
lingkungan melalui beberapa survei dan outputnya, lalu dilakukan formulasi dan strategi
implementasi. Berikut ini adalah beberapa strategi yang dilakukan pada tahapan pra-pemilu:
 Strategi Mempengaruhi Perilaku Pemilih
Tujuan dari strategi ini mendapatkan sejumlah informasi awal untuk melakukan kegiatan
kemenangan pemilukada dengan terlebih dahulu memetakan kondisi dan situasi daerah yang
pada akhirnya memberikan kemudahan untuk pelaksanaan aksi. Hingga kemudian tim sukses
dapat menentukan area atau daerah potensi yang dapat dipengaruhi secara akurat sebagai
daerah kemenangan pemilu. Strategi ini akan sangat menentukan dalam melakukan kegiatan
atau program kemenangan berikutnya serta jumlah keperluan atau mobilisasi sarana,
prasarana, dan akomodasi yang harus dipersiapkan tim sukses.

 Strategi Mobilisasi
Tujuan dari strategi ini adalah membangun organisasi pemenangan pemilukada yang efektif
dan efisien, mendesign kerangka kerja organisasi yang jelas dan terukur, dan menentukan
target-target pemenangan dan schedulenya. Implementasi dari strategi ini meliputi:

– Pembangunan jaringan dan organ politik (Design Struktur tim sukses, Pembentukan tim
sukses tingkat, kabupaten, kecamatan, desa RW dan RT), serta perluasan jaringan sosial.

– Pelatihan manajemen tim sukses (Pemahaman perilaku pemilih, organisasi tim sukses,
media kampanye, targeting, penyusunan dan evaluasi program).

– Penyusunan program kemenangan (Design program kunjungan, ceramah, aksi sosial,


peresmian, kontrak politik, turnamen, pawai, hiburan, komunikasi tradisional, komunikasi
multimedia dan alternatif).

– Pemenuhan persyaratan pencalonan (Dukungan Partai atau Relawan politik, persyaratan


administrasi KPU).

– Pembentukan tim kampanye.

– Pembentukan tim saksi.

– Pembentukan tim mobilisator.

 Strategi Pencitraan
Tujuan dari strategi ini adalah membentuk citra diri Calon Legislatif sesuai dengan visi, misi
dan target pemilih, menentukan media komunikasi politik yang efektif, mendesign isi
komunikasi politik, serta upaya mempengaruhi isi liputan media massa. Implementasinya
meliputi:

– Pembentukan media center (Mengorganisasi program, target dan evaluasi program


pencitraan kandidat).

– Taktik komunikasi media cetak, radio, dan TV (Design, contain, timing, volume dan
budgeting).

– Taktik komunikasi media out door (Design, isi, timing, volume, budgeting).
– Taktik komunikasi sosial (Design, isi, timing, volume, budgeting).

-Taktik komunikasi tatap muka dan Taktik komunikasi alternatif.

Sebagaimana secara konsep atau teori yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam
strategi utama ini terdapat tiga strategi turunannya, strategi ini dapat dilakukan pada tahan
pra-pemilu dan pelaksanaan pemilu, yaitu:

 Pemasaran produk politik secara langsung kepada calon pemilih (push political marketing),
strategi ini dapat membangun mesin politik Partai atau Relawan dan implementasinya
meliputi: Pelatihan manajemen tim sukses, Set up jaringan parpol dan birokrasi, Set up
jaringan keluarga, Set up jaringan tingkat kabupaten, kecamatan dan desa, dan jaringan-
jaringan lainnya sebagai mesin politik Partai atau Relawan.
Kang Doddy telah melakukan strategi ini melalui pembentukan organisasi atau struktur
kamip, merampungkan kepengurusan Tim Partai atau Relawan dari Kabupaten, sampai ke
TPS, dan strategi ini dipertajam melalui Pelatihan ToT untuk menciptakan tim sukses yang
militan sampai tingkat terbawah.

 Pemasaran produk politik melalui media massa (pull political marketing), strategi ini
merupakan upaya peningkatan popularitas Kang Doddy, implementasinya meliputi: Internet,
Produksi souvenir, Produksi media komunikasi massa cetak, Produksi media komunikasi
massa out door, Produksi iklan media TV, Radio, dan Cetak, serta Kampanye Door to Door.
Kang Doddy telah melakukan strategi ini dengan iklan dan berbagai komunikasi melalui
media massa, dan hal ini tentunya akan meningkatkan popularitas Kang Doddy.

 Pemasaran melalui kelompok, tokoh atau organisasi yang berpengaruh (pass political
marketing), strategi ini dilakukan untuk mengenalkan pesan-pesan politiknya, hal tersebut
dapat dikatakan upaya peningkatan elektabilitas Partai atau Relawan, implementasinya
meliputi: Kunjungan langsung terprogram, Kunjungan langsung insindental, Ceramah, Aksi
sosial terprogram, Aksi sosial insindental, Peresmian, Kontrak politik, Turnamen, Pawai,
Hiburan dan Kesenian, Media komunikasi tradisional, Media komunikasi alternatif,
Pencetakan Mesium Rekor Indonesia, dan program kunjungan lainnya.
Kang Doddy telah melakukan strategi ini dengan dilakukannya kunjungan ke daerah-daerah
dengan menemui banyak tokoh daerah, dan hal ini tentunya akan meningkatkan elektabilitas
Kandidat Kang Doddy.

Taktik yang dilakukan dapat melalui pilihan program kunjungan, yaitu:


1. Program Sosial Program Lingkungan Hidup
2. Program Bangun Petani dan Kedaulatan Pangan,
3. Program Kesehatan dan Pengobatan Gratis bagi Manula dan Kalangan Masyarakat Kurang
Mampu,
4. Program Bea Siswa Anak-anak Terlantar dan Yatim Piatu, dan
5. Membangun masyarakat yang Allaqul Karimah
Upaya Partai atau Relawan untuk menjaga kemenangan pada saat pelaksanaan pemilu perlu
dilakukan secara maksimal dan serius, tidak akan ada artinya semua perencanaan, persiapan
dan implementasi strategi dilakukan bilamana Partai atau Relawan tidak menjaga dan
memelihara proses pemenangan itu dengan baik. Beberapa implementasi dalam upaya
menjaga kemenangan dengan melakukan: Pembentukan tim saksi, Survei audit pendaftaran
pemilih, dan Pembentukan tim mobilisator. Sampai pelaksanaan pemilihan umum sedang
berlangsung pun, usaha strategis terus dilakukan, yaitu: mobilisasi tim saksi dengan tingkat
koordinasi yang tinggi dan akurat serta terpercaya, dan melakukan pemantauan dan
perhitungan cepat (Quick Count).

Cara atau prosedur untuk program yang akan diimplementasikan di lapangan adalah setelah
terlebih dahulu melakukan identifikasi kearifan lokal melalui survei dan FGD serta Pelatihan
TOT Dilanjutkan dengan analisa dan implementasi program yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pemilih di daerah pemilihan masing-masing. Setiap event harus diselenggarakan
dengan standar penyelenggaran Event Organizer dengan prinsip efektif, efesien dan
monumental. Implementasi di lapangan harus disesuaikan dengan tahapan atau Jadual
Pemilukada Bandung Barat 2018, sehingga memerlukan manajemen waktu dan alokasi
sumberdaya pendukung yang efektif dan efisien.
Alat/tools yang diperlukan semua perangkat lunak dan perangkat keras serta dukungan
pelengkap lainnya yang dimiliki oleh Kang Doddy, maupun para partisipan lainnya yang sah
dan tidak melanggar aturan AD/ART.
Outputnya adalah Strategi Implementasi Pemenangan Pemilukada Kabupaten Bandung Barat
2018.
7. Melakukan koordinasi, supervisi, dan kepemimpinan.
Langkah ini merupakan bentuk manajerial dan kepemimpinan dalam mengkoordinasikan,
memsupervisi dan mengarahkan seluruh sumber daya yang dimiliki kedalam implementasi
strategi agar terjadi sinergi antara strategi utama dengan strategi lainnya. Hal tersebut dapat
dilakukan pada saat pra-pemilu, pelaksanaan pemilu, dan pasca-pemilu. Outputnya adalah
Pedoman Teknis Pemenangan Pemilukada Kabupaten Bandung Barat 2018.
8. Melakukan evaluasi dan kontrol terhadap semua rangkaian strategi yang sedang dan
sudah dijalankan sampai tahap pasca pemilu oleh tim pemelihara untuk mengukur
kinerja (performance).
Pada tahapan pasca-Pemilukada Bandung Barat 2018, diperlukan upaya untuk menjaga dan
memelihara program yang telah dilakukan yaitu dengan Strategi Pemeliharaan
(Maintenance). Sebagai strategi pasca Pemilukada Kabupaten Bandung Barat 2018 yang
dapat memelihara terhadap semua upaya dan program yang telah dijalankan semasa jelang
Pemilu. Hal ini penting untuk menjaga agar seluruh program dapat tetap berjalan dan
mensinergikan dengan program-program Partai atau Relawan selanjutnya.
Diharapkan semua konstituen akan percaya dan yakin bahwa Kang Doddy tidak hanya hadir
pada saat menjelang Pemilu saja, melainkan tetap menjaga keberlangsungan program untuk
pencapaian Sustainable Competitive Advantage Kang Doddy. Strategi ini dikoordinasikan
langsung oleh Partai dan Relawan melalui Korcam Kordes seluruh Kabupaten Bandung
Barat, sebagai aset dan investasi sosial menjelang Program Besar Kang Doddy yaitu Gerakan
Perubahan Menuju Bandung Barat Cerdas Sehat dan Sejahtera dilandasi Iman dan Taqwa.
Kerja yang dapat dilakukan antara lain: Membuat Laporan Kinerja, Mempersiapkan
Keberlanjutan Strategi dan Program, Mengkonversi Kinerja Kader Relawan Berprestasi,
Kunjungan Khusus, Kegiatan syukuran atas kemenangan dan Menyelenggarakan Puncak
Acara syukuran dan penghargaan kepada semua pendukung, sponsor dan tim
sukses. Outputnya adalah Performance Pemenangan Pemilukada Kabupaten Bandung Barat
2018.

MEMBANGUN TIM SUKSES YANG HEBAT


Caleg Hebat Dengan Tim Sukses Yang Lemah, Kegagalan Yang Didapat
Caleg Lemah Dengan Tim Sukses Kuat, Keberhasilan Diraih
Dalam setiap tindakkan untuk merealisasikan rencana menjadi hasil yang diharapkan, pemimpin
harus fokus untuk mempekerjakan orang-orang yang kreatif, proaktif, strategis, disiplin, dan
optimistis di dalam sebuah tim sukses.
Kecerdasan pemimpin dalam membangun tim sukses yang efektif akan sangat membantu si
pemimpin untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan strategis yang membutuhkan konsentrasi
dan fokus yang lebih intensif.
Kemampuan pemimpin untuk menempatkan pribadi-pribadi yang loyal, antusias, selalu berjuang
dalam motivasi yang tinggi, dan yang mau bekerja keras untuk menyelesaikan semua tugas dan
tanggung jawab, adalah sebuah syarat terpenting di dalam pembentukan tim sukses yang efektif.
Berikut ini ada tips untuk membangun tim sukses yang efektif dan yang dapat memberikan
keberhasilan buat si caleg.
Caleg wajib menetapkan tujuan utama tim, kemudian memotivasi tim untuk membangun mind
set bahwa tujuan utama dari tim adalah membuat sukses setiap program .
Tujuan utama adalah meraih kemenangan dengan jalan mendekati, mempengaruhi dan
mengawal pemilih agar menjatuhkan pilihannya kepada caleg. Untuk itu, caleg harus mampu
memotivasi tim dan meyakinkan tim bahwa apa yang mereka lakukan akan membawa
perubahan pada diri mereka. Sering berkunjung ke rumah tim, mengenal dekat istri dan anak-
anak tim akan membuat tim merasa bahwa si caleg seperti keluarga sendiri.
Jangan andalkan uang Anda dalam memotivasi tim. Tapi posisikan tim seperti keluarga besar
Anda. Bila uang menjadi alat memotivasi tim sukses, maka Anda harus memiliki financial yang
besar sekali. Tapi, bila pola kekerabatan yang Anda terapkan, maka dengan dana yang tak
terlalu besar tujuan akan tercapai. Gambarannya seperti ini, tim yang tidak begitu akrab dengan
caleg pasti akan berpikir imbalan bila tim diminta merekrut calon pemilih potensial. Berbeda
dengan tim yang akrab seperti keluarga, tim sukses akan berjalan sukarela merekrut saudara-
saudara dan tetangganya.
Tim sukses harus menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, terdefinisi, dan konsisten dan setiap
anggota tim sukses harus berkomitmen untuk menunaikan tanggung jawab mereka secara total.
Tujuan harus terukur. Atau dalam istilah Jawa timses jangan nggebyah uyah. Mungkin bisa
digambarkan seperti ini. Bila dalam satu kabupaten ada 20 kecematan, jangan semuanya
digarap. Hanya kecamatan yang tidak memiliki calon kuat yang digarap timses. Dari kecamatan
yang digarap, tentukan desa mana yang potensial untuk dikelola. Dari desa yang dikelola, pilih
RW mana saja yang menjadi kantong pemilih. Dari RW yang dipilih, wilayah RT berapa yang
paling potensial menyumbang suara by name.
Bila wilayah garapan sampai tingkat RT sudah dipetakan, timses memiliki tanggungjawab untuk
mendekati, mempengaruhi dan kemudian memastikan bahwa si pemilih akan menjatuhkan hak
pilihnya ke caleg yang didukung. Caranya, dengan mengunjungi rumahnya dan mengobrol meski
hanya 30 menit. Lakukan itu terus menerus.
Caleg harus cerdas dalam memilih karakter dari pribadi-pribadi yang akan berada di dalam tim
sukses.
Tahap ini sangat penting. Sekali caleg salah memilih pribadi-pribadi yang menjadi timsesnya,
maka akan menyesal. Ada berbagai cara untuk mengetahui karakter calon timses, salah satunya
dengan mengajak bertemu dan mengobrol sekaligus mengajukan pertanyaan. Yang paling
efektif tentu saja mengajak psikolog untuk mendampingi saat berbincang-bincang dengan calon
tim sukses.
Memfungsikan structural partai juga bisa dilakukan. Bagi caleg DPR RI, hal paling utama adalah,
sosok ketua timses kabupaten yang membawahi kecamatan-kecamatan harus bisa diterima oleh
oleh para pengurus PAC. Karenanya, usulan PAC terkait sosok yang akan menjadi ketua timses
bisa menjadi pertimbangan. Bisa dari unsure PAC atau dari unsur DPC.
Caleg harus memiliki pemahaman yang jelas tentang bakat dan potensi dari masing-masing
pribadi tim sukses tersebut.
Manusia ada dua katagori, pekerja dan pemikir. Caleg harus menempatkan sosok timses sesuai
bakat dan potensinya. Mereka yang tipe pemikir jangan dipercaya sebagai perekrut massa.
Pemikir ditugaskan menyusun strategi pemenangan dan memantgau sekaligus memastikan
bahwa strategi tersebut berjalan sesuai track. Begitu juga sebaliknya. Tim yang kurang jujur tapi
memiliki keahlian mempengaruhi massa jangan dipercaya memegang keuangan. Intinya MAN
BEHIND THE GUN.
SOP, aturan, dan kebijakan wajib ditetapkan sebagai fondasi dasar untuk membangun etos kerja
tim sukses yang efektif.
Setiap anggota tim sukses harus tahu tentang fungsi dan peran mereka di dalam tim sukses.
Tim sukses harus bekerja melalui sebuah proses kerja yang selalu fokus dalam menjaga
keutuhan dan kekompakkan tim sukses.
Setiap melakukan tindakan, tim harus melakukan pertemuan di antara anggota dan Caleg, baru
kemudian membuat keputusan yang tepat sasaran, dan mendefinisikan semua perkembangan
baru dalam sebuah rencana kerja yang disetujui oleh semua anggota dalam tim.
Apapun perbedaan di antara anggota tim. Setiap orang wajib saling menghormati, saling
mendengar, dan saling peduli.
Setiap konflik harus dikelola dengan besar hati dan penuh empati, kemudian diselesaikan
dengan menghormati semua pihak secara profesional.
Pemimpin harus menggunakan kekuatan intuisi untuk melihat hal-hal yang tak terlihat oleh
panca indera. Lalu, membuat tindakan-tindakan yang memotivasi anggota tim untuk bekerja
dengan emosi baik dan pikiran terang.
Tim sukses dan pemimpin harus membangun hubungan dan komunikasi positif dengan dalam
sebuah suasana yang saling menguntungkan.
Tim sukses harus membuat tabel rencana kerja dengan memasukan semua tips di atas sebagai
faktor-faktor kerja tim yang harus diperhatikan secara terus-menerus.
Keberadaan tim sukses disamping para caleg atau calon pemimpin bangsa, membuat kegiatan
kampanye menjadi lebih teratur, lebih tertib, terencana, dan efektif.
Namun nampaknya, banyak caleg kita yang akan mengikuti kegiatan pemilu beberapa puluh hari
lagi, masih lebih memilih untuk berjuang tanpa dukungan suatu tim sukses yang dapat bekerja
secara profesional membantu mereka mendapatkan satu tempat di parlemen.
Pada masa kampanye, sebagian besar caleg yang akan mengikuti kegiatan pemilu 2014
cenderung lebih memilih untuk menggunakan konsepsi berkampanye dengan cara-cara
konvensional, yaitu dengan memasang bendera partai yang disisipi nama caleg serta
spanduk/baliho berukuran besar diberbagai lokasi, dan menempelkan stiker-stiker di dinding
pagar rumah warga, di pintu angkutan umum, atau di tiang listrik.
Padahal, penggunaan konsepsi berkampanye dengan cara-cara konvensional seperti itu,
cenderung hanya “mengotori” ruang terbuka publik, seperti yang dapat kita lihat dan temui di
hampir seluruh penjuru wilayah pemukiman di Indonesia saat ini.
Bagaimana mau mengundang animo dan simpati masyarakat kalau dalam waktu yang
bersamaan, seluruh caleg yang akan mengikuti kegiatan pemilu 2014, menerapkan konsepsi
berkampanye yang sama?
Terlihat jelas kalau para caleg tidak kreatif karena hanya terpaku pada model-model kampanye
yang sama, yaitu model kampanye konvensional, yang sudah lama dipakai sebagai konsepsi
berkampanye oleh para caleg yang mengikuti pelaksanaan kegiatan pemilu di Indonesia selama
ini, tanpa ada upaya lain yang sekiranya dapat membawa manfaat dan sisi pembelajaran positif
bagi dunia politik kita.
Kreatifitas para caleg memang dituntut, mengingat setiap caleg memiliki kesempatan yang sama
besar, semenjak Mahkamah Konstitusi (MK) telah membuat keputusan, bahwa penentuan
seorang caleg dapat menjadi anggota parlemen tidak lagi didasarkan pada nomor urut yang
telah ditetapkan partai politik.
Artinya, keberhasilan dari seorang caleg untuk bisa duduk sebagai anggota parlemen tergantung
pada seberapa besar animo masyarakat untuk memilih caleg yang mereka kehendaki untuk
menjadi wakil rakyat mereka di parlemen.
Nilai lebih yang terdapat didalam diri seorang caleg, dapat lebih ditampilkan kepada seluruh
kelompok masyarakat, yang memiliki dimensi pemikiran berbeda-beda atau tidak seragam,
sehingga mobilitas kekuatan massa pendukung, dapat dilakukan tanpa harus mendatangkan
massa dalam jumlah besar, atau menghambur-hamburkan dana kampanye untuk bendera,
baliho, atau stiker dalam jumlah besar.
Dalam hal ini, para caleg seharusnya tidak lagi bersikap pasif dalam memperkenalkan diri serta
agenda kerja mereka, karena sikap pasif tidak akan mendorong adanya peningkatan jumlah
simpatisan yang serius ingin mendukung dan memiliki kedekatan emosional atau pemikiran
dengan seorang caleg.
Salah satu terobosan membangun komunikasi dengan calon pemilih adalah dengan
mengirimkan surat kepada pemilih. Isi surat selain pengenalan diri, visi dan misi juga harus berisi
solusi apa problem yang dihadapi masyarakat di daerah itu. Dalam surat itu juga cantumkan
nomor telepon anggota tim yang bertugas sebagai humas, bila ada pertanyaan dari masyarakat
calon pemilih. Untuk itu, humas harus diisi oleh orang yang memahami benar siapa caleg dan
visi misi caleg.
Siapa yang membagikan surat itu? Caleg bisa mempercayakan kepada timses tingkat RT dan
tokoh pemuda di ke RT an itu. Mengapa tokoh pemuda? Dengan mempercayai tokoh pemuda,
maka secara tidak langsung akan ada kedekatan emosional antara si caleg dengan tokoh
pemuda yang imbasnya diharapkan si tokoh pemuda mampu mempengaruhi para pemuda di
wilayahnya.
Kehadiran tim sukses membuat para caleg bisa mendelegasikan banyak kegiatan yang sulit
untuk dilakukan sendiri, yaitu mempersiapkan segenap detail rencana kegiatan kampanye yang
diperlukan selama kampanye, membangun jaringan komunikasi antar simpatisan, merekrut
relawan yang ingin membantu kemenangan pemilu, serta upaya untuk mengumpulkan dana
kampanye.
Pencalegan tak terlepas dari proposal yang diajukan pihak tertentu untuk mendapatkan bantuan.
Entah itu bantuan dana atau barang.
Caleg dan timses harus merumuskan apakah proposal tersebut layak dibantu atau tidak. Lihat
dulu, apakah bantuan tersebut berupa alat produktif yang manfaatnya dirasakan orang banyak
dan bersifat kontinyu atau tidak. Kemudian juga, apakah si penerima bantuan termasuk tokoh
yang memiliki massa banyak atau tidak.
Bantuan berupa dana atau barang yang tidak produktif akan sia-sia. Salah satu teman saya yang
menjadi caleg tahun 2009 mengatakan kepada saya, bahwa dia membantu pembangunan
masjid di sebuah desa dan menghabiskan dana Rp 50 juta. Apa yang terjadi, kawan tersebut
hanya mendapatkan 20 suara di desa itu.
Mengapa bisa terjadi? Dari penelusuran saya, mayoritas masyarakat desa tersebut mengatakan
bahwa mereka tidak minta bantuan masjid dan tidak kenal si caleg. Jadi biar saja yang meminta
bantuan yang memilih si caleg yang menyumbang. Masyarakat akan memilih si caleg bila
masyarakat mendapatkan azas manfaat langsung dari si caleg. Ternyata, si pemohon bantuan
memang tokoh di desa tersebut, tapi kurang akrab dengan masyarakatnya. Selain itu, si caleg
sendiri ketika datang ke desa tersebut tidak mau berkunjnung ke rumah-rumah timsesnya dan
timses juga enggan mengakrabkan dirinya kepada masyarakat.
Saran saya. Bila memang caleg ingin membantu, bantulah dengan alat produktif.
Keberhasilan Barack Hussein Obama memenangkan kursi jabatan Presiden Amerika Serikat
yang ke-44, merupakan sebuah puncak pencapaian yang diraih melalui kerja keras dan kerja
sama yang teramat baik dengan para anggota tim sukses pemenangan pemilu, dalam
menggalang dana kampanye serta dalam mengoptimalisasi kekuatan massa simpatisan ataupun
relawan pendukung.
Pada saat mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden mewakili Partai Demokrat, Barack
Obama nampaknya menyadari, apabila dibandingkan dengan sejumlah nama calon presiden lain
yang turut serta mencalonkan diri sebagai kandidat calon Presiden Amerika Serikat, baik dari
Partai Demokrat atau dari Partai Republik, dirinya masih belum cukup dikenal luas oleh rakyat
Amerika Serikat.
Jalan menuju kursi kepresidenan terasa semakin sulit dicapai, karena dirinya berasal dari kaum
masyarakat minoritas di Amerika Serikat, yaitu kaum Afro-Amerika.
Hanya pertolongan tangan Tuhan saja yang membuat Barack Obama pada akhirnya dapat
menjadi seorang Presiden. Sebab, apabila hanya mengandalkan optimisme atau kemampuan
diri semata, tidaklah cukup, karena untuk meyakinkan kaum mayoritas kulit putih rakyat Amerika
Serikat agar bersedia memilih seorang kulit hitam sebagai Presiden di negeri tersebut, bukanlah
perkara yang mudah.
Oleh sebab itu, dipilihnya para pekerja profesional sebagai anggota tim sukses Barack Obama,
yang bekerja secara efektif dan maksimal untuk bisa memberikan hasil yang terbaik sesuai
bidangnya masing-masing, merupakan salah satu keputusan tepat dari titik awal langkah
keberhasilan Barack Obama mencapai puncak kekuasaan di negara adidaya tersebut.
Wujud profesionalitas kerja yang ditunjukkan oleh para anggota tim sukses Barack Obama,
diwujudkan dengan mampu memformulasikan dengan baik, berbagai issue dan agenda politik
nasional yang akan diangkat Barack Obama dalam kampanyenya, dengan menghasilkan solusi
serta agenda penyelesaian masalah yang tepat sasaran, yang sekiranya bisa dengan cepat
melepaskan Amerika Serikat dari belenggu krisis ekonomi dan mengembalikan kepercayaan
masyarakat dunia (khususnya kepercayaan dari negara-negara sahabat) yang sempat pudar
karena arogansi kebijakan politik pada masa pemerintahan Presiden George Bush.
Adanya sejumlah program kerja yang berisikan sejumlah solusi dan agenda-agenda
penyelesaian masalah krisis ekonomi dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang
dipersiapkan tim sukses pemenangan pemilu Barack Obama, ternyata tidak hanya mampu
memikat hati simpatisan Partai Demokrat, namun juga hati rakyat Amerika Serikat, untuk
kemudian memilih Barack Obama sebagai Presiden mereka.
Hasil kerja anggota tim sukses, mampu membalikkan keadaan, yang cenderung masih belum
berpihak pada Obama, terutama saat masa-masa awal kampanye pemilihan kandidat calon
tunggal Partai Demokrat yang akan maju menghadapi calon presiden dari Partai Republik, John
McCain.
Kemenangan Barack Obama pada saat bersaing dengan Hillary Rodham Clinton pada saat
konfensi Partai Demokrat, merupakan sebuah kesuksesan besar dari tim sukses Barack Obama,
karena Hillary merupakan seorang pesaing pintar yang memiliki banyak pendukung, sehingga
berat langkah kemenangan yang harus dilalui.
Baiknya kinerja para anggota tim sukses Barack Obama, terlihat dari baiknya usaha dan
kemampuan mereka, untuk membangun image serta karakter diri Barack Obama, yang dapat
diterima dengan baik oleh mayoritas masyarakat kulit putih, kelompok masyarakat Yahudi,
kelompok masyarakat hispanik dan orang-orang kaya Amerika, untuk memilih Barack Hussein
Obama sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44, mengalahkan pesaingnya Hillary Rodham
Clinton dengan persentase kemenangan tipis, serta mengalahkan John McCain, dengan
persentase angka kemenangan mutlak.
Upaya untuk membangun image dan karakter seorang calon pemimpin memiliki arti penting
karena dapat mempengaruhi penilaian para calon pemilih, apakah sang calon pemimpin
merupakan orang yang tepat serta memang layak atau pantas untuk dipilih sebagai seorang
pemimpin negara.
Langkah Barack Obama membangun sebuah tim sukses yang terdiri dari orang-orang media,
pakar komunikasi publik, dan sejumlah eks pejabat di masa pemerintahan Presiden Bill Clinton,
merupakan sebuah langkah tepat, karena mereka adalah bagian orang-orang yang
berpengalaman dan berkemampuan baik untuk mendukung upaya Barack Obama agar bisa
diterima oleh seluruh kalangan komunitas masyarakat.
Barack Obama memang tidak salah dalam memilih orang-orang yang membantunya mencapai
puncak kekuasaan pemerintahan Amerika Serikat. Tanpa adanya dedikasi, kerja keras, dan
loyalitas tinggi para anggota tim sukses, mungkin, Obama hanya bisa bermimpi untuk menjadi
Presiden Amerika Serikat.
Belajar dari keberhasilan yang diraih Barack Obama, seluruh calon anggota legislatif (caleg)
serta calon pemimpin bangsa Indonesia yang akan mengikuti kegiatan pemilu 2014, selayaknya
pula menyiapkan suatu tim sukses pemenangan pemilu.

Ringkasan Pemenangan Caleg DPRD II


13 November 2017 18:35 Diperbarui: 13 November 2017 18:52 2197 0 0

Tidak ada pilihan lain anda HARUS menang di PILEG mendatang. Maka pemenangan harus
dipersiapkan dengan matang. Dan jangan konyol, ini sejarah penting buat anda. Pemenangan
pileg bukan sekedar asal ikut. Bukan sekedar asal optimis. Tapi perlu juga langkah-
langkahnya terukur. Dan yang benar adalah persiapan pileg harus dilakukan sejak jauh-jauh
hari.

Sebentar lagi anda akan merasakan sebuah fakta ternyata pengetahuan pemenangan yang
kaya dan lengkap akan sangat membantu anda melangkah dengan jauh lebih mudah, jauh
lebih efektif, terukur dengan jelas, dan bisa memiliki DAYA AJAK yang kuat dan volume
yang besar. Kata yang saya temukan"Daya Ajak"ini semoga teringat oleh anda sepanjang
anda melakukan pemenangan.

Begitu anda memperhatikan tulisan ini dari awal hingga baris terakhir, anda mungkin akan
kaget karena PENGETAHUAN pemenangan & PROSES pemenangan tidak jauh dari
elemen-elemen yang anda baca di tulisan ini.

Banyak buku GRATIS tentang pemenenangan pemilu legislatif -PILEG- yang saya
persembahkan untuk anda di blog: www.menangpemilulegislati.blogspot.com, Anda bisa
mendapatkannya cuma-cuma. Buku itu berharap bisa membuat anda mempunyai bayangan
dari mana memulai persiapan, bagaimana cara persiapan. Juga buku itu berharap memberikan
pengayaan pengetahuan dari yang sudah anda miliki sebelumnya.

Tulisan ini tak lebih untuk menunjukkan ini dari semua elemen dalam pemenangan PILEG
yang akan anda hadapi. Jangan sampai melangkah serampangan apalagi tak tahu arah
kemana. Ini adalah pola pemenangan kacau, dan ini bukan cara anda. Karena anda harus
menang.

Pembicaraan pemenangan pileg maka tak akan lari dari pembahasan-pembahasan yang akan
anda dapatkan pada tulisan di bawah ini. Mendalami hal ini saja peluang menang sungguh lah
besar bagi anda. Yang lain, diluar yang saya sebutkan mungkin sekedar pelengkap saja.
Sejauh inilah yang bisa anda lihat dalam pemahaman saya di sepanjang tulisan-tulisan di blog
ini. Dan bila ingin lebih mendalaminya anda bisa membaca buku-bukunya yang sudah saya
tulis. Apa sajakah itu :

ELEMEN PEMENANGAN PILEG:

Ada empat meliputi : 1. Partai ; 2. Caleg ; 3. Tim Sukses ; 4. Calon Pemilih

I. PARTAI :

1. Penempatan Caleg Dapil mana sudah pasti dan tak akan berubah

2. Parliamentary Threshold Memungkinkan Terpenuhi

3. Besarnya Jumlah Persaingan Suara Antar caleg (3rb-5rb atau diatas 5 rb )

4. Keamanan suara hasil perhitungan di Internal Partai

5. Mau-tak mau : Cari Kendaraan yang Tepat, bila tak kondusif.

>>>>>Untuk mendalami : Silahkan baca buku :"Jangan Jadi Politisi Otak Dengkul."

II. CALEG :

Ada 3 target dan 2 persiapan.

Ada 3 target Anda , meliputi : Saya menyebutnya KASUMI (mereka KenAl-SUka-MIlih) :

Di Kenal

Di Suka

DI Pilih

Teori menyebutnya : Popularitas (Dikenal), Likebilitas (Disukai), Elektabilitas (Dipilih)

Juga ada 2 persiapan pra Pencaleggan meliputi :


1. Pemetaan Resiko
2. Mental Building

>>>>>Untuk mendalami : Silahkan baca buku :"Caleg AMAZING."

III. TIM SUKSES :

Ada 8 Fungsi Tim Sukses : Bila Anda menemukan hal lain, maka langkah menjadi lebih
sempurna lagi untuk menguatkan fungsi tim sukses anda.

1. Dapat bergerak dan digerakkan oleh caleg


2. Membangun citra
3. Membantuk Opini
4. Menghalau Fitnah
5. Mengajak Memilih
6. Tunjukkan Loyalitas
7. Melakukan Sentuhan Dari Berbagai Arah
8. Menjalankan fungsi Spionase

Kami mungkin sudah melakukan semua fungsi tersebut pada perebutan kursi di pemilu
legislatif 2009, dan berhasil. Semua tim sukses, secara pribadi, perseorangan, harus
memahami dan mampu melakukan fungsi ini. Kabar baiknya pada kenyataannya untuk
melaksanakan delapan fungsi ini rasanya tidak selalu sulit.

>>>>>Untuk mendalami : Silahkan baca buku :"Tim Sukses AMAZING."

IV. CALON PEMILIH :

Ada 4 jenis, sesuai teori umum perilaku sosial politik pemilih :

Saya menyebutnya PRASO-PRASI :

1. PRAgmatis
2. SOsiologis
3. Psikologis
4. RASIonal

Saya membuat susunan level pemilih berdasarkan responnya menjadi 6 level :

1. Antipati
2. Acuh
3. Memperhatikan
4. Simpati
5. Loyal
6. Mengajak

>>>>>Untuk mendalami : Silahkan baca buku :"?????????" Masih proses penulisan.

Itulah Empat ELEMEN yang harus anda dalami pengetahuannya.

=========================================

TAGRET MASA KARIR CALEG :

Ada 2 masa karir caleg :

1. Masa periode pertama


2. Masa Periode Petahana

Target masa karir BERGANTUNG pada hal berikut :

 Masa periode pertama, supaya menang, maka bergantung dari pra pemilihan. Bagaimana
persiapan dan langkah pemenangan. Membangun DAYA AJAK permanen.
 Masa periode kedua, supaya menang, maka bergantung dari paska kemenangan. Bagaimana
pemeliharan potensi yang sudah ada (maintenance) dan bagaimana menambah volume
DAYA AJAK.

Masa karir politik sebenarnyat bisa panjang seperti : Aleg DPRD II, DPRD I. DPR RI,
Bupati/walikota, Gubernur, Presiden, Fungsionaris/Presiden Partai, dll. Jabatan bisa beberapa
kali (2 periode, misalnya) jabatan pada periode 1, jabatan pada periode 2.

=========================================

ELEMEN PEMENANGAN PILEG

Ini mungkin bukan suatu rahasia bagi anda. Semoga. Kita awali dengan sebuah pertanyaan.

Mana yang vital dan levelnya paling tinggi diantara 4 elemen pemenangan pileg : Partai;
Caleg; Tim Sukses; Calon Pemilih?

Partai. Ya...partai.
Partai adalah hal pertama dan utama yang harus anda pastikan bahwa anda AMAN. Ini harus
anda pastikan. Anda akan menjadikan anda benar-benar aman.

PASTIKAN. Anda sudah pasti menjadi kandidat di daerah yang sudah anda estimasi paling
berpotensi bersuara besar buat anda. Ingat hanya estimasi saja dulu. Biasanya ini dapil anda.

PASTIKAN. Pastikan Aman bahwa anda tidak di geser ke DAPIL lain, sama saja partai ingin
mengubur anda.

Apakah ada? Ya...ada. Jangankan fakta, hanya dengan perhitungan logis matematis saja
sudah bisa diterka apakah ada atau tidak-nya, betul?

Bila anda aman maka semua sisanya kuncinya ada pada anda. Di Partai, bukan hanya anda
penentu kebijakan partai, ada pihak diluar anda yang TURUT menentukan kebijakan, karena
yang lain juga ada hak suara seperti anda untuk mempengaruhi ketuk palu. Anda + Pengurus
partai lainnya, rekan Anda.

Kecuali di partai, anda punya pengaruh besar yang sangat kuat bisa memberi warna atau
memaksa kebijakan sesuai kehendak anda.Politisi pemula apakah bisa berlaku demikian?
Rasanya mustahil.

Maka, bila partai sudah pasti menempatkan anda sebagai kandidat caleg di DAPIL yang
sesuai keinginan anda, ini saja sudah sangat CUKUP yang diberikan partai.

Yang sisanya 3 lagi : Caleg (anda sendiri), Tim sukses, Calon. Ada dalam genggaman anda.
Menang kalah anda lah penentunya. Karena semua komando, semua kebijakan, semua proses
pemenangan ada dalam kuasa anda penuh. Mau bagaimana cara yang ditempuh, anda
pemegang tampuk kekuasaan.

Maka pemahaman mengenai pemenangan sifatnya WAJIB anda ketahui. Saya pikir ini tak
bisa di tawar-tawar. Buatlah diri anda kaya dengan pengetahuan dan strategi-strategi
pemenangan. Barulah kemudian anda coba memilah-milah mana langkah yang bisa
dilakukan dengan banyak cara untuk menciptakan 'DAYA AJAK."

Terima kasih sudah berkunjung dan membaca.

Sunaryo Saripudin S.Pd.

www.menangpemilulegislatif.blogspot.com

* Guru SDIT Daarul Ilmi Cikarang, Kab. Bekasi Jawa Barat


*Ketua Tim Sukses PILEG 2009, Menang 1 Kursi, 5.400 Suara.

* Penulis Buku " Menang Cemerlang Tanpa Uang Merebut Kursi Legislatif"

NB :

"Memilih Suara" (Strategi Pemenangan


Pemilu Legislatif Berbasis
Pengorganisasian)
17 Maret 2014 01:32 Diperbarui: 24 Juni 2015 00:52 3217 0 0

"MEMILIH SUARA"
(STRATEGI PEMENANGAN PEMILU LEGISLATIF BERBASIS
PENGORGANISASIAN)

PENDAHULUAN

Berdasar pada pengalaman Pemilu tahun 2009 dan sebelumnya, boleh dikatakan, strategi
pemenangan yang dilakukan dan diupayakan partai dan caleg adalah strategi MENEMBAK
KE UDARA. Artinya, Sasaran dari kerja-kerja pemenangan adalah massa secara umum,
tanpa tahu siapa sesungguhnya “massa” tersebut.

Strategi semacam itu, dalam beberapa hal tentu saja masih layak dilakukan, namun demikian,
dimasa “satu pemilih bisa mengenakan 5 atau 10 kaos partai yang berbeda-beda” kampanye
semacam itu saja tidak cukup, diperlukan sebuah strategi yang mampu mengetahui dan
mengenal calon pemilih, bahkan harus mampu mengenal pemilih satu-persatu (bahkan by
name-by adress), sehingga calon pemilih dapat diketahui jumlah dan juga presentesinya
dalam pemilihan. Dan untuk itu dibutuhkan tidak saja sebuah kampanye, melainkan juga
sebuah pengorganisasian yang solid, terarah, dan disiplin.

MEMILIH SUARA adalah sebuah strategi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.

TUJUAN

Tujuan Utama dari Strategi ini adalah memenangkan Pemilihan Umum Legislatif dalam arti
pemenangan satu (1) orang Calon Legislatif untuk masing-masing Daerah Pemilihan (Dapil)
untuk tiap-tiap tingkatan (DPR-RI, DPRD Tingkat I, DPRD tingkat II). Dan karena strategi
ini berbasis pada pengorganisasian, sesungguhnya strategi ini sekaligus dapat dijadikan ajang
rekruting kader partai dalam kepentingan jangka panjang, terutama bagi partai kecil atau
partai baru. Namun demikian, Strategi ini, dalam format yang sedikit berbeda, dapat dipakai
untuk memenangkan Partai dan tidak caleg saja (tergantung kebutuhan).

TARGET

Adapun target dari strategi ini adalah:


1. (Jika strategi ini digunakan oleh partai) Meraih suara minimal sejumlah kebutuhan 1 kursi
pada tiap-tiap Daerah Pemilihan pada masing-masing tingkat (suara untuk memenuhi
kebutuhan 1 kursi tidak harus sejumlah BPP, bisa jadi hanya membutuhkan 50% BPP).
2. (Jika digunakan oleh Personal Caleg) Meraih sekurang-kurangnya 30% BPP atau sejumlah
suara yang dikehendaki sang Caleg.

Keterangan :
* Target dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan juga realistis dan tidaknya. Semakin tinggi
suara yang ingin dicapai, semakin sulit pelaksanaannya, dan semakin besar pembiayannya.

DESKRIPSI SINGKAT

Strategi pemenangan MEMILIH SUARA ini berdasar pada suatu proses pengorganisasian
team yang dibentuk sampai pada level desa atau bahkan RW/RT. Kerja-kerja colecting suara
sepenuhnya berada pada team paling bawah (tingkat desa atau RW/RT). Sedang team yang
berada pada level kecamatan, kabupaten, dan di atasnya sesungguhnya hanya berperan
sebagai pendukung dari kerja-kerja team pada tingkat desa atau dibawahnya.

Contoh:
Untuk memenuhi angka 30% BPP caleg DPR-RI Daerah Pemilihan DIY, suara yang
dibutuhkan adalah 97,296 Suara. Jika target perolehan suara ini dibagi per wilayah
administrasi, maka seorang caleg harus memperoleh suara rata-rata per kecamatan sebesar
1,247 suara, 222 suara per desa/kelurahan, 9,47 suara per RW, dan 3,8 suara per RT. Untuk
memudahkan, kita bulatkan kebutuhan suara rata-rata per RT adalah 4 suara. Dengan
demikian maka suara yang akan diraih adalah sebesar 108,512 suara.

Untuk memperoleh suara rata-rata 4 suara per RT, maka dibutuhkan minimal 1 orang anggota
team yang mengkoordinir 5 RT di wilayahnya, atau setara dengan 20 suara. Dengan
demikian, sedikitnya dibutuhkan 5,425 orang anggota team yang tersebar secara merata pada
tiap-tiap 5 RT di seluruh desa/kelurahan. Sesungguhnya, semakin kecil jumlah suara yang
menjadi tanggung jawab 1 anggota Team, semakin mudah menjaga dan merawatnya.

Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah: 1.) Pemetaan medan, termasuk penentuan
jumlah suara dan pembagiannya menurut wilayah administrasi, 2.) kemudian menentukan
keinginan dan kebutuhan pemilih, sebelumnya harus dilakukan survey. 3.) Rekruting Team
dan Pendidikan, dan mulai menandai calon pemilih dan tokoh-tokoh yang dapat menjadi
jembatan komunikasi 4.) Melaksanakan acara pertemuan-pertemuan, hal-hal karikatif, dan
juga sedikit “kampanye udara”. 5.) team desa mencatat dan menentukan pemilih (nama,
alamat, dan no telp jika ada), 6.) Turba, Bantuan, dan agenda-agenda lain (tentu yang diarah
hanya mereka yang sudah dipilih oleh team desa). 7.) evalusi kerja kampanye - cheking suara
– evaluasi. 8.) serangan terakhir.
Tentu saja, improvisasi akan sangat banyak terjadi sesuai dengan perkembangan lapangan,
dan aksi-aksi yang dilakukan tidak mesti runtut sebagaimana di atas, sangat dimungkinkan
ada beberapa aksi yang dilakukan bersamaan, dan ada yang berganti urutan; sesuai kebutuhan
lapangan.

TEAM PEMENANGAN

Sebagaimana di atas, Inti daripada kerja-kerja pencarian dan penjagaan suara dilakukan oleh
team pada tingkat desa. Namun demikian tanpa dukungan dari team yang berada di level
atasnya, team tingkat desa tidak akan mampu melakukan penyisiran dan pencarian suara
secara maksimal. Team tingkat desa adalah “pasukan lapangan” dan boleh dikatakan sebagai
“pasukan infanteri” garis depan yang membutuhkan support dan dukungan penuh dari team-
team lainnya. oleh karenanya akan dijabarkan disini beberapa team pendukung yang
supportnya dibutuhkan:

1. Team Olah Data (Intelijen)


Team ini merupakan team yang bertanggung jawab menyediakan semua informasi dan data
yang dibutuhkan team lain. Beberapa tugas utama team ini adalah :
a. Collecting Data
Akurat dan tidaknya sebuah kampanye terletak pada sebanyak dan seakurat apa data yang
dimiliki team. Seperti Sun Tzu, mengenal medan, diri sendiri, dan musuh adalah setengah
dari kemenangan. Data yang harus dimiliki team sekurang-kurangnya adalah:
1. Data Monografi, meliputi jumlah penduduk, jumlah pemilih, agama, suku, organisasi, mata
pencaharian, kultur, dan sebagainya.
2. Data Geografi, peta kabupaten/kota, peta desa.
3. Data Administrasi, pembagian wilayah administrasi sampai pada level terkecil, yaitu RT.
4. Data perolehan suara Pemilu 2009 untuk semua tingkatan legislatif.
5. Data calon legislatif kompetitor yang meliputi biodata rinci, kans perolehan suara.

b. Survey
Survey dimaksudkan untuk mengetahui dan memetakan kebutuhan dan keinginan pemilih,
sehingga nanatinya Slogan Kampanye, Program, Pernyataan dan komentar caleg, dan lain-
lain dapat langsung menyentuh otak dan hati pemilih. Selain itu dalam Strategi MEMILIH
SUARA survey juga bermaksud untuk menandai kontak-kontak yang dapat menjadi jembatan
komunikasi.

c. Analisis
Selain mengumpulkan data dan survey, team juga harus menganalisis data yang sudah
dimiliki, termasuk melakukan perencanaan strtagis terkait dengan program kampanye dan
peta medan.

d. Rekomendasi
Selain itu semua, tentu saja team harus punya kekuatan untuk memberikan rekomendasi dan
petunjuk kepada team lain dan team pengumpul suara. Pada level ini, team menjadi markas
yang memberikan peta jalan kepada tiap-tiap “agen lapangan”.

Team ini cukup di bentuk pada level paling tinggi, artinya pada tiap-tiap Dapil untuk DPR-
RI. Anggota Team adalah orang-orang yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan sebuah
team olah data, paling pas jika team ini diisi oleh mahasiswa atau sarjana (belum menikah).

2. Team Event Organizer


Team ini bertanggung jawab untuk melakukan seluruh rangkaian kegiatan kampanye,
terutama kampanye programatik yang melibatkan massa. Namun tenaga dari team ini juga
harus dapat diperbantukan untuk melakukan survey dan konsolidasi. Kualifikasi anggota
team ini adalah : Sekurang-kurang 75% adalah perempuan dengan kategori Cantik, sehat,
segar, ramah, dan smart. Posisi ini paling cocok di tempati Mahasiswi atau siswi SMA.
Intinya, team ini sekaligus dapat menjadi “gula” bagi berkumpulnya “Semut-semut”
kampung. Team ini dapat dibentuk pada tiap-tiap kabupaten atau juga ditambah pada team di
atasnya.

3. Team Kreatif
Team ini bertanggung jawab untuk menyediakan disain bahan-bahan publikasi dan sosialisasi
mediatik yang diolah dari rekomendasi team olah data. Team ini cukup dibentuk pada level
Koordinator Dapil DPR-RI. Tentu saja paling cocok diisi para desainer dan orang-orang
komunikasi (sedapat mungkin belum menikah).

4. Team Pengumpul Suara


Inilah team yang bertanggung jawab penuh di dalam pencarian, pengumpulan, dan penjagaan
suara. Team ini dapat dibagi ke dalam:

a. Rekruting dan Diklat


Setelah mengetahui target suara yang dibutuhkan pada masing-masing wilayah administrasi.
Pertama-tama yang harus dilakukan adalah rekruting team. Tentu saja ini adalah
PEKERJAAN BERAT, karena dalam tiap Dapil untuk DPR-RI sedikitnya dibutuhkan
6000an anggota team yang tersebar di seluruh wilayah administrasi.
Selain itu, jika salah menentukan kualifikasi dan sistem yang diterapkan keliru, agenda
rekruting ini akan memakan biaya tinggi, sekaligus nantinya perawatannya pasti akan lebih
tinggi lagi. Oleh karenanya dibutuhkan teknik, mekanisme, perencanaan, dan perawatan
khusus yang Murah, Solid dan cepat pembentukannya.
(Metode Rekruting dan Pengorganisasian Team akan dijelaskan dalam tulisan khusus).

b. Program
Team ini layaknya adalah “Pasukan Artileri” yang harus selalu siap-sedia melakukan back up
terhadap team yang berada di garis depan.

c. Penyisir Suara
Dalam keseluruhan team, inilah sesungguhnya team inti dari seluruh team yang ada. Team ini
adalah pasukan garis depan. Di tangan tiap-tiap 1 orang dari merekalah 20 suara dipegang.
Mereka adalah warga dari 5 RT yang paling dekat secara geografis. Kualifikasi dari anggota
team ini adalah: pemuda dan belum menikah, sedapat mungkin bukan tokoh pemuda, apalagi
tokoh masyarakat.

Sedikitnya ada 3 (tiga) kegiatan untuk Penyisir Suara yang harus dilakukan secara bertahap
dan "door to door" (Silaturrahmi):
1. Popularitas.
"Tak kenal maka tak sayang" begitulah kata pepatah. Tahap pertama yang harus dilakukan
oleh Penyisir Suara adalah memperkenalkan biografi, visi dan misi serta program-program
Caleg kepada masyarakat luas.
2. Akseptabilitas/Likeabilitas.
Setelah masyarakat mengenal sosok atau biografi, visi dan misi serta program-program Caleg
maka tahap selanjutnya adalah "sayang", yakni: membuat masyarakat simpati dan empati
kepada Caleg.
3. Elektabilitas.
Setelah "sayang" tahap berikutnya adalah mengajak masyarakat untuk memilih Caleg dengan
hati dan kesadarannya.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut di atas, Team Penyisir Suara perlu dibekali properti
atau souvenir sebagai alat bantu peraga untuk mengkomunikasikan sosok Caleg yang harus
dipilih kepada masyarakat, diantaranya:
1. Kartu Nama Caleg
2. Stiker Caleg
3. Seragam pemilih suara Caleg berupa kaos atau baju
4. Kalender Caleg
5. Baliho Caleg atau Bendera Caleg, dll

Keseluruhan Team yang dimaksud diatas adalah team pemenangan independen dan HARUS
INDEPENDEN, artinya berada di luar institusi partai namun harus bergerak sinergi dengan
team pemenangan pemilu milik partai. Mudahnya bolehlah team ini disebut sebagai
RELAWAN.

PENDANAAN

Setiap orang tentu saja akan beranggapan, pendanaan dari bangunan team yang berjumlah
6000an atau bahkan lebih untuk hanya 1 Dapil DPR-RI pastilah sangat mahal. Hal itu benar
sejauh orang berpikir bahwa seluruhnya harus dirawat dengan uang. Dan sejauh orang
berpikir seluruhnya ditanggung oleh 1 orang. Karena Strategi ini berbasis pada sistem
pengorganisasian, maka uang sesungguhnya hanyalah back up saja. Namun tentu saja, uang
tetap dibutuhkan.
Itu pertama, kedua, sistem ini mengandaikan diterapkannya kerja bertingkat. Artinya 1
bagunan sistem dengan 1 team pelaksana, dapat mengerjakan kepentingan beberapa caleg
sekaligus, yakni caleg dengan nomor urut sama dari seluruh level.

Contoh: Team membutuhkan dana 100 juta. Karena team bekerja untuk memenangkan caleg
no urut 3 untuk DPR-RI, nomor urut 3 untuk DPRD Tingkat 1 dan Caleg no urut 3 DPRD
Kabupaten/kota maka pendanaan yang dikeluarkan oleh masing-masing caleg tentu tidak
sampai 100 juta.

Ilustrasi: untuk memenuhi kebutuhan survey di Dapil Jatim III, team membutuhkan 20 juta
untuk tiap kabupaten. Jatim III ada 3 kabupaten. Maka dana yang dibutuhkan adalah 60 Juta.
Adapun untuk seluruh Caleg semua level yang bernomor urut sama dari 1 partai jumlahnya
adalah:
1. 1 orang Caleg DPR-RI
2. 1 orang Caleg DPRD Tingkat I
3. 16 orang caleg DPRD Tingkat II
jumlah = 18 orang. Jika kebutuhan dana tersebut di bagi rata maka jumlah urunan masing-
masing caleg kl. Rp 3.400.000. tapi tentu saja urunan Caleg dari level yang lebih tinggi juga
lebih tinggi nominalnya. Demikianlah seterusnya.

STRATEGI KAMPANYE PEMENANGAN PEMILU LEGISLATIF

Bangunan Sistem kampanye sejatinya sangat berpengaruh terhadap perolehan suara pada
pemilu. Secara sederhana dan singkat barangkali beberapa model dibawah ini jamak ditemui:
1. Pencitraan
Pencitraan biasanya dilakukan guna mengenalkan (sosialisasi) tokoh atau partai. Biasanya
menggunakan media : Iklan (Baik cetak ataupun elektronik), Papan Reklame, Spanduk,
Poster, Stiker, dan media-media promo lainnya.

Catatan: Hal ini penting sejauh dimaknai sebagai sebuah “serangan udara” yang tidak
terpisah dari program lainnya. Namun, metode ini tidak mampu mengukur efektifitas dirinya
sendiri. Diperlukan bantuan perangkat lain untuk mengukurnya, dan kuantitasnya tidak selalu
berbanding lurus dengan hasilnya.

2. Kampanye Publik
Yang dimaksud kampanye publik adalah kampanye yang dilakukan dengan pengumpulan
massa. Biasanya berbentuk: Vergadering (rapat akbar), Konvoi, Mujahadah, Istighatsah,
Dialog Publik, dan lain semacamnya.

Catatan: Hal ini menjadi berarti sejauh juga dimaknai sebagai “Serangan Udara” atau
“Serangan Laut” yang juga tidak terpisah dari program lainnya. sebagaimana pada metode
pencitraan, model ini juga tidak mampu mengukur jumlah suara yang bakal diraih dari hasil
kampanye. Kalaupun ada sejumlah massa berkumpul, hal tersebut juga tidak dapat dijadikan
patokan jumlah suara yang akan diraih, apalagi ditengah maraknya fenomena “satu orang
pemilih dapat mengenakan 5 atau 10 kaos partai yang berbeda-beda”. Lain daripada itu,
kampanye semacam ini tidak mengarah ke 1 orang Caleg, melainkan partai secara umum.

3. Meraih Simpati Tokoh


Tokoh Masyarakat (Tokoh Agama, Tetua Adat, Pemimpin Pergerakan, Ketua Perhimpunan
Profesi, Pemimpin Teritorial Pemerintahan) seringkali juga menjadi rebutan partai atau caleg.
Harapannya dengan meraih “Kepalanya”, “Leher sampai ujung Kakinya” juga akan ikut.

Catatan: Hal ini juga menjadi penting sejauh diposisikan sebagai jembatan penghubung atau
pelempang jalan bagi program dan “serangan” lainnya. dalam mendongkrak perolehan suara,
sedikit banyak upaya ini efektif sejauh tidak ada hal-hal memaksa dari eksternal (lawan) yang
mengacaukan soliditasnya. Namun demikian penting diperhatikan bahwa ada fenomena
pembangkangan diam-diam dari massa terhadap patron tokoh-tokoh yang disebut di atas.
Selain itu, biasanya para tokoh-tokoh tersebut “harga simpati dan dukungannya” mahal,
sedang kerjanya minim. (disini peluang Strategi MEMILIH SUARA nantinya dapat
mengobok-obok pengaruh para tokoh tersebut).

4. Turba
Selain Beberapa Hal di atas, yang biasanya tidak satupun Partai atau lebih tepatnya Caleg
melupakan adalah Turba alias Menyapa Pemilih. Bagi Caleg yang memiliki investasi sosial
yang tinggi diluar kepentingan pemilu tentu dapat mengandalkan teknik ini.
Teknik ini juga sering dimaknai sebagai “Serangan Darat”. Singkatnya hal ini dilakukan
dengan mengunjungi pemilih dengan cara : Dari pintu ke pintu mengunjungi kerabat, teman,
kolega, dsb. Hadir di acara komunitas (baik yang natural ataupun direkayasa), hadir di forum-
forum, baik formal ataupun non formal, dsb.

Catatan: Bagi Caleg yang memiliki investasi sosial tinggi, hal ini efektif, namun pengukuran
jumlah raihan massa hanya berdasar asumsi. Bagi Caleg yang minim investasi sosialnya,
harus lebih rajin dan berhati-hati menggunakan teknik ini, jangan sampai menjadi
boomerang, serta harus didukung dengan perangkat dan teknik lainnya.

5. Program
Salah satu bagian dari agenda kampanye yang juga tidak pernah dilupakan adalah Program,
program bentuknya dapat bermacam-macam: dari penyedian air bersih, pembuatan sumur,
perbaikan jalan kampung, pembangunan listrik desa, bio energy, pengolahan sampah dan
limbah industri, bantuan alat-alat pertanian, bantuan ternak, perbaikan rumah ibadah, dan lain
sebagainya. Harapannya, warga yang telah dibantu tersebut dapat semakin mantap untuk
memberikan dukungannya. Pada beberapa hal, hal ini dapat diposisikan sebagai “back up
artileri bagi pasukan infanteri”.

Catatan: Upaya ini pasti ada hasilnya, tapi semua partai pasti sama-sama melakukan, jika
celaka, sang caleg justru hanya buang rupiah, karena ternyata suaranya justru lari ke caleg
lain karena nyumbangnya lebih banyak. Tapi jika diatur dengan baik dan sinergi dengan
agenda dan bagian lainnya, hal ini mampu mengikat pemilih. Tapi tentu, biasanya urunannya
juga lumayan.

6. Money Politic
Money politics atau politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap
seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya dia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum.

Perwujudan tindakan money politics dalam pemilu diantaranya:


-Serangan fajar
-Mobilisasi dana pemilu
-Influence buying
-Bantuan religius
-Entertaining penyelenggara pemilu
-Mahar (beli kursi, seat buying)

Secara hukum, praktik politik uang tegas dilarang, dan termasuk tindak pidana dengan jerat
hukuman seperti di atas. Secara etika, politik uang merupakan sebuah praktik kotor, karena di
situ ada hak orang yang dibeli dengan harga murah.

Di dalam KUHP (induk pidana umum) terdapat 5 pasal mengenai tindak pidana “Kejahatan
Terhadap Pelaksanaan Kewajiban dan Hak Kenegaraan” yang ada hubungannya dengan
pemilihan umum. Di sini saya akan mengutip 1 pasal terkait delik money politik — yaitu
pada Pasal 149 yang berbunyi;

“...menyuap atau berjanji menyuap seseorang agar jangan menggunakan haknnya untuk
memilih; diancam pidana penjara selama-lamanya 9 (sembilan) bulan atau denda Rp. 4.500
(empat ribu lima ratus rupiah”.

Kemudian dari KUHP tsb, delik dirumuskan dan dikodifikasi ulang dalam undang undang
khusus pemilu (UU Pemilu) 1999, dan diperbaharui lagi dalam UU Pemilu 2008 yang
diterbitkan oleh Presiden SBY dalam lembar Negara Republik Indonesia Nomor 10. Berikut
bunyi lengkapnya;

“barang siapa pada waktu diselenggarakannya pemilihan umum menurut undang-undang ini
dengan pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidak menjalankan
haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu, dipidana
dengan pidana hukuman penjara paling lama tiga tahun. Pidana itu dikenakan juga kepada
pemilih yang menerima suap berupa pemberian atau janji berbuat sesuatu.” — Pasal 73 ayat
3 UU Pemilu No. 3/1999.

“pelaksana peserta atau petugas kampanye dilarang menjanjikan atau memberikan uang atau
materi lainnya kepada peserta pemilu” – Pasal 84, Ayat 1 Huruf J, UU Pemilu No. 10 Tahun
2008.

Delik money politik juga diatur dalam undang undang Pilkada Tahun 2004 dengan bunyi;

“setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya
kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya, atau memilih pasangan calon
tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak
sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan /atau denda paling
sedikit Rp satu juta rupiah (1.000.000) “ – UU Pilkada No. 32 Tahun 2004 Pasal 117.

Catatan: Butuh duit banyak dan juga beresiko tinggi terkena sanksi administratif atau bahkan
sanksi pidana. (dalam Strategi MEMILIH SUARA teknik ini juga diberi tempat, tapi tidak
seperti menabur pupuk, akan tetapi untuk menutupi kekurangan suara yang error dalam
pengorganisasian. Jadi jumlah amplop yang ditebar sesuai dengan jumlah kekurangan suara
yang ditargetkan).

PENUTUP

Demikianlah deskripsi singkat tentang Strategi MEMILIH SUARA, agar tidak salah dalam
memilih suara demi kemenangan yang dapat diukur dan terukur. Selanjutnya tinggal do’a,
usaha dan pasrah. Good Luck...!!!

"Memilih Suara" (Strategi Pemenangan Pemilu Legislatif Berbasis Pengorganisasian)

17 Maret 2014 01:32 Diperbarui: 24 Juni 2015 00:52 3217 0 0

"MEMILIH SUARA"

(STRATEGI PEMENANGAN PEMILU LEGISLATIF BERBASIS PENGORGANISASIAN)

PENDAHULUAN

Berdasar pada pengalaman Pemilu tahun 2009 dan sebelumnya, boleh dikatakan, strategi
pemenangan yang dilakukan dan diupayakan partai dan caleg adalah strategi MENEMBAK KE
UDARA. Artinya, Sasaran dari kerja-kerja pemenangan adalah massa secara umum, tanpa tahu siapa
sesungguhnya “massa” tersebut.
Strategi semacam itu, dalam beberapa hal tentu saja masih layak dilakukan, namun demikian,
dimasa “satu pemilih bisa mengenakan 5 atau 10 kaos partai yang berbeda-beda” kampanye
semacam itu saja tidak cukup, diperlukan sebuah strategi yang mampu mengetahui dan mengenal
calon pemilih, bahkan harus mampu mengenal pemilih satu-persatu (bahkan by name-by adress),
sehingga calon pemilih dapat diketahui jumlah dan juga presentesinya dalam pemilihan. Dan untuk
itu dibutuhkan tidak saja sebuah kampanye, melainkan juga sebuah pengorganisasian yang solid,
terarah, dan disiplin.

MEMILIH SUARA adalah sebuah strategi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

TUJUAN

Tujuan Utama dari Strategi ini adalah memenangkan Pemilihan Umum Legislatif dalam arti
pemenangan satu (1) orang Calon Legislatif untuk masing-masing Daerah Pemilihan (Dapil) untuk
tiap-tiap tingkatan (DPR-RI, DPRD Tingkat I, DPRD tingkat II). Dan karena strategi ini berbasis pada
pengorganisasian, sesungguhnya strategi ini sekaligus dapat dijadikan ajang rekruting kader partai
dalam kepentingan jangka panjang, terutama bagi partai kecil atau partai baru. Namun demikian,
Strategi ini, dalam format yang sedikit berbeda, dapat dipakai untuk memenangkan Partai dan tidak
caleg saja (tergantung kebutuhan).

TARGET

Adapun target dari strategi ini adalah:

1. (Jika strategi ini digunakan oleh partai) Meraih suara minimal sejumlah kebutuhan 1 kursi pada
tiap-tiap Daerah Pemilihan pada masing-masing tingkat (suara untuk memenuhi kebutuhan 1 kursi
tidak harus sejumlah BPP, bisa jadi hanya membutuhkan 50% BPP).

2. (Jika digunakan oleh Personal Caleg) Meraih sekurang-kurangnya 30% BPP atau sejumlah suara
yang dikehendaki sang Caleg.

Keterangan :

* Target dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan juga realistis dan tidaknya. Semakin tinggi suara
yang ingin dicapai, semakin sulit pelaksanaannya, dan semakin besar pembiayannya.
DESKRIPSI SINGKAT

Strategi pemenangan MEMILIH SUARA ini berdasar pada suatu proses pengorganisasian team yang
dibentuk sampai pada level desa atau bahkan RW/RT. Kerja-kerja colecting suara sepenuhnya
berada pada team paling bawah (tingkat desa atau RW/RT). Sedang team yang berada pada level
kecamatan, kabupaten, dan di atasnya sesungguhnya hanya berperan sebagai pendukung dari kerja-
kerja team pada tingkat desa atau dibawahnya.

Contoh:

Untuk memenuhi angka 30% BPP caleg DPR-RI Daerah Pemilihan DIY, suara yang dibutuhkan adalah
97,296 Suara. Jika target perolehan suara ini dibagi per wilayah administrasi, maka seorang caleg
harus memperoleh suara rata-rata per kecamatan sebesar 1,247 suara, 222 suara per
desa/kelurahan, 9,47 suara per RW, dan 3,8 suara per RT. Untuk memudahkan, kita bulatkan
kebutuhan suara rata-rata per RT adalah 4 suara. Dengan demikian maka suara yang akan diraih
adalah sebesar 108,512 suara.

Untuk memperoleh suara rata-rata 4 suara per RT, maka dibutuhkan minimal 1 orang anggota team
yang mengkoordinir 5 RT di wilayahnya, atau setara dengan 20 suara. Dengan demikian, sedikitnya
dibutuhkan 5,425 orang anggota team yang tersebar secara merata pada tiap-tiap 5 RT di seluruh
desa/kelurahan. Sesungguhnya, semakin kecil jumlah suara yang menjadi tanggung jawab 1 anggota
Team, semakin mudah menjaga dan merawatnya.

Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah: 1.) Pemetaan medan, termasuk penentuan jumlah
suara dan pembagiannya menurut wilayah administrasi, 2.) kemudian menentukan keinginan dan
kebutuhan pemilih, sebelumnya harus dilakukan survey. 3.) Rekruting Team dan Pendidikan, dan
mulai menandai calon pemilih dan tokoh-tokoh yang dapat menjadi jembatan komunikasi 4.)
Melaksanakan acara pertemuan-pertemuan, hal-hal karikatif, dan juga sedikit “kampanye udara”. 5.)
team desa mencatat dan menentukan pemilih (nama, alamat, dan no telp jika ada), 6.) Turba,
Bantuan, dan agenda-agenda lain (tentu yang diarah hanya mereka yang sudah dipilih oleh team
desa). 7.) evalusi kerja kampanye - cheking suara – evaluasi. 8.) serangan terakhir.

Tentu saja, improvisasi akan sangat banyak terjadi sesuai dengan perkembangan lapangan, dan aksi-
aksi yang dilakukan tidak mesti runtut sebagaimana di atas, sangat dimungkinkan ada beberapa aksi
yang dilakukan bersamaan, dan ada yang berganti urutan; sesuai kebutuhan lapangan.

TEAM PEMENANGAN
Sebagaimana di atas, Inti daripada kerja-kerja pencarian dan penjagaan suara dilakukan oleh team
pada tingkat desa. Namun demikian tanpa dukungan dari team yang berada di level atasnya, team
tingkat desa tidak akan mampu melakukan penyisiran dan pencarian suara secara maksimal. Team
tingkat desa adalah “pasukan lapangan” dan boleh dikatakan sebagai “pasukan infanteri” garis
depan yang membutuhkan support dan dukungan penuh dari team-team lainnya. oleh karenanya
akan dijabarkan disini beberapa team pendukung yang supportnya dibutuhkan:

1. Team Olah Data (Intelijen)

Team ini merupakan team yang bertanggung jawab menyediakan semua informasi dan data yang
dibutuhkan team lain. Beberapa tugas utama team ini adalah :

a. Collecting Data

Akurat dan tidaknya sebuah kampanye terletak pada sebanyak dan seakurat apa data yang dimiliki
team. Seperti Sun Tzu, mengenal medan, diri sendiri, dan musuh adalah setengah dari kemenangan.
Data yang harus dimiliki team sekurang-kurangnya adalah:

1. Data Monografi, meliputi jumlah penduduk, jumlah pemilih, agama, suku, organisasi, mata
pencaharian, kultur, dan sebagainya.

2. Data Geografi, peta kabupaten/kota, peta desa.

3. Data Administrasi, pembagian wilayah administrasi sampai pada level terkecil, yaitu RT.

4. Data perolehan suara Pemilu 2009 untuk semua tingkatan legislatif.

5. Data calon legislatif kompetitor yang meliputi biodata rinci, kans perolehan suara.

b. Survey

Survey dimaksudkan untuk mengetahui dan memetakan kebutuhan dan keinginan pemilih, sehingga
nanatinya Slogan Kampanye, Program, Pernyataan dan komentar caleg, dan lain-lain dapat langsung
menyentuh otak dan hati pemilih. Selain itu dalam Strategi MEMILIH SUARA survey juga bermaksud
untuk menandai kontak-kontak yang dapat menjadi jembatan komunikasi.

c. Analisis

Selain mengumpulkan data dan survey, team juga harus menganalisis data yang sudah dimiliki,
termasuk melakukan perencanaan strtagis terkait dengan program kampanye dan peta medan.

d. Rekomendasi
Selain itu semua, tentu saja team harus punya kekuatan untuk memberikan rekomendasi dan
petunjuk kepada team lain dan team pengumpul suara. Pada level ini, team menjadi markas yang
memberikan peta jalan kepada tiap-tiap “agen lapangan”.

Team ini cukup di bentuk pada level paling tinggi, artinya pada tiap-tiap Dapil untuk DPR-RI. Anggota
Team adalah orang-orang yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan sebuah team olah data,
paling pas jika team ini diisi oleh mahasiswa atau sarjana (belum menikah).

2. Team Event Organizer

Team ini bertanggung jawab untuk melakukan seluruh rangkaian kegiatan kampanye, terutama
kampanye programatik yang melibatkan massa. Namun tenaga dari team ini juga harus dapat
diperbantukan untuk melakukan survey dan konsolidasi. Kualifikasi anggota team ini adalah :
Sekurang-kurang 75% adalah perempuan dengan kategori Cantik, sehat, segar, ramah, dan smart.
Posisi ini paling cocok di tempati Mahasiswi atau siswi SMA. Intinya, team ini sekaligus dapat
menjadi “gula” bagi berkumpulnya “Semut-semut” kampung. Team ini dapat dibentuk pada tiap-tiap
kabupaten atau juga ditambah pada team di atasnya.

3. Team Kreatif

Team ini bertanggung jawab untuk menyediakan disain bahan-bahan publikasi dan sosialisasi
mediatik yang diolah dari rekomendasi team olah data. Team ini cukup dibentuk pada level
Koordinator Dapil DPR-RI. Tentu saja paling cocok diisi para desainer dan orang-orang komunikasi
(sedapat mungkin belum menikah).

4. Team Pengumpul Suara

Inilah team yang bertanggung jawab penuh di dalam pencarian, pengumpulan, dan penjagaan suara.
Team ini dapat dibagi ke dalam:

a. Rekruting dan Diklat

Setelah mengetahui target suara yang dibutuhkan pada masing-masing wilayah administrasi.
Pertama-tama yang harus dilakukan adalah rekruting team. Tentu saja ini adalah PEKERJAAN BERAT,
karena dalam tiap Dapil untuk DPR-RI sedikitnya dibutuhkan 6000an anggota team yang tersebar di
seluruh wilayah administrasi.

Selain itu, jika salah menentukan kualifikasi dan sistem yang diterapkan keliru, agenda rekruting ini
akan memakan biaya tinggi, sekaligus nantinya perawatannya pasti akan lebih tinggi lagi. Oleh
karenanya dibutuhkan teknik, mekanisme, perencanaan, dan perawatan khusus yang Murah, Solid
dan cepat pembentukannya.

(Metode Rekruting dan Pengorganisasian Team akan dijelaskan dalam tulisan khusus).

b. Program

Team ini layaknya adalah “Pasukan Artileri” yang harus selalu siap-sedia melakukan back up
terhadap team yang berada di garis depan.

c. Penyisir Suara

Dalam keseluruhan team, inilah sesungguhnya team inti dari seluruh team yang ada. Team ini adalah
pasukan garis depan. Di tangan tiap-tiap 1 orang dari merekalah 20 suara dipegang. Mereka adalah
warga dari 5 RT yang paling dekat secara geografis. Kualifikasi dari anggota team ini adalah: pemuda
dan belum menikah, sedapat mungkin bukan tokoh pemuda, apalagi tokoh masyarakat.

Sedikitnya ada 3 (tiga) kegiatan untuk Penyisir Suara yang harus dilakukan secara bertahap dan
"door to door" (Silaturrahmi):

1. Popularitas.

"Tak kenal maka tak sayang" begitulah kata pepatah. Tahap pertama yang harus dilakukan oleh
Penyisir Suara adalah memperkenalkan biografi, visi dan misi serta program-program Caleg kepada
masyarakat luas.

2. Akseptabilitas/Likeabilitas.

Setelah masyarakat mengenal sosok atau biografi, visi dan misi serta program-program Caleg maka
tahap selanjutnya adalah "sayang", yakni: membuat masyarakat simpati dan empati kepada Caleg.

3. Elektabilitas.

Setelah "sayang" tahap berikutnya adalah mengajak masyarakat untuk memilih Caleg dengan hati
dan kesadarannya.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut di atas, Team Penyisir Suara perlu dibekali properti atau
souvenir sebagai alat bantu peraga untuk mengkomunikasikan sosok Caleg yang harus dipilih kepada
masyarakat, diantaranya:

1. Kartu Nama Caleg

2. Stiker Caleg
3. Seragam pemilih suara Caleg berupa kaos atau baju

4. Kalender Caleg

5. Baliho Caleg atau Bendera Caleg, dll

Keseluruhan Team yang dimaksud diatas adalah team pemenangan independen dan HARUS
INDEPENDEN, artinya berada di luar institusi partai namun harus bergerak sinergi dengan team
pemenangan pemilu milik partai. Mudahnya bolehlah team ini disebut sebagai RELAWAN.

PENDANAAN

Setiap orang tentu saja akan beranggapan, pendanaan dari bangunan team yang berjumlah 6000an
atau bahkan lebih untuk hanya 1 Dapil DPR-RI pastilah sangat mahal. Hal itu benar sejauh orang
berpikir bahwa seluruhnya harus dirawat dengan uang. Dan sejauh orang berpikir seluruhnya
ditanggung oleh 1 orang. Karena Strategi ini berbasis pada sistem pengorganisasian, maka uang
sesungguhnya hanyalah back up saja. Namun tentu saja, uang tetap dibutuhkan.

Itu pertama, kedua, sistem ini mengandaikan diterapkannya kerja bertingkat. Artinya 1 bagunan
sistem dengan 1 team pelaksana, dapat mengerjakan kepentingan beberapa caleg sekaligus, yakni
caleg dengan nomor urut sama dari seluruh level.

Contoh: Team membutuhkan dana 100 juta. Karena team bekerja untuk memenangkan caleg no
urut 3 untuk DPR-RI, nomor urut 3 untuk DPRD Tingkat 1 dan Caleg no urut 3 DPRD Kabupaten/kota
maka pendanaan yang dikeluarkan oleh masing-masing caleg tentu tidak sampai 100 juta.

Ilustrasi: untuk memenuhi kebutuhan survey di Dapil Jatim III, team membutuhkan 20 juta untuk
tiap kabupaten. Jatim III ada 3 kabupaten. Maka dana yang dibutuhkan adalah 60 Juta. Adapun
untuk seluruh Caleg semua level yang bernomor urut sama dari 1 partai jumlahnya adalah:

1. 1 orang Caleg DPR-RI

2. 1 orang Caleg DPRD Tingkat I

3. 16 orang caleg DPRD Tingkat II

jumlah = 18 orang. Jika kebutuhan dana tersebut di bagi rata maka jumlah urunan masing-masing
caleg kl. Rp 3.400.000. tapi tentu saja urunan Caleg dari level yang lebih tinggi juga lebih tinggi
nominalnya. Demikianlah seterusnya.
STRATEGI KAMPANYE PEMENANGAN PEMILU LEGISLATIF

Bangunan Sistem kampanye sejatinya sangat berpengaruh terhadap perolehan suara pada pemilu.
Secara sederhana dan singkat barangkali beberapa model dibawah ini jamak ditemui:

1. Pencitraan

Pencitraan biasanya dilakukan guna mengenalkan (sosialisasi) tokoh atau partai. Biasanya
menggunakan media : Iklan (Baik cetak ataupun elektronik), Papan Reklame, Spanduk, Poster, Stiker,
dan media-media promo lainnya.

Catatan: Hal ini penting sejauh dimaknai sebagai sebuah “serangan udara” yang tidak terpisah dari
program lainnya. Namun, metode ini tidak mampu mengukur efektifitas dirinya sendiri. Diperlukan
bantuan perangkat lain untuk mengukurnya, dan kuantitasnya tidak selalu berbanding lurus dengan
hasilnya.

2. Kampanye Publik

Yang dimaksud kampanye publik adalah kampanye yang dilakukan dengan pengumpulan massa.
Biasanya berbentuk: Vergadering (rapat akbar), Konvoi, Mujahadah, Istighatsah, Dialog Publik, dan
lain semacamnya.

Catatan: Hal ini menjadi berarti sejauh juga dimaknai sebagai “Serangan Udara” atau “Serangan
Laut” yang juga tidak terpisah dari program lainnya. sebagaimana pada metode pencitraan, model
ini juga tidak mampu mengukur jumlah suara yang bakal diraih dari hasil kampanye. Kalaupun ada
sejumlah massa berkumpul, hal tersebut juga tidak dapat dijadikan patokan jumlah suara yang akan
diraih, apalagi ditengah maraknya fenomena “satu orang pemilih dapat mengenakan 5 atau 10 kaos
partai yang berbeda-beda”. Lain daripada itu, kampanye semacam ini tidak mengarah ke 1 orang
Caleg, melainkan partai secara umum.

3. Meraih Simpati Tokoh

Tokoh Masyarakat (Tokoh Agama, Tetua Adat, Pemimpin Pergerakan, Ketua Perhimpunan Profesi,
Pemimpin Teritorial Pemerintahan) seringkali juga menjadi rebutan partai atau caleg. Harapannya
dengan meraih “Kepalanya”, “Leher sampai ujung Kakinya” juga akan ikut.
Catatan: Hal ini juga menjadi penting sejauh diposisikan sebagai jembatan penghubung atau
pelempang jalan bagi program dan “serangan” lainnya. dalam mendongkrak perolehan suara, sedikit
banyak upaya ini efektif sejauh tidak ada hal-hal memaksa dari eksternal (lawan) yang mengacaukan
soliditasnya. Namun demikian penting diperhatikan bahwa ada fenomena pembangkangan diam-
diam dari massa terhadap patron tokoh-tokoh yang disebut di atas. Selain itu, biasanya para tokoh-
tokoh tersebut “harga simpati dan dukungannya” mahal, sedang kerjanya minim. (disini peluang
Strategi MEMILIH SUARA nantinya dapat mengobok-obok pengaruh para tokoh tersebut).

4. Turba

Selain Beberapa Hal di atas, yang biasanya tidak satupun Partai atau lebih tepatnya Caleg melupakan
adalah Turba alias Menyapa Pemilih. Bagi Caleg yang memiliki investasi sosial yang tinggi diluar
kepentingan pemilu tentu dapat mengandalkan teknik ini.

Teknik ini juga sering dimaknai sebagai “Serangan Darat”. Singkatnya hal ini dilakukan dengan
mengunjungi pemilih dengan cara : Dari pintu ke pintu mengunjungi kerabat, teman, kolega, dsb.
Hadir di acara komunitas (baik yang natural ataupun direkayasa), hadir di forum-forum, baik formal
ataupun non formal, dsb.

Catatan: Bagi Caleg yang memiliki investasi sosial tinggi, hal ini efektif, namun pengukuran jumlah
raihan massa hanya berdasar asumsi. Bagi Caleg yang minim investasi sosialnya, harus lebih rajin dan
berhati-hati menggunakan teknik ini, jangan sampai menjadi boomerang, serta harus didukung
dengan perangkat dan teknik lainnya.

5. Program

Salah satu bagian dari agenda kampanye yang juga tidak pernah dilupakan adalah Program, program
bentuknya dapat bermacam-macam: dari penyedian air bersih, pembuatan sumur, perbaikan jalan
kampung, pembangunan listrik desa, bio energy, pengolahan sampah dan limbah industri, bantuan
alat-alat pertanian, bantuan ternak, perbaikan rumah ibadah, dan lain sebagainya. Harapannya,
warga yang telah dibantu tersebut dapat semakin mantap untuk memberikan dukungannya. Pada
beberapa hal, hal ini dapat diposisikan sebagai “back up artileri bagi pasukan infanteri”.

Catatan: Upaya ini pasti ada hasilnya, tapi semua partai pasti sama-sama melakukan, jika celaka,
sang caleg justru hanya buang rupiah, karena ternyata suaranya justru lari ke caleg lain karena
nyumbangnya lebih banyak. Tapi jika diatur dengan baik dan sinergi dengan agenda dan bagian
lainnya, hal ini mampu mengikat pemilih. Tapi tentu, biasanya urunannya juga lumayan.

6. Money Politic
Money politics atau politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik
supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya dia menjalankan haknya
dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum.

Perwujudan tindakan money politics dalam pemilu diantaranya:

-Serangan fajar

-Mobilisasi dana pemilu

-Influence buying

-Bantuan religius

-Entertaining penyelenggara pemilu

-Mahar (beli kursi, seat buying)

Secara hukum, praktik politik uang tegas dilarang, dan termasuk tindak pidana dengan jerat
hukuman seperti di atas. Secara etika, politik uang merupakan sebuah praktik kotor, karena di situ
ada hak orang yang dibeli dengan harga murah.

Di dalam KUHP (induk pidana umum) terdapat 5 pasal mengenai tindak pidana “Kejahatan Terhadap
Pelaksanaan Kewajiban dan Hak Kenegaraan” yang ada hubungannya dengan pemilihan umum. Di
sini saya akan mengutip 1 pasal terkait delik money politik — yaitu pada Pasal 149 yang berbunyi;

“...menyuap atau berjanji menyuap seseorang agar jangan menggunakan haknnya untuk memilih;
diancam pidana penjara selama-lamanya 9 (sembilan) bulan atau denda Rp. 4.500 (empat ribu lima
ratus rupiah”.

Kemudian dari KUHP tsb, delik dirumuskan dan dikodifikasi ulang dalam undang undang khusus
pemilu (UU Pemilu) 1999, dan diperbaharui lagi dalam UU Pemilu 2008 yang diterbitkan oleh
Presiden SBY dalam lembar Negara Republik Indonesia Nomor 10. Berikut bunyi lengkapnya;

“barang siapa pada waktu diselenggarakannya pemilihan umum menurut undang-undang ini dengan
pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk
memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu, dipidana dengan pidana
hukuman penjara paling lama tiga tahun. Pidana itu dikenakan juga kepada pemilih yang menerima
suap berupa pemberian atau janji berbuat sesuatu.” — Pasal 73 ayat 3 UU Pemilu No. 3/1999.
“pelaksana peserta atau petugas kampanye dilarang menjanjikan atau memberikan uang atau
materi lainnya kepada peserta pemilu” – Pasal 84, Ayat 1 Huruf J, UU Pemilu No. 10 Tahun 2008.

Delik money politik juga diatur dalam undang undang Pilkada Tahun 2004 dengan bunyi;

“setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada
seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya, atau memilih pasangan calon tertentu, atau
menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah, diancam dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan /atau denda paling sedikit Rp satu juta rupiah
(1.000.000) “ – UU Pilkada No. 32 Tahun 2004 Pasal 117.

Catatan: Butuh duit banyak dan juga beresiko tinggi terkena sanksi administratif atau bahkan sanksi
pidana. (dalam Strategi MEMILIH SUARA teknik ini juga diberi tempat, tapi tidak seperti menabur
pupuk, akan tetapi untuk menutupi kekurangan suara yang error dalam pengorganisasian. Jadi
jumlah amplop yang ditebar sesuai dengan jumlah kekurangan suara yang ditargetkan).

PENUTUP

Demikianlah deskripsi singkat tentang Strategi MEMILIH SUARA, agar tidak salah dalam memilih
suara demi kemenangan yang dapat diukur dan terukur. Selanjutnya tinggal do’a, usaha dan pasrah.
Good Luck...!!!

Konsep Pemenangan Pemilihan Legislatif di tingkat Kotamadya atau Kabupaten

Jumat, 02 Agustus 2013

Konsep Pemenangan Pemilihan Legislatif

PEMETAAN POLITIK

1. Pemetaan Perilaku Pemilih


•Memetakan pemilih berdasarkan demografi dan preferensi politik

(menentukan market, atau konstituen secara tepat dengan mengikuti aturan wilayah dan
pandangan politiknya)

•Memetakan isu-isu strategis lokal

(Menyusun Visi dan Misi yang sesuai dengan keadaan masyarakat atau konstituen di daerah
pemilihan)

•Memetakan nama-nama yg berpotensi menjadi kawan dan lawan

(Menginventarisir kekuatan dan kelemahan yang berasal baik dari konstituen atau kompetitor)

•Memetakan media komunikasi yg efektif digunakan oleh pemilih

(Penyesuaian penggunaan media dalam dalam memberikan informasi yang bersifat sebagai promosi)

Output: Strategi Mempengaruhi Perilaku Pemilih

2. Pemetaan Jaringan

•Inventarisir Jaringan yang potensial jadi mesin politik

(Internal dan Eksternal, baik dari kader partai internal maupun dari konstituen bebas)

•Memetakan wilayah dari masing2 jaringan

( Jika diperlukan adanya Maping)

•Inventarisir Nama-nama yang memiliki potensi menjadi tim sukses

(susun dan bentuk tim sukses dengan komponen terstruktur)

Ouput: Strategi Mobilisasi

STRATEGI MOBILISASI
A. PEMBANGUNAN JARINGAN DAN ORGAN POLITIK

Ø Design Struktur tim sukses

Ø Pembentukan tim sukses tingkat kecamatan dan desa

Ø Perluasan jaringan sosial.

B. PELATIHAN MANAJEMEN TIM SUKSES

Ø Pemahaman perilaku pemilih,

Ø Organisasi tim sukses,

Ø Media kampanye,

Ø Targeting,

Ø Penyusunan dan evaluasi program

C. PENYUSUNAN PROGRAM PEMENANGAN

Ø Design program kunjungan

Ø Orasi Politik (penyampaian visi dan misi)

Ø Aksi sosial,

Ø Peresmian,

Ø Kontrak politik,

Ø Turnamen,

Ø Pawai,

Ø Hiburan,

Ø Komunikasi tradisional,

Ø Komunikasi multimedia dan alternatif

D. PEMENUHAN PERSYARATAN PENCALONAN

Ø Dukungan partai politik

Ø persyaratan administrasi KPU

E. PEMBENTUKAN TIM KAMPANYE

F. PEMBENTUKAN TIM SAKSI


G. PEMBENTUKAN TIM MOBILISATOR

TUJUAN :

1. Membangun organisasi pemenangan Caleg yang Efektif dan Efisien

2. Mendesign kerangka kerja organisasi yang jelas dan terukur

3. Menentukan target-target pemenangan dan jadwalnya.

STRATEGI PENCITRAAN

· PEMBENTUKAN MEDIA CENTER

Ø Mengorganisasi program,

Ø Membuat target dan evaluasi program pencitraan kandidat

· STRATEGI KOMUNIKASI MEDIA CETAK, RADIO DAN TELEVISI

Meliputi : Design, contain, timming, volume dan budgeting

(Contoh : Kalender, pamflet, leaflet, sticker, Audiensi ke Surat Kabar atau radio dll)

· STRATEGI KOMUNIKASI MEDIA OUTDOOR

Meliputi : Design, isi, timming, volume, budgeting

(Contoh : Kaos, poster, spanduk, rontag, baliho dll)

· STRATEGI KOMUNIKASI SOSIAL

Meliputi : Design, isi, timming, volume, budgeting

(Sosial media di Internet misal : Facebook, Twiter dll), memperbanyak jumlah kunjungan ke daerah
pemilihan, dan pengenalan pribadi serta penyampaian visi dan misi.

· STRATEGI KOMUNIKASI TATAP MUKA

Ø Arisan

Ø Rapat warga (RT, RW, dukuh, dlll)

· STRATEGI KOMUNIKASI ALTERNATIF

Ø Mobilisasi massa melalui seni dan budaya


Ø Mengadakan lomba

Ø Membentuk barisan, pasukan pemenangan

TUJUAN :

1. Membentuk citra diri kandidat sesuai dengan visi, misi dan target pemilih,

2. menentukan media komunikasi politik yang efektif

3. Mendesign isi komunikasi politik

4. Mempengaruhi isi liputan media massa

“Cara promosi paling efektif adalah dari mulut ke mulut. Beriklan itu penting, karena sama dengan
berinvestasi. Beriklan politik tidak sama dengan cara kerja petani yang menanam padi lantas 3—4
bulan panen. Beriklan politik seperti menanam jati, lama dan perlu dirawat,”

MAPPING WILAYAH YANG DI GARAP

oleh Tim Pemenangan Caleg atau Tim Sukses.

1. WILAYAH DALAM :

Wilayah ini adalah wilayah dimana domisili anda, yang sangat memungkinkan untuk meraup suara
maksimal, dikarenakan faktor populisnya anda di wilayah tersebut, dan menciptakan emosi history
ataupun emosi personal.

2. WILAYAH LUAR :

Wilayah ini adalah wilayah yang mengelilingi wilayah domisili anda, di luar RT, RW, dukuh dan desa
anda, prosentase raupan suara maksimal sekitar 25% dengan asumsi sosialisai dan kunjungan ke
daerah tersebut dalam tingkatan kedua setelah wilayah dalam.

3. WILAYAH TAMBAHAN/ SUPLEMEN:

Wilayah ini adalah wilayah pemanfaatan terhadap, sodara, kawan (kenalan) ,kader dan kader yang
ada di luar wilayah anda dan masih termasuk dalam dapil anda. Asumsi sosialisasi dan kunjungan
maksimal hanya ± 15% dari total sosialisai dan kunjungan anda selama waktu efektif.
Sehingga pada kesempatan ini pula saya sampaikan konsep baru yang mungkin akan terkesan idealis
tetapi sangat realistis dengan keadaan bangsa Indonesia saat ini yaitu sebuah konsep “Edukasi
Politik”

Edukasi Pollitik adalah strategi politik pemenangan Pilkada, Pileg, dan Pemilu dengan memberikan
pendidikan atau pelatihan ataupun sebuah stigma atau pandangan politik yang bermartabat dan
yang bermanfaat untuk masyarakat sehingga memiliki efek jangka panjang dan bermanfaat bagi
bangsa Indonesia yang sedang membangun.

Dengan kata lain Edukasi Politik adalah pemahaman tentang politik baik dilihat dari fungsi atau
manfaat, cara atau tata laksana serta implementasinya kepada masyarakat penerima kebijakan yang
dihasilkan dari kerja politik.

Saat ini masyarakat terlalu sering dimanfaatkan oleh kepentingan elit politik yang berkuasa sehingga
yang terjadi, masyarakat hanya menjadi penonton atas keinginan dan aspirasi mereka yang tidak
pernah tercapai.

Peluang inilah yang akhirnya ditangkap oleh elit politik untuk “membeli” suara rakyat untuk
mendukung mereka menjabat sebagai DPRD, DPR RI, maupun pemegang kekuasaan lainnya. Dari
ketidaktahuan masyarakat tentang politik mengakibatkan kesempatan para caleg, cawali, cabup,
cagub dan capres membeli suara tersebut, sehingga yang terjadi di periode mereka memimpin
merekapun hanya akan diam tanpa melakukan yang sekiranya bisa membela konstituennya atau
rakyat pemilihnya karena mereka merasa sudah membeli suara rakyat yang diwakilinya.

Contoh lain masyarakat kita terlalu sering menikmati hasil di awal dari pada di belakang, sehingga
Konsep KeTuhananpun sering dilupakan.

Konsep KeTuhanan merupakan sebuah perintah untuk patuh menjalankan perintahnya dan
menjauhi larangannya yang mempunyai hasil di belakang yaitu akherat yang abadi dan yang lebih
menyenangkan akan tetapi masyarakat sering tidak menghiraukan kaidah itu dan lebih memilih
menikmati yang ada saat ini. Oleh sebab itu perlu ada suatu gebrakan yang berani menantang
menuju perubahan yang lebih baik dengan Edukasi Politik.

ASUMSI PENGHITUNGAN SUARA DI DAERAH PEMILIHAN CALEG DPRD I

Jumlah pemilik suara di daerah pemilihan setelah dilakukan pemutakhiran data dari panwaslu

Misal :

1. Jumlah suara (DP4) Kota Yogyakarta tahun 2009 : 341.000 suara

2. Jumlah Kecamatan di Kota Yogyakarta : 14 Kecamatan

2. Jumlah Partai peserta pemilu : 12 partai


3. Rata-rata Caleg/ partai : 7 orang (7 orang x 12 partai = 84 orang)

DP4 : Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu

Penghitungan :

341.000 suara : 14 kecamatan = 24.358 suara / kecamatan (Rata-rata dapil terdiri dari 3 kecamatan)

24.358 suara x 3 kecamatan = 73.074 suara

73.074 suara : 12 partai = 6990 suara/partai

6990 suara : 7 orang (caleg) = 870 suara

Jika total suara terbagi seperti diatas maka tidak akan ada calon legislatif yang memperoleh suara
absolut atau mutlak, dan ini bisa dipastikan akan terjadi.

Sehingga yang sangat dimungkinkan dilakukan oleh masing-masing caleg adalah optimalisasi
perolehan suara di daerah domisilinya, dan apabila yang terjadi di tiap dapil mendapat jatah kuota
anggota legilatif sebanyak 9-10 orang maka nilai suara amanpun akan berubah. Dalam hal ini dapat
saya contohkan seperti dibawah ini :

v Dapil memiliki 73.074 suara

v 12 partai peserta pemilu

Kuota anggota legislatif tiap-tiap dapil misal 9 orang, berarti 73.074:12 partai = 6090 suara dan
dibagi kepada 9 orang dan misal masing –masing mendapat nilai yang sama yaitu 677suara tiap caleg
tiap partai, Maka Angka atau suara 677 tersebut merupaka angka 50% untuk jadi anggota dewan,
sehingga mesin politik atau tim sukses harus mampu mencapai target 50% plus 1 untuk dapat
mengamankan 1 kursi.

Dengan asumsi total suara belum dikurangi dengan kemungkinannya yang suara rusak, suara tidak
digunakan atau abstain, maka sangat dimungkinkan perhitungan suaru tersebut juga akan
mengalami perubahan, akan tetapi kewajiban tim sukses minimal mampu mencapai suara aman
untuk mendapatkan 1 kursi.

Diawal saya sebutkan untuk optimalisasi jumlah suara maka caleg wajib optimalisasi raupan suara di
daerah domisillinya, dikarenakan tingkat populis caleg dan emosi personal mudah di dapat dari
masyarakat sekitar dimana anda tinggal.

Dalam pencapaian suara untuk memenangkan salah seorang kandidat dibagi dalam 3 (tiga) tahapan :

1. Push Political Marketing : strategi pemasaran produk politik secara langsung ke pemilih

2. Pull Political Marketing : Strategi penyampaian pesan yang dilakukan melalui media massa baik
elektronik, cetak, luar ruang, Mobile +Internet.
3. Pass Political Marketing : Strategi penyampaian pesan melalui individu, kelompok atau organisasi
yang mempunyai pengaruh.

PILEG 2019 #13: UPAYA POPULARITAS BAGI CALEG POTENSIAL

PEMILU LEGISLATIF 2019·MAY 1, 2018

Popularitas sendiri dalam hal ini memiliki ruang lingkup/ konteks yang perlu ditelaah. Batas populer
saja belumlah cukup, harus ada ciri khas yang membekas akan keterkenalan seorang caleg dalam
benak para pemilih. Keterkenalan idealnya dibarengi dengan membangkitkan rasa suka/ menerima.
Rasa suka inilah yang berlanjut dengan potensi dukungan yang meluas bagi diri bersangkutan.

Dikenal dan disukai adalah perpaduan dalam menysun rencana popularitas, ditambah eksekusi/
pelaksanaan program tersebut yang kemudian berdampak positif bagi berbagai kalangan masyarakat
pemilih dalam dapil.

Dikenal dan disukai juga merupakan dua hal yang selalu seiring-sejalan yang selalu kompak untuk
tidak dapat dipisah-pisahkan selama proesnya. Karena upaya yang baik untuk membangun
popularitas selalu memperhatikan etika-etika agar menumbuhkan rasa suka. Popularitas bukan
ditujukan untuk membangun rasa ke tak-sukaan.

Membangun rasa kesukaan masyarakat pemilih terhadap diri pribadi caleg haruslah diperhatikan
secara lebih serius. Melebih-lebihkan “sikap” selama menjalani proses upaya popularitas dapat
berdampak negative.

Jangan sampai melakukan upaya popularitas yang sekaligus juga mengganggu kecerdasan berfikir
bagi masyarakat pemilih.

Karena popularitas yang dibangun oleh caleg tahun 2019 adalah dalam rangka ikhtiar untuk
menangkap peluang elektabilitas sebanyak-banyaknya dalam format kalkulasi/ perhitungan Sainte
Lague Murni.

Kemudian popularitas itu dibangkitkan untuk menuju kedewasaan berpolitik, pencitraan peradaban
terkini, pengkomunikasian/ sharing demokratisasi, dan penyamaan informasi sehingga untuk
keputusan memilih bagi masyarakat pemilih dapat tepat menentukan pilihannya.
Upaya popularitas itu menganut prinsip-prinsip kecerdasan yang saling menghargai. Adapun
kompetisi yang terjadi antar sesama caleg dimaksudkan untuk mem-filter sehingga menemukan
caleg yang memang paling pantas untuk didukung/ dipilih.

Dalam rangka “memperebutkan” amanah rakyat inilah proses popularitas dibingkai.

Batasan-batasan popularitas mengandung dua makna yakni makna idealis sekaligus makna
pragmatis. Dimana sebagai makna idealis proses popularitas dimaksudkan untuk menghadirkan
pelurusan informasi, mempresentasikan ide/ gagasan konstruktif sehingga muncul asumsi layak
dukung yang kemudian secara tidak langsung memberikan edukasi kepada masyarakat pemilih.
Sedangkan makna popularitas sebagai pragmatis dimaksudkan agar supaya masyarakat pemilih
dapat tertarik kepada kontestan politik (caleg) sehingga menjatuhkan pilihan politiknya kepada yang
bersangkutan.

Nah, dari langkah-langkah popularitas yang telah dilakukan oleh setiap caleg hari ini perlu kiranya
memperhatikan rambu-rambu yang etis sehingga terciptanya pemilu tahun 2019 yang lebih
beradab.

Sebagai tips tambahan pada artikel singkat ini kami ingin mengemukakan bahwa dalam desain
popularitas sebaiknya tambahkan bumbu-bumbu sehingga kesukaan engkau dapatkan. Hindari
popularitas yang berimplikasi kegaduhan dan polemik berkepanjangan.

Karena, upaya popularitas tidak sama dengan argumentasi yang berniat mematahkan lawan.

Popularitas harus dilakukan secara bil-hikmah, menginspirasi, penghargaan, dan merangsang


motivasi.

Popularitas bukanlah intens menampilkan hoax.

Juga bukan upaya membelah ekstrim para fans.


Kesimpulannya, upaya popularitas harus dilakukan dengan cara-cara yang merangkul sehingga
menimbulkan “perasaan” senasib-sepenanggungan yang berlanjut pada merebaknya “kesukaan”
masyarakat pemilih kepada dirimu sebagai caleg menang tahun 2019.

PILEG 2019 #10: STRATEGI MENDONGKRAK ELEKTABILITAS CALEG TINGKAT KABUPATEN DAN KOTA

PEMILU LEGISLATIF 2019·APRIL 17, 2018

Caleg yang maju berkompetisi tahun 2019 mendatang akan membawa harapan baru bagi dirinya
sendiri, keluarganya, tetangganya, daerahnya, serta bangsa Indonesia juga pada umumnya. Pemilu
tahun 2019 adalah peristiwa besar, dimana kedewasaan perpolitikan di tanah air akan teruji
kembali. Demokratisasi sekali lagi diharapkan semakin beranjak dewasa demi kemajuan kehidupan
berbangsa dan bernegara sejak sekarang menuju optimisme masa depan yang lebih cerah.

Anak bangsa yang berkompeten harus mampu menunjukan eksistensinya sebagai caleg yang layak
atau pantas untuk didukung oleh masyarakat pemilih. Maju menjadi caleg adalah bentuk partisipasi
positif untuk mewakili masyarakat pemilih dalam dapil sehingga diharapkan suara rakyat itu dapat
tersalurkan secara konstitusional pada parlemen lokal selanjutnya.

Caleg yang maju dan dapat memenangkan kompetisi pileg nanti itu tentu harus memliki trik yang
jitu. Dapat duduk mewakili masyarakat dalam dapil pada DPRD setempat adalah harapannya. Nah,
untuk itulah isu elektabilitas ini coba kita telaah bersama kali ini.

Elektabilitas atau peluang keterpilihan telah menjadi kosakata umum pada setiap masa proses
menjelang pemilihan lima tahunan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk seorang caleg
agar tinggi angka elektabilitasnya serta mampu bertahan hingga hari H pemilihan.

Berikut poin-poinnya;

Angka elektabilitas yang tinggi harus dimulai dengan kemampuan meningginya angka popularitas.
Secara nalar sederhana angka popularitas harus lebih tinggi jika dibandingkan angka elektabilitas.

Selain angka popularitas yang tinggi sebelum menuju angka elektabilitasnya biasanya seorang caleg
juga memiliki afeksi (penerimaan di masyarakat pemilih yang suka atau tidak) terhadap diri caleg
bersangkutan. Jangan sampai menjadi caleg populer tetapi tidak di sukai oleh masyarakat pemilih.
Ketiga hal ini (popularitas, afeksi, elektabilitas) dapat dijalankan secara sinergis dengan panduan
pemetaan yang detail pada setiap wilayah terkecil geografis dalam suatu dapil. Pengelompokan
masyarakat pemilih (segmentasi pemilih) penting dilakukan sebagai target atau sasaran sosialisasi.

Angka popularitas yang tinggi, kemudian angka afeksi juga tinggi, maka untuk menuju tingginya
angka elektabilitas semakin sangat memungkinkan.

Ada strategi meningkatkan angka popularitas, ada strategi menaikan angka afeksi, dan ada juga
strategi untuk meningkatkan peluang elektabilitas. Pelajarilah ketiga strategi tersebut sebagai dasar
dalam memandang upaya pemenanganmu.

BACA JUGA : Strategi Sainte League Murni Caleg Menang 2019

Sebagai langkah kecil di awal-awal seperti saat sekarang ini penting bagi seorang caleg yang maju
berkompetisi pada pileg tahun 2019 yang akan datang untuk mengkalkulasi secara cermat tentang
strategi yang tepat untuk dijalankan dalam dapilnya.

Memahami gambaran awal dalam dapil terkait dengan perilaku masyarakat pemilihnya menjadi
mutlak dilakukan sehingga langkah-langkah gerakan pemenangan pibadi caleg dapat berjalan secara
lebih terarah, rasional, kontinyu, khas, up-to-date, serta tepat sasaran.

Tangkaplah suatu kesimpulan yang bermanfaat dari setiap artikel yang kami sajikan dalam weblog
www.vote-indonesia.com ini. Lakukan perbandingan setiap isu yang telah kita bahas disini terhadap
berbagai teori – teori pemenangan (election) yang telah ada kemudian sesuaikan dengan
kebutuhanmu sebagai caleg menang tahun 2019 nanti.

Selamat berjuang dan mengabdilah untuk kepentingan rakyat, salam santun NKRI !!!

PILEG 2019 #12: STRATEGI DASAR CALEG MENANG TAHUN 2019

PEMILU LEGISLATIF 2019·APRIL 30, 2018

Ada tiga hal mendasar yang perlu dimiliki para caleg menang pada pemilu tahun 2019 mendatang.
Mungkin sudah banyak pembahasan terkait dengan persoalan ini, hanya saja kami merasa perlu
untuk sedikit mengingatnya kembali sehingga lebih menjadikannya sebagai diskursus yang lebih
sering muncul untuk didalami oleh berbagai pihak yang konsen terhadap itu.
Personality ; persiapan paling awal adalah terhadap kesiapan lahir-bathin pribadi sang caleg. Setiap
caleg memiliki ke-khas-an masing-masing. Ada caleg yang ditandai dengan imej seorang religious,
sebagai pemuda aktif/ organisatoris, pengusaha sukses, jago orasi, santun-cerdas, merakyat-
darmawan, professional dalam bidang tertentu, dan seterusnya dimana imej yang disematkan ini
berasal dari masyarakat pemilih itu sendiri.

Selain sematan imej yang terjadi secara alamiah tersebut ada juga pencitraan yang dengan sengaja
untuk dibentuk agar supaya mendapatkan predikat dari masyarakat pemilih yang sesuai dengan
yang diinginkan. Format pencitraan ini dilakukan dengan secara sadar dan sengaja dengan
mengamati peluang kesesuaian dengan trend yang berkembang pada masyarakat pemilih sehingga
semakin mendekatkan dan meng-eratkan antara kepentingan keduanya.

Termasuk hal mendasar perlu juga untuk menyadari dan mencerna kecerdasan Intelligence Quotient
(IQ), Spiritual Question (SQ), dan Emotional Quotient (EQ). Kami hanya menyinggungnya semata,
silahkan mencari literaturnya yang mudah didapat. Penting ketiga hal urusan kecerdasan ini untuk
ditelaah.

Juga kemampuan untuk menyadari tugas mendasar bagi seorang wakil rakyat yang duduk di
parlemen. Tugas-tugas utama ketika menjadi anggota dewan perlu didalami sejak sekarang.
Masyarakat pemilih perlu mendengar langsung penjelasan dari sang caleg terkait kemampuan
personal ini, sehingga proses pendelegasian kepentingan rakyat dapat terwujud secara lebih
teredukasi.

Fungsi legislatif adalah fungsi legislasi/ membentuk undang-undang, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan. Lagi-lagi silahkan mencari literatur yang pas sesuai ke-Indonesiaan dan sesuaikan juga
secara filosofisnya.

Blue-print strategis ; menyadari posisi start awal bagi diri pribadi caleg adalah keharusan. Menyusun
berbagai hal termasuk menyadari posisi popularitas saat ini pada setiap segmen target suara yang
dibidik oleh sang caleg. Persiapan awal akan berbeda bagi setiap caleg dalam setiap partai tertentu,
karena kondisi yang berbeda akan ditemukan baik kondisi pribadi maupun kondisi di lapangan/dapil.
Merencanakan langkah taktis ini idealnya mempertimbangkan kemampuan pembiayaan,
ketersediaan durasi waktu, serta kemampuan pengarahan personalia tim yang klop dengan
ketepatan setiap gerak langkah upaya mentarget suara pemilih.

Blue-print strategis ini dimaksudkan sebagai “buku panduan” gerakanmu berikut langkah-langkah
taktisnya.

Susun sendiri dan lakukan secara mandiri kemudian rahasiakan, karena mengumbar strategi ke
ruang publik hanyalah upaya mengecoh strategi lawan. Strategi aslinya tetap disembunyikan.

Manajemen di masa pergerakan pemenangan ; kemampuan dalam pengamatan terhadap


kemampuan kontestan lain baik di internal partai sesama caleg maupun terhadap lawan dari partai
lain. Mempertimbangkan peristiwa internal-eksternal ini memerlukan keseriusan yang mendalam.
Sisihkan waktu yang cukup untuk memahaminya.

Masa pergerakan bagi caleg menang sudah dimulai, ada yang tersusun rapi ada juga nampak
bagaikan air yang mengalir saja. Keduanya jika ditinjau dari sudut pandang berbeda adalah
merupakan strategis.

Ada manajemen kepribadian caleg (meliputi waktu, tenaga, permintaan), manajemen tim, dan ada
manajemen pendukung. Ketiga manajemen ini mustinya bersinergis demi mendapatkan dukungan
khalayak/ masyarakat pemilih.

Dibutuhkan data-data yang update dalam urusan manajemen ini. Tidak mengabaikan sebaran
wilayah dan segmentasi pemilih adalah poinnya.

Temukan sendiri indikator manjemenmu sebagai caleg menang tahun 2019. Memilah mana yang
paling penting, mana yang tidak penting. Sekali lagi menyesuaikannya dengan kemampuan yang
dimiliki serta menyeiramakan dengan ketepatan pada masyarakat pemilih.

Toh, pada ujungnya semua strategi adalah bagaimana mendapatkan suara pemilih secara lebih pasti
dan lebih banyak dari semua kontestan lainnya.

Sekian opini siang ini, selamat memulai…


Salam dalam kebhinnekaan, NKRI Berjaya !!!

Tahapan Pemilu Legislatif 2019


PEMILU LEGISLATIF 20 19·MAY 3, 2018

Berikut adalah tahapan program dan jadwal penyelenggaraan Pemilihan Umum


Legislatif di tahun 2019.

Tanggal Tahapan

17 Agustus 2017 – 31 Maret


Perencanaan Program dan Anggaran
2019

1 Agustus 2017 – 28 Februari


Penyusunan Peraturan KPU
2019

17 Agustus 2017 – 14 April 2019 Sosialisasi

3 September 2017 – 20 Februari


Pendaftaran dan Verifikasi Peserta Pemilu
2018

19 Februari 2018 – 17 April


Penyelesaian Sengketa Penetapan Partai Politik Peserta Pemilu
2018

9 Januari – 21 Agustus 2019 Pembentukan Badan Penyelenggara

17 Desember 2018 – 18 Maret


Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih
2019

17 April 2018 – 17 April 2019 Penyusunan Daftar Pemilih Di Luar Negeri

Penataan dan Penetapan Daerah Pemilihan (Dapil)


17 Desember 2017 – 6 April
Tanggal Tahapan

2018

26 Maret 2018 – 21 September Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota
2018 Serta Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden

20 September 2018 – 16 Penyelesaian Sengketa Penetapan Pencalonan Anggota DPR, DPD dan DPRD
November 2018 Serta Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden

24 September – 16 April 2019 Logistik

23 September 2018 – 13 April Kampanye Calon Angota DPR, DPD dan DPRD Serta Pasangan Calon Presiden
2019 dan Wakil Presiden

22 September 2018 – 2 Mei


Laporan dan Audit Dana Kampanye
2019

14 April 2019 – 16 April 2019 Masa Tenang

8 April 2019 – 17 April 2019 Pemungutan dan Perhitungan Suara

18 April 2019 – 22 mei 2019 Rekapitulasi Perhitungan Suara

Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilu DPR, DPD, DPRD, Provinsi dan DPRD
Jadwal menyusul
Kabupaten / kota

23 Mei 2019 – 15 Juni 2019 Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Pentapan Perolehan Kursi dan Calon Terpilih Tanpa Permohonan Perselisihan


Jadwal menyusul
Hasil Pemilu
Tanggal Tahapan

Paling lama 3 (tiga) hari setelah


penetapan, putusan dismisal Penetapan Perolehan Kursi dan Calon terpilih Pasca Putusan Mahkamah
atau putusan makamah Konstitusi
konstitusi dibacakan

Juli – September 2019 Peresmian Keanggotaan

Agustus – Oktober 2019 Pengucapan Sumpah /Janji

PILEG 2019 #11:STRATEGI CALEG ; RAHASIA MENDONGKRAK POPULARITAS DAN ELEKTABILITAS

PEMILU LEGISLATIF 2019·APRIL 19, 2018

Dapat cerita dari seorang kawan yang nyaleg empat tahun yang lalu beliau pernah sosialisasi
disebuah perkampungan kecil yang warganya antusias sekali mengahadiri acara sosialisasi tersebut
dirumah salah satu warga. Sampailah sesi akhir menjelang larut malam dengan penerangan lampu
seadanya supaya terkesan merakyat maka kawan itu berorasi hingga berpeluh keringat karena
terlalu bersemangat.

Kemudian setelah selesai menjawab pertanyaan dari beberapa warga sang kawan caleg itu
menanyakan apakah nanti siap untuk mendukung saya, dengan serentak mereka menjawab siap!
Wah closing yang menggembirakan gumamnya.

Selanjutnya ditanyakan apakah semua warga disini memiliki hak pilih? Mulai nampak beberapa
warga saling pandang dengan sorot mata kebingungan. Salah serang hadirin memberanikan diri
untuk angkat bicara dan berkata ; “ nah itu masalahnya pak, hampir sebagian besar dari kami ini
masih ber-KTP ditempat asal kami dulu sebelum transmigasi kesini ” pungkasnya.
Singkat cerita acara sosialisasi tersebut usai dengan menyisakan pertanyaan besar, bagaimana
mungkin warga setempat mau mendukung tetapi mereka belum punya KTP atau surat keterangan
domisili di tempat/ dapil disitu?

Berangkat dari sepenggal cerita tersebut diatas, maka alangkah baiknya caleg dan timnya melakukan
observasi awal terlebih dahulu sebelum mengadakan acara sosialisasi. Pengenalan wilayah/medan
melalui observasi awal dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan target seperti seperti cerita
pengalaman kawan caleg tadi.

Dengan kata lain target popularitas juga perlu diperhatikan dimana saja tempatnya dan target orang-
orangnya sehingga dapat dihindari keliru sasaran.

Selain itu dimana target elektabilitas juga perlu untuk dirasa-rasa apakah mungkin dukungan warga
otomatis menjadi peluang besar meningkatkan elektabilitas yang dapat diwujudkan pada saat hari H
pemilihan nanti.

Rahasia isu popularitas dan elektabilitas ini perlu diungkap secara lebih teliti lagi bagi setiap caleg
yang maju tahun 2019 mendatang agar dukungan tidak berdasar klaim semata (pepesan kosong),
kuat secara hitung-hitungan namun kosong melompong suara nanti di tempat pemungutan suara
(TPS). Rasa lelah tak terbayar setimpal … hehehe.

Sebaiknya gunakanlah instrument yang dapat dijadikan rujukan untuk mengukur sejauh mana sudah
setiap langkah dan upaya gerakan pemenanganmu yang sudah dilakukan. Melakukan evaluasi secara
rutin terhadap setiap upaya pemenangan adalah bentuk kecerdasan personal yang harus dimiliki
oleh setiap caleg menang. Pasrah boleh, tetapi setelah upaya rasional-maksimalmu dilakukan.

Karena dunia percalegan tahun mendatang akan lebih sengit pertarungannya jika dibandingkan
pemilu empat tahun lalu. Kini modernisasi gerakan pemenangan politik lebih kuat, bahkan sampai
ketingkat terendah/lokal. Hal ini ditandai dengan kencangnya arus informasi dimana nyaris setiap
pemilih dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang sama dengan caleg sehingga masyarakat
cenderung lebih cerdas dan cukup sulit jika hanya sekedar “dirayu” melalui jualan visi-misi tanpa
memungkinkan untuk diwujudkan dalam bentuk yang nyata.

Artinya masyarakat pemilih saat ini sudah tidak zamannya lagi dapat dibuai dengan sekedar kata-
kata argumentative seakan merakyat atau pembela kepentingan rakyat. Sederet data-data
sederhana yang pernah dilakukan (track-record) akan lebih meyakinkan dari pada janji-janji manis
yang tidak pernah dibuktikan.

Bagaimana dengan caleg new-entry?

Bagi caleg yang baru masuk (baru pertama kali nyaleg) dapat napak tilas dari para senior
sebelumnya. Temukanlah perbandingan dimana dirimu akan lebih unggul. Cari kekosongan yang
terjadi selama ini, disitulah peluangmu.

Caleg incumbent memang lebih berpeluang, tetapi jangan lupa kalau masyarakat pemilih juga
membutuhkan penyegaran (dapat beralih pilihan) jika selama ini mereka merasa kurang
diperhatikan.

Maksimalkan dulu kedikenalanmu (popularitas). Teruslah hadir dalam setiap momentum jagat
percalegan tahun 2019. Gunakan kecerdasan khas yang mengaku miliki dan pasanglah niat yang kuat
serta jujur terhadap masyarakat pemilih. Buktikan jiwa merakyat, berhati-hatilah terhadap asumsi
memanfaatkan rakyat pemilih demi mengejar jabatan kepentingnmu sendiri… ehm.

Sekianlah, semoga bermanfaat narasi singkat ini. Jangan lupa bahagia bersama orang sekelilingmu…
salam santun, salam kompak NKRI !!!

Intip E-Book Survei #2 : SURVEI PEMILIH (PILKADA DAN PILEG)

PEMILIHAN PRESIDEN 2019, PEMILU LEGISLATIF 2019, PILGUB KALTIM 2018, SEPUTAR SURVEI·APRIL
12, 2018

Survey pemilih pada umumnya digunakan sebagai cara yang metodologis untuk memprediksi tingkat
keterpilihan sesorang yang maju bertarung sebagai kontestan dalam suatu PEMILU (Pemilihan
Umum) secara langsung. Dengan hasil survey kandidat diharapkan akan mampu memaham kondisi
dirinya sendiri menurut sudut pandang masyarakat/ pemilih. Dengan survey ini diharapkan sang
calon memiliki tambahan acuan/ panduan cara dalam menjalankan proses pemenangannya.

Survey pemilih disini dimaksudkan untuk memberikan gambaran faktual keadaan masyarakat/
pemilih didaerah dimana calonmu akan bertarung dalam pilkada 2018 maupun pileg tahun 2019
mendatang. Hal-hal yang berkembang di masyarakat dapat ditangkap informasinya dengan
melakukan survey. Selain itu hasil survey juga dapat dijadikan sandaran untuk menentukan cara apa
dan bagaimana mempengaruhi pemilih agar supaya orangmu menang dalam pertarungan pemilu
langsung nantinya, begitu teman..

Yang dimaksud survei disini adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Tujuan survei adalah untuk mengetahui keadaan atau informasi dasar masyarakat pemilih. Informasi
dasar itu antara lain persentase suku, agama, latar belakang pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
opini, tingkat harapan, dan seterusnya.

Survei juga memberikan informasi tentang sosok tokoh yang berpeluang untuk mendapatkan
dukungan signifikan jika seandainya diadakan pemilihan langsung.

Hasil survei dapat dijadikan landasan dasar oleh kandidat dan timsesnya yang dengannya strategi
pemenangan dapat dirumuskan secara efektif dan efisien.

Hasil survei itu akan memberikan informasi sebagai berikut ;

Pertama, hasil survei akan menggambarkan tingkat popularitas setiap calon yang akan berkompetisi
di wilayah tersebut. Dengan informasi popularitas ini akan mampu ditarik kesimpulan apakah
calonmu sudah terkenal/ popular apa belum, dan berapa persen orang yang mengenalnya serta
berapa persen orang belum mengenalnya. Ingat merasa PD (Percaya Diri) saja tidak cukup bahwa
seakan sudah terkenal. Karena kenal yang dimaksud disini adalah bahwa ketika nama “seorang
calon” disebutkan kepada setiap orang/ pemilih maka mereka menjawab “ya kenal”. Selain itu kenal
disini juga adalah bahwa nama calon itu sudah tertancap didalam benak setiap pemilih sebagai
orang yang mereka kenal baik, mereka sangat kenal dengan wajah calonmu sekalipun calon tersebut
tidak memiliki hubungan secara pribadi dengan mereka. Dalam ingatan mereka (pemilih) bahwa
calonmu itu baik dan disukai oleh mereka sebagai pemilih.

Jika calonmu belum terkenal atau belum populer menurut hasil survei maka sebaiknya dirimu
bergegas untuk segera membuat program pencitraan dan program sosialisasi yang lebih maksimal
lagi. Mumpung masih cukup banyak waktu sebelum hari H pemilihan.

Kedua, hasil survei dapat menggambarkan tentang keadaan kekinian masyarakat/ pemilih. Masalah
utama yang dirasakan oleh sebagian besar orang dapat anda ketahui, sehingga dengan mengetahui
masalah utama yang dirasakan masyarakat dapat anda jadikan sebagai bahan kampanye. Mungkin
saja misalnya masalah utama sebagian masyarakat adalah sulitnya air bersih, kesulitan listrik,
keadaan pencemaran lingkungan, gangguan keamanan, masalah lapangan pekerjaan, kesulitan
sarana transportasi, tentang kebersihan lingkungan, dan sebagainya. Kejelianmu untuk menangkap
masalah utama tersebut kemudian dijadikan bahan kampanye calonmu bahwa calonmu akan
mampu menyelesaikan masalah tersebut kalau terpilih nantinya. Terkadang masalah utama
sesungguhnya yang dirasakan oleh masyarakat pemilih belum tentu menjadi skor penilaian yang
paling tinggi angkanya yang ada dalam hasil surveimu. Lagi – lagi dibutuhkan kecanggihan kandidat
maupun timses lah untuk mampu mengelompokan masalah utama masyarakat setempat sehingga
dapat dijadikan bahan visi dan misi sang calon maupun sebagai bahan penguasaan ketika sosialisasi.

Ketiga, hasil survey akan berimbas kepada ketajaman analisamu teman, terhadap competitor/
pesaing utama calonmu (pilkada dan pileg). Pada kasus pileg biasanya dalam satu DAPIL (Daerah
Pemilihan) paling hanya beberapa partai atau orang yang akan terpilih dan menang (hal ini
tergantung dari kuota kursi parlemen yang di plotkan di daerahmu). Dengan hasil survey tiba-tiba
saja dirimu mampu mengukur kekuatan dan kelemahan pesaingmu dalam pemilu itu. Atau yang
paling mungkin juga dirimu akan mampu mengidentifikasi faktor apa saja yang membuat kontestan
lain menjadi kuat menurut analisismu. Jelasnya, dengan hasil survei kekuatan “musuhmu” dapat
dengan mudah terbaca olehmu.

Keempat, hasil survey akan memberikan informasi faktual yang dapat dipertanggung jawabkan
keabsahannya. Artinya kandidatmu tidak akan pernah terbuai dengan laporan timsesnya yang selalu
mengatakan “kita pada posisi aman ndan”. Tetapi ingat lah ya bahwa bukan berarti dirimu harus
berprasangka buruk tehadap laporan tim seperti itu.

Kelima, hasil survei akan membuat langkah pemenanganmu atau calonmu menjadi terarah, jelas,
efektif, dan terukur pembiayanya serta tidak asal-asalan meniru gaya kampanye orang lain. Karena
factor pembeda itu sangat penting dalam mempengaruhi orang lain, tetapi tidak hanya asal beda
tentunya (factor diferensiasi).

Keenam, dengan melakukan survey sendiri maka dirimu akan memegang sendiri data-data valid
terkait eksistensimu dalam suatu pilkada atau pileg. Bahkan dirimu akan mengetahui secara jelas
siapa tokoh paling didengar omongannya oleh masyarakat dilingkungan tertentu, organisasi apa
yang paling memilki pengaruh terhadap pilihan masyarakat pemilih, dan seterusnya. Semua
informasi ini akan menjadi bekalmu dalam menjalankan proses pemenangan untukmu maupun
untuk temanmu atau kenalanmu.

BACA JUGA: Panduan Mudah Survei Sendiri: Untuk Timses Pilkada Bupati, Walikota, Gubernur dan
Pemilu Legislatif 2019
(DC)

Intip E-Book Survei #3: DATA DAN MANFAAT YANG DIPEROLEH JIKA SURVEI SENDIRI

SEPUTAR SURVEI·APRIL 14, 2018

Hasil survei dapat berupa data yang menggambarkan tingkatan masing-masing isu yang diukur. Data
yang disajikan dalam survei pemilih menjelang pemilu adalah data-data seperti berikut ini ;

Data persentase jumlah pemilih berdasar rentang usia (misalnya pemilih pemula, pemilih usia
produktif, pemilih tua),

Data persentase suku-suku,

Data persentase jumlah pemeluk setiap agama,

Data tingkat pendidikan,

Data tingkat penghasilan,

Data persentase pekerjaan,

Data tingkat popularitas setiap kandidat,

Data tingkat disukai oleh pemilih terhadap calon,

Data peluang keterpilihan setiap kandidat (elektabilitasnya).

Data issu yang sedang berkembang dimasyarakat,

Data tingkat harapan masyarakat,

Data tentang opini masyarakat terhadap pemerintahan sekarang,

Data kekuatan setiap kandidat per-wilayah tertentu (misalnya zona/ dapil),

Data terkait kepentingan kampanye (misalnya media massa apa yang paling terkenal diwilayah itu),
dan lain sebagainya sesuai kebutuhanmu.

MANFAAT BUATMU JIKA MENJADI AHLI SURVEI PEMILIH


Ahli survei pemilih… Yeah, enggak semuluk itu juga sih janjinya ebook ini. Maksudku ebook ini akan
menambah informasi pembaca seperti dirimu terkait urusan survei pemilih disetiap menjelang
pelaksanaan pemilu pilkada ataupun pileg tahun yang akan datang.

Keahlian survei dalam ajang pemilu saat ini baik itu di pilkada maupun pileg akan menjadi sensasi
tersendiri. Bahkan sudah banyak orang yang menjadikan keahlian ini sebagai pekerjaan utama. Ilmu
survei pemilih akan terus berkembang, kebutuhan informasi dari hasil survei selalu ditunggu-tunggu
bahkan dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan politis.

Perhatikan berita diberbagai media, banyak sekali politisi mengatakan kami masih menunggu hasil
survei untuk menentukan calon kami. Atau ada berita yang mengatakan partai politik tertentu
menetapkan calonnya berdasarkan hasil survei.

Ini artinya betapa hasil survei ini sangat menentukan kebijakan dalam system pemilihan politik kita
saat ini. Hasil survei yang cenderung dapat dipercaya dan dapat dipergunakan adalah hasil survei
dari lembaga survei yang telah memiliki brand image sebagai lembaga survei yang terpercaya dan
berskala nasional.

Padahal istilah brand lembaga survei dan skala hanyalah cara pandang sesorang saja, atau dengan
kata lain siapapun ya skala nasional sekaligus skala local bahkan ya skala internasional juga kan.
Ketika kita sama-sama menganut ilmu pengetahuan maka skala seperti ini sudah tidak relevan lagi
untuk didiskusikan.

Lakukan saja surveimu sendiri secara ilmiah, jangan pernah hiraukan penilaian subjective dari orang-
orang yang katanya ahli itu. Karena se-ahli apapun seseorang dalam survei pemilih tetap saja data
rilnya dari lapangan yang dikumpulkan oleh para surveyor lapangan itu.

Salah dilapangan pasti akan berdampak pada kesalahan data akhir yang disajikan. Semua proses
survei sesungguhnya saling terkait antara tahap yang satu dan tahap lainnya.

Jago dalam analisis data belum tentu jago wawancara dilapangan. Begitu juga sebaliknya ahli
metodologi belum tentu ahli dalam memprediksi/ intuisi data. Makanya proses survei ini adalah
proses yang kerjasama saling mengisi satu sama lain.
BACA JUGA: Panduan Mudah Survei Sendiri: Untuk Timses Pilkada Bupati, Walikota, Gubernur dan
Pemilu Legislatif 2019

…………………. Kerjasama adalah pembeda manusia dengan hewan……………..

(DC)

PILPRES 2019 #03: RAHASIA PERILAKU PEMILIH BANGSA NUSANTARA YANG TIDAK DIMILIKI OLEH
SELURUH NEGERI MANAPUN DI DUNIA HARI INI

PEMILIHAN PRESIDEN 2019·APRIL 14, 2018

Rakyat Indonesia akan dengan senang hati berpartisipasi dalam pemilu tahun 2019 yang akan
datang, karena itu “hanyalah” bagian dari proses kesinambungan rakyat negri ini yang sudah sama-
sama disepakati oleh rakyat itu sendiri.

Rakyat di negri ini sangat mandiri, pemerintahan adalah bagian dari rakyat itu sendiri. Perkara ada
oknum di pemerintahan ada yang nampak seperti tidak menjalankan misi kehidupan rakyat itu
hanyalah bagian sedikit yang secara pasti akan perlahan terkikis oleh kejumudannya sendiri.

Grass-root hari ini memiliki keunikannya sendiri, terlihat seperti ada pencampuran faktor idealisme
dan pragmatisme yang berjalan bersama dalam sikap perilaku memilihnya. Menjadikannya terpisah
hanyalah menghasilkan kekonyolan karena rakyat Indonesia hari ini sudah terbiasa berbeda pilihan
dalam setiap pemilu tetapi tetap secara substansi kehidupannya mengusung persatuan yang sejati di
kehidupan keseharian dalam bermasyarakat.

Pemimpin Indonesia hari ini bukanlah kelompok dari hasil warisan masa lalu, karena rakyatnya lah
sesungguhnya yang senantiasa secara turun temurun yang menjadi pewaris sah nusantara.

Penghormatan rakyat Indonesia paling tinggi diwujudkan dengan sila pertama pancasila yakni
ketuhanan yang maha esa. Rasa hormat diberikan tidak berlebih kepada manusia/ pemimpin. Rakyat
memberikan rasa hormat kepada kepemimpinan dilakukan dengan sadar bukan karena terpaksa.
Bangsa ini tidak mengenal penghormatan berlebih kepada manusia kecuali sebagaimana keharusan
saja. Tidak ada raja yang dihormati melebihi penghormatan kepada seorang ayah dan ibu dalam
rumah tangga rakyat Indonesia.

Rakyat Indonesia tidak mengenal arak-arakan secara berlebihan untuk menyanjung suatu keluarga
kaya atau keluarga terhormat. Kepemimpinan sudah sangat terbiasa berganti-ganti tanpa
memandang “kesucian” dari keturunan/ trah warisan. Ia hanya dirasakan secara mendalam rasa
hormat itu dalam lubuk hati setiap orang. Karena rakyat nusantara adalah manusia-manusia yang
sangat mengenal eksistensi agung diluar semua manusia.

Nasionalisme rakyat Indonesia sudah mendarah daging dan melekat yang kemudian dipraktekan
dalam kehidupan sehari-hari. Seandainya terjadi peperangan dengan negara lain maka percayalah
rakyat Indonesia yang kalem ini yang akan menjadi tentara sesungguhnya untuk menghabisi negara
penyerang itu. Silahkan tanyakan kepada jenderal perang manapun di dunia saat ini adakah yang
berani nekat mengajak negaranya untuk menyerang bangsa Indonesia?

Jika ada sekumpulan orang yang merasa paling berhak atas negeri ini maka hal itu akan dibabat
habis oleh alam Indonesia sendiri. Pahamilah kemandirian rakyat Indonesia ini maka akan ditemukan
kebijaksanaan yang sangat tinggi jika dibandingkan bangsa lain di dunia hari ini.

Rakyat Indonesia tidak akan mampu terpecah-belah seperti kebanyakan negara-negara yang dimana
rakyatnya mudah diadu domba dengan isu agama dan konflik kepentingan kelompok materialisme.
Kelompok pengatasnamaan agama tidak akan pernah dapat dibenturkan dengan kelompok pro-
materialisme karena bagi rakyat Indonesia keduanya adalah harus bejalan bersama dalam
keharmonisan.

Memang ada hari ini sekelompok kecil orang yang mengatasnamakan rakyat Indonesia dalam klaim
tindakannya sebagai pemimpin tetapi hal itu bukanlah asli perilaku bangsa Indonesia. Karena bangsa
Indonesia adalah bangsa pengayom yang paling mampu menyerap setiap aspirasi bahkan aspirasi
dari negri asing sekalipun asalkan mau bekerjasama sesuai dengan kesadaran / kebijaksanaan
bangsa Indonesia. Perhatikanlah negara lain dimana manusia pendatang di negara mereka akan
dibatasi/ diberikan pagar yang sangat kokoh sehingga hanya bidang tertentu yang terbatas yang
boleh diakses.

Negara Indonesia hari ini hanya mampu di sejajarkan dengan negara Rusia dan Amerika Serikat.
Dimana Indonesia jauh lebih memilki keseimbangan pandangan keharmonisan peradaban dan hak
asasi manusia secara ril. Secara manusia pribadi bangsa Indonesia memiliki kemandirian yang tidak
diragukan kehebatannya, sedangkan secara kelompok bangsa Indonesia bukan tipe kelompok
manusia yang menampilkan kedigdayaannya. Kecuali kalau terpaksa harus diuji untuk itu. Telitilah
“kemanjaan” bangsa lain dalam bernegara mereka, dan perhatikan cara mereka memandang masa
depan. Apakah rasa kehawatiran yang mendominasi? Pakailah indikator penilaian psikologi-adil
maka akan sangat jelas terlihat perbedaannya dimana rakyat Indonesia sudah terbiasa dengan konfik
namun harmonis, dan terbiasa materialis namun tetap dalam bingkai sharing “mangkubumi” bukan
alih-alih untuk menguasai bangsa lain.

Bangsa nusantara dulu yang mana hari ini diwarisi oleh rakyat Indonesia adalah bangsa yang
merdeka. Ia berdinamika di internalnya saja dimana tidak akan “mengajak” bangsa lain untuk
terlibat dalam pencarian jati dirinya. Hubungan dengan bangsa lain dilakukan dalam batas sharing
kebijaksanaan bukan penguasaan atas sumber daya bangsa lain. Bangsa nusantara mewariskan
peradaban hakiki yang mencontohkan sikap hidup yang dominan berorientasi kepada tingginya
derajad kemanusiaan. Pemimpin di nusantara bukanlah tipe pemimpin yang mau “disembah”
(perhatikan rakyat yang menyembah pemimpinnya itu bukan asli tipe kepribadian nusantara loh).
Jangan paksa kita menyebutkan negara mana contohnya hari ini dimana rakyat tidak diperkenankan
membicarakan politik negara dan haram kalau mau mengganti orang “istana” mereka. Di kita tidak
semua itu.

Para pemimpin Indonesia tahun 2019 adalah tipe kepemimpinan yang berkesinambungan dari masa
lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Negri ini selalu akan menghasilkan pemimpin yang asli
rakyat Indonesia, ala Indonesia. Sedikit saja melenceng dari itu semua maka perhatikan sikap yang
akan diberikan rakyat Indonesia kepada pemimpinnya. Jangan paksa rakyat Indonesia “mengajari”
rakyat negara lain karena itu akan menandakan kemunduran dunia. Artinya jika rakyat Indonesia
mendiamkan berbagai peristiwa dunia hari ini itu dikarenakan masih dalam batas “toleransi
kemanusiaan”. Kecuali kalau sudah darurat maka rakyat Indonesia dimana tipe aslinya akan keluar
sebagai pengayom untuk bangsa lain yang terkadang sangat mampu untuk “menawur” bangsa
manapun. Ingatlah yang katanya 350 tahun bangsa ini dijajah tidak merontokan jiwa asli nusantara
bangsa Indonesia hari ini. Dan perhatikanlah gaya “menjajah” bangsa Indonesia hari ini terhadap
negara lain adakah bangsa lain itu merasa terjajah?. Pakem “menjajah” difikiranmu berbeda
pakemnya dengan bangsa Indonesia. Nusantara “menjajah” dunia masa lalu menghasilkan
kebebasan dunia hari ini dimana peran kelompok pro-materialisme merasa diatas. Orang yang
merasa diatas pasti bukan diatas, begitu juga orang yang mengejar keatas pasti belum berada diatas.
Berhati-hatilah karena sesungguhnya yang tidak terlihat mengejar apapun itulah puncak
sesungguhnya.

Memang ada sedikit penyesuaian (kekeliruan) pada bangsa Indonesia hari ini yakni terkait pelurusan
tujuan berbangsa dan bernegara secara administratif belaka. Variabel penelitiannya harusnya bukan
urusan materi tetapi urusan keadilan mendasar dimana urusan hak dan kewajiban yang kurang
komitmennya. Masih ada rakyat yang menjadi pejabat yang salah langkah dengan membuat “pagar
materi” (menumpuk harta kekayaan pribadi) supaya mampu berkuasa yang mana itu salah besar.
Materi pada negri ini bukan hanya sekedar kekayaan alam yang melimpah tapi kekayaan karakter
asli gotong-royong itulah sejatinya materi bangsa Indonesia yang pada dahulunya rakyat nusantara
mampu menghasilkan Kapur Barus, Borobudur, Keris-keris Nuklir, Cengkeh dan Pala, Candi Padangan
di Garut, serta peninggalan kemanusiaan lainnya yang masih menunggu untuk ditemukan oleh
generasi mendatang.

Bangsa Indonesia pernah lupa akan kedigdayaannya, bahkan sempat pernah takjub akan peradaban
lain dibawahnya sehingga hal itu berasa sisanya sampai hari ini. Ini bukan cerita sejak tahun 1945
saja tetapi ini cerita telah dimulai tahun 1511 (abad ke 16) hingga terus sekarang. Padahal
perhatikanlah sejarah bangsa Indonesia sejak abad ke 7 misalnya ada apa saja. Atau tarik lagi
kebelakang sejak abad ke 3 misalnya di tanah Kutai ada apa saja (bacalah prasati Yupa dari Kutai).
Atau perhatikan lagilah semacam situs peninggalan gunung Padangan di Garut itu rahasia apakah
gerangan. Atau pelajari lagi lah apa itu atlantis/ sunda-land, paparan sahul – paparan sunda, Wayang
Mahabharata, dan semisalnya. Pelan-pelan pelajari dan perhatikan!

Ini bukan hanya sekedar cerita pemilu tahun 2019, sudah-sudahlah “menghina” ketidak-tahuanmu
akan bangsa nusantara itu. Kan kita sepakat negri ini sangat berlimpah kekayaannya (kalau gak
melimpah kekayaannya mana mungkin di “samperin” 350 tahun) bahkan hari ini lihat data
pengerukan sumber daya alam, berapa trilyun KWD (Kuwait Dinar ; 1 KWD = 3 USD, 1 KWD = Rp
44.500,-) yang intens dikeluarkan hasil dari bumi Indonesia, ada yang tau persis nilainya?
Begitulah kutulis artikel ini sebagai godaan bagi para konsultan politik, mahasiswa Indonesia, politisi
pemula (para caleg yang maju tahun 2019) serta anak bangsa yang membaca setiap point dari
tulisan lepas hari ini.

Segitu dulu, selamat melanjutkan aktifitas masing-masing. Selamat makan siang bagi yang
melakukan.

Salam kompak NKRI !!!

Intip E-Book Survei #1 : HAJATAN PILKADA SERENTAK 2018 DAN PEMILU 2019.

PEMILIHAN PRESIDEN 2019, PEMILU LEGISLATIF 2019, PILGUB KALTIM 2018, PILKADA, SEPUTAR
SURVEI·APRIL 10, 2018

Indonesiaku indonesiamu dan Indonesia kita bersama. Hari ini negri yang kita cintai ini sudah sampai
tahap modernisasi disemua sisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Waktu kedepan menjelang
pelaksanaan rekruitmen kepemimpinan diberbagai tingkatan yakni kabupaten, kota, dan provinsi
yang mana pemilu akan dilaksanakan serentak tahun depan tahun 2018, bahkan dilanjutkan lagi
tahun berikutnya yaitu tahun 2019 untuk pemilu legislative dan pemilihan presiden. Pemilu sendiri
nyaris tidak dapat mencueki era modernisasi itu. Proses digitalisasi yang erat berkaitan dengan era
internet dimana semua orang nampak seperti terhubung setiap saat, sehingga informasi sangat
mudah didapat. Bahkan informasi yang begitu mudah didapat ini dapat dengan mudah juga
mengubah perilaku kehidupan termasuk dalam kehidupan berpolitik.

Suasana perpolitikan saat ini sangat memperhatikan informasi yang berkembang diberbagai media
termasuk media sosial (medsos). Berbagai opini baik yang serius maupun ngelantur termasuk hoax
bahkan selalu bertebaran setiap saat setiap waktu all time selama 24 jam nonstop sepanjang
minggu, bulan, bahkan sepanjang tahun. Ada ketelitian dalam memilih dan memilah informasi yang
diperoleh, apalagi dalam peristiwa politik semacam pilkada. Beruntungnya setiap event pilkada
selalu ada ilmu yang ilmiah yang dapat menjadi patokan sehingga informasi tersebut dapat dipegang
bahkan dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan. Itulah yang dimaksud survei dalam
pilkada.

Berbagai rilis hasil survey telah dilakukan oleh berbagai pihak. Hasil survey selalu ditunggu – tunggu
kehadirannya. Lembaga survey yang credible akan dapat meyakinkan public, dimana hasil surveinya
akan dijadikan panutan. Plus minus dalam merilis hasil survey tentu dinamis. Masyarakat pemilih
akan lebih bijak dalam menentukan pilihannya terhadap kandidat yang bertarung berdasar hasil
survey dan berdasarkan issue yang berkembang tentunya.
Mungkin banyak sekali orang yang kepingin mengetahui apa itu survei dalam pemilu langsung
berupa pilkada serentak tahun 2018 ini. Hasil survei yang dirilis akan ditunggu-tunggu kehadirannya.
Aku akan memaparkannya dengan detail untuk mu, teman. Prediksi siapa yang bakal memenangkan
pertarungan akan ramai dibicarakan dalam berbagai setiap kesempatan biasanya baik itu di media
massa medsos maupun sekedar dalam berbagai forum diskusi warung kopi atau bahkan kelas
warung kopi resto mungkin.

Daerahmu akan pilkada juga kah teman?

Atau ada temanmu nyalon, ah atau mungkin timses nih?

Berbagai kalangan terkesan mampu membicarakan survei ataupun hanya sekedar mengomentari
setiap hasil survei yang dirilis itu tanpa menyadari bagaimana sesungguhnya proses sehingga
menghasilkan data – data ataupun informasi yang mengatakan calon A berpotensi besar akan
menang dan mampu mengalahkan calon B atau calon C adalah menjadi pesaing terberatnya.

Tetapi pihak yang mampu melaksanakan survei dalam pilkada hanya segelintir dapat dihitung jari
jemari belaka. Ada lembaga survei semata, ada juga konsultan pilkada yang mengkhususkan dirinya
mendampingi calon dalam pilkada namun sekaligus mampu melaksanakan survei juga.

Tetapi sangat jarang partai politik mau memiliki lembaga survei sendiri yang dapat dijadikan rujukan
pengambilan keputusan, biasanya survei diserahkan kepada pihak konsultan. Juga, tidak semua
akademisi mampu melaksanakan survei ilmiah ini. Kemudian ditambah banyaknya kontestan dalam
pemilu langsung seperti saat ini yang tidak bisa melaksanakan survei secara mandiri. Padahal
melaksanakan survei itu gak sulit-sulit banget kok.

Dalam tulisan ini dirimu akan menemukan penjelasan yang sangat gamblang bagaimana survei
dalam proses pemilu itu dilaksanakan. Gak perlu punya sekolah harus lulusan luar negri untuk
mengerti dan mampu melaksanakan survei sendiri. Kamu alumni dari kampus di Indonesia pun
sudah cukup kok jadi bekal untuk mengerti survei. Proses survei dari awal hingga akhir akan kubahas
untukmu.
Kenapa hasil survei cenderung ramai dibicarakan dalam setiap pilkada misalnya, itu membuktikan
masyarakat pemilih dari berbagai latar belakang merasa tertarik dan terbantu atas informasi dari
hasil survei yang dirilis. Hasil survei sangat dipercaya, karena dianggap ilmiah dan faktanya juga hasil
survei adalah satu-satunya cara dalam memprediksi hasil pilkada atau pileg misalnya maupun pilpres
sekalipun. Meskipun, ada juga dari kejauhan sayup – sayup terdengar ada yang memprediksi pilkada
menggunakan sumber informasi dari dukun atau orang pintar.

Tulisan ini dimaksudkan sebagai alat jika ingin melakukan survei sendiri, dengan aku berupaya
maksimal menjelaskan kepadamu secara cepat, mudah, dan lengkap.

Survei sendiri itu penting bagi setiap calon dalam pilkada 2018 maupun bagi calon caleg tahun 2019
nanti. Survei akan membimbingmu teman. Survei akan menuntunmu dalam menjalankan proses
kampanye untuk meraih suara pemilih yang dikehendaki. Survei akan meberikanmu peta
kekuatanmu maupun lawanmu. Survei akan menyajikan informasi akurat Dikecamatan mana calon
kuat, di wilayah mana calon lemah posisinya.

Hasil survei akan banyak memberikan gambaran tentang segmen pemilih. Misalnya, calon A
didukung kuat oleh pemilih yang berusia muda. Calon B didukung kuat oleh kelompok kalangan tua.

Hasil survei juga akan menunjukan kepadamu tentang berbagai hal, seperti kecenderungan ke calon
mana dukungan pemilih dari segmen tingkat pendidikan, tingkat penghasilan dan pekerjaan, gender,
suku, agama, dan sebagainya.

Untukmu teman aku akan mencontohkannya seperti yang sering kulakukan selama ini, caranya akan
kujelaskan secara rinci nanti.

Secara ringkas tahapan melakukan survei untuk pilkada maupun pileg itu dapat diurutkan seperti
sistematika berikut ini ;

Persiapkan data awal diwilayah mana survei akan dilakukan. Data awal ini berupa jumlah penduduk
disetiap desa maupun kelurahan. Biasanya data ini ada di BPS (Badan Pusat Statistik).

Tentukan jumlah sampel. Surveiku jumlah sampelnya paling sedikit itu 220 responden dan paling
banyak maksimal 1.500an responden.

Buatlah daftar pertanyaan (kuisioner).


Lengkapilah instrumen surveimu.

Rekrutlah petugas wawancara dan lakukan pembekalan/ pelatihan (workshop).

Proses wawancara lapangan.

Lakukan pendampingan lapangan (withness).

Lakukan crosscheck hasil wawancara lapangan.

Pengumpulan kuisioner hasil wawancara lapangan.

Entry data dan penyajian data hasil survei.

Selanjutnya teman, kita akan masuk ke tahap penjelasan secara rinci terhadap 10 item diatas
disetiap lembaran manuskrip yang khusus ini secara lembar demi lembar, bacalah secara teliti yaa
karena kamu kan mau menjadi peneliti.

Jika kamu tuntas membaca ebook ini teman, maka kamu tidak awam lagi dan sudah termasuk
menjadi bagian dari peneliti dalam orbit cakrawala survei pemilu yang sedang terjadi saat ini dinegri
yang kita cintai ini, Indonesia kita bersama.

BACA JUGA: Panduan Mudah Survei Sendiri: Untuk Timses Pilkada Bupati, Walikota, Gubernur dan
Pemilu Legislatif 2019

Intip E-Book Survei #1 : HAJATAN PILKADA SERENTAK 2018 DAN PEMILU 2019.

PEMILIHAN PRESIDEN 2019, PEMILU LEGISLATIF 2019, PILGUB KALTIM 2018, PILKADA, SEPUTAR
SURVEI·APRIL 10, 2018

Indonesiaku indonesiamu dan Indonesia kita bersama. Hari ini negri yang kita cintai ini sudah sampai
tahap modernisasi disemua sisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Waktu kedepan menjelang
pelaksanaan rekruitmen kepemimpinan diberbagai tingkatan yakni kabupaten, kota, dan provinsi
yang mana pemilu akan dilaksanakan serentak tahun depan tahun 2018, bahkan dilanjutkan lagi
tahun berikutnya yaitu tahun 2019 untuk pemilu legislative dan pemilihan presiden. Pemilu sendiri
nyaris tidak dapat mencueki era modernisasi itu. Proses digitalisasi yang erat berkaitan dengan era
internet dimana semua orang nampak seperti terhubung setiap saat, sehingga informasi sangat
mudah didapat. Bahkan informasi yang begitu mudah didapat ini dapat dengan mudah juga
mengubah perilaku kehidupan termasuk dalam kehidupan berpolitik.
Suasana perpolitikan saat ini sangat memperhatikan informasi yang berkembang diberbagai media
termasuk media sosial (medsos). Berbagai opini baik yang serius maupun ngelantur termasuk hoax
bahkan selalu bertebaran setiap saat setiap waktu all time selama 24 jam nonstop sepanjang
minggu, bulan, bahkan sepanjang tahun. Ada ketelitian dalam memilih dan memilah informasi yang
diperoleh, apalagi dalam peristiwa politik semacam pilkada. Beruntungnya setiap event pilkada
selalu ada ilmu yang ilmiah yang dapat menjadi patokan sehingga informasi tersebut dapat dipegang
bahkan dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan. Itulah yang dimaksud survei dalam
pilkada.

Berbagai rilis hasil survey telah dilakukan oleh berbagai pihak. Hasil survey selalu ditunggu – tunggu
kehadirannya. Lembaga survey yang credible akan dapat meyakinkan public, dimana hasil surveinya
akan dijadikan panutan. Plus minus dalam merilis hasil survey tentu dinamis. Masyarakat pemilih
akan lebih bijak dalam menentukan pilihannya terhadap kandidat yang bertarung berdasar hasil
survey dan berdasarkan issue yang berkembang tentunya.

Mungkin banyak sekali orang yang kepingin mengetahui apa itu survei dalam pemilu langsung
berupa pilkada serentak tahun 2018 ini. Hasil survei yang dirilis akan ditunggu-tunggu kehadirannya.
Aku akan memaparkannya dengan detail untuk mu, teman. Prediksi siapa yang bakal memenangkan
pertarungan akan ramai dibicarakan dalam berbagai setiap kesempatan biasanya baik itu di media
massa medsos maupun sekedar dalam berbagai forum diskusi warung kopi atau bahkan kelas
warung kopi resto mungkin.

Daerahmu akan pilkada juga kah teman?

Atau ada temanmu nyalon, ah atau mungkin timses nih?

Berbagai kalangan terkesan mampu membicarakan survei ataupun hanya sekedar mengomentari
setiap hasil survei yang dirilis itu tanpa menyadari bagaimana sesungguhnya proses sehingga
menghasilkan data – data ataupun informasi yang mengatakan calon A berpotensi besar akan
menang dan mampu mengalahkan calon B atau calon C adalah menjadi pesaing terberatnya.

Tetapi pihak yang mampu melaksanakan survei dalam pilkada hanya segelintir dapat dihitung jari
jemari belaka. Ada lembaga survei semata, ada juga konsultan pilkada yang mengkhususkan dirinya
mendampingi calon dalam pilkada namun sekaligus mampu melaksanakan survei juga.
Tetapi sangat jarang partai politik mau memiliki lembaga survei sendiri yang dapat dijadikan rujukan
pengambilan keputusan, biasanya survei diserahkan kepada pihak konsultan. Juga, tidak semua
akademisi mampu melaksanakan survei ilmiah ini. Kemudian ditambah banyaknya kontestan dalam
pemilu langsung seperti saat ini yang tidak bisa melaksanakan survei secara mandiri. Padahal
melaksanakan survei itu gak sulit-sulit banget kok.

Dalam tulisan ini dirimu akan menemukan penjelasan yang sangat gamblang bagaimana survei
dalam proses pemilu itu dilaksanakan. Gak perlu punya sekolah harus lulusan luar negri untuk
mengerti dan mampu melaksanakan survei sendiri. Kamu alumni dari kampus di Indonesia pun
sudah cukup kok jadi bekal untuk mengerti survei. Proses survei dari awal hingga akhir akan kubahas
untukmu.

Kenapa hasil survei cenderung ramai dibicarakan dalam setiap pilkada misalnya, itu membuktikan
masyarakat pemilih dari berbagai latar belakang merasa tertarik dan terbantu atas informasi dari
hasil survei yang dirilis. Hasil survei sangat dipercaya, karena dianggap ilmiah dan faktanya juga hasil
survei adalah satu-satunya cara dalam memprediksi hasil pilkada atau pileg misalnya maupun pilpres
sekalipun. Meskipun, ada juga dari kejauhan sayup – sayup terdengar ada yang memprediksi pilkada
menggunakan sumber informasi dari dukun atau orang pintar.

Tulisan ini dimaksudkan sebagai alat jika ingin melakukan survei sendiri, dengan aku berupaya
maksimal menjelaskan kepadamu secara cepat, mudah, dan lengkap.

Survei sendiri itu penting bagi setiap calon dalam pilkada 2018 maupun bagi calon caleg tahun 2019
nanti. Survei akan membimbingmu teman. Survei akan menuntunmu dalam menjalankan proses
kampanye untuk meraih suara pemilih yang dikehendaki. Survei akan meberikanmu peta
kekuatanmu maupun lawanmu. Survei akan menyajikan informasi akurat Dikecamatan mana calon
kuat, di wilayah mana calon lemah posisinya.

Hasil survei akan banyak memberikan gambaran tentang segmen pemilih. Misalnya, calon A
didukung kuat oleh pemilih yang berusia muda. Calon B didukung kuat oleh kelompok kalangan tua.

Hasil survei juga akan menunjukan kepadamu tentang berbagai hal, seperti kecenderungan ke calon
mana dukungan pemilih dari segmen tingkat pendidikan, tingkat penghasilan dan pekerjaan, gender,
suku, agama, dan sebagainya.
Untukmu teman aku akan mencontohkannya seperti yang sering kulakukan selama ini, caranya akan
kujelaskan secara rinci nanti.

Secara ringkas tahapan melakukan survei untuk pilkada maupun pileg itu dapat diurutkan seperti
sistematika berikut ini ;

Persiapkan data awal diwilayah mana survei akan dilakukan. Data awal ini berupa jumlah penduduk
disetiap desa maupun kelurahan. Biasanya data ini ada di BPS (Badan Pusat Statistik).

Tentukan jumlah sampel. Surveiku jumlah sampelnya paling sedikit itu 220 responden dan paling
banyak maksimal 1.500an responden.

Buatlah daftar pertanyaan (kuisioner).

Lengkapilah instrumen surveimu.

Rekrutlah petugas wawancara dan lakukan pembekalan/ pelatihan (workshop).

Proses wawancara lapangan.

Lakukan pendampingan lapangan (withness).

Lakukan crosscheck hasil wawancara lapangan.

Pengumpulan kuisioner hasil wawancara lapangan.

Entry data dan penyajian data hasil survei.

Selanjutnya teman, kita akan masuk ke tahap penjelasan secara rinci terhadap 10 item diatas
disetiap lembaran manuskrip yang khusus ini secara lembar demi lembar, bacalah secara teliti yaa
karena kamu kan mau menjadi peneliti.

Jika kamu tuntas membaca ebook ini teman, maka kamu tidak awam lagi dan sudah termasuk
menjadi bagian dari peneliti dalam orbit cakrawala survei pemilu yang sedang terjadi saat ini dinegri
yang kita cintai ini, Indonesia kita bersama.

BACA JUGA: Panduan Mudah Survei Sendiri: Untuk Timses Pilkada Bupati, Walikota, Gubernur dan
Pemilu Legislatif 2019

ARTIKEL PILEG 2019 #5: STRATEGI SAINTE LAGUE MURNI CALEG MENANG TAHUN 2019

PEMILU LEGISLATIF 2019·MARCH 14, 2018


Sekali lagi bahwa akan selalu ada istilah-istilah asing dalam politik pemilihan langsung. Jangan latah
menempatkan kata asing, tidak perlu berbicara dengan sering memakai kata-kata atau istilah asing
agar supaya sekedar kelihatan intelek.

Sainte Lague murni, ah kita perlu membuatnya strategi pemenangan untuk caleg yang serius maju.
Sederhananya begini kalau pileg periode yang lalu mengenal BPP (Bilangan Pembagi Pemilih) nah
kalau untuk sekarang diganti dengan sainte lague murni, itu.

Sainte lague murni adalah formula dasar untuk mengetahui jatah kursi bagi suatu partai di dapil
tertentu, dan berapa kursi jatah partai yang lainnya dari total kuota yang ada pada suatu dapil
tersebut.

Pertanyaan untuk caleg tahun 2019;

Berapa target perolehan suaramu?

Berapa suara yang harus didapat dari setiap TPS?

Berapa kuota kursi di dapilmu?

Pada rangking berapa paling mungkin partaimu pada dapilmu itu?

Dan seterusnya…

Berikut panduan caleg menang tahun 2019 untuk melihat dimana potensinya (di kursi keberapa
pada dapilmu) ; Misalkan di dapil A tempatmu dengan kuota 7 (tujuh) kursi dan dengan 16 partai
yang berkompetisi, maka akan begini sekilas gambaran perebutan kursinya ;

– Kursi ke 1 adalah untuk partai dengan perolehan suara rangking pertama pada dapil tersebut. Ini
formulasi sainte lague murni mutlak yang pertama.

– Kursi ke 2 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama tadi dibagi 3 melawan partai rangking
kedua pada dapil tersebut. Ini formulasi sainte lague murni mutlak yang kedua.
– Kursi ke 3 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama tadi (dibagi 3 atau dibagi 5, sesuaikan
panduan sainte lague murninya) melawan partai rangking kedua (mungkin tidak dibagi atau dibagi 3)
juga bahkan mungkin melawan partai rangking ke-tiga.

– Kursi ke 4 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama dan kedua, melawan partai rangking
ke-empat (tentu rumus dasar sainte lague berlaku disesuaikan). Partai rangking ke-tiga cukup sulit
ikut berebut kursi ke-4 ini.

– Kursi ke 5 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama, kedua, ketiga, dan ke-lima. Partai
rangking ke-empat sulit ikut berebut kursi ke-5 ini.

– kursi ke 6 adalah perebutan antara; partai rangking pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan
ke-enam.

– Kursi ke 7 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama, kedua, ketiga, ke-empat, dan partai
rangking ke-enam dan ke-tujuh. Partai rangking ke-lima sulit ikut berebut kursi terakhir ini. Partai
rangking ke-lima sulit ikut berebut kursi ke-7 ini.

Nah, dari contoh diatas peluang partai yang berada pada rangking ke-delapan dan seterusnya sangat
kecil untuk mendapatkan kursi pada dapil dengan kuota 7 kursi tersebut. Posisimu dan partaimu
kira-kira berada pada rangking berapa?

Sumber: telusur.co.id

Tentu setiap dapil kuota kursinya akan berbeda-beda atau ada yang sama. Penting sekali bagi caleg
yang maju untuk mengutak-atik rumus peluang ini.

Demikian dulu opini rumusan kami terkini, kita sambung lagi dilain kesempatan. Salam bhinneka
tunggal ika, hidup NKRI !!!

(DC)
ARTIKEL PILEG 2019 #5: STRATEGI SAINTE LAGUE MURNI CALEG MENANG TAHUN 2019

PEMILU LEGISLATIF 2019·MARCH 14, 2018

Sekali lagi bahwa akan selalu ada istilah-istilah asing dalam politik pemilihan langsung. Jangan latah
menempatkan kata asing, tidak perlu berbicara dengan sering memakai kata-kata atau istilah asing
agar supaya sekedar kelihatan intelek.

Sainte Lague murni, ah kita perlu membuatnya strategi pemenangan untuk caleg yang serius maju.
Sederhananya begini kalau pileg periode yang lalu mengenal BPP (Bilangan Pembagi Pemilih) nah
kalau untuk sekarang diganti dengan sainte lague murni, itu.

Sainte lague murni adalah formula dasar untuk mengetahui jatah kursi bagi suatu partai di dapil
tertentu, dan berapa kursi jatah partai yang lainnya dari total kuota yang ada pada suatu dapil
tersebut.

Pertanyaan untuk caleg tahun 2019;

Berapa target perolehan suaramu?

Berapa suara yang harus didapat dari setiap TPS?

Berapa kuota kursi di dapilmu?

Pada rangking berapa paling mungkin partaimu pada dapilmu itu?

Dan seterusnya…

Berikut panduan caleg menang tahun 2019 untuk melihat dimana potensinya (di kursi keberapa
pada dapilmu) ; Misalkan di dapil A tempatmu dengan kuota 7 (tujuh) kursi dan dengan 16 partai
yang berkompetisi, maka akan begini sekilas gambaran perebutan kursinya ;

– Kursi ke 1 adalah untuk partai dengan perolehan suara rangking pertama pada dapil tersebut. Ini
formulasi sainte lague murni mutlak yang pertama.
– Kursi ke 2 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama tadi dibagi 3 melawan partai rangking
kedua pada dapil tersebut. Ini formulasi sainte lague murni mutlak yang kedua.

– Kursi ke 3 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama tadi (dibagi 3 atau dibagi 5, sesuaikan
panduan sainte lague murninya) melawan partai rangking kedua (mungkin tidak dibagi atau dibagi 3)
juga bahkan mungkin melawan partai rangking ke-tiga.

– Kursi ke 4 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama dan kedua, melawan partai rangking
ke-empat (tentu rumus dasar sainte lague berlaku disesuaikan). Partai rangking ke-tiga cukup sulit
ikut berebut kursi ke-4 ini.

– Kursi ke 5 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama, kedua, ketiga, dan ke-lima. Partai
rangking ke-empat sulit ikut berebut kursi ke-5 ini.

– kursi ke 6 adalah perebutan antara; partai rangking pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan
ke-enam.

– Kursi ke 7 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama, kedua, ketiga, ke-empat, dan partai
rangking ke-enam dan ke-tujuh. Partai rangking ke-lima sulit ikut berebut kursi terakhir ini. Partai
rangking ke-lima sulit ikut berebut kursi ke-7 ini.

Nah, dari contoh diatas peluang partai yang berada pada rangking ke-delapan dan seterusnya sangat
kecil untuk mendapatkan kursi pada dapil dengan kuota 7 kursi tersebut. Posisimu dan partaimu
kira-kira berada pada rangking berapa?

Sumber: telusur.co.id

Tentu setiap dapil kuota kursinya akan berbeda-beda atau ada yang sama. Penting sekali bagi caleg
yang maju untuk mengutak-atik rumus peluang ini.

Demikian dulu opini rumusan kami terkini, kita sambung lagi dilain kesempatan. Salam bhinneka
tunggal ika, hidup NKRI !!!
(DC)

ARTIKEL PILEG 2019 #5: STRATEGI SAINTE LAGUE MURNI CALEG MENANG TAHUN 2019

PEMILU LEGISLATIF 2019·MARCH 14, 2018

Sekali lagi bahwa akan selalu ada istilah-istilah asing dalam politik pemilihan langsung. Jangan latah
menempatkan kata asing, tidak perlu berbicara dengan sering memakai kata-kata atau istilah asing
agar supaya sekedar kelihatan intelek.

Sainte Lague murni, ah kita perlu membuatnya strategi pemenangan untuk caleg yang serius maju.
Sederhananya begini kalau pileg periode yang lalu mengenal BPP (Bilangan Pembagi Pemilih) nah
kalau untuk sekarang diganti dengan sainte lague murni, itu.

Sainte lague murni adalah formula dasar untuk mengetahui jatah kursi bagi suatu partai di dapil
tertentu, dan berapa kursi jatah partai yang lainnya dari total kuota yang ada pada suatu dapil
tersebut.

Pertanyaan untuk caleg tahun 2019;

Berapa target perolehan suaramu?

Berapa suara yang harus didapat dari setiap TPS?

Berapa kuota kursi di dapilmu?

Pada rangking berapa paling mungkin partaimu pada dapilmu itu?

Dan seterusnya…

Berikut panduan caleg menang tahun 2019 untuk melihat dimana potensinya (di kursi keberapa
pada dapilmu) ; Misalkan di dapil A tempatmu dengan kuota 7 (tujuh) kursi dan dengan 16 partai
yang berkompetisi, maka akan begini sekilas gambaran perebutan kursinya ;

– Kursi ke 1 adalah untuk partai dengan perolehan suara rangking pertama pada dapil tersebut. Ini
formulasi sainte lague murni mutlak yang pertama.
– Kursi ke 2 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama tadi dibagi 3 melawan partai rangking
kedua pada dapil tersebut. Ini formulasi sainte lague murni mutlak yang kedua.

– Kursi ke 3 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama tadi (dibagi 3 atau dibagi 5, sesuaikan
panduan sainte lague murninya) melawan partai rangking kedua (mungkin tidak dibagi atau dibagi 3)
juga bahkan mungkin melawan partai rangking ke-tiga.

– Kursi ke 4 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama dan kedua, melawan partai rangking
ke-empat (tentu rumus dasar sainte lague berlaku disesuaikan). Partai rangking ke-tiga cukup sulit
ikut berebut kursi ke-4 ini.

– Kursi ke 5 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama, kedua, ketiga, dan ke-lima. Partai
rangking ke-empat sulit ikut berebut kursi ke-5 ini.

– kursi ke 6 adalah perebutan antara; partai rangking pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan
ke-enam.

– Kursi ke 7 adalah perebutan antara ; partai rangking pertama, kedua, ketiga, ke-empat, dan partai
rangking ke-enam dan ke-tujuh. Partai rangking ke-lima sulit ikut berebut kursi terakhir ini. Partai
rangking ke-lima sulit ikut berebut kursi ke-7 ini.

Nah, dari contoh diatas peluang partai yang berada pada rangking ke-delapan dan seterusnya sangat
kecil untuk mendapatkan kursi pada dapil dengan kuota 7 kursi tersebut. Posisimu dan partaimu
kira-kira berada pada rangking berapa?

Sumber: telusur.co.id

Tentu setiap dapil kuota kursinya akan berbeda-beda atau ada yang sama. Penting sekali bagi caleg
yang maju untuk mengutak-atik rumus peluang ini.

Demikian dulu opini rumusan kami terkini, kita sambung lagi dilain kesempatan. Salam bhinneka
tunggal ika, hidup NKRI !!!
(DC)

PILEG 2019 #9: MENDONGKRAK POPULARITAS CALEG MENANG DI SETIAP DAERAH PEMILIHAN

PEMILU LEGISLATIF 2019·APRIL 9, 2018

Pemilu tahun 2019 mendatang akan menjadi harapan baru bagi caleg new-comer. Semangat yang
dimilikinya tentu perlu dibarengi komitmen yang sungguh-sungguh untuk mewakili rakyat dalam
wilayah pemilihannya.

Sebagai langkah awal caleg menang adalah berupaya meningkatkan keterkenalan dirinya sebagai
caleg di daerah tersebut. Upaya kedikenalan ini sering disebut dengan popularitas dimana hal ini
seiring dengan upaya mencitrakan diri sebagai diri yang pantas untuk didukung dan dipilih.

Berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk mengangkat nama caleg menang dipermukaan
panggung masyarakat pemilih dalam dapil. Rutin turun menemui target konstituen merupakan
langkah sederhana namun bernilai sangat strategis.

Trend berkenalan sama masyarakat pemilih saat ini bukan sekedar hanya jor-joran memasang
baleho atau spanduk lagi seperti pemilu sebelumnya. Kini masyarakat pemilih cenderung merasa
pengen bertatap muka langsung kepada caleg yang bakal dipilihnya. Walaupun alat peraga
kampanye tersebut tetaplah dibutuhkan dan tetap harus ada, cuma masih kurang.

Sehingga semua langkah cerdas menjalankan strategi untuk meningkatkan peluang keterpilihan bagi
seorang caleg adalah dengan kemampuan akses langsung kepada setiap pemilih, itu mind-set
sebagai pondasi yang mendasarnya.

Sebagai langkah di awal-awal seperti saat ini cukuplah dulu men-sett upaya peningkatan popularitas.
Berikut poin-poin ruang lingkup mendongkrak popularitas caleg menang tahun 2019 ;

Medsos/ akun internet menjadi media penghantar yang paling mudah dijangkau oleh kedua belah
pihak (antara caleg dan masyakat pemilih).

Merancang pencitraan diri dengan menampilkan hal kesesuaian kekinian dengan tema yang khas,
unik, menarik, serta tampil berbeda dengan keumuman.
Komunikatif terhadap setiap isu yang lagi trending dengan respon positif yang tulus.

Menggabungkan unsur marketing politik kemudian meramunya menjadi suatu menu yang tepat
sasaran.

Merencanakan dengan matang setiap aksi yang hendak ditampilkan kedalam ruang publik.

Menyadari dinamisnya masyarakat pemilih, sehingga sikap populer dibuat untuk menjadi dapat
diterima bukan alih-alih menambah beban bagi masyarakat itu sendiri mengingat “kesibukan”
masyarakat pemilih itu sesungguhnya bukan mengurusi politik tetapi mereka telah dicukupkan
dengan kesibukan kesehariannya.

Poin-poin diatas silahkan ditambahkan sendiri untuk disesuaikan kondisinya di dapil masing-masing
caleg menang. Perlu diingat juga dimana kalau strategi caleg menang itu dimiliki oleh setiap caleg
lain dengan perbedaan sesuai dengan kemampuannya atau mungkin telah adanya pengalaman
sebelumnya.

Belum adanya strategi pasti menang ini, sehingga membuat atau merencanakan sendiri upaya
pemenangan caleg menjadi keharusan tersendiri. Kata kuncinya, selama strategi itu sudah
memperhitungkan secara komprehensif antara kemampuan maksimal caleg ditambah kemampuan
pemahaman perilaku grass-root dalam dapil maka itulah strategi-mu.

Karena sebenarnya strategi caleg menang itu perlu untuk dirahasiakan, bukan untuk dipublish
dimana-mana. Sekali lagi inilah strategimu sendiri tentu janganlah kompetitormu mengetahuinya,
kalau strategi terbuka itu bukan strategi menang-mu. Kompetisi pemilihan itu menghasilkan terpilih
atau tidak, Pahamilah.

Sekian.

Salam damai, salam kompak NKRI !!!

(DC)

Strategi Jitu, Sukses Jadi Caleg 2019

Penulis OKnews - 25 Februari 2017015068

Berbagi di Facebook Tweet di Twitter


AppleMark

Oknews.co.id, Malang – Inilah Catatan bahwa ditengah-tengah tekanan ternyata siapapun dengan
langkah dan strategi yang tepat, dengan niat yang benar, akan mampu meraih kemenangan.

Inilah 2 Zona Sengit Persaingan Pemilu Legislatif

Pernahkan Anda mendeteksi adanya kenyataan ini, jelang persaingan di pemilu 2014. Anda mungkin
sudah memiliki sederet daftar kira-kira siapa saja prosfek pemilih Anda. Anda melihat yang jauh,
padahal orang-orang dekat Anda sendiri ternyata belum tentu akan memilih Anda. Siapa saja
mereka dan apa alasannya?

Bila kurang piawai mengelola strategi dan langkah kemenangan, maka banyaknya uang bukan lagi
menjadi sebuah jaminan untuk menang di pemilu 2019. Pemilu sekarang adalah sebuah wilayah
persaingan total yang dilakukan secara individu, caleg itu sendiri. Persaingan total terjadi karena
harus menghadapi pihak internal dan eksternal. Pihak internal yang harus anda hadapi adalah caleg
lain di partai anda. Pihak eksternal adalah caleg-caleg dari partai lain.

Makin berat lagi adalah sebagaimana disebutkan di awal. Orang-orang dekat anda yang belum tentu
memilih Anda.Ini memang kondisi membingungkan, namun benar-benar nyata terjadi.

Seperti yang mungkin sudah Anda pikirkan. Persaingan sengit dalam Pemilu Legislatif tergolong
menjadi 2 zona persaingan. Anda perlu bertarung di dua zona itu sekaligus. Partai dipastikan tidak
menjamin caleg mana yang pasti menang.

Pertama, zona internal. Anda bersaing dengan internal. Dengan teman-teman satu partai. No urut
tidak banyak membantu kemenangan Anda. Anda kini harus bersaing untuk mendapatkan suara
terbanyak, menyingkirkan rekan-rekan Anda. Struktur partai tidak menjamin akan mendukung Anda,
kecuali Anda punya power di struktur. Bila tidak, jangan harap. Ada yang mungkin pro Anda, tapi
lihatlah, bisa dihitung dengan jari. Mereka tentu memilih netral. Namun berdasarkan pengalaman
saya Yang pernah menjati Ketua Tum Sukses Caleg di pileg 2009, Netral itu tidak pernah Ada.
Struktur meskipun secara lisan netral tapi tindakan dilapangan, sangat bisa di amati, bercerita lain.
Kedua, Zona Eksternal. Anda bersaing dengan caleg di partai lain. Ini tentu suatu kewajaran. Jadi tak
perlu ada pembahasan lebih detail disini.

Anda harus bersaing total disini, dan kelihatannya, persaingan pemilu kali ini, lebih cenderung,
merupakan persaingan individu. Makanya semakin hebat strategi dan langkah, maka berpeluang
akan mampu menyaingi para saingan. Semoga Anda menemukan langkah dan strategi yang mantap.

BAGAIMANA DENGAN STRATEGI MEMBAGIKAN UANG?

Sangat mungkin akan salah perhitungan. Bila seorang caleg, yang membagikan uang, mengira dirinya
akan dipilih, sebaiknya angapan ini perlu dipikir ulang?Asumsi ini salah besar.

Bila tidak menang, ya kalah. Tidak ada pilihan lain, hanya dua pilihan. Sementara kenyataan yang
Ada saat ini strategi money politik hanya akan mengotori tangan saja, namun Menang belum tentu.

Ini sangat memungkin terjadi karena bukan satu caleg saja di dapil itu yang bagi-bagi uang. Beberapa
caleg pesaing juga sangat mungkin melakukannya. Bagi yang awalnya tidak akan melakukan pun
hampir-hampir akan tergoda untuk melakukannya karena melihat suasana dilapangan, pesaing
melakukan langkah ini.

Bila perang uang, hingga satu orang hak pilih mendapatkan 3-4 amplop, maka tentu yang akan dipilih
hanya satu, tidak mungkin semuanya. Siapa kira?Tidak ada yang tahu. Bisa jadi yang paling besar isi
amplopnya. atau, Bisa jadi justru yang tidak ngasih amplop, tapi ada kedekatan dengan sang caleg.
Ini benar-benar terjadi dilapangan. Atau……..?blank, tak ada yang tau, hanya dia dengan Tuhan.

Memilih Zona Garapan Kampanye Biar Menang

Ada sebuah pemahaman yang mungkin perlu menjadi pertimbangan sang caleg dalam kampanye
yaitu ia tidak perlu melakukan kampanye di semua wilayah, kampung atau desa.

Fokuskan hanya menggarap wilayah-wilayah tertentu berdasarkan hasil pemetaan kekuatan dan
peluang suara Anda.
Anda bisa melihat sebuah fakta dari pemilu legislatif tahun 2009 yang menunjukkan ternyata untuk
bisa menang meraih satu kursi tidak perlu suara puluhan ribu. Dengan suara di bawah 5000 saja
sudah bisa berhasil mendapat satu kursi.

Tentu bukan berarti Anda berlenggang kangkung tanpa kerja keras. Hanya saja ini untuk
memperlengkap data sehingga Anda tidak buang-buang waktu dan tenaga sehingga Anda menjadi
fokus wilayah mana saja yang perlu di optimalkan pada periode kampanye.

Pada daerah pemilihan Anda, yang terdiri dari beberapa kecamatan dan terdiri dari puluhan desa.
Maka Anda bisa memilah kecamatan dan desa mana yang harus jadi prioritas.

Demikian juga dalam satu desa tidak semua kampung menjadi wilayah garapan.

Wilayah-wilayah yang bukan prioritas, posisinya hanya untuk suara tambahan saja. Ada yang milih
sang caleg, Alhamdulillah. Tida juga, tidak ada masalah. Namun bila ada kemungkinan mereka masih
mau memilih partai maka mereka diorientasikan untuk menambah angka pada suara partai saja.

Jadi suara sang caleg di jagokan dari wilayah-wilayah yang sedang fokus menjadi sasaran kampanye.

Presentase Kampanye Dengan Teknologi

Apakah Anda pernah melihat sesuatu yang tidak lajim dilakukan saat seorang calon anggota legislatif
ketika menyampaikan presentasi kampanye di tengah kumpulan masyarakat? Presentase kampanye
yang benar-benar berbeda dengan kampanye yang dilakukan kebanyakan caleg.

Tidak banyak program secara komprehensif yang mereka paparkan, yang ada hanya ngobral janji
mau ngasih ini dan itu sebelum pemilihan dilakukan. Terkadang ada pula yang memberi sumbangan
kepada mushola berupa karpet, misalnya.

Visi misi mereka tidak jelas, ngambang. Langkahnya kelihatan timpang dan rapuh. Ini terlihat dari
penguasaan sang caleg terhadap konsep yang mentah bahkan nyaris tidak ada. Berbicara langkah
dan strategi apalagi, nyaris tidak pernah terucap.
Ada yang berbeda cara kampanyeu yang dilakukan salah satu caleg. Jadwal kampanye disiapkan;
setiap pertemuan kampanye di dampingi oleh tim teknologi, pembawa acara, dan tim-tim lainya.

Sebelum jam kampanyeu tiba, peralatan dipastikan sudah disiapkan oleh tim khusus kampanye.
Meliputi, pengeras suara, laptop, infocus, dan layar.

Isi materi kampanyeu di periksa sehingga dipastikan sudah siap. Termasuk film-film yang menghibur
untuk mencairkan suasana dan tidak terkesan terlalu formal. Jadi metode kampanye-nya tidak hanya
lisan saja.

Ini sudah menjadi prosedur standar kampanye caleg tersebut.

Salah satu film atau dokumen yang disampaikan diantaranya film atau dokumen kegiatan-kegiatan
sang caleg, prestasi-prestasinya, profilenya dan sebagainya. Diramu menjadi sebuah rangkaian yang
tidak menjemukan.

Di salah satu sesi acara disediakan waktu khusus untuk tanya jawab, curah pendapat, dan
menampung keluhan-keluhan masyarakat.

TIM SUKSES UJUNG TOMBAK KEMENANGAN

Anda mungkin sudah membayangkan dan mengukur posisi TIM SUKSES caleg merupakan sisi yang
harus sangat diperhatian secara serius untuk menembus kabut pekat persaingan pemilu. Mereka
memiliki posisi kunci untuk memenangkan Anda.

Seperti yang sudah Anda maklumi keberadaannya. Peranan Tim Sukses dalam pemilihan Umum
(Presiden , Gubernur, Bupati/Walikota), Bahkan hingga ke tinggkat pemilihan Kepala Desa dan
karang taruna, merupakan UJUNG TOMBAK bagi kandidat untuk MENANG pemilu.

Yang sangat tampak adalah tanpa tim sukses yang baik dan solid, kelihatannya sulit bagi calon
kandidat untuk bisa meraih suara dari masyarakat.
Inilah pekerjaan rumah politik bagi CALEG dalam menghadapi pemilu.Lihatlah banyak hal,
diantaranya melalui tim sukses, tidak terlepas publikasi yang giat kepada masyarakat umum,
berharap mendapat apresiasi masyarakat luas.

Tentu sudah disadari pula, Tim sukses mengatur strategi komunikasi politik sehingga visi dan misi
yang dijanjikan dapat didengarkan dan diterima publik dan basis dukungannya.

Dalam proses sosialisasi keliling, turun lapangan, perkenalan caleg kepada masyarakat, tim sukses
sangatlah menentukan.Tim sukses adalah ujung tombak untuk merebut kemenangan.

HATI-HATI, TIM SUKSES YANG KONTRA PORUKTIF SANGAT MEMBAHAYAKAN

Dua pengalaman dalam kasus pemilu legislatif 2009 dan Pilkades ini diharapkan jadi pelajaran
penting untuk caleg dalam memilih dan menyeleksi TIM SUKSESnya. Kami mengistilahkannya “CALO
POLITIK”.

Peristiwa ini menimpa pada orang yang sama. Ditemukan dari pengamatan sederhana kami di
lapangan. Dan dua kali pencalonan itu selalu kalah. Inilah bagaimana potret memilih tim sukses yang
sembarangan. Asal Comot.

1. Tim sukses ini, tidak pernah menujukkan secara tegas bahwa ia mendukung sang kandidat. “Milih
boleh siapa saja.” Dari pembicaraannya, ia tidak punya kepercayaan diri untuk menujukkan dirinya
berada di pihak siapa, padahal semua orang tahu ia berada di pihak sang kandidat. Anehnya ia tidak
pernah menunjukkannya dengan tegas.

2. Tidak pernah memanfaatkan kesempatan saat berkumpul dengan rekan-rekannya untuk


menyampaikan, setidaknya, permintaan bantuan, pada saat hari H, mereka memilih sang kandidat.

3. Kebanyakan waktu, hanya duduk di rumah sang kandidat, kumpul dengan orang-orang yang
hampir tiap waktu datang ke rumah sang kandidat.

4. Tim Sukses tersebut, sangat kentara terlihat tidak punya konsep marketing politik, sama sekali.
Anehnya masih saja dipelihara. Mungkin ada kualitas tertentu yang dilihat sehingga orang ini tetap
dipilih menjadi tim sukses.
5. Tim sukses itu, terlihat semangat saat ketika dikasih uang jalan, atau uang operasional. Ada uang
baru bergerak. Disuruh baru bergerak, seperti goong, yang baru berbunyi setelah ada yang
memukul.

6. Tim Sukses itu, apa2 minta ongkos. Tak ada ongkos tak bergerak. Bergerak hanya asal terlihat
tidak diam.

7. Tidak ada jalur komunikasi yang jelas, Tidak ada ring yang jelas, sehingga sang kandidat sangat
mudah di manfaatkan oleh orang-orang yang tiba-tiba mengaku2 mendukung dirinya. Yang ujung-
ujungnya minta ongkos atau minta opersional untuk kegiatan pendukungannya.

8. Tim sukses kelihatan ada gerak program berkeliling, di malah hari H, itu pun saat bagi-bagi uang
saja, selebihnya tidak tampak. Suatu saat dimalam hari H pemilihan, seorang TIM SUKSES ditugaskan
untuk membagikan Amplop. Setelah beberapa hari diketahui ia bekanja beberapa furnitur rumah.
Kometar orang bermacam-macam bernada miring. “Wah ia dapat uang besar rupanya, soalnya
tumben belanja perlengkapan rumah.”

Kemudian terdengar kabar, tidak semua amplop dibagikan sesuai rencana. Dan Amplop diganti,
sementara jumlah isi amplopnya dikurangi.

Hasil pemilihan mengatakan, Setelah selesai perhitungan, suara di lokasi TPS tempat untuk bagi-bagi
uang, yang ditargetkan mendapat ratusan pemilih, buktinya, hanya dapat belasan. KEMANA uang itu
larinya. Kemana target pemilih itu memberikan suaranya.

Setidaknya, ada dua kemungkinan jawabannya :

Pertama, Kemungkinan uang itu tidak di bagikan

Kedua, Kemungkinan orang yang di kasih uang, ternyata memilih kandidat lain yang ternyata
memberikan uang lebih besar.

Seperti inikah TIM SUKSES yang Anda harapkan? Pengorbanan waktu, uang, tenaga, dan pikiran,
ternyata sia-sia. Terbuang begitu saja.
Inilah Strategi Kampanye Pemilu Legislatif Murah Meriah Dan Efektif

Bagian ini memang akan mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan dan sedikit tidak lajim dalam
melakukan kampanye pemilu legislatif. Bagian ini menyajikan strategi kampanye pemilu legislatif
yang murah meriah, bermanfaat sekaligus efektif.

Ingatkan Anda, ini mungkin sangat menarik. Mari ingat-ingat, berapa kali Anda mendiskusikan
bersama-sama secara serius rencana strategi dan taktik membahas topik mengenai strategi
kampanye atau strategi kemenangan Anda?

Kampanye Cara Lama

Beberapa kampanye cara lama tentu sudah Anda kenal. Anda bisa mengidentifikasinya sendiri. Bagi
kaos, sebarkan uang, memasang baliho dengan gambar-gambar yang aneh, bagi-bagi sembako,
sosialisasi keliling. Dsb.

Ini tentu sah-sah saja untuk Anda lakukan. Ternyata ada juga strategi lain yang mungkin belum Anda
sentuh, atau bahkan baru kali ini melihat kemungkinanya, yaitu sebuah strategi kampanye yang
mungkin belum lazim dilakukan dalam kampanye di pemilu-pemilu sebelumnya.

Strategi Kampanye Yang Tak Lajim

Berikut ini strategi yang tidak lajim dilakukan pada pemilu legislatif sebelumnya. Anda mungkin
melihatnya ini sebuah terobosan baru yang sangat bagus. Menurut Hendra Sipayung, di
politik.kompasiana.com, menyebutkan 3 strategi yang mungkin bisa Anda terapkan jelang pemilu
legislatif. Strategi ini mungkin yang paling murah untuk dilakukan dibanding cara-cara lama.

Cara yang paling murah adalah dengan berbagi “hal yang produktif”. Apa itu?

Pertama, Pengetahuan

Kedua, Alat produktif

Ketiga, Menyampaikan visi dan misi melalui sarana tertulis.

Pengetahuan. Untuk berbagi pengetahuan, Anda bisa membuat pelatihan untuk menjawab
tantangan yang sedang dihadapi dapil Anda. Misalnya untuk target pemilih kaum Ibu, Anda bisa
berbagi pengetahuan tentang usaha, kesehatan anak, dsb.
Anda juga bisa menyebarkan buku atau hal-hal yang bermanfaat dimana Anda sebagai
narasumbernya, melalui buku atau internet. Internet mampu menjangkau orang dimanapun berada.
Anda bisa bayangkan kemungkinanya.

Tapi apakah dengan strategi itu cukup? Tidak. Anda harus membuat sebuah sistem dan strategi.
Misalnya Anda mengajarkan petani cara berbisnis maka Anda bisa melatih mereka untuk berusaha
dengan modal pinjaman kecil, yang Anda titipkan melalui koperasi. Atau Anda bisa membantu
masyarakat untuk menjual produk kerajinannya setelah Anda mengajarkan tentang membuat
sebuah hiasan unik.

Dengan strategi ini Anda hanya mungkin mengeluarkan biaya untuk mendatangkan narasumber, dan
akan lebih murah jika Anda lakukan sendiri. Mungkin untuk penerbitan buku atau website modalnya
juga tidak terlalu mahal, bahkan beberapa diantaranya gratis.

Alat Produktif. Anda bisa menyediakan peralatan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
melakukan tindakan produktif. Misalnya mesin pengolahan untuk petani, mesin untuk membuat
minuman, dsb. Dimana peralatan tersebut bisa dimanfaatkan masyarakat secara kolektif.

Visi dan Misi. Mengenai visi-misi Anda sampaikan kepada target Anda secara tertulis. Untuk
golongan yang terdidik Anda bisa menyajikannya dalam bentuk buku yang memberikan penjelasan
secara rasional. Namun untuk masyarakat kurang terdidik, Anda bisa menyampaikan visi secara lebih
umum, dalam tulisan yang singkat dan tidak terlalu tebal dan lebih banyak visual dan ilustrasi.

Jadi ada banyak strategi yang bisa Anda lakukan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Diantaranya memberikan hal yang produktif bagi masyarakat sebelum Anda menjadi anggota
legislatif. Dan telah bisa mendatangkan solusi sebelum Anda memiliki power untuk menghasilkan
penyelesaian masalah yang lebih besar.

Apakah Anda sudah memperhatikan setidaknya ada 6 kategori calon pemilih Anda, dimana dari
masing-masing kategori itu memerlukan sentuhan yang berbeda satu sama lain, untuk menggiring
mereka sehingga memilih Anda. Beda kategori beda cara menyentuhnya.

Untuk mengetahui 6 kategori calon pemilih Anda dan bagaimana langkah yang perlu dilakukan untuk
menyentuh masing-masing, luangkah waktu untuk membaca buku “Menang Cemerlang Tanpa Uang
Merebut Kursi Legislatif”.
Mengelola Perode Waktu Jelang Pemilu

Apakah Anda pernah memperhatikan waktu yang masih luang ini. Setidaknya ada 3 pembagian
periode waktu yang perlu Anda perhatikan yang kemudian menggunakannya se-efektif mungkin
untuk merebut kemenangan.

Sudahkah anda mengamati? Pemilu legislatif 2014, juga 2009, sudah masuk kedalam wilayah zona
persaingan individu. Maka sudah seharusnya Anda lebih jeli lagi memperhatikan berbagai segi
kemungkinan untuk dimanfaatkan menjadi sarana pendulang suara.

Pertama, waktu sebelum Anda ditetapkan jadi CALEG. Bila ada wacana kuat dan memang Anda pasti
akan menjadi caleg di partai Anda. Maka manfaatkan waktu ini untuk membangun opini,
membangun citra. Anda bisa membuat alat produktif sebagai mana sudah Anda ketahui di bagian
Atas. Anda bisa mempelajari cara obama bekampanye saat jelang pemilihan presiden yang pertama.
Ada beberapa kategori calon pemilih dimana masing-masing diberikan sentuhan yang berbeda.

Satu hal yang dilakukan pada saat-saat awal adalah, melakukan kampanye, namun tidak pernah ada
kata-kata atau himbauan berupa ajakan untuk memilih Obama. Tahap ini yang disampaikan adalah
kisah-kisah Obama, dan hal lainnya diluar tema ajakan memilih. Bahkan kadang kegiatan yang sama
sekali kelihatannya tidak nyambung dengan tema kampanye atau tema politik, seperti kisah lucu
atau humor. Tak melulu tema-tema serius.

Kedua, Waktu Setelah Penetapan Caleg. Sekarang Anda sudah ditetapkan menjadi Caleg oleh partai
dan sudah resmi terdata di KPU. Saat penetapan Caleg tentu waktu yang Anda miliki masih sangat
banyak. Masih sangat luang. Waktu yang masih sangat jauh untuk kampanye habis-habisan.
Kelihatannya merupakan langkah yang sangat tidak efektif dan pemborosan jika waktu diperode ini
Anda langsung melakukan sosialisasi.

Bayangkan berapa uang yang harus Anda gelontorkan dalam waktu yang sangat lama ini. Tahap ini
langkah Anda adalah harus sudah mulai melakukan kategorisasi calon pemilih Anda. Manfaatkan
buku “Menang Cemerlang Tanpa Uang Merebut Kursi Legislatif” untuk mengetahui 6 kategori calon
pemilih Anda. Mungkin buku ini bisa membantu Anda.

Gerakkanlah tim sukses Anda untuk melakukan beberapa hal. Salah satunya mengindentifikasi 6
calon pemilih Anda.
Berikut Tips Manajemen Tim Sukses.

– Jangan semua tim sukses Anda langsung berhubungan dengan Anda, buat sistem terkoordinasi
melalui TIM SUKSES Ring 1

– Buat Ring 2, 3 dan 4…..4 Lapis Ring sudah cukup

– Pilih Tim Sukses yang bisa digerakkan dan menggerakkan

– Pahamkan TIM SUKSES mengenai 6 kategori calon pemilih (Bisa lihat di buku”Menang Cemerlang
Merebut Kursi Legislatif), dan diskusikan cara untuk menyentuhnya supaya memilih. Bukan hanya
memilih tapi mereka mau mengajak orang lain untuk memilih

– Fungsi TIM SUKSES :

* Mengajak

* Mengkaunter (Fitnah/Opini/Isu Kontraprodukti)

* Menggerakkan

* Membangun Citra

* Pribadi Sebagai Simbol

* Spionase

Lebih jelasnya klik sekarang ikuti di facebook.

Setelah Anda sudah mengidentifikasi 6 calon pemilih maka ini senjata yang memudahkan Anda
untuk melakukan langkah yang efektif dan tepat sasaran.

Ketiga, Waktu Dekat Jelang Hari Pemilihan. Periode ini kira-kira sekitar 1 tahun atau 6 bulan
menjelang hari H Pemilihan. Jangan heran bila diperiode ini mulai terlihat spanduk, dan berbagai
macam bentuk kampanye. Di periode ini saatnya mulai melakukan pertarungan sesungguhnya.
Periode ini masa-masanya sengit dan ketat. Namun Anda sudah berhasil melakukan start sejak awal
tanpa tertangkap radar.

Pada periode ini mulai banyak dermawan dadakan. Mulai banyak program-program sosial dadakan,
dengan berbagai cara dan bentuk. Inilah pertarungan terberat, bila Anda baru memulai.
Mungkin ada nilai positifnya. Namun kelihatannya tidak ada cara lama yang dianggap efektif di
periode ini. Dengan berbekal identifikasi 6 kategori calon sangat membantu sekali. Diperiode ini
tidak mungkin semua wilayah, RT, atau Desa, di dapil Anda digarap semua. Maka anda bisa
menyimpulkan mana yang tidak perlu lagi disentuh, mana yang perlu sentuhan sekedarnya, dan
mana yang perlu intens disentuh dan ini yang harus menjadi prioritas Anda.

6 Jenis Calon Pemilih Anda

Pertama Tipe : Antipati

Orang dalam kategori ini dipastikan tidak akan memilih Anda, bukan hanya itu ia mungkin menjelek-
jelekan Anda yang pada intinya orang lain supaya tidak memilih Anda.

Kedua Tipe : Acuh

Orang dalam kategori ini mungkin karena tidak kenal Anda atau masa bodoh dengan Anda. Orang
dalam kategori ini kemungkinan tidak memilih Anda.

Ketiga Tipe : Memperhatikan

Orang dalam kategori ini berpeluang besar akan memilih Anda. Ia akan mempelajari latar belakang
Anda, kehidupan sehari-hari Anda dan lainnya. Ada rasa penasaran mereka yang ingin diketahui dari
Anda. Orang dalam kategori ini berpeluang besar memilih Anda.

Keempat Tipe : Simpati

Orang dalam kategori ini simpatik dengan Anda. Mungkin tidak bisa dipastikan alasannya. Bisa jadi
karena Anda dipandang orang baik, tepat janji, punya kinerja bagus, pemberani, punya prestasi yang
dianggap bisa diandalkan, dsb. Hampir dipastikan orang dalam kategori ini akan memilih Anda.

Kelima Tipe : Loyal

Orang dalam kategori ini apapun isu dilapangan tentang Anda, apapun kejadian yang menimpa
Anda-positif atau negative- ia tetap akan memilih Anda.

Keenam Tipe : Mengajak

Orang dalam kategori ini merupakan orang-orang yang sebaiknya anda himpun. Bila Anda memiliki
semakin banyak orang-orang pada kategori ini maka Anda berpeluang besar dapat meraih
kemenangan secara gemilang.
Orang dalam kategori ini bukan hanya akan memilih Anda tetapi mereka akan mengajak orang lain
untuk memilih Anda. Bahkan mereka akan mengklarifikasi fitnah-fitnah yang akan menjatuhkan
Anda.

Langkah Anda tentu semakin mantap dan penuh optimis meraih kemenangan begitu Anda memiliki
banyak orang dalam kategori mengajak.

Untuk itu langkah-langkah Anda yang perlu dilakukan adalah mengarahkan orang-orang dari kategori
Antipati menjadi kategori Acuh dan seterusnya, hingga mereka berada pada kategori “mengajak”.

14 Tip Membangun Tim Sukses hebat

Bagian ini akan menunjukkan 14 resep untuk membangun sebuah tim sukses yang efektif. Seperti
yang Anda lihat, TIM SUKSES merupakan salah satu kunci yang menentukan apakah sang caleg
meraih kemenangan atau tidak.Mengelola tim secara tidak tepat setidaknya dapat merugikan sang
caleg. Rugi yang paling tidak diharapkan adalah KALAH, rugi lainnya, setidaknya uang yang dirogoh
selama ini, mubajir tanpa hasil. Pemilu 2014 sebentar lagi datang. Karenanya, memerlukan ambil
langkah segera. Ada pemaparan menarik dari Djajendra, Apr 27, 2009, di djajendra-
motivator.com/?p=1093, mengatakan dalam setiap tindakkan untuk merealisasikan rencana menjadi
hasil yang diharapkan, pemimpin harus fokus untuk mempekerjakan orang-orang yang kreatif,
proaktif, strategis, disiplin, dan optimistis di dalam sebuah tim sukses.

Kecerdasan pemimpin dalam membangun tim sukses yang efektif akan sangat membantu si
pemimpin untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan strategis yang membutuhkan konsentrasi dan
fokus yang lebih intensif.

Kemampuan pemimpin untuk menempatkan pribadi-pribadi yang loyal, antusias, selalu berjuang
dalam motivasi yang tinggi, dan yang mau bekerja keras untuk menyelesaikan semua tugas dan
tanggung jawab, adalah sebuah syarat terpenting di dalam pembentukan tim sukses yang efektif.

Berikut ini 14 tips untuk membangun tim sukses yang efektif dan yang dapat memberikan
keberhasilan buat si pemimpin.
1. Pemimpin wajib menetapkan tujuan utama tim, kemudian memotivasi tim untuk membangun
mind set bahwa tujuan utama dari tim adalah membuat sukses setiap program .

2. Tim sukses harus menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, terdefinisi, dan konsisten.

3. Setiap anggota tim sukses harus berkomitmen untuk Menunaikan tanggung jawab mereka secara
total.

4. Pemimpin harus cerdas dalam memilih karakter dari pribadi-pribadi yang akan berada di dalam
tim sukses.

5. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang jelas tentang bakat dan potensi dari masing-masing
pribadi tim sukses tersebut.

6. SOP, aturan, dan kebijakan wajib ditetapkan sebagai fondasi dasar untuk membangun etos kerja
tim sukses yang efektif.

7. Setiap anggota tim sukses harus tahu tentang fungsi dan peran mereka di dalam tim sukses.

8. Tim sukses harus bekerja melalui sebuah proses kerja yang selalu fokus dalam menjaga keutuhan
dan kekompakkan tim sukses.

9. Setiap melakukan tindakan tim harus melakukan pertemuan di antara anggota dan pemimpin,
baru kemudian membuat keputusan yang tepat sasaran, dan mendefinisikan semua perkembangan
baru dalam sebuah rencana kerja yang disetujui oleh semua anggota dalam tim.

10. Apapun perbedaan di antara anggota tim. Setiap orang wajib saling menghormati, saling
mendengar, dan saling peduli.

11. Setiap konflik harus dikelola dengan besar hati dan penuh empati, kemudian diselesaikan dengan
menghormati semua pihak secara profesional.

12. Pemimpin harus menggunakan kekuatan intuisi untuk melihat hal-hal yang tak terlihat oleh
panca indera. Lalu, membuat tindakan-tindakan yang memotivasi anggota tim untuk bekerja dengan
emosi baik dan pikiran terang.

13. Tim sukses dan pemimpin harus membangun hubungan dan komunikasi positif dengan
“stakeholder” dalam sebuah suasana yang saling menguntungkan.

14. Tim sukses harus membuat tabel rencana kerja dengan memasukan semua tips di atas sebagai
faktor-faktor kerja tim yang harus diperhatikan secara terus-menerus.

Anda mungkin juga menyukai