DIGITALISASI
POLITICAL
MARKETING
Memanfaatkan Tekonologi Digital
untuk Kerja Pemenangan Pemilu
Berharap menjangkau pemilih
Pemilu 2024 dan mendapatkan
dukungan suara mereka tanpa
menggunakan teknologi digital
sama dengan berpidato di
Gelora Bung Karno tanpa
pengeras suara!
PEMILIH 2024:
TERDIGITALISASI
• Lebih dari separuh pemilih
Pemilu 2024 adalah mereka
yang berusia 17-40 tahun atau
Pemilih Muda.
• Di kalangan Pemilih Muda ini,
yang termuda (17 tahun) lahir
pada 2007 dan yang tertua
(40 tahun) lahir pada 1984.
• Mereka adalah Generasi
Politik Pasca Reformasi karena
tidak punya pengalaman
terlibat langsung dalam
pergerakan Reformasi pada
tahun 1998. Yang tertua dari
mereka saja pada saat itu baru
berusia 14 tahun.
• Dari sisi rentang generasi
atau cohort meraka adalah
Generasi Millenial dan
Generasi Z. Selain
mandiri, mereka adalah
pengguna teknologi
digital, netizens,
pengguna aktif media
sosial.
• Berharap menjangkau
mereka dan mendapatkan
dukungan suara mereka
tanpa menggunakan
teknologi digital sama
dengan berpidato di GBK
tanpa pengeras suara!
Isi Keynote Ini
Pelajaran
Dunia dan Pilkada
Indonesia Jakarta
dilanda 2012 &
Digitalisasi 2017
SLIDE 14-25 SLIDE 37-69
SLIDE 75-86
SLIDE 2-3
PENGANTAR PENUTUP
Proyeksi Pemilih SLIDE 26-36 Sumber Data &
Pemilu 2024 Digitalisasi Pertanggung-
Political jawaban Me-
SLIDE 5-13 Marketing di todologi
Dari Political Indonesia: SLIDE 70-74
marketing
marketing dan
Dari kampanye
digital political
politik ke political
Hillary, Obama dan Trump
Pada tahun 2008, Hillary Clinton (yang hendak menjadi Presiden Perempuan Pertama AS)
dikalahkah dalam Primary (pemilihan internal tahap awal) di Partai Demokrat oleh Barack
Obama (yang kemudian menjadi Presiden Kulit Hitam Pertama AS.
Mengapa Hillary kalah? Bukankah ia disebut-sebut memiliki memiliki kendaraan politik
terbaik abad ke-20? Ternyata sebabnya sederhana saja: Obama menang karena
menggunakan kendaraan terbaik abad ke-21!
Political marketing dikalahkan oleh Digital Political Marketing.
Lalu Hillary kembali bertarung melawan Donald Trump dalam Pemilu Presiden AS 2016.
Hillary menggunakan semua intrumen pemenangan yang Obama miliki.
Kenapa Hillary kalah (lagi)? Ternyata Trump memperdalam dan mempertajam senjata-senjata
Digital Political Marketing (yang sudah digunakan Hillary) dengan mengoptimalkan
penggunaan artificial intelligence.
Digital Political Marketing dikalahlan oleh Advanced Digital Political Marketing!
Pemetaan dan Pemenangan Pemilih
Mazhab Mazhab Mazhab
Columbia Michigan Pilihan Rasional
Sosiologis Psikologis Rasionalitas
Jenis kelamin, usia, pendidikan, Identifikasi Orientasi isu
pekerjaan, status sosial ekonomi dan partai
kelas sosial, etnik-ras-agama-daerah Orientasi kandidat
asal, keluarga, kelompok bermain Ikatan emosional dan personal
Political Marketing
Political Marketing tidak “berkompetisi” dengan ketiga Mazhab Pemetaan Pemilih itu.
Political Marketing memanfaatkan ketiganya untuk kerja pemenangan pemilih yang beorientasi pada pemilih.
Political Marketing?
POLITICAL MARKETING IS NOT POLITICAL MARKETING IS
Bekerja pada “masa kampanye”, yaitu hanya di seputar waktu Berkampanye sepanjang waktu: Percaya bahwa pikiran, ucapan dan
penyelenggaraan Pemilu”. tindakannya adalah kampanye sepanjang saat.
Percaya pada determinisme uang: Politik uang adalah penentu Percaya bahwa political financing penting untuk dikelola sebagai
kemenangan. salah satu unsur pendukung kerja pemenangan.
Percaya bahwa kerja pemenangan dan kemenangan bisa Percaya bahwa kerja pemenangan dan kemenangan hanya bisa
dilakukan dan dicapai secara instant; bahwa kerja pemenangan dicapai melalui kerja tahap demi tahap dalam durasi waktu yang
adalah lari sprint 100 meter. layak; sebuah marathon.
Menganggap kerja political marketing cukup dilakukan dengan Percaya bahwa pencitraan saja sama sekali tak cukup; harus padu-
pencitraan; percaya bahwa kinerja marketing bisa diperbaiki padan dengan pembentukan identitas dan penguatan integritas.
dengan perubahan pada kemasan. Percaya bahwa kerja penggalangan pemilih harus dimulai jauh-jauh
Menganggap kerja penggalangan pemilih adalah sekadar kerja hari sebelum pemilihan dengan membangun modal sosial yang
mobilisasi massa pendukung menjelang waktu pemilihan. membuat kandidat punya akar kuat di kalangan calon pemilihnya.
Cakupan Kerja Pemenangan
Berbasis Political Marketing
PUSH
POLITICAL
Melakukan kegiatan penggalangan langsung ke para calon
MARKETING
pemilih.
PULL
POLITICAL
Melakukan kegiatan penggalangan pemilih dengan
MARKETING
menggunakan media.
PASS
POLITICAL Melakukan penggalangan pemilih melalui tokoh, organisasi
MARKETING
dan jaringan berpengaruh.
KERJA PEMENANGAN
PRODUK
POLITIK
PEMILIH
1 PUSH POLITICAL MARKETING
PEMILIH YANG
3.POLICY: VISI-MISI, MEDIA
DITARGETKAN
RENCANA KEBIJAKAN, RENCANA
KEBIJAKAN
JANJI KERJA JANJI 3 PASS POLITICAL MARKETING
KERJA
4.PRESENTATION: TOKOH
PENGEMASAN, PENGEMASAN ORGANI-
KOMUNIKASI PUBLIK DARI SASI
KETIGA PRODUK DI ATAS. KOMUNIKASI
PUBLIK
JARINGAN
DIGITALISASI POLITICAL MARKETING
DIGITAL
MARKETING:
“Pemanfataan
teknologi digital untuk
mencapai tujuan-
tujuan marketing”
(Dave Chaffey, PR
Smith, 2017)
DIGITAL POLITICAL
MARKETING:
Pemanfaatan teknologi
digital untuk mencapai
tujuan-tujuan political
marketing.
TARGET KERJA (DIGITAL) POLITICAL MARKETING
PILIHAN
Elektabilitas
6 Mantap Dipilih
PEMANFATAN
FINAL TEKNOLOGI
DIGITAL
Kandidat
Kedisukaan
3 Disukai
SECARA EMOSIONAL
PUNYA PREFERENSI Kandidat
Popularitas
1 Diketahui SEKEDAR
TAHU SAJA
Kandidat
Pengakses internet
di dunia bertambah
lebih dari 1 juta
setiap hari!
Pengakses internet
di Indonesia rata-
rata menghabiskan
8,5 jam di internet
setiap hari!
Digitalisasi political
marketing bukan
hanya dibutuhkan
tapi juga tak
terhindarkan!
CATATAN TENTANG DATA PEMILIH
PILEG 2019 YANG DIGUNAKAN
• Data-data preferensi pemilih Pileg 2019 yang digunakan dalam Keynote ini berasal dari Satu
Paket Survei Daerah Pemilihan (Dapil) dalam satu rentang waktu: 7 Oktober 2018 hingga 12
Februari 2019.
• Survei Dapil ini merupakan bagian dari kerjasama pendampingan PolMark Indonesia untuk Partai
Amanat Nasional (PAN) dalam Pemilu Legislatif (Pileg) 2019.
• Pemaparan data ini tidak melanggar kesepakatan dalam kerjasama karena seluruh
data yang disajikan di sini sudah dipaparkan kepada publik sebelumnya melalui
rangkaian Forum Pikiran, Akal dan Nalar yang diadakan oleh PAN dan PolMark Indonesia di enam
(6) kota di Indonesia dalam rentang waktu 5 Maret - 11 April 2019.
• Sebanyak 32.560 responden diambil secara random dengan menggunakan metode Multistages
Random Sampling. Wilayah yang tercakup meliputi 93% populasi pemilih Pileg 2019.
• Data 73 Survei Dapil diagregasi menjadi sebagai satu kesatuan data dengan Margin of Error
(MoE) + 0,75%. Pertanggungjawaban metodologi, termasuk metode perhitungan MoE terlampir
di bagian akhir Keynote ini.
PEMILIH MENENTUKAN PILIHANNYA SIAPAKAH
DIPENGARUHI LINGKUNGAN YANG MEM- Kampanye hanya akan bisa efektif jika
TERKECIL DI SEKITAR MEREKA.
MAKA, HANYA KAMPANYE YANG PENGARUHI dilakukan dalam skala mikro yang
SAMPAI KE ORANG PER ORANG,
RUMAH DAN PERTETANGGAAN PARA PE- menjangkau pemilih dalam
YANG EFEKTIF! MILIH? lingkungannya yang terkecil.
LINGKUNGAN
TERKECIL — DIRI
SENDIRI,
KELUARGA, SEBARAN PER WILAYAH
TETANGGA,
KETUA RT/RW
PILIHAN
PILIHAN DIBENTUK DIPENGARUHI
DALAM LINGKUNGAN BERBAGAI JENIS
TERKECIL: DIRI SENDIRI, TOKOH TIDAK TAHU/
KELUARGA, TETANGGA, TIDAK MENJAWAB
KETUA RT/RW
14,6 2,8 2,6 2,8 0,5 6,0 5,2 1,0 0,5 0,2 5,7
WILAYAH LAINNYA
JAWA
SUMATERA
73 DAPIL
JAWA
SUMATERA 18,8 1,7 1,0 2,7 0,3 3,1 2,8 1,4 0,5 0,3 4,6
WILAYAH
LAINNYA 19,9 1,7 1,4 4,5 0,5 3,1 5,3 1,3 0,6 0,2 6,9
73 DAPIL 16,4 2,3 2,0 3,1 0,4 4,9 4,7 1,1 0,5 0,2 5,6
“Pemilih mandiri” — yang bergantung
pada dirinya sendiri ketika membuat
pilihan — ada dalam jumlah sangat
signifikan.
PIHAK-PIHAK YANG MEMPENGARUHI PILIHAN PARA PEMILIH
PIHAK YANG KELOMPOK
KELOMPOK PENGHASILAN BERUSIA 40 BERUSIA BERUSIA
MEMPENGA- PENGHASILAN MENENGAH- TAHUN KE 41-55 DI ATAS
RUHI PEMILIH BAWAH ATAS BAWAH TAHUN 55 TAHUN
BERBAGAI
JENIS TOKOH 13,3 14,8 13,1 14,7 13,6 14,4 15,1
KELUARGA,
TETANGGA,
KETUA RT/RW
26,4 15,2 15,9 20,9 21,5 20,4 19,5
79,9 79,0 81,6 79,6 80,1 79,8 77,6
DIRI
SENDIRI 53,5 63,8 65,7 58,7 58,6 59,4 58,1
LAIN-LAIN, TIDAK
TAHU/TIDAK
MENJAWAB
6,8 6,2 5,3 5,7 6,3 5,8 7,3
AKSES PEMILIH KE MEDIA,
MEMILIKI
HANDPHONE
DAN SMART-
INTERNET DAN MEDIA SOSIAL
PHONE)
75,3%
Pemilih di Indonesia sudah memiliki akses
yang luas ke televisi, perangkat komunikasi
pribadi serta internet dan dan media sosial.
HANYA
MENONTON TV MEMILIKI MENGAKSES
SETIAP HARI HANDPHONE SETIAP HARI
ATAU HAMPIR (BUKAN MEMILIKI ATAU HAMPIR AKTIF MENG-
SMARTPHONE) SMARTPHONE PUNYA AKUN PUNYA AKUN PUNYA AKUN MEMBACA MENDENGAR-
TIAP HARI TIAP HARI GUNAKAN KORAN KAN RADIO PUNYA AKUN
AKSES INFORMASI DAN KOMUNIKASI
BERDASARKAN GUGUS KEPULAUAN / WILAYAH
SMART INTER FB WA
TV HP PHONE NET
TV HP
SMART INTER
PHONE NET FB
WA
TV HP SMART INTER
PHONE NET FB WA
47,7% AKSES PEMILIH KE MEDIA, Umumnya Pemilu Pemula (21 tahun ke
TOTAL PEMILIH
MUDA (BERUSIA INTERNET DAN MEDIA SOSIAL bawah) dan Pemilih Muda (40 tahun ke
bawah) memiliki akses yang sangat besar ke
HINGGA 40 TAHUN)
PEMILIH PEMULA & MUDA TV, smartphone, internet dan media sosial.
40,7
90
86,9 89,4
83,9 83,9 85,2
PEMILIH BERUSIA 81,7 PEMILIH PEMULA
21-40 TAHUN
PEMILIH MUDA
72
MENONTON MENGAKSES
SETIAP HARI MEMILIKI SETIAP HARI ATAU AKTIF MENG-
ATAU HAMPIR SMARTPHONE HAMPIR TIAP GUNAKAN PUNYA AKUN PUNYA AKUN PUNYA AKUN
TIAP HARI HARI
7
PEMILIH BERUSIA
0 TV SMARTPHONE INTERNET WA FB YOUTUBE IG
HINGGA 21
TAHUN
Digitalisasi kampanye
sudah mulai dilakukan.
Tapi belum efektif karena
belum menggunakan
pendekatan political
marketing: Belum
diorientasikan pada
pemilih!
Penggunaan teknologi
digital harus in-line
dengan Strategi
ISU PRIORITAS DI MATA PEMILIH
Political Marketing
• Menggunakan teknologi digital saja
tidak cukup. Penggunaannya harus
terpandu oleh strategi political
marketing yang terjaga.
• Berkat teknologi digital, pesan
kampanye bisa diviralkan secara super
cepat, murah dan massif. Tapi
semuanya menjadi tak banyak
gunanya secara elektoral jika
pesan yang diviralkan BUKAN
berkaitan dengan isu-isu prioritas
di mata pemilih.
• Masih banyak politisi di Indonesia yang
lebih sibuk menyampaikan sekadar isi
pikirannya sendiri sambil abai pada
pikiran-aspirasi-harapan para pemilih.
Mereka lebih berorientasi pada
produk dan bukan pada pemilih.
• Menggunakan media sosial TIDAK
SERTA MERTA menenuhi syarat PERBAIKAN
untuk disebut “sudah melakukan
digital political marketing”. Disebut EKONOMI DAN PENYEDIAAN PERBAIKAN
dgital political marketing manakala
orientasi ke pemilih terjaga dengan
baik, dengan berdisiplin. KESEJAHTERAAN LAPANGAN JALAN/ INFRA-
MASYARAKAT KERJA STRUKTUR
ISU PRIORITAS DI MATA PEMILIH
BERDASARKAN GUGUS KEPULAUAN/WILAYAH
WAR
ROOM
2012
PILKADA
JAKARTA
2012
• Tersedia “pilihan strategis” yang unik bagi Jokowi-
WIL
Ahok dalam Pilkada 2012: Pilkada diramaikan oleh PENGUATAN DATA DAN
WIL
AYA
banyaknya pasangan kandidat; dan di dalamnya ada
AYA
DIGITALISASI-AWAL:
H
petahana.
2012
H
KAM
Keterbatasan resources yang dimiliki
BAK
• “Pilihan strategis” itu adalah:
PAN
Jokowi-Ahok, kebutuhan tak
US
ERA
YE D
1. Tidak perlu agresif-ofensif menyerang tertawarkan untuk berkampanye
NG
IR I
petahana karena bisa dipastikan sudah ada secara disiplin, memerlukan
SEN
empat pasang kandidat lain yang melakukannya penguatan basis data dan
DIR
digitalisasi-awal (dalam bentuk
I
2. Cukup fokus mengkampanyekan diri sendiri
dengan memberikan respons minimal-secukupnya sangat awal, berupa pemanfaatan
saja pada “serangan” yang datang dari petahana seoptimal mungkin teknologi yang
maupun empat pasang kandidat yang lain saat itu tersedia).
3. Dalam posisi itu, maka Jokowi-Ahok menegaskan
SI F
EN SI
F
OF RE
positioningnya dengan pesan-pesan
N- -AG
NO ON
kampanye yang konkret, sederhana dan
N
personal: KJS dan KJP. Jokowi-Ahok wajib
berdisiplin soal fokus ini. MINIM WAJAH.
FOKUS KE KOTAK-KOTAK
4. Dalam posisi itu, Jokowi-Ahok menegaskan
diferensiasinya vis a vis empat pasang kandidat
lain dan petahana: non-agresif, tahu persis
kebutuhan warga, siap bekerja melayani
kebutuhan warga itu.
5. Maka terbentuk terkuatkanlan branding Jokowo- NON-AGRESIF
Ahok yang kemudian diwakili dengan sangat tepat NON-OFENSIF
oleh pilihan cerdas Jokowi untuk memakai
“baju yang sangat tidak Pilkada” (pada
waktu itu): Kotak-kotak (dengan
menampilkan wajah kandidat semimin
mungkin). Baju “yang sangat Pilkada” adalah Jas,
batik, baju koko, seragam Pilkada yang dibuat-
buat, baju adat daerah setempat. (Setelah dipakai
di Jakarta 2012, kotak-kotak pun ikut menjadi
“baju Pilkada” — tak lagi bisa jadi diferensiator yang
mengejutkan).
• Akhir Maret sampai dengan akhir April
2012 adalah periode krusial dalam Pilkada
TREND AWAL ELEKTABILITAS
Jakarta 2012. Enam pasang kandidat SURVEI 1 SURVEI 2 SURVEI 3
sudah resmi berkompetisi di Jakarta.
Pemetaan elektabilitas pun sudah bisa
dilakukan secara layak.
• Trend awal elektabilitas yang tergambar
pada fase awal ini menyediakan data yang
sangat penting:
1. Tiga pasang kandidat memimpin:
Foke-Nara, Jokowi-Ahok, dan Hidayat-
DIdik.
2. Sejumlah lembaga survei
mengambbarkan bahwa petahana
terlalu perkasa dan sulut 2012
dikalahkan. Tetapi data 3 survei di
fase awal ini justru menunjukkan
bahwa Jokowi-Ahok sedang mendaki
naik, dan petahana sebaliknya sedang
mengalami kemerosotan elektabilitas.
Sulut dimengerti, mengapa berbagai
pihak tak mengendus gejala yang
sangat penting ini.
3. Tim pemenangan Jokowi-Ahok
membuat kesepakatan untuk tidak
mempublikasikan hasil-hasil
survei yang menunjukkan gejala
pasang naik Jokowi-Ahok vs pasang
turun petahana. Pertimbangan: Macan
tidur jangan dibangunkan.
ANTARA LAIN: Penggunaan Skype dan proyektor untuk kampanye • Pilkada Jakarta 2012 adalah kompetisi yang sama sekali tak mudah bagi Jokowi-
virtual-murah-massal dalam Putaran Kedua. Jokowi yang tertahan di Solo
(antara lain karena sulitnya izin dari Gubvernur) jadi tetap bisa saling Ahok. Empat faktor yang secara awam disebut sebagai "biang
sapa dengan calon pemilih di Jakarta. kemenangan Pilkada” tak dimiliki pasangan ini. Ke-4 faktor itu adalah:
petahana, paling banyak dana, diusung koalisi partai terbesar, dan “punya
tampang”.
• Maka, satu-satunya jalan unutk menang adalah berkompetisi secara cerdas
dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia. Salah satu bagiannya yang
terpenting adalah mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk mengefisienkan
kerja pemenangan. Semacam Digitalisasi Political Marketing pada tingkat
yang sangat awal. Targetnya: Menang dengan murah sekalipun tak
mudah.
• Berikut beberapa langkah yang diambil:
1. Untuk kedua kalinya, PolMark Indonesia membuat dan menggunakan
Peta Digital (GIS - Geographic Information Systems). GIS pertama kali
digunakan PolMark Indonesia, bekerja sama dengan Mars Indonesia, di Pilkada
Bengkulu 2010.
2. Mulai menggunakan mobile campaign secara serba terbatas --
menyesuaikan diri dengan keterbatasan resources. Antara lain: Penggunaan
Skype dan proyektor untuk kampanye virtual-murah-massal dalam
Putaran Kedua. Jokowi yang tertahan di Solo (antara lain karena sulitnya izin
dari Gubvernur) jadi tetap bisa saling sapa dengan calon pemilih di Jakarta.
DIGITALISASI-AWAL 3. Mulai mengembangkan quick real count (yang di kemudian hari makin
Pemanfaatan-Awal Teknologi disempurnakan). Sayangnya terkendala oleh antara lain terbatasnya
2012 digital yang tersedia sebagai
pengorganisasian saksi TPS.
penyiasatan dari keterbatasan
resources. 4. Seorang relawan, Juanda, meramaikan digitalisasi-awal ini dengan membuat
applikasi Games Jokowi-Ahok yang bisa dimainkan dan komputer.
PETA ZONA PEMENANGAN JALAN KELUAR!
2012 dibuat berbasis algoritma
sederhana untuk meng-overlay PETA ZONA
seluruh (7) variabel yang
digunakan. PEMENANGAN
• Justru dalam kesempitan kita biasanya menemukan
jalan. Inilah cerita tentang kerja pemenangan Jokowi-Ahok
dalam Pilkada Jakarta 2012.
• Petahana, Sang Kompetitor, memiliki segalanya, termasuk
keleluasaan berkampanye sepanjang hari, baik sebagai Gubernur
maupun kemudian sebagai kandidat. Pada saat yang sama,
dihitung dari 1 April 2012 (hari pencoblosan adalah 11 Juli
2012), Jokowi hanya memiliki waktu 38 hari
berkampanye. Sebab, di hari kerja, ia menjalani hari-hari
sebagai Walikota Solo. Hanya di akhir pekan ia bisa berkampanye
di Jakarta.
• Tak mungkin merambah semua tempat dan semua segmen
pemilih. Waktu sama sekali tak cukup. Dalam kesempitan
inilah, PolMark Indonesia menciptakan satu intrumen
kerja pemenangan yang kemudian menjadi salah satu
signature kerja PolMark Indonesia di mana-mana setelah
itu: Peta Zona Kelurahan. Semacam Peta Kelurahan Prioritas.
• Peta Zona Pemenangan adalah penentuan lokasi utama
kampanye (roadshow kandidat, kerja relawan, sebaran atribut,
dan lain-lain). Fokus diarahkan ke kelurahan yang menjadi lokasi
PEMAHAMAN STRATEGI utama pertarungan (semacam battle ground villages).
POLITICAL MARKETING
dibutuhkan untuk menemukan • Titik krusialnya adalah menentukan kriteria yang tepat
variabel-variabel yang tepat serta untuk memilih Kelurahan Prioritas itu. Untuk Pilkada
Jakarta 2012, akhirnya digunakan 7 kriteria sebagaimana
memberikan pembobotan untuk tergambar dalam diagram di samping. Dengan cara ini, terpilihlah
setiap variabel tadi dan
menyusunnya ke dalam algoritma- PETA ZONA 77 Kelurahan Zona 1 (prioritas kerja pemenangan) dari 267
Kelurahan di Jakarta.
overlay yang tepat. PEMENANGAN
Dipakai antara lain untuk Salah satu
menentukan prirotas kekeliruan
lokasi roadshow umumnya Partai 2012
kandidat, Politik adalah
penempatan senang berkam-
relawan dan panye di basis-
konsendistribusi basis terkuat
atribut kampanye. mereka. Alasannya
sederhana: SUpaya
JOKOWI-AHOK dan kampanyenya meriah.
jaringan relawan fokus
berkampanye di 77 Dsari sisi political
Kelurahan Zona 1. marketing, kampanye
seperti itu sama sekali
Zona 2 dan 3 dikelola tak efektif. Itu ibarat
oleh Partai Pengusung penerbit koran
(PDIP dan Gerindra). yang berjualan di
Sebagiab besar Zona 3 depan para
bahkan “:dilepas”. pelanggannya. Pasar
tentu saja tak akan
meluas.
PETA ZONA
PEMENANGAN Prioritas
Pertama | 77 KELURAHAN
PETA KELURAHAN Prioritas
Kedua | 36 KELURAHAN
PRIORITAS Prioritas
Ketiga | 154 KELURAHAN
2012 Suara yang Ditargetkan vs yang Diraih
Peta Kelurahan Prioritas Peta Pemenang Kelurahan
Prioritas
Pertama
Prioritas
Kedua
Prioritas
Ketiga
HASIL PUTARAN PERTAMA DI 77 KELURAHAN ZONA 1 (PRIORITAS 1)
Penggunaan Peta Zona Pemenangan secara disiplin membuah hasil. Peta ini terutama dengan disiplin digunakan untuk
memanage roadshow (blusukan) Jokowi dalam periode April - Juli 2012. Dari 77 Kelurahan Zona 1, 70 Kelurahan berhasil dimenangkan.
Ada 7 Kelurahan gagal dimenangkan tapi itupun dengan kekalahan amat sangat tipis. Sesuai dengan kalkulasi awal, kemenangan di Zona 1
memberikan kontribusi sangat besar bagi kemenangan Jokowi-Ahok karena di Zona ini terjadi konsentrasi pemilih. 2012
TARGET RAIHAN SUARA 2012
Target Raihan Suara ini dipresentasikan oleh PolMark Indonesia di hadapan Jokowi-Ahok
dan Boy Sadikin beserta Tim Pemenanga pada awal Mei 2012. Basisnya adalah hasil survei
PolMark Indonesia 19-23 April 2012. Salah satu seni yang menantang dalam kerja
pendampingan political marketing adalah membuat proyeksi seakurat mungkin berbasis
seluruh data yang tersedia. Dalam kasus Pilkada Jakarta 2012 ini, tingkat kemelesetannya hanya
+1,6% saja. Teknologi tentu sangat membantu untuk mencapai akurasi ini.
Peta Kompetisi Peta Sebaran Golput
Putaran Kedua Putaran Pertama
PILKADA
JAKARTA
2017
"TOTAL FOOTBALL" PRESENTASI POLMARK INDONESIA AWAL NOVEMBER 2016 2017
2.631 SUARA
6.455 SUARA
1847 TPS
BERKEBU-
TUHAN
KHUSUS
235.323 SUARA
2017
JAKUT 258
JAKBAR 252 ✤ SELISIH SUARA TOTAL SE-JAKARTA Ahok-Djarot dan Anies-Sandi dalam Putaran
JAKPUS 16 Pertama hanya 167.244 suara. Sementara itu, selisih Ahok-Djarot dan Anies-Sandi di
542 TPS ini mencapai 228.868 suara.
JAKTIM 14 LOKASI
TPS
✤ Jumlah pemilih tambahan (DPTb) se-Jakarta adalah 240.578 orang. Khusus
JAKSEL 2 di 1847 TPS yang dimenangi Ahok-Djarot dengan telak ini, DPTb-nya mencapai
KEP SERIBU 0 44.076 orang atau rata-rata 4,56% dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) di 1847 TPS
tersebut.
TARGET RAIHAN SUARA
PUTARAN KEDUA
✤ TARGET RAIHAN SUARA PUTARAN KEDUA ini
dipresentasikan oleh PolMark Indonesia pada 18
Februari 2017 atau 3 hari setelah pencoblosan Putaran
Pertama, dalam Pertemuan Pleno Sayap-sayap Kerja
Pemenangan Anies-Sandi.
✤Empat Langkah Strategis dirancan: (1) merebut
suara Agus-Sylvi yang tak lolos ke Putaran Kedua, (2)
mengkarantina suara pemilih Ahok-Djarot sehingga
tidak terjadi pembesaran suara dalam Putaran Kedua,
(3) menggalang warga yang dalam Putaran Pertama
belum memilih, untuk menaikkan partisipasi pemilih
(data Survei PolMark Indonesia menunjukkan bahwa
warga yang tidak memilih sebetulnya memiliki
preferensi ke Anies-Sandi dibandingkan Ahok-Djarot), (4)
melawan “kejahatan pemilu” yang terdata dengan detail
dalam Putaran Pertama.
✤Berkat algoritma sederhana yang disusun untuk
menstrukturkan semua data hasil Putaran Pertama dan
hasil survei terakhir sebelum pencoblosan dan hasil Exit
Poll di Hari-H Putaran Putaran Pertama, PolMark
Indonesia bisa menyusun Target Raihan Suara Putaran
Kedua sedetail ini.
✤Hasil resmi Putaran Kedua
menunjukkan bahwa Anies-Sandi
meraih 57,96% suara, atau meleset - 2017
2,07% dari yang ditargetkan 960,03%)
✤SALAH SATU BAGIAN PALING
KRUSIAL DALAM PEREBUTAN
SUARA PUTARAN KEDUA adalah
BESARAN SUARA merebut 937.955 suara Agus-
AGUS-SYLVI
Sylvi.
✤Maka, satu pekan setelah
pencoblosan Putaran Pertama,
PolMark Indonesia menyampaikan
hasil pemetaan digital kantong-
PETA SUARA
kantong suara Agus-Sylvi
berbasis Kelurahan.
✤Peta Suara Agus-Sylvi ini menjadi
AGUS - SYLVI
Peta Zona Pemenangan penting
untuk Putaran Kedua. Baik Ahok-
Djarot maupun Anies-Sandi
hanya akan bisa memenangkan
Pilkada Jakarta 2017 jika
melakukan penetrasi ke
kantong-kantong suara Agus-
Sylvi.
✤Seluruh Sayap Kerja pemenangan
Anies-Sandi dikerahkan untuk
melakukan penetrasi tersebut.
Pendekatan khusus dilakukan
ke jaringan Nahdliyyin Jakarta.
Sekalipun PKB tidak mengusung
Anies-Sandi dan PWNU bersikap
independen (sebagaimana mestinya),
2017 simpul-simpul suara kalangan
Nahdliyyin Jakarta sebetulnya
bersifat cair.
2017 TAMPILAN FOTO RESMI - AWAL
TANPA PECI. DENGAN “SALAM
HASIL PUTARAN 2
BERSAMA”. HALUAN: MEREBUT 40%
SUARA SUARA DI TENGAH UNTUK
(REKAP KPUD)
BISA MAJU KE PUTARAN KEDUA.
HASIL SURVEI POLMARK INDONESIA OKTOBER 2016
Dibandingkan dengan Putaran
HARUS AHOK! PEMILIH YANG DIPEREBUTKAN HARUS BUKAN AHOK! OKT Pertama, Ahok-Djarot mengalami
30 40 30 penurunan jumlah pemilih
sebesar 14.211 suara.
AKSI-AKSI
gelombang isu besar, pemilih sebagai dalam di balik Aksi 411.
212
Kanan tetap terbelah antara Ruang Gerak Agus-Sylvi di
Anies-Sandi atau Agus-Sylvi. Kanan menyempit. Anies-Sandi
Maka, Anies-Sandi pun memanfaatkannya dengan Selisih suara kedua Pasangan
roadshow ke tokoh-tokoh Kandidat adalah 890.621 suara
mengayun ke kanan
vis a vis Agus-
Sylvi
1212 agama (Islam dan
agama lain).
49,1
beberapa perkembangan terakhir. (Data elektabilitas Survei Maret hanya satu saja 19 APRIL 2017
[HITUNG SUARA
yang disertakan dalam grafik ini karena hasilnya memang identik. PUTARAN 2]
37,8
Anies-Sandi. Sementara Survei Februari dan Juli 2016
adalah hasil kerja sama dengan pihak lain.
40,0
Survei yang punya kredibilitas, yang metodologi dan
Sandiaga Uno adalah politisi yang luar penyelenggaraannya terjaga baik, tak akan terpengaruh
31,9 32,2
SURVEI 15 FEB 2017
FEBRUARI 2016 biasa tekun dan persisten. Antara Februari [HITUNG SUARA oleh faktor “dengan siapa lembaga penyelenggara
PUTARAN 1]
- September 2016, ia tak lelah melakukan survei itu bekerjasama”. Survei yang kredibel
27,1
roadshow sekalipun sambutan warga menangkap realitas politik dengan dingin.
Jakarta saat itu masih dingin dan sangat
23,2
minim. Ia juga tak terganggu oleh fakta
bahwa elektabilitasnya masih sangbat
25,3 Ketika PolMark Indonesia menyelenggarakan survei sebagai bagian dari
pendampingan, tanggung jawab profesional, etik dan moralnya jadi berlipat-lipat.
20,4
SURVEI
KUNCI KEMENANGAN BESAR ANIES-SANDI ATAS AHOK-DJAROT dalam Putaran Kedua Pilkada Jakarta 2017 terletak pada penggalangan pemilih pada level
pertarungan mikro, yaitu TPS. REMBUG REBOAN yang digalang pada level TPS memainkan peranan sangat penting. Sejarah 2012 kembali terulang di 2017:
Mereka yang melakukan kerja pemenangan paling mikro punya peluang untuk memenangkan Pilkada Jakarta.
2017
PUTARAN 1 PETA KOTA/KABUPATEN PETA KECAMATAN PETA KELURAHAN
AHOK- AHOK-
3 DJAROT 22 AHOK-
DJAROT 135 DJAROT
PUTARAN 2
2012 2017
PEMENANG PEMENANG
KELURAHAN KELURAHAN
FOKE- ANIES-
NARA SANDI
JOKOWI- AHOK-
AHOK DJAROT
PolMark Indonesia
dan Ikhtiar Digitalisasi
Political Marketing
PolMark Indonesia sudah, sedang dan akan berikhtiar melakukan
digitalisasi political marketing. Tapi, tentu saja, kami tak bisa menari
Saman sendirian. Diperlukan lingkungan dan banyak pemangku
kepentingan lain dalam kerja pemenangan, yang bersedia bergerak
dalam rentak-rentak terpadu-padan.
2
WARGA NI SAYA SAYA SAYA
MANA- ID
DAPIL
ELEKTABILITAS 6,1 1.3 - 10.9
EN A PARTAI
JEMEN TI BRAND- TR ELEKTABILITAS TANPA
UNDECIDED UNDECIDED VOTERS 7,7 2.9 - 12.5 80,5 80,5 75,0 73,4 57,7 45,7 44,8 42,5
PRODUK TA ING CI
HASIL PEMILU 2014 S VOTERS:
20.0% JENIS KAMPANYE YANG
YANG DIPERTIMBANGKAN %
1 3 4 DIHARAPKAN
• Aksi Sosial: 35.2 %
• Pengajian: 21.4 %
PARPOL KURSI SUARA % JUJUR, BERSIH, TAK KORUPSI 91,1 KANDIDAT POPU- KEDISU- ELEKTA- RENTANG
PESAN PRESENTASI - • Olahraga Massal: 16.6 %
CALEG LARITAS KAAN BILITAS (+/-MOE)
KAMPANYE PENGEMASAN - • Turnamen Olahraga: 13.0 %
1 0 43.097 3%
DEKAT DENGAN WARGA 90,0
PAN A 33,6 30,0 12,5 7.7 - 17.3 KOMUNIKASI • Pertunjukan Seni Tradisional:
4.5 %
BERKEPRIBADIAN BAIK, LAYAK DITELADANI 86,6
B 9,1 7,0 1,8 0 - 6.6 • Perekonomian: 24.5% PUBLIK • Pentas Musik : 2.0 %
2 0 75.423 6% MEMPUNYAI RENCANA KERJA YANG JELAS 83,9
8,9 7,7 1,8 0 - 6.6
• Lapangan Kerja: 24.5%
PENTAS SENI YANG
3 1 138.029 11%
JALANKAN AGAMA SEHARI-HARI 81,6
C
• Penanganan OR PALING DIHARAPKAN DIHARAPKAN
D 8,9 7,3 1,8 0 - 6.6 kemacetan: 10.0% • Sepak Bola: 23.6 % • Dangdut: 15.9 %
SUDAH BERPENGALAMAN MEMIMPIN 80,2 • Penanganan banjir: • Jalan santai: 18.2 % • Pengajian: 15.7 %
4 1 301.010 23% SEAGAMA DENGAN PEMILIH 76,6 E 8,4 6,6 0,7 0 - 5.5 7.0% • Senam: 14.8 % • Band: 10.7 %
• Ketertiban dan • Bulu tangkis: 11.8 % • Kesenian daerah: 9.3 %
5 1 116.472 9% ANGGOTA LEGISLATIF DI MASA SEBELUMNYA 70,2 F 12,7 10,5 0,5 0 - 5.3 keamanan: 5.2% • Volley: 3.9 % • Wayang: 4.1 %
6 1 158.604 12%
SEBARAN 7
8
9
ACEH
BENGKULU
JAMBI
2
1
1
880
440
440
3.523.774
1.399.108
2.475.655
0,020
0,008
0,014
RESPONDEN SUMATERA
10
11
12
KEPULAUAN RIAU
LAMPUNG
RIAU
1
2
2
440
880
880
1.229.424
6.074.137
3.863.197
0,007
0,034
0,022
DAN BOBOT 13
14
15
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
SUMATERA UTARA
2
2
3
880
880
1.320
3.718.003
5.877.575
9.785.753
0,021
0,033
0,055
AGREGASI 16 GORONTALO
9 PROVINSI 16
1
7040
440
37.946.626
812.801
0,214
0,005
PER
17 KALIMANTAN BARAT 2 880 3.687.159 0,021
18 KALIMANTAN SELATAN 2 880 2.869.166 0,016
19 KALIMANTAN TENGAH 1 440 1.753.224 0,010
PROVINSI WILAYAH
20
21
22
23
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
MALUKU
NUSA TENGGARA BARAT
1
1
1
2
440
440
440
880
2.480.741
450.108
1.266.034
3.667.253
0,014
0,003
0,007
0,021
LAINNYA 24 NUSA TENGGARA TIMUR 1 440 1.862.663 0,010
25 SULAWESI BARAT 1 440 865.244 0,005
26 SULAWESI SELATAN 3 1.320 6.159.375 0,035
27 SULAWESI TENGAH 1 440 1.952.810 0,011
28 SULAWESI TENGGARA 1 440 1.723.539 0,010
29 SULAWESI UTARA 1 440 1.907.841 0,011
14 PROVINSI 19 8360 31.457.958 0,179
GRAND TOTAL 29 PROVINSI 73 32.560 177.410.477 1
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
• KEUNGGULAN: Berbeda dengan 1 survei nasional yang tak punya kemampuan memotret secara
detail daerah pemilihan (Dapil), laporan ini merupakan agregat survei Dapil yang menghimpun potret
detail setiap Dapil. Dengan demikian, agregat hasil survei 73 Dapil ini adalah himpunan data yang
sangat berdayaguna untuk menggambarkan kenyataan politik Indonesia berdasarkan detai
kenyataan-kenyataan politik lokal. Tentu saja, kemampuan menggambarkan kenyataan politik ini
dibatasi oleh keterbatasan yang tak terhindarkan sebagai sebuah survei. (Mengenai hal ini, lihat
bagian penjelasan Metodologi Survei).
• KELEMAHAN: Kelemahan utama agregat hasil survei 73 Dapil ini adalah tidak serentaknya
penyelenggaraan survei di seluruh Dapil. Padahal, data riset tidak pernah ada dalam situasi vakum-
politik. Untuk mengatasi kelemahan utama ini, penjelasan lebih saksama untuk data survei per Dapil
amat sangat diperlukan. PolMark Indonesia sudah membuat penjelasan-penjelasan saksama per Dapil
ini. Namun, publikasi laporan ini tak menjadikan penjelasan-penjelasan ini sebagai fokus. (Sebagai
pertanggungjawaban, Tabel Waktu Penyelenggaraan Survei disertakan). Dalam kerangka itu,
berkaitan dengan panjangnya rentang waktu survei ini, PolMark Indonesia TIDAK menyebut
data agregat ini sebagai Hasil Survei Februari 2019 (atau survei termutkahir), melainkan
HASIL SURVEI 7 OKTOBER 2018 HINGGA 12 FEBRUARI 2019.
KONSEKUENSI KETIDAKSERENTAKAN SURVEI
1. KONSEKUENSI 1: KE-73 Survei Dapil yang datanya diagregasikan ke dalam laporan ini dilakukan dalam rentang waktu 7 Oktober
2018 sampai dengan 12 Februari 2019. Ini rentang waktu yang cukup panjang: 4 bulan 5 hari. Konsekuensinya: Data agregat ini tak
bisa disebut sebagai “data mutakhir Februari 2019” — PolMark Indonesia sendiri sejak awal tidak memiliki pretensi untuk menyebutnya
demikian. Penyebutan yang layak untuk data agregat 73 Survei Dapil ini adalah “data 7 Oktober 2018 hingga 12 Februari 2019”.
2. KONSEKUENSI 2: Sepanjang Oktober 2018 hingga Februari 2019 terjadi dinamika politik yang tinggi sebagaimana layaknya terjadi di
tengah masa menjelang puncak penyelenggaraan pemilihan umum. Namun demikian, rentang waktu 4 bulan 5 hari itu tetap
dipersatukan oleh satu identitas: Masa Kampanye Pemilu — baik Pilpres mapun Pileg — 2019. Konsekuensinya: Agregat Data ini tak
bisa mewakili beragam dinamika politik yang berjalan di dalam rentang waktu 4 bulan 5 hari itu. Data agregat ini HANYA BISA
mewakili suasana umum kampanye Pemilu 2019 hingga 12 Februari 2019.
3. KONSEKUENSI 3: Mengingat rentang waktu yang panjang itu, maka agregat data 73 Survei Dapil ini BUKAN data termutakhir dari
perkembangan Pemilu 2019. TETAPI data agregat ini adalah (a) data menyeluruh karena cakupan wilayah surveinya sudah meliputi
93,0% pemilih dan 92,9% kursi DPR RI yang diperebutkan; dan (b) data yang sangat detail karena mewakili perkembangan politik
pada level daerah-daerah pemilihan.
4. MAKA: Data Agregat ini tidak cacat dari sisi validitas, sebagaimana disebutkan oleh sejumlah “komentator” melainkan memiliki
keterbatasan-keterbatasan dalam dirinya, sebagaimana disebutkan dalam 3 butir konsekuensi di atas. Sebaliknya, sebagai agregat, data
ini sangat berdaya (powerful) sebagai panduan kerja pemenangan sekaligus alat bantu prediksi hasil Pemilu 2019 pada tingkat
awal. Untuk membantu memprediksi secara lebih akurat diperlukan survei Dapil lain yang dilakukan pada saat Hari Pencoblosan (17
April 2019) sudah lebih dekat. (PolMark Research Center melakukan survei lanjutan ini di sejumlah Dapil tetapi hasilnya tidak
ditampilkan dalam Laporan Agregasi Data ini).
PERHITUNGAN MARGIN OF ERROR (1)
1. LAPORAN INI mengagregasikan data 73 Survei Dapil menjadi satu kesatuan data. Dengan demikian, laporan ini
meliputi satu kelompok riset perilaku pemilih yang melibatkan responden dalam jumlah sangat besar, yaitu
32.560 responden. Pertanyaannya: Bagaimanakah menghitung Margin of Error (MoE) data agregasi
ini?
2. Perhitungan MoE agregasi data ini kami lakukan dengan bertumpu pada kaidah-kaidah pokok metodologi
survei dan perhitungan statistik. Bedasarkan kaidah pokok ini maka sejumlah hal berikut mau tidak mau harus
ditimbang:
(i) Konsistensi Metodologi. Perhitungan statistik harus dilakukan dengan menjaga konsistensi
penggunaan metodologi multistages random sampling yang digunakan dalam setiap Survei Dapil
yang menjadi sumber data agregasi..
4. Mendasarkan diri pada kaidah-kaidah itu, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
(i) Jumlah Agregat Responden yang Dilibatkan dalam Perhitungan MoE adalah 17.699
responden yang berasal dari 73 Dapil dengan menimbang asas proporsionalitas wilayah (besaran
satu Dapil dibandingkan Dapil yang lain).
(ii) Margin of Error = + 0,75%. Dengan menggunakan rumus (MoE= (z x s) / √n) maka diperoleh
hasil MoE agregat data survei ini adalah +/- 0,75%. Perhitungannya, MoE= (z x s) / √n = (1,96 x 0,5)
/ √17699 = 0,7516673. Dibulatkan menjadi + 0,75%. Keterangan: z = nilai tabel z untuk selang
kepercayaan tertentu, s = simpangan baku dan n = jumlah responden.
PERHITUNGAN PROPORSIONAL RESPONDEN SETIAP DAPIL
NO DAPIL JUMLAH DPT JUMLAH RESPONDEN NO DAPIL JUMLAH DPT JUMLAH RESPONDEN NO DAPIL JUMLAH DPT JUMLAH RESPONDEN
RESPONDEN PROPORSIONAL RESPONDEN PROPORSIONAL RESPONDEN PROPORSIONAL
1 BANTEN I 440 1.918.272 191 25 JATENG VI 440 2.976.228 297 49 SUMBAR II 440 1.626.555 162
2 BANTEN II 440 1.932.700 193 26 JATENG VII 440 2.609.089 260 50 SUMSEL I 440 2.768.794 276
3 BANTEN III 440 4.261.505 425 27 JATENG VIII 440 2.839.477 283 51 SUMSEL II 440 3.108.781 310
4 DIY 440 2.731.874 273 28 JATIM I 440 3.529.326 352 52 SUMUT I 440 3.528.993 352
5 DKI JAKARTA I 440 2.246.279 224 29 JATIM II 440 2.379.078 237 53 SUMUT II 440 3.045.834 304
DKI JAKARTA II 440 2.504.291 250 JATIM III 440 2.409.767 240 54 SUMUT III 440 3.210.926 320
6 30
55 GORONTALO 440 812.801 81
7 DKI JAKARTA III 440 3.011.028 300 31 JATIM IV 440 2.698.531 269
56 KALBAR I 440 2.568.589 256
8 JABAR I 440 2.114.944 211 32 JATIM IX 440 1.980.150 198
57 KALBAR II 440 1.118.570 112
9 JABAR II 440 3.550.743 354 33 JATIM V 440 2.774.868 277
58 KALSEL I 440 1.560.438 156
10 JABAR III 880 2.383.452 238 34 JATIM VI 440 3.338.186 333
59 KALSEL II 440 1.308.728 131
11 JABAR IV 440 2.058.702 205 35 JATIM VII 440 3.042.915 304
60 KALTENG 440 1.753.224 175
12 JABAR IX 440 2.993.825 299 36 JATIM VIII 440 3.510.241 350
61 KALTIM 440 2.480.741 247
13 JABAR V 440 3.467.603 346 37 JATIM X 440 1.983.550 198
62 KALTARA 440 450.108 45
14 JABAR VI 440 2.991.458 298 38 JATIM XI 440 3.266.382 326
63 MALUKU 440 1.266.034 126
15 JABAR VII 440 4.410.605 440 39 ACEH I 440 1.834.465 183
64 NTB I 440 1.056.062 105
16 JABAR VIII 440 3.293.881 329 40 ACEH II 440 1.689.309 169
65 NTB II 440 2.611.191 260
17 JABAR X 440 2.258.999 225 41 BENGKULU 440 1.399.108 140
66 NTT II 440 1.862.663 186
18 JABAR XI 440 3.746.633 374 42 JAMBI 440 2.475.655 247
67 SULBAR 440 865.244 86
19 JATENG I 440 2.868.846 286 43 KEPULAUAN RIAU 440 1.229.424 123 68 SULSEL I 440 2.205.190 220
20 JATENG II 440 2.384.451 238 44 LAMPUNG I 440 2.915.647 291 69 SULSEL II 440 2.232.370 223
21 JATENG III 440 3.352.042 334 45 LAMPUNG II 440 3.158.490 315 70 SULSEL III 440 1.721.815 172
22 JATENG IV 440 2.341.751 234 46 RIAU I 440 2.203.428 220 71 SULTENG 440 1.952.810 195
23 JATENG IX 440 2.939.681 293 47 RIAU II 440 1.659.769 166 72 SULTRA 440 1.723.539 172
24 JATENG V 440 2.904.540 290 48 SUMBAR I 440 2.091.448 209 73 SULUT 440 1.907.841 190
KONSISTENSI PERHITUNGAN MoE
DENGAN METODE AGREGASI DATARESPONDEN PROPORSI PEMBULAT- BOBOT BOBOT RESPONDEN PROPORSI PEMBULAT- BOBOT BOBOT
DAPIL SURVEI DPT RESP AN RESP RESP AGREGASI SELISIH DAPIL SURVEI DPT RESP AN RESP RESP AGREGASI SELISIH