Anda di halaman 1dari 94

Cerpen Anak ( Story Telling )

by Wahyu Suwito 04.53

Jadilah Anak Yang Pemaaf

Di sekolah, Aminah adalah anak sering yang diejek dan diganggu oleh teman-temannya,
terutama Santi. Tiada hari tanpa ejekan dan gangguannya. Santi adalah anak tunggal . Bapak dan
ibunya bekerja di Jakarta. Sehingga di rumah ia hanya ditemani oleh pembantu rumah tangga.
Apa yang diinginkan Santi selalu dipenuhi oleh orang tuanya. Di sekolah pun ia ditakuti dan
disegani oleh teman-temannya. Sedangkan Aminah, hanya anak seorang petani dan ibunya pun
berdagang kue untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sebelum berangkat ke sekolah, Aminah
membantu ibunya untuk mengirimkan beberapa kue ke beberapa warung yang menjadi pelanggan
ibunya dan pulang sekolah, ia mengambil kembali hasil dagangan ibunya di warung-
warung tempat ibunya menitipkan kue-kue tersebut. Walaupun demikian Aminah
menjalankannya dengan senang hati tanpa mengeluh .
Suatu pagi, Aminah datang terlambat ke sekolah karena bangun kesiangan setelah malamnya
membantu ibunya membuat pesanan kue untuk tetangganya yang akan mengadakan pesta ulang
tahun. Setibanya di sekolah, ia pun berkata kepada gurunya,” Maaf bu, saya terlambat. Semalam
tidur kemalaman” Ya sudah, tidak apa-apa. Lain kali jangan terlambat lagi. Sekarang kamu boleh
duduk,” jawab gurunya. Saat Aminah akan jalan menuju tempat duduknya, tiba-tiba Santi
menggaet kakinya dari belakang, sehingga Aminah pun terjatuh. Teman-temanya pun
menertawaknnya dan salah seoarang diantaranya berkata,” Makanya sebelum berangkat ke
sekolah mandi dulu. Supaya tidak bau dan ngantuk. Mendengar ejekan temannya, Aminah diam
saja. “Aminah hati-hati kalau berjalan, tidak usah terburu-buru,,”pinta Bu Ani, gurunya. Aminah
hanya menganggukkan kepala menjawab permintaan ibu gurunya. Ia tidak berani berkata terus
terang jika ia terjatuh karena kakinya di gaet oleh Santi dari belakang.
Saat istirahat tiba, semua anak-anak keluar kelas. Tiba-tiba Santi dan teman-temanya masuk ke
kelas dan menuju ke kursi Aminah. Kemudian ia meletakkan sisa permen karet yang telah
dimakannya di kursi Aminah. Tak takala bel masuk berbunyi, Aminah masuk kelas dan duduk
dikursinya. Ia pun tidak menyadari kalau dikursinya ada permen karet. Sehingga permen tersebut
melekat di roknya. Kemudian tatkala bu guru memintanya untuk maju ke depan untuk menjawab
soal, Bu Ani pun menegurnya.” Aminah tadi kamu habis makan permen karet ya, Tuh lihat, rok
mu penuh dengan perment karet. Lain kali kalau makan permen karet hati-hati. Terus jangan lupa
buang sampahnya pada tempatnya. “ Tapi bu saya tidak makan permen karet dan saya juga tidak
tahu mengapa rok saya penuh dengan permen karet, “protes Aminah.
Kemudian Bu Ani bertanya kepada seluruh siswa,” Ayo anak-anak siapa yan menaruh pement
karet di kursi Aminah,” Tanya bu guru. Semua murid terdiam.” Di sekolah sudah ada tong
sampah. Buanglah sampah pada tempatnya,”bu Ani menambahkan. Bu, saya rasa yang makan
permen karet itu Aminah.Sebab tadi pagi sebelum istirahat saya lihat ia makan sesuatu karena
takut ketahuan makan di kelas saat pelajaran, ia buang dah ke kursinya. Ia bu, saya juga
melihanya, jawab teman-temanya ynag menjadi gengnya Santi. Itu namanya, senjata makan tuan,
ha….ha…ha…, sahut, Santi. Bohong bu, itu fitnah. Jawab Aminah. Kamu yang fitnah, jawab
Santi. ‘Sudah..sudah jangan bertengkar, pinta bu Ani.
Keesokan harinya, santi tidak masuk sekolah. Ia dirawat di rumah sakit karena tertabrak sepada
motor tatkala menyeberang jalan menuju ke rumahnya. Kakinya terluka parah, tertabrak sepeda
motor. Saat terbaring di rumah sakit, Ia pun berkata pada dirinya sendiri dan memohon kepada
Alloh,” Ya Alloh apa salah dan dosaku, sehingga kakiku terluka parah. Apa ini balasanMu akibat
aku sering jahil dan mengganggu Aminah. Kalau memang demikian, aku akan meminta maaf
padanya dan berjanji untuk menjadikannya sebagi sahabat bukan sebagai musuh. Oleh karena itu
berilah kesembuhan atas sakitku ini.
Setelah Santi dirawat selama tiga hari di rumah sakit, teman-temannya pun menjenguknya.
Seluruh Bu Ani dan teman-teman sekelasnya datang dan mencoba menghiburnya. Santi pun
sangat senang sekali. Namun Aminah tidak datang. Sehingga Santi pun bertanya kepada Bu
Ani,” Bu mana Aminah. Kenapa ia tidak ikut. Saya ingin sekali meminta maaf kepadanya. Saya
juga ingin berterus terang kepada Ibu bahwa sebenarnya saat Aminah datang terlambat dan
terjatuh saat mau duduk di kursinya, saya penyebabnya. Sayalah yang menggaet kakinya. Saya
pula yang meletakkat sampah permen karet ke kursinya. Sehingga saat Ibu menyuruh Aminah
maju ke depan kelas, roknya penuh dengan permen karet. Mungkin saya mendapat musibah
karena selama ini saya sering menyejek dan menganggunya.” Ya sudah. Nanti minta Aminah
untuk datang menjengukmu.” Jawab Bu Ani. ” Ibu yakin diamau datang ke sini dan memaafkan
dosa-dosa saya kepadanya,” Tanya Santi. ,”Insya Alloh,” jawab Bu Ani. “Bu biar saya dulu yang
meminta Aminah datang ke rumah sakai menjenguk Santi,” pinta Susan, salah seorang sahabat
Santi.” Baiklah kalau begitu, Ibu menunggu kabarnya saja.”
Keesokan harinya, sebelum lonceng berbunyi tanda masuk sekolah, Susan datang menemui
Aminah dan berkata,” Aminah, Santi sudah tiga hari dirawat di rumah sakit, ia ingin sekali
bertemu denganmu dan meminta maaf atas segala perbuatan jahatnya kepadamu.” Saya tidak
mau dan saya akan memaafkannya. Dia sudah keterlaluan mengejek dan menghina saya,” jawab
Aminah.” Sana pergi, aku juga benci padamu,”kata Aminah sambil pergi meninggalkan Susan .
Ketika istirahat tiba, Susan menemui Ibu Ani di ruang guru dan mengatakan bahwa ia telah gagal
membujuk Aminah agar mau menemui Santi di rumah sakit. “ Y a sudah, terima kasih kamu
telah berbuat yang terbaik untuk sahabatmu. Nanti biar ibu saja yang datang ke rumahnya dan
membujuknya untuk bisa memaafkan Santi.
Malam harinya, Ibu Ani datang ke rumah Aminah. Ayah dan Ibunya Aminah sangat senang
dan terkejut sekali melihat kedatangan Bu Ani ke rumahnya. “ Bapak, Ibu , mana Aminah ? Ada
beberapah hal yang akan saya sampaikan kepadanya.”Tanya Bu Ani. “Aminah ke sini, nak. Bu
guru mau berbicara kepadamu,” ibunya berkata.” Baik bu, Jawab Aminah.
“ Aminah, tadi Susan mengatkan kepada Ibu, katanya kamu tidak mau datang menjenguk Santi di
rumahsakit dan tidak mau memaafkanya, apa itu betul ?”Tanya Bu Ani. Betul BU. Habis Santi itu
orang yang paling jahat yang pernah Aminah kenal . hamper setiap hari dia mengganggu,
mengejel dan jahil kepda saya. Saya benar-benar sakit hati kepadanya,”Jawab Aminah.
“ Aminah kamu tidakboleh begitu. Tidak ada gading yang tak retak. Tidak ada manusia yang
sempurna. Setiap orang pasti pernah berbuat salah. Oleh karena itu maafkanlah Santi. Kamu juga
tentu masih ingat kisah Nabi Muhammad yang selalu dijahili oleh orang kafir dengan yang
pernah Ibu berikan bukan ?” Tanya Bu Ani. “ Iya Bu, Jawab Aminah. “Coba gimana
ceritanya,”pinta Bu Ani. “ Saat Itu ada orang kafir yang selalu melemparkan Nabi dengan
kotoran tak kala Nabi berjalan menuju masjid. Namun demikian, nabi tak,marah. Bahkan tatkala
orang tersebut terbaring di rumah sakit, Nabi Muhammad adalah orang yang pertama datang
menjenguknya,” Gitu bu ya ceritanya. “ Ya betul. Ibu harap kamu pun bisa meniru perilaku Nabi
dengan memaafkan Santi .” jawab Bu Ani. “ Ya nak nanti Bapak dan Ibu akan menemanimu
menjenguk temanmu Santi di rumah sakit,” tambah ayahnya Aminah. Bapak dan Ibu, Saya pamit
pulang,” kata Bu Ani. Terika kasih atas kunjungannya dan nasehat Ibu kepada Aminah.” Jawab
Ayahnya Aminah.
Keesokan harinya, pada hari Minggu, Aminah beserta ayah dan ibunya pergi ke rumah sakit
menjenguk Santi. Setibanya di rumah sakit, Sant langsug menangis meminta maaf kepada
Aminah atas perbuatan jahatnya kepadanya. Aminah pun memaafkan dengan tulus dan ikhlas.
Setelah Santi pulang dari rumah sakit dan bias masuk sekolah kembali Santi dan Aminah tidak
lagi bermusuhan. Bahkan kini mereka menjadi sahabat yang saling membantu baik dalam suka
maupun duka.
5. Contoh Storytelling
Cinderella

ONCE there was a gentleman who married, for his second wife, the proudest and most haughty
woman that was ever seen. She had been married before, and already had two daughters who
were exactly like her in all things. He had likewise, by his first wife, a young daughter, but of
unequalled goodness and sweetness of temper, which she took from her mother, who was the
best creature in the world. This sweet little girl missed her mother, who had died, terribly much.

No sooner was the wedding ceremony over, than the new wife began to show herself in her true
colours. She could not bear the goodness of the gentleman’s pretty girl, and especially as she
made her own daughters appear the more horrid. She made her do the meanest jobs in the house.
The girl scoured the dishes and tables, and scrubbed the stepmother’s bathroom, and those of her
daughters. She slept in a little attic, upon a wretched straw bed, while her sisters lay upon beds
with the softest pillows, in fine rooms, with floors covered with beautiful carpets, and walls on which
hung looking-glasses so large that they might see themselves at their full length from head to foot.

The poor girl bore all patiently, and dared not tell her father, who would have been angry with her;
for his new wife ruled him entirely. When the little girl had done her work, she used to go into the
chimney corner, and sit down among cinders and ashes, which led her to be called Cinderwench;
but the youngest stepdaughter, who was not quite so rude and unkind as the eldest, called her
Cinderella. However, Cinderella, dressed in rags was a hundred times prettier than her sisters,
though they were always dressed very richly.

It happened that the king’s son gave a ball, and invited all the finest gentlemen and ladies of the
city. Our young misses’ were also invited, for they were always to be seen at fashionable parties.
They were truly delighted at this invitation, and wonderfully busy in choosing such gowns,
petticoats, and headdresses as might suit them. This was a new trouble to Cinderella, for it was
she who washed and ironed her sisters’ clothes and got all their things ready. Meanwhile, the
sisters talked all day long of nothing but what they should wear to the ball.

“For my part,” said the eldest, “I will wear my red velvet suit with French trimming.”

“And I,” said the youngest, “shall have my usual petticoat; but then, to make amends for that, I will
put on my gold-flowered gown, and my diamond belt, which is far from being the most ordinary
one in the world.”

But in truth, they were still not absolutely sure what would be best to wear to the ball, so they sent
for the best fashion designer they could find to advise on their evening dresses, and they had their
nails manicured at Mademoiselle de la Poche.

Cinderella was likewise called up to them for advice, for she had excellent judgement, and advised
them always for the best, indeed, and offered her services to make up their hair, which they were
very willing she should do. As she was doing this, they said to her: “Cinderella, would you not be
glad to go to the ball?”

“Alas!” Said she. “You only jeer me. It is not for a poor girl like me to go there.”

“You’re quite right,” replied they, “it would make the people laugh to see a Cinderwench at a ball.”

Anyone but Cinderella would have dressed their heads all wrong, but she was very good, and
dressed them perfectly well.

The stepsisters were almost two days without eating, so much were they thrilled and excited. They
broke above a dozen corsets in trying to be laced up tightly, so that they might have a fine slender
shape, and they were continually at their looking-glass. At last the happy day came. They went to
court, and Cinderella followed them with her eyes as long as she could, and when she had lost
sight of them, she fell a-crying.

Just then, her fairy godmother, who used to watch over her secretly, saw her all in tears, and
appeared at her side and asked her what was the matter.

“I wish I could – I wish I could…” She was not able to speak the rest, being interrupted by her tears
and sobbing.

This fairy godmother of hers said to her: “You wish you could go to the ball; is it not so?”

“Y-es,” cried Cinderella, with a great sigh.

“Well,” said her godmother, “be but a good girl, and I will see that you shall go to the ball.” Then
she took her into her secret room, and said to her: “Run into the garden, and bring me a pumpkin.”

Cinderella went immediately to gather the finest she could get, and brought it to her godmother,
not being able to imagine how this pumpkin could make her go to the ball. Her godmother scooped
out all the inside of the big vegetable, leaving nothing but the rind; which done, she struck it with
her wand, and the pumpkin was instantly turned into a fine coach, gilded all over with gold.

She then went to look into her mousetrap, where she found six mice, all alive, and ordered
Cinderella to lift up a little the trapdoor. As each mouse went out, she gave it a little tap with her
wand, and the mouse was that moment turned into a fine horse, which altogether made a very fine
set of six horses of a beautiful mouse-coloured dapple-grey. But they still needed a coachman.

“I will go and see,” said Cinderella, “if there is a rat in the rattrap – we may make a coachman of
him.”

“You’re a smart one,” replied her godmother, “go and look.”


Cinderella brought the trap to her, and in it there were three huge rats. The fairy made choice of
one of the three which had the largest beard, and having touched him with her wand, was turned
into a fat, jolly coachman, who had the smartest whiskers eyes ever beheld.

After that, she said to her: “Go again into the garden, and you will find six lizards behind the
watering can, bring them to me.”

She had no sooner done so but her godmother turned them into six footmen, who skipped up
immediately behind the coach, with their uniforms all bedaubed with gold and silver, and clung
asclose behind each other as if they had done nothing else their whole lives. The fairy then said to
Cinderella: “Well, you have here transport fit to take you to the ball. Are you not pleased with it?”

“Oh yes,” cried she, “but must I go there as I am, in these nasty rags?”

Her godmother only just touched her with her wand, and at the same instant, her clothes were
turned into cloth of gold and silver, all beset with jewels. This done, she gave her a pair of glass
slippers, the prettiest in the whole world. Being thus decked out, she got up into her coach; but her
godmother, above all things, commanded her not to stay until after midnight, telling her at the same
time that if she stayed one moment longer, the coach would be a pumpkin again, her horses mice,
her coachman a rat, her footmen lizards, and her clothes become just as they were before.

She promised her godmother she would not fail to leave the ball before midnight; and then away
she went, scarce able to contain herself for joy. The king’s son who was told that a great princess,
whom nobody knew, was to come, ran out to receive her. He gave her his hand as she alighted
out of the coach, and led her into the ball, among all the company. There was immediately a
profound silence, they left off dancing, and the violins ceased to play, so attentive was everyone
to contemplate the singular beauty of the unknown newcomer.

Nothing was then heard but a confused noise of: “Ah! How lovely she is! Ah! How lovely she is!”

The king himself, old as he was, could not help watching her, and telling the queen softly that it
was a long time since he had seen so beautiful and lovely a creature.

All the ladies were busied in considering her clothes and headdress, that they might have some
made the next day after the same pattern, provided they could meet with such fine material and
as able hands to make them.

The king’s son led her to the most honourable seat, and afterward took her out to dance with him.
She danced so very gracefully that they all more and more admired her. A fine banquet was served
up, of which the young prince ate not a morsel, so intently was he busied in gazing on her.

She went and sat down by her sisters, showing them a thousand polite gestures, giving them part
of the oranges and lemon blossoms which the prince had presented her with, which very much
surprised them, for they did not recognise her. While Cinderella was thus amusing her sisters, she
heard the clock strike eleven and three quarters, whereupon she immediately made a curtsy to the
company and hasted away as fast as she could.

When she got home she ran to seek out her godmother, and after having thanked her, she said
she could not but heartily wish she might go next day to the ball, because the king’s son had
desired her.

As she was eagerly telling her godmother whatever had passed at the ball, her two sisters knocked
at the door, which Cinderella ran and opened.

“How long you have stayed!” Cried she, gaping, rubbing her eyes and stretching herself as if she
had been just woken out of her sleep. She had not, however, any manner of inclination to sleep
since they went from home.

“If you had been at the ball,” said one of her sisters, “you would not have been tired. There came
there the finest princess, the most beautiful ever was seen with mortal eyes. She was a thousand
times nice to us, and gave us orange and lemon blossoms.”

Cinderella seemed very indifferent in the matter, indeed, she asked them the name of that princess,
but they told her they did not know it, and that the king’s son was very uneasy on her account and
would give all the world to know who she was.

At this Cinderella, smiling, replied: “She must then be very beautiful indeed. How happy you have
been! Could not I see her? Ah! Dear Miss Charlotte, do lend me your yellow suit of clothes which
you wear everyday.”

“Aye, to be sure!” Cried Miss Charlotte. “Lend my clothes to such a dirty Cinderwench as you! I
should be a fool.”

Cinderella indeed expected well such answer, and was very glad of the refusal; for she would
have been sadly put to it if her sister had lent her what she asked for jokingly.

The next day the two sisters were at the ball, and so was Cinderella, but
dressed moremagnificently than before. The king’s son was always by her, and never ceased his
compliments and kind speeches to her; to whom all this was so far from being tiresome that she
quite forgot what her godmother had recommended to her; so that she, at last, counted the clock
striking twelve when she took it to be no more than eleven. She then rose up and fled, as nimble
as a deer. The prince followed, but could not overtake her. She left behind one of her glass slippers,
which the prince took up most carefully. She got home but quite out of breath, and in her nasty old
clothes, having nothing left of all her finery but one of the little slippers, fellow to that she dropped.
The guards at the palace gate were asked if they had not seen a princess go out. They replied that
they had seen nobody go out but a young girl, very meanly dressed, and who had more the air of
a poor country wench than a gentlewoman.
When the two sisters returned from the ball, Cinderella asked them if they had been well
diverted, and if the fine lady had been there.

They told her yes, but that she hurried away immediately when it struck twelve, and with so much
haste that she dropped one of her little glass slippers, the prettiest in the world, which the king’s
son had taken up; that he had done nothing but look at her all the time at the ball, and that most
certainly he was very much in love with the beautiful person who owned the glass slipper.

What they said was very true, for a few days after the king’s son commanded it to be proclaimed,
by sound of trumpet, that he would marry the young woman whose foot would perfectly fit the
slipper. He sent out his most trusted advisers from the palace, who began to try it upon the
princesses, then the duchesses and all the court, but in vain. It was then brought to the two sisters,
who each did all that she possibly could to thrust her foot into the slipper, but neither sister could
manage to do so. Cinderella, who saw all this, and knew her slipper, said to them, laughing: “Let
me see if it will not fit me.”

Her sisters burst out a-laughing, and began to tease her. The gentleman who was sent to try the
slipper looked earnestly at Cinderella, and finding her very handsome, said it was only right that
she should try, and that he had orders to let every girl try.

He asked Cinderella to sit down, and putting the slipper to her foot, found it went on very easily,
and fitted her as if it had been made of wax. The astonishment her two sisters were in was
excessively great, but still abundantly greater when Cinderella pulled out of her pocket the other
slipper, and put it on her foot. Thereupon, in came her godmother, who having touched with her
wand Cinderella’s clothes, made them richer and more magnificent than any of those she had
before.

Now her two sisters found her to be that fine, beautiful lady whom they had seen at the ball. They
threw themselves at her feet to beg pardon for all the ill treatment they had dished out to her.
Cinderella took them up, and as she embraced them, cried that she forgave them with all her heart,
and desired them always to love her.

She was brought by carriage to the young prince, dressed as she was. He thought
her morecharming than ever, and a few days after, married her. Cinderella, who was no less good
than beautiful, gave her two sisters rooms in the palace, and that very same day matched them
with two great lords of the court.

The Rabbit and The Turtle


One day a rabbit was boasting about how fast he could run. He was laughing at the turtle for being
so slow. Much to the rabbit’s surprise, the turtle challenged him to a race. The rabbit thought this
was a good joke and accepted the challenge. The fox was to be the umpire of the race. As the
race began, the rabbit raced way ahead of the turtle, just like everyone thought. The rabbit got to
the halfway point and could not see the turtle anywhere. He was hot and tired and decided to stop
and take a short nap. Even if the turtle passed him, he would be able to race to the finish line ahead
of him. All this time the turtle kept walking step by step by step. He never quit no matter how hot
or tired he got. He just kept going.

However, the rabbit slept longer than he had thought and woke up. He could not see the turtle
anywhere! He went at full-speed to the finish line but found the turtle there waiting for him.
The Ant and The Grasshopper
Once upon a time, in one summer’s day there was a grasshopper that was hopping about, cheeping and
singing to its heart’s content In a field. An ant passed by, bearing along with huge toil an ear of corn he was
saving to the nest.

“Why do not you come and enjoy the day with me?” said the grasshopper, “instead of toiling all the
times?”

“I am going to lay up food for the next winter,” said the ant, “and recommend you to do the same with
me.”

“Why should we care about winter?” said the grasshopper; “We have had a lot of foods now.” Yet the
ant kept walking on its way and continued its toil.

When the winter came the grasshopper didn’t have any food and found itself dying of hunger – while it
saw the ant delivering every day, corn and grain from the stores they had collected before. Then the
grasshopper recognized: It is best to prepare well for days of something we need in the future.

Semut dan Belalang

Pada suatu masa, di hari pertama musim panas ada belalang yang melompat-lompat dan bernyanyi sesuka
hati-nya Di lapangan. Seekor Semut lewat, membawa bersamanya jagung yang akan ia tabung untuk
sarang.

“Kenapa kau tidak datang dan menikmati hari dengan saya?” kata Belalang, “bukannya bekerja keras
semua kali?”
“Aku akan berbaring makanan untuk musim dingin berikutnya,” kata Semut, “dan merekomendasikan
Anda untuk melakukan hal yang sama dengan saya.”

“Mengapa kita harus peduli musim dingin?” mengatakan Belalang; “Kami telah memiliki banyak
makanan sekarang.” Namun Semut terus berjalan di jalan dan terus kerja keras nya.

Ketika musim dingin datang belalang tidak memiliki makanan apapun dan menemukan dirinya mati
kelaparan – sementara itu melihat semut memberikan setiap hari, jagung dan gandum dari toko mereka
telah dikumpulkan sebelum. Kemudian Belalang diakui: Cara terbaik adalah untuk mempersiapkan diri
dengan baik untuk hari sesuatu yang kita butuhkan di masa depan.

The Miser
A miser sold all things that he had to buy a lump made of gold, which he buried in a hole in the ground by
the side of an old wall and went to look at daily. One of his workmen noted his frequent visits to the spot
and determined to watch his movements. He soon uncovered the secret of the hidden treasure, and digging
down, came to the lump of gold hidden by a miser, and stole it. On his next visit, the Miser, found nothing
inside the hole and started to tear his hair and to make loud lamentations. A neighbor, looking at him
overcome with grief and learning the cause, said, “Pray, do not grieve so; but go and put a stone in the hole,
and imagine that the gold is still lying there. It will do to you quite the same act; for once the gold was there,
you left it nothing, as you did not make the slightest use of it.”

Si Pelit

Seorang yang kikir menjual seluruh benda yang ia miliki untuk membeli seongkah emas, yang dia timbun
di sebuah lubang bawah tanah di sisi dinding tua dan selalu dia lihat setiap hari. Salah satu pekerja nya
kemudian bertanya – tanya tentang kebiasaan si Pelit yang sering berkunjung ke tempat itu dan bertekad
untuk mengawasi gerak – geriknya. Tak lama setelah itu dia menemukan rahasia harta karun yang
disimpan si Pelit, dan menggali hingga sampai ke bongkahan emas yang disembunyikan oleh si Pelit, dan
mencurinya. Pada kunjungan berikutnya, si Pelit, tidak menemukan apa-apa di dalam lubang dan mulai
menangis dan meratap dengan keras. Seorang tetangga, kemudian menatapnya dan mencoba mengatasi
kesedihannya dan mempelajari penyebabnya, kemudian dia berkata, “Berdoalah, jangan bersedih begitu;
Tapi pergi dan letakkan batu di dalam lubang, dan membayangkan bahwa emasmu masih ada di sana.
Batu ini akan melakukan ke pada anda tindakan yang sama, karena pada waktu emas ada di sana, anda
meninggalkannya begitu saja, karena anda tidak memanfaatkannya barang sedikitpun”.

The Boy Who Cried Wolf


A shepherd-boy, who watched a group of sheep near a village, shocked out the villagers three or four times
by screaming out, “Wolf! Wolf!” and when his neighbors were there to help him,he laughed at them for their
pains.

However the Wolf, truly come at last. The Shepherd-boy, now really in danger, cried in an agony of terror:
“Pray, please come and help me; the Wolf is approaching to kill the sheep”; but no one paid any attention
to his cries, nor rendered any help. The Wolf, having no cause of scary, at his leisure lacerated or destroyed
the whole sheep in group.

There is no believing liars, even when they speak the truth.

Anak Laki – Laki Yang Berteriak Serigala

Seorang anak gembala, yang melihat sekelompok domba di dekat sebuah desa, mengejutkanorang – orang
di desadengan berteriak tiga atau empat kali, “Serigala! Serigala!” dan ketika tetangganya berada datang
ke sana untuk membantunya, dia menertawai mereka yang dengan susah payah datang.

Akan tetapi, serigala benar-benar datang pada akhirnya. Anakg embala itu sekarang benar-benar dalam
bahaya, menangis dalam penderitaankarena terancam: ” Ya Tuhan, datanglah dan bantu saya; Serigal
semakin mendekat untuk membunuh domba”; tapi tidak ada perhatian apapun atau bantuan yang datang
untuk tangisannya; Serigala kemudian tanpa takut menyerang seluruh domba milik pemuda yang ada
dalam kelompok itu.

Tidak adayang percaya dengan pembohong, bahkan ketika mereka berbicara kebenaran.

The Fox and The Crow


One day there was a fox that saw a Crow flying off with a piece of cheese in its beak and settle comfortably
on a branch of a tree.

“That’s my food, because I am a Fox,” Master Reynard said, while he was going to the foot of the tree.

“Good day, Mistress Crow,” he greeted. “How beautiful you are looking today: how glossy your softy
feathers; how bright your sharp eye. I feel sure your voice must surpass that all of other birds, just as your
figure does; let me enjoy one song from you that I may greet you as the Queen of Birds.”

The Crow lifted up her head and croaked her best, but the moment she opened her mouth the piece of
cheese fell down to the ground, and directly snapped up by Master Fox.

“That will do,” he said. “That was all I really wanted. As the substitution for your cheese I will give you a
piece of wise advice for the future: “Do not trust liars.”
Rubah dan Gagak

Suatu hari ada seekor rubah yang melihat gagak terbang dengan sepotong keju di paruhnya dan hinggap
dengan nyaman pada ranting pohon.

“Itu makanan saya, karena saya seekor Rubah,” kata Reynard sambil berjalan menuju ke dasar pohon.

“Selamat siang, Nyonya Gagak,” dia menyapa. “Betapa indahnya anda terlihat hari ini: betapa mengkilap
bulu lembut anda, betapa terang mata tajam anda. Saya merasa yakin suara indah anda pasti melampaui
suara semua burung lain yang ada di sini; biarkan saya menikmati satu lagu dari anda dan kemudian saya
mungkin akan memanggil anda sebagai ratu burung. “

Gagak kemudian mengangkat kepalanya dan mencoba mengeluarkan bunyi terbaiknya, tapi saat ia
membuka mulutnya sepotong keju yang ada di paruhnya jatuh ke tanah, dan langsung ditangkap oleh si
rubah.

“Itu terjadi,” katanya. “Sesungguhnya ini yang benar-benar saya inginkan. Sebagai ganti untuk keju
anda saya akan memberikan nasihat yang bijaksana untuk anda di masa depan.”. Jangan percayai
pembohong “
The Tortoise and the Hare
One day, there was the Hare which was once boasting of his speed before the other animals. “I have never
been beaten,” he said arrogantly, “if i run with my full speed. I challenge everyone here to against me in a
racing.”

The Tortoise replied quietly, “I will accept your challenge.”

“is that a joke?” said the Hare again; “I could dance round you all the way from the start to the finish
spot.”

“Keep your boasting till you win,” the Tortoise answered. “Shall we start?”

So a course was agreed and a starting point was made. at once The Hare darted almost out of sight,
but soon he stopped and to show his contempt for the Tortoise, he lay down to have a nap soundly. The
Tortoise plodded on and plodded on as the time going, and when the Hare awoke from his nap, he was
shocked to see the Tortoise just near the winning-post and could not run up in time to save the race.

Then the Tortoise said: “Slow but steady process will win the race.”

Kelinci dan kura-kura


Suatu hari, ada seekor kelinci yang sedang membualtentang kecepatannya berlari dibandingkan hewan –
hewan lain. “Saya tidak pernah terkalahkan,” katanya angkuh, “jika saya berjalan dengan kecepatan penuh
saya.” Saya menantang semua orang di sini untuk melawan saya di arena balap.”

Kura-kura menjawab dengan tenang, “Aku akan menerima tantanganmu.”

“Apakah ini lelucon?” kata Kelinci lagi; “Aku bisa menari mengelilingimu sepanjang jalan dari awal
sampai titik finish.”

“Teruslah membual sampai kamu menang,” jawab kura-kura. “Bagaimana kalau kita mulai?”

Kemudian peerjanjian disepakati dan titik awal dibuat. Seketika si kelinci melesat hampir tidak terlihat,
tapi ia kemudian berhenti dan menunjukkan penghinaan untuk kura – kura, ia berbaring untuk tidur siang
dengan nyenyak. Seiring waktu berlalu, kura-kura terus berusaha dengan susah payah, dan ketika Kelinci
terbangun dari tidur, ia terkejut melihat kura-kura telah mendekati titik kemenangan dan ia tidak bisa berlari
dalam waktusesingkat itu memenangkan balapan.

Kemudian Kura-kura berkata: “Proses yang lambat tapi stabil akan memenangkan perlombaan.”

The Wolf in Sheep’s Clothing

A Wolf experienced great difficulty in getting at the sheep owing to the vigilance of the shepherd and his
loyal dogs. But in the morning it found the skin of a sheep that had been flayed and thrown aside, so it put
it on over its own pelt and walked down among the sheep.

The Lamb that owned the sheep whose skin wore by the Wolf began to follow the Wolf in the Sheep’s
clothing. So, leading the Lamb a apart, he soon made a meal off her – and not long after this he succeeded
in deceiving the sheep, and eating hearty meals.

Our appearances are deceptive.

Serigala Berbulu Domba

Seekor serigala sedang mengalami kesulitan besar dalam usahanya mendapatkan domba karena
kewaspadaan sang penggembala dan anjing setianya. Tapi di pagi hari itu ia temukan kulit domba yang
telah dikuliti dan dibuang, kemudian ia menutupkan kulit itu pada tubuhnya dan berjalan di antara
domba-domba itu.

Anak dari domba yang kulitnya dikenakan olehserigala mulai mengikutinya.Kemudian,ia menggiring
anak domba tersebut untuk terpisah dari kelompoknya, kemudian dan tidak lama setelah itu dia
berhasil menipu domba, dan mendapakan makanan yang lezat.

Penampilan dapat menipu.


CERITA 1

The Goose with the Golden Eggs

9 Contoh Teks Story Telling Dalam


Bahasa Inggris Beserta Dengan Arti Lengkap

Once upon a time, a man and his wife had the good fortune to have a goose which laid a golden
egg every day. Lucky though they were, they soon began to think they were not getting rich fast
enough.

They imagined that if the bird must be able to lay golden eggs, its insides must be made of gold.
And they thought that if they could get all that precious metal at once, they would get mighty rich
very soon. So the man and his wife decided to kill the bird.

However, upon cutting the goose open, they were shocked to find that its innards were like that of
any other goose!

MORAL: THINK BEFORE YOU ACT –

(Terjemahan)

Suatu hari, seorang pria dan istrinya memiliki nasib baik untuk memiliki angsa yang
menetaskan telur emas setiap hari. Beruntung meskipun mereka, mereka segera berpikir mereka
tidak cukup cepat kaya.

Mereka membayangkan bahwa jika burung mampu bertelur emas, bagian


dalamnya pasti terbuat dari emas. Dan mereka berpikir bahwa jika mereka bisa mendapatkan
semua logam muliasekaligus, mereka akan segera mendapatkan kekayaan Jadi pria dan
istrinya memutuskan untuk membunuh angsa tersebut.

Angsa dengan Telur Emas bagaimanapun,


setelah memotong angsa secara terbuka, merekaterkejut karena
menemukan bahwa jeroan nya sama saja dengan angsa lainya.
MORAL: BERPIKIR SEBELUM BERTINDAK

CERITA II

The Ant and the Dove

9 Contoh Teks Story Telling


Dalam Bahasa Inggris Beserta Dengan Arti Lengkap

One hot day, an ant was searching for some water. After walking around for some time, she came
to a spring. To reach the spring, she had to climb up a blade of grass. While making her way up,
she slipped and fell into the water.

She could have drowned if a dove up a nearby tree had not seen her. Seeing that the ant was in
trouble, the dove quickly plucked off a leaf and dropped it into the water near the struggling ant.
The ant moved towards the leaf and climbed up there. Soon it carried her safely to dry ground.
Just at that time, a hunter nearby was throwing out his net towards the dove, hoping to trap it.

Guessing what he was about to do, the ant quickly bit him on the heel. Feeling the pain, the hunter
dropped his net. The dove was quick to fly away to safety.

(Terjemahan)

Suatu hari yang panas, semut sedang mencari air. Setelah berjalan ke sekitar untuk beberapa
waktu, dia datang ke mata air. Untuk mencapai musim semi, dia harus
memanjat rumput.Sementara membuat jalan ke atas, dia terpeleset dan jatuh ke dalam air.
Dia bisa tenggelam jika burung merpati di atas pohon di dekatnya tidak melihatnya. Melihat
bahwasemut dalam kesulitan, burung merpati cepat memetik daun dan menjatuhkannya ke
dalam airdekat semut berjuang. semut bergerak menuju daun dan naik ke
sana. Segera dilakukan dengan selamat ke tanah kering. Hanya saja, seorang pemburu di
dekatnya membuang jaring ke arahburung merpati, berharap untuk menjebak nya

Menebak-nebak apa yang akan ia lakukan, semut cepat menggigit tumitnya. Merasakan
sakit,pemburu menjatuhkan gawangnya. merpati pun terbang ke tempat yang aman.

CERITA 3

The Ant and the Grasshopper

9 Contoh Teks Story Telling


Dalam Bahasa Inggris Beserta Dengan Arti Lengkap

In a field one summer’s day a Grasshopper was hopping about, chirping and singing to its heart’s
content. An Ant passed by, bearing along with great effort an ear of corn he was taking to the nest.

“Why not come and chat with me,” said the Grasshopper, “instead of toiling and moiling away?” “I
am helping to lay up food for the winter,” said the Ant, “and recommend you to do the same.” “Why
bother about winter?” said the Grasshopper; “we have got plenty of food at present.”

But the Ant went on its way and continued its toil. When the winter came the Grasshopper found
itself dying of hunger, while it saw the ants distributing, every day, corn and grain from the stores
they had collected in the summer.

Then the Grasshopper knew…


MORAL: WORK TODAY AND YOU CAN REAP THE BENEFITS TOMORROW!

(Terjemahan)

Disebuah ladang pada musim panas, seekor belalang melompat-lompat. bersandar dan bernyanyi
dalam hati. Sekor semut berlalu di depan nya. Dengan kemampuan yang besar membawa sebuah
jagung ke sarang nya.

Kenapa tidak datang dan berkata saja padaku? kata seekor belalang .saya membantu meletakkan
makanan untuk musim dingin, kata ssemut. Dan menyarankan mu untuk melakukan hal yang
sama. mengapa khawatir dengan musim dingin? kata belalang. kita punya banyak makanan
sekarang.

Tetapi semut berlalu begitu saja dan melanjutkan pekerjaan nya . ketika musim dingin datang,
belalang hampir mati kelaparan dan melihat semut yang mendistribusikan jagung dan biji-biji
mereka dari toko yang telah dikumpulkan di musim panas. Kemudian belalang pun tau.

Moral : Bersusahpayahlah sekarang dan kamu akan menikmatinya esok.

CERITA 5

Princess Rose and the Golden Bird

9 Contoh Teks Story Telling


Dalam Bahasa Inggris Beserta Dengan Arti Lengkap

Most of us remember and cherish Cinderella as our most favorite character for decades. There are
many more fabulous and cherishing fairytales featuring beautiful characters. There are many
unforgettable and cherishing imaginary characters live forever in everyone’s heart. One such
beautiful and attractive girl is Princess Rose. Princess Rose and the Golden Bird is one of the
unforgettable fairy tales. The tale of the Princess Rose is here.
Once upon a time there lived a beautiful Princess named Rose. She had long, wavy and shiny
golden red hair! She was named perfectly as she loved and adored the roses. She had one glowing
golden bird who will visit her in the evenings.

The princess and the golden bird will sing mesmerizing song, where all people in the kingdom
peacefully sleep with sweet dreams. The bird will begin making the sounds seeing the beautiful
hair of the princess and she will join with the bird. Both of them used to sing lullaby to make people
sleep and keep singing the lullabies until sun rise.

While people lived peacefully, a wicked witch came to know about the golden bird and the hair
color of the princess rose. She cursed the princess and her hair turned ugly black!

As usual, the bird started singing seeing the black hair of the princess and she continued. While
people fell asleep, none of them had sweet dreams; rather they were terrible and fearful. Princess
heard about the nightmare dreams and was so worried!

She asked the golden bird what she should do to turn her hair red. The bird asked her to dip her
hair in rose water and she did. Surprisingly, the hair turned beautiful red with the usual glow.
Undoubtedly, everyone fell asleep hearing the lullaby and had sweet dreams. Knowing this, the
witch cursed again and now removed all rose flowers and petals from the kingdom.

(Terjemahan)

Sebagian besar dari kita ingat dan menghargai Cinderella sebagai karakter yang paling favoritka
mi selama beberapa dekade. Ada banyak lebih–dongeng luar
biasa dan menghargai yangmenampilkan karakter yang indah. Ada banyak yang tak
terlupakan dan menghargai khayalankarakter hidup selamanya di hati setiap
orang. Seorang gadis cantik dan menarik seperti adalahputri Rose. Putri Rose dan Golden Bird a
dalah salah satu dongeng tak terlupakan. Kisah PutriRose adalah di sini.

Alkisah, hiduplah seorang putri cantik bernama Rose. Dia memiliki panjang, bergelombang danm
engkilap keemasan rambut merah! Ia bernama sempurna karena ia mencintai dan memujamawa
r. Dia punya satu burung bercahaya emas yang akan mengunjungi dia di malam hari.

Putri dan golden bird akan menyanyikan lagu yang memesona, dimana semua orang di kerajaan
damai tidur dengan mimpi manis. Burung akan mulai membuat suara melihat rambut indah putrid
an dia akan bergabung dengan burung. Kedua dari mereka digunakan untuk menyanyi lullabyunt
uk membuat orang tidur dan menjaga bernyanyi pengantar tidur sampai matahari terbit.

Sementara orang-orang hidup dengan


damai, seorang penyihir jahat datang untuk tahu tentanggolden bird dan warna rambut putri maw
ar. Dia mengutuk putri dan rambutnya hitam jelek!
Seperti biasa, burung mulai bernyanyi melihat rambut hitam sang putri dan lanjutnya. Sementara
orang-orang jatuh tertidur, tidak
satupun dari mereka memiliki mimpi manis; Sebaliknya merekaadalah mengerikan dan menakut
kan. Putri mendengar tentang mimpi mimpi buruk dan begitukhawatir!

Dia bertanya golden bird apa yang harus dia lakukan untuk mengubah rambut merah. Burungme
mintanya untuk mencelupkan rambutnya dengan air mawar dan dia lakukan. Anehnya, rambutbe
rubah merah biasa cahaya indah. Tidak diragukan lagi, semua
orang jatuh tertidur mendengarlullaby dan memiliki mimpi manis. Mengetahui hal
ini, penyihir mengutuk lagi dan sekarang dihapussemua dan kelopak bunga mawar dari Kerajaan
.

CERITA 6

The Greedy Mouse

9 Teks Short Story Telling Beserta


Arti Dalam Bahasa Inggris

A greedy mouse saw a basket full of corn. He wanted to eat it. So he made a small hole in the
basket. He squeezed in through the hole. He ate a lot of corn. He felt full. He was very happy.

Now he wanted to come out. He tried to come out through the small hole. He could not. His belly
was full. He tried again. But it was of no use.

The mouse started crying. A rabbit was passing by. It heard the mouse’s cry and asked: “Why are
you crying my friend?”

The mouse explained: “I made a small hole and came into the basket. Now I am not able to get
out through that hole.”
The rabbit said: “It is because you ate too much. Wait til your belly shrinks”. The rabbit laughed
and went away.

The mouse fell asleep in the basket. Next morning his belly had shrunk. But the mouse wanted to
eat some corn. So he ate and ate. His belly was full once again. He thought: “Oh! Now I will go out
tomorrow”.

The cat was the next passerby. He smelt the mouse in the basket. He lifted its lid. He ate the
mouse.

(Terjemahan)

Tikus serakah melihat keranjang yang penuh jagung. Dia ingin memakannya. Jadi dia membuatl
ubang kecil di dalam keranjang. Ia diperas melalui lubang. Ia makan banyak jagung. Dia merasa
penuh. Ia merasa sangat bahagia.

Sekarang ia ingin keluar. Dia mencoba untuk keluar melalui lubang kecil. Dia tidak bisa. Perutny
apenuh. Dia mencoba lagi. Tapi itu tidak ada gunanya.

Tikus mulai menangis. Kelinci melewati. Itu mendengar teriakan tikus dan bertanya: “MengapaKa
mu menangis temanku?”

Tikus menjelaskan: “Aku membuat lubang kecil dan datang ke keranjang. Sekarang saya tidakda
pat keluar melalui lubang itu.”

Kelinci berkata: “ini adalah karenakamu makan terlalu banyak. Tunggulah perut mu menyusut”.K
elinci tertawa dan pergi.

Tikus
serakah tertidur di dalam keranjang. Keesokan paginya perutnya telah menyusut. Tapi tikusingin
makan jagung beberapa. Jadi ia makan dan makan. Perutnya itu penuh sekali lagi. Diaberpikir: “
Oh! Sekarang aku akan pergi besok”.

Kucing lah yang berikutnya lewat. Dia mencium bau


tikus di dalam keranjang. Ia mengangkattutupnya. ia makan tikus tersebut.

CERITA 7

Friends
9 Teks Short Story Telling Beserta
Arti Dalam Bahasa Inggris

Bunny rabbit lived in the forest. He had many friends. He was proud of his friends.

One day Bunny rabbit heard the loud barking of the wild dogs. He was very scared. He decided to
ask for help. He quickly went to his friend deer. He said: “Dear friend, some wild dogs are chasing
me. Can you chase them away with your sharp antlers?” Dear said: “That is right, I can. But now I
am busy. Why don’t you ask bear for help?”

Bunny rabbit ran to the bear. “My dear friend you are very strong, please help me. Some wild dogs
are after me. Please chase them away,” he requested the bear.

Bear replied: “I am sorry. I am hungry and tired. I need to find some food. Please ask the monkey
for help”.

Poor Bunny went to the monkey, elephant, goat and all his friends. Bunny felt sad that nobody was
ready to help him.

He understood that he has to think of a way out. He hid under a bush. He lay still the wild dogs
went their way.

(Terjemahan)

Kelinci tinggal di hutan. Dia punya banyak teman. Dia sangat bangga dengan teman–temannya.

Suatu hari kelinci mendengar keras gonggongan anjing liar. Ia adalah sangat ketakutan. Iamemu
tuskan untuk meminta bantuan. Ia dengan
cepat pergi ke teman rusa. Dia berkata: “rusa,beberapa anjing liar mengejar saya. Dapatkah
kamu mengejar mereka pergi dengan tanduk tajammu?” rusa berkata: “itu benar, saya bisa. Tapi
sekarang aku sibuk. Mengapa kamu tidak meminta bantuan beruang?
Kelinci berlari ke beruang. “ teman ku
yang sangat kuat, tolong bantu saya. Beberapa anjing liarmengejar ku. aku Harap
kamu mengejar mereka pergi,”ia meminta beruang.

Beruang menjawab: “saya minta maaf. Saya lapar dan lelah. saya perlu untuk mencari beberapa
makanan. Silakan meminta bantuan monyet “.

Kelinci miskin pergi ke monyet, gajah, kambing dan semua teman–


temannya. Kelinci merasa sedihbahwa tidak ada yang siap untuk membantunya.

Dia mengerti bahwa ia harus memikirkan jalan keluar. Ia bersembunyi di


bawah rerimbunan. Diaberbaring selama anjing liar mengikutinya.

CERITA 8

The Hungry Mouse

9 Contoh Teks Story Telling


Dalam Bahasa Inggris Beserta Dengan Arti Lengkap

A mouse was having a very thought time. She had no food for many days and made strenuous
efforts get her food. All her efforts went in vain. She looked everywhere to find her food. As the
days pass by, she became very thin.

One day, the mouse found a basket with corns. She also noticed a tiny hole in the basket, which
was sufficient enough to move her in. She easily moved inside the hole.
Since she had no foods for many days, she ate a large amount of corn. Without realizing her, she
continuously ate more and more corns. She realized very later that she ate a lot more than she
actually required. After eating a whole lot of corn, she became very fat!

Satisfied with corns, the fat mouse tried to come out of the basket through the small hole.
Unfortunately, the tiny hole could not accommodate the big mouse!!!!

The mouse started screaming ‘Oh god! Let me come out, how can I come out?’

A rat after hearing mouse’s screaming voice from the basket, asked her what happened!

Mouse told the story and asked rat a solution.

Rat told, ‘if you want to come out the basket, wait for sometime or even days to lose your all your
fat until you grow thin.’

Mouse started to starve now but with lots of food to come out of the trap!

Anything too much is good for nothing!

(Terjemahan)

Tikus sedang sangat berfikir. Dia tidak punya makanan selama beberapa hari dan melakukanup
aya yang berat mendapatkan makanan nya. Semua upaya pergi sia-sia. Dia tampak di mana-
mana untuk menemukan makanan. Seperti hari-hari berlalu, ia menjadi sangat tipis.

Suatu hari, tikus menemukan sebuah keranjang dengan jagung. Ia juga melihat lubang kecil dike
ranjang, yang cukup untuk bergerak dia dalam. Dia dengan mudah bergerak di dalam lubang.

Karena ia tidak makanan selama beberapa hari, dia makan sejumlah besar jagung. Tanpamenya
dari , dia terus makan jagung lebih dan lebih. Dia kemudian menyadari bahwa dia makanlebih ba
nyak daripada yang dia diperlukan. Setelah makan seluruh jagung, ia menjadi sangatgemuk!

Puas dengan jagung, tikus mencoba untuk keluar dari keranjang melalui lubang kecil. Sayangny
a, lubang kecil tidak bisa mengakomodasi tikus besar!

tikus mulai berteriak ‘ Oh Tuhan! Biarkan aku keluar, bagaimana saya bisa datang?’

Tikus mendengar suara tikus lain berteriak dari keranjang, bertanya apa yang terjadi!

tikus menceritakan kisahnya dan meminta solusi tikus lainya.

Tikus mengatakan, ‘jika kamu ingin keluar keranjang, tunggulah sampai lemak mu habis dan
kamu kurus.

tikus mulai kelaparan dengan perangkap banyak makanan sekarang.


CERITA 9

The Fox and the Grapes

9 Teks Short Story Telling


Beserta Arti Dalam Bahasa Inggris

One afternoon a fox was walking through the forest and spotted a bunch of grapes hanging from
over a lofty branch. “Just the thing to quench my thirst,” quoted the fox.

Taking a few steps back, the fox jumped and just missed the hanging grapes. Again the fox took
a few paces back and tried to reach them but still failed.

Finally, giving up, the fox turned up his nose and said, “They’re probably sour anyway,” and
proceeded to walk away.

MORAL: IT’S EASY TO DESPISE WHAT YOU CANNOT HAVE.

(Terjemahan)

Suatu sore rubah sedang berjalan melalui hutan dan melihat sekumpulan anggur yangmenggant
ung dari cabang tinggi. “Hanya hal untuk memuaskan kehausan saya,” dikutip rubah.

Mengambil beberapa langkah kembali, rubah melompat dan hanya merindukan anggur gantung.
Lagi rubah mengambil beberapa langkah kembali dan mencoba untuk mencapai mereka namun
masih gagal.

singkat
cerita, ia menyerah, rubah memunculkan hidungnya dan mengatakan, “mereka mungkinasam ,”
dan terus berjalan pergi.
MORAL: SANGAT MUDAH UNTUK MEMBENCI APA YANG TIDAK ANDA MILIKI.
STORY 1
The Lion and the Mouse

Once when a lion, the king of the jungle, was asleep, a little mouse began running up and down on him.
This soon awakened the lion, who placed his huge paw on the mouse, and opened his big jaws to
swallow him.

“Pardon, O King!” cried the little Mouse, “Forgive me this time. I shall never repeat it and I shall never
forget your kindness. And who knows, I may be able to do you a good turn one of these days!”

The Lion was so tickled by the idea of the mouse being able to help him that he lifted his paw and let
him go.

Sometime later, a few hunters captured the lion, and tied him to a tree. After that they went in search
of a wagon, to take him to the zoo.

Just then the little mouse happened to pass by. On seeing the lion’s plight, he ran up to him and gnawed
away the ropes that bound him, the king of the jungle.

“Was I not right?” said the little mouse, very happy to help the lion.

10 Teks Short ‘Story Telling’ Paling


Menarik Dari Yang Lain

ketika singa, raja hutan, sedang tidur, tikus kecil mulai berjalan naik dan turun kepadanya. singa
segera terbagun, dan menempatkan tangan nya di dekat
tikus, dan membuka rahangnya besar untuk menelandirinya.

“ampun,, tuanku raja!” seru tikus kecil, “Maafkan saya kali ini. Saya tidak akan ulangi itu dan saya tida
kpernah lupa kebaikan Anda. “Dan siapa tahu, saya bisa melakukan hal baik untuk anda!”
Singa ini jadi menggelitik oleh gagasan tikus
yang mampu membantu dia bahwa ia mengangkat tangan danmembiarkannya pergi.

Beberapa
waktu kemudian, beberapa pemburu menangkap singa, dan diikat ke sebuah pohon. Setelah itumere
ka pergi mencari sebuah gerobak, untuk membawanya ke kebun binatang.

singkat
cerita kemudian tikus kecil kebetulan lewat. Melihat penderitaan sang singa, ia berlari kepadanyadan
menggerogoti dari tali yang diikatkan ke sang raja hutan.

“Apakah saya tidak benar?” kata tikus kecil, dengan senang hatimembantu singa.

STORY 2

The Monkey and the Crocodile

It was a beautiful lake surrounded by lush green grasses, beautiful trees, mountains and sweetest,
tastiest jamun trees. There lived a monkey on one of the jamun trees located near the lake.

The lake also had a few crocodiles. There was one crocodile that used to collect the jamun fruits from
the lake that fall from the tree.

As the crocodile visits the jamun trees every day, it became friends with Monkey. Crocodile and monkey
met every day. The monkey helped crocodile by providing more and fresh jamun fruits from the tree.
Their relationship continued and they became close pals.
One day, the monkey asked the crocodile to give some jamun fruits to his wife and family as the fruits
weremore delicious. The crocodile agreed and took a lot of jamun fruits to his wife.
His wife was so happy and surprised that she never ate so delicious fruits, so far. She inquired her
husband, where he got those fruits. The crocodile told her, his friend, monkey who lives in a Jamun tree
gave these for him.

The wife crocodile made a plan in her mind. She asked her husband, ‘Does your friend eat these fruits
every day?’ The crocodile replied yes. She added, ‘Oh my goodness. These are the sweetest fruits we
ever ate. Imagine how delicious the monkey’s heart would be if he eat these fruits daily! I need the heart
of your friend. Can you please bring it for me?’

The crocodile was shocked to hear it from his wife. He replied, ‘But he is my close friend. I can’t do this
to him.’

The wife crocodile told him, ‘don’t worry. You bring him here. I will then take care! Or else, you may try
to push him down into the water if he doesn’t know swimming!’

After a long time, the crocodile agreed to bring monkey to his wife.
The very next day, crocodile invited monkey to join them for lunch and asked for his favorite foods.
Monkey happily agreed to be the guest and but worried that the monkey did not know how to swim in
the lake.

Crocodile on thinking about monkey’s sorrow, pleased monkey and told him, ‘Don’t worry. I will carry
you on my back and will take you back safely too!’

The monkey accepted and crocodile rode him to his home on his back on the water. As they reached
half way, the crocodile tried to push monkey down into the water. However, monkey held the crocodile
tightly and did not fall. Monkey got suspicious about crocodile’s act and asked him to tell the truth.

Since crocodile believed him as his good friend, he told about the conversation and the fight his wife
had with him and he was taking monkey to eat his heart!

The intelligent monkey said, ‘Oh my dear friend, you should have told me this earlier. I left my heart on
one of the branches of the tree as I won’t carry it if I travel long. If you take me back, I can give you my
heart.’

Crocodile accepted and rode the monkey back to the lake. As they reached the tree where the monkey
lived, the monkey climbed quickly and escaped from the crocodile.

He shouted at crocodile, ‘I thought you as a good friend, but you cheated me. I will never come back
and never be your friend.’

The crocodile understood his mistake and returned back home empty handed, losing a good friend
indeed.

10 Teks Short ‘Story Telling’ Paling


Menarik Dari Yang Lain

Itu adalah sebuah danau yang indah, dikelilingi oleh rumput hijau yang subur, pohon-
pohon yang indah,gunung dan POHON jamun manis, paling
lezat. Hiduplah monyet di salah satu pohon jamun terletak di dekat Danau.

Danau ini juga memiliki beberapa buaya. Ada satu buaya yang digunakan untuk mengumpulkan buah
-buahan jamun dari danau yang jatuh dari pohon.
Seperti buaya Mengunjungi pohon jamun setiap hari, itu menjadi teman dengan monyet. Buaya dan
monyetbertemu setiap hari. Monyet membantu buaya dengan menyediakan lebih
banyak dan segar jamun buahdari pohon. Hubungan mereka berlanjut dan mereka menjadi teman-
teman dekat.

Suatu hari, monyet bertanya buaya untuk memberikan jamun beberapa buah-
buahan untuk istri dankeluarga sebagai buah yang lebih lezat. Buaya setuju dan mengambil banyak j
amun buah-buahan kepadaistrinya.

Istri nya begitu bahagia dan terkejut bahwa ia tidak pernah makan buah-
buahan begitu lezat, sejauh ini. Diabertanya suaminya, di mana ia mendapat buah-
buah itu. Buaya mengatakan dia, teman, monyet yangtinggal di sebuah pohon Jamun memberikan ini
untuknya.

istri
buaya membuat rencana dalam pikirannya. Dia bertanya kepada suaminya, ‘Apakah teman Andamak
an buah-buahan ini setiap hari?’ Buaya menjawab ya. Ia menambahkan, ‘
Oh Ya ampun. Ini adalahbuah-
buahan manis yang pernah kita makan. Bayangkan bagaimana lezat jantung monyet jika ia makanbu
ah-buahan ini setiap
hari! Aku butuh jantung teman Anda. Dapat Anda silakan membawa itu bagi saya?’

Buaya terkejut mendengar dari istrinya. Ia menjawab, ‘ tapi dia teman dekat saya. aku tidak
dapatmelakukan ini kepadanya.’

istri buaya berkata kepadanya, ‘ jangan khawatir. Anda membawa dia di sini. Saya mengambil
kendali!Atau, Anda dapat mencoba untuk mendorong dia ke air jika ia tidak tahu kolam!’

Setelah waktu yang lama, buaya sepakat untuk membawa monyet kepada istrinya.

Keesokan harinya, buaya diundang monyet untuk bergabung dengan mereka untuk makan
siang danmeminta makanan favorit nya. Monyet bahagia setuju untuk menjadi tamu tetapi khawatir b
ahwa monyettidak tahu bagaimana untuk berenang di danau.

Buaya berpikir tentang kesedihan monyet, monyet dengan gembira dan berkata kepadanya, ‘
jangankhawatir. Aku akan membawa Anda di punggung saya dan akan membawa Anda kembali den
gan aman !’

Monyet diterima dan buaya naik dia ke rumahnya di punggungnya di atas air. Mereka mencapai seten
gahjalan, buaya berusaha menekan monyet ke
dalam air. Namun, monyet berpegangan erat dan tidak jatuh.Monyet curiga tentang undang-
undang buaya dan memintanya untuk mengatakan kebenaran.

Sejak buaya percaya dia sebagai sahabat–Nya, ia menceritakan percakapan bersama istrinya yang
akan memakan hatinya

Monyet cerdas berkata, ‘ Oh teman ku sayang, Anda harus nya mengatakan


kepada saya sebelumnya. Akumeninggalkan hatiku di salah satu cabang-
cabang pohon karena saya tidak akan membawa itu jika sayamelakukan
perjalanan panjang. Jika Anda membawa saya kembali, saya dapat memberikan hati saya.’
Buaya terima dan monyet
naik kembali ke danau. Mereka mencapai pohon tempat tinggal monyet, monyetnaik dengan
cepat dan melarikan diri dari buaya.

Dia berteriak buaya, ‘


saya pikir Anda sebagai teman yang baik, tetapi Anda menipu saya. Saya tidak akanpernah datang k
embali dan tidak pernah menjadi teman Anda.’

Buaya memahami kesalahannya dan pulang dengan tangan kosong, ia kehilangan teman baiknya.

STORY 3

The Eagle Who Lived Like a Hen

In a forest an eagle lived on a tree. It had built a nest wherein to lay its eggs. There the eagle would
hatch its eggs all through the day.

Under the same tree there lived a hen. The hen had also laid eggs during the same period when the
eagle had laid its eggs.

One day, while the eagle had gone for hunting, a bear climbed up the tree to eat the eagle’s eggs. The
bear had finished three of the eggs when the fourth one slipped off its hands and fell into the hen’s nest.
On returning, the eagle could not find her eggs. Feeling terribly upset, she decided to leave the place.

The hen which lived under the tree saw the eagle’s egg by the side of her eggs. She felt eggs pity on
the eagle’s egg, and decided to hatch it too. After a few days, the hen’s chicks hatched. The eagle’s
chick hatched, too.

The hen would feed all the chicks, including the eagle’s chick, as if it were her own. Soon the chicks
began to grow.

The young chicks would listen to their mother’s sounds and try to imitate her. The eagle’s chick also
picked up the hen’s sounds. The chicks would all play together and make lots of noise.

Within no time the hen’s chicks as well as the eagle’s chick grew up to their full size. The eagle’s chick
never realized that it was an eagle and not a hen. Considering itself a hen, the eagle would. eat hen’s
food, would walk and run like other hens and would make sounds like hens. The eagle never learnt to
fly like other eagles and lived its whole life like a hen only.
10 Teks Short ‘Story Telling’ Paling Menarik Dari
Yang Lain

Di hutan elang tinggal di sebuah pohon. Ia telah membangun sarang untuk meletakkan telurnya. Ada
elangakan menetas telurnya sepanjang hari.

Di
bawah pohon yang sama hiduplah ayam. Ayam juga telah meletakkan telur selama periode yang sam
aketika elang telah meletakkan telurnya.

Suatu hari, saat elang telah pergi untuk berburu, beruang memanjat pohon dan mengambil telur
elang.Beruang telah selesai memakan tiga telur dan sisa satu kemudian ia menyelinap pergi telur yag
ia bawajatuh ke dalam sarang
ayam. saat kembali, elang tidak bisa menemukan telurnya. Merasa sangat kecewa,dia memutuskan u
ntuk meninggalkan tempat itu.

Ayam yang hidup di bawah pohon melihat telur elang di sisi telurnya. Dia merasa kasihan dengan
telur elang, dan memutuskan untuk menetasinya . Setelah beberapa hari, ayam anak
ayam menetas. begitu juga dengan telur elang.

Ayam pun memberi makan semua anak ayam termasuk anak elang seolah-olah anaknya sendiri, anak
ayam pun mulai tumbuh.

Ayam muda akan mendengarkan suara ibu mereka dan mencoba untuk menirunya. anak elang pun
mencobanya. Anak ayam pun bermain bersama dan membuat banyak kebisingan.

Dalam waktu singkat ayam ayam serta anak elang dibesarkan untuk ukuran penuh mereka. anak
elangtidak pernah menyadari bahwa dia adalah sebuah elang dan bukan ayam. ia pun
mempertimbangkan dirinya seperti ayam. Elang tidak
pernah belajar untuk terbang seperti elang lain dan menghabiskan seluruhhidupnya seperti ayam
STORY 4

The Cows and The Lion.

There was a village near a jungle. The village cows used to go up to the jungle in search of food.

In the forest there lived a wicked lion. He used to kill a cow now and then and eat her. This was
happening for quite sometime. The cows were frightened.

One day, all the cows held a meeting. An old cow said, “Listen everybody, the lion eats one of us only
because we go into the jungle separately. From now on we will all be together”.

From then on all the cows went into the jungle in a herd. When they heard or saw the lion all of them
unitedly moo and chased him away.

10 Teks Short ‘Story Telling’ Paling


Menarik Dari Yang Lain

Ada sebuah desa dekat hutan. Sapi desa yang digunakan untuk pergi ke hutan untuk
mencari makanan.

Di hutan hiduplah singa jahat. Ia digunakan untuk membunuh sapi kemudian Memakan nya. Ini terjadi
sangat sering sehingga. Sapi ketakutan.

Suatu hari, Semua sapi mengadakan pertemuan. Sapi tua berkata, “kata semua
orang, singa makan salah satu dari kita hanya karena kita pergi ke dalam hutan secara
terpisah. Sekarang kita semua akan bersama-sama”.

Dari semua sapi pergi ke hutan di kawanan. Ketika mereka mendengar atau melihat singa mereka se
muaberkata moo dan mengusir nya.

STORY 5

The Crow and The Eagle.


There lived a crow on a tree top. Everyday he used to watch with utter wonder the acts of an eagle.

The eagle had a nest high up on a mountain. He used to swoop down from there to get hold of a lamb
and fly up again and all in one go.

The crow was amazed by the feat of the eagle.

One day he was so excited that he wanted to imitate the eagle. So up he flew as high as he could. From
there he began to swoop down. He came down and down. But alas, he could not control himself. He
crashed on the ground and broke his beak.

10 Teks Short ‘Story Telling’ Paling


Menarik Dari Yang Lain

Hiduplah gagak di atas pohon. Setiap


hari ia digunakan untuk menonton dengan mengucapkan herantindakan elang.

Elang memiliki sarang tinggi di gunung. Ia digunakan untuk menukik dari sana untuk mendapatkan se
ekordomba dan terbang lagi dan terus seperti itu

Gagak kagum dengan prestasi elang.

Suatu hari ia begitu gembira bahwa ia ingin meniru elang. Jadi ia terbang tinggi sebisanya. Dari sana
iamulai menukik. Dia datang turun. Tapi sayangnya, dia tidak bisa mengendalikan diri. Ia jatuh pada t
anah danpecah paruhnya.

STORY 6

The Cat and The Fox


A cat and a fox were once discussing about hounds.

The cat said, “I hate hounds. They are very nasty animals. They hunt and kill us”.

The fox said, “I hate hounds more than you”. .

The cat asked, “How do you save yourself from hounds?”

The fox replied, “There are many tricks to get away from hounds”.

The cat asked “Can you say what your tricks are?”

“They are very simple”, said the fox. He added, “I can hide behind thick bushes. I can run along thorny
hedges. I can hide in burrows. There are many more such tricks”.

Now it was the turn of the fox to ask the cat about her tricks.

The fox asked, “How many tricks do you know?”

The cat replied, “I know just one trick”.

The Fox sneered, “Oh! How sad! You know only one trick? What is your trick?”

The cat was about to answer. But, she found a flock of hounds fast approach. She said, “I am going to
do it now. Because the hounds are coming”.

Saying these words, the cat ran up a nearby tree safe from the hounds. The fox tried all his tricks but
the hounds out beat him. “My one trick is better than all his tricks”, said the cat to herself.

10 Teks Short ‘Story Telling’ Paling


Menarik Dari Yang Lain

Kucing dan rubah sekali membahas tentang hounds.


Kucing berkata, “Aku benci hounds. Mereka adalah hewan yang sangat jahat. Mereka berburu danme
mbunuh kita”.

Rubah berkata, “Aku benci hounds lebih dari Anda”. .

Kucing bertanya, “Bagaimana Anda menyimpan diri dari hounds?”

Rubah menjawab, “Ada banyak trik untuk mendapatkan dari hounds”.

Kucing bertanya “Bisakah Anda katakan apa trik Anda?”

“Mereka sangat sederhana”, kata fox. Dia menambahkan, “saya dapat bersembunyi di balik semak-
semaktebal. Saya dapat bersembunyi di Liang. Ada banyak trik lagi “.

Sekarang gantian rubah yang bertanya pada trik kucing

Rubah bertanya, “berapa trik yang Anda tahu?”

Kucing menjawab, “Aku tahu hanya salah satu trik”.

Rubah sneered, “Oh! Betapa menyedihkan! Anda tahu hanya salah satu trik? Apakah trik Anda?”

Kucing hendak menjawab. Tapi, ia menemukan kawanan hounds pendekatan cepat. Dia berkata, “Ak
u akanmelakukannya sekarang. Karena hounds datang”.

Mengatakan kata-kata ini, kucing berlari menuju sebuah pohon


yang aman dari hounds. Rubah mencobasemua trik tetapi hounds keluar memukulnya. “Saya adalah
salah satu trik yang lebih baik daripada semuatrik”, kata kucing untuk dirinya sendiri.

STORY 7

The Dog and The Cows


The cows used to eat hay from the manger. One day a herd of cows came to the manger to eat hay.
They saw a dog lying on the hay in the manger.

One of the cows pleaded, “Please, will you get up! We are hungry. We have to eat our hay”. The dog
did not take heed of it.

Once again another cow pleaded, “Please, let us have our hay”. The dog snarled and the cow
stepped back.

A wise cow ran up to the bull and told him the matter.

The bull came and requested, “Get out, please! Let them have their food”. There was no reply. The
bull became angry. He bellowed loudly and stamped his legs. The dog got frightened and ran for his
life.
10 Teks Short ‘Story Telling’
Paling Menarik Dari Yang Lain

Sapi yang digunakan untuk makan jerami dari palungan. Satu hari kawanan sapi datang ke palungan
untukmakan jerami. Mereka melihat seekor anjing yang berbaring di atas jerami di dalam palungan.

Salah satu sapi memohon, “Silakan, engkau akan bangun! Kami sangat lapar. Kita harus makan jera
mikami”. Anjing tidak mengambil pelajaran dari itu.

Sekali lagi memohon sapi yang lain, “Tolong, beritahu kami memiliki jerami kami”. Anjing geram dan s
apimelangkah kembali.

Sapi bijaksana berlari ke lembu jantan dan menyuruhnya masalah.

Banteng datang dan meminta, “keluar, silakan! Biarkan mereka memiliki makanan mereka”. Ada tidak
adajawaban. Lembu
jantan menjadi marah. Dia berteriak keras dan dicap kakinya. Anjing mendapat ketakutandan berlari u
ntuk hidupnya.

STORY 8

The Dog and The Donkey


There lived a dog and a donkey in a house of a rich man. The dog guarded his house and the donkey
carried loads for him.

It was a hot afternoon. The dog was sleeping under the shady veranda. There was some noise
outside. The dog just lifted up his head and went back to sleep.

The donkey asked, “Why don’t you bark. It could be thieves”. The dog replied, “Mind your own
business”. But the donkey would not listen. He wanted to save his master from thieves. He started to
bray.

The master who was sound asleep got wild with the donkey and came running out with a stick and
gave hard beatings to the donkey.
10 Teks Short ‘Story Telling’ Paling
Menarik Dari Yang Lain

Hiduplah seekor anjing dan seekor keledai di rumah orang kaya. Anjing menjaga rumahnya dan keled
ai yangmembawa beban baginya.

pada suatu sore yang panas. Anjing sedang tidur di bawah Beranda
yg teduh. Ada beberapa kebisingan di luar. Anjing hanya mengangkat kepalanya dan kembali tidur.

Keledai bertanya, “Mengapa tidak Anda lihat. Ini bisa menjadi pencuri”. Anjing menjawab, “Pikiran bis
nisAnda sendiri”. Tetapi keledai tidak mau
mendengarkan. Dia ingin menyelamatkan tuannya dari pencuri. Diamulai bergerak.

pemiliknya yang sedang tidur terkejut karena keledai dan kemudian memukulnya dengan sebuah
tongkat.

STORY 9

The Dove and The Ant


Once, a dove saw an ant struggling in the water.

He took pity on the ant and threw down a leaf.

The ant climbed on to the leaf and reached the shore safely.

After some days, the ant saw the hunter aiming an arrow at the dove flying above.

He wanted to save the dove. So, he bit the hunter’s leg.

The hunter missed his aim and the dove flew safely.
10 Teks Short ‘Story Telling’ Paling
Menarik Dari Yang Lain

Sekali, Merpati melihat semut berjuang di dalam air.

Dia kasihan semut dan merobohkan daun.

Semut naik pada daun dan mencapai pantai dengan aman.

Setelah beberapa hari, semut melihat pemburu bertujuan panah Merpati terbang di atas.

Dia ingin menyelamatkan burung merpati. Jadi, ia sedikit pemburu kaki.

Pemburu kehilangan tujuannya dan Merpati terbang dengan aman.

STORY 10

The Foolish Donkey

A salt seller used to carry the salt bag on his donkey to the market every day. On the way they had to
cross a stream. One day the donkey suddenly tumbled down the stream and the salt bag also fell into
the water. The salt dissolved in the water and hence the bag became very light to carry. The donkey
was happy.

Then the donkey started to play the same trick every day. The salt seller came to understand the trick
and decided to teach a lesson to it. The next day he loaded a cotton bag on the donkey. Again it
played the same trick hoping that the cotton bag would be still become lighter.

But the dampened cotton became very heavy to carry and it suffered much. It learnt a lesson.
Afterwards it did not play the trick and the seller was happy.
10 Teks Short ‘Story Telling’ Paling
Menarik Dari Yang Lain

Penjual garam membawa tas garam


dan keledainya ke pasar setiap hari. Dalam perjalanan mereka harusmenyeberang sungai. Suatu hari
, keledai tiba-tiba jatuh menuruni sungai dan tas garam juga jatuh ke
dalamair. Garam terlarut dalam air dan karenanya tas menjadi sangat ringan untuk dibawa. Keledai p
un bahagia.

Kemudian keledai mulai bermain trik yang sama setiap hari. Penjual garam datang untuk memahami t
rikdan memutuskan untuk memberi
pelajaran. Hari berikutnya ia dimuat tas katun atas keledai. Lagi itudimainkan trik yang sama berharap
bahwa tas katun akan masih menjadi lebih ringan.

Tetapi kapas yang dibasahi menjadi sangat berat untuk dibawa . Ia belajar pelajaran. Setelah
itu ia tidakbermain trik dan penjual bahagia.
The Origin of the city Surabaya

Once upon a time, there were two animals, Sura and Baya. Sura was the name of a shark and
Baya was a crocodile. They dwelled in an ocean
Once Sura and Baya were looking for some nourishment. Abruptly, Baya saw a goat.

“Yummy, this is my lunch,” said Baya.


“No way! This is my midday meal. You are greedy” said Sura. Then they battled for the goat.
After several hours, they were very exhausted.

Feeling exhausted of battling, they lived in the different places. Sura dwelled in the water and
Baya dwelled in the land. The border was the sandy shore, so they would never battle afresh.
One day, Sura went to the land and looked for some nourishment in the stream. He was very
famished and there was not much nourishment in the sea. Baya was very furious when he knew
that Sura broke the pledge.

They fought afresh. They both hit each other. Sura bit Baya's tail. Baya did the same thing to
Sura. He bit very hard until Sura eventually provided up and A went back to the sea. Baya was
happy

Terjemahan:
Asal Usul Kota Surabaya

Sekali waktu, ada dua binatang, Sura dan Baya. Sura adalah nama hiu dan Baya adalah buaya.
Mereka berdiam di lautan
Setelah Sura Baya dan sedang mencari beberapa makanan. Tiba-tiba, Baya melihat seekor kambing.

"Yummy, ini adalah makan siang," kata Baya.


"Enak saja! Ini adalah makan siang saya. Anda serakah "kata Sura. Kemudian mereka berjuang
untuk kambing. Setelah beberapa jam, mereka sangat kelelahan.

Merasa lelah dari berjuang, mereka tinggal di tempat yang berbeda. Sura berdiam di dalam air dan
Baya berdiam di negeri itu. Perbatasan adalah pantai berpasir, sehingga mereka tidak akan
bertempur lagi.
Suatu hari, Sura pergi ke tanah dan mencari beberapa makanan di sungai. Dia sangat lapar dan tidak
ada banyak makanan di laut. Baya sangat marah ketika ia tahu bahwa Sura pecah janji.

Mereka berjuang lagi. Mereka berdua saling memukul. Sura sedikit ekor Baya itu. Baya melakukan
hal yang sama ke Sura. Dia menggigit sangat keras sampai Sura akhirnya disediakan dan A kembali
ke laut. Baya senang
torytelling Pendek The Lonely Landy
One day, there was a porcupine named Landy. He was lonely. No one wanted to play with him,
because they were afraid of his spike.

“Dear Landy. We don’t want to play with you because your spikes are too sharp. We don’t want
you to hurts us,” said Cici the rabbit one day.

“Cici is right, Landy. It is not because you’re bad or rude to us, no, Landy. Just because of your
spikes. They will stab us if we close to you,” said Tito the rooster.

Landy felt lonely. Landy spent most of the time day dreaming at the river bank, “I would be happy
if there were no spikes on my body.”

Suddenly, Kuku the turtle appeared from the river. He came to Landy and said, “Landy, what are
you thinking of?”

“Oh, nothing,” Landy replied.

“Don’t lie to me, Landy! Who knows I can help you,” said Kuku wisely. Then he sat beside Landy.
He wasn’t afraid of Landy’s spikes.

Shortly, Landy told his problem. Kuku nodded his head. He said, “Poor you. But it isn’t your fault.
I know, your spikes are very useful and helpful for you. They will realize it someday. Trust me!”

“Thanks, Kuku. You are my best friend.”

One day, Koko the frog held his birthday party. He invited all his friends, including Landy. But he
decided not to come. He didn’t want to mess up the party.

“I’ll come with you Landy. I’ll tell everyone that you’re harmless,” said Kuku. Finally Landy attended
the party. Everyone enjoyed it.

Suddenly Tito screamed, “Help….help.…! The evil wolf is coming. Save yourself!” Then, everyone
saved their lives, except Kuku and landy. Kuku pulled his head and his leg into his shell. And Landy
rolled his body into a ball.

Unintentionally, the evil wolf touched Landy. Of course, the spike pricked him. He screamed,
“Ouch!” Since his foot was bleeding, he didn’t chase Landy’s friends any longer. Then, he ran
away.
“Horray….horray….! Long live Landy! He saved our lives,” said Cici and her friends. They thanked
him from then on. Landy wasn’t lonely anymore.

***

Storytelling Pendek The Lonely Landy Terjemahan


Suatu hari, ada seorang bernama landak Landy. Dia kesepian. Tidak ada yang ingin bermain
dengannya, karena mereka takut lonjakan nya.

"Ya Landy. Kami tidak ingin bermain dengan Anda karena Anda terlalu paku tajam. Kami tidak
ingin Anda menyakiti kita, "kata Cici kelinci satu hari.

"Cici benar, Landy. Ini bukan karena Anda buruk atau kasar kepada kami, tidak, Landy. Hanya
karena paku Anda. Mereka akan menusuk kita jika kita dekat dengan Anda, "kata Tito ayam.

Landy merasa kesepian. Landy menghabiskan sebagian besar hari waktu bermimpi di tepi sungai,
"Saya akan senang jika tidak ada paku di tubuh saya."

Tiba-tiba, Kuku kura-kura muncul dari sungai. Dia datang ke Landy dan berkata, "Landy, apa yang
Anda pikirkan?"

"Oh, tidak," jawab Landy.

"Jangan berbohong padaku, Landy! Siapa tahu aku bisa membantumu, "kata Kuku bijak.
Kemudian dia duduk di samping Landy. Dia tidak takut lonjakan Landy.

Tak lama, Landy mengatakan masalahnya. Kuku mengangguk kepalanya. Dia berkata, "Kasihan
kamu. Tapi itu bukan salahmu. Aku tahu, paku Anda sangat berguna dan membantu bagi Anda.
Mereka akan menyadari suatu hari nanti. Percayalah! "

"Terima kasih, Kuku. Anda adalah teman terbaik saya. "

Suatu hari, Koko katak mengadakan pesta ulang tahunnya. Dia mengundang semua teman-
temannya, termasuk Landy. Tapi dia memutuskan untuk tidak datang. Dia tidak ingin
mengacaukan pesta.

"Aku akan datang dengan Anda Landy. Aku akan memberitahu semua orang bahwa Anda tidak
berbahaya, "kata Kuku. Akhirnya Landy menghadiri pesta. Semua orang menikmatinya.
Tiba-tiba Tito berteriak, "Bantuan .... membantu ....! Kejahatan serigala datang. Menyelamatkan
diri! "Lalu, semua orang menyelamatkan hidup mereka, kecuali Kuku dan landy. Kuku menarik
kepalanya dan kakinya ke dalam cangkangnya. Dan Landy digulung tubuhnya menjadi bola.

Secara tidak sengaja, serigala jahat menyentuh Landy. Tentu saja, lonjakan ditusuk dia. Dia
berteriak, "Aduh!" Karena kakinya berdarah, dia tidak mengejar teman Landy lagi. Kemudian, dia
lari.

"Horray .... Horray ....! Hidup Landy! Dia menyelamatkan hidup kita, "kata Cici dan teman-
temannya. Mereka mengucapkan terima kasih dari saat itu. Landy tidak kesepian lagi.
Story Of “Bau Nyale”
Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan di Lombok yang dipimpin oleh
seorang raja yang bernama Raja Tonjang Beru. Dia adalah seorang raja yang
sangat bijak. Dia memiliki seorang istri yang bernama Dewi Seranting. Dia juga
memiliki seorang putri yang bernama Putri Mandalika. Dikatakan bahwa Putri
Mandalika adalah putri tercantik di seluruh pulau. Semua orang tahu tentang
kecantikan dan kebaikan dari Putri Mandalika, bahkan orang dari kerajaan lain di
sekitar pulau.
Pangeran dari berbagai tempat ingin menikahinya. Satu persatu, mereka datang
untuk melamarnya. Putri Mandalika adalah gadis yang baik. Dia benci membuat
orang sedih. Jadi, ketika semua pangeran itu datang untuk melamarnya, dia
menjadi sangat bingung. Dia tidak bisa memutuskan, dan dia mau membuat
mereka sedih. Dia juga tidak ingin menyebabkan perang karena dirinya.
Untuk menyelesaikan masalah itu, Raja Tonjang Beru lalu mengadakan sebuah
kompetisi Pantai Seger Kuta. Dia meminta semua pangeran itu untuk bertanding
dalam pertandingan memanah. Peraturannya sangat sederhana; siapaun yang
memanah dengan tepat akan diterima sebagai suami Putri Mandalika. Satu per
satu, mereka mengeleuarkan kemampuan terbaiknya. Setelah cukup lama, tidak
ditemukan pemenangnya.
Karena tidak ada pemenangnya, semua peserta mulai bertengkar. Mereka merasa
yang terbaik. Pertengkaran semakin panas. Akhirnya, mereka semua bertengkar.
Dengan cepat, pertengkaran itu menjadi semakin besar. Itu seperti perang, karena
semua pangeran itu membawa pasukan mereka dikompetisi memanah. Putri
Mandalika sangat cemas. Dia tidak ingin perang itu menjadi semakin besar dan
menyakiti banyak orang. Akhirnya, dia memiliki sebuah ide. “Semuanya,
dengarkan! Aku tahu kalian semua mencintaiku dan menginginkan aku untuk
menjadi istri kalian. Tapi aku tidak ingin kalian bertengkar karena diriku. Dan aku
juga tidak ingin kalian semua bersedih. Aku ingin kalian semua bisa memilikiku,
tapi tidak sebagai istri kalian. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa dimiliki oleh
semua orang.” Kata Putri Mandalika.
Raja Tonjang Beru dan semua orang di pantai iti tidak mengerti apa maksud
perkataan Putri Mandalika. Sang Raja pun menghampirinya. Tetapi tiba-tiba, Putri
Mandalika melompat ke pantai. Dia menghilang di dalam ombak yang besar.
Semua orang terkejut. Terjadilah keributan di pantai itu. Semua pengeran mencoba
berenang untuk mencari sang putri, namun mereka tidak bisa menemukannya.
Setelah beberapa jam pencarian, tiba-tiba mereka menemukan banyak cacing laut
berwarna-warni di laut. Raja Tonjang Beru akhirnya menyadari bahwa putrinya
telah kembali ke pantai sebagai cacing laut. Cacing tersebut lalu disebut nyale.
Sampai sekarang, orang-orang di Lombok selalu mencoba untuk menangkapnya.
Nyale sangatlah lezat dan karena itulah orang-orang datang ke Lombok untuk
menangkapnya. Bagaimanapun, mereka hanya bisa menemukannya sekali dalam
setahun, pada bulan Februari atau Maret. Tradisi untuk menangkap cacing laut itu
disebut Bau Nyale.
Untuk membuat story telling anda menarik anda harus memperhatikan kemampuan
public speaking anda, agar cerita yang anda sampaikan bisa dinikmati oleh semua
audiences.
BAWANG MERAH AND BAWANG PUTIH

In the ancient time, lived a little family. The family consists of father, mother, and a beautiful
girl named Bawang Putih. They are a harmonious and happy family despite his father worked
as an ordinary merchant. One day, the happiness in this family was lost because the mother
died. Bawang Putih was very sad because she was very fond of her mother. Her father was also
so sad because he loved his wife so much.

After Bawang Putih’s mother died, her house was visited frequently by a widow who had a
daughter named Bawang Merah. The widow often came with Bawang Merah to the Bawang
Putih’s home by bringing food, helping to clean the house, and chatting with Bawang Putih’s
father. Finally, the father thinks that he should marry the widow and made the widow as a new
mother for Bawang Putih.

He asked for consideration of the proposal to Bawang Putih. After being allowed to get married
by Bawang Putih, then her father immediately carried out the marriage. They become a new
family and lived in a house. At first, the mother and Bawang Merah’s behaved Bawang Putih
very well. However, the good behavior did not to be last long. Soon, the Bawang Merah and
her mother began to show their bad attitude. Bawang Putih was often scolded and given heavy
works when the father went to trade. She had to do a lot of housework while the Bawang
Merahs just sit and did not work at all. However, the situation was never told by her to his
father, so the Bawang Putih continued to be treated badly by Bawang Merah’s and her mother.

One day, his father was sick and passed away. Since then, Bawang Putih was treated worse
than before. Bawang Putih almost never had a break every day. In the morning, she had to get
up in order to prepare breakfast and the water for Bawang Merah and her mother. Later, she
also gave eating to the livestock, washing clothes, and even watering the entire garden.
Although she should do so many works, she always did it happily. She hoped, with such
sincerity, her mother would love her sincerely someday.

On the morning, Bawang Putih went to the river to wash the clothes. She was so excited and
washed vigorously. Because of getting too excited, she was not aware that there was a shirt
that washed away. She realized that the shirt had been washed away when the flow carried it
far enough. Later, she pursued but did not get the shirt. She felt hopeless and immediately
went home.

The shirt was her mother's favorite. Of course, the mother was angry and told her to look for
the shirt until she could found it. Bawang Putih came back to the river and walked to the west
to seek her mother's favorite shirt. She walked along the river up to tens of kilometers. After
that, Bawang Putih suddenly saw someone who was bathing the buffalo in the river. She asked
the man about the clothes were washed away. Later, she was informed that the shirt drifting
and it was not far from where she was standing. At that moment, Bawang Putih immediately
ran down the river to find the shirt.
It was getting dark and the Bawang Putih found a home. Because of completely exhausted, she
decided to take a break in the house. Apparently, it housed an old lady who had previously
found the shirt. The old lady wanted to return the shirt to her, but she should accompany the
old lady during a week. She agreed to stay with the lady for a week. Within a week, she made
the old lady to be so happy because she was diligent and never complained even though felt so
tired.

After accompanying for a week, she was given a pumpkin as the gift. When opening it, she was
very surprised because there were so much gold and gems. She immediately went home and
told the happening to her mother and also Bawang Merah. However, the gold and jewels that
she got immediately seized and she was forced to tell where the jewelry could be obtained.
Bawang Putih immediately said that she got it from an old lady who lived near the river.

In the next day, Bawang Merah came to that house and stayed for a week like what Bawang
Putih did. However, because Bawang Merah was a lazy girl, the old lady gave a different
pumpkin from Bawang Putih. Bawang Merah did not care and Bawang Merah immediately
went home to open the pumpkin with her mother. Apparently, the content was not gems or
gold, but the venomous snake that bit of Bawang Merah and the mother. Both of them died
because of their greed.

After the happening, Bawang Putih was living alone, but she was more calm and lived happily
with its gold and gems.

Terjemahan :
Bawang Merah dan Bawang Putih
Pada zaman dahulu, ada sebuah keluarga kecil yang hidup bahagia. Keluarga tersebut terdiri
dari ayah, ibu, dan seorang gadis cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang
harmonis dan bahagia meskipun sang ayah hanya bekerja sebagai seorang pedagang biasa.
Suatu hari, kebahagiaan yang ada di dalam keluarga tersebut hilang karena sang ibu
meninggal. Bawang putih sangat sedih karena ia sangat menyayangi ibunya, begitu juga sang
ayah yang sangat sedih karena sang istri telah meninggal.

Setelah ibu bawang putih meninggal, rumahnya sering dikunjungi oleh seorang janda yang
mempunyai anak bernama bawang merah. Ibu bawang merah sering datang ke rumah bawang
putih dan membawakan makanan, membantu membersihkan rumah, dan mengobrol dengan
ayah bawang putih. Akhirnya, ayah bawang putih berpikir bahwa sebaiknya ia menikah
dengan janda tersebut dan menjadikannya sebagai ibu baru untuk bawang putih.
Ia meminta usul dan pertimbangan dari bawang putih. Setelah diizinkan untuk menikah oleh
bawang putih, maka sang ayah segera melaksanakan pernikahan dengan ibu bawang merah.
Mereka menjadi sebuah keluarga baru dan tinggal di rumah tersebut. Pada awalnya, ibu
bawang merah dan bawang merah sangat baik terhadap bawang putih. Namun, perilaku baik
tersebut tidak bertahan lama. Lama-kelamaan bawang merah dan ibunya mulai menunjukkan
sikap buruk mereka. bawang putih sering dimarah dan diberikan pekerjaan berat ketika sang
ayah pergi berdagang. Ia harus mengerjakan banyak pekerjaan rumah sementara bawang
merah hanya duduk dan tidak bekerja sama sekali. Namun, keadaan tersebut tidak pernah
diceritakan olehnya kepada sang ayah, sehingga bawang putih terus diperlakukan secara
buruk oleh bawang merah dan ibunya.

Pada suatu hari sang ayah sakit dan meninggal dunia. Sejak saat itu, bawang merah dan
ibunya memperlakukan bawang putih semakin buruk. Bawang putih hampir tidak pernah
istirahat setiap hari. di pagi hari, ia harus bangun untuk mempersiapkan air dan sarapan bagi
bawang merah dan ibunya. Kemudian, ia juga harus member makan ternak, mencuci baju,
dan bahkan menyirami seluruh kebun. Meskipun pekerjaan yang harus ia kerjakan begitu
banyak, namun bawan putih melakukan semua itu dengan gembira. Ia berharap, dengan
keikhlasan tersebut, sang ibu mau menyayanginya dengan tulus dan menganggapnya sebagai
anak kandung.

Pada suatu pagi, bawang putih pergi ke sungai untuk mencuci baju. Dia begitu gembira dan
mencuci dengan penuh semangat. Karena terlalu semangat, ia tidak sadar bahwa ada sebuah
baju yang hanyut. Ia menyadari bahwa baju tersebut hanyut ketika telah terbawa aliran yang
cukup jauh. Kemudian, ia mengejarnya dan tidak mendapatkan baju tersebut. Ia merasa putus
asa dan segera pulang ke rumah.

Baju tersebut merupakan baju kesayangan ibu bawang merah. Tentu saja, sang ibu marah dan
menyuruhnya untuk mencari baju tersebut hingga ditemukan. Bawang putih kembali lagi ke
sungai dan berjalan ke arah barat untuk mencari baju kesayangan ibunya. Ia berjalan
menyusuri aliran sungai hingga puluhan kilometer. Setelah itu, bawang putih tiba-tiba
melihat seseorang yang sedang memandikan kerbau di sungai. Ia bertanya kepada orang itu
mengenai baju yang hanyut. Kemudian, ia mendapat informasi bahwa baju ibu bawang merah
hanyut namun baju tersebut tidaklah jauh dari tempatnya berdiri. Saat itu juga, bawang putih
segera berlari menyusuri sungai untuk menemukan baju tersebut.

Hari semakin gelap dan bawang putih menemukan sebuah rumah. Karena sangat lelah, ia
memutuskan untuk beristirahat sejenak di rumah tersebut. Ternyata, di dalamnya tinggal
seorang nenek yang sebelumnya sudah menemukan baju milik ibu bawang putih. Sang nenek
ingin mengembalikan baju tersebut kepada bawang putih, dengan syarat bawang putih harus
menemaninya selama seminggu. Bawang putih begitu iba dengan nenek tersebut, dan ia
setuju untuk tinggal bersama sang nenek selama seminggu. Dalam waktu satu minggu, ia
membuat nenek tersebut amat gembira karena bekerja dengan rajin dan tidak pernah
mengeluh.
Setelah bawang putih menemani sang nenek selama seminggu, ia diberikan satu buah labu
sebagai hadiah. Ketika membuka labu tersebut, ia sangat terkejut karena didalamnya terdapat
emas dan permata yang begitu banyak. Ia segera pulang dan memberitahukan kejadian
tersebut kepada sang ibu dan juga bawang merah. Namun, emas dan permata yang ia
dapatkan segera direbut dan ia dipaksa untuk memberitahukan dimana perhiasan tersebut
dapat diperoleh. Bawang putih segera mengatakan bahwa ia mendapatkannya dari seorang
nenek yang tinggal di dekat sungai.

Esok hari, bawang merah datang ke rumah nenek tersebut dan tinggal selama satu minggu.
Namun, karena bawang merah adalah gadis yang malas, maka sang nenek memberikannya
labu yang berbeda dari bawang putih. Bawang merah tidak peduli dan ia segera pulang dan
membuka labu tersebut bersama ibunya. Ternyata, isi labu tersebut bukanlah permata atau
emas, namun ular berbisa yang menggigit bawang merah dan ibunya. Kedua orang tersebut
meninggal karena keserakahannya.

Bawang putih kini hidup sendiri namun ia lebih tenang karena tidak ada lagi orang yang
menganggunya. Ia hidup bahagia dengan emas dan permata yang dimilikinya.

THE GOLDEN SLUG (KEONG MAS)

In the ancient time, lived a young man named Galoran. He was respected because of his wealth and honor. His
parents were nobleman so he could live with luxury. However, he was very wasteful and every day just
squandered the wealth of his parents.

One day, his parents died, but he did not care and continued to spend money as well as before. Because his life
was so extravagant, all the treasure that he had was running out and he became an unemployed person. Many
people sympathized with him and offered a job. But every time he got the job, he just dallied and it made him
always be fired. Several months later, there was a wealthy widow who interested him. He married the widow
and of course, he was very happy to be living in luxury again.

The widow had a daughter who was very diligent and clever to weave. Her name is Jambean, a beautiful girl
and had been famous because of her weaving. However, Galoran did not like the girl, because the girl often
scolded him because of his laziness. Finally, he threatened to torture and kill Jambean. He revealed the plan to
his wife and the wife was very sad to hear of the threat.

Hearing the news, Jambean was very sad but she volunteered herself to be killed by her father. She told that
she wanted to be dumped into a dam and did not burry under the ground after the death. The mother agreed
and did all of her wants. In the dam, her body and head suddenly turned into the golden slugs.

Several years later, there are two widows who were looking for firewood. They were kindred, the first widow
named Mbok Sambega Rondo and the second called Mbok Rondo Sembagil. When looking for the firewood in the
jungle, they were very surprised because of finding the beautiful golden slugs. They brought it and maintained
at home.

Once they brought the snails, there was always a miracle every day. Their kitchen was always filled with the
delicious food when they came home from work. They were very surprised, and wanted to know the person who
made those foods. They pretended to go to work and hid in the back of the house. A few moments later, there
was a beautiful girl came from the inside of the conch and she began to cook the delicious meals.

Both widows then secretly held and did not let the girl to get into the snail anymore. The girl apparently was
Jambean who had been killed by her father. Both widows then allowed her to stay with them. Because of their
versatility in weaving, she got her famous back and made a handsome prince attracted. In the end, she married
the prince and lived happily.

Terjemahan :
Keong Mas

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda yang bernama Galoran. Ia merupakan salah satu orang yang
disegani karena mempunyai kekayaan dan kehormatan. Orang tuanya merupakan bangsawan sehingga ia dapat
hidup dengan mewah. Namun, ia merupakan seseorang yang sangat boros dan setiap hari hanya menghambur-
hamburkan harta orang tuanya.

Suatu hari, orang tuanya meninggal dunia namun ia tidak peduli dan terus menghabiskan uang seperti
sebelumnya. Karena hidupnya begitu boros, maka harta yang ia miliki habis dan ia menjadi seorang
pengangguran. Banyak warga yang iba terhadapnya, namun setiap kali ia mendapatkan pekerjaan, ia hanya
bermalas-malasan dan membuat ia sering dipecat. Beberapa bulan kemudian, terdapat seorang janda kaya raya
yang tertarik dengannya. Ia kemudian menikah dengan janda tersebut. Tentu saja, ia sangat senang karena bisa
hidup mewah seperti sebelumnya.
Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun. Namanya Jambean,
seorang gadis yang tenunannya sangat indah dan terkenal di desa tersebut. Namun, Galoran tidak menyukai
gadis tersebut, karena sang gadis selalu menegurnya karena selalu bermalas-malasan. Karena begitu benci
dengan Jambean, ia mengancam akan menyiksa dan membunuhnya. Ia mengungkapkan rencana tersebut kepada
istrinya dan sang istri sangatlah sedih mendengar ancaman tersebut.

Mendengar berita tersebut, Jambean sangat sedih namun ia merelakan dirinya dibunuh oleh sang ayah. Ia
berpesan ketika ia telah meninggal, ia ingin agar mayatnya dibuang ke sebuah bendungan dan jangan dikubur di
dalam tanah. Setelah meninggal, sang ibu memenuhi permintaan tersebut dengan membawa mayatnya ke
bendungan dan menceburkannya. Di dalam bendungan, tubuh dan kepalanya berubah menjadi udang dan siput
atau disebut sebagai keong dalam bahasa jawa.

Beberapa tahun kemudian, dua orang janda sedang mencari kayu bakar. Mereka adalah kakak beradik dengan
nama Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembagil. Ketika sedang mencari kayu di hutan, mereka sangat
terkejut karena menemukan keong dan siput yang berwarna emas serta sangat indah. Keduanya kemudian
membawa keong dan siput tersebut untuk dipelihara di rumah.

Setelah mereka membawa siput tersebut dan menjadikannya sebagai hewan peliharaan, selalu ada keajaiban
setiap hari. Dapur mereka selalu dipenuhi makanan lezat ketika mereka pulang dari bekerja. Mereka sangat
heran, dan mereka ingin mengetahui siapa orang yang selalu membuat makanan lezat tersebut. Mereka berpura-
pura pergi bekerja dan bersembunyi di belakang rumah. Beberapa saat kemudian, muncullah seorang gadis cantik
dari dalam keong tersebut dan ia mulai memasak makanan-makanan lezat.

Kedua janda tersebut kemudian secara diam-diam memegang gadis tersebut dan tidak
membiarkannya lagi untuk masuk ke dalam keong. Gadis itu ternyata adalah Jambean yang
telah dibunuh oleh ayahnya. Kedua janda tersebut kemudian mengizinkan Jambean untuk
tinggal bersama mereka. Karena kepandaiannya dalam menenun, ia sangat terkenal dan
seorang pangeran tampan tertarik kepadanya. Pada akhirnya, ia menikah dengan pangeran
dan hidup bahagia.

Mouse Deer and Crocodile


One day, Mouse Deer went down to the river to take a drink. But he knew that the crocodile might be waiting
underwater to eat him, so he said out loud. “I wonder if the water’s warm. I’ll put in my leg and find out.” Of
course Mouse Deer didn’t put in his leg. He picked up a stick instead and put one end into the water. Chomp…!
Crocodile grabbed the stick and pulled it underwater. Mouse Deer laughed. “Ha… ha…ha… Stupid crocodile! Cant
you tell the difference between a stick and a leg?” Then Mouse Deer ran off to drink somewhere else.
In the next day, Mouse Deer wanted to cross the river. He wanted to eat the fruits on the other side of the river.
He saw a floating log in the river. He knew that Crocodile looked like a log when he floated. Mouse Deer didn’t
want to be eaten by Crocodile when he crosses the river. He had an idea. He called out loud, “Crocodile!”
Crocodile rose from the water, “Hello, Mouse Deer. Have you come to be my lunch?” Mouse Deer smiled. “Sorry,
not today, Crocodile. I have orders from the King. He wants to invite all the crocodiles in this river to a party. He
wants me to count all the crocodiles so he could prepare enough meal for you.”
“Really…? Tell us what to do,” said Crocodile. “You must line up from this side of the river to the other side,” said
Mouse Deer. Crocodile then got all his friends and family. They lined up across the river. Mouse Deer then
jumped onto Crocodile’s back. “One,” he counted. He jumped onto the next crocodile, “Two.” And the next
crocodile, “Three.” Mouse Deer kept jumping until he arrived on the other side of the river. “How many are
there?” asked Crocodile. “Just enough,” said Mouse Deer. He laughed as he ran to the forest.***
Terjemahan
Cerita Kancil dan Buaya dalam Bahasa Inggris
Suatu hari, Kancil pergi ke sungai untuk minum. Tapi ia tahu bahwa buaya mungkin menunggu didalam air
untuk memakannya, jadi dia berteriak keras-keras. “Aku ingin tahu apakah air hangat. Aku akan memasukkan
kaki saya ke dalam air dan mencari tahu. “Tentu saja Kancil memasukkan kakinya. Dia mengambil tongkat dan
memasukkan satu ujung ke dalam air. Chomp …! Buaya menyambar tongkat dan menariknya ke bawah air.
Kancil tertawa. “Ha … ha … ha … buaya bodoh! Tidak bisakah membedakan antara tongkat dan kaki? “Lalu
Kancil lari untuk minum di tempat lain.
Pada hari berikutnya, Kancil ingin menyeberang sungai. Dia ingin makan buah-buahan di sisi lain sungai. Dia
melihat batang kayu mengambang di sungai. Dia tahu bahwa Buaya tampak seperti kayu mengambang ketika ia
mengambang. Kancil tidak mau dimakan oleh buaya ketika ia melintasi sungai.Dia punya ide. Ia berseru keras,
“Buaya!” Buaya terangkat dari air, “Halo, Kancil. Apakah kamu datang untuk menjadi makan siang saya? “Kancil
tersenyum. “Maaf, tidak hari ini, Buaya. Saya mendapat perintah dari Raja. Dia ingin mengajak seluruh buaya di
sungai ini ke pesta. Dia ingin aku menghitung semua buaya sehingga ia bisa mempersiapkan cukup makanan
untuk kamu. ”
“Sunggu…? Beritahu kami apa yang harus dilakukan, “kata Buaya. “kamu harus berbaris dari sisi sungai ke sisi
lain,” kata Kancil. Buaya kemudian memanggil semua teman-temannya dan keluarganya. Mereka berbaris di
seberang sungai. Kancil lalu melompat ke punggung buaya. “Satu,” ia menghitung. Dia melompat ke buaya
berikutnya, “Dua.” Dan buaya berikutnya, “Tiga.” Kancil terus melompat sampai ia tiba di sisi lain sungai.
“Berapa banyak?” Tanya Buaya. “Cukup,” kata Kancil. Dia tertawa sambil berlari ke hutan.

Terjemahan :

Pinokio

Dia di hutan pinus Italia yang besar, kesepian. Dia selalu memimpikan memiliki seorang anak laki-laki.

Setiap hari, ia pergi memotong kayu untuk orang-orang kota. Suatu hari, sebuah ide terlintas dalam pikirannya,
sebuah ide membuat sebuah boneka, yang akan ia beri nama Pinokio. Dia membuat boneka itu dan pada malam
hari, boneka tersebut menjadi hidup!

Satu tahun kebahagiaan dan ketakutan berlalu, pada hari Minggu pagi, Gepetto berkata pada Pinokio :

"hari ulang tahun saya segera tiba, putra kecilku! Saya harap kamu tidak lupa!"

"Euh, tentu, saya tidak lupa!"

Pinokio merasa canggung. Dia tidak memikirkan hal itu. Ulang tahun Gepetto hanya tiga hari lagi, dan dia bahkan
belum punya kado.

Setelah malam yang panjang dan berfikir, Pinokio akhirnya memutuskan untuk membuatkan kue coklat buatannya
sendiri untuk Gepetto sebagai hadiah ulang tahunnya.
Ketika matahari terbit, Pinokio sudah siap untuk pergi ke luar untuk mendapatkan bahan-bahannya. Masalah
utama ia bahkan tidak tau bahan-bahan dan resepnya.

Jadi sepulang sekolah, ia memutuskan bertanya ke seseorang bahan-bahan untuk membuat kue. Selama
perjalanannya, Pinokio, si boneka kayu, bertemu penyihir kota.

"Hei, anak kecil, kamu membutuhkan bantuan untuk kue cokelatmu?"

"Hum ... Anda dapat membantu saya?", Tanya Pinokio.

"Tentu, aku bisa. Ikuti aku!"

Setelah berjalan beberapa menit, Pinokio melihat rumah permen yang sangat besar. Mereka masuk bersama-sama
dan Pinokio tertangkap oleh kandang besar.

"Mouahahaha! Saya akhirnya berhasil menangkap mu! Kamu akan menjadi milikku, kau akan bekerja untuk ku!",
Kata penyihir jahat.

Pinokio sangat takut. Ketika penjaga datang dan membawanya keluar dari kandang, dia segera lari dengan sangat
cepat dan dia berhasil melarikan diri.

Pada saat yang sama, penyihir jahat, memanggil semua pasukannya, berlari mengejarnya dan dia mengeluarkan
tongkat sihirnya. Iblis jahat mengubah boneka kayu kecil itu menjadi kue cokelat!

Ketika ia kembali ke rumah, dia menceritakan semuanya kepada ayahnya dan mereka pergi mencari peri dewa.

Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya menemukan peri dewa dan mereka mendapatkan ramuan ajaib
untuk Pinokio.

Pinocchio

He great Italian pine forest, was lonely. He always dreamed about having a son.
Each day, he went cutting woods for the town’s people. One day, an idea illuminated his mind, the idea of crafting
a puppet, which he will call it Pinocchio. He crafted that puppet and during the night, the puppet becomes alive!

One year of happiness and thriller passed, on a Sunday morning, Gepetto told Pinocchio:

"It’s my birthday soon, my little son! I hope you didn’t forget it!"

"Euh, sure, I didn’t!"

Pinocchio felt awkward. He didn’t thought about that. Gepetto’s birthday was coming in only three days, and he
hadn’t even a present.

After a long night of reflecting, Pinocchio finally decided to offer a homemade chocolate cake to him as a present.

When the sun rose, Pinocchio was already ready to go outside to find the ingredients. The main problem was he
didn’t even known the ingredients and the recipe.

So after school, he decided to go ask someone for the ingredients to bake a cake. During his walk, Pinocchio, the
wooden puppet, met the town’s sorcerer.

"Hey, little boy, do you need some help for your chocolate cake?"

"Hum… You can help me?", asked Pinocchio.

"Sure, I can. Follow me!"

After walking few minutes so, Pinocchio saw a big, big, big candy house. They entered together and Pinocchio got
caught by a big cage.

"Mouahahaha!!! I finally caught you! You’ll be mine, you’re going to work for me!", said the evil sorcerer.

Pinocchio was so scared. When the guards came and took him out of the cage, he immediately ran away very fast
and he succeeded to escape.

At the same time, the evil sorcerer, calling all his troops with him, ran after him and he took out his magic wand.
The evil devil changed the little wooden puppet into a chocolate cake!

When he came back home, he told the entire story to his father and they went to find the god fairy.

After a long trip, they finally find the god fairy and they got the magical potion for Pinocchio.
Snow White

Once upon a time there lived a little, named Snow White. She lived with her aunt and uncle because her
parents were died.

One day she heard her aunt and uncle talking about leaving Snow White in the castle because they
wanted to go to America and they didn't have enough money to take Snow White with them.

Snow White didn't want her uncle and aunt to do this. So she decided to run away. The next morning she
run away from home when her aunt and uncle were having breakfast, she run away into the wood.

In the wood she felt very tired and hungry. Then she saw this cottage. She knocked but no one answered
so she went inside and felt asleep

Meanwhile seven dwarfs were coming home from work. They went inside. There, they found Snow
White woke up. She saw the dwarfs. The dwarfs said; “What is your name?”. Snow White said; “My name is Snow
White”. One of the dwarfs said; “If you wish, you may live here with us”. Snow White told the whole story about
her. Then Snow white and the seven dwarfs lived happily ever after.

Terjemahan :

Putri Salju

Dahulu kala hiduplah sedikit , bernama Putri Salju . Dia tinggal bersama bibi dan pamannya karena
orang tuanya meninggal.

Suatu hari ia mendengar bibi dan pamannya berbicara tentang meninggalkan Putri Salju di benteng
karena mereka ingin pergi ke Amerika dan mereka tidak punya cukup uang untuk membawa Putri Salju dengan
mereka .

Salju tidak ingin paman dan bibinya untuk melakukan hal ini . Jadi, dia memutuskan untuk melarikan
diri . Keesokan harinya dia lari dari rumah ketika bibi dan pamannya sedang sarapan , ia melarikan diri ke dalam
hutan .

Dalam kayu ia merasa sangat lelah dan lapar . Lalu ia melihat pondok ini . Dia mengetuk tapi tidak ada
yang menjawab jadi dia masuk ke dalam dan merasa tertidur

Sementara tujuh kurcaci datang pulang dari kerja . Mereka masuk ke dalam. Di sana, mereka
menemukan Putri Salju terbangun . Dia melihat kerdil . Para kurcaci mengatakan , " Siapa namamu ? " . Putri
Salju mengatakan , " Nama saya Snow White" . Salah satu kurcaci berkata , " Jika Anda ingin, Anda dapat tinggal
di sini bersama kami " . Putri Salju menceritakan seluruh kisah tentang dia . Kemudian Putri Salju dan tujuh
kurcaci hidup bahagia selamanya .

A bear and a lion


One upon a time a lion and a bear caught and killed a goat. They had a quarrel over it.

“It is mine,” said the bear. “I caught it with my strong paws.”

“It is not yours. It is mine,” said the lion. “I killed it with my strong jaws.”

Then they began to fight over it. They ran up and down the hill, under and over the fallen trees, in and out
of the forest. They bit and scratched with their strength, but no one could overcome the other.

At last they both were tired out and could fight no longer. They lay upon the ground, panting and looking at
each other.

A fox who was passing by at the time saw them with a dead goat near by. She ran up to them, took the goat
home and ate it up.

Terjemahan :

Beruang dan singa

Suatu ketika seekor singa dan seekor beruang menangkap dan mebunuh seekor kambing. Mereka pun
berdebat.

“Ini milikku,” kata beruang “Saya menagkapnya dengan kekuatan cakarku.”

“itu bukan milikmu. Itu milikku,” kata singa. “Saya membunuhnya dengan kekuatan rahangku.”

Mereka pun mulai bertengkar. Mereka saling kejar naik turun bukit melewati bawah dan atas batang pohon
tumbang, keluar dan masuk hutan. Mereka saling menggigit dan mencakar dengan kekuatan mereka yang mereka
miliki, tapi tidak ada yang mampu mengalahkan satu sama lain.

Dan pada akhirnya mereka berdu letih dan tidak bias berkelahi lagi. Mereka berbaring dengan nafas
terengah-engah dan saling melihat.

Pada saat yang bersamaan tiba-tiba seekor rubah lewat dan melihat mereka bersama seekor kambing mati
di dekatnya. Dia pun mendekat, dan membawa pergi kambing tersebut.

The fools of two men


Gotham (Go’tem) was a little town in England.

Once there was a man from Gotham going to market to buy sheep. At gotham bridge, he met a man who had
just come back from the market.

“Where are you going?” asked the man who had come back to Gotham.

“I am going to market to buy sheep,” answered the other.

“Which way are you going to bring your sheep home?” asked the first man again.

“Over this bridge,” answered the second man.

“You shall not go over this bridge,” said the first man. “You shall go that way,”

“I will go over this bridge,” said the second man.

“You shall not,” said the first man again.

“But I will,” replied the other.

Soon the two men began to fight. They fought and fought until they both got quite hurt.

How foolish they were! They fought over the sheep which were not here.

Terjemahan :
Kebodohan dua orang pria

Gotham adalah sebuah kota kecil di Inggris.

Suatu hari seorang pria dari Gotham pergi ke pasar untu membeli domba. Pada Jembatan Gotham, di
bertemu dengan seorang pria yang baru pulang dari pasar.

“mau kemana?” Tanya pria yang baru pulang dari pasar.

“Saya akan ke pasar untuk membeli domba,” jawabnya

“Jalan yang mana akan kamu lalui untuk membawa dombamu pulang ke rumah?” Tanya pria pertama lagi

“Lewat jembatan ini,” jawab pria kedua

“Kamu tidak boleh melewati jembatan ini,” Kata pria pertama. “kamu harus lewat jalan sana,”

“Saya akan lewat jembatan ini,” kata pria kedua

“Tidak boleh,” kata pria pertama

“tapi saya akan tetap lewat sini,” jawab pria kedua.

Akhirnya keduanya pun bertengkar. Mereka berkelahi dan berkelahi sampai mereka kesakitan.

Betapa bodohnya mereka! Mereka mempermasalahkan jalan yang kakan dilalui domba yang belum ada.
The Legend of Malin Kundang

A long time ago, in a small village near the beach in West Sumatra, a woman and her son lived. They were Malin
Kundang and her mother. Her mother was a single parent because Malin Kundang's father had passed away when
he was a baby. Malin Kundang had to live hard with his mother

Malin Kundang was a healthy, dilligent, and strong boy. He usually went to sea to catch fish. After getting fish he
would bring it to his mother, or sold the caught fish in the town. One day, when Malin Kundang was sailing, he
saw a merchant's ship which was being raided by a small band of pirates. He helped the merchant. With his brave
and power, Malin Kundang defeated the pirates.

The merchant was so happy and thanked to him. In return the merchant asked Malin Kundang to sail with him.
To get a better life, Malin Kundang agreed. He left his mother alone. Many years later, Malin Kundang became
wealthy. He had a huge ship and was helped by many ship crews loading trading goods. Perfectly he had a
beautiful wife too. When he was sailing his trading journey, his ship landed on a beach near a small village. The
villagers recognized him. The news ran fast in the town; “Malin Kundang has become rich and now he is here”. An
old woman ran to the beach to meet the new rich merchant. She was Malin Kundang’s mother.

She wanted to hug him, released her sadness of being lonely after so long time. Unfortunately, when the mother
came, Malin Kundang who was in front of his well dressed wife and his ship crews denied meeting that old lonely
woman. For three times her mother begged Malin Kundang and for three times he yelled at her. At last Malin
Kundang said to her "Enough, old woman! I have never had a mother like you, a dirty and ugly woman!" After
that he ordered his crews to set sail. He would leave the old mother again but in that time she was full of both
sadness and angriness. Finally, enraged, she cursed Malin Kundang that he would turn into a stone if he didn't
apologize. Malin Kundang just laughed and really set sail

In the quiet sea, suddenly a thunderstorm came. His huge ship was wrecked and it was too late for Malin
Kundang to apologize. He was thrown by the wave out of his ship. He fell on a small island. It was really too late
for him to avoid his curse. Suddenly,

he turned into a stone.

Terjemahan :

The Legend of Malin Kundang


Dahulu kala, di sebuah desa kecil dekat pantai di Sumatera Barat, seorang wanita dan anaknya tinggal. Mereka
adalah Malin Kundang dan ibunya. Ibunya adalah seorang single parent karena ayah Malin Kundang telah
meninggal ketika ia masih bayi. Malin Kundang harus hidup keras dengan ibunya
.
Malin Kundang adalah, rajin, dan kuat laki-laki yang sehat. Dia biasanya pergi ke laut untuk menangkap ikan.
Setelah mendapatkan ikan dia akan membawanya kepada ibunya, atau menjual ikan yang ditangkap di kota.
Suatu hari, ketika sedang berlayar Malin Kundang, ia melihat sebuah kapal pedagang yang sedang diserbu oleh
sekelompok kecil pembajak.

Dia membantu pedagang. Dengan berani dan kekuasaannya, Malin Kundang mengalahkan bajak laut. Pedagang
itu sangat senang dan berterima kasih kepadanya. Sebagai imbalannya pedagang meminta Malin Kundang untuk
berlayar bersamanya. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, Malin Kundang setuju. Dia meninggalkan
ibunya sendirian. Bertahun-tahun kemudian, Malin Kundang menjadi kaya. Dia memiliki kapal besar dan
dibantu oleh banyak awak kapal memuat barang dagangan. Sempurna dia punya istri yang cantik juga.

Ketika ia sedang berlayar perjalanan trading, kapal mendarat di pantai dekat sebuah desa kecil. Penduduk desa
mengenalinya. Berita itu berlari cepat di kota, "Malin Kundang telah menjadi kaya dan sekarang dia ada di sini".
Seorang wanita tua berlari ke pantai untuk memenuhi saudagar kaya baru. Dia adalah ibu Malin Kundang ini.
Dia ingin memeluknya, dirilis kesedihannya menjadi kesepian setelah sekian lama. Sayangnya, ketika ibu datang,
Malin Kundang yang berada di depan berpakaian istri dan awak kapalnya membantah pertemuan yang tua
wanita kesepian. Selama tiga kali ibunya meminta Malin Kundang dan tiga kali ia berteriak padanya.

Akhirnya Malin Kundang berkata kepadanya "Cukup, wanita tua! Saya tidak pernah memiliki ibu seperti Anda,
wanita kotor dan jelek!" Setelah itu ia memerintahkan kru untuk berlayar. Dia akan meninggalkan ibu tua lagi
tapi pada saat itu dia penuh baik kesedihan dan angriness. Akhirnya, marah, dia mengutuk Malin Kundang
bahwa ia akan berubah menjadi batu jika dia tidak meminta maaf. Malin Kundang hanya tertawa dan benar-
benar berlayar
.
Di laut yang tenang, tiba-tiba badai datang. Kapal yang besar rusak dan itu terlalu terlambat bagi Malin Kundang
untuk meminta maaf. Ia dilemparkan oleh gelombang dari kapalnya. Dia jatuh di sebuah pulau kecil. Itu benar-
benar terlambat baginya untuk menghindari kutukan. Tiba-tiba,
ia berubah menjadi batu.

Lutung Kasarung

Cerita rakyat from West Java

Prabu Tapa Agung had led a kingdom in West Java for a long time. He was getting old and
therefore wanted to choose a successor. But unfortunately, he had no son. He thought of
choosing one of his daughters, Purbararang and Purbasari. But it wasn’t an easy choice. They
were both very pretty and smart. The only difference was their temperament. Purbararang
was rude and dishonest, while Purbasari was kind and caring. With those considerations,
Prabu Tapa Agung finally chose Purbasari to be his successor.
Purbararang didn’t agree with her father’s decision. “It’s supposed to be me, Father. I’m the
eldest daughter!” Purbararang said. Prabu Tapa Agung smiled. “Purbararang, to be a queen
takes more than age. There are many other qualities that one must possess,” explained Prabu
Tapa Agung wisely. “What does Purbasari have that I don’t?” Purbararang pouted. “You’ll
find out when Purbasari has replaced me,” Prabu Tapa Agung answered.

After the discussion, Purbararang went back to her room. “Is there something wrong?” asked
Indrajaya. Indrajaya is Purbararang’s future husband. “I’m upset! Father chose Purbasari as
his successor and not me! I have to do something!” Purbararang said. Driven mad by her
anger, she came to a witch and asked her to send rash all over Purbasari’s body. Before going
to bed, Purbasari started to feel itch all over her body. She tried applying powder to her body,
but it’s no use. Instead, the itching grew even worse. She didn’t want to scratch it, but she
just couldn’t help it. In the next morning, there were scratch mark all over Purbasari’s body.
“What happened to you?” asked Purbararang, pretending to be concerned. “I don’t know, sis.
Last night, my body suddenly felt very itchy. I scratched and scratched, and this is what
happened,” Purbasari answered. Purbararang shook her head. “You must have done
something really awful. You’ve been punished by the gods!”

That day, the whole kingdom was scandalized. “What have you done, Purbasari?” demanded
Prabu Tapa Agung. Purbasari shook her head. “I didn’t do anything that would upset the
gods, Father,” she answered. “Then how can you explain what happened to your body?”
Prabu Tapa Agung asked again. “If you don’t confess, I’ll banish you to the woods.” Purbasari
took a deep breath. “Like I said before, I didn’t do anything wrong. And I’d rather be thrown
into the woods than to confess to a deed I didn’t commit.”

After a short discussion with his advisor, Prabu Tapa Agung ordered Purbasari to be moved
to the woods. Purbasari was very sad, but she couldn’t do anything to defy her father’s order.
She was accompanied to the woods by a messenger. He built a simple hut for Purbasari.
After the messenger left, suddenly a black monkey came to Purbasari’s hut. He carried a
bunch of bananas. From behind him, some animals looked on. “Are the bananas for me?’
Purbasari asked. The black monkey nodded, as if he understood what Purbasari said.
Purbasari took the bananas with pleasure. She also said thanks. The other animals that were
looking on also seemed to smile. “Are you willing to be my friend?” Purbasari asked them. All
the animals nodded happily. Although she was living by herself in the woods, Purbasari
never lacked of supplies. Everyday, there were always animals bringing her fruits and fish to
eat.

A long time had passed since Purbasari was banished to the woods, but her body still itched.
At some places, her skin was even ulcerating. What am I supposed to do?” Purbasari sighed.
The monkey who was sitting next to her stayed still, there were tears in his eyes. He hoped
Purbasari would remain patient and strong.

One night, on a full moon, the monkey took Purbasari to a valley. There is a pond with hot
spring water. The monkey suddenly spoke, “The water of this pond will heal your skin,” he
said. Purbasari was surprised, ”You can talk? Who are you?” she asked. “You’ll find out, in
time,” the monkey said. Purbasari didn’t want to force the monkey. She then walked to the
pond. She bathed there. After a few hours, Purbasari walked out of the pond. She was
shocked to see her face reflected on the clear pond water. Her face was beautiful again, with
smooth and clean skin. Purbasari observed her entire body. There were no traces of any skin
ailments. “I’m cured! I’m cured!” Purbasari shouted in joy. She quickly offered thanks to the
gods and also to the monkey.

The news of Purbasari’s condition quickly spread to the kingdom, irritating Purbararang. She
then accompanied by Indrajaya go to the woods to see Purbasari. Purbasari asked if she
would be allowed to go home. Purbararang said she would let Purbasari return to the palace
if Purbasari’s hair were longer than hers. Purbararang then let her hair down. It was so long,
it almost touched the ground. But it turned out that Purbasari’s hair was twice longer than
Purbararang’s hair.

“Fine, so your hair is longer than mine.” Purbararang admitted. “But there is one more
condition you must fulfill, do you have a future husband who is handsomer than mine?” said
Purbararang as she walked toward Indrajaya. Purbasari felt miserable. She didn’t have a
future husband yet. So, without much thought, she pulled the black monkey beside her.

Purbararang and Indrajaya burst out, but their laughter didn’t last long. The monkey
meditates and suddenly transformed into a very handsome young man, a lot more handsome
than Indrajaya. “I’m a prince from a kingdom far away. I was cursed to be a monkey because
of a mistake I committed. I could regain my true form only if there’s a girl who would be
willing to be my wife,” said the young man.

Finally, Purbararang gave up. She accepted Purbasari as the queen, and also confessed
everything she had done. “Please forgive me. Please don’t punish me,” Purbararang said,
asking for forgiveness. Instead of being angry, Purbasari smiled. “I forgive you, sis,” she said.
Soon after, Purbasari become queen. Beside her was the handsome prince, the former
monkey known as Lutung Kasarung.

Terjemahan :

Lutung Kasarung

Prabu Tapa Agung telah memimpin kerajaan di Jawa Barat untuk waktu yang lama . Dia
sudah tua dan karena itu ingin memilih penggantinya . Namun sayangnya , ia tidak punya
anak . Dia berpikir untuk memilih salah satu putrinya , Purbararang dan Purbasari . Tapi itu
bukan pilihan yang mudah . Mereka berdua sangat cantik dan cerdas . Satu-satunya
perbedaan adalah temperamen mereka . Purbararang kasar dan jujur , sementara Purbasari
adalah baik dan peduli . Dengan pertimbangan tersebut , Prabu Tapa Agung akhirnya
memilih Purbasari menjadi penggantinya .Purbararang tidak setuju dengan keputusan
ayahnya . " Ini seharusnya menjadi aku , Ayah . Aku adalah putri sulung ! " Kata Purbararang
. Prabu Tapa Agung tersenyum . " Purbararang , untuk menjadi seorang ratu memakan
waktu lebih dari usia . Ada banyak kualitas lain bahwa seseorang harus memiliki, "jelas
Prabu Tapa Agung bijaksana . " Apa Purbasari memiliki aku tidak? " Purbararang cemberut .
" Anda akan menemukan ketika Purbasari telah menggantikan saya, " jawab Prabu Tapa
Agung .
Setelah diskusi , Purbararang kembali ke kamarnya . " Apakah ada sesuatu yang salah ? "
Tanya Indrajaya . Indrajaya adalah suami Purbararang masa depan . " Aku marah ! Bapa
memilih Purbasari sebagai penggantinya dan bukan aku! Aku harus melakukan sesuatu ! "
Kata Purbararang . Gila karena kemarahannya , dia datang ke penyihir dan memintanya
untuk mengirim ruam seluruh tubuh Purbasari itu . Sebelum tidur , Purbasari mulai merasa
gatal di seluruh tubuhnya . Dia mencoba menerapkan bubuk tubuhnya , tapi itu tidak ada
gunanya . Sebaliknya , gatal tumbuh bahkan lebih buruk . Dia tidak ingin menggaruknya ,
tapi dia tidak bisa menahannya . Pada keesokan paginya , ada goresan tanda seluruh tubuh
Purbasari itu . " Apa yang terjadi padamu ? " Tanya Purbararang , berpura-pura menjadi
khawatir . " Saya tidak tahu , sis . Tadi malam , tubuh saya tiba-tiba merasa sangat gatal .
Aku menggaruk dan menggaruk , dan ini adalah apa yang terjadi , "jawab Purbasari .
Purbararang menggeleng . " Anda harus melakukan sesuatu yang benar-benar mengerikan.
Anda telah dihukum oleh para dewa ! " Hari itu , seluruh kerajaan itu tersinggung . " Apa
yang telah Anda lakukan, Purbasari ? " Menuntut Prabu Tapa Agung . Purbasari menggeleng
. " Aku tidak melakukan apa pun yang akan mengganggu para dewa , Bapa , " jawabnya . "
Lalu bagaimana Anda bisa menjelaskan apa yang terjadi pada tubuh Anda? " Tanya Prabu
Tapa Agung lagi . " Jika Anda tidak mengaku , aku akan mengusirmu ke hutan . " Purbasari
menarik napas panjang . " Seperti saya katakan sebelumnya , saya tidak melakukan sesuatu
yang salah . Dan aku lebih suka dilemparkan ke dalam hutan daripada mengakui perbuatan
yang tidak saya lakukan . "
Setelah diskusi singkat dengan penasihat , Prabu Tapa Agung memerintahkan Purbasari
untuk dipindahkan ke hutan . Purbasari sangat sedih , tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa
untuk menentang perintah ayahnya . Dia ditemani ke hutan oleh seorang utusan . Ia
membangun sebuah pondok sederhana untuk Purbasari . Setelah utusan kiri , tiba-tiba
seekor monyet hitam datang ke gubuk Purbasari itu . Dia membawa setandan pisang . Dari
belakangnya , beberapa hewan memandang . " Apakah pisang untuk saya? " Tanya Purbasari
. Monyet hitam mengangguk , seolah-olah ia mengerti apa yang dikatakan Purbasari .
Purbasari mengambil pisang dengan senang hati. Dia juga mengucapkan terima kasih .
Hewan-hewan lain yang mencari di juga tampak tersenyum . " Apakah Anda bersedia
menjadi teman saya ? " Purbasari bertanya kepada mereka . Semua binatang mengangguk
senang . Meskipun ia hidup sendirian di hutan , Purbasari tidak pernah kekurangan pasokan
. Setiap hari , selalu ada hewan yang membawa buah-buahan dan ikan untuk makan .
Sebuah waktu yang lama berlalu sejak Purbasari dibuang ke hutan, tapi tubuhnya masih
gatal . Di beberapa tempat , kulitnya bahkan ulserasi . Apa yang harus saya lakukan? "
Purbasari mendesah . Monyet yang duduk di sampingnya tinggal diam, ada air mata di
matanya . Dia berharap Purbasari akan tetap sabar dan kuat .
Suatu malam , pada bulan purnama , monyet mengambil Purbasari ke sebuah lembah . Ada
sebuah kolam dengan mata air panas. Monyet tiba-tiba berbicara , " Air kolam ini akan
menyembuhkan kulit Anda , " katanya . Purbasari terkejut , " Anda dapat berbicara ? Siapa
kau ? " Tanyanya . " Kau akan tahu , pada waktunya , " kata monyet . Purbasari tidak mau
memaksa monyet . Dia kemudian berjalan ke kolam . Dia mandi di sana. Setelah beberapa
jam , Purbasari keluar dari kolam. Dia terkejut melihat wajahnya tercermin pada air kolam
jernih . Wajahnya cantik lagi , dengan kulit halus dan bersih . Purbasari mengamati seluruh
tubuhnya . Tidak ada jejak penyakit kulit apapun. " Saya sembuh ! Aku sembuh ! " Purbasari
berteriak dalam sukacita . Dia cepat menawarkan berkat para dewa dan juga untuk monyet .
Kabar kondisi Purbasari dengan cepat menyebar ke kerajaan , menjengkelkan Purbararang .
Dia kemudian disertai oleh Indrajaya pergi ke hutan untuk melihat Purbasari . Purbasari
bertanya apakah dia akan diizinkan pulang ke rumah . Purbararang mengatakan dia akan
membiarkan Purbasari kembali ke istana jika rambut Purbasari yang lebih panjang daripada
miliknya . Purbararang kemudian membiarkan rambutnya turun . Itu begitu lama , hampir
menyentuh tanah . Tapi ternyata bahwa rambut Purbasari adalah dua kali lebih panjang dari
rambut Purbararang itu . " Baik-baik saja , sehingga rambut Anda lebih panjang dari saya . "
Purbararang mengakui . " Tapi ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi, apakah Anda
memiliki calon suami yang tampan dariku ? " Kata Purbararang sambil berjalan menuju
Indrajaya . Purbasari merasa sengsara . Dia tidak memiliki calon suami belum. Jadi , tanpa
banyak berpikir , ia menarik monyet hitam di sampingnya .
Purbararang dan Indrajaya meledak , tapi tawa mereka tidak berlangsung lama . Monyet
bermeditasi dan tiba-tiba berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan , jauh lebih
tampan dari Indrajaya . " Saya seorang pangeran dari kerajaan yang jauh . Aku dikutuk
menjadi kera karena kesalahan yang saya lakukan. Saya bisa mendapatkan kembali bentuk
saya benar hanya jika ada seorang gadis yang bersedia untuk menjadi istriku , " kata pemuda
itu . Akhirnya , Purbararang menyerah . Dia menerima Purbasari sebagai ratu , dan juga
mengakui semua yang telah ia lakukan . " Maafkan saya . Tolong jangan menghukum saya, "
kata Purbararang , meminta pengampunan . Alih-alih marah , Purbasari tersenyum . " Aku
memaafkanmu , sis , " katanya . Segera setelah itu , Purbasari menjadi ratu . Di sampingnya
adalah pangeran tampan , mantan monyet yang dikenal sebagai Lutung Kasarung .

Cindelaras

Cerita rakyat from East Java


Raden Putra was the king of Jenggala kingdom. He had a beautiful queen and concubine.
Unlike the queen, the concubine had bad personalities. She was envious and jealous with the
queen, so she planned to make the queen leave the palace. The concubine then asked the
royal healer to help her in her plan. One day, the concubine pretended to be ill. Raden Putra
called the royal healer to give the concubine treatments. “What is her disease?” Raden Putra
asked the royal healer. “I’m very sorry, My Majesty. She is sick because the queen put poison
in her meal,” the royal healer lied.
Raden Putra was shock and angry to hear the explanation. He called the queen and asked her
if the story was true. Of course the queen denied, but Raden Putra won’t listen. “Please Your
Majesty, have mercy. I really didn’t do anything,” cried the queen in her tears. Raden Putra’s
anger ended in a decision. The queen should be banished to the woods and terminated. He
did not know that the queen was already pregnant. Raden Putra commanded one of his
general to do the punishment. The queen was banished to the woods, but the wise general
didn’t have the heart to kill her. He built a simple house in the woods for her. On his way
back to the palace, he smeared his sword with rabbit blood, so Raden Putra would believe
that he had killed the queen.
After the general left, the queen lived by herself in the woods. Several months later, she gave
birth to a healthy baby boy. The baby was named Cindelaras. He grew up as a nice, healthy,
and handsome boy. One day, while Cindelaras helped her mother to collect some fire woods,
an eagle dropped an egg. Cindelaras brought the egg to be brooded by a chicken behind their
house. The egg hatched into a chick and then it slowly became a strong rooster. The rooster
is no ordinary rooster. The rooster could sing. Every morning, the rooster woke Cindelaras
up with its beautiful song, “My master is Cindelaras. His house is in the woods. He’s the son
of Raden Putra.” The rooster often sang that song.
Cindelaras always woke up early in the morning and listen happily to his rooster’s song. He
didn’t realize the meaning of the song until one day, he started to think. “Who is Raden
Putra?” he asked his mother. The queen then told him the whole story. She also told him why
they were banned from the kingdom and lived in the woods. Cindelaras was very surprised.
He decided to go to the palace to meet the king, his father. Cindelaras asked her mother’s
permission to go to the kingdom and to tell the king what really happened. He also brought
his rooster that grew bigger and stronger each day.
On his way, Cindelaras stopped at a village. There, he met some people who were involved in
cockfighting. They challenge him to see how strong his rooster was. “If your rooster wins,
you’ll get a reward,” said the man who challenged him. Cindelaras accepted the challenge. In
a few minutes, his rooster defeated the opponent’s rooster. He was challenged again by other
man, and one more time, his rooster won. He won again and again.
The news about Cindelaras’ rooster quickly spread to the whole Jenggala kingdom and made
Raden Putra curious. So, he invited Cindelaras to the palace. “What is your name, boy?”
Raden Putra asked as Cindelaras arrived in the palace. “My name is Cindelaras, Your
Majesty,” Cindelaras answered. He felt both thrilled and happy to see Raden Putra.
Raden Putra challenged Cindelaras with one condition. If Raden Putra’s rooster won,
Cindelaras’ head would be cut off. But if Cindelaras’ rooster won, Raden Putra would share
half of his wealth. Cindelaras accepted the condition. The competition was held in the front
yard of the palace. The two roosters fought bravely. But in just a few minutes, Cindelaras’
rooster won the fight! Raden Putra shook his head and stared at Cindelaras from his seat,
“That rooster is no ordinary rooster, and the boy is not an ordinaty boy either. Who is he
exactly?” he thought. Raden Putra was about to asked when suddenly Cindelaras’ rooster
sang the song, “My master is Cindelaras. His house is in the woods. He’s the son of Raden
Putra.”
Raden Putra was surprised. “Is it true?” he asked. “Yes, My Majesty. My name is Cindelaras
and my mother was the queen,” said Cindelaras. Raden putra called the general who had
banished the queen. The general then confessed that he never killed the queen. Later, the
royal healer also admitted his mistake. Raden Putra was so shocked. He immediately went to
the woods to pick up the queen. Ever since, Cindelaras and his parents lived happily
together. As for the concubine, she was sent to the jail as punishment.

Terjemahan :

Cindelaras
Cerita rakyat dari Jawa Timur

Raden Putra adalah raja dari kerajaan Jenggala . Dia memiliki seorang ratu yang cantik dan selir . Tidak seperti
ratu , selir memiliki kepribadian buruk . Dia iri dan cemburu dengan ratu , jadi dia berencana untuk membuat
ratu meninggalkan istana . Selir kemudian meminta penyembuh kerajaan untuk membantunya dalam
rencananya . Suatu hari , selir pura-pura sakit . Raden Putra disebut penyembuh kerajaan untuk memberikan
perawatan selir . " Apakah penyakit itu ? " Raden Putra meminta penyembuh kerajaan . " Saya sangat menyesal ,
Yang Mulia saya . Dia sakit karena ratu menaruh racun dalam makan nya , " penyembuh kerajaan berbohong .
Raden Putra syok dan marah mendengar penjelasan . Dia disebut ratu dan bertanya apakah cerita itu benar .
Tentu saja Ratu membantah , tapi Raden Putra tidak akan mendengarkan . " Tolong Yang Mulia , kasihanilah .
Aku benar-benar tidak melakukan apa-apa , "teriak ratu dalam air matanya . Kemarahan Raden Putra berakhir
dengan keputusan. Ratu harus dibuang ke hutan dan dihentikan . Dia tidak tahu bahwa ratu sudah hamil . Raden
Putra memerintahkan salah satu jenderalnya untuk melakukan hukuman . Ratu dibuang ke hutan, tapi umum
bijaksana tidak tega membunuhnya . Dia membangun sebuah rumah sederhana di hutan untuknya . Dalam
perjalanan kembali ke istana , ia mengoleskan pedangnya dengan darah kelinci , sehingga Raden Putra akan
percaya bahwa ia telah membunuh ratu .
Setelah kiri umum , ratu tinggal sendirian di hutan . Beberapa bulan kemudian , ia melahirkan bayi laki-laki yang
sehat . Bayi itu diberi nama Cindelaras . Ia dibesarkan sebagai baik , sehat , dan tampan anak laki-laki . Suatu
hari , sementara Cindelaras membantu ibunya untuk mengumpulkan beberapa kebakaran hutan , seekor elang
menjatuhkan telur . Cindelaras membawa telur untuk merenung oleh ayam di belakang rumah mereka . Telur
menetas menjadi ayam dan kemudian perlahan-lahan menjadi ayam jantan yang kuat . Ayam ada ayam biasa .
Ayam bisa menyanyi . Setiap pagi , ayam Cindelaras terbangun dengan lagu yang indah , " Tuanku adalah
Cindelaras . Rumahnya adalah di hutan . Dia adalah putra dari Raden Putra . " Ayam sering menyanyikan lagu itu
.
Cindelaras selalu bangun pagi-pagi dan mendengarkan dengan senang hati lagu ayam nya . Dia tidak menyadari
makna dari lagu hingga suatu hari , ia mulai berpikir . " Siapa Raden Putra ? " Ia bertanya kepada ibunya . Ratu
kemudian menceritakan seluruh cerita . Dia juga mengatakan kepadanya mengapa mereka dilarang dari kerajaan
dan tinggal di hutan . Cindelaras sangat terkejut . Dia memutuskan untuk pergi ke istana untuk bertemu raja ,
ayahnya . Cindelaras meminta izin ibunya untuk pergi ke kerajaan dan memberitahu raja apa yang sebenarnya
terjadi . Dia juga membawa ayam jantan nya yang tumbuh lebih besar dan kuat setiap hari .
Dalam perjalanannya , Cindelaras berhenti di sebuah desa . Di sana, ia bertemu dengan beberapa orang yang
terlibat dalam adu ayam . Mereka menantang dia untuk melihat seberapa kuat nya ayam jantan . " Jika menang
ayam Anda , Anda akan mendapatkan hadiah , " kata pria yang menantangnya . Cindelaras menerima tantangan
itu . Dalam beberapa menit , ayam jantan nya mengalahkan ayam lawan . Dia ditantang lagi oleh pria lain, dan
sekali lagi , ayam nya menang. Dia menang lagi dan lagi .
Berita tentang ayam Cindelaras ' dengan cepat menyebar ke seluruh kerajaan Jenggala dan membuat Raden
Putra penasaran . Jadi , ia mengundang Cindelaras ke istana . " Siapa namamu , anak laki-laki ? " Tanya Raden
Putra sebagai Cindelaras tiba di istana . " Nama saya Cindelaras , Yang Mulia , " jawab Cindelaras . Dia merasa
baik senang dan senang melihat Raden Putra .
Raden Putra menantang Cindelaras dengan satu syarat . Jika ayam Raden Putra memenangkan , kepala
Cindelaras ' akan dipotong . Tetapi jika ayam Cindelaras ' menang , Raden Putra akan berbagi setengah dari
kekayaannya . Cindelaras menerima kondisi tersebut . Kompetisi ini diadakan di halaman depan istana . Kedua
ayam jantan bertempur dengan gagah berani . Tapi hanya dalam beberapa menit , ayam Cindelaras '
memenangkan pertarungan! Raden Putra menggeleng dan menatap Cindelaras dari tempat duduknya , " ayam
jantan Itu bukan ayam biasa , dan anak itu bukan anak ordinaty baik . Siapa dia sebenarnya ? " Pikirnya. Raden
Putra hendak bertanya ketika tiba-tiba ayam Cindelaras ' menyanyikan lagu , " Tuanku adalah Cindelaras .
Rumahnya adalah di hutan . Dia adalah putra dari Raden Putra . "
Raden Putra terkejut . " Apakah itu benar? " Tanyanya . " Ya , saya Yang Mulia . Nama saya Cindelaras dan ibu
saya adalah ratu , " kata Cindelaras . Raden putra disebut jenderal yang telah dibuang ratu . Jenderal itu
kemudian mengaku bahwa ia tidak pernah membunuh ratu . Kemudian , penyembuh kerajaan juga mengakui
kesalahannya . Raden Putra sangat terkejut . Dia segera pergi ke hutan untuk mengambil ratu . Sejak saat itu,
Cindelaras dan orang tuanya hidup bahagia bersama-sama . Adapun selir , ia dikirim ke penjara sebagai
hukuman .

Timun Mas

Long time ago in the island of Java, Indonesia, lived a couple of farmer. They had married for some years but
they had no children. So they prayed to a monster called Buta Ijo to give them children. Buta Ijo was a ferocious
and powerful monster. He granted their wish on one condition. When their children had grown up, they had to
sacrifice them to Buta Ijo. He liked eating fresh meat of human being. The farmers agreed to his
condition. Several months later the wife was pregnant.
She gave birth to a beautiful baby girl. They named her Timun Emas. The farmers were happy. Timun Emas was
very healthy and a very smart girl. She was also very diligent. When she was a teenager Buta Ijo came to their
house. Timun Emas was frightened so she ran away to hide. The farmers then told Buta Ijo that Timun Emas
was still a child. They asked him to postpone. Buta Ijo agreed. He promised to come again. The following year
Buta Ijo came again. But again and again their parents said that Timun Emas was still a child.
When the third time Buta Ijo came their parents had prepared something for him. They gave Timun Emas
several bamboo needles, seeds of cucumber, dressing and salt.
‘Timun, take these things’
‘What are these things?’
‘These are your weapons. Buta Ijo will chase you. He will eat you alive. So run as fast as you can. And if he will
catch you spread this to the ground. Now go!’
Timun Emas was scared so she ran as quickly as she could. When Buta Ijo arrived she was far from home. He
was very angry when he realized that his prey had left. So he ran to chase her. He had a sharp nose so he knew
what direction his prey ran.
Timun Emas was just a girl while Buta Ijo was a monster so he could easily catch her up. When he was just
several steps behind Timun Emas quickly spread the seeds of cucumber. In seconds they turned into many vines
of cucumber. The exhausted Buta Ijo was very thirsty so he grabbed and ate them. When Buta Ijo was busy
eating cucumber Timun Emas could run away.
But soon Buta Ijo realized and started running again. When he was just several steps behind Timun Emas threw
her bamboo needles. Soon they turned into dense bamboo trees. Buta Ijo found it hard to pass. It took him
some time to break the dense bamboo forest. Meanwhile Timun Emas could run farther.
Buta Ijo chased her again. When he almost catch her again and again Timun Emas threw her dressing. This time
it turned into a lake. Buta Ijo was busy to save himself so Timun Emas ran way. But Buta Ijo could overcome it
and continued chasing her.
Finally when Timun Emas was almost caught she threw her salt. Soon the land where Buta Ijo stood turned into
ocean. Buta Ijo was drowned and died instantly.
Timun Emas was thankful to god and came back to her home.

Terjemahan :

Timun Mas

Lama waktu yang lalu di pulau Jawa , Indonesia , tinggal beberapa petani . Mereka telah menikah selama
beberapa tahun , tetapi mereka tidak punya anak . Jadi mereka berdoa kepada rakasa yang disebut Buta Ijo untuk
memberi mereka anak-anak . Buta Ijo adalah rakasa ganas dan kuat . Dia mengabulkan permintaan mereka
dengan satu syarat . Ketika anak-anak mereka telah dewasa, mereka harus mengorbankan mereka untuk Buta Ijo
. Dia suka makan daging segar manusia . Para petani setuju untuk kondisinya . Beberapa bulan kemudian istri
sedang hamil .
Dia melahirkan seorang bayi perempuan cantik . Mereka menamai dia Timun Emas . Para petani senang . Timun
Emas sangat sehat dan seorang gadis yang sangat cerdas . Dia juga sangat rajin . Ketika ia masih remaja Buta Ijo
datang ke rumah mereka . Timun Emas ketakutan sehingga dia melarikan diri untuk bersembunyi . Para petani
kemudian mengatakan Buta Ijo bahwa Timun Emas masih anak-anak. Mereka memintanya untuk menunda .
Buta Ijo setuju . Dia berjanji untuk datang lagi . Tahun berikutnya Buta Ijo datang lagi. Tapi lagi dan lagi orang
tua mereka mengatakan bahwa Timun Emas masih anak-anak.
Ketika ketiga kalinya Buta Ijo datang orang tua mereka telah mempersiapkan sesuatu untuknya . Mereka
memberi Timun Emas beberapa jarum bambu , biji mentimun , saus dan garam .
' Timun , mengambil hal-hal ini '
' Apa ini ? '
' Ini adalah senjata Anda . Buta Ijo akan mengejar Anda . Dia akan makan Anda hidup . Jadi berlari secepat Anda
bisa. Dan jika ia akan menangkap Anda menyebarkan ini ke tanah . Sekarang pergi! '
Timun Emas takut sehingga ia berlari secepat yang dia bisa . Ketika Buta Ijo tiba ia jauh dari rumah . Dia sangat
marah ketika ia menyadari bahwa mangsanya telah meninggalkan . Jadi dia berlari mengejarnya . Dia memiliki
hidung yang tajam sehingga ia tahu apa arah berlari mangsanya .
Timun Emas hanya seorang gadis sementara Buta Ijo adalah rakasa sehingga ia bisa dengan mudah
menangkapnya up . Ketika ia hanya beberapa langkah di belakang Timun Emas cepat menyebar benih-benih
mentimun . Dalam hitungan detik mereka berubah menjadi banyak tanaman merambat mentimun . The
kelelahan Buta Ijo sangat haus sehingga ia meraih dan makan mereka . Ketika Buta Ijo sedang sibuk makan
mentimun Timun Emas bisa melarikan diri .
Tapi segera Buta Ijo menyadari dan mulai berlari lagi . Ketika ia hanya beberapa langkah di belakang Timun
Emas melemparkan jarum bambu nya . Tak lama kemudian mereka berubah menjadi pohon bambu lebat . Buta
Ijo merasa sulit untuk lulus . Ini membawanya beberapa waktu untuk memecahkan hutan bambu lebat .
Sementara itu Timun Emas bisa berlari lebih jauh .
Buta Ijo mengejarnya lagi . Ketika ia hampir menangkapnya lagi dan lagi Timun Emas melemparkan riasnya .
Kali ini berubah menjadi danau . Buta Ijo sedang sibuk menyelamatkan diri sehingga Timun Emas berlari jalan .
Tapi Buta Ijo bisa mengatasinya dan terus mengejarnya .
Akhirnya ketika Timun Emas hampir tertangkap ia melemparkan garam itu . Segera tanah tempat Buta Ijo
berdiri berubah menjadi laut . Buta Ijo itu tenggelam dan tewas seketika .
Timun Emas bersyukur kepada Tuhan dan kembali ke rumahnya .

Roro Jonggrang

Long time ago, there was a kingdom named Prambanan. All the people of Prambanan lived peacefully. But then,
Prambanan kingdom was attacked and occupied by the Pengging kingdom. Prambanan then was ruled by
Bandung Bondowoso of Pengging kingdom. He was a mean king. He also had great supernatural power. His
soldiers were not only humans, but also genies.
The king of Prambanan had a beautiful daughter named Loro Jonggrang. Bandung Bondowoso fell in love with
her and wanted to marry her. “You’re very beautiful. Would you be my queen?” asked Bandung Bondowoso. Loro
Jonggrang was shocked. She didn’t like Bandung Bondowoso because he was a mean person. She wanted to
refuse, but she afraid that Bandung Bondowoso would be angry and endangered the people of Prambanan. Then,
she came up with a plan. “If you want to marry me, you have to build a thousand temples for me in just one
night,” said Loro Jonggrang. “What? That’s impossible!” said Bandung Bondowoso. But he did not give up. He
consulted with his advisor. “Your Majesty can asked the genies to help built the temples,” said the advisor.
So, Bandung Bondowoso summoned his entire genies soldier and commanded them to help him built a thousand
temples. The genies worked in unbelievable speed. Meanwhile, Loro Jonggrang heard from her servant that the
building of a thousand temples was almost finished. She was so worried. But again, she came up with a great idea.
She asked all of her servants to help her. “Please prepare a lot of straw and mortar. Please hurry up!” said Loro
Jonggrang. “Burn the straw and make some noise pounding the mortar, quickly.” All those servants did what
Loro Jonggrang ordered them; burning straw and pounding the mortar, making the genies think that the sun is
going to rise.
“It’s already dawn. We have to go,” said the leader of the genies to Bandung Bondowoso. All the genies
immediately stopped their work and ran for cover from the sun, which they afraid of. They didn’t know that the
light was from the fire that burning the straw, not from the sun.
Bandung Bondowoso can’t stop the genies from leaving. He was angry. He knew Loro Jonggrang had just tricked
him. “You cannot fool me, Loro Jonggrang. I already have 999 temples. I just need one more temple. Now, I will
make you the one-thousandth temple.” He pointed his finger to Loro Jonggrang and said some mantras.
Magically, Loro Jonggrang’s body turned into stone. Until now, the temple is still standing in Prambanan area,
Central Java. And the temple is called Loro Jonggrang temple.

Terjemahan :

Roro Jonggrang

Lama waktu yang lalu , ada sebuah kerajaan bernama Prambanan . Semua orang dari Prambanan hidup damai .
Tapi kemudian , Kerajaan Prambanan diserang dan diduduki oleh kerajaan Pengging . Prambanan kemudian
diperintah oleh Bandung Bondowoso Pengging kerajaan . Dia adalah raja berarti . Dia juga memiliki kekuatan
gaib yang besar . Tentara -Nya tidak hanya manusia , tetapi juga jin .
Raja Prambanan memiliki seorang putri cantik bernama Loro Jonggrang . Bandung Bondowoso jatuh cinta
padanya dan ingin menikahinya . " Kau sangat cantik . Apakah Anda menjadi ratu saya? " Tanya Bandung
Bondowoso . Loro Jonggrang terkejut . Dia tidak suka Bandung Bondowoso karena dia orang yang berarti . Dia
ingin menolak , tapi dia takut bahwa Bandung Bondowoso akan marah dan membahayakan orang-orang
Prambanan . Kemudian , dia datang dengan rencana. " Jika Anda ingin menikah , Anda harus membangun seribu
candi untuk saya hanya dalam satu malam , " kata Loro Jonggrang . " Apa? Itu tidak mungkin! " Kata Bandung
Bondowoso . Tapi dia tidak menyerah . Dia berkonsultasi dengan penasihat . " Yang Mulia bisa meminta jin
untuk membantu membangun kuil , " kata penasehat .
Jadi , Bandung Bondowoso memanggil jin seluruh prajurit dan memerintahkan mereka untuk membantunya
membangun seribu candi . Para jin bekerja dalam kecepatan yang luar biasa . Sementara itu, Loro Jonggrang
mendengar dari pelayannya bahwa pembangunan seribu candi itu hampir selesai . Dia sangat khawatir . Tetapi
sekali lagi, dia datang dengan ide bagus . Dia meminta semua pelayannya untuk membantunya . " Silahkan
persiapkan banyak jerami dan mortir . Tolong cepat sedikit ! " Kata Loro Jonggrang . " Membakar jerami dan
membuat beberapa kebisingan berdebar mortir , dengan cepat . " Semua hamba-hamba itu melakukan apa Loro
Jonggrang memerintahkan mereka , membakar jerami dan menumbuk lesung , membuat jin berpikir bahwa
matahari akan meningkat .
" Ini sudah fajar . Kita harus pergi , " kata pemimpin jin ke Bandung Bondowoso . Semua jin segera
menghentikan pekerjaan mereka dan berlari untuk berlindung dari matahari , yang mereka takut . Mereka tidak
tahu bahwa terang itu dari api yang membakar jerami , bukan dari matahari .
Bandung Bondowoso tidak dapat menghentikan jin meninggalkan . Dia marah . Dia tahu Loro Jonggrang baru
saja menipunya . " Anda tidak bisa membodohi saya , Loro Jonggrang . Saya sudah memiliki 999 candi . Aku
hanya perlu satu kuil lagi. Sekarang, saya akan membuat Anda candi satu per seribu . " Dia menunjuk jarinya ke
Loro Jonggrang dan mengatakan beberapa mantra . Ajaib , tubuh Loro Jonggrang berubah menjadi batu .
Sampai saat ini , candi masih berdiri di wilayah Prambanan , Jawa Tengah . Dan candi Loro Jonggrang disebut
candi .
1. The Monkey and the Crocodile

The Monkey and


the Crocodile

It was a beautiful lake surrounded by lush green grasses, beautiful trees, mountains and
sweetest, tastiest jamun trees. There lived a monkey on one of the jamun trees located near the
lake.

The lake also had a few crocodiles. There was one crocodile that used to collect the jamun fruits
from the lake that fall from the tree.

As the crocodile visits the jamun trees every day, it became friends with Monkey. Crocodile and
monkey met every day. The monkey helped crocodile by providing more and fresh jamun fruits
from the tree. Their relationship continued and they became close pals.

One day, the monkey asked the crocodile to give some jamun fruits to his wife and family as the
fruits were more delicious. The crocodile agreed and took a lot of jamun fruits to his wife.

His wife was so happy and surprised that she never ate so delicious fruits, so far. She inquired
her husband, where he got those fruits. The crocodile told her, his friend, monkey who lives in a
Jamun tree gave these for him.

The wife crocodile made a plan in her mind. She asked her husband, ‘Does your friend eat these
fruits every day?’ The crocodile replied yes. She added, ‘Oh my goodness. These are the
sweetest fruits we ever ate. Imagine how delicious the monkey’s heart would be if he eat these
fruits daily! I need the heart of your friend. Can you please bring it for me?’

The crocodile was shocked to hear it from his wife. He replied, ‘But he is my close friend. I can’t
do this to him.’

The wife crocodile told him, ‘don’t worry. You bring him here. I will then take care! Or else, you
may try to push him down into the water if he doesn’t know swimming!’
After a long time, the crocodile agreed to bring monkey to his wife.

The very next day, crocodile invited monkey to join them for lunch and asked for his favorite
foods. Monkey happily agreed to be the guest and but worried that the monkey did not know how
to swim in the lake.

Crocodile on thinking about monkey’s sorrow, pleased monkey and told him, ‘Don’t worry. I will
carry you on my back and will take you back safely too!’

The monkey accepted and crocodile rode him to his home on his back on the water. As they
reached half way, the crocodile tried to push monkey down into the water. However, monkey
held the crocodile tightly and did not fall. Monkey got suspicious about crocodile’s act and asked
him to tell the truth.

Since crocodile believed him as his good friend, he told about the conversation and the fight his
wife had with him and he was taking monkey to eat his heart!

The intelligent monkey said, ‘Oh my dear friend, you should have told me this earlier. I left my
heart on one of the branches of the tree as I won’t carry it if I travel long. If you take me back, I
can give you my heart.’

Crocodile accepted and rode the monkey back to the lake. As they reached the tree where the
monkey lived, the monkey climbed quickly and escaped from the crocodile.

He shouted at crocodile, ‘I thought you as a good friend, but you cheated me. I will never come
back and never be your friend.’

The crocodile understood his mistake and returned back home empty handed, losing a good
friend indeed

Terjemahan:

Itu adalah sebuah danau yang indah, dikelilingi oleh rumput hijau yang subur, pohon-
pohon yangindah,gunung dan POHON jamun manis, paling
lezat. Hiduplah monyet di salah satu pohon jamunterletak di dekat Danau.

Danau ini juga memiliki beberapa buaya. Ada satu buaya yang digunakan untuk mengumpulkan
buah-buahan jamun dari danau yang jatuh dari pohon.

Seperti buaya Mengunjungi pohon jamun setiap hari, itu menjadi teman dengan monyet. Buayad
an monyetbertemu setiap hari. Monyet membantu buaya dengan menyediakan lebih
banyak dansegar jamun buahdari pohon. Hubungan mereka berlanjut dan mereka menjadi tema
n-temandekat.
Suatu hari, monyet bertanya buaya untuk memberikan jamun beberapa buah-
buahan untuk istridankeluarga sebagai buah yang lebih lezat. Buaya setuju dan mengambil bany
ak jamun buah-buahan kepadaistrinya.

Istri nya begitu bahagia dan terkejut bahwa ia tidak pernah makan buah-
buahan begitu lezat,sejauh ini. Diabertanya suaminya, di mana ia mendapat buah-
buah itu. Buaya mengatakan dia,teman, monyet yangtinggal di sebuah pohon Jamun memberika
n ini untuknya.

istri
buaya membuat rencana dalam pikirannya. Dia bertanya kepada suaminya, ‘Apakah temanAnda
makan buah-buahan ini setiap hari?’ Buaya menjawab ya. Ia menambahkan, ‘
Oh Ya ampun.Ini adalah buah-
buahan manis yang pernah kita makan. Bayangkan bagaimana lezat jantungmonyet jika ia maka
n buah-buahan ini setiap
hari! Aku butuh jantung teman Anda. Dapat Andasilakan membawa itu bagi saya?’

Buaya terkejut mendengar dari istrinya. Ia menjawab, ‘ tapi dia teman dekat saya. aku tidak
dapatmelakukan ini kepadanya.’

istri buaya berkata kepadanya, ‘ jangan khawatir. Anda membawa dia di sini. Saya mengambil
kendali!Atau, Anda dapat mencoba untuk mendorong dia ke air jika ia tidak tahu kolam!’

Setelah waktu yang lama, buaya sepakat untuk membawa monyet kepada istrinya.

Keesokan harinya, buaya diundang monyet untuk bergabung dengan mereka untuk makan
siangdanmeminta makanan favorit nya. Monyet bahagia setuju untuk menjadi tamu tetapi khawat
irbahwa monyettidak tahu bagaimana untuk berenang di danau.

Buaya berpikir tentang kesedihan monyet, monyet dengan gembira dan berkata kepadanya, ‘
jangankhawatir. Aku akan membawa Anda di punggung saya dan akan membawa Anda kembali
dengan aman !

Monyet diterima dan buaya naik dia ke rumahnya di punggungnya di atas air. Mereka mencapais
etengahjalan, buaya berusaha menekan monyet ke
dalam air. Namun, monyet berpegangan eratdan tidak jatuh.Monyet curiga tentang undang-
undang buaya dan memintanya untuk mengatakankebenaran.

Sejak buaya percaya dia sebagai sahabat–


Nya, ia menceritakan percakapan bersama istrinyayang akan memakan hatinya

Monyet cerdas berkata, ‘ Oh teman ku sayang, Anda harus nya mengatakan


kepada sayasebelumnya. Akumeninggalkan hatiku di salah satu cabang-
cabang pohon karena saya tidak akanmembawa itu jika sayamelakukan
perjalanan panjang. Jika Anda membawa saya kembali, sayadapat memberikan hati saya.’

Buaya terima dan monyet


naik kembali ke danau. Mereka mencapai pohon tempat tinggal monyet,monyetnaik dengan
cepat dan melarikan diri dari buaya.

Dia berteriak buaya, ‘


saya pikir Anda sebagai teman yang baik, tetapi Anda menipu saya. Sayatidak akanpernah data
ng kembali dan tidak pernah menjadi teman Anda.’

Buaya memahami kesalahannya dan pulang dengan tangan kosong, ia kehilangan teman
baiknya.

2. The Crow and The Eagle

The Crow and The Eagle

There lived a crow on a tree top. Everyday he used to watch with utter wonder the acts of an
eagle.The eagle had a nest high up on a mountain. He used to swoop down from there to get
hold of a lamb and fly up again and all in one go.The crow was amazed by the feat of the
eagle.One day he was so excited that he wanted to imitate the eagle. So up he flew as high as
he could. From there he began to swoop down. He came down and down. But alas, he could not
control himself. He crashed on the ground and broke his beak.

Terjemahan

Gagak dan Elang


Hiduplah gagak di atas pohon. Setiap
hari ia digunakan untuk menonton dengan mengucapkanherantindakan elang.

Elang memiliki sarang tinggi di gunung. Ia digunakan untuk menukik dari sana untuk mendapatk
anseekordomba dan terbang lagi dan terus seperti itu

Gagak kagum dengan prestasi elang.

Suatu hari ia begitu gembira bahwa ia ingin meniru elang. Jadi ia terbang tinggi sebisanya. Daris
ana iamulai menukik. Dia datang turun. Tapi sayangnya, dia tidak bisa mengendalikan diri. Iajatu
h pada tanah danpecah paruhnya.

3. The Cactus

The Cactus

The most notable thing about Time is that it is so purely relative. A large amount of reminiscence
is, by common consent, conceded to the drowning man; and it is not past belief that one may
review an entire courtship while removing one’s gloves.

That is what Trysdale was doing, standing by a table in his bachelor apartments. On the table
stood a singular-looking green plant in a red earthen jar. The plant was one of the species of
cacti, and was provided with long, tentacular leaves that perpetually swayed with the slightest
breeze with a peculiar beckoning motion.

Trysdale’s friend, the brother of the bride, stood at a sideboard complaining at being allowed to
drink alone. Both men were in evening dress. White favors like stars upon their coats shone
through the gloom of the apartment.

As he slowly unbuttoned his gloves, there passed through Trysdale’s mind a swift, scarifying
retrospect of the last few hours. It seemed that in his nostrils was still the scent of the flowers that
had been banked in odorous masses about the church, and in his ears the lowpitched hum of a
thousand well-bred voices, the rustle of crisp garments, and, most insistently recurring, the
drawling words of the minister irrevocably binding her to another.
From this last hopeless point of view he still strove, as if it had become a habit of his mind, to
reach some conjecture as to why and how he had lost her. Shaken rudely by the
uncompromising fact, he had suddenly found himself confronted by a thing he had never before
faced –his own innermost, unmitigated, arid unbedecked self. He saw all the garbs of pretence
and egoism that he had worn now turn to rags of folly. He shuddered at the thought that to
others, before now, the garments of his soul must have appeared sorry and threadbare. Vanity
and conceit? These were the joints in his armor. And how free from either she had always been–
But why–

As she had slowly moved up the aisle toward the altar he had felt an unworthy, sullen exultation
that had served to support him. He had told himself that her paleness was from thoughts of
another than the man to whom she was about to give herself. But even that poor consolation had
been wrenched from him. For, when he saw that swift, limpid, upward look that she gave the man
when he took her hand, he knew himself to be forgotten. Once that same look had been raised to
him, and he had gauged its meaning. Indeed, his conceit had crumbled; its last prop was gone.
Why had it ended thus? There had been no quarrel between them, nothing–

For the thousandth time he remarshalled in his mind the events of those last few days before the
tide had so suddenly turned.

She had always insisted upon placing him upon a pedestal, and he had accepted her homage
with royal grandeur. It had been a very sweet incense that she had burned before him; so
modest (he told himself); so childlike and worshipful, and (he would once have sworn) so sincere.
She had invested him with an almost supernatural number of high attributes and excellencies
and talents, and he had absorbed the oblation as a desert drinks the rain that can coax from it no
promise of blossom or fruit.

As Trysdale grimly wrenched apart the seam of his last glove, the crowning instance of his
fatuous and tardily mourned egoism came vividly back to him. The scene was the night when he
had asked her to come up on his pedestal with him and share his greatness. He could not, now,
for the pain of it, allow his mind to dwell upon the memory of her convincing beauty that night–the
careless wave of her hair, the tenderness and virginal charm of her looks and words. But they
had been enough, and they had brought him to speak. During their conversation she had said:

“And Captain Carruthers tells me that you speak the Spanish language like a native. Why have
you hidden this accomplishment from me? Is there anything you do not know?”

Now, Carruthers was an idiot. No doubt he (Trysdale) had been guilty (he sometimes did such
things) of airing at the club some old, canting Castilian proverb dug from the hotchpotch at the
back of dictionaries. Carruthers, who was one of his incontinent admirers, was the very man to
have magnified this exhibition of doubtful erudition.
But, alas! the incense of her admiration had been so sweet and flattering. He allowed the
imputation to pass without denial. Without protest, he allowed her to twine about his brow this
spurious bay of Spanish scholarship. He let it grace his conquering head, and, among its soft
convolutions, he did not feel the prick of the thorn that was to pierce him later.

How glad, how shy, how tremulous she was! How she fluttered like a snared bird when he laid
his mightiness at her feet! He could have sworn, and he could swear now, that unmistakable
consent was in her eyes, but, coyly, she would give him no direct answer. “I will send you my
answer to-morrow,” she said; and he, the indulgent, confident victor, smilingly granted the delay.
The next day he waited, impatient, in his rooms for the word. At noon her groom came to the
door and left the strange cactus in the red earthen jar. There was no note, no message, merely a
tag upon the plant bearing a barbarous foreign or botanical name. He waited until night, but her
answer did not come. His large pride and hurt vanity kept him from seeking her. Two evenings
later they met at a dinner. Their greetings were conventional, but she looked at him, breathless,
wondering, eager. He was courteous, adamant, waiting her explanation. With womanly swiftness
she took her cue from his manner, and turned to snow and ice. Thus, and wider from this on,
they had drifted apart. Where was his fault? Who had been to blame? Humbled now, he sought
the answer amid the ruins of his self-conceit. If–

The voice of the other man in the room, querulously intruding upon his thoughts, aroused him.

“I say, Trysdale, what the deuce is the matter with you? You look unhappy as if you yourself had
been married instead of having acted merely as an accomplice. Look at me, another accessory,
come two thousand miles on a garlicky, cockroachy banana steamer all the way from South
America to connive at the sacrifice–please to observe how lightly my guilt rests upon my
shoulders. Only little sister I had, too, and now she’s gone. Come now! take something to ease
your conscience.”

“I don’t drink just now, thanks,” said Trysdale.

“Your brandy,” resumed the other, coming over and joining him, “is abominable. Run down to see
me some time at Punta Redonda, and try some of our stuff that old Garcia smuggles in. It’s worth
the, trip. Hallo! here’s an old acquaintance. Wherever did you rake up this cactus, Trysdale?”

“A present,” said Trysdale, “from a friend. Know the species?”

“Very well. It’s a tropical concern. See hundreds of ’em around Punta every day. Here’s the name
on this tag tied to it. Know any Spanish, Trysdale?”

“No,” said Trysdale, with the bitter wraith of a smile–“Is it Spanish?”

“Yes. The natives imagine the leaves are reaching out and beckoning to you. They call it by this
name–Ventomarme. Name means in English, ‘Come and take me.'”
Terjemahan

Kaktus

Hal yang paling penting tentang waktu adalah bahwa begitu murni relatif. Sejumlahbesar kenang
-
kenangan adalah, dengan persetujuan umum, mengakui kepada orang tenggelam; dan itu tidak
melewati keyakinan bahwa seseorang dapat meninjau pacaran seluruh sementara menghapuss
alah satu sarung tangan.

Itulah apa Trysdale adalah melakukan, berdiri dengan meja di apartemen sarjana nya. Di atasme
ja berdiri tanaman hijau yang tampak
tunggal dalam stoples tanah merah. Tanaman adalahsalah satu jenis kaktus, dan diberikan deng
an daun panjang, tentacular yang terus-menerusbergoyang dengan angin sedikit
pun dengan aneh memanggil gerak.

Trysdale’s teman, saudara perempuan, berdiri di bufet mengeluh di diizinkan untukminumsendiri


an. Kedua orang itu di gaun malam. Putih nikmat seperti bintang atasmantel merekabersinar mel
alui kesuraman apartemen.

Ketika ia perlahan-lahan membuka kancing sarung tangan–


Nya, tidak melewati melalui pikiranTrysdale’s swift, scarifying retrospeksi dari beberapa jam terak
hir. Tampak dalam hidungnya itumasih aroma bunga-
bunga yang telah membelok berbau massa tentang gereja, dan telinganyalowpitched dengung s
eribu baik dibesarkan suara, gemeresik pakaian renyah, dan, paling terus-
menerus berulang, kata-kata drawling Menteri bulat mengikat dirinya ke yang lain.

Dari terakhir putus asa pandang ini ia masih berjuang, seolah–


olah itu telah menjadikebiasaanpikirannya, untuk mencapai beberapa dugaan tentang mengapa
dan bagaimana ia telahkehilangan dirinya. Terguncang kasar oleh fakta tanpa kompromi, iatiba-
tiba menemukan dirinyaberhadapan dengan hal yang ia belum pernah
terjadisebelumnya telah menghadapi—
unbedeckeddiri sendiri terdalam, sejati dan gersang. Dia melihat semua garbs puraan dan egois
me yang iatelah dipakai sekarang beralih ke kain kebodohan. Ia shuddered saat berpikir bahwa
orang
lain,sebelum sekarang, pakaian jiwanya harus telah muncul Maaf dan tipis. Kesombongan danke
sombongan? Ini adalah sendi di baju besi nya. Dan bagaimana bebas dari baik dia selalu–
tapimengapa–

Ketika dia telah perlahan-lahan bergerak menyusuri lorong ke altar ia merasa tidak
layak,cemberut kemegahan yang telah bertugas untuk mendukungnya. Dia telah mengatakan se
ndiribahwa dia pucat dari pikiran lain daripada orang kepada siapa iaadalah memberikan dirinya.
Tetapi bahkan penghiburan bahwa miskin telah merenggut darinya. Ketika ia melihat bahwa swift
,jernih, ke
atas terlihat bahwa dia memberikan pria ketika ia mengambil tangannya, dia tahu dirinyauntuk dil
upakan. Setelah itu terlihat sama dibesarkan kepadanya, dan dia telah diukur maknanya.Meman
g, kesombongan nya telah runtuh; prop yang terakhir sudah pergi. Mengapa ituberakhirdengan
demikian? Telah ada perselisihan antara mereka, tidak ada–

Untuk membuat waktu ia remarshalled dalam pikirannya peristiwa yang terakhir beberapa harise
belum gelombang telah begitu tiba-tiba berubah.

Dia selalu bersikeras setelah menempatkan dia atas sebuah alas, dan ia telah menerimapenghor
matan dia dengan kemegahan royal. Sudah sangat ukupan yang ia telah membakarsebelum dia;
begitu sederhana (katanya pada diri sendiri); begitu kekanak-
kanakan dan memuja,dan (dia akan sekali telah dilantik) begitu tulus. Dia telahdiinvestasikan dia
dengan jumlah atributyang tinggi dan rajani dan bakat yang hampir supranatural, dan ia telah dis
erap persembahan khusus seperti padang
pasir yang menghisap air hujan yang dapat membujuk dari itu tidak adajanji mekar atau buah.

Sebagai Trysdale muram menariknya terpisah lapisan dalam sarung


tangan terakhir,contohmahkota nya dungu dan tardily ditanggapi egoisme datang dengan
jelas kembali kepadanya.Adegan adalah malam ketika dia meminta dia untuk datang padanya al
as dengannya dan berbagikebesarannya. Dia tidak dapat, sekarang, untuk rasa
sakit itu, membiarkan pikiran untuk diam diatas memori kecantikannya meyakinkan malam itu—
gelombang ceroboh rambutnya, kelembutandan perawan pesona terlihat dan kata-
kata. Tetapi mereka telah cukup, dan mereka telahmembawanya untuk berbicara. Selama perca
kapan mereka dia berkata:

“Dan Kapten Carruthers memberitahu saya bahwa Anda berbicara bahasa Spanyol sepertipendu
duk
asli. Mengapa Anda memiliki tersembunyi prestasi ini dari saya? Apakah ada sesuatuyang Anda
tidak tahu?”

Sekarang, Carruthers adalah seorang idiot. Tidak diragukan


lagi dia (Trysdale) telahbersalah (diakadang-kadang melakukan hal-
hal seperti) dari ditayangkan di club tua, canting Kastilia pepatahdigali dari bauran belakang Kam
us. Carruthers, yang adalah salah satu pengagum BESER nya,adalah orang sangat telah diperb
esar pameranini pengetahuan diragukan.

Tapi, sayangnya! ukupan kekaguman padanya telah begitu manis dan menyanjung.Diamengizin
kan tuduhan lulus tanpa penolakan. Tanpa protes, ia diperbolehkan membelitkan tentangdahinya
Teluk ini palsu Spanyol beasiswa. Ia membiarkannya rahmat kepalanya penakluk, dan di
antara convolutions yang lembut, ia tidak merasa tusukan duri yang menusuk Dia kemudian.

Bagaimana senang, bagaimana pemalu, bagaimana tremulous dia adalah! Bagaimana dia terba
ngseperti burung snared ketika ia meletakkan keagungan nya di kakinya! Ia berani bersumpah, d
ania bersumpah sekarang, bahwa izin yang jelas di matanya, tetapi, malu-
malu, dia akan memberikandia ada jawaban langsung. “Aku akan mengutus saya jawaban esok
mereka,” katanya; dan dia,victor memanjakan, percaya
diri, smilingly diberikan penundaan. Hari berikutnya ia menunggu,sabar, Kamar nyauntuk kata. P
ada siang hari dirinya laki-
laki keluar dari pintu dan meninggalkankaktus aneh di jar tanah merah. Ada catatan tidak, tidak p
esan, hanya sebuah tag pada tanamanbantalan nama asing atau botani yang biadab. Dia menun
ggu sampai malam, tetapi jawabannyatidak datang. Kebanggaan besar dan terluka kesombonga
n menahannya dari mencari dirinya. Duamalam kemudian mereka bertemu pada makan
malam. Salam mereka yang konvensional, tapi diamemandang dia, terengah-engah, bertanya-
tanya, bersemangat. Dia adalah sopan, bersikeras,menunggu penjelasannya. Dengan kecepata
n feminin dia mengambil dengan isyarat dari caraNya, danberalih ke salju dan es. Dengan
demikian, dan lebih
luas dari ini, mereka telah terpisah.Mana Apakah kesalahannya? Yang telah untuk menyalahkan
? Merendahkan sekarang, iamencari jawabannya di tengah-
tengah reruntuhan nya kesombongan diri.Jika–

Suara orang lain di Kamar, querulously mengganggu atas pikirannya, terangsang nya.

“Saya katakan, Trysdale, apa deuce adalah masalah dengan Anda? Anda terlihat bahagiaseolah
–olah Anda sendiri telah menikah bukan bertindak hanya sebagai kaki
tangan. Melihatsaya, aksesori lain, datang dua ribu mil pada sebuah kapal yang berbau bawang
putin, cockroachypisang sepanjang jalan dari Amerika Selatan ke berkomplot di korban–
Harap untuk mengamatibagaimana ringan rasa
bersalah saya bersandar pada bahu saya. Adik kecil hanya aku, juga, dansekarang dia pergi. Da
tang sekarang! mengambil sesuatu untuk meringankan hati nurani Anda.”

“Saya tidak minum sekarang, terima kasih,” kata Trysdale.

“Anda brendi,” kembali yang lain, datang dan bergabung dengan dia, “orang-orangan. Lari ke
bawah untuk melihat saya beberapa waktu di Punta Redonda, dan mencoba beberapa barang-
barang kami yang lama Garcia menyelundupkan di. It’sworth, perjalanan. Hallo! Berikut
adalahkenalan lama. Dimanapun Apakah Anda menyapu up ini Kaktus, Trysdale?”

“A saat ini,” kata Trysdale, “dari seorang teman. Tahu spesies?”

“Sangat baik. Ini adalah keprihatinan tropis. Melihat ratusan ’em di


sekitar Punta setiap hari.Berikut
adalah nama tag ini terikat padanya. Tahu setiap Spanyol, Trysdale?”

“Tidak,” kata Trysdale, dengan hantu pahit dari senyum-“Apakah Spanyol?”

“Ya. Penduduk
asli bayangkan daun mengulurkan tangan dan memanggil Anda. Merekamenyebutnya dengan n
ama ini–Ventomarme. Nama berarti dalam bahasa Inggris, ‘Datang danmembawa saya.’ “
4.The Dog and The Cows

The Dog and The


Cows

The cows used to eat hay from the manger. One day a herd of cows came to the manger to eat
hay. They saw a dog lying on the hay in the manger.One of the cows pleaded, “Please, will you
get up! We are hungry. We have to eat our hay”. The dog did not take heed of it.

Once again another cow pleaded, “Please, let us have our hay”. The dog snarled and the cow
stepped back.

A wise cow ran up to the bull and told him the matter.

The bull came and requested, “Get out, please! Let them have their food”. There was no reply.
The bull became angry. He bellowed loudly and stamped his legs. The dog got frightened and
ran for his life.

TerjemahanSapi yang digunakan untuk makan jerami dari palungan. Satu hari kawanan sapi dat
ang ke palunganuntukmakan jerami. Mereka melihat seekor anjing yang berbaring di
atas jerami di dalam palungan.

Salah satu sapi memohon, “Silakan, engkau akan bangun! Kami sangat lapar. Kita harus makanj
eramikami”. Anjing tidak mengambil pelajaran dari itu.

Sekali lagi memohon sapi yang lain, “Tolong, beritahu kami memiliki jerami kami”. Anjing geram
dansapimelangkah kembali.

Sapi bijaksana berlari ke lembu jantan dan menyuruhnya masalah.


Banteng datang dan meminta, “keluar, silakan! Biarkan mereka memiliki makanan mereka”. Adat
idak adajawaban. Lembu
jantan menjadi marah. Dia berteriak keras dan dicap kakinya. Anjingmendapat ketakutandan berl
ari untuk hidupnya.

5. THE GOLDEN SLUG (KEONG MAS)

THE GOLDEN SLUG (KEONG MAS)

In the ancient time, lived a young man named Galoran. He was respected because of his wealth
and honor. His parents were nobleman so he could live with luxury. However, he was very
wasteful and every day just squandered the wealth of his parents.

One day, his parents died, but he did not care and continued to spend money as well as before.
Because his life was so extravagant, all the treasure that he had was running out and he became
an unemployed person. Many people sympathized with him and offered a job. But every time he
got the job, he just dallied and it made him always be fired. Several months later, there was a
wealthy widow who interested him. He married the widow and of course, he was very happy to
be living in luxury again.

The widow had a daughter who was very diligent and clever to weave. Her name is Jambean, a
beautiful girl and had been famous because of her weaving. However, Galoran did not like the
girl, because the girl often scolded him because of his laziness. Finally, he threatened to torture
and kill Jambean. He revealed the plan to his wife and the wife was very sad to hear of the
threat.

Hearing the news, Jambean was very sad but she volunteered herself to be killed by her father.
She told that she wanted to be dumped into a dam and did not burry under the ground after the
death. The mother agreed and did all of her wants. In the dam, her body and head suddenly
turned into the golden slugs.

Several years later, there are two widows who were looking for firewood. They were kindred, the
first widow named Mbok Sambega Rondo and the second called Mbok Rondo Sembagil. When
looking for the firewood in the jungle, they were very surprised because of finding the beautiful
golden slugs. They brought it and maintained at home.

Once they brought the snails, there was always a miracle every day. Their kitchen was always
filled with the delicious food when they came home from work. They were very surprised, and
wanted to know the person who made those foods. They pretended to go to work and hid in the
back of the house. A few moments later, there was a beautiful girl came from the inside of the
conch and she began to cook the delicious meals.

Both widows then secretly held and did not let the girl to get into the snail anymore. The girl
apparently was Jambean who had been killed by her father. Both widows then allowed her to
stay with them. Because of their versatility in weaving, she got her famous back and made a
handsome prince attracted. In the end, she married the prince and lived happily.
Terjemahan :

Keong Mas

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda yang bernama Galoran. Ia merupakan salah
satu orang yang disegani karena mempunyai kekayaan dan kehormatan. Orang tuanya
merupakan bangsawan sehingga ia dapat hidup dengan mewah. Namun, ia merupakan
seseorang yang sangat boros dan setiap hari hanya menghambur-hamburkan harta orang
tuanya.

Suatu hari, orang tuanya meninggal dunia namun ia tidak peduli dan terus menghabiskan uang
seperti sebelumnya. Karena hidupnya begitu boros, maka harta yang ia miliki habis dan ia
menjadi seorang pengangguran. Banyak warga yang iba terhadapnya, namun setiap kali ia
mendapatkan pekerjaan, ia hanya bermalas-malasan dan membuat ia sering dipecat. Beberapa
bulan kemudian, terdapat seorang janda kaya raya yang tertarik dengannya. Ia kemudian
menikah dengan janda tersebut. Tentu saja, ia sangat senang karena bisa hidup mewah seperti
sebelumnya.

Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun.
Namanya Jambean, seorang gadis yang tenunannya sangat indah dan terkenal di desa
tersebut. Namun, Galoran tidak menyukai gadis tersebut, karena sang gadis selalu menegurnya
karena selalu bermalas-malasan. Karena begitu benci dengan Jambean, ia mengancam akan
menyiksa dan membunuhnya. Ia mengungkapkan rencana tersebut kepada istrinya dan sang
istri sangatlah sedih mendengar ancaman tersebut.

Mendengar berita tersebut, Jambean sangat sedih namun ia merelakan dirinya dibunuh oleh
sang ayah. Ia berpesan ketika ia telah meninggal, ia ingin agar mayatnya dibuang ke sebuah
bendungan dan jangan dikubur di dalam tanah. Setelah meninggal, sang ibu memenuhi
permintaan tersebut dengan membawa mayatnya ke bendungan dan menceburkannya. Di
dalam bendungan, tubuh dan kepalanya berubah menjadi udang dan siput atau disebut sebagai
keong dalam bahasa jawa.

Beberapa tahun kemudian, dua orang janda sedang mencari kayu bakar. Mereka adalah kakak
beradik dengan nama Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembagil. Ketika sedang
mencari kayu di hutan, mereka sangat terkejut karena menemukan keong dan siput yang
berwarna emas serta sangat indah. Keduanya kemudian membawa keong dan siput tersebut
untuk dipelihara di rumah.

Setelah mereka membawa siput tersebut dan menjadikannya sebagai hewan peliharaan, selalu
ada keajaiban setiap hari. Dapur mereka selalu dipenuhi makanan lezat ketika mereka pulang
dari bekerja. Mereka sangat heran, dan mereka ingin mengetahui siapa orang yang selalu
membuat makanan lezat tersebut. Mereka berpura-pura pergi bekerja dan bersembunyi di
belakang rumah. Beberapa saat kemudian, muncullah seorang gadis cantik dari dalam keong
tersebut dan ia mulai memasak makanan-makanan lezat.

Kedua janda tersebut kemudian secara diam-diam memegang gadis tersebut dan tidak
membiarkannya lagi untuk masuk ke dalam keong. Gadis itu ternyata adalah Jambean yang
telah dibunuh oleh ayahnya. Kedua janda tersebut kemudian mengizinkan Jambean untuk
tinggal bersama mereka. Karena kepandaiannya dalam menenun, ia sangat terkenal dan
seorang pangeran tampan tertarik kepadanya. Pada akhirnya, ia menikah dengan pangeran dan
hidup bahagia.
6.The Miser

The Miser

A miser sold all things that he had to buy a lump made of gold, which he buried in a hole in the
ground by the side of an old wall and went to look at daily. One of his workmen noted his
frequent visits to the spot and determined to watch his movements. He soon uncovered the
secret of the hidden treasure, and digging down, came to the lump of gold hidden by a miser,
and stole it. On his next visit, the Miser, found nothing inside the hole and started to tear his hair
and to make loud lamentations. A neighbor, looking at him overcome with grief and learning the
cause, said, “Pray, do not grieve so; but go and put a stone in the hole, and imagine that the gold
is still lying there. It will do to you quite the same act; for once the gold was there, you left it
nothing, as you did not make the slightest use of it.”

Terjemahan

Si Pelit

Seorang yang kikir menjual seluruh benda yang ia miliki untuk membeli seongkah emas, yang
dia timbun di sebuah lubang bawah tanah di sisi dinding tua dan selalu dia lihat setiap hari.
Salah satu pekerja nya kemudian bertanya – tanya tentang kebiasaan si Pelit yang sering
berkunjung ke tempat itu dan bertekad untuk mengawasi gerak – geriknya. Tak lama setelah itu
dia menemukan rahasia harta karun yang disimpan si Pelit, dan menggali hingga sampai ke
bongkahan emas yang disembunyikan oleh si Pelit, dan mencurinya. Pada kunjungan
berikutnya, si Pelit, tidak menemukan apa-apa di dalam lubang dan mulai menangis dan meratap
dengan keras. Seorang tetangga, kemudian menatapnya dan mencoba mengatasi kesedihannya
dan mempelajari penyebabnya, kemudian dia berkata, “Berdoalah, jangan bersedih begitu; Tapi
pergi dan letakkan batu di dalam lubang, dan membayangkan bahwa emasmu masih ada di
sana. Batu ini akan melakukan ke pada anda tindakan yang sama, karena pada waktu emas ada
di sana, anda meninggalkannya begitu saja, karena anda tidak memanfaatkannya barang.

7. The Boy Who Cried Wolf

The Boy Who Cried


Wolf

A shepherd-boy, who watched a group of sheep near a village, shocked out the villagers three or
four times by screaming out, “Wolf! Wolf!” and when his neighbors were there to help him,he
laughed at them for their pains.

However the Wolf, truly come at last. The Shepherd-boy, now really in danger, cried in an agony
of terror: “Pray, please come and help me; the Wolf is approaching to kill the sheep”; but no one
paid any attention to his cries, nor rendered any help. The Wolf, having no cause of scary, at his
leisure lacerated or destroyed the whole sheep in group.

There is no believing liars, even when they speak the truth.

Terjemahan

Anak Laki – Laki Yang Berteriak Serigala

Seorang anak gembala, yang melihat sekelompok domba di dekat sebuah desa,
mengejutkanorang – orang di desadengan berteriak tiga atau empat kali, “Serigala! Serigala!”
dan ketika tetangganya berada datang ke sana untuk membantunya, dia menertawai mereka
yang dengan susah payah datang.

Akan tetapi, serigala benar-benar datang pada akhirnya. Anakg embala itu sekarang benar-
benar dalam bahaya, menangis dalam penderitaankarena terancam: ” Ya Tuhan, datanglah
dan bantu saya; Serigal semakin mendekat untuk membunuh domba”; tapi tidak ada perhatian
apapun atau bantuan yang datang untuk tangisannya; Serigala kemudian tanpa takut
menyerang seluruh domba milik pemuda yang ada dalam kelompok itu.

Tidak adayang percaya dengan pembohong, bahkan ketika mereka berbicara kebenaran.

8. The Tortoise and the Hare

The Tortoise and the Hare

One day, there was the Hare which was once boasting of his speed before the other animals. “I
have never been beaten,” he said arrogantly, “if i run with my full speed. I challenge everyone
here to against me in a racing.”

The Tortoise replied quietly, “I will accept your challenge.”

“is that a joke?” said the Hare again; “I could dance round you all the way from the start to the
finish spot.”
“Keep your boasting till you win,” the Tortoise answered. “Shall we start?”

So a course was agreed and a starting point was made. at once The Hare darted almost out of
sight, but soon he stopped and to show his contempt for the Tortoise, he lay down to have a nap
soundly. The Tortoise plodded on and plodded on as the time going, and when the Hare awoke
from his nap, he was shocked to see the Tortoise just near the winning-post and could not run up
in time to save the race.

Then the Tortoise said: “Slow but steady process will win the race.”

Terjemahan

Kelinci dan kura-kura

Suatu hari, ada seekor kelinci yang sedang membualtentang kecepatannya berlari dibandingkan
hewan – hewan lain. “Saya tidak pernah terkalahkan,” katanya angkuh, “jika saya berjalan
dengan kecepatan penuh saya.” Saya menantang semua orang di sini untuk melawan saya di
arena balap.”

Kura-kura menjawab dengan tenang, “Aku akan menerima tantanganmu.”

“Apakah ini lelucon?” kata Kelinci lagi; “Aku bisa menari mengelilingimu sepanjang jalan dari
awal sampai titik finish.”

“Teruslah membual sampai kamu menang,” jawab kura-kura. “Bagaimana kalau kita mulai?”

Kemudian peerjanjian disepakati dan titik awal dibuat. Seketika si kelinci melesat hampir tidak
terlihat, tapi ia kemudian berhenti dan menunjukkan penghinaan untuk kura – kura, ia berbaring
untuk tidur siang dengan nyenyak. Seiring waktu berlalu, kura-kura terus berusaha dengan
susah payah, dan ketika Kelinci terbangun dari tidur, ia terkejut melihat kura-kura telah
mendekati titik kemenangan dan ia tidak bisa berlari dalam waktusesingkat itu memenangkan
balapan.

Kemudian Kura-kura berkata: “Proses yang lambat tapi stabil akan memenangkan
perlombaan.”
9. The Wolf in Sheep’s Clothing

The Wolf in Sheep’s Clothing

A Wolf experienced great difficulty in getting at the sheep owing to the vigilance of the shepherd
and his loyal dogs. But in the morning it found the skin of a sheep that had been flayed and
thrown aside, so it put it on over its own pelt and walked down among the sheep.

The Lamb that owned the sheep whose skin wore by the Wolf began to follow the Wolf in the
Sheep’s clothing. So, leading the Lamb a apart, he soon made a meal off her – and not long after
this he succeeded in deceiving the sheep, and eating hearty meals.

Our appearances are deceptive.

Terjemahan

Serigala Berbulu Domba

Seekor serigala sedang mengalami kesulitan besar dalam usahanya mendapatkan domba
karena kewaspadaan sang penggembala dan anjing setianya. Tapi di pagi hari itu ia temukan
kulit domba yang telah dikuliti dan dibuang, kemudian ia menutupkan kulit itu pada tubuhnya
dan berjalan di antara domba-domba itu.

Anak dari domba yang kulitnya dikenakan olehserigala mulai mengikutinya.Kemudian,ia


menggiring anak domba tersebut untuk terpisah dari kelompoknya, kemudian dan tidak lama
setelah itu dia berhasil menipu domba, dan mendapakan makanan yang lezat.

Penampilan dapat menipu.


10. Snow White

Snow White

Once upon a time there lived a little, named Snow White. She lived with her aunt and uncle
because her parents were died.

One day she heard her aunt and uncle talking about leaving Snow White in the castle because
they wanted to go to America and they didn’t have enough money to take Snow White with them.

Snow White didn’t want her uncle and aunt to do this. So she decided to run away. The next
morning she run away from home when her aunt and uncle were having breakfast, she run away
into the wood.

In the wood she felt very tired and hungry. Then she saw this cottage. She knocked but no one
answered so she went inside and felt asleep

Meanwhile seven dwarfs were coming home from work. They went inside. There, they found
Snow White woke up. She saw the dwarfs. The dwarfs said; “What is your name?”. Snow White
said; “My name is Snow White”. One of the dwarfs said; “If you wish, you may live here with us”.
Snow White told the whole story about her. Then Snow white and the seven dwarfs lived happily
ever after.

Terjemahan

Putri Salju
Dahulu kala hiduplah sedikit , bernama Putri Salju . Dia tinggal bersama bibi dan pamannya
karena orang tuanya meninggal.

Suatu hari ia mendengar bibi dan pamannya berbicara tentang meninggalkan Putri Salju di
benteng karena mereka ingin pergi ke Amerika dan mereka tidak punya cukup uang untuk
membawa Putri Salju dengan mereka .

Salju tidak ingin paman dan bibinya untuk melakukan hal ini . Jadi, dia memutuskan untuk
melarikan diri . Keesokan harinya dia lari dari rumah ketika bibi dan pamannya sedang sarapan ,
ia melarikan diri ke dalam hutan .

Dalam kayu ia merasa sangat lelah dan lapar . Lalu ia melihat pondok ini . Dia mengetuk tapi
tidak ada yang menjawab jadi dia masuk ke dalam dan merasa tertidur

Sementara tujuh kurcaci datang pulang dari kerja . Mereka masuk ke dalam. Di sana, mereka
menemukan Putri Salju terbangun . Dia melihat kerdil . Para kurcaci mengatakan , ” Siapa
namamu ? ” . Putri Salju mengatakan , ” Nama saya Snow White” . Salah satu kurcaci berkata , ”
Jika Anda ingin, Anda dapat tinggal di sini bersama kami ” . Putri Salju menceritakan seluruh
kisah tentang dia . Kemudian Putri Salju dan tujuh kurcaci hidup bahagia selamanya

11. A bear and a lion

A bear and a lion


One upon a time a lion and a bear caught and killed a goat. They had a quarrel over it.

“It is mine,” said the bear. “I caught it with my strong paws.”

“It is not yours. It is mine,” said the lion. “I killed it with my strong jaws.”

Then they began to fight over it. They ran up and down the hill, under and over the fallen trees, in
and out of the forest. They bit and scratched with their strength, but no one could overcome the
other.

At last they both were tired out and could fight no longer. They lay upon the ground, panting and
looking at each other.

A fox who was passing by at the time saw them with a dead goat near by. She ran up to them,
took the goat home and ate it up.

Terjemahan :
Beruang dan singa

Suatu ketika seekor singa dan seekor beruang menangkap dan mebunuh seekor kambing.
Mereka pun berdebat.

“Ini milikku,” kata beruang “Saya menagkapnya dengan kekuatan cakarku.”

“itu bukan milikmu. Itu milikku,” kata singa. “Saya membunuhnya dengan kekuatan rahangku.”

Mereka pun mulai bertengkar. Mereka saling kejar naik turun bukit melewati bawah dan atas
batang pohon tumbang, keluar dan masuk hutan. Mereka saling menggigit dan mencakar
dengan kekuatan mereka yang mereka miliki, tapi tidak ada yang mampu mengalahkan satu
sama lain.

Dan pada akhirnya mereka berdu letih dan tidak bias berkelahi lagi. Mereka berbaring dengan
nafas terengah-engah dan saling melihat.

Pada saat yang bersamaan tiba-tiba seekor rubah lewat dan melihat mereka bersama seekor
kambing mati di dekatnya. Dia pun mendekat, dan membawa pergi kambing tersebut.
12.The fools of two men

The fools of two


men

Gotham (Go’tem) was a little town in England.

Once there was a man from Gotham going to market to buy sheep. At gotham bridge, he met a
man who had just come back from the market.

“Where are you going?” asked the man who had come back to Gotham.

“I am going to market to buy sheep,” answered the other.

“Which way are you going to bring your sheep home?” asked the first man again.

“Over this bridge,” answered the second man.

“You shall not go over this bridge,” said the first man. “You shall go that way,”

“I will go over this bridge,” said the second man.

“You shall not,” said the first man again.

“But I will,” replied the other.

Soon the two men began to fight. They fought and fought until they both got quite hurt.

How foolish they were! They fought over the sheep which were not here.

Terjemahan
Kebodohan dua orang pria

Gotham adalah sebuah kota kecil di Inggris.


Suatu hari seorang pria dari Gotham pergi ke pasar untu membeli domba. Pada Jembatan
Gotham, di bertemu dengan seorang pria yang baru pulang dari pasar.

“mau kemana?” Tanya pria yang baru pulang dari pasar.

“Saya akan ke pasar untuk membeli domba,” jawabnya

“Jalan yang mana akan kamu lalui untuk membawa dombamu pulang ke rumah?” Tanya pria
pertama lagi

“Lewat jembatan ini,” jawab pria kedua

“Kamu tidak boleh melewati jembatan ini,” Kata pria pertama. “kamu harus lewat jalan sana,”

“Saya akan lewat jembatan ini,” kata pria kedua

“Tidak boleh,” kata pria pertama

“tapi saya akan tetap lewat sini,” jawab pria kedua.

Akhirnya keduanya pun bertengkar. Mereka berkelahi dan berkelahi sampai mereka kesakitan.

Betapa bodohnya mereka! Mereka mempermasalahkan jalan yang kakan dilalui domba yang
belum ada.

Anda mungkin juga menyukai