Anda di halaman 1dari 22

PEMBERDAYAAN POKTAN MELALUI PEMBUATAN PUPUK

ORGANIK SEBAGAI ALTERNATIF KELANGKAAN PUPUK DI DESA


KAMBENG, SLAHUNG, PONOROGO

Abstrak
Artikel ini mengeksplorasi aset dan kreatifitas masyarakat di Desa Kambeng, Kecamatan Slahung,
Kabupaten Ponorogo dalam pertanian. Berdasarkan pemetaan aset yang dilakukan oleh peneliti,
didapatkan hasil bahwa terdapat banyak sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan dalam memenuhi
kebutuhan pertanian. Data penelitian dikumpulkan menggunakan wawancara semi-terstruktur dengan
kelompok tani di Desa Kambeng. Data yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan Asset Based
Community Development (ABCD), yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang ada di
sekitar serta dimiliki oleh komunitas masyarakat Desa Kambeng. Temuan ini menggambarkan
bagaimana proses pemberdayaan masyarakat Desa Kambeng khususnya pada kelompok pertanian yang
mengalami berbagai masalah terutama disebabkan oleh kelangkaan pupuk subsidi pemerintah,
maka dilakukanlah pelatihan pembuatan pupuk organik sebagai solusi kelangkaan pupuk bersubsidi di
Desa Kambeng. Pasca pelatihan ini dilaksanakan diperoleh antusiasme warga yang luar biasa
semangat mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir. Pelatihan ini diharapkan dapat membantu
masyarakat desa Kambeng untuk mengatasi masalah kelangkaan pupuk bersubsidi dengan membuat
pupuk organik sendiri.
Kata kunci: aset desa, pupuk organik, pelatihan

Abstract
This article explores the assets and creativity of the community in Kembeng Village, Slahung District,
Ponorogo Regency in agriculture. Based on asset mapping conducted by researchers, it was captured that
there are many natural resources that can be utilized for agricultural purposes. The research data were
collected using semi-structured interviews with farmer groups in the village of Kembeng. The data collected
was analyzed using the Asset Based Community Development (ABCD) approach, which prioritizes the
utilization of assets and potentials around and owned by the Kambing village community. This finding
illustrates how the process of empowering the Kembeng village community, especially in the agricultural
group, is experiencing various problems, mainly due to the scarcity of government subsidized fertilizers, so
training in the manufacture of organic fertilizers is carried out as a solution to the scarcity of subsidized
fertilizers in Kambeng village. After this training was carried out, the enthusiasm of the residents was
extraordinary, the enthusiasm for participating in the training from beginning to end. This training
is expected to help the people of Kembeng village to overcome the problem of the scarcity of subsidized
fertilizers by making their own organic fertilizers.
Keywords: village assets, organic fertilizer, training

PENDAHULUAN
Pertanian merupakan sektor utama usaha di Indonesia sehingga mendapat julukan
sebagai negara agraris. Hasil pertanian terutama padi menjadi faktor utama yang
mempengaruhi ketahanan pangan. Berdasarkan catatan dari Global Food Security Index
(GFSI), ketahanan pangan Indonesia melemah pada tahun 2021 dan berada di peringkat
ke-69 dari 113 negara dengan skor indeks 59,2. Hasil ini dinilai dari beberapa aspek
seperti, harga pangan di Indonesia yang masih terjangkau dan ketersediaan pasokan yang
cukup memadai namun dari sisi infrastruktur pertanian pangan Indonesia masih berada di
bawah rata-rata global, serta standar nutrisi dan keragaman makanan pokok yang dinilai
masih rendah.
Faktor lain yang memengaruhi hasil pertanian di Indonesia adalah
penggunaan pupuk bersubsidi sebagai penunjang utama pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan produksi tanaman. Belakangan ini, masalah kelangkaan pupuk bersubsidi
sudah merata di seluruh daerah. Menteri Perdagangan mengatakan bahwa langkanya
pupuk bersubsidi pada level petani disebabkan naiknya harga bahan kimia di pasar
internasional. Kenaikan yang tercatat sepanjang Januari hingga Desember 2021
menunjukkan harga Diamonium Fosfat (DAP) di pasar internasional mengalami kenaikan
sebesar 76,95 persen. Saat awal tahun lalu, harga pupuk tersebut mencapai US$ 421
per ton dan pada Desember 2021 tercatat US$ 745 per ton1. Hal ini juga dijelaskan
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian Ali Jamil
yang mengatakan bahwa kenaikan harga gas alam mempengaruhi harga pupuk Urea
dan ZA di tingkat petani.
Fakta di lapangan menunjukkan kebutuhan pupuk untuk pertanian dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan yang berimbas pada penurunan produktivitas lahan
pertanian. Meningkatnya penggunaan pupuk an-organik yang mahal mengakibatkan
bertambahnya biaya produksi yang dikeluarkan petani sehingga mengurangi pendapatan

1
“Harga Pupuk Konsisten Melejit, Apa Sebabnya?,” Bisnis.com, February 7, 2022,
https://ekonomi.bisnis.com/read/20220207/12/1497301/harga-pupuk-konsisten-melejit-apa-sebabnya.
Diakses pada 13 Agustus 2022.
petani2. Fenomena yang sama juga terjadi pada petani di Desa Kambeng, Kecamatan
Slahung, Kabupaten Ponorogo. Desa Kambeng merupakan salah satu desa yang tercatat
memiliki lahan pertanian terbanyak keempat di wilayah Kecamatan Slahung3. Untuk
menghadapi fenomena tersebut, petani perlu tindakan antisipasi salah satunya dengan
penggunaan pupuk organik yang diproduksi sendiri. Pemberian bahan organik membantu
perbaikan sifat-sifat tanah baik sifat fisik, kimia, dan biologi tanah serta meningkatkan
kualitas tanah secara langsung dan tidak langsung.
Dilihat dari kondisi sosial masyarakat di Desa Kambeng, mayoritas
masyarakatnya memiliki hewan ternak seperti kambing, sapi, dan ayam. Kotoran yang
dihasilkan hewan ternak tersebut dapat dimanfaatkan petani sebagai sumber bahan
pembuatan pupuk organik. Namun, masyarakat Kambeng belum begitu memanfaatkan
potensi dari kotoran ternak tersebut. Selain itu, kelompok tani di Desa Kambeng
dinilai masih kurang berkembang dan berinisiatif melakukan terobosan untuk mengolah
pupuk organik secara mandiri. Di sisi lain, kegiatan semacam pelatihan pembuatan
pupuk organik pada kelompok tani juga belum pernah diadakan di Desa Kambeng4.
Melihat banyaknya potensi dari segi SDM dan SDA berupa kotoran ternak,
kemampuan kelompok tani dalam memanfaatkan dan membuat pupuk organik perlu
ditingkatkan. Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik mengadakan pemberdayaan
kelompok tani melalui kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembuatan pupuk organik di
Desa Kambeng. Pelatihan ini bekerjasama dengan Badan Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Slahung dan kelompok tani yang ada di wilayah Desa Kambeng. Harapan dari
kegiatan ini adalah bertambahnya pengetahuan masyarakat Kambeng tentang
pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik yang menjadi alternatif pupuk an-
organik yang mahal sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Selain itu, pemakaian
pupuk organik menjaga kualitas lahan pertanian menjadi lebih subur dan sehat sehingga
dapat meningkatkan hasil panen. Pupuk organik yang diproduksi secara mandiri juga
membantu petani mengantisipasi kelangkaan dan kenaikan harga pupuk.

METODE

2
Resmayeti Purba, “KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA USAHATANI
PADI SAWAH DI SERANG BANTEN” 4 (2015): 7.
3
Wawancara dengan Ketua GAPOKTAN 28 Juli 2022.
4
Wawancara dengan Bapak Siswanto, Kepala Desa Kambeng 24 Juli 2022
Asset Based Community Development (ABCD)
Penelitian ini menggunakan pendekatan Asset Based Community Development
(ABCD), yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang ada disekitar dan
dimiliki oleh komunitas masyarakat. Komunitas masyarakat yang dimaksud dalam hal ini
adalah petani di Desa Kambeng yang tergabung dalam kelompok tani. Di Desa Kambeng
terdapat lima kelompok tani, yaitu Setyo Rukun Satu (Dukuh Melikan), Setyo Rukun Dua
(Dukuh Tulakan), Rukun Tani (Dukuh Puthuk), Sido Mulyo (Dukuh Tulakan), dan Rejo
Makmur (Soborejo)5.
Desa Kambeng adalah desa yang memiliki aset terbesar di sektor pertanian
dengan tanaman utama, yaitu padi dan jagung. Pada proses pengelolaan lahan
pertanian, para petani biasanya menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan hasil
produksi tanaman. Kebutuhan jumlah pupuk disesuaikan dengan luas lahan dan jenis
tanaman. Masalah muncul ketika terjadi kenaikan harga dan kelangkaan pupuk kimia.
Para petani mengalami kesulitan mendapatkan pupuk dari segi jumlah maupun waktu,
sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi hasil tanam. Guna menjaga produktivitas
pertanian, petani dapat menggunakan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia.
Banyak potensi di Desa Kambeng yang dapat dikembangkan untuk
menunjang yaitu:penerapan pupuk organik. Diantaranya pertama, mayoritas masyarakat
berprofesi sebagai petani; kedua, memiliki lahan pertanian yang luas; ketiga, mayoritas
masyarakat memiliki ternak; keempat, adanya kelompok tani6. Namun, dari beberapa
potensi tersebut belum diberdayakan secara maksimal yang disebabkan oleh beberapa
faktor. diantaranya pertama, kurangnya pengetahuan masyarakat terkait penggunaan dan
pembuatan pupuk organik; kedua, rendahnya inisiatif masyarakat untuk membuat pupuk
organik secara mandiri; ketiga, belum terselenggaranya pelatihan pembuatan pupuk
organik dari Badan Penyuluhan Pertanian7.
Berdasarkan observasi awal tersebut, peneliti akhirnya memutuskan untuk
mengadakan sosialisasi dan pelatihan pembuatan pupuk organik bersama Badan Penyuluh
Pertanian Kecamatan Slahung. Dengan adanya sosialisasi dan pelatihan tersebut

5
“Penyuluh Pertanian,”,
https://app2.pertanian.go.id/simluh2014/viewreport/rekapdesa_poktan.php?id_prop=35&prop_utuh=3
502&b3=350227&kc=3502020. Diakses pada 12 Agustus 2022.
6
Observasi pada 15 Juli 2022
7
Wawancara dengan Bapak Siswanto, Kepala Desa Kambeng pada 24 Juli 2022
diharapkan para tani dapat membuat pupuk organik secara mandiri sebagai alternatif
ketika terjadi kelangkaan dan kenaikan harga pupuk an-organik. Dalam metode ABCD
terdapat lima Langkah kunci untuk melakukan proses riset pendampingan8.

Teknik–Teknik Pendampingan
Metode dan alat untuk memobilisasi aset pemberdayaan masyarakat melalui Aset
Based Community Development (ABCD), antara lain:
a. Penemuan Apresiatif (Appericiative Inquiry)
Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan
perubahan organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana, yaitu bahwa setiap
organisasi memiliki sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang
menjadikan organisasi hidup, efektif dan berhasil, serta menghubungkan organisasi
tersebut dengan komunitas dan stakeholdernya dengan cara yang sehat. AI tidak
penganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih konsen pada bagaimana
memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi. Proses AI terdiri dari 4 tahap,
yaitu Discovery (merumuskuan kekuatan yang terdapat di dalam kimunitas dar
hasil AI terutama untuk mengidentifikasi faktor pengerak utama), Dream
(kemudian menyusun mimpi “membayangkan” yang akan dicapai dan target ke
depan berdasarkan dari kesuksesan di masa lalu, tujuan bersama ini adalah mimpi
komunitas yang harus dibuat skala prioritasnya berdasarkan aset dan kekuatan yang
telah diidenifikasi), Design (merancang kegiatan yang dapat dilakukan bersama
untuk tujuan bersama dengan bermodalkan pada aset dan kekuatan yang telah
diformulasikan), dan Destiny (menetapkan Langkah untuk mencapai tujuan
bersama)9 atau sering disebut Model atau Siklus 4-D. AI ini diwujudkan dengan
adanya survei dan wawancara kepada kelompok tani Desa Kambeng.
b. Pemetaan Komunitas (Community Mapping)
Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan lokal.
Community map merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis
masyarakat mendorong pertukaran informasi dan menyetarakan bagi semua
masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan
hidup mereka.10

8
Christopher Dureau, Pembaru Dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan (Australian Community
Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, 2013), 96–97.
9
D ureau, Pembaru Dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, 97.
10
Ibid, 36.
c. Pemetaan Asosiasi dan Institusi
Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya lembaga-
lembaga sosial yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor sebagai berikut: (1)
kesadaran akan kondisi yang sama, (2) adanya relasi sosial, dan (3) orientasi pada
tujuan yang telah ditentukan.11
d. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)
Metode atau alat penelitian yang digunakan untuk melakukan pemetaan
individual aset antara lain adalah interview dan observasi lapangan. Dari Pemetaan
Individual Asset manfaat yang diperoleh antara lain:
1) Membantu membangun landasan pemberdayaan masyarakat dan solidaritas
yang tinggi dalam masyarakat.
2) Membantu membangun hubungan masyarakat yang baik.
3) Membantu masyarakat untuk mengidentifikasi bakat dan keterampilan yang
mereka miliki.
e. Sirkulasi Keuangan (Leacky Bucket)
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset-
Based Community Development) adalah melalui Leacky Bucket. Leacky Bucket
merupakan cara atau alat untuk mempermudah warga atau komunitas untuk
mengenali, mengidentifikasi, dan menganalisa berbagai perputaran aset ekonomi
lokal yang mereka miliki. Hasil dari leaky bucket tersebut dapat dijadikan untuk
meningkatkan dan membangun kekuatan secara kolektif.
f. Skala Prioritas (Low hanging fruit)
Menurut Waluyo dkk (2008), skala prioritas merupakan skala atau daftar
yang berisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia sesuai dengan
kemampuannya. Dengan skala prioritas diharapkan manusia dapat menentukan mana
kebutuhan yang didahulukan dan mana yang ditunda. Skala prioritas ini tindakan
yang mudah dilakukan untuk menentukan manakah mimpi mereka dapat
direalisasikan dengan menggunakan potensi masyarakat itu sendiri tanpa ada
bantuan pihak luar.12

11
Soetomo, Pembangunan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 41.
12
Danti Wibowo, “Skala Prioritas: Pengertian, Faktor yang Memengaruhi dan Cara
Menyusunnya.,” Jojonomic | Aplikasi HRIS, Human Capital & Expense Management (blog), May 11, 2021,
https://www.jojonomic.com/blog/skala-prioritas/. Diakses 11 Agustus 2022.
Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan, peluang, dan mimpi yang sudah
direncakan maka langkah selanjutnya adalah bagaimana masyarakat dapat
melakukan semua mimpi-mimpinya. Karena adanya keterbatasan ruang dan
waktu tidak mungkin semua mimpi mereka dapat diwujudkan. Maka dari itu, skala
prioritas adalah tindakan yang tepat untuk langkah selanjutnya.
Langkah-Langkah Pendampingan
Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario Dalam Appreciative Inquiry (AI)
terkadang disebut ‘Define’. Dalam Asset Based Community Development (ABCD), terkadang
digunakan frasa “Pengamatan dengan Tujuan atau Purposeful Reconnaissance”. Pada
dasarnya, terdiri dari dua elemen kunci memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-
orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan fokus program.

Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan:


1) Tempat: Dilakukannya observasi yang bertempat di Desa Kambeng Slahung,
Ponorogo.
2) Orang: Sasaran dalam pelatihan ini adalah para petani di Desa Kambeng Slahung,
Ponorogo.
3) Fokus Program: Memberikan sosialisasi dan praktek langsung pembuatan pupuk
organik.
4) Informasi tentang latar belakang: Dari hasil observasi dan wawancara dengan
para petani ditemukannya permasalahan mengenai kurangnya persediaan
pupuk subsidi dan kenaikan harga pupuk serta belum adanya inisiatif petani
membuat pupuk organik secara mandiri.
Tahap 2: Menemukan Masa Lampau. Kebanyakan pendekatan berbasis aset
dimulai dengan beberapa cara untuk mengungkap (discovering) hal–hal yang
memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai pada kondisi sekarang ini.
Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah kelompok tani yang ada di Desa Kambeng
masih bertahan hingga saat ini. Tahap ini terdiri dari: (a) mengungkap (discover) apa
yang menjadi sumber hidup dalam komunitas, dalam hal ini kelompok tani Desa
Kambeng memiliki anggota yang sangat aktif dan mau untuk terus belajar karena
kemampuan dan tekad yang dimiliki dari para anggota kelompok untuk mengembangkan
komunitasnya sehingga terbentuklah kekuatan-kekuatan dari berbagai elemen (kepala
desa, pengurus dan anggota kelompok tani). (b) menelaah sukses dan kekuatan
elemen-elemen dan sifat
khusus apa yang muncul dari telaah cerita yang disampaikan komunitas. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat ditelaah sifat khusus yang muncul dalam komunitas kelompok
tani Desa Kambeng, yaitu adanya dukungan yang kuat dan lingkungan komunitas yang
baik dari pihak internal maupun eksternal.
Tahap 3: Memimpikan Masa Depan. Memimpikan masa depan atau proses
pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong
perubahan. Tahap ini mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat
gambaran positif tentang masa depan mereka. Berdasarkan hal tersebut, kelompok
tani Desa Kambeng ingin mengembangkan komunitasnya melalui program petani
millennial dengan mengajak salah satu pemuda aktif yang berusia 25 tahun untuk ikut
serta dalam pelatihan dan praktik pembuatan pupuk organik yang diadakan oleh
mahasiswa KPM Kelompok 13. Harapannya kelompok tani tidak hanya
beranggotakan para petani yang sudah tua tetapi juga ikut dikembangkan bersama para
pemuda yang tentunya mempunyai ide dan inovasi yang lebih maju, khususnya dalam
bidang pertanian. Harapan lain ialah agar pembuatan pupuk tersebut tidak berhenti di
masa pelatihan saja tetapi tetapi tetap berkelanjutan.
Tahap 4: Memetakan Aset. Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar
kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan
dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki keterampilan atau
sumber daya alam yang ada di desa. Mereka ini kemudian dapat diundang untuk berbagi
kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas.
Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam 2 tahap, (1) Memetakan aset
komunitas atau bakat, kompetensi dan sumberdaya sekarang. (2) Seleksi mana yang
relevan dan berguna untuk mulai mencapai mimpi komunitas. Berdasarkan hal tersebut,
aset fisik yang dimiliki oleh kelompok tani Desa Kambeng adalah lahan pertanian.
Selain memiliki sumber daya alam berupa lahan, kelompok tani ini juga memiliki
sumber daya manusia yang membantu perkembangan komunitas.
Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan aset/Perencanaan Aksi. Tujuan
penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan menuju
pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu
rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan
apa yang bisa dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi
dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga set yang tersedia untuk
dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat seluruh masyarakat
menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas
potensi aset yang tersedia dan tersimpan. Berdasarkan hal tersebut, rencana yang
ingin dilakukan oleh kelompok tani Desa Kambeng adalah mengembangkan aset dan
potensi yang dimiliki serta mengajak pemuda desa untuk berpartisipasi dalam
pengembangan rencana petani milenial.
Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi. Pendekatan berbasis aset juga
membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring perkembangan dan kinerja
outcome. Tetapi bila suatu program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset,
maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi
bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis aset
bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi masyarakat mampu menemukenali
dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati tujuan bersama. Berdasarkan
hal ini, mobilisasi aset yang dimiliki kelompok tani Desa Kambeng diwujudkan
melalui keikutsertaan anggota dalam pelatihan dan praktik pembuatan pupuk organik
dengan tujuan bisa mengembangkan sendiri apa yang diperoleh melalui pelatihan
tersebut di kemudian hari dengan kontrol penuh dari internal kelompok tani secara
mandiri, tanpa adanya campur tangan dari pihak eksternal.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Pemetaan Aset Desa Kambeng
Proses pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa Kuliah
Pengabdian Masyarakat IAIN Ponorogo di Desa Kambeng menggunakan Asset
Based Community Development (ABCD) dengan menggunakan lima kategori
aset, yakni berupa potensi manusia, fisik, alam, sosial dan ekonomi. Langkah
kunci dalam mengembangkan ABCD dalam mendorong proses dan tahap
perubahan sosial dengan menggunakan siklus 4 D, yakni: discovery, dream,
design, destiny. Desa Kambeng didorong untuk dapat mengembangkan aset
yang mereka miliki.
Tahapan pertama, discovery atau pencarian ini, mahasiswa Kuliah
Pengabdian Masyarakat melakukan komunikasi dengan beberapa pihak di
Desa Kambeng seperti, kepala desa, kamituwo, kelompok tani dan beberapa
kelompok pemuda serta lembaga pendidikan untuk menentukan topik dan
mendeskripsikan proses serta perubahan yang diinginkan. Hasil dari pencarian
yang dilakukan pada minggu pertama menghasilkan kesimpulan bahwa mata
pencaharian mayoritas masyarakat Desa Kambeng adalah sebagai petani.
Dilihat dari segi geografis, mayoritas lahan Desa Kambeng merupakan
lahan pertanian. Luasnya lahan pertanian ini membuat kebutuhan akan
konsumsi pupuk juga tinggi. Sehingga menjadikan petani di Desa Kambeng
banyak menggantungkan hasil produksi dengan menggunakan pupuk
bersubsidi. Hal ini mengakibatkan petani Desa Kambeng mengalami kesulitan
ketika terjadi kenaikan harga dan kelangkaan pupuk bersubsidi13. Di sisi lain,
sebagian warga masyarakat Kambeng memiliki hewan ternak seperti sapi,
kambing, dan ayam yang dapat diberdayakan pada sektor pertanian dengan
memanfaatkan hasil kotoran hewan tersebut.
Tahapan kedua, dream atau bayangan gambaran masa depan. Mahasiswa
Kuliah Pengabdian Masyarakat melihat dari sudut pandang hasil yang didapat
saat melakukan wawancara. Kebutuhan pupuk yang semakin meningkat setiap
hari menuntut masyarakat harus mencari solusi alternatif untuk memenuhinya.
Saat harga pupuk naik, dan pupuk subsidi yang mulai berkurang, perlu
dilakukannya suatu rancangan dalam pembuatan pupuk secara mandiri.
Tahap ketiga design atau perumusan. Setelah menemukan
gambaran/bayangan yang akan diharapkan dalam tahap dream, mahahsiswa
Kuliah Pengabdian Masyarakat melakukan survei dan berkoordinasi dengan
Dinas Pertanian setempat mengenai keluh kesah masyarakat menghadapi
kelangkaan pupuk bersubsisi serta membuat rencana apa yang harus dilakukan
untuk memenuhi peningkatan kebutuhan pupuk. Keadaan ini semakin sulit
mengingat peraturan pemerintah akan menghapus pupuk bersubsidi jenis
organik. Melihat fakta lapangan dan keadaan masyarakat Kambeng dengan
potensi yang

13
Wawancara dengan Ketua Gapoktan 28 Juli 2022.
ada, mahasiswa Kuliah Pengabdian Masyarakat berinisiatif mengadakan
pelatihan pembuatan pupuk organik.
Tahap destiny atau implementasi. Setelah melakukan proses perumusan,
mahasiswa Kuliah Pengabdian Masyarakat mengobservasi dan menelusuri bahwa
sebagian besar masyarakat Kambeng memiliki hewan ternak. Dari hewan ternak
inilah, mahasiswa KPM melihat potensi besar yang dapat diberdayakan yakni
kotoran sapi sebagai bahan dasar pupuk organik. Selain itu, keberadaan kelompok
tani di Desa Kambeng juga dapat diberdayakan sebagai partisipan yang mana
dapat memberikan pelatihan secara mandiri pada anggota kelompok tani di
masing-masing dusun. Hasil dari observasi dan penelusuran mahasiswa KPM
tersebut cukup mendukung inovasi yang dijalankan, yaitu pelatihan dan
pembuatan pupuk organik berbahan kotoran sapi.
a. Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa-sisa
makanan, tanaman dan kotoran hewan. Kandungan yang terdapat
dalam pupuk organik lebih memberikan nutrisi yang baik ketimbang
pupuk kimia, dikarenakan kandungan nitrogen dan fosfor rendah. Hasil
analisa kandungan kimia pupuk organik cair menunjukkan kadar mineral
yang besar terutama kadar kalsium 283,2 ppm dan besi 132,54 ppm,
sedangkan analisa kandungan kimia pupuk organik padat
menunjukkan kadar C 9,93% dan N 0,61% dengan perbandingan
berada antara 15 – 2514.
Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik antara lain pupuk
kandang, kompos, gambut, rumput laut dan guano. Berdasarkan
bentuknya, pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk
organik padat dan pupuk organik cair. Beberapa diantaranya juga
mengelompokkan pupuk-pupuk yang ditambang seperti dolomit, fosfat
alam, kiserit, dan juga abu (yang kaya K) ke dalam golongan pupuk
organik. Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik misalnya adalah
tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair
antara lain adalah compost tea, ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan
fermentasi

14
Halim Zaini, “PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK ORGANIK PADAT BAGI
BUDIDAYA PISANG BARANGAN” 4, no. 1 (2015): 126.
limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan
sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan
pertanian, dan limbah kota (sampah)15.
Pupuk organik memiliki 2 jenis, yaitu padat (kompos) dan
cair. Pupuk kompos atau padat adalah pupuk yang dihasilkan melalui
proses pembusukan. Namun, hasil yang akan tercapai bisa mencapai
puluhan tahun. Proses pembuatan dapat dipercepat dengan penambahan
aktivator. Sedangkan pupuk cair adalah pupuk yang dihasilkan melalui
ekstrak bahan organik yang telah dilarutkan. Pupuk organik cair bisa
diberikan melaui daun (disemprot) dan tanah.

b. Manfaat Pupuk Organik


Pupuk organik yang pada dasarnya berasal dari bahan-bahan yang
alami, mengandung beberapa manfaat pada tanah. Berikut adalah manfaat
yang dapat diberikan dari pupuk organik.
1) Meningkatkan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas,
mengurangi pencemaran lingkungan, dan kualitas lahan secara
berkelanjutan.
2) Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat
meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi
lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam,
dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat
beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik
terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu,
peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia,
biologi tanah serta lingkungan.
3) Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami
beberapa kali fase perombakan oleh mikro organisme tanah
untuk menjadi humus.

15 Saiful Hefn, “Pupuk Organik Untuk Pertanian Berkelanjutan - Info Teknologi - Badan Litbang

Pertanian,” September 25, 2019, http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/2851/. Diakses pada


12 Agustus 2022.
4) Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan
mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba
tersebut dalam penyediaan hara tanaman.16

c. Pupuk Organik sebagai Solusi Alternatif Menghadapi


Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
Kelangkaan pupuk sering menjadi masalah utama dalam proses
pertanian. Hambatan yang sering terjadi membuat para petani harus
mengeluarkan banyak tenaga serta uang dalam melakukan prosesnya.
Beberapa petani sering mendapatkan pupuk subsidi oleh pemerintah, 17
namun hal tersebut tidak menjamin akan terus dilakukan disaaat
kebutuhan pupuk sedang banyak.
Pupuk subsidi yang menjadi program kementrian pertanian
Indonesia mulai berjalan sejak tahun 2003. Pemberian pupuk harus
memenuhi 6 prinsip atau 6 T, yakni tepat jenis, tepat jumlah, tepat harga,
tepat tempat, tepat waktu, dan tepat mutu. Proses yang dapat
memenuhi pemberian pupuk melalui e-RDKK dan penerapan kartu
tani. Pupuk hanya diberikan kepada mereka yang merupakan bagian
dalam rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) dan kartu tani,
sehingga mereka yang tidak termasuk bagian dan tidak mempunyai
kartu tani tidak mendapatkan pupuk subsidi. Mengenai jenis pupuk
yang diberikan tertuang dalam pasal 3, yaitu urea, SP-36, ZA, dan NPK
dengan komposisi N:P:K =15:15:15 dan 20:10:10. Dan semua pupuk
18
harus memenuhi standar nasional Indonesia (SNI).

16
Juarsah, “Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Pertanian Organik Dan Lingkungan
Berkelanjutan,” 25 September 2022, Https://Balitro.Litbang.Pertanian.Go.Id. Diakses pada 12
Agustus 2022.
17
Meliana Ayu Safitri, Bambang Supriyono, and Heru Ribawanto, “Distribusi Pupuk Subsidi
Kepada Petani Tebu dalam Perspektif Manajemen Publik,” Jurnal Administrasi Publik (JAP) 1, no. 1
(2013): 102.
18
Kementan, “Kementan Kawal Penyaluran Pupuk Bersubsidi,” pertanian.go.id, accessed
August 17, 2022, https://www.pertanian.go.id/. Diakases paada tanggal 12 Agustus 2022.
Mulai tanggal 1 Juli 2022 Kementrian Pertanian akan menghapus
pemberian pupuk subsidi ZA SP-36 dan organik granula kepada petani. 19
Keluhan ini menjadi hambatan masyarakat karena dinilai pupuk organik
perlu digunakan meskipun hanya sebagai tambahan. Jika dihapus akan
membuat kesuburan tanah menjadi berkurang. Oleh karena itu pupuk
organik yang diproduksi secara mandiri harus dijalankan.
Dalam pembuatan pupuk organik ini dipilih pupuk dalam bentuk
cair. Pupuk organik cair dapat dibuat dari bahan limbah organik cair,
dengan mengomposkan dan memberikan aktifator pengomposan
sehingga dapat menghasilkan pupuk organik cair yang stabil dan
mengandung unsur hara yang lengkap. Proses pembuatan pupuk organik
cair berlangsung secara anaerob atau secara fermentasi tanpa bantuan
sinar matahari.20 Dalam pembuatan pupuk organik cair perlu ditambahkan
cairan guna mempercepat proses fermentasi seperti molase dan
bioaktivator, juga beberapa bahan tambahan lainnya seperti air cucian
beras, ragi, dan garam.
Bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan pupuk organik
cair ini adalah kotoran sapi. Kotoran sapi merupakan limbah dari hasil
pencernaan sapi dan hewan dari sub famili Bovinae lainnya. Hal yang paling
utama dari kotoran sapi adalah unsur haranya. Kandungan unsur hara
dalam kotoran sapi bervariasi tergantung pada keadaan tingkat
produksinya, jenis, jumlah konsumsi pakan serta individu ternak sendiri.
Beberapa kandungan unsur hara dalam kotoran sapi adalah C-
Organik, unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).21
C-organik merupakan penyusun utama dari bahan organik. Bahan
organik, yaitu segala bahan-bahan atau sisa yang berasal dari
tanaman,

19
Inkana Putri, “Subsidi Pupuk Organik Mau Dicabut, Sarmuji Singgung Kelangkaan
Pupuk,” 22 Juni, 2022, https://news.detik.com/berita/d-6140284/subsidi-pupuk-organik-mau-dicabut-
sarmuji-singgung-kelangkaan-pupuk. Diakses pada 12 Agustus 2022
20
Bayu Selo Aji et al., Pupuk Organik Cair COSIWA: Inovasi Pupuk Organik Cair Sebagai Upaya
Untuk Mendukung SDGs 2045 (Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, 2020), 25.
21 Linus Melsasail, Verry R Ch Warouw, and Yani E B Kamagi, “Analisis Kandungan Unsur

Hara pada Kotoran Sapi di Daerah Dataran Tinggi dan Dataran Rendah,” Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian
Universitas Sam Ratulangi 2, no. 6 (2019): 14.
hewan, dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam tanah
yang mengalami proses pelapukan dengan tingkat yang berbeda.22
Kandungan dalam bahan organik inilah yang berperan penting untuk
menetukan keberhasilan budidaya tanaman karena mempengaruhi
kesuburan bagi tanah itu sendiri. Nitrogen merupakan unsur hara makro
yang dibutuhkan oleh tanaman dengan jumlah banyak, yang diserap
tanaman dalam bentuk Ammonium (NH) dan Nitrat (NO). Nitrogen
menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi dalam
pembentukan protein.
Fosfor di bagi menjadi dua bentuk, yaitu fosfor anorganik dan
fosfor organik. Sumber utama fosfat anorganik adalah hasil pelapukan
dari mineral-mineral apatit, pupuk-pupuk buatan dan dekomposisi
bahan organik. Sebagian besar fosfat anorganik tanah berada dalam
persenyawaan kalsium (Ca-P), alumunium (Al-P), dan besi (Fe-P) yang
semuanya sulit larut dalam air. Fosfor organik tanah berada dalam tiga
grup senyawa, yaitu: fitin dan turunannya, asam nukleat, dan fosfolipida.
Kadar fosfor organik tanah dijumpai lebih besar pada lapisan tanah
atas (top soil) dibandingkan dengan lapisan tanah bawah (sub soil). Hal ini
terjadi karena pada lapisan atas terdapat penumpukan sisa-sisa
tanaman atau bahan organik. Bentuk fosfor organik biasanya banyak
terdapat di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar
fosfor organik dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam
tanaman yaitu 0,2-0,5
%. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya
berkadar alami fosfor rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga
penanaman tanpa memperhatikan suplai fosfor kemungkinan besar
akan gagal akibat defisiensi fosfor. Jika kekurangan fosfor,
pembelahan sel pada tanaman terhambat dan pertumbuhannya
menjadi kerdil.
Kalium (K) merupakan hara penting yang sangat dibutuhkan
tanaman. Penyerapan Kalium oleh tanaman tergolong tinggi
dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya. Keberadaan Kalium pada
beberapa jenis tanah berkisar 0,5-2,5%. Umumnya kandungan total
kalium yang lebih rendah terdapat pada tanah bertekstur kasar (coarse

22
Wawan, Pengelolaan Bahan Organik (Riau: Universitas Riau, 2017).
texture) yang berasal dari batuan pasir atau kuarsa, sebaliknya kandungan
kalium akan lebih tinggi pada tanah yang bertekstur halus yang terbentuk
dari batuan dengan kandungan mineral K yang tinggi. Kalium berfungsi
dalam pembentukan protein dan karbohidrat, selain itu, unsur ini juga
berperan penting dalam pembentukan antibodi tanaman untuk
melawan penyakit. Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen
dan fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan
positif dari kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang
disebabkan oleh muatan negatif nitrat, fosfat, atau unsur lainnya.23
Pupuk organik cair ini biasanya lebih diminati oleh masyarakat
dikarenakan bahan-bahan yang di perlukan mudah dicari, begitu juga
dengan proses pembuatannya yang jauh lebih praktis serta menghemat
tempat penyimpanannya dibandingkan pupuk organik padat. Selain itu,
kelebihan dari pupuk organik cair adalah mampu memberikan hara pada
tanaman tanpa merusak unsur hara yang ada didalam tanah dan lebih
mudah diserap oleh tanaman.
B. Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan
Langkah selanjutnya setelah pemetaan aset, yaitu perencanaan kegiatan
program kerja seminar dan pelatihan pembuatan pupuk organik berbahan
dasar kotoran sapi. Hal pertama yang dilakukan, yaitu mahasiswa rapat
bersama menyusun kerangka acuan kegiatan yang akan dilaksanakan yang
meliputi jenis kegiatan, perlengkapan, peserta yang akan berpartisipasi, tempat
dan tanggal pelaksanaan, pemateri, tamu undangan, rundown kegiatan, serta
struktur kepanitiaan. Seluruh rancangan kegiatan ini kemudian dikonsultasikan
dengan dosen pembimbing untuk pengarahan yang lebih jelas.
Pada tanggal 25 Juli 2022, sebagian mahasiswa Kuliah Pengabdian
Masyarakat yang terdiri dari Linda Adianti, Miftakhul Nuril Arzaq, Mihtakhul
Najib, Dan Roqy ‘Irfaan Lahut melakukan survei pemateri kepada Dinas
Pertanian wilayah Ponorgo. Hasil yang didapat adalah menyetujui pelatihan
tersebut dan akan melaksanakannya setelah dikonfirmasi. Tanggal 1 Agustus
2022,

Melsasail, Warouw, and Kamagi, “ANALISIS KANDUNGAN UNSUR HARA PADA


23

KOTORAN SAPI DI DAERAH DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH.”


pemateri telah disetujui oleh Dinas Pertanian Ponorogo dan akan dipimpin
oleh Dinas Penyuluhan Pertanian Kecamatan Slahung.
Pada tanggal 3 Agustus 2022 peserta KPM 13 melakukan pertemuan dan
koordinasi dengan Bapak Bagas (Penyuluh Pertanian Desa Kambeng). Bapak
Bagas (Penyuluh Pertanian Desa Kambeng) mengatakan bahwa:
“Petani setempat khususnya anggota kelompok tani, masih
menggantungkan lahannya dengan bantuan pupuk dan pupuk bersubsidi, dan
juga dalam pemakaian pupuk masyarakat masih lebih banyak menggunakan
pupuk kimi daripada pupuk organik, sehingga saat pupuk megalami
kelangkaan dan kenaikan harga masyarakat kebingungan untuk
menentukan solusi keberlangsungan aktivitas bertaninya”24.
Ditengah-tengah tahap persiapan menuju pelaksanaan, mahasiswa KPM
tetap melakukan observasi lapangan dan wawancara kepada beberapa petani
di sekitar posko KPM. Salah satu informasi yang didapat berasal dari Bapak
Sayid yang mengatakan bahwa:
“Selaku petani saya sangat bergantung dengan bantuan pupuk melalui
kelompok tani dan membeli pupuk bersubsidi sehingga saat bantuan pupuk
sulit, pupuk bersubsidi naik dan hilangnya subsidi pupuk organik saya
lumayan kesulitan, dan ketika menggunakan pupuk non subsidi hasil dari
panen tidak akan mencukupi dari modal pupuk yang saya gunakan”25
Setelah mendapatkan informasi yang mencukupi, mahasiswa KPM segera
menindaklanjuti informasi tersebut dan memperoleh hasil kesepakatan sebagai
berikut.
a. Untuk menanggulangi kelangkaan pupuk peserta KPM beserta Bapak bagas
(Penyuluh Pertanian Desa Kambeng) bersepakat melakukan pelatihan
pembuatan pupuk organik sebagai solusi mahal dan langkanya pupuk.
b. Guna mendukung aktivitas pertanian Desa Kambeng, Peserta KPM
beserta kelompok tani Desa Kambeng sepakat melakukan pelatihan
pembuatan pupuk organik sebagai solusi alternatif menghadapi mahal
dan langkanya

24
Hasil wawancara KPM Kelompok 13 dengan Saudara Bagas pada tanggal 2 Agustus 2022.
25
Hasil wawancara KPM Kelompok 13 dengan Bapak Sayyid pada tanggal 3 Agustus 2022
pupuk, dan akan mengkoordinir masyarakat untuk dapat membuat pupuk
organik sendiri.
Tanggal 4 Agustus 2022, pemateri dan beberapa mahasiswa Kuliah
Pengabdian Masyarakat yaitu Roqy ‘Irfaan Lahut dan Nurhaliza Eka Yudhistira,
melakukan survei undangan dan perbincangan mengenai kondisi beberapa petani
akan kelanjutan lahan pertanian. Dalam perbincangan tersebu,t mereka
menyetujui pelatihan tersebut, dan siap untuk menghadiri pelatihan.
Selanjutnya, rencana kegiatan yang telah disusun mahasiswa KPM mulai
dijalankan bertahap, mulai dari penyediaan alat dan bahan untuk pelatihan,
persiapan lokasi seminar dan pelatihan, dan persiapan-persiapan lainnya.
Tahapan setelah perencanaan, yaitu pelaksanaan kegiatan. Pada tanggal 09
Agustus 2022 dilaksanakan penyuluhan pertanian dan pelatihan pembuatan pupuk
organik cair di kediaman Kepala Desa Kambeng. Pada kegiatan tersebut, materi
terkait pupuk organik disampaikan secara langsung oleh Bapak Bagaskara
(Penyuluh Pertanian Kecamatan Slahung). Sebelum masuk ke tahap praktik
pembuatan pupuk organik cair, pak Bagas memberikan sedikit materi mengenai
manfaat penggunaan pupuk organik cair dalam meningkatkan kualitas tanah dan
tanaman. Setelah pemaparan materi selesai, kemudian dilanjutkan ketahap praktik
pembuatan pupuk organik cair.
Pembuatan pupuk organik cair (POC) dilakukan secara manual dengan
beberapa bahan dan alat-alat yang mudah ditemukan dilingkungan sekitar.
Pembuatan pupuk organik dilakukan di rumah Kepala Desa Kambeng
bersama dengan beberapa kelompok pertanian (GAPOKTAN). Melaui materi
yang disampaikan terdapat tahap persiapan alat dan bahan, pencampuran
bahan, fermentasi, penyaringan adonan, dan penyimpanan.

a. Rundown Acara Kegiatan


Selasa, 9 Agustus 2022
Jam Acara Penanggung Jawab
08.00-
Registrasi Panitia
08.30
Pembukaan
Sambutan-Sambutan:
08.30-  Kepala Panitia
Panitia
09.00 Pelaksana
 Kepala Desa
Kambeng
09.00-
Do’a Panitia
09.15
09.15- Ramah Tamah dan Coffe
Panitia
09.45 Break
Pamateri
09.45- Bapak Bagaskara (Penyuluh
Materi Pertama
10.15 Pertanian Kecamatan
Slahung)
Pemateri
10.15- Bapak Bagaskara (Penyuluh
Materi Kedua
10.45 Pertanian Kecamatan
Slahung)
Pemateri (Pak Bagaskara,
10.45- Penyuluh Pertanian
Diskusi dan Review
11.00 Kecamatan Slahung) Dan
Panitia
Praktek Pembuatan Pupuk Pemateri
11.00- Organik Cair Berbahan Pak Bagaskara (Penyuluh
12.00 Kotoran Sapi Pertanian Kecamatan
Slahung)
12.00-
Ishoma Panitia
12.30
Rencana Tindak Lanjut
12.30-
Mengenai Hasil Pupuk Panitia
13.00
Organik
13.00 Penutup Panitia
b. Alat dan Bahan
Alat Keguanaan Bahan
Pisau/Sabit/Parang Menghancurkan kotoran Kotoran hewan
yang kering dan (sapi/kambing/ayam) -
menggumpal. +20 Kg
Timba Wadah air bersih dan air Air dari cucian
cucian beras/tepung beras/tepung beras (5/ ½
kg)
Tong Plastik Tempat fermentasi. Molase/tetes (2 Liter)
Tempat Pengaduk Wadah untuk Bioaktivator (0.5 Liter)
mencampurkan bahan
pembuatan pupuk.
Airator (opsional) Melepaskan kandungan Ragi (4 butir)
gas yang terdapat dalam
tempat fermentasi.
Garam/kapur (½ kg)
Air bersih secukupnya

c. Tahapan Pembuatan Pupuk Organik Cair


Pada prose pembuatan pupuk organik cair, ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan, antara lain sebagai berikut.
1. Pencampuran bahan
Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan, selanjutnya tahap
pencampuran bahan. Pertama masukkan air cucian beras/tepung dan
molase/tetes ke tempat pengaduk, kemudian aduk hingga tercampur.
Tambahkan kotoran hewan, aduk lagi hingga merata dan tambahkan air
secukupnya. Terakhir masukkan bioaktivator dan ragi yang telah dilarutkan
kemudian aduk lagi hingga benar-benar merata. Bahan siap difermentasikan
2. Fermentasi
Masukkan bahan yang telah siap difermentasikan kedalam tong
plastik dan pasang airator guna melepaskan kandungan gas yang ada
didalamnya kemudian tutup rapat. Apabila tidak memasang airator, selama
proses fermentasi cukup sesekali buka penutup tong plastik selama beberapa
menit, kemudian tutup kembali rapat-rapat. Proses fermentasi bahan pupuk
organik cair tersebut memakan waktu selama 2-3 minggu.
3. Penyaringan
Setelah proses fermentasi selama 2-3 minggu, cek tong plastik
apakah terdapat perubahan tanda aroma atau diatas permukaan terdapat
endapan keputih-putihan. Apabila terdapat tanda-tanda tersebut maka,
dipastikan fermentasi telah berhasil atau pupuk organik cair sudah jadi.
Pupuk bisa langsung digunakan dengan cara disaring kewadah bersih yang
lain.
4. Penyimpanan
Tahap penyimpanan adalah tahap tambahan apabila pupuk yang
dibuat terlampau banyak atau ingin digunakan untuk waktu yang lama.
Sesudah disaring massukkan kedalam jurigen atau tong plastik yang bisa
ditutup dengan rapat agar pupuk organik cair lebih tahan lama dan tidak
mudah rusak, bila ingin digunakan ambil secukupnya lalu tutup rapat lagi26..

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan,
antara lain: (1) Kegiatan seminar dan pelatihan pembuatan pupuk organik dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pupuk organik dan mendorong inisiatif
masyarakat untuk memanfaatkan aset di sekitar seperti kotoran sapi sebagai pupuk
organik. Kegiatan ini membantu memberdayakan kelompok tani yang cenderung belum
berinisiatif mencari solusi alternatif kelangkaan pupuk bersubsidi. Kegiatan ini juga
didukung antusiasme masyarakat Kambeng untuk mengetahui lebih jauh pembuatan
pupuk ditunjukkan saat pelatihan dan diskusi ruangan. (2) Kegiatan seminar dan pelatihan
pembuatan pupuk organik berbahan dasar kotoran ternak ayng bekerjasama dengan
Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Slahung dan kelompok tani Desa Kambeng
telah terlaksana dengan baik sesuai rencana dan prosedur-prosedur pembuatan. Output
yang diharapkan dari kegiatan pelatihan ini, yaitu para petani dapat membuat
pupuk

26
Hasil observasi pelatihan pembuatan pupuk organik pada 9 Agustus 2022
organik secara mandiri dengan melakukan pengelolaan potensi SDA berupa kotoran
ternak di sekitar lingkungan warga untuk mengatasi masalah kelangkaan pupuk bersubsidi.

DAFTAR PUSTAKA
Aji, Bayu Selo, Dedek Ajeng Okta Triana, Trisna Avi Listyaningrum, and Panji Nur Fitri
Yanto. Pupuk Organik Cair COSIWA: Inovasi Pupuk Organik Cair Sebagai Upaya
Untuk Mendukung SDGs 2045. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, 2020.
Dureau, Christopher. Pembaru Dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan. Australian
Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS)
Phase II, 2013.
Bisnis.com. “Harga Pupuk Konsisten Melejit, Apa Sebabnya?,” February 7, 2022.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20220207/12/1497301/harga-pupuk-
konsisten-melejit-apa-sebabnya.
Hefn, Saiful. “Pupuk Organik Untuk Pertanian Berkelanjutan - Info Teknologi - Badan
Litbang Pertanian,” September 25, 2019.
http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/2851/.
Juarsah. “Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Pertanian Organik Dan Lingkungan
Berkelanjutan,” September 25, 2019. Https://Balitro.Litbang.Pertanian.Go.Id.
Kementan. “Kementan Kawal Penyaluran Pupuk Bersubsidi.” pertanian.go.id. Accessed
August 17, 2022. https://www.pertanian.go.id/.
Melsasail, Linus, Verry R Ch Warouw, and Yani E B Kamagi. “ANALISIS
KANDUNGAN UNSUR HARA PADA KOTORAN SAPI DI DAERAH
DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH.” Jurnal Ilmiah
Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi 2, no. 6 (2019): 14.
“Penyuluh Pertanian.” Accessed August 13, 2022.
https://app2.pertanian.go.id/simluh2014/viewreport/rekapdesa_poktan.php?id
_prop=35&prop_utuh=3502&b3=350227&kc=3502020.
Purba, Resmayeti. “KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA
USAHATANI PADI SAWAH DI SERANG BANTEN” 4 (2015): 7.
Putri, Inkana. “Subsidi Pupuk Organik Mau Dicabut, Sarmuji Singgung Kelangkaan
Pupuk,” June 22, 2022. https://news.detik.com/berita/d-6140284/subsidi-
pupuk-organik-mau-dicabut-sarmuji-singgung-kelangkaan-pupuk.
Safitri, Meliana Ayu, Bambang Supriyono, and Heru Ribawanto. “Distribusi Pupuk
Subsidi Kepada Petani Tebu dalam Perspektif Manajemen Publik.” Jurnal
Administrasi Publik (JAP) 1, no. 1 (2013): 8.
Soetomo. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Wawan. Pengelolaan Bahan Organik. Riau: Universitas Riau, 2017.
Wibowo, Danti. “Skala Prioritas: Pengertian, Faktor yang Memengaruhi dan Cara
Menyusunnya.” Jojonomic | Aplikasi HRIS, Human Capital & Expense Management
(blog), May 11, 2021. https://www.jojonomic.com/blog/skala-prioritas/.
Zaini, Halim. “PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK ORGANIK PADAT BAGI
BUDIDAYA PISANG BARANGAN” 4, no. 1 (2015): 10.

Anda mungkin juga menyukai