Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PembuatanPupukKompos

JUDUL PKL
Pemanfaatan Limbah Pertanian Untuk Dijadikan Pupuk Kompos

BENTUK PKL
Penyuluhan

IDENTITAS MAHASISWA
Nama :SigitAfandi
NIM : 030482227
Prodi : AgribisnisBidangMinatpenyuluhandan
komunikasipertanian
UPBJJ : Bengkulu

UNIVERSITAS TERBUKA
2022/2023.2
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Desa Ketenong Jaya Kecamatan Pinang Belapis Kabupaten Lebong adalah Desa yang
sebelah Timur dan Baratnya berbatasan langsung dengan Hutan TNKS (Taman
Nasional Kerinci Sebelat), sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ketenong I dan
sebelah Selatannya berbatasan dengan Desa Ketenong II.
Masyarakat desa ketenong jaya berjumlah 265 KK dengan jumlah 823 jiwa, laki-laki
401 jiwa, perempuan 422 jiwa, dengan latar pendidikan S1 35 orang, SLTA 238
orang, SLTP 209 orang , dan SD 159 orang dan 182 orang belum/tidak sekolah.
Masyarakat desa Ketenong Jaya 90% bekerja sebagai petani/Pekebun,hal tersebut
tidak lepas dengan sumber daya alam yang dimiliki, dimana Desa Ketenong Jaya
memiliki luas wilayah 703 Ha dengan luas persawahan 240 Ha, luas perkebunan 235
Ha , luas pekarangan dan rumah 30 Ha, dan sisanya adalah hutan.
Masyarakat di desa Ketenong Jaya yang melakukan budidaya tanaman padi sawah
terbagi menjadi 16 kelompok tani yang terbagi menjadi 8 kelompok tani padi sawah,
4 kelompok wanita tani dan 4 kelompok tani perkebunan,
Lahan sawah di desa ketenong jaya dimanfaatkan untuk budidaya tanaman padi
sawah di bulan Desember sampai bulan april, dan dibulan selanjutnya sebagian
digunakan untuk kolam perikanan. Sedangkan untuk tanaman yang di tanam di lahan
perkebunan sebagian besarnya adalah tanaman kopi robusta dan sebagian lainnya
adalah tanaman durian dan Pinang.
Jika sedang tidak menanam padi, petani bekerja sebagai pekerja harian atau serabutan
dengan gaji 75-100 rb/hari sedangkan jika saat melakukan budidaya tanaman padi
sawah petani mendapatkan gaji rata-rata 120-150rb/ hari berdasarkan produktivitas
padi saat ini yaitu 4,2 ton/ha,tentunya penghasilan petani akan meningkat jika
produktivitas tanaman padi sawah tersebut bisa meningkat, dengan melihat hal
tersebut sawah tentunya menjadi penunjang ekonomi yang besar bagi petani di desa
Ketenong Jaya namun produktivitas padi di desa Ketenong Jaya masih tergolong
rendah dengan produktivitas rata-rata 4,2 ton/ha, hal tersebut tidak lepas dari berbagai
faktor salah satunya pemupukan yang belum optimal, dimana sesuai hasil pengukuran
dengan (PUTS) perangkat uji tanah sawah yang telah dilakukan oleh petugas
pertanian setempat di dapatkan anjuran penggunaan pupuk kimia dengan rincian
urea : 250 kg/ha, phospor : 150 kg/ha, kalium : 100 kg/ha.
Dengan anjuran pemupukan tersebut petani sebagian besar hanya mampu
memberikan pupuk kimia ke tanaman padi sawah dengan rincian urea: 150 kg/ha
phospor : 45 kg /ha kalium : 45 kg/ha. Hal tersebut tidak lepas karena kondisi
keuangan petani yang tidak mencukupi untuk membeli pupuk sesuai anjuran tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan pupuk tersebut tentunya pupuk kimia bukan satu-satunya
solusi untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman padi sawah agar sesuai dengan
anjuran tersebut, melihat dari melimpahnya limbah sisa pertanian yang tidak di
manfaatkan oleh petani dan di biarkan begitu saja seperti limbah dari jerami padi di
lahan-lahan persawahan, limbah sekam padi dan kopi di heuler yang menumpuk
masih banyak limbah lainnya yang jika di olah menjadi pupuk kompos tentunya dapat
memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman agar dapat tumbuh optimal dan memiliki
produktivitas yang tinggi.
Guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam memanfaatkan
limbah pertanian maka perlu dilakukan Praktek Kerja Lapangan dalam bentuk
penyuluhan pertanian tentang pemanfaatan limbah pertanian untuk di jadikan pupuk
kompos

b. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka penulis memilih beberapa
rumusan masalah, diantaranya:
a. Mengapa perlu memanfaatkan limbah pertanian untuk di jadikan pupuk kompos?
b. Apa fungsi pupuk kompos bagi tanaman?
c. Bagaimana cara mengolah limbah pertanian agar menjadi pupuk kompos?

c. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang sudah di jelaskan diatas, sesuai dengan rumusan
masalah penulis memiliki tujuan diantaranya:
a. Mengetahui pentingnya memanfaatkan limbah pertanian untuk di jadikan pupuk
kompos
b. Mengetahui fungsi pupuk kompos bagi tanaman
c. Mengetahui cara mengolah limbah pertanian agar menjadi pupuk kompos
TINJAUANPUSTAKA

Desa Ketenong Jaya Kecamatan Pinang Belapis , Kabupaten Lebong merupakan


desa yang memiliki lahan persawahan yang luasnya 240 Ha, yang sebagian besar
petani tergantung terhadap penggunaan pupuk kimia dalam budidaya tanaman padi
sawahnya, tentunya hal ini menjadi masalah karena penggunaan pupuk kimia secara
terus menerusakan merusak tanah, jika tahun ini kita menggunakan pupuk kimia 300
kg/Ha bisa mendapatkan hasil yang maksimal maka ditahun berikutnya penggunaan
pupuk kimia 300kg/ha tidak akan cukup untuk mendapatkan hasil yang maksimal, ini
dikarenakan tanah tersebut sudah mulai rusak karena tercemari oleh pupuk kimia
tersebut, sehingga untuk tahun berikutnya penggunaan pupuk kimia perlu di tambah
lagi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tentunya hal tersebut akan menambah
biaya produksi padi.
Menurut Altieri (2000), pupuk anorganik secara temporer telah meningkatkan
hasil pertanian, tetapi keuntungan hasil panen akhirnya berkurang banyak dengan
adanya penggunaan pupuk ini karena adanya sesuatu yang timbul akibat adanya
degradasi (pencemaran) lingkungan pada lahan pertanian.
Untuk mengatasi bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk kimia tersebut
maka pupuk organik merupakan solusi yang tepat, ada banyak janis pupuk organik
seperti pupuk kandang, kompos, guano dan humus, mengingat pupuk kandang dan
guano sulit untuk di dapatkan d daerah tersebut tentunya kompos adalah solusi terbaik
untuk mengurangi atau menggantikan penggunaan pupuk kimia, karena bahan-bahan
yang bisa dijadikan untuk pupuk kompos tersedia melimpah di daerah tersebut, seperti
limbah pertanian jerami padi, sekam padi, kulit kopi dan sisa-sisa dari tanaman
lainnya. Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari penguraian bahan organik yang
dilakukan oleh mikroba yang kemudian menjadi unsure hara bagi tanaman.
Kompos menurut wikipedia adalah hasil penguraian parsial/ tidak lengkap dari
campuran bahan bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab dan aerobik
atau anaerobik (Modifikasi dari J.H.Crawford,2003 ).
Manfaat kompos ditinjau dari beberapa aspek, seperti aspek ekonomi , aspek
ekonomi, aspek lingkungan dan aspek bagi tanah / tanaman menurutYudi P,
A.Mddalamhttp://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/77438/Manfaat-Kompos/adalah
sebagai berikut :
AspekEkonomi
a. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.
b. Mengurangi volume/ukuran limbah.
c. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada asalnya.
Aspek Lingkungan
a. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
b. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek Bagi Tanah / Tanaman
a. Meningkatkan Kesuburan tanah
b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
Berdasarkan hal tersebut tentunya pupuk organik menjadi cara yang tepat untuk
mengatasi kekurangan pupuk yang di akibatkan oleh kurangnya kemampuan petani
dalam membeli pupuk kimia, karena bahan untuk pembuatan pupuk kompos ini murah,
tersedia banyak, dan tidak memiliki efek samping bagi tanah.
Pupuk organic menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produksi pertanian
sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan (Dora Silvia Dewi dkk, 2022).
Untukitu PKL penyuluhan pertanian tentang “pemanfaatan limbah pertanian untuk
dijadikan pupuk kompos ” merupakan hal yang penting dilakukan dengan harapan agar
petani yang tadinya sangat tergantung terhadap pupuk kimia atau anorganik secara
perlahan mau menggunakan pupuk kompos sehingga tanah yang merupakan tempat
budidaya tanaman petani bisa kembali menjadi subur dan bisa mendapatkan hasil yang
maksimal tanpa harus menambah biaya produksi sehingga diharapkan hal ini dapat
membantu petani dalam mengurangi penggunaan pupuk kimia sehingga biaya produksi
tanaman bisa dikurangi.
METODOLOGI PKL

1) Lokasi pelaksanaan PKL


PKL dilaksanakan di Kelompok Tani Sopoyono Desa Ketenong Jaya, Kecamatan
Pinang Belapis Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu

2) Waktu pelaksanaan PKL


PKL dilaksanakan dari tanggal 28 April-12 mei 2023

3) Sasaran
Sasaran PKL adalah Kelompok tani SOPOYONO Desa Ketenong Jaya, Kecamatan
Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu

4) Metode penyuluhan
Metode penyuluhan yang akan digunakan dalam melaksanakan PKL ini adalah
metode pemaparan materi, diskusi dan demcara (demonstrasi cara)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab hasil dan pembahasan berisi data-data yang Anda hasilkan selama PKL berikut
pembahasannya sesuai dengan pustaka yang diacu. Isi dari bab ini secara garis besar
adalah:
a. Rencana penyuluhan pertanian yang telah dibuat pada saat pra PKL. Pada bagian
ini silakan dibahas kesesuaian rencana dengan pelaksanaan di lapangan.
Kegiatan PKL penyuluhan tentang pemanfaatan limbah pertanian untuk dijadikan
pupuk kompos ini dilaksanakan dengan tahapan:
1) Melapor kepada petugas pertanian dengan mendatangi kantor Balai
Penyuluhan Pertanian dan Perikanan BP3 Ketenong Jaya Kecamatan Pinang
Belapis Kabupaten Lebong dengan maksud:
 Meminta izin untuk melakukan kegiatan PKL di kelompok tani
 Berkoordinasi mengenai Desa tempat untuk melaksanakan PKL
 Berkoordinsasi mengenai penyuluh pertanian yang bisa
mendampingi kegiatan PKL
 Meminta petunjuk mengenai kelompok tani yang disarankan untuk
melaksanakan kegiatan PKL
Setelah melakukan perkenalan dan koordinasi dengan petugas pertanian
setempat, didapatkan izin untuk melaksanakan kegiatan PKL di Kelompok
Tani Sopoyono Desa Ketenong Jaya Kecamatan Pinang Belapis dengan
didampingi oleh bapak Wahyudi Selaku PPL (Penyuluh Pertanian
Lapangan) Desa Ketenong Jaya.
2) Bersama penyuluh pertanian merencanakan kegiatan PKL yang akan
dilaksanakan dengan hasil sebagai berikut:
 Kegiatan pertama kali dilakukan melalui pengenalan dengan
kelompok tani Sopoyono dan menyampaikan maksud dan tujuan
untuk melaksanakan kegiatan PKL mengenai pemanfaatan Limbah
Pertanian Untuk Dijadikan Pupuk Kompos, Kegiatan ini
dilaksanakan secara anjangsana ke petani Anggota Kelompok tani
Sopoyono
 Bersama penyuluh merencanakan kegiatan PKL dengan menetapkan
Metode dan teknik Penyuluhan yaitu dengan cara : penyampaian
materi langsung oleh mahasiswa PKL yang dilanjutkan dengan
diskusi dan demcara (demonstrasi cara)
 Kegiatan dilanjutkan dengan membuat surat undangan kegiatan
pemanfaatan limbah pertanian untuk dijadikan pupuk kompos yang
di tujukan ke kelompok tani Sopoyono
 Menyebarkan undangan tersebut langsung ke ketua kelompok tani
Sopoyono
 Menyiapkan bahan atau media penyuluhan pertanian yang diperlukan
untuk kegiatan PKL dengan rincian sebagai berikut:
a) Menyiapkan Materi pemanfaatan limbah pertanian untuk
dijadikan pupuk kompos, daftar hadir peserta. Materi yang
disiapkan dalam bentuk media transparansi yang sudah
dicetak (media ini di pilih karena tidak ada infocus di BP3
Ketenong jaya)
b) Menyiapkan: bahan kompos atau limbah pertanian yang akan
digunakan, limbah pertanian yang digunakan untuk kegiatan
ini adalah sekam padi (sekam bakar dan sekam mentah),
kotoran hewan (ternak kambing) , dan bonggol atau batang
pisang, sebagai pengurai menggunakan Em-4 dan juga
menggunakan kapur pertanian untuk menetralisir pH limbah
pertanian serta gula sebagai pengganti molase

Gambar 2 : mengumpulkan limbah pertanian yang akan digunakan sebagai bahan


pembuatan pupuk kompos
c) Mrenyiapkan ruangan tempat penyampaian materi (ruang
pertemuan BP3 Ketenong Jaya), kelengkapan spidol ,
penghapus, papan tulis, meja dan kursi
3) kegiatan penyuluhan tentang Pemanfaatan Limbah Pertanian Untuk
Dijadikan sebagai Pupuk Kompos dilaksanakan dimulai dengan menyambut
kedatangan petani anggota kelompok Tani Sopoyono di BP3 Ketenong Jaya
4) mempersilahkan petani untuk mengisi daftar hadir yang telah disediakan
5) mempersilahkan petani untuk menempati ruangan pertemuan
6) penyampaian kata sambutan dari penyuluh pertanian
7) pemaparan materi pemanfaatan Limbah Pertanian Untuk Dijadikan Pupuk
Kompos oleh mahasiswa PKL

Gambar 2: penyampaian materi dan diskusi


8) diskusi, dalam diskusi ini ada 3 petani yang bertanya:
a) penanya : Suharto, ketua kelompok tani Sopoyono;
apa saja bahan yang bisa dijadikan pupuk kompos?
Jawaban: bahan yang bisa dijadikan pupuk kompos sangat beragam,
tentunya bahan tersebut tergantung dari ketersediaan dan jenis pupuk
yang akan dibuat apakah cair atau padat, untuk pembuatan kompos
padat kita bisa menggunakan bahan mulai dari jerami padi, sekam
padi, sekam kopi, bonggol pisang, kotoran hewan, dan sisa tumbuhan
dan kotoran hewan lainnya yang berbentuk padat.

b) penanya : Suherwan, anggota kelompok tani


berapa banyak kebutuhan pupuk kompos yang harus digunakan
untuk lahan 1 Ha
jawaban: kebutuhan pupuk kandang disesuaikan dengan berbagai
aspek, yaitu kesuburan tanah, jenis tanaman yang dibudidayakan,
bahan baku pupuk kompos yang digunakan, seperti kotoran kambing
dalam 1 ton mengandung mengandung N: 8kg, P: 7 kg K: 15kg dan
Ca: 8kg.
Bila seorang petani menggunakan 2 ton pupuk kandang kambing per
hektar, berarti menambahkan 16 kg N, 14 kg P, dan 30 kg K dan 16
kg Ca. Jadi dengan menambahkan 2 ton/ha pupuk kandang sapi,
maka petani tersebut dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan
sebanyak :

Urea = 100/46 x 16 kg/ha = 34,7 kg/ha

SP36 = 100/16 x 14 kg/ha = 87,5 kg/ha

KCl = 100/52 x 30 kg/ha = 57,7 kg/ha

Dengan demikian, kalau seharusnya pupuk buatan diberikan


sebanyak :

Urea = 150 kg/ha

SP36 = 75 kg/ha

KCl = 30 kg/ha

Maka dengan pemberian 2 ton/ha pupuk kandang (kotoran


kambing), pemberian pupuk buatan dapat dikurangi menjadi :

Urea = (150-34,7) kg/ha = 115,3 kg/ha

SP36 = (75-87,5) kg/ha = 0 tidak diperlukan SP36

KCl = (30-57,7) kg/ha = 0 tidak perlu pemberian KCl

Sisa Tanaman

Sisa tanaman mengandung unsur hara yang cukup tinggi, terutama


kalium. Untuk sistem pertanian tradisional (tidak intensif),
pengembalian sisa tanaman dapat mengurangi kebutuhan pemberian
pupuk untuk tanaman berikutnya sebanyak 50% untuk K, 30% P, dan
N sampai 90% tergantung jenis tanamannya. Karena itu sisa
tanaman (jerami, batang jagung) perlu dikembalikan ke lahan
pertanian.
c) penanya : Roni : anggota Kelompok tani
berapa lama proses pengomposan?

Jawaban: Lama proses pengomposan dapat bervariasi tergantung


pada beberapa faktor seperti jenis bahan organik yang dikomposkan,
ukuran partikel, kondisi lingkungan, dan metode pengomposan yang
digunakan. Secara umum, proses pengomposan membutuhkan waktu
antara beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Pada skala kecil, kompos rumah tangga biasanya membutuhkan
waktu sekitar 2 hingga 3 bulan untuk menghasilkan kompos matang
yang siap digunakan. Proses pengomposan bisa lebih cepat jika
kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban optimal, dan jika
bahan organik yang digunakan cukup halus dan mudah terurai.
Namun, pada skala yang lebih besar seperti pengomposan komersial
atau industri, prosesnya bisa berlangsung lebih lama. Pengomposan
yang lebih besar umumnya melibatkan penggunaan teknologi dan
metode yang lebih canggih untuk mempercepat proses penguraian
bahan organik, tetapi waktu yang dibutuhkan tetap bergantung pada
berbagai faktor.
Perlu dicatat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk pengomposan
dapat bervariasi, dan faktor-faktor seperti jenis bahan organik,
ukuran partikel, kondisi lingkungan, dan metode pengomposan yang
digunakan dapat mempengaruhi lamanya proses pengomposan.
Setelah melaksanakan kegiatan pemaparan materi dan diskusi, kegiatan
dilanjutkan dengan melaksanakan praktek pembuatan pupuk kompos dari limbah
pertanian, dimana bahan limbah pertanian telah di ambil sebelum kegiatan
penyuluhan pertanian tentang pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk kompos ini
di laksanakan, bahan yang digunakan adalah sekam padi (sekam bakar dan sekam
mentah), kotoran ternak hewan kambing dan bonggol pisang.
Untuk pengurainya kita menggunakan Em-4 dan sebagai stater atau makanan
awal bagi bakteri pengurai kita menggunakan gula sebagai pengganti molase. Dan
juga menggunakan kapur pertanian sebagai penetralisir pH dari limbah pertanian yang
akan digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk kompos.
Sistem pengomposan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sistem an-
aerob yang artinya kedap udara, disini kita menggunakan terpal sebagai penutup atau
pembungkus bahan limbah pertanian yang akan dikomposkan.
Gambar 3: Proses Pembuatan Pupuk Kompos
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan PKL Penyuluhan pertanian tentang pemanfaatan limbah pertanian
untuk dijadikan pupuk kompos memberikan solusi bagi ketergantungan terhadap
penggunaan pupuk kimia dan efek negatif yang diakibatkan oleh penggunaan pupuk
kimia secara terus-menerus.
Pemanfaatan limbah pertanian untuk dijadikan pupuk kompos adalah salah
satu pendekatan yang ramah lingkungan untuk mengurangi limbah pertanian dan
memperbaiki kesuburan tanah. Limbah pertanian seperti sisa tanaman, jerami, kotoran
ternak, dan limbah dapur dapat diolah menjadi pupuk kompos yang kaya akan nutrisi
dan bermanfaat bagi tanaman. Berikut ini adalah hasil dan pembahasan pemanfaatan
limbah pertanian untuk dijadikan pupuk kompos yang dirasakan oleh petani anggota
kelompok tani Sopoyono:
1) Hasil Pemanfaatan Limbah Pertanian:
Pupuk Kompos: Limbah pertanian diolah menjadi pupuk kompos yang memiliki
nilai nutrisi tinggi dan kemampuan untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk
kompos ini dapat digunakan untuk memperkaya tanah di pertanian, kebun, atau
taman.
2) Pembahasan Pemanfaatan Limbah Pertanian untuk Pupuk Kompos:
 Mengurangi Limbah Pertanian: Dengan mengolah limbah pertanian
menjadi pupuk kompos, jumlah limbah pertanian yang dibuang dapat
berkurang. Hal ini membantu mengurangi dampak negatif limbah
pertanian terhadap lingkungan, seperti pencemaran air dan udara.
 Meningkatkan Kesuburan Tanah: Pupuk kompos kaya akan bahan
organik, seperti karbon, nitrogen, dan mikroorganisme yang berguna
bagi tanah. Pemberian pupuk kompos dapat meningkatkan kesuburan
tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan retensi air, dan
meminimalkan erosi tanah.
 Pengurangan Penggunaan Pupuk Kimia: Dengan menggunakan pupuk
kompos sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, penggunaan pupuk kimia
dapat dikurangi. Hal ini dapat mengurangi risiko pencemaran lingkungan
akibat kelebihan pupuk kimia dan juga mengurangi biaya produksi
pertanian.
 Meningkatkan Produktivitas Tanaman: Pupuk kompos yang kaya akan
nutrisi dan mikroba menguntungkan dapat meningkatkan produktivitas
tanaman. Tanaman yang diberi pupuk kompos umumnya tumbuh lebih
sehat, memiliki sistem akar yang kuat, dan menghasilkan hasil panen
yang lebih baik.
 Peningkatan Keberlanjutan Pertanian: Pemanfaatan limbah pertanian
untuk pupuk kompos merupakan salah satu langkah dalam mencapai
pertanian yang lebih berkelanjutan. Limbah pertanian yang sebelumnya
dianggap sebagai masalah dapat diubah menjadi sumber daya yang
bernilai, sehingga membantu dalam pengelolaan limbah pertanian secara
efektif.

B. Saran
Dari hasil kegiatan PKL penyuluhan tentang pemanfaatan limbah pertanian
untuk dijadikan pupuk kompos sangat disarankan karena Pemanfaatan limbah
pertanian untuk dijadikan pupuk kompos memiliki berbagai manfaat lingkungan dan
ekonomi. Selain mengurangi limbah pertanian dan mengurangi penggunaan pupuk
kimia, penggunaan pupuk kompos juga dapat membantu meningkatkan kesuburan
tanah dan produktivitas tanaman. Hal ini berkontribusi pada keberlanjutan pertanian
dan pengelolaan yang lebih baik terhadap limbah pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Alex, S. (2020). Sukses Mengolah Sampah organik. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Altieri (2020). Pupuk Anorganik.
Dewi, S.D., & Afrida, E. (2022). Kajian Respon Penggunaan Pupuk Organik oleh
Petani Guna Mengurangi Ketergantungan Terhadap Pupuk Kimia.
Firmansyah, M. Anang. (2010). Teknik Pembuatan Kompos. Kalimantan Tengah:
Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit.
Indriani, Novita H. (2011). Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Marwantika, A., I. (2018). Pembuatan Pupuk Organik Sebagai Upaya Pengurangan
Ketergantungan Petani Terhadap Pupuk Kimia Di Dusun Sidowayah, Desa
Candimulyo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun.
Nugroho, Panji. (2020). Panduan Membuat Pupuk Kompos cair. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Suhastyo, Arum A. (2017). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Pembuatan
Pupuk Kompos. Jawa Tengah: Politeknik Banjar Negara. Jurnal Pengabdian
dan Pemberdayaan Masyarakat.
(Susetya, Darma. (2023). Panduan lengkap Membuat Pupuk Organik. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Yudi, P. (2019) manfaat kompos.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/77438/Manfaat-Kompos/
Yuli, Y., Ichlas, N., & Rahmi, H. (2018). Produksi Pupuk Kompos Dari Sampah
Rumah Tangga.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai