Anda di halaman 1dari 5

Geopolitik, Geoekonomi dan Geostrategi

Sebagai Ilmu dan Doktrin Pergerakan

"Geopolitik ialah pengetahuan keadaan, pengetahuan segala sesuatu berhubungan dengan


geografische constellatie sesuatu negeri." — Soekarno

Indonesia sebagai negara bangsa dibangun dan diproklamirkan dengan pondasi


geostrategi yang mapan. Founding fathers Indonesia dalam pergerakan perjuangan
berbekal pengetahuan geopolitik dan geokonomi yang mumpuni, sehingga secara
akurat mengambil momentum dalam memposisikan bangsa Indonesia lepas dari
jerat penjajahan Belanda dan Jepang menuju gerbang kemerdekaan. momen
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 terjadi di saat
dunia mengalami perubahan geopolitik penting. Perang Dunia kedua usai, dengan
kemenangan pada pihak Sekutu (Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, China,
Prancis, Belanda, Polandia dan Australia) melawan aliansi Poros Jerman, Italia,
Hongaria, Rumania, Bulgaria (Eropa) dan Jepang di Asia Pasifik. Jepang yang saat
itu menduduki Indonesia keluar dari Indonesia karena kalah dalam Perang Dunia II
setelah Hiroshima dan Nagasaki di bom Atom Amerika. Kekosongan kekuasaan
penjajah di Indonesia, dimanfaatkan dengan baik oleh para pendiri bangsa dengan
menyatakan kemerdekaan, dan menyebarluaskannya ke berbagai pelosok dunia.

Berakhirnya masa penjajahan Belanda juga tidak luput dari proyeksi kedalaman
pengetahuan Bapak Bangsa tentang geopolitik dan sejarah bangsa. Potensi
kelemahan Belanda dipahami melalui pembacaan tentang pergeseran politik dunia
antara kekuatan kapitalisme dan fasisme. Tahun 1929, Soekarno membaca prediksi
Hector Charles Bywater yang ditulis dalam bukunya “The Great Pacific War”.
Bywater memprediksi perang besar akan terjadi antara kekaisaran Jepang dan
Amerika Serikat yang memperebutkan wilayah Asia Pasifik. Digambarkan dalam
buku itu perang berawal dari serangan Jepang ke pangkalan militer AS di Filipina.
Prediksi ini hanya berbeda tipis dengan kenyataan yang terjadi, Jepang justru
menyerang pangkalan AS di Pearl Harbour.1

Dengan gagasan progresifnya, Soekarno menganalisis dan memprediksi pola


penyerangan Jepang secara detail ke Filipina yang letaknya dekat dengan
Indonesia. Jepang diperkirakan menyerang Filipina langsung dari Okinawa, atau
dengan menduduki pulau Jawa terlebih dulu. Jika melalui pulau Jawa, maka
pendudukan Jepang berpotensi mengusir Belanda dari pulau Jawa, atau bahkan
mengusirnya dari seluruh Nusantara.

Kemudian, berbekal pengetahuan akar budaya yang baik, Soekarno juga mampu
menghubungkan prediksi Bywater ini dengan ramalan Jayabaya yang mengatakan
bahwa kelak akan ada bangsa bertubuh pendek, berkulit kuning yang akan
menguasai tanah Jawa seumur jagung. Istilah seumur jagung pada pemahaman
bahasa Jawa artinya waktu yang singkat, hanya sekitar 3,5 bulan. 2

Analisis Soekarno tentang pertarungan antara kekuatan politik saat itu berujung pada
prediksi bahwa di Pasifik akan terjadi perang antara Amerika dan Jepang. Sehingga
jauh-jauh hari sebelum pecah perang Asia Pasifik, Soekarno sudah mulai
mengantisipasi dan mempersiapkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa para pendiri bangsa dan pemimpin kita dahulu
merupakan orang yang hebat yang mampu menganalisa hal–hal yang akan terjadi

1
Lebih detail dapat dibaca di majalah triwulanan Lemhanas RI Swantara No. 20 Tahun VI / Maret 2007 dengan
judul artikel “Belajar dari Perjalanan Geopolitik Bangsa”
2
Ibid.
1
dengan cara pembacaan dan analisis mendalam tentang peristiwa yang berkaitan
dengan geopolitik dan geostrategis.

Namun, apakah geopolitik? Menurut kamus The Penguin Dictionary of International


Relations, geopolitik adalah sebuah metode untuk mempelajari politik luar negeri
suatu negara, untuk bisa memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku politik
internasional, melalui variabel- variabel geografi. Seperti variabel tempat, demografi,
sumber daya alam, iklim, topografi, dan lain-lain.

Terdapat banyak definisi geopolitik dari berbagai ahli geopolitik dan hubungan
internasional. Diantara definisi yang bisa dipahami dengan mudah antara lain;
geopolitik merupakan studi tentang pengaruh geografis (lokasi) terhadap perilaku
negara (politik). Setiap negara memiliki lokasi geografis yang berbeda dengan
karakteristik landscape, iklim, budaya yang berbmacam macam. Perbedaan itu
menjadikan karakter hidup juga menjadi berbeda beda. Masing-masing memiliki
potensi dan tantangan dalam memenuhi kepentingan nasionalnya. Masyarakat
Indonesia yang berkepulauan memiliki karakterisitik berbeda dengan kehidupan dan
tantangan masyarakat Nepal yang negaranya berada di pegunungan. Perbedaan
geografis dengan segala pirantinya yang berbeda menjadi dasar pertimbangan
dalam menentukan kebijakan suatu negara untuk mencapai tujuan nasionalnya.

Hal itu seirama dengan gagasan Tim Marshal, bahwa geopolitik melihat bagaimana
hubungan internasional dimengerti melalui faktor-faktor geografis – bukan hanya
landscape fisik, tetapi juga terkait kondisi iklim, demografi, kebudayaan setempat dan
akses ke Sumber Daya Alam (SDA).3 Geopolitik mempunyai empat unsur
pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik
antara geografi dan politik, serta unsur kebijakan pemerintah suatu negara, yang
kesemuanya tentu saja diorientasikan dalam rangka menjamin kepentingan nasional
bangsa itu sendiri.4 Geopolitik juga erat dengan kondisi ekonomi sebagai variable
yang berkorelasi dengan aspek demografis, lingkungan, geografi dan politik serta
bagaimana factor-faktor tersebut mempengaruhi kebijakan politik luar negeri dan
kebijakan keamanan negara.

Sehingga geopolitik dapat dimaknai dalam dua hal: 5


1. Geopolitik sebagai ilmu: memberikan wawasan obyektif akan posisi kita
sebagai suatu bangsa yang hidup berdampingan dan saling berinteraksi
dengan negara lain dalam pergaulan dunia.
2. Geopolitik sebagai ideologi (landasan ilmiah bagi tindakan politik suatu
negara): hendak menjadikan wawasan tersebut sebagai cara pandang kolektif
untuk melangsungkan, memelihara dan mempertahankan semangat
kebangsaan.

Dengan pemahaman geopolitik dan geoekonomi yang komprehensif tentang


kekuatan dan kelemahan negara sendiri dan negara lain, maka dapat disusun
geostrategi dalam rangka pemenuhan kepentingan nasional sebuah negara. Contoh
mutkahir bisa kita lihat pada peristiwa penyerangan Rusia terhadap Ukraina yang
bertujuan untuk mencegah Ukraina bergabung dengan pakta pertahanan The North
Atlantic Treaty Organization (NATO). Karena jika Ukraina bergabung dengan NATO,
diduga berpotensi mengganggu kepentingan dan keamanan Rusia di Kawasan.

Peristiwa konflik Rusia dan Ukraina ini bisa dipahami melalui gagasan teoritis
Geopolitik Fredefich Ratzel dan Rudolf Kjellen. Menurut Ratzel dan Kjellen,
pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme (makhluk hidup), yang
memerlukan ruang hidup (lebensraum) cukup agar dapat tumbuh dengan subur
melalui proses lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut, dan
3
Marshall, T. (2016). Prisoners of geography. Elliott & Thompson.
4
Majalah triwulanan Lemhanas RI Swantara No. 20 Tahun VI / Maret 2007 dengan judul artikel “Belajar dari
Perjalanan Geopolitik Bangsa”
5
Sulisworo, D. dkk (2012). Bahan Ajar Geopolitik Indonesia. UAD
2
mati. Kekuatan suatu negara harus mampu mewadahi pertumbuhannya. Makin luas
ruang dan potensi geografi yang diternpati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan
makin besar kemungkinan kelompok politik itu tumbuh. Suatu bangsa dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam. Hanya
bangsa yang unggul saja yang dapat bertahan hidup terus dan berlangsung. Apabila
ruang hidup negara sudah tidak dapat memenuhi keperluan, ruang itu dapat dipeluas
dengan mengubah batas-batas negara baik secara damai maupun melalui jalan
kekerasan atau perang.6

Geoekonomi merupakan sebuah isu wacana ekonomi yang dikaitkan dengan


pemetaan wilayah beserta kondidi-kondisi dominan yang terjadi dan membentuk satu
variabel yang determinan tentang dinamika ekonomi di suatu tempat/wilayah.
Variabel dominan tersebut melibatkan banyak hal yang saling berhubungan seperti
kondisi sosial budaya pada suatu tempat, bahkan politik dapat berpengaruh terhadap
dinamika ekonomi pada suatu wilayah. Karena alasan tersebut maka tidaklah aneh
apabila geopolitik dan geoekonomi adalah wacana yang membentuk satu
interderpendensi dalam dinamika dunia. Jadi Geoekonomi adalah cara pandang
mengenai permasalahan ekonomi bangsa itu ditinjau dari faktor geografi, baik
kaitannya dengan lingkup regional, nasional, maupun global. Adapun geostrategi
adalah kebijakan pelaksanaan yang menentukan tujuan dan sarananya, termasuk
cara penggunaannya dari sarana itu. 7

Geoekonomi berupaya menggambarkan hubungan antara geografi, ekonomi dan


geografi ekonomi menjadi tata masalah geoekonomi. Pengkajian dan penelitian
tentang geopolitik bersifat multi disiplin dan mencakup juga masalah ekonomi,
sehingga sifat multi disiplin dan mencakup juga masalah ekonomi, sehingga tidak
dapat ditsrik batas yang jelas antara bidang Geopolitik dan Geoekonomi. Namun
demikian arah pemikiran dalam Geoekonomi kiranya cukup jelas, yaitu berupaya
menelaah faktor-faktor spasial permukaan bumi sebagai Pertimbangan ekonomi.
Hasil pemikiran itu merupakan bahan yang sangat penting untuk menetapkan
kebijaksanaan nasional di bidang ekonomi dan bila dikaitkan dengan masalah
hubungan antar negara tidak dapat dilepaskan lagi dari masalah Geopolitik.

Memahami geopolitik dan geoekonomi dan kemudian menyusun geostrategi Ibarat


bermain catur. Jika kita memahami pola permainan catur beserta strategi dan
analisis kekuatan dan kelemahan lawan main, maka kita akan dengan mudah
menentukan langkah bidak catur agar dapat memenangkan permainan. Demikian
juga kita memahami pola permainan hubungan internasonal dengan pemahaman
geopolitik yang kuat, maka akan lebih mudah memenangkan kepetingan nasional
negara kita di atas kepentingan lainnya.8

Kapan geopolitik dan geoekonomi muncul?


Kondisi yang membuat geopolitik muncul adalah saat aktor-aktor (individu/negaa)
yang saling berhubungan dan keduanya saling melakukan tindakan yang
menimbulkan reaksi lainnya dan masing-masing aktor berkepentingan untuk
mengetahui reaksi untuk menentukan langkah selanjutnya. Penjelasan ini lebih
mudah diasosiasikan dalam permainan catur yang masing-masing pemain
menentukan langkah untuk membuat musuh melakukan langkah salah yang
menguntungkan salah satu pihak.

Dalam kasus lain, geopolitik hari ini juga banyak digunakan secara bebas untuk
menyebut fenomena seperti: sengketa perbatasan internasional, struktur keuangan
global, pola geografis hasil pemilu (Agnew, 2003:5). Sengketa perbatasan muncul
akibat klaim masing-masing pihak terhadap batas wilayah yang kemudian diikuti
6
Ibid.
7
Kompas, 4 november 2002
8
Disarikan dari paparan Prof. Mohtar Masoed, Guru Besar Hubungan Internasional (HI) pada podcast kuliah
Ilmu Sosial Dasar Geografi, Geopolitik dan Hubungan Internasional pada link https://www.youtube.com/watch?
v=jf4v1qRx6uM
3
langkah diplomasi atau lainnya. Geopolitik juga memberikan kontribusi yang cukup
besar dalam mendorong pemahaman sistem perdagangan bebas internasional yang
menjadi jantung ekonomi pasar global modern (Agnew dan Corbridge, 1995 dalam
Blacksell, 2006:10).

Ideologi Geopolitik Indonesia


Geopolitik Indonesia dibangun pondasinya oleh Presiden Soekarno. Pengetahuan
dan pandangan mendalam serta pergaulan yang luas dengan berbagai tokoh besar
dunia memberi pengaruh pada kebijaksanaan membangun Indonesia sebelum dan
sesudah kemerdekaan. Salah satunya adalah gagasannya tentang geopolitik
Indonesia. Soekarno paham betul bahwa posisi silang (cross position) Indonesia,
antara dua benua dan dua samudera, akan berdampak pada keberlangsungan
negara Indonesia.

Indonesia bisa menjadi negara besar jika memahami geopolitiknya. Menurut


Soekarno, Indonesia sebagai satu kesatuan adalah geopolitik Indonesia. Corak
bangsa multikultur, multiagama, dan multietnis menjadi karakter unik Indonesia,
sehingga konteks geopolitik Indonesia adalah mempertahankan Indonesia sebagai
satu kesatuan, memakmurkan rakyatnya dengan segala sumber daya alam yang
dimilikinya, dan berinteraksi dengan negara lain (politik luar negeri) berdasarkan
kepentingan Indonesia tersebut.9

Hasil penggalian pengetahuan Presiden Soekarno tentang geopolitik Indonesia


terejawantah dalam bentuk ideologi Pancasila. Pancasila merupakan cerminan
kepentingan nasional sekaligus dasar dalam pengambilan kebijakan negara,
termasuk dalam geopolitik Indonesia. Geopolitik diperlukan untuk membangun
ketahanan nasional (ketahanan nasional sebagai suatu kondisi). Untuk mewujudkan
ketahanan nasional harus dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategi yaitu sebuah
konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa
dan konstelasi geografi Indonesia (ketahanan nasional sebagai konsepsi). Kita harus
mengetahui gambaran dan karakteristik bangsa kita sendiri, sehingga lahirlah
wawasan nusantara (wasantara) sebagai geopolitik Indonesia. Dengan wasantara,
pengambilan kebijakan politik harus mengedepankan persatuan-kesatuan dan
kepentingan masyarakat Indonesia, dengan melihat peluang, tantangan, dan
ancaman dalam lingkungan strategis regional dan global.

Sayangnya, setelah era Soekarno, kesadaran geopolitik Indonesia mengalami


pendangkalan. Akibatnya, bangsa ini tidak mampu mengenali kekuatannya sendiri,
sehingga sangat rentan untuk menjadi sasaran untuk dimanfaatkan oleh bangsa-
bangsa lain. Ujungnya, ketahanan nasional Indonesia melemah. Untuk mengatasi
hal itu Indonesia harus mempunyai satu skema yang jelas untuk melawan skema
buatan negara asing. Penyusunan skema itu, dimulai dari pemahaman terhadap
kekuatan geopolitik Indonesia.

PMII Paham Geopolitik, Geoekonomi dan Geostrategi Sejak Dini


Narasi yang penulis ambil dari buku Sentrum perkaderan PMII menegaskan bahwa
sebuah gerakan yang rapi dan massif harus mengandaikan terbentuknya faktor-
faktor produksi, distribusi dan wilayah perebutan. Tanpa mengunakan logika ini maka
gerakan akan selalu terjebak pada heroisme sesaat dan kemudian mati tanpa
meninggalkan apa-apa selain kemasyhuran dan kebanggaan diri belaka.

Jika kita ingin membangun sebuah gerakan maka dimana wilayah perebutan yang
akan kita temui dan oleh karena itu apa yang harus kita produksi dan mengunakan
jalur distribusi seperti apa agar produk-produk gerakan kita tidak disabotase di

9
Majalah triwulanan Lemhanas RI Swantara No. 20 Tahun VI / Maret 2007 dengan judul artikel “Belajar dari
Perjalanan Geopolitik Bangsa”
4
tengah jalan. Rangkaian produksi-distribusi-perebutan ini adalah sebuah mata rantai
yang tidak boleh putus, karena putusnya sebuah mata rantai ini berati matinya
gerakan atau setidak-tidaknya gerakan hanya akan menjadi tempat kader ber-
heroisme-ria. Dan yang lebih penting bahwa gerakan semacam ini akan lebih mudah
untuk di aborsi.

Yang pertama-tama perlu di kembangkan di PMII adalah bahwa sejarah itu berjalan
dengan masa lalu, bukan karena semata-mata masa lalu itu ada, tetapi karena masa
lalu telah membentuk hari ini dan hari esok. Artinya capaian tertinggi dari sebuah
gerakan adalah ketika satu generasi telah berhasil mengantar generasi berikutnya
menaiki tangga yang lebih tingi. Visi historis inilah yang akan menjadikan PMII
sebagai organisasi besar yang berpandangan kedepan dan universal, karena PMII
tidak didirikan hanya untuk bertahan selama sepuluh atau dua puluh tahun, tetapi
PMII didirikan untuk melakukan perubahan tata struktur dan sistem.

Prespektif di atas adalah kristalisasi pemahaman yang kuat akan jatidiri dan tujuan
kelembagaan. Dengan pemahaman realitas masyarakat kontemporer dengan
perangkat alat bantu analisis geopolitik, geoekonomi, dan geostrategi yang kuat akan
dapat memandu arah gerakan PMII, baik sebagai ilmu maupun doktrin, agar proses
kaderisasi dapat melahirkan calon pemimpin pewaris sejarah pendiri bangsa yang
berjuang dengan arah dan strategi yang bernas.

Beberapa tantangan dan peluang hari ini yang dapat menjadi momentum persiapan
dalam kaderisasi yang baik adalah, motivasi kesejarahan Indonesia sebagai bangsa
besar yang terbukti pernah aktor penting dalam pergaulan politik internasional
(contoh: Perebutan Irian Barat, Pembentukan Gerakan Non-blok, pembentukan
ASEAN, dll). Kondisi geopolitik dunia yang hari ini juga mengalami pergeseran akibat
perubahan paradigma de-globalisasi 10, sehingga negara-negara di dunia berapa
pada posisi start yang sama dan tidak ada negara yang paling dominan (adi kuasa)
seperti sebelum-sebelumnya. Pandemi covid dunia dan perkembangan teknologi
pada berbagai bidang, membuka peluang sama pada semua negara bangsa di dunia
untuk berlomba menjadi negara unggul dan dapat memenuhi kebutuhan
nasionalnya. Paling akhir, optimisme Kishore Mahbubani tentang hari ini adalah
abadnya Asia untuk menjadi kekuatan global 11, menggeser Amerika dan Eropa yang
nyaman 3 abad terakhir, hendaknya bisa dijadikan daya dorong bagi kader
pergerakan untuk turut mengisi ruang optimisme ini.

Abdul Allam Amrullah


Disajikan dalam Pelatihan Kader Lanjut (PKL) PMII Cabang Malang (26-02-2022)

10
Kharisma, M.W. (2020). Dunia di Tengah Pandemi COVID-19: Perspektif Geopolitik. CSIS Commentaries
DMRU-029-ID
11
Mahbubani, K. (2008). The new Asian hemisphere: The irresistible shift of global power to the East. New York:
PublicAffairs.
5

Anda mungkin juga menyukai