Anda di halaman 1dari 11

Geostrategi dan Geopolitik di Indonesia

A. Pengertian Geografis
Kata “geografis” pertama kali digunakan oleh llmuan Yunani bernama Erastosthenes di
Abad ke-3 SM. Kata geografis bersasal dari 2 kata yakni “ge” dan “graphe”. Ge berarti bumi
dan Graphe berarti deskripsi. Sehingga pengertian geografis adalah sebuah disiplin ilmu yang
di fokuskan manusia pada kondisi permukaan bumi yang merupakan dunia manusia atau
tempat tinggal manusia. Geografi meneliti dunia dengan perspektif geografis dan spasial,
menawarkan wawasan baru dalam disiplin ilmu. Pada abad ke-20, geografis lebih mengarah
pada meneliti tentang kondisi fisik atau social suatu wilayah
Pada geografi mengenal lima hal utama yaitu lokasi, interaksi manusia dan lingkungan,
wilayah, tempat, dan pergerakan. Lokasi mengacu pada posisi suatu permukaan bumi. Lokasi
absolut mengacu kepada lokasi se-suatu dalam hubungan dengan kerangka acuan yang dise-
pakati. Sebagai contoh letak absolut adalah Pelabuhan Bitung berada pada posisi 1°26′ LU
dan 125°11′ BT. Sementara itu, lokasi relatif adalah lokasi suatu tempat secara relatif terhadap
tempat lain. Lokasi relatif merupakan cara yang sangat baik untuk menunjukkan lokasi karena
dua alasan. Pertama, menemukan suatu tempat yang tidak begitu dikenal dengan
membandingkannya terhadap lokasi yang sudah dikenal, misalnya Bandara Sam Ratulangi
terletak 15 km di sebelah utara Manado. Kedua, pemahaman yang bersifat sentral sangatlah
penting, misalnya Sulawesi Utara merupakan pintu gerbang KTI ke Asia Pasifik. Situasi atau
keadaan suatu tempat (place’s situation) mengacu pada lokasi relatif atau sentralitas. Situasi
merupakan sifat lokasional suatu tempat yang bersifat eksternal, atau posisi wilayah dengan
acuan tempat lain yang bukan lokal. Sebagai contoh, Pelabuhan Bitung relatif dekat dengan
pusat ekonomi di Asia Pasifik seperti Kaohsiung, Hong-kong, Shanghai, Busan, Tokyo, dan
Los Angeles.
B. Pengertian Geopolitik
Penggunaan istilah geografi politik dimulai sejak tahun 1750-an, saat filsuf Perancis,
Turgot, menciptakannya untuk menunjukkan hubungan antara fakta geografis atas tanah dan
pertanian dalam masalah permukiman serta distribusi etnis dalam pengaturan politik. Geografi
politik dipahami sebagai cabang pengetahuan bagi pemerintah dan administrasi seba-gai
pengetahuan negara. Menurut Efimenco, geografi politik terdiri dari deskripsi dan analisis
daerah yang terorganisir secara politik. Menurut Weigert et al., geografi politik adalah anak
sah dari geografi manusia. Keduanya berurusan dengan saling peng-aruh antara faktor-faktor
fisik dan manusia serta hubungan timbal baliknya antara bumi dan manusia. Keduanya
mencoba untuk menemukan dan menjelaskan pengaruh dari dunia fisik terhadap masyarakat
manusia dan batasan-batasannya meng-atur aktivitas manusia; berurusan dengan beragam
manifes-tasi simbiosis antara alam dan manusia.
Geografi politik sebagai sebuah bidang studi telah meng-alami perkembangan historis, di
mana tema perbatasan dan ketenteraman serta kekuasaan dan perlawanan selalu menjadi
pokok kajiannya. Bagi Agnew et al., geografi politik adalah tentang bagaimana hambatan
antara manusia dan ko-munitas politik mereka naik-turun; bagaimana tatanan dunia
berdasarkan prinsip pengorganisasian geografis yang berbeda (seperti: kerajaan, sistem
negara, dan hubungan ideologis-material) timbul dan runtuh; dan bagaimana proses material
dan kembalinya gerakan politik membuat orang tetap tinggal bermukim dan membayangkan
peta politik dunia. Para penda-hulu geografi politik, seperti: Aristoteles, Thucydides, Sun Tzu,
dan Livy; serta eksponen yang lebih baru, seperti: Machiavelli, Hobbes, Montesquieu,
Madison, Rousseau, dan Hegel telah menggunakan istilah ini untuk menggambarkan
organisasi po-litik ruang duniawi dan hubungan antara tempat dan politik.
Geopolitik terdiri dari tiga hal yaitu segitiga kekuasaan, politik, dan kebijakan.
Kekuasaan merupakan hal utama penopang dua yang lain. Politik adalah seluruh rangkaian
proses yang terlibat dalam mencapai, menjalankan, dan me-nentang kekuasaan atas fungsi
negara dalam pemilu, perang, ataupun sekedar gosip kantor. Kebijakan adalah hasil yang
diharapkan, hal-hal di mana kekuasaan memungkinkan se-seorang untuk mencapainya, dan
bahwa politik itu tentang ber-ada pada posisi yang dapat menyelesaikannya. Interaksi dari tiga
entitas ini menjadi perhatian dari ilmu politik. Geografi politik adalah tentang interaksi entitas
ini dengan segitiga kedua yaitu ruang, tempat, dan wilayah. Pada segitiga kedua ini, ruang
(atau pola spasial atau hubungan ke-ruangan) merupakan inti pokok geografi. Tempat adalah
titik tertentu dalam ruang, sedangkan wilayah menunjukkan upaya yang lebih formal untuk
mendefinisikan dan membatasi sebagian ruang, dituliskan dengan identitas dan ka-rakteristik
tertentu. Geografi politik mengenali keenam entitas (politik, kebijakan, kekuasaan, ruang,
tempat, dan wilayah) terkait secara intrinsik, namun, bagian dari penelitian geografi politik
tidak perlu secara eksplisit menyebutkan keenamnya.
C. Geopolitik yang dilakukan Indonesia
Dunia telah mengalami pergeseran Geopolitik dari kawasan Eropa ke Asia Pasifik (Aspas),
utamanya di Laut Cina Selatan (LCS) dan Laut Cina Timur (LCT). Masing masing negara
mengambil inisiatif geopolitik dan geostrategis di Aspas, LCS dan LCT, yang menjadi penting
secara politik, ekonomi, keamanan. AS mengantisipasi geopolitik ini dengan reballancing
(kehadiran kembali) di Asia Pasifik dan menaruh perhatian di LCT dan LCS, menolak Adiz Cina
di LCT, menolak kekerasan di LCS, Freedom of Navigation dan akan bertindak apabila ada
negara yang memaksakan kehendak di LCS. Dengan pemerintahan baru Obama, menggencarkan
kebijakan US pivot to Asia, memberikan sinyal bahwa Asia merupakan kawasan penting bagi
Amerika dan terdapat kepentingan nasionalnya di kawasan ini. Beberapa pakar bahkan
mendiskusikan adanya kemungkinan persaingan yang akan diakhiri dengan perang atau konflik
militer di abad ke-21. Dalam perubahan geopolitik pertama ini, Indonesia mengambil sikap netral,
tetap mengandalkan politik bebas aktif yang berlandaskan geopolitik Wawasan Nusantara, dan
menjadi mediator negara negara anggota ASEAN yang berkonflik dengan Cina dengan deklarasi
Code of Conduct (COC) dan SOP untuk Declaration of The Code of Conduct (DOC).
Geopolitik kedua yang harus dihadapi Indonesia adalah di Samudera Hindia (Laut Indonesia),
yakni semakin banyaknya kekuatan yang hadir di samudera Indonesia seperti Amerika Serikat,
Prancis, India, Australia dan Cina memberikan sinyal bahwa kawasan samudera Hindia akan
menjadi kawasan geopolitik kedua setelah Laut Cina Selatan. Implikasi langsung terhadap
Indonesia adalah adanya beberapa kasus, seperti penyadapan Australia terhadap warga negara
Indonesia, pengusiran AL Australia terhadap pencari suaka ke perairan Indonesia, dan
pelanggaran Kapal Perang AL Australia2 terhadap wilayah perairan Indonesia di Selatan Jawa
sampai dengan 8 NM, merupakan catatan penting dari kemerosotan hubungan bilateral kedua
negara. Kejutan terakhir berasal dari laporan resmi militer Australia pada 19 Februari 2014.
Laporan itu mempertegas bahwa AL Australia telah enam kali melanggar wilayah perairan
Indonesia. Pelanggaran kedaulatan maritim Indonesia itu berlangsung sejak Desember 2013
hingga Januari 2014 melalui operasi keamanan perbatasan. Australia telah mengancam kedaulatan
Indonesia. Ancaman tersebut salah satunya ditandai dengan terdamparnya puluhan imigran gelap
di pantai Barat Pangandaran dengan menumpang sekoci.
D. Pengertian Geostrategi
Geostrategi berasal dari kata geografi dan strategi. Geografi merujuk kepada ruang hidup
nasional, wadah, atau tempat hidupnya bangsa dan negara Indonesia. Strategi diartikan
sebagai ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu dalam keadaan perang dan damai. Atas dasar pengertian sederhana
diatas, bangsa Indonesia memandang geostrategi sebagai strategi dalam memanfaatkan
keadaan atau konstelasi geografi negara Indonesia untuk menentukan kebijakan tujuan, dan
sarana-sarana guna mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional bangsa Indonesia.
E. Wujud Geostrategi Indonesia
Guna mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional yang telah diamanatkan oleh
Pembukaan UUD 1945 diperlukan suatu rumusan strategi yang dianggap mampu
menciptakan masa depan yang aman dan sejahtera. Geostrategi Indonesia dirumuskan bukan
untuk kepentingan politik menguasai bangsa lain atau perang, tetapi sebagai kondisi, metode,
dan doktrin untuk mengembangkan potensi kekuatan nasional di dalam melaksanakan
pembangunan nasional guna merealisasikan amanat Pembukaan UUD 1945 di dalam
mewujudkan cita-cita proklamasi bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur; serta mewujudkan tujuan nasional: melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadailan sosial. Geostrategi Indonesia selanjutnya dirumuskan dalam
wujud konsep Ketahanan Nasional (National Endurance) Republik Indonesia.
F. Sejarah dan Konsep Ketahanan Nasional Republik Indonesia
Sejarah Indonesia, khususnya sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, mencatat
bahwa di dalam dinamika mengisi kemerdekaannya, bangsa Indonesia terus-menerus
dihadapkan pada berbagai kesulitan, tantangan, dan ancaman yang berasal baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri yang hampir membinasakan kelangsungan hidupnya. Berbagai
macam kesulitan dan ancaman itu meliputi seluruh bidang kehidupan nasional. Kondisi ini
secara langsung ataupun tidak langsung menimbulkan dampak negatif terhadap seluruh aspek
kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun aspek sosial/kemasyarakatan, mempengaruhi
dan membahayakan kelangsungan hidup dan eksistensi NKRI. Meskipun demikian, atas
berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, ternyata sampai saat ini bangsa Indonesia masih
dapat mempertahankan kelangsungan hidup. Kemampuan bangsa Indonesia mempertahankan
negara untuk tetap tegak berdiri karena bangsa Indonesia memiliki keuletan dan ketangguhan
yang dibimbing oleh kesadaran, pengakuan, dan kemauan untuk mengembangkan kekuatan
nasional, didasari oleh landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan
landasan visional Wawasan Nusantara. Kenyataan sejarah itulah yang memberi inspirasi
bangsa Indonesia untuk membangun Ketahanan nasional di masa kini dan masa yang akan
datang. Istilah keuletan dan ketangguhan merupakan dua hal yang membentuk Ketahanan
Nasional. Dinamika ketahanan nasional dapat dipelajari dari gerak langkah bangsa Indonesia
di dalam mengisi kehidupan nasionalanya.
Pokok-pokok pikiran yang mendasari Ketahanan Nasional bagi bangsa Indonesia adalah:
a. Eksistensi manusia Indonesia sebagai manusia berbudaya
Sebagai manusia berbudaya, manusia mengadakan hubungan dengan alam sekitarnya
dalam usaha memenuhi kebutuhan material dan spiritual dengan menggunakan
kemampuannya.
b. Tujuan nasional bangsa Indonesia
Dalam konteks manusia Indonesia yang berbudaya sebagai warga organisasi negara
Indonesia memiliki kewajiban dan tanggung jawab mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana ditetapkan dalam PembukaanUUD 1945 Alenia 4.
c. Falasafah dan Ideologi Pancasila
Makna falsafah dan ideologi bangsa yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
terkandung dalam:
(a) Alenia I : bermakna bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan
bertentangan dengan hak asasi manusia.
(b)Alenia II : bermakna bahwa adanya masa depan yang harus diraih.
(c) Alenia III : bermakna bahwa bila negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan
berbangsa dan bernegaraan harus mendapat ridho Tuhan yang merupakan dorongan
spiritual.
(d)Alenia IV : bermakna bahwa cita-cita yang telah ditetapkan harus mampu dicapai oleh
bangsa Indonesia melalui ruang hidup NKRI.
d. Asal mula Konsep Ketahanan Nasional Republik Indonesia
Soekarno, ketika menerima defile di Banda Aceh pada tahun 1958, menyampaikan
pernyataan harapannya bahwa untuk menjadi bangsa yang besar bangsa Indonesia harus
memiliki tiga syarat ketahanan: nomnor satu ketahanan militer, nomor dua ketahanan
ekonomi, nomor tiga ketahanan jiwa. Harapan itu sangat erat berkaitan dengan
kelangsungan hidup bangsa dan tetap tegaknya NKRI dalam eksistensinya sebagai negara-
bangsa yang merdeka dan berdaulat.Ditinjau secara antropologis, istilah ketahanan
mengandung arti kemampuan manusia atau suatu kesatuan manusia untuk tetap hidup.
Ketahanan disini berisi keuletan dan ketangguhan di dalam menghadapi dan mengatasi
segala AGHT. Rumusan baku Ketahanan Nasional yang harus dipahami sama bagi seluruh
warga negara Indonesia adalah rumusan baku yang telah disusun oleh Lemhannas
(Lembaga Ketahanan Nasional), yakni: Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi
dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang
terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala AGHT baik
yang datang dari luar maupun dari dalam dan untuk menjamin identitas, integritas,
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan
nasional.
e. Pengertian Konsepsi Ketahanan Nasional Republik Indonesia
Konsepsi Ketahanan Nasional Republik Indonesia adalah konsepsi pengembangan
kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan
yang seimbang, serasi, dan selaras pada seluruh aspek kehidupan secara utuh dan
menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara.
Kesejahteraan berarti kemampuan bangsa menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai
nasional terhadap AGHT dari luar ataupun dari dalam negeri. Keamanan berarti
kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional terhadap AGHT dari luar ataupun dari
dalam negeri. Keuletan adalah usaha terus-menerus secara giat dengan kemauan yang
keras di dalam menggunakan segala kemampuan dan kecakapan untuk mencapai cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional. Ketangguhan adalah kekuatan yang menyebabkan
seseorang atau sesuatu dapat bertahan kuat menanggulangi beban. Identitas adalah ciri
khas negara Indonesia dilihat secara holistik, yaitu negara yang dibatasi oleh wilayah,
penduduk, sejarah, pemerintah, dan tujuan nasional serta peranan yang dimainkannya di
dalam dunia internasional. Integritas adalah kesatuan yang menyeluruh di dalam kehidupan
nasional Indonesia, baik alamiah, sosial, potensi, maupun fungsional. Ancaman adalah hal
atau usaha yang bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan dan dilakukan secara
konsepsional, kriminal, serta politik. Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar
bertujuan melemahkan atau menghalang-halangi secara tidak konsepsional. Hambatan
adalah hal atau usaha yang berasal dari dalam, bertujuan melemahkan atau menghalang-
halangi secara tidak konsepsional. Tantangan adalah hal atau usaha yang bertujuan
menggugah kemampuan.
G. Hakikat Ketahanan Nasional Republik Indonesia
a. Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara di dalam mencapai tujuan nasional.
b. Hakikat Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek
kehidupan nasional.
H. Asas Ketahanan Nasional Republik Indonesia
a. Asas Kesejahteraan dan Keamanan fisik, budaya, ekonomi, dan politik.
Di dalam faktor fisik ter-dapat variabel fisik geografi yang mencakup semua aspek ter-
ukur dari lingkungan, meliputi semua “sphere” yang telah di-kategorikan di bumi, yaitu:
litosfer, hidrosfer, troposfer, bios-fer, dan perubahan manusia akibat dari realitas fisik ini.
Seperti halnya menyelidiki setiap aktor geostrategi, Welch memulai dengan faktor fisik
dan variabelnya. Ini merupakan fondasi spasial yang penting untuk analisis dari perspektif
geografis; mengabaikan faktor fisik geografi ini berarti menghalangi se-tiap pendekatan
holistik dalam analisis geostrategi. Semua berawal dari faktor ini beserta variabelnya.
Semua berdasarkan atas acuan fisik, di mana faktor-faktor yang lain selanjutnya dibangun.
Budaya, ekonomi, dan politik; semua menemukan ekspresi tertinggi di dunia fisik ini.
Posisi kedua sebagai faktor kunci analisis tentang realitas geostrategi, menurut Welch
adalah budaya. Semuanya ada di dalam budaya, di mana kita menemukan indikator
pandangan dunia, kriteria pengambilan keputusan, dan kehidupan yang sarat makna di
planet ini. Komponen pembentuk konsepsi yang sangat penting ini meliputi: bahasa,
kebutuhan keluarga, ma-kanan yang kita bagikan, agama, dan aturan tentang milik.
Sementara itu, dalam pengertian luas, ekonomi berurus-an dengan produksi, distribusi,
dan konsumsi barang dan jasa, atau kesejahteraan materiil manusia. Barang dan jasa ini me
rupakan “kekayaan” yang mengisi transaksi yang terlihat di bentang alam. Merujuk
pendapat Bethel, ekonomi adalah hasil interaksi manusia berkenaan dengan milik: apa itu
dan siapa
Kesejahteraan dan keamanan bernilai intrinsic dan bersifat mendasar, berdampingan pada
kondisi apapun, pembangkit utama sistem kehidupan nasional.
b. Asas Komprehensif Integral
Sistem kehidupan nasional meliputi aspek alamiah dan aspek sosial dalam bentuk
perwujudan persatuan dan perpaduan yang selaras, serasi, dan seimbang didalam
kehidupan nasional.
c. Asas Wawas Diri
Sistem kehidupan nasional berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, hal tersebut
dapat menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif.
d. Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong
royong, tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan beermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
I. Sifat Ketahanan Nasional Republik Indonesia
Ketahanan Nasional Indonesia memiliki sifat-sifat:
a. Mandiri
Ketahanan Nasional Indonesia percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada
keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah, berdiri di atas
identitas, integritas, dan kepribadian bangsa. Kemandirian merupakan prasyarat untuk
menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global.
b. Dinamis
Ketahanan Nasional Indonesia dapat meningkat atau menurun, tergantung pada situasi dan
kondisi bangsa, negara, serta lingkungan strategisnya. Upaya peningkatan Ketahanan
Nasional harus senantiasa berorientasi ke masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk
pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
c. Wibawa
Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional secara berlanjut dan berkesinambungan akan
meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa.
d. Konsultasi dan Kerja Sama
Konsepsi Ketahanan Nasional tidak mengutamakan sikap konfrontasi dan antagonis, tidak
mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap
konsultatif, kerja sama, serta saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan
kepribadian bangsa.
J. Ancaman Suatu Negara terhadap Konsep ketahanan
Dalam kajian hubungan internasional, terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang
definisi ancaman. Menurut Buzan dan Waever (dalam Burgess, 2007:5-6), ancaman dalam
kerangka keamanan sosietal terbagi menjadi dua: ancaman horisontal dan ancaman vertikal.
Ancaman horisontal yaitu beberapa identitas yang saling bersaing dalam suatu kelompok
sosial, sedangkan ancaman vertikal yaitu ancaman yang meng-akibatkan identitas suatu
kelompok sosial melemah pada titik terjadinya disintegrasi atau secara nyata terkekang oleh
suatu kekuatan politik. Kedua ancaman tersebut mengakibatkan ter-jadinya konflik horisontal
maupun vertikal.
Snyder (1999) dalam Contemporary Security and Strategy mendefinisikan ancaman dari
dua sudut pandang yang ber-beda: kajian strategis (strategic studies) dan kajian keamanan
(security studies). Menurut kajian strategis, ancaman merupa-kan ancaman militer yang
ditujukan terhadap suatu negara. Sementara menurut kajian keamanan, ancaman yaitu
ancaman nonmiliter yang bukan saja ditujukan terhadap negara, namun juga terhadap aktor
non-negara (non-state actors) maupun kelompok sosial yang lebih kecil (sub-state groups).
Dalam konsepsi Ketahanan Nasional tahun 1972 yang dikembangkan Lemhannas,
dikenal istilah ancaman sebagai salah satu dari bentuk tantangan, ancaman, hambatan, dan
gangguan. Saat ini, hanya dikenal satu istilah saja yakni ancam-an. UU No. 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara mende-finisikan ancaman sebagai setiap usaha dan kegiatan baik
dari dalam maupun luar negeri yang dinilai membahayakan ke-daulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Definisi ancaman juga dapat dilihat dengan jelas dalam Pasal 1 ayat (22) UU No. 34
Tahun 2004 tentang TNI. Disebutkan bahwa ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik
dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dinilai mengancam atau membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Jika mencermati beberapa definisi mengenai ancaman, terdapat beberapa faktor yang
umum (common factors) terkait ancaman. Pertama, ancaman ditujukan terhadap negara/ke-
lompok sosial. Kedua, ancaman terhadap identitas negara/ kelompok tersebut—termasuk
terhadap bangsa atau anggota kelompok sosial tersebut.
Buku Putih Pertahanan Indonesia 2015 menyebutkan ancaman (aktual maupun
potensial) merupakan faktor utama yang mendasari penyusunan desain sistem pertahanan
negara. Saat ini dan ke depan, sumber ancaman dapat berasal dari da-lam maupun luar negeri;
dilakukan oleh aktor negara maupun non-negara; bersifat nasional, regional, maupun
internasional. Sesuai dengan prediksi dan prioritasnya, ancaman dikelompok-kan dalam
bentuk nyata dan belum nyata. Dampak yang di-timbulkan oleh ancaman tersebut harus
diakui telah merambah semua aspek, baik ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan. Kesimpulannya adalah macam ancaman yang ada di dalam
konsepsi Ketahanan Nasional harus diperbarui mengikuti spektrum terkini.
K. Geostrategi yang dilakukan Indonesia ke Depan
Kemasyhuran Indonesia bisa ditilik dari sisi pertahanan yang ditentukan oleh
ketangguhannya di darat, kejayaan di laut, serta keperkasaannya di udara. Sementara dari sisi
eko- nomi dan politik, ditentukan oleh kemampuan negara Indo-nesia dalam mengelola
sumber daya dan memperjuangkan kepentingan nasionalnya.
Sumber
Priyono, J. & P. Yusgiantoro.2017. Geopolitik, Geostrategi, Geoekonomi.Bogor: Unhan
Press.
Sulisworo, D. Dkk.2012. GEOSTRATEGI INDONESIA.Universitas Ahmad Dahlan.
Ermaya S..2011.Geopolitik dan geostrategic dalam mewujudkan Negara integritas kesatuan
republic Indonesia. Jurnal Ketahanan nasional:VI(2)
Antariksa A. Y.. 2014. DIPLOMASI PERTAHANAN LAUT INDONESIA DALAM
KONTEKS PERGESERAN GEOPOLITIK DI KAWASAN PADA MASA DEPAN. Jurnal
Pertahanan:IV(2)

Anda mungkin juga menyukai