Megawati Soekarnoputri bersama Budi Hardjono, kandidat ketua Megawati bersalaman dengan Alex Asmasoebrata, Ketua DPD Partai Demokrasi Indonesia
umum yang didukung pemerintah di KLB PDI Surabaya, pada acara (PDI) Jakarta, pada acara pertemuan DPC se-DKI Jakarta di kantor DPD PDI Jakarta, 1993.
pembukaan Kongres IV PDI di Tiara Competition, Medan, 1993. Alex Asmasoebrata berbalik memberi angin ke Mega karena melihat dukungan arus bawah.
DPP PDI menolak Kongres Medan. Berbagai spanduk penolakan Kongres Medan.
Suasana Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni di DPD PDI Pro Mega, Surabaya.
Mega dipangku Gyan Patnaik, istri Bijayananda Patnaik, lebih dikenal dengan Biju
Patnaik. Patnaik adalah pilot sekaligus pengusaha maskapai penerbangan Kalinga
Air India yang bersimpati pada perjuangan kemerdekaan Indonesia, Juli 1947.
”
Aku takkan melupakan peristiwa pada malam tanggal 23
Januari itu. Di malam itu guntur seperti hendak membelah
angkasa. Istriku terbaring di kamar tidur yang telah
disediakan oleh rumah sakit. Tiba-tiba lampu padam,
atap di atas kamar runtuh, mega yang gelap dan berat
melepaskan bebannya dan air hujan mengalir ke dalam
kamar seperti sungai. Dokter dan juru rawat-juru rawat
mengangkat Fatmawati ke kamar tidurnya sendiri. Dia
basah kuyup seperti juga perkakas dokter, kain sprei,
pendeknya semua. Di dalam kegelapan dengan cahaya pelita
lahirlah putri kami. Kami menamakannya Megawati.
Bung Karno
Perjuangan kemerdekaan Indonesia sejak awal Beberapa hari kemudian Bung Karno bersama Agus
”
mendapat simpati dari berbagai negara di dunia Salim dan Sutan Sjahrir diasingkan ke Brastagi dan
internasional, salah satunya dari Perdana Menteri Prapat, Sumatera Utara. Sedangkan Bung Hatta dan
India, Jawaharlal Nehru. Sabtu malam, 18 Desember pemimpin lainnya dibuang ke Bangka. Para tawanan
Rumah kami sering menjadi
1948, Bung Karno berkemas untuk berangkat ke India yang ada di Gedung Agung kemudian diusir dari
sasaran peluru,
dengan pesawat. Tidak ada isyarat atau laporan dari istana kepresidenan. Pengusiran itu mengejutkan
pihak tentara akan ada sesuatu ancaman terhadap Fatmawati yang tidak memiliki rumah di kota tulis Fatmawati dalam Fatmawati Catatan
Kecil Bersama Bung Karno.
pemerintah RI. Juga tidak ada firasat dari Bung Karno ini. Berkat bantuan para pejabat Republik, Bu Fat
maupun Bu Fatmawati. Hanya siangnya, Megawati mendapat sebuah rumah di jalan Batanawarsa 30A.
menunjukkan sikap yang aneh. Mega menari-nari Rumah di pinggir Kali Code yang keadaannya sangat
di depan kedua orangtuanya, setelah selesai duduk tidak terawat karena lama ditinggalkan pemiliknya.
dan menyembah Bung Karno. Semula Bu Fatmawati
menganggap hal tersebut kejadian biasa, baru
Megawati kecil hidup selama enam bulan di pinggir
kemudian menyadari itu merupakan suatu pertanda.
Kali Code. Desing peluru menjadi santapan setiap
Keesokan hari, sebelum matahari terbit, terdengar malam. Tentara Belanda juga selalu mengawasi rumah
suara pesawat terbang di atas kota Yogyakarta. itu karena sering dikunjungi pengawal proklamator
Ternyata pesawat terbang itu bukan pesawat dari yang menjadi gerilyawan.
India, yang dikirim Nehru untuk menjemput Bung
Agresi Militer Belanda II dikecam dunia internasional
Karno. Tetapi pesawat Belanda yang menyerbu
dan mendapatkan perlawanan tentara serta rakyat
Yogyakarta, ibukota Republik Indonesia. Hal itu
Indonesia. Belanda akhirnya mengakui kedaulatan
disadari, setelah pesawat menjatuhkan bom-
Republik Indonesia dalam suatu Konferensi Meja
bom di berbagai pelosok Yogyakarta. Hari itu juga
Bundar di Den Haag tahun 1949, Bung Karno dan
Yogyakarta diduduki pasukan Belanda. Bung Karno,
seluruh jajaran kembali ke Yogyakarta.
Bung Hatta dan para pemimpin republik lainnya
ditangkap oleh tentara Belanda. Mereka beserta
keluarga ditahan di Gedung Agung.
Setelah pengakuan kedaulatan pada 27 Desember 1949, istana yang Mereka yang berkunjung ke istana kepresidenan sering melihat Bung Karno, Bu Fatmawati
sebelumnya menjadi kediaman gubernur jenderal Belanda itu diberi beserta Guntur dan Megawati pada hari-hari senggang bercengkerama di hamparan rumput
nama Istana Merdeka, dalam kondisi tidak terawat. Kemudian, Bung di bawah pohon-pohon rindang Istana. Keadaan di situ memang sejuk, berlawanan dengan
Karno melakukan perombakan agar istana lebih layak, artistik dan udara Jakarta yang panas menyengat.
mencerminkan budaya Indonesia. Setelah melakukan sejumlah
Bung Karno berpandangan, sekalipun tinggal di istana, putra-putri mereka tidak boleh
perombakan, akhimya Bung Karno merasa cocok tinggal di Istana
terpisah dari rakyat. Juga mereka tidak boleh canggung bergaul dengan kalangan rakyat
Merdeka. Bahkan istana itu juga cukup dikagumi para tamu negara.
bawah, yang hidupnya sederhana. Guntur dan Mega dibiasakan bermain dengan anak
Perdana Menteri India Nehru yang berkunjung ke Indonesia pada Juni
tukang kebun, tukang cuci atau tukang masak. Waktu itu di kompleks Istana Negara telah
1950, menyatakan pujiannya pada istana kepresidenan itu.
banyak anak-anak kecil, yaitu anggota keluarga dari para pegawai istana.
Bung Karno selamat dari ledakan granat yang dilemparkan para teroris. Granat-
granat itu dilemparkan dari jarak dekat. Begitu menyadari ada ledakan granat,
Inspektur Sudijo yang bertugas mengawal langsung mendorong Bung Karno
tiarap dan menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Kemudian setelah enam
ledakan granat itu reda, Bung Karno ditariknya masuk ke rumah seorang asing, di
seberang sekolah.
”
Saya tidak terlupa karena korbannya dari kawan saya
ada 100-an orang, baik meninggal, luka parah, atau
luka kecil. Ada beberapa yang cacat seumur hidup
kenang Megawati, puluhan tahun kemudian.
Suatu ketika pada saat Megawati masih Bung Karno terkejut menghadapi pertanyaan Sewaktu kelas enam di Sekolah Rakyat, pertama kali Megawati
di Perguruan Cikini, Bung Karno terlibat Megawati, karena tidak semua orang mengetahui memakai kain dan kebaya, usianya baru dua belas tahun.
diskusi dengan Guntur mengenai semboyan berbahasa Sansekerta itu. Hal itu Waktu itu Mega dan saudara-saudaranya diajak Bung Karno
filsafat. Tiba-tiba Megawati yang baru memperkuat pengamatannya, bahwa Megawati menyambut Presiden Vietnam Utara, Ho Chi Minh. Mega yang
berusia 11 tahun menyela, memang berbeda dari anak-anaknya yang lain. berpakaian rapi dan bersepatu kaget melihat tamu negara yang
Akhirnya Bung Karno berkata: dipanggil dengan sapaan Bak (Paman) Ho justru datang hanya
” ”
mengenakan sandal.
Pak, kalau Dharma eva halo Pinter kau! Dengar dari mana semboyan
hanti itu apa artinya, ya? itu? Itu artinya, bersatu karena kita kuat,
kita kuat karena bersatu.
Bung Karno, Guntur, dan Megawati saat menikmati roti di meja makan.
Megawati Soekarnoputri bersama Guntur Soekarno Putra Megawati Soekarnoputri bersalaman dengan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy,
mendampingi Bung Karno disambut Dubes Indonesia Untuk di Pangkalan AU Andrews, Maryland, Amerika Serikat, pada tanggal 12 September 1961.
Amerika Serikat Sukarjo Wirjopranoto di Bandara Internasional
New York, tahun 1961.
Dari semua tamu negara yang pernah datang di Megawati terpilih sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), yang bertugas mengibarkan
Jakarta, yang selalu dikenang Megawati adalah bendera pusaka di tiang depan Istana Merdeka. Meski anak presiden, Megawati harus mengikuti latihan berat
Bob Kennedy, adik Presiden Amerika Serikat John seperti anggota-anggota Paskibraka yang berasal dari setiap provinsi. Sang pelatih, Oding Suhendar, yang
Kennedy. Bob yang diutus kakaknya menemui Bung dahulunya adalah pengawal presiden, tidak membedakannya dari anggota Paskibraka yang lain. Dengan tekad
Karno dalam upaya penyelesaian masalah Irian yang kuat, akhirnya Megawati berhasil melampaui latihan-latihan berat itu.
Barat, tidak hanya gagah dan simpatik tetapi juga
Dalam foto-foto yang tersimpan mengenai upacara ulang tahun proklamasi tanggal 17 Agustus 1964, tampak
penuh atensi. Sayang, Bob akhirnya menjadi korban
Megawati yang rambutnya dikepang sampai ke lutut, dengan khidmat mengibarkan bendera pusaka yang
pembunuhan politik di Amerika. Kenangan Mega
dijahit oleh ibundanya, Bu Fatmawati.
pada Bob tak bisa dihapuskan, karena Mega memiliki
dompet souvenir dari Bob yang disimpannya dengan
baik-baik sejak tahun 1963.
Bulan Juli 1965 Megawati tamat dari SMA Perguruan Cikini. Mega sebenarnya
tertarik menekuni ilmu psikologi. Namun Bung Karno memintanya kuliah
pertanian, karena rakyat Indonesia membutuhkan tenaga ahli bidang itu.
Megawati sedang libur kuliah mendapat tugas menunggui Pergolakan politik di Indonesia memaksa Megawati meninggalkan Universitas Padjajaran (Unpad)
sang Ibunda, Fatmawati, yang tengah sakit dan beristirahat di dan berhenti kuliah. Mega dipaksa keluar karena tak mau menandatangani kontrak politik dari
kompleks Bumi Siliwangi, Bandung. Hari sudah malam, ketika rektor Unpad. Isinya berupa pernyataan bahwa Mega masuk gerakan mahasiswa yang berkiblat
sebuah mobil berhenti di depan rumah pada Jumat, 1 Oktober pada Partai Nasionalis Indonesia kelompok Osa Maliki-Usep Ranuwidjaja yang dikenal melawan
1965. Ternyata yang datang adalah ketiga adik Mega, yaitu kepemimpinan Bung Karno.
Rachma, Sukma, dan Guruh. Mega heran, mengapa mereka
Saat Bung Karno dalam kesulitan menyelesaikan situasi konflik, Megawati berada di Istana Merdeka
mendadak datang ke Bandung pada malam hari.
menemani sang ayah. Mega tidak hanya melayani ayahnya yang kesepian, tetapi juga berdiskusi
Dari penuturan ketiga adiknya itu Mega tahu, bahwa mengenai banyak hal. Bahkan kadang-kadang mendapat tugas khusus dari Bung Karno. Seperti yang
kepergian mereka ke Bandung atas perintah Bung Karno, terjadi ketika tokoh PNI, Hardi SH, suatu hari menghadap ke Istana Merdeka untuk memberikan
karena keadaan di Jakarta dipandang tidak aman bagi sumbangan pikiran penyelesaian konflik politik. “Mega,” panggil Bung Karno. “Bikinkan sop yang
mereka. Sebenarnya Jum’at pagi itu Mega telah mendengar enak untuk Oom Hardi,” kata Bung Karno. Hal ini merupakan kenangan tersendiri buat Hardi. Ia
desas-desus terjadinya sesuatu di Jakarta. Esoknya Mega merasa bahagia bisa mencicipi masakan Megawati.
dan adik-adik baru mengetahui peristiwa yang terjadi di
Bagi Mega sendiri, “Oom” Hardi bukanlah orang yang asing. Ketika Istana menjadi sasaran
Jakarta itu lewat pemberitaan surat-surat kabar. Sejumlah
penembakan penerbang AURI, Maukar pada tahun 1960, Bung Karno mengungsikan kelima
Jenderal Angkatan Darat diculik oleh sekelompok orang yang
putra-putrinya ke rumah “Oom” Hardi di Jalan Taman Lawang, Jakarta. Pengawal hanya diminta
menamakan dirinya Gerakan 30 September (G30S).
menyampaikan surat ke tuan rumah, berbunyi:
Sekitar seminggu kemudian putra-putri presiden itu dijemput
para pengawal, karena Bung Karno memerintahkan mereka
kembali ke Jakarta. Sebuah helikopter kepresidenan dikirimkan
ke Bandung. Agaknya ketegangan yang terjadi di Jakarta telah
”
“Saya titipkan anak-anakku kepadamu, Hardi! Katakan pada Las
(istri Hardi), jangan terlalu dimanjakan anak-anak itu.”
reda kembali. Guntur dan Mega juga diminta ke pergi Jakarta.
Tahun 1968 Megawati memutuskan menikah Megawati berkunjung ke Wisma Yaso untuk menjenguk
dengan Letnan II (Penerbang) Surindro Supjarso. Bung Karno yang sakit keras. Bung Karno dijadikan
Surindro yang biasa dipanggil “Mas Pacul” tahanan rumah di Wisma Yaso. Megawati sangat sedih
adalah lulusan terbaik dari Akademi Angkatan melihat keadaan Bung Karno. Dari para perawat, Mega
Udara Republik Indonesia. Perawakannya tinggi, mendengarkan banyak hal yang memilukan. Mendengar
dengan rambut model berjambul. Sebagai wali semua itu, Megawati hanya bisa meneteskan air matanya,
pengantin perempuan, Bung Karno harus hadir karena jelas tidak mampu mencari jalan keluar. Pada
di rumah Bu Fatmawati di Jalan Sriwijaya, saat itulah Bung Karno berkata pada Megawati, yang
Kebayoran. Banyaknya tamu yang datang ke agaknya merupakan pesan khusus bagi putri yang sangat
rumah Bu Fatmawati, menunjukkan bahwa disayanginya itu:
masyarakat masih menghormati Bung Karno
dan keluarganya. Padahal waku itu rezim orde
baru sedang giat melakukan de-sukarnoisasi.
Megawati yang diberi tahu tentang keadaan Pada 21 Juni 1970 pukul 07.00 Bung Karno wafat. Berita wafatnya Bapak bangsa itu segera menyebar ke
kesehatan ayahnya, segera bergegas meninggalkan seluruh dunia. Di Jakarta orang berbondong-bondong ke Wisma Yaso, tempat jenazah disemayamkan. Dari
Madiun, tempatnya tinggal bersama suami. Mega pejabat tinggi pemerintah, perwira tinggi ABRI, tokoh-tokoh politik sampai rakyat kecil berdesakan memberi
tiba di Jakarta Kamis malam dan langsung menuju penghormatan terakhir.
RSPAD. Selama 24 jam Megawati mendampingi
Disertai seluruh keluarga dan kerabat, jenazah Bung Karno diberangkatkan dari Lanuma Halim Perdanakusuma
sang ayah yang keadaannya sudah parah. Mega
dengan pesawat Hercules AURI pada pukul 11.00, menuju Malang. Di Lanuma Dr. Abdurrachman Saleh
tidak henti-hentinya berdoa untuk sang ayah.
ribuan orang sudah menunggu. Demikian juga sepanjang jalan antara Malang dan Blitar orang berdesakan di
Sesekali Megawati membimbing ayahnya menyebut
pinggir jalan ingin memberi penghormatan kepada Bapak Bangsa. Iring-iringan kendaraan pengantar jenazah
Asma Allah. Mega pula yang membisikkan kalimat
sepanjang 3 km itu memerlukan waktu 4 jam untuk sampai di Pemakaman Gebang Blitar. Di samping makam
syahadat ke telinga Bung Karno.
sang Ibunda, Idayu Nyoman Rai, itulah tempat peristirahatan terakhir yang ditetapkan rezim orde baru untuk
Bapak Bangsa Indonesia .
Tetapi, lagi-lagi suratan nasib tidak bisa Dengan membawa kedua anaknya yang masih
ditebak arahnya. Beberapa bulan setelah kecil, Megawati meninggalkan Madiun untuk
wafatnya sang ayah, Megawati menghadapi memulai kehidupan baru di Jakarta. Saat itu
musibah lain. Dalam sebuah penerbangan Megawati sebagai seorang ibu rumah tangga
di perairan Biak, Irian Jaya, awal tahun seorang diri merawat kedua anak tercintanya,
1971, pesawat Skyvan T-70I yang membawa dan hanya hidup dari pensiun suaminya.
suaminya bersama tujuh penerbang lain,
Megawati tetap memiliki semangat yang
dinyatakan hilang. Upaya pencarian langsung
tinggi untuk melanjutkan pendidikannya.
dilakukan oleh tim SAR, tetapi sampai
Ia memutuskan untuk meneruskan
berbulan-bulan tidak ada kejelasan mengenai
pendidikan kembali, mengambil jurusan yang
nasib para penerbang AURI itu. Di kalangan
diidamkannya sejak lulus sekolah menengah
masyarakat sampai timbul kesan, pemerintah
atas yaitu fakultas psikologi di Universitas
tidak begitu serius menangani peristiwa itu,
Indonesia. Di fakultas tersebut, kawan
karena menyangkut salah seorang keluarga
seangkatan Megawati adalah Dr. Seto Mulyadi,
Bung Karno.
S.Psi., M.Si. atau biasa dikenal sebagai Kak
Megawati yang saat itu sedang mengandung, Seto tokoh psikolog dan pendidik. Kak Seto
sangat terpukul oleh musibah itu, Tetapi dan Mega pernah bersama-sama menjalani
berkat ketegaran hatinya tidak larut dalam masa perploncoan mahasiswa baru di fakultas
kesedihan. Megawati yang memiliki putra tersebut.
pertamanya Muhammad Rizky Pratama
(Tatam), akhirnya melahirkan putra keduanya
sebelum jelas nasib ayahnya. Bayi yang di
lahirkan di Jakarta dan tidak sempat mengenal
ayahnya itu diberi nama Muhammad Prananda
Prabowo, dengan nama panggilan Nanan.
Hidup di Jakarta memang keras, padahal Memasuki tahun 1980-an, kehidupan Megawati dan Taufiq mulai
keadaan keuangan pasangan muda itu mapan. Penghasilan yang diperoleh dari kegiatan bisnis mereka,
belum mapan. Sudah menjadi rahasia terutama pompa bensin, cukup besar. Cukup untuk menghidupi
umum, rezim orde baru tidak senang keluarga secara layak, bahkan di atas rata-rata orang kebanyakan.
dengan kegiatan usaha dari mereka yang Tetapi bagi Taufiq, tujuan hidupnya bukanlah mengumpulkan harta.
terkait dengan nama Bung Karno. Boleh Ia ingin memperjuangan rakyat kecil yang hidupnya masih belum
bisnis, tetapi sekedar untuk hidup. Hal sejahtera. Bahkan banyak di antara mereka yang menjadi korban
yang demikian juga dialami pasangan kesewenang-wenangan penguasa.
Megawati-Taufiq. Megawati sendiri
Kemudian, Megawati menyatakan masuk Partai Demokrasi Indonesia
tidak pernah meragukan kerja keras sang
(PDI), keputusan itu menjadi perbincangan di kalangan kaum nasionalis.
suami dalam mencukupi kebutuhan
Megawati sebagai seorang putri Bung Karno, bagaimanapun menempati
keluarga. Tetapi sebagai isteri, Megawati
tempat istimewa di kalangan mereka. Para putra-putri Bung Karno itu
berusaha membantunya dengan
merupakan simbol perjuangan kaum Soekarnois. Seperti diketahui, PDI
mencari penghasilan lain. Usaha yang
adalah partai yang dibentuk oleh rezim Orde Baru di Jakarta pada 10
bebas, yang tidak mengganggu tugasnya
Januari 1973 berdasarkan fusi lima partai politik ketika itu yakni Partai
sebagai ibu rumah tangga.
Nasionalis Indonesia (PNI), Partai Katolik, Partai Murba (Musyawarah
Dengan beberapa sahabatnya, Megawati Rakyat Banyak), Parkindo (Partai Kristen Indonesia), dan Partai IPKI
berhasil membuka toko bunga bersama (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia).
“Seruni Flower shop” di jalan Pegangsaan.
Para sesepuh nasionalis mengundang Megawati ke rumah Ny.
Usaha semacam itu memang baru baginya.
Supeni di Jalan Daha, Kebayoran Baru, Jakarta. Di rumah ini mereka
Tetapi Megawati tidak merasa kesulitan
mempertanyakan alasan Mega masuk PDI. “Anak kami, kami mau dibawa
melakukannya, karena kegiatan itu sesuai
kemana kok masuk PDI?” ujar Manai Sophiaan sebagai juru bicara.
dengan hobinya memelihara tanaman.
Berkat dukungan dari para kenalan dan Mendengar pertanyaan tersebut, sembari tersenyum Megawati
kerabat, toko bunga yang berlokasi di menjawab, “Aku naar (menuju) Merdeka Utara.” Merdeka Utara yang
Keluarga Taufiq bersosialisai dengan
kawasan Menteng itu berjalan cukup baik. masyarakat Kebagusan, Jakarta. dimaksud Mega adalah nama jalan lokasi Istana Merdeka berada.
Pada Pemilu 1987 Megawati menjadi calon Mega pun berpikir berupaya membangkitkan
legislatif PDI untuk daerah pemilihan Jawa keberanian rakyat. “Akhirnya di panggung
Tengah, sementara Taufiq untuk daerah Sumatera itu aku berani bilang, sedulur-sedulur yang
Selatan. Ketika tiba masa kampanye, Megawati dan ada di balik jendela dan pintu, yang melihat
Taufiq turun langsung berkampanye berkeliling saya, saya Megawati Soekarnoputri ingin
ke seluruh Indonesia. menyampaikan kepada saudara-saudara.
”
Sudah waktunya untuk menghilangkan
ketakutan,” kenang Mega puluhan tahun
“Kalau sebagai anggota, saya kemudian. Di akhir kampanye, rakyat yang
diminta berkeliling melakukan memadati alun-alun Demak mencapai 10
kampanye, ya saya jalankan,” ribu orang. Itulah awal kebangkitan.
kata Megawati saat diberi penugasan menjadi juru kampanye. Di mana pun berlangsung kampanye PDI,
bila Megawati turun sebagai juru kampanye,
Pada awalnya bukan hal yang mudah karena masih massa melimpah ruah. Tak bisa dipungkiri,
banyak rakyat yang ketakutan ditekan penguasa orde bahwa Megawati memiliki daya tarik yang
baru. Megawati masih ingat betul ketika kampanye luar biasa.
PDI di Demak, Jawa Tengah, hanya dihadiri 15 orang
Dan nyatanya, perolehan suara PDI pada
peserta. Meski demikian Mega tak berkecil hati.
Pemilu 1987 meningkat. Bila sebelumnya
PDI hanya memperoleh 24 kursi dan
menempati urutan ketiga di setiap daerah,
“Saya putri Bung Karno nomor dua,
kini menunjukkan kenaikan yang signifikan,
nama saya Megawati Soekarnoputri.
naik lebih 50 persen, menjadi 40 kursi.
Saya sekarang masuk ke partai, saya
ingin kenalan sama bapak-bapak
karena nanti ada pemilu. Mau bantu
saya berani apa tidak?” kata Mega
dalam bahasa Jawa memperkenalkan
diri. Rakyat menjawab: “Mboten
wantun, bu (tidak berani, bu).”
Megawati terpilih masuk Senayan mewakili Jawa Pada kampanye pemilihan umum 1992, Megawati
Tengah, demikian juga Taufiq mewakili Sumatera yang menjabat wakil ketua DPC PDI Jakarta Pusat
Selatan. Mereka dilantik pada tanggal 1 Oktober berhasil membuat Jakarta menjadi Metal; Merah
1987. Sebagai anggota dewan, Megawati ditugaskan Total. Rakyat yang didominasi kaum muda turun ke
melakukan lobi-lobi politik yang bersifat tertutup di jalan mendukung PDI. Begitu juga di Solo, Surabaya,
luar parlemen. Yogya, dan berbagai kota lain rakyat memenuhi
jalan sepanjang Megawati lewat. Megawati ibarat
“magnet” yang mampu menghipnotis massa
pendukung partai Banteng. Hasilnya, dalam pemilu
1992 perolehan suara PDI meningkat dari 40 kursi
menjadi 52 kursi.
Kongres IV PDI berlangsung dari tanggal 21-25 Juli 1993 di Wisma Haji, Pangkalan
Mansyur, Medan. Sebagai seorang fungsionaris partai, Megawati juga ikut hadir
dalam kongres PDI di Medan. Tetapi Mega memilih tidak terlibat dalam konflik
internal partai, walau sejumlah pemimpin DPC maupun DPD PDI mendesaknya
untuk tampil sebagai kandidat ketua umum DPP PDI. Kongres IV PDI berakhir
ricuh dan gagal menyusun kepengurusan baru.
Berbagai dukungan dan pernyataan untuk meminta Mega menjadi Ketua Umum
DPP PDI terus mengalir. Megawati menyatakan kesediaannya menjadi calon ketua
umum setelah sejak September banyak menerima kedatangan pengurus cabang
PDI dari berbagai daerah. Perkembangan yang kemudian terjadi itu membuat
Megawati tidak bisa hanya diam berpangku tangan.
Dalam bukunya, Megawati menuturkan perasaannya: “Tetapi, saat itu naluri saya
mengatakan belum waktunya, karena dengan rasa keprihatinan, saya melihat
dan merasakan sendiri bagaimana berbagai kepentingan dan ambisi pribadi
saling konflik. Saya hadir di kongres itu. Ternyata konflik yang sudah menahun
itu memicu tindak kekerasan, yang mengakibatkan terjadi kericuhan. Dua hari
sebelum kongres itu berakhir, dengan hati pilu, saya kembali ke Jakarta. Peristiwa
itu sangat mendalam di hati saya. Kericuhan ini bukan saja menggores perasaan
saya, tetapi juga memporak-porandakan hati nurani saya. Betapa tidak, partai ini,
partai yang menjadi pilihan saya untuk berjuang, yang sejak dari dulu menyatakan
diri dekat dengan Bung Karno, mengakhiri kongresnya dengan kericuhan, sebagai
cermin dari tidak adanya persatuan dan kesatuan. Padahal, Bung Karno itu pribadi
yang membeli begitu mahal arti persatuan dan kesatuan.”
Buku yang diterbitkan menjelang KLB PDI ini secara khusus ditujukan untuk
memantapkan hati dan niat mereka yang secara tulus mencalonkan dirinya
menjadi Ketua Umum.
”
SAYA SIAP UNTUK MAJU.
Dan kepada mereka yang ingin mendengar suara saya secara
langsung, saya tegaskan, Bendera Sudah Saya Kibarkan.
Mega menegaskan komitmennya Megawati Soekarnoputri berfoto bersama Rahmi Hatta saat peluncuran buku,
“Bendera Sudah Saya Kibarkan”, pada 23 November 1993 di Hotel Indonesia,
Jakarta
Lebih lanjut Mega mengatakan, “Saya pantang surut. Biarpun saya tinggal sendiri,
bendera itu tidak akan saya turunkan.”
Megawati berangkat ke KLB PDI yang diselenggarakan di Pada KLB PDI, Megawati menempati kamar di
Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur. Megawati Blok F lantai dua, nomor 222. Mega menginap di
menjadi utusan yang mewakili Jakarta Selatan. Keinginan kamar ini selama berlangsungnya KLB.
sejumlah DPC untuk mencalonkan Megawati sebagai ketua
umum PDI, jelas tidak disukai pemerintah. Pimpinan cabang
yang diketahui menjadi pendukung Megawati, dipersulit
datang ke KLB. Mega sendiri juga mendapat hambatan.
Rekomendasi untuknya sebagai utusan DPC Jakarta Selatan
”
Saya dapat kamar F-222
yang sak uplik. Kasurnya
sempat ditahan Ketua DPD DKI Alex Asmasoebrata, dengan sudah lusuh. Panasnya minta
alasan KTP-nya berstatus sementara. Berbagai hambatan itu ampun. Kalau mau mandi
ternyata tidak menyurutkan dukungan para kader terhadap harus bawa ember dari luar,
Megawati. Justru menjelang pembukaan KLB dukungan
kata Megawati, ketika Kongres Luar Biasa
terus bertambah. (KLB) PDI pada 1993, di Surabaya.
78%
dilakukan, terutama dalam rapat tata tertib. Misalnya, Latief Pudjosakti sebagai
pimpinan sidang memaksakan sistem formatur dalam tata tertib pemilihan menyatakan mendukung Megawati
menjadi ketua umum PDI.
ketua umum. Upaya itu mendapat tentangan dari peserta, yang menginginkan
256 dari 305 cabang PDI
pemilihan langsung.
Sebagai utusan dari Jakarta Selatan, Megawati juga tampil berbicara. Setelah
mengusulkan agar segala keputusan diserahkan ke floor, ia menyitir puisi tokoh
spiritualis India, Swami Vivekananda: Pada acara pemandangan umum itu, 256 dari 305 DPC PDI menyatakan
mendukung Mega menjadi ketua umum PDI. Melihat dukungan arus bawah yang
”
begitu kuat, pemerintah berubah pikiran. Seusai melapor secara mendadak kepada
Presiden Soeharto, Mendagri Yogie Suardi Memet mengatakan, pemerintah tidak
Sudah cukup lama kita menangis, jangan menangis keberatan bila Megawati menjadi Ketua PDI.
lagi. Tegakkan mukamu menjadi manusia
Beberapa menit sebelum pihak keamanan mengambil alih penguasaan tempat
sejati, untuk menegakkan kebenaran.
KLB PDI, Megawati Soekarnoputri tampil di atas pentas menyatakan diri secara
de facto sudah menjadi Ketua Umum DPP PDI 1993-1998.
”
Kita tahu, pada pukul 00.00 KLB PDI selesai dan
secara de facto saya sudah menjadi Ketua Umum
DPP PDI. Secara de jure memang belum
katanya dalam konferensi pers di depan peserta utusan cabang-cabang dari seluruh Indonesia.
Gagalnya KLB membuat petinggi pemerintahan sibuk. Sehari setelah Untuk menyelesaikan konflik PDI itu, semua unsur yang terkait
KLB usai, Mendagri Yogie S. Memet, sebagai penanggung jawab dengan penyelenggaraan KLB, di antaranya caretaker DPP PDI,
bidang sospol, memberikan pernyataan tertulis ke seluruh media Kelompok 17, DPP PDI Peralihan, serta Megawati diundang ke kantor
massa mengenai KLB PDI yang ricuh itu: Mendagri. Diperoleh kesepakatan bahwa PDI perlu menyelenggarakan
Musyawarah Nasional (Munas) guna merampungkan masalah yang
belum bisa diselesaikan dalam KLB PDI, seperti masalah pembentukan
”
KLB tidak berhasil menyelesaikan tugas menangani
DPP PDI dan penyempurnaan AD/ART.
”
Megawati Soekarnoputri
bertemu dengan
Mendagri Yogie Suardi
Memet di ruang kerja
Mendagri pada Senin
“Dari aspirasi yang muncul, baik di KLB maupun
13 Desember 1993. aspirasi tadi, dalam pertemuan para ketua DPD
seluruh Indonesia dengan Mendagri selaku
pembina politik, pemerintah melihat kemungkinan
Ibu Megawati akan dapat duduk sebagai ketua
umum DPP PDI periode 1993-1998,”
kata Yogie S. Memet.
Posisi Megawati di partai sangat dominan. Maka tanpa banyak kesulitan Munas Terpilihnya Mega menjadi ketua umum patut
memilih Megawati sebagai formatur untuk membentuk DPP PDI. Pada penutupan dicatat karena bertepatan dengan Hari Ibu dan
Munas, Megawati mengumumkan komposisi DPP PDI periode 1993-1998 yang untuk pertama kali pemimpin partai dijabat
terdiri 29 orang mewakili semua faksi yang ada. wanita. Warga PDI sejak lama mengidam-idamkan
terwujudnya persatuan dan kesatuan. Keberhasilan
Dalam penyusunan DPP PDI Munas di Kemang itu Megawati terpaksa menempuh
Munas itu meyakinkan semua pihak bahwa tidak ada
jalur kompromi dengan mengakomodasi faksi-faksi yang berseberangan seperti
masalah yang tak bisa dipecahkan. Tantangan yang
Gerry Mbatemoi dari “Kelompok 17” dan Ismunandar dari DPP caretaker. “Saya
dihadapi bangsa semakin berat. Diharapkan PDI
mengharapkan hal ini dapat diterima dengan lapang dada. Marilah kita semua
mampu melaksanakan konsolidasi pembenahan
melihat masa depan PDI yang lebih baik,” kata Mega melanjutkan pidatonya.
diri dan meningkatkan persatuan dan kesatuan,”
Munas itu dibuka dan ditutup oleh Sekretaris Jenderal Depdagri Suryatna Subrata. kata Mendagri.
Dalam sambutan tertulisnya pada penutupan Munas, Mendagri Yogie S. Memet
menyatakan syukur Munas selesai dengan baik dan menyampaikan selamat
kepada DPP baru PDI.
”
"Ternyata tidak mudah menjadi
ketua umum yang dipilih dari bawah.
Meskipun terealisasi ternyata
berat jalan untuk menjadi ketua
umum PDI yang lahir berdasarkan
aspirasi dari bawah. Inilah babak
baru kemandirian di PDI,
kata Mega di tengah kerumunan puluhan wartawan ketika itu.
Kondisi partai memang sangat memprihatinkan, Ketua Umum PDI Megawati bersama segenap Pada pertemuan resmi itu, Presiden Soeharto
hingga Megawati harus bekerja keras untuk pengurus DPP PDI periode 1993-1998 diterima minta jajaran DPP PDI serta seluruh anggotanya
membenahinya. “Dalam melakukan konsolidasi, oleh Presiden Soeharto di Bina Graha. Kesempatan secepatnya melakukan konsolidasi, agar bersama
PDI tidak bisa hanya lari, tetapi harus loncat untuk pertemuan resmi ini memang merupakan ritual organisasi lain ikut membangun bangsa ini dalam
mengatasi ketertinggalan. Pemilu tinggal tiga penting dalam kehidupan politik di zaman Orde memasuki era kebangkitan nasional kedua.
tahun lagi, PDI harus aktif menjaga persatuan dan Baru dan yang penting hal itu menjadi petunjuk
”
kesatuan disertai disiplin organisasi yang tinggi,” bahwa mereka direstui oleh presiden.
kata Megawati dalam pidatonya di Bandung, pada
acara HUT ke-21 DPD PDI Jawa Barat, 30 Januari Konsolidasi yang dilakukan
1994, PDI akan ikut membantu
terlaksananya pembangunan
Megawati juga minta warga PDI menghentikan
kemelut yang berkepanjangan pada masa lalu.
secara berkesinambungan,”
kata Presiden Soeharto.
”
Bagaimana bisa membangun rumah
Usai audiensi ke presiden, mereka diterima oleh
Wakil Presiden Try Sutrisno. Wakil Presiden dalam
kita, bila ada yang mendongkel jendela, kesempatan itu berpesan agar PDI menjaga stabilitas
membanting pintu, dan membuang nasional dan persatuan dan kesatuan.
jendela. Jika begitu terus, bagaimana Mega pun segera melaksanakan kunjungan ke basis-
bisa membangun rumah yang indah? basis PDI. Untuk keperluan itu sepanjang tahun
1994, Mega harus berkeliling Indonesia. Mega tidak
hanya menemui jajaran partai, tetapi juga bertatap
muka dengan kepala daerah, baik gubernur maupun
bupati/walikota, bahkan juga pejabat militer dan
tokoh masyarakat setempat. Tujuannya agar para
pejabat itu memberikan perlakuan yang sama pada
PDI seperti pada kekuatan politik yang lain.
Megawati selaku Ketua Umum DPP PDI diterima
oleh Presiden Soeharto di Bina Graha.
PDI menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional Setelah lebih dari dua tahun DPP PDI pimpinan
PDI pada 20 Desember 1994, yang diikuti oleh 27 Megawati diakui sebagai satu-satunya kepengurusan
DPD PDI dan menyatakan tetap konsisten dan pusat partai yang sah dan konstitusional, tiba-
konsekuen mendukung kepemimpinan Megawati tiba sikap pemerintah berubah. Tidak jelas yang
Soekarnoputri sampai 1998. Pada kesempatan itu menjadi penyebabnya. Mungkin karena mendapat
Megawati menyatakan bahwa, laporan bahwa dalam melakukan konsolidasi partai,
Megawati berhasil menggalang kekuatan besar, yang
bisa “membahayakan stabilitas nasional.” Manuver
”
Dengan disahkannya AD/ART
untuk menggoyang Megawati dilakukan lewat
kemelut di DPD PDI Jawa Timur, dengan bantuan
Gubernur Basofi Sudirman. Gerry Mbatemboi salah
1994 maka AD/ART yang lama
seorang Ketua DPP PDI dipecat Megawati karena
otomatis tidak berlaku lagi. Yusuf Merukh dan Marsoesi mencoba menggoyang
secara sepihak melantik Latief Pudjosakti sebagai DPP PDI yang dipimpin Megawati.
Ketua DPD PDI Jatim. Meski telah dipecat, ia
membentuk DPP reshuffle bersama Jusuf Merukh, Megawati terus digoyang oleh pihak eksternal dan
yang memiliki ikatan darah dengannya, sebagai bahkan dikhianati oleh sejumlah pengurusnya di
DPP PDI Tandingan. Toh, Megawati tidak juga DPP. Cabang-cabang PDI yang seluruhnya berjumlah
bisa dibendung. Maka disusunlah rencana untuk 306 cabang itu, diam-diam banyak kedatangan
menurunkan Megawati, lewat orang-orang dalam ''tamu'' yang memberikan ''bimbingan'' bahwa
PDI sendiri. Alasan yang dipakai, karena PDI belum kongres PDI seharusnya cepat-cepat dilaksanakan.
melaksanakan kongres.
Menanggapi isu tuntutan penyelenggaraan kongres, Megawati mengadakan rapat Di samping itu kelompok Soerjadi sangat gencar mencari dukungan ke daerah-
DPP 3 Juni 1996, yang dilanjutkan esoknya. Ternyata, pada tanggal 4 Juni itu daerah dengan tujuan mendapatkan dukungan menggelar Kongres. Dari 28
kubu Fatimah Achmad tidak hadir di kantor DPP PDI, mereka mengadakan rapat pengurus DPP PDI, 16 orang anggota DPP PDI berhasil dirangkulnya untuk
sendiri di Hotel Wisata Internasional, Jakarta, dan mengumumkan terbentuknya menggelar Kongres.
panitia “kongres”.
Enambelas dari 29 pengurus DPP PDI yang mengkhianati Mega ialah Fatimah
Keterlibatan pemerintah sudah tampak dua hari sebelumnya. Mayjen Suwarno Achmad, Ismunandar, Panangian Siregar, Abdul Kholiq Murod, Titi Djuliasih,
Adiwijoyo, Asisten Kassospol ABRI, dalam pertemuannya dengan pimpinan Subagyo, Slamet Moeljadi, Mulyono Sutarmo, Eddy Djunaedi, Yahya Theo, Abdul
media massa, memberitahukan bahwa dalam waktu dekat akan ada kemelut Gani, Andi Chaerul Muis Manggabarani, Ratna Ratih Purnami, Neneng Amalia
dalam tubuh PDI. Ia menghimbau agar media massa mendukung kongres Dendawacana, F.X. Urip Sujud, dan Untung Sutomo. Pengurus DPP PDI Edwin
melalui pemberitaannya. Para petinggi pemerintahan juga tidak menutup- Hernawan Soekowati bersikap abstain, setelah gagal membentuk PDI Tandingan.
nutupi keterlibatan mereka. Panglima ABRI, Jenderal Feisal Tanjung, Letjen
Ketua Umum DPP PDI, Megawati Soekarnoputri menolak tegas penyelenggaraan
Syarwan Hamid menyatakan mendukung “kongres” dan akan turun tangan
"Kongres", kemudian pada tanggal 5 Juni 1996, empat orang deklarator fusi
mengamankan jalannya “kongres”.
PDI yakni Mh. Isnaeni, Sabam Sirait, Abdul Madjid dan Beng Mang Reng Say
mengadakan jumpa pers menolak penyelenggaraan kongres.
Salah satu organisasi yang turut aktif dalam protes ini adalah Partai Rakyat
Demokratik (PRD) dan organisasi sayap mahasiswanya, Solidaritas Mahasiswa
Indonesia untuk Demokrasi (SMID). Selain itu, kelompok Aldera berunjuk
rasa di Bandung. Sementara aktivis dari Pusat Informasi dan Jaringan Aksi
untuk Reformasi (Pijar), organisasi yang dibentuk sebagian pegiat pers
kampus dari Jakarta dan Yogyakarta, berunjuk rasa di ibukota menyerukan
“Megawati! Reformasi!”. Sedangkan Gerakan Rakyat Bali (GRB), hasil koalisi
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan anggota PDI, melancarkan
demonstrasi di Bali.
1998, Gesigoran
6
H. Abdulgani Ha, Bba
Ketua
”
Bahwa akibat perbuatan yang
dilakukan oleh fungsionaris DPP PDI
7 Dr. Panangian Siregar Ketua tersebut pada kenyataannya telah
8 H. Yahya Theo Ketua
menimbulkan intrik, pengadudombaan,
dan fitnah serta manipulasi dan
9 Eddy Djunaedi, Sh Wakil Sekjen penyalahgunaan wewenang yang
10 Dra. Titi Djuliasih Kardjono Wakil Sekjen bisa membahayakan partai
Megawati
11 Hj. Ratih Ratna Purnami, Mba Wakil Sekjen
“Kongres PDI” versi Soerjadi diselenggarakan di Tentangan terhadap “kongres” terus marak. Tanggal
Medan tanggal 20-24 Juni 1996. Kongres dibuka 20 Juni 1996, saat pembukaan “kongres”, aksi massa
Mendagri Yogie S. Memet. Tersiar kabar di Jakarta, yang yang diikuti 12.000 orang berlangsung di
bahwa para konglomerat yang tergabung dalam Jakarta. Di sekitar Stasiun Gambir aparat memukul
"Kelompok Jimbaran" menyuntik dana untuk barisan masa aksi. Korban berjatuhan, dan peristiwa
kongres. itu terkenal dengan “Insiden Gambir”.
Selama “kongres”, penjagaan aparat keamanan di Walau Megawati berpesan agar mereka tertib
kota Medan sangat ketat. Petugas gabungan dari dan menjaga disiplin, akibat provokasi aparat
polisi, polisi militer dan tentara berjaga-jaga di luar keamanan, kerusuhan tidak bisa dihindarkan.
arena kongres. Tiga buah kendaraan lapis baja dan
sejumlah kendaraan angkut militer tampak dekat
lokasi kongres. Keterlibatan aparat keamanan tidak
”
“Kami diperintahkan mendampingi
Kerusuhan ini membuat acara penutupan kongres
di Medan dipercepat.
Di Jakarta, 1 Juli 1996, 24 tokoh organisasi massa Panglima ABRI Feisal Tanjung menilai protes di
menandatangani petisi keprihatinan terhadap kantor PDI sebagai tindakan "subversif" pada 22
situasi politik nasional. Di antara tokoh itu ada Juli 1996. Kepala Staf Sosial Politik ABRI Syarwan
Abdurrahman Wahid (Forum Demokrasi), Dahlan Hamid mendorong Soerjadi untuk mengambil alih
Ranuwihardjo (bekas Ketua Umum HMI), Frans kantor PDI.
Seda, Bambang Triantoro (Yayasan Kerukunan
Persaudaraan Kebangsaan), Matori Abdul Djalil,
Midian Sirait, Pendeta Eka Darmaputera, dan
25 Juli 1996
mantan Ketua DPR/MPR Kharis Suhud. Dalam petisi
itu mereka menyatakan sedih atas perkembangan
Presiden menerima DPP PDI versi Soerjadi. Tanggal
politik belakangan ini, terutama yang menimpa
25 Juli 1996 Presiden Soeharto menerima 11 pengurus
PDI. “Kami perlu menyampaikan petisi ini karena
DPP PDI hasil Kongres Medan yang dipimpin
melihat berbagai tindakan kekerasan. Kami melihat
Soerjadi selaku Ketua Umum dan Buttu Hutapea
budaya politik semakin menjauh dari tata krama dan
selaku Sekretaris Jenderal PDI. Bagi Soerjadi, restu
sopan santun yang kita junjung tinggi selama ini,”
pada DPP PDI itu juga berarti izin untuk merebut
ujar Gus Dur.
kantor DPP PDI di Jl. Diponegoro No 58, Jakarta
KH Ahmad Muslim Rifa’i Imampuro yang lebih Pusat yang masih dikuasai pendukung Megawati.
dikenal dengan nama Mbah Lim memimpin ribuan Namun Megawati dan para pendukungnya bertekad
massa PDI untuk melakukan doa di depan Kantor PDI tetap mempertahankan kantor tersebut.
Yogyakarta. Mereka berdoa agar Presiden Soeharto
bertindak adil terhadap Megawati. Pemimpin
Pondok Pesantren Pancasila Sakti di Klaten, Jawa
Tengah, dan tokoh sepuh NU yang disegani ini
mengingatkan pemerintah dan ABRI agar bisa
mengendalikan diri. “Republik ini pemberian Tuhan,
jangan sembrono....,” kata Mega disambut tepuk
riuh ribuan hadirin.
Megawati orasi dalam Mimbar Demokrasi di
kantor DPP PDI jalan Diponegoro.
Menjelang fajar Sabtu 27 Juli 1996, dengan didukung Peristiwa 27 Juli adalah anomali, karena korban penyerangan justru
aparat keamanan, masa Pro Soerjadi menyerbu kantor yang yang ditangkap dan ditahan. Sedangkan para penyerangnya bebas.
dikuasai kubu Megawati. Pada saat penyerbuan, aparat
215 124
kepolisian dan TNI mengisolasi kawasan itu sehingga
pendukung Megawati tidak bisa memberikan bantuan.
Massa mengamuk dan kerusuhan pecah di sekitar Jalan
orang ditangkap orang ditahan
Diponegoro dan Salemba.
Jumat 9 Agustus 1996, puluhan wartawan dalam Saudara-saudara, seperti tadi telah anda ikuti, saya bersama tim pembela, dipanggil
dan luar negeri berkumpul dikediaman Megawati oleh Polda Metro Jaya untuk menjadi saksi dari seorang bernama Budiman Sudjatmiko.
di Jl. Kebagusan, Jakarta Selatan. Mereka menunggu
Saya tidak akan menjelaskan dengan panjang lebar. Tetapi saya ingin mengucapkan
jumpa pers tentang hasil pemeriksaan sebagai saksi
terima kasih banyak kepada pihak kepolisian yang telah memberikan bantuannya.
atas perkara Budiman Sudjatmiko, Ketua Partai
Rakyat Demokratik (PRD). Inilah penampilan publik Dalam arti mereka telah melakukan kerja sama dengan baik. Proses pemeriksaan
yang pertama untuk putri Bung Karno itu sejak kami berlangsung dari pukul 09.30-15.30. Dan saya akan dipanggil lagi pada tanggal
peristiwa 27 Juli 1996. 15 Agustus 1996, pukul 10.00 pagi, untuk memberikan keterangan tambahan.
Pernyataan resmi Mega sebagai Ketua Umum DPP PDI
Atas nama keluarga besar Partai Demokrasi Indonesia, saya, Ketua Umum, menyatakan:
1. Mengutuk penyerbuan berdarah yang dilakukan Soerjadi cs atas kantor DPP PDI Jl.
Diponegoro 58, karena telah main hakim sendiri sehingga merusak sendi-sendi hukum dan
Pancasila dan menghalalkan semua cara untuk mencapai tujuan seperti yang dilakukan PKI.
2. Menghargai Polda Metro Jaya yang sudah menerima laporan dari Sekjen Alex Litaay
dan Satgas Agus Imam Soemanto dengan didampingi 100 pengacara Tim Pembela
Demokrasi Indonesia, namun kasus ini bukan delik aduan, tetapi delik biasa sehingga
tanpa pengaduan pun Polda wajib mengusut perkaranya dengan tuntas.
Jakarta, 9/8/96
Ketua Umum DPP PDI
(Megawati Soekarnoputri)
Megawati hadir di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pada hari itu, para aktivis 10 Januari 1997, PDI pimpinan Megawati menyelenggarakan peringatan Hari
yang mempertahankan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro akan divonis hakim. Ulang Tahun (HUT) PDI ke-24, dengan mengambil tempat di lapangan dekat
Sejumlah 10 orang hakim dikerahkan untuk memutuskan perkara 124 orang yang rumahnya, Jalan Kebagusan, Jakarta Selatan.
dijadikan terdakwa di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Dalam pidatonya, Megawati menginstruksikan kepada segenap warga PDI dan
simpatisannya untuk tetap teguh dalam pendirian, disiplin, dan senantiasa patuh
pada hukum dan peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya untuk
tetap konsekuen menjalankan garis kebijakan partai yang telah ditetapkan oleh
pemimpin yang sah.
Suasana persidangan Tragedi 27 Juli di pengadilan Jakarta. Di sebelah kanan Mega RO Tambunan yang
tergabung dalam TPDI. Namun dalam perkembangan selanjutnya RO Tambunan sayangnya bermanuver
meninggalkan Megawati.
”
Teruslah berjuang di jalan
lurus yang diridhoi oleh
Putusan sidang tragedi Suatu hal yang ironis, yang dijadikan terdakwa Tuhan Yang Maha Kuasa
27 Juli 1996 adalah mereka yang diserang. Sebaliknya pihak dalam menjalani hak
yang menyerang yang jelas berasal dari kubu politikmu sebagai warga
Soerjadi, tidak terjamah oleh hukum. Padahal negara yang bertanggung
dalam KUHP dengan tegas disebutkan, pihak jawab atas perjalanan
yang melakukan penyerangan atau perusakan nasib bangsa ini,”
115 terdakwa terhadap hak milik pihak lain, terlepas dari
divonis 4 bulan 3 hari pesan Megawati.
awal permasalahannya, akan dikenai hukuman.
8 terdakwa Dalam persidangan tragedi 27 Juli 1996 itu,
bebas murni hakim memutuskan 8 orang terdakwa bebas
1 terdakwa murni, 115 orang terdakwa divonis 4 bulan 3
hari dan seorang divonis 2 bulan l0 hari.
divonis 2 bulan 10 hari
1997, Priyanto S
Megawati saat acara halalbihalal di DPD PDI Pro Mega Jawa Timur, Jl. Pandegiling No 223, Surabaya, Sabtu, 22 Februari
1997. Turun dari mimbar, Mega diberi sebuah kenang-kenangan dari salah seorang pelukis berupa sebuah lukisan dirinya.
Saya selaku ketua Umum DPP PDI hasil Munas yang dipilih secara Bahwa untuk menjaga citra negara RI sebagai negara hukum dimata
demokratis, telah dan tetap memilih cara-cara penyelesaian dunia Internasional, menyongsong era globalisasi yang ditandai dengan
yang demokratis dan dibenarkan oleh hukum sebagai satu tuntutan atas adanya keterbukaan, tegaknya hukum, demokratisasi dan
upaya untuk mendidik bangsa ini menumbuhkembangkan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia, maka saya, baik selaku
kehidupan demokrasi Pancasila yang sehat dan mewujudkan Ketua Umum DPP PDI 1993 - 1998 hasil Munas, maupun sebagai pribadi
amanat UUD 45, bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar warga negara yang memiliki hak untuk memilih dan dipilih, dengan ini
atas hukum, tidak berdasar atas kekuasaan belaka. Sikap ini menyatakan kepada anggota, fungsionaris, para kader, simpatisan dan
telah dibuktikan dengan langkah-langkah DPP PDI 1993 - 1998 warga PDI dan seluruh rakyat Indonesia bahwa:
yang saya pimpin untuk terus mengikuti dengan tertib setiap
• Saya Megawati Soekarnoputri, selaku pribadi telah memutuskan
tahap dari pelaksanaan pemilu. Cara-cara demokratis tersebut
untuk tidak menggunakan hak politik untuk memilih di dalam
dilakukan antara lain dengan menyerahkan daftar calon
pemungutan suara pada tanggal 29 Mei 1997.
legislatif kepada LPU, PPD I dan PPD II di seluruh Indonesia,
dan menempuh jalur hukum dengan mengajukan persoalan PDI • Saya menyadari bahwa pemberian suara adalah merupakan hak
ini kepada pengadilan baik di pusat maupun di daerah, dua cara dari seseorang warga negara yang bersifat sangat hakiki dan asasi,
ini kami tempuh sebagai bukti bahwa didalam membela hak, karena itu penggunaannya harus sesuai dengan hati nurani masing-
kami tetap berpegang kepada tindakan politis yang didasari masing warga negara.
oleh tatanan dan norma-norma politik yang mencerminkan
• Saya selaku Ketua Umum PPP PDI 1993 - 1998 yang sah dan
penjabaran nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab,
konstitusional berpendapat, bahwa apa yang disebut “PDI hasil
sekaligus membuktikan bahwa PDI selaku organisasi peserta
Kongres Medan” adalah tidak sah dan tidak konstitusional, karena
pemilu didalam penyelenggaraan Pemilu tahun 1997 ini masih
itu untuk memilihnya pada tanggal 29 Mei 1997 juga tidak sah dan
bermasalah baik secara yuridis maupun politis.
tidak konstitusional.
Pemerintah melarang penyelenggaraan acara HUT Dalam agenda konstitusi rezim orde baru, Sidang
ke-25 PDI, yang jauh-jauh hari telah direncanakan Umum MPR diselenggarakan tanggal 1 sampai dengan
di Kebagusan, tanpa alasan yang jelas. Tetapi para 11 Maret 1998. Tanggal 1 Maret 1998 Presiden Soeharto
pengurus DPP PDI Megawati tidak mempedulikan mengucapkan pidato pertanggungjawabannya di depan
larangan itu. Massa berbondong-bondong datang ke Sidang Umum (SU) MPR. Pidato pertanggungjawaban
Kebagusan, tanpa bisa dicegah. itu mendapat sambutan baik dari pimpinan semua
kekuatan politik di MPR, tidak ada yang menyatakan
Acara utama HUT PDI itu adalah pidato politik
menolak. Tetapi Megawati pada jumpa pers sore
Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Pidato
harinya, memberikan pernyataan yang berbeda.
politik yang ditunggu-tunggu anggota PDI, bahkan
Mega menolak pidato pertanggungjawaban Presiden
juga masyarakat, karena akan dipakai sebagai
Soeharto, karena di dalamnya tidak mencerminkan
pedoman dalam menghadapi keadaan yang sulit itu.
keadaan yang sebenarnya. Misalnya, pada pidatonya
Rakyat menaruh harapan kepada Megawati untuk
itu Soeharto menegaskan, ia dan keluarganya tidak
melakukan perubahan dalam kehidupan berbangsa
memiliki uang satu sen pun di luar negeri.
dan bernegara.
”
Menurutnya, hal tersebut menunjukkan belum
dewasanya dunia politik kita, yang berarti pula
bukti nyata kegagalan pembangunan politik dalam Bangsa Indonesia tidak boleh
kepemimpinan nasional selama ini. Pada bagian lain melakukan kesalahan untuk kedua kali,
dari pidatonya, Megawati dengan tegas dan terang-
kata Megawati.
terangan mengimbau seluruh rakyat Indonesia
tidak lagi mencalonkan kembali Soeharto menjadi
presiden untuk yang ketujuh kali, karena jabatan
presiden yang lebih 30 tahun cenderung menjurus
pada upaya menjadikan diri Soeharto presiden
seumur hidup.
Megawati menanggapi pidato Soeharto yang di sampaikan dalam
SU MPR 1998 di Kebagusan, Jakarta.
Sidang Umum (SU) MPR tahun 1998 berlangsung Pada peringatan HUT Proklamasi 17 Agustus 1998,
tanpa keikutsertaan Megawati Soekarnoputri. Mega Megawati diundang untuk mengikuti upacara
menolak diusulkan menjadi utusan daerah dalam mengenang detik-detik proklamasi di halaman
Fraksi Utusan Daerah di SU MPR. Upaya pemerintah Istana Merdeka. Tetapi ia memilih hadir pada acara
merangkul tokoh dan simbol perlawanan tersebut peringatan HUT Proklamasi 17 Agustus 1998 di
gagal. SU MPR yang didominasi oleh kekuatan Golkar, Sekretariat DPD PDI DKI Jakarta, Joglo, Jakarta Barat.
memutuskan untuk menyelenggarakan pemilu
Pada kesempatan itu Megawati menyampaikan
dipercepat pada 7 Juni 1999.
pidato politiknya. Ia mengingatkan, kesulitan akibat
Saat berlangsung Sidang Umum MPR, para mahasiswa krisis berkepanjangan jangan sampai membuat
mempertemukan Megawati Soekarnoputri dengan bangsa Indonesia yang telah berusia 53 tahun ini
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Amien Rais, dan Sri tak berdaya.
Sultan Hamengku Buwono X. Pertemuan dilakukan
”
di rumah Gus Dur, di Ciganjur. Pertemuan Ciganjur
merekomendasikan agenda reformasi, yang salah
satunya adalah mengakhiri peran dwifungsi ABRI. “Kesulitan jangan membuat
kita melempem. Kesulitan harus
ditantang, harus dijawab. Kita
harus bisa mengatasi kesulitan.
Kesulitan yang membuat bangsa
Indonesia prihatin seperti sekarang
bisa diatasi bila pemerintah dapat
bersatu dengan rakyatnya. Tidak
mungkin mengatasi kesulitan tanpa Upacara Bendera HUT Kemerdekaan RI, 17
mengikutkan rakyat. Rakyat harus Agustus 1998 di kantor DPD PDI DKI.
PDI pimpinan Megawati memiliki agenda politik dalam menghadapi pemilihan umum yang dipercepat itu.
Langkah organisatoris pertama untuk konsolidasi adalah menyelenggarakan Kongres PDI V di Bali pada
tanggal 9-10 Oktober 1998. Ini merupakan kongres pertama dari suatu partai politik di luar tiga partai politik
yang didukung pemerintah.
”
Partai kita ini dikatakan sebagai
parpol baru. Tapi jangan berkecil
hati karena siapa pun di muka bumi
ini mengetahui bahwa perjuangan
kita bukanlah sesuatu yang baru,
bukan tiba-tiba hadir tanpa sebab-
musabab. Partai ini lahir dari proses
panjang, penuh hiruk-pikuk demi
menegakkan demokrasi dan hukum.
Deklarasi PDI Perjuangan di Istora Senayan Jakarta,1999.
Amien Rais menggagas Poros Tengah dengan alasan terjadi dua kubu dalam
perebutan calon presiden di MPR; kubu mendukung Mega dan kubu mendukung
Habibie. Dengan dalih mencari jalan tengah, Amien bermanuver mengusung
presiden alternatif. Kehadiran Poros tengah ditanggapi Megawati, “Saya tidak
mempermasalahkan siapa pun yang menjadi presiden, asal konstitusional.
Pemimpin nasional harus dipilih rakyat, sebab bagaimana pun kehendak rakyat
Megawati Soekarnoputri saat pemungutan suara 7 Juni 1999 di TPS 18 Kebagusan.
harus dijalankan.”
Tanggal 27 Juli 1999, ketika memperingati tiga tahun peristiwa Di akhir pidatonya, Megawati mengajak Sidang Umum MPR berlangsung selama
27 Juli 1996, Megawati berharap melalui SU MPR, “Kita tunjukkan para pemimpin partai reformis yang dengan tiga minggu di bulan Oktober 1999.
kembali diri kita sebagai bangsa berbudaya. Tunjuklah pemimpin tegas menolak status quo, untuk secara Amien Rais terpilih sebagai Ketua MPR,
bangsa sebaik-baiknya.” Dua hari kemudian, Megawati membacakan bersama membangun Indonesia baru. mengalahkan Matori Abdul Djalil, calon
pidato politik pertama sejak pemilu yang dimenangkan partainya. yang diusung oleh PDI Perjuangan dan PKB.
Dengan judul “Pidato Politik Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Pada acara berikutnya, tokoh Golkar, Akbar
Soekarnoputri dalam rangka menyambut kemenangan rakyat Tanjung memenangkan pemilihan Ketua
”
pada Pemilu 1999”, Megawati menyoroti berbagai masalah, dari DPR. Sidang berlangsung panas setelah
manipulasi kedaulatan rakyat di era orde baru, amandemen UUD mendengarkan pidato pertanggungjawaban
1945, dwifungsi ABRI sampai program pertumbuhan ekonomi Ajakan ini sekaligus sebagai Presiden Habibie. Dalam pemilihan
yang diajukan PDI Perjuangan. Agenda lain adalah pemerintahan pernyataan PDI Perjuangan presiden, semula ada tiga kandidat, yaitu
yang bersih dari praktik KKN, perimbangan hasil kekayaan daerah, yang selalu membuka diri Megawati Soekarnoputri, Abdurrahman
kemelut Aceh, Ambon, dan Papua. untuk kebersamaan antara Wahid, dan Yusril Ihza Mahendra. Tapi
sesama komponen bangsa menjelang pemilihan, Yusril mengundurkan
yang percaya bahwa lembaran diri. Maka pemilihan presiden berlangsung
sejarah baru bangsa ini harus satu kali putaran. Dalam pemungutan suara
dimulai dengan langkah awal yang diikuti 691 anggota MPR itu, Gus Dur
mengganti rezim warisan orde meraih 373 suara dan Mega 313 suara, 5
baru dengan pemerintahan yang suara abstain.
bersih, terpercaya, dan tunduk
pada kehendak rakyatnya!
373 suara
691 anggota
MPR diraih Gus Dur
315 suara
Anggota MPR melakukan diraih Megawati
pemungutan suara
untuk memlih Presiden 5 suara
dan Wakil Presiden abstain
21 Oktober 1999 malam, Megawati Soekarnoputri Pada akhir pidatonya Megawati menyapa seluruh lapisan masyarakat: “Kepada pers, diharap tetap
dilantik sebagai Wakil Presiden ke-8 RI. Dalam pidato bersuara dengan bebas. Kepada mahasiswa, tetaplah dinamis dan kritis. Kepada profesional, tingkatkan
pelantikannya Megawati mengatakan, dirinya bersama produktivitas dengan tetap berlaku jujur dan junjung tinggi nilai etika profesi. Kepada buruh, tani,
Presiden Abdurrahman Wahid akan berusaha sekuat nelayan, jadilah abdi rakyat yang dihormati dan dicintai oleh rakyat. Kepada TNI dan Polri, percayalah
tenaga dan pikiran membawa bangsa Indonesia memasuki bahwa saya bersama Presiden akan senantiasa bekerja untuk menjadikan TNI dan Polri sebagai penebar
pintu gerbang Indonesia Baru. “Dengan sikap mental dan rasa aman dan rasa nyaman yang kehadirannya dirasakan selalu tumbuh sejuk di hati dan sanubari
pikiran baru, melangkah menuju era pemberdayaan rakyat seluruh rakyat Indonesia. Kepada anak-anakku di seluruh tanah air, saya minta untuk bekerja kembali
dan bukan era yang penuh perilaku memperdaya rakyat dengan tulus, janganlah melakukan hal-hal yang bersifat emosional karena di dalam mimbar ini kamu
sebagaimana yang terjadi selama ini,” tegasnya. melihat ibumu berdiri...”
”
Marilah kita hentikan silang sengketa
dan perselisihan yang hanya
memperpanjang penderitaan rakyat
Pidato pelantikan Megawati diakhiri
dengan seruan penuh kesejukan
Acara resmi pertama Presiden Megawati Keutuhan wilayah bukan saja merupakan salah satu atribut adanya negara,
Soekarnoputri adalah memberikan pidato tetapi juga merupakan bagian dari tatanan dunia yang lebih stabil, yang
di depan sidang Dewan Perwakilan batasnya tidak akan diubah-ubah lagi dengan alasan apa pun juga.
Rakyat. Dalam pidato kenegaraan itu,
Presiden menyatakan ketegasannya untuk
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
serta keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Presiden Megawati menyadari, upaya
Republik Indonesia, sesuai dengan program
mempertahankan keutuhan wilayah
Kabinet Gotong Royong. Bahkan secara
Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
khusus Presiden menegaskan, pemerintah
mendapat dukungan dunia internasional.
tidak ingin Aceh dan juga Papua lepas
Karena itu Presiden selalu mengemukakan
dari Indonesia. Dengan tepat Presiden
masalah tersebut dalam pembicaraan saat
memberikan satu alasan kuat, tidak hanya
melakukan kunjungan ke negara sahabat.
dari Undang-Undang Dasar 1945, tetapi
pada alasan yang bersumber geopolitik.
Universitas Waseda di Tokyo memberikan gelar Presiden Megawati sendiri merasakan betapa berat
Doktor Honoris Causa pada Megawati Soekarnoputri beban tugasnya.
dalam bidang Hukum. Gelar tersebut menjadi gelar
”
doktor pertama yang didapatkan Megawati.
PDI Perjuangan menyelenggarakan Rapat Kunjungan ke negara-negara sahabat Kutipan bagian akhir pidato Megawati Soekarnoputri:
Kerja Nasional (Rakernas) VI di Jakarta. merupakan satu kebutuhan dalam
“…Tetapi membangun kawasan yang aman dan damai, serta dunia yang
Rakernas VI DPP PDI Perjuangan periode melaksanakan politik bebas dan aktif.
lebih demokratis, memang memerlukan kesabaran dan kerja keras. Itu
2000-2005 merekomendasikan Megawati Misalnya seperti tanggal 23 September
semua jelas merupakan tanggung jawab kita semua. Dalam pengalaman
sebagai calon presiden pada Pemilu 2004. 2003, ketika Megawati berpidato di
kami membangun masyarakat yang lebih demokratis, kami mengetahui
Keputusan itu mengukuhkan hasil Kongres hadapan Sidang Umum Perserikatan
betapa sulitnya semua itu. Kami menyadari, membangun dunia yang
PDI Perjuangan Semarang tahun 2000. Bangsa-Bangsa, khususnya mengenai
lebih demokratis jelas lebih sulit lagi. Apapun, negara kami akan tetap
Mengenai kriteria calon wakil presiden, perdamaian dunia, kesejahteraan
memenuhi tanggungjawab internasionalnya dan akan terus bekerjasama
PDI Perjuangan menyerahkan sepenuhnya umat manusia, dan kelangsungan
dengan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya
kepada Ketua Umum Partai, termasuk kemanusiaan.
untuk membangun dunia baru yang kita dambakan. Terimakasih.”
kemungkinan berkoalisi dengan partai
lain. Selain itu, dibicarakan pula masalah
penjaringan dan penyaringan calon
legislatif dan perkembangan sosial politik
nasional dan Internasional.
Presiden Megawati Soekarnoputri berbicara di Sidang Umum Perserikatan Presiden Megawati Soekarnoputri berjabat tangan
Bangsa-Bangsa (PBB) ke-58, New York, 23 September 2003. dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa Kofi Annan, 23 September 2003
Sekalipun menghadapi kesibukan di tanah air, Presiden Megawati pada medio Oktober 2003
memerlukan pergi ke Kuala Lumpur, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ke-10 Organisasi
Konferensi Islam (OKI).
Dalam pidato di depan forum itu, Mega menyatakan keprihatinannya atas terjadinya berbagai tindak
terorisme yang tidak berperikemanusiaan, yang selain menimbulkan korban jiwa dan harta, juga
menyebabkan timbulnya pemahaman masyarakat dunia yang keliru tentang pandangan hidup Islam
sebagai agama yang penuh kekerasan dan agresi. Megawati melihat berbagai tantangan dan konflik
yang silih berganti di negara anggota OKI. Karena itu ia merasakan perlunya pembaruan tekad, sikap
dan perilaku dalam tubuh negara anggota, ataupun penataan ulang dalam organisasi dan mekanisme
OKI.
Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri dan para pemimpin negara Islam dalam sesi foto
pembukaan KTT Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Malaysia, 16 Oktober 2003.
Moscow State Institute of International Jabatan Megawati Soekarnoputri berakhir pada tanggal 20 Oktober
Relation, Rusia memberikan gelar Doktor 2004. Pada tahun yang sama, Megawati maju sebagai calon
Honoris Causa di bidang Politik kepada presiden berpasangan dengan Hasyim Muzadi. Pemilihan Umum
Megawati. Gelar tersebut diberikan sebagai 2004 adalah pemilu langsung pertama bagi Indonesia. Presiden
apresiasi terhadap putri Bung Karno itu, terpilih menjalankan visi misinya, berbeda dengan pemilihan
atas jasanya dalam mengembangkan sikap sebelumnya dimana presiden sebagai mandataris MPR. Karena
saling pengertian antarbangsa dan interaksi tidak ada satu pasangan yang memperoleh suara lebih dari 50%,
antarperadaban. maka diselenggarakan pemilihan putaran kedua yang diikuti oleh
2 pasang calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan
kedua, yakni Susilo Bambang Yudhoyono–Jusuf Kalla dan Megawati-
Hasyim Muzadi. Pada putaran kedua Megawati-Hasyim meraih suara
sebanyak 44.990.704 (39,38%), sementara SBY-JK meraih suara
69.266.350 (60,62%), sehingga SBY-JK terpilih menjadi Presiden.
Di dalam tata cara pemilihan, seorang calon akan langsung ditetapkan menjadi
ketua umum terpilih apabila mencapai 75 persen. Tata cara pemilihan ini
berdasarkan hasil sidang komisi organisasi yang dibacakan sebelumnya. Megawati
terpilih secara aklamasi oleh sekitar 1000 utusan, atau dukungan sebesar 97
persen. Kongres juga menetapkan Megawati terpilih sebagai Ketua Umum PDI
Perjuangan, periode 2005 – 2010.
Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP Sebelumnya, Mega menyarankan agar Gerakan Pembaharuan
PDI Perjuangan) memecat 12 dari 35 kader Gerakan Pembaruan PDI membentuk partai baru daripada membuat kongres atau PDI
Perjuangan. Tokoh Gerakan Pembaruan yang dipecat adalah Arifin Perjuangan tandingan.
Panigoro, Laksamana Sukardi, Didi Supriyanto, Postdam Hutasoit,
Tjiandra Wijaya, Peter Sutanto dan Sukowaluyo Mintorahardjo.
Mereka dipecat karena menolak membubarkan diri dan melakukan
gugatan hukum terhadap Megawati dan DPP PDI Perjuangan. ”
Dalam alam demokrasi yang telah kita bangun
Pemecatan berdasarkan hasil rapat komite disiplin partai yang sekarang ini silahkan saja bikin partai baru,
disetujui DPP. Dalam hal ini DPP tak mentolerir deklarasi Gerakan
demikian pernyataan Mega usai mengunjungi tiga studio mini televisi
Pembaruan yang dianggap melanggar pasal 20 dan 21 Anggaran swasta di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, Selasa (29/3/2005).
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Hasil rekomendasi
komite disiplin itu disampaikan dalam jumpa pers di Kantor DPP PDI
Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Daftar Nama Anggota
Dipecat DPP PDI Perjuangan
Megawati menyatakan gugatan yang dilakukan Gerakan Pembaruan
Periode 2005-2010
tidak etis, pasalnya, posisi dirinya sebagai ketua umum merupakan
penanggungjawab pelaksana kongres partai.
1. Arifin Panigoro
2. Didi Supriyanto
”
Sekarang modelnya begitu, langsung gugat begini
3. Postdam Hutasoit
4. Tjandra Wijaja
5. Pieters Sutanto
dan begitu. Menurut saya coba dilihat dulu, yang
6. Sukowaluyo Mintohardjo
berjalan sekarang ini adalah legalitas dari suatu
7. Sophan Sophiaan
organisasi melalui lembaga tertinggi partai. 8. Laksamana Sukardi
9. Angelina Pattiasina
10. Pius Lustrilanang
11. Roy BB Janis
12. Noviantika Nasution
”
Inilah yang saya sebut Baguna yang berkualitas.
Baguna yang tidak hanya kuantitatif,
tapi saya maunya yang kualitatif,
jelas Megawati
“Tugas Baguna dibagi dalam Baguna Basah dan Baguna Kering dan pembagian
ini sesuai tugas dan kondisi yang dihadapi. Kalau Baguna Basah, ia diterjunkan
dalam kondisi banjir, menolong orang yang tenggelam dan sebagainya. Artinya
harus ada spesialisasi dan pembagian tugas sesuai dengan protap. Kemudian ada
Baguna Kering. Ia yang di bidang kesehatan, menolong dalam kondisi longsor
misalnya. Di belakang seperti membangun tenda dan masak. Dengan demikian
kerja menjadi berkualitas,” jelas Megawati saat memberi sambutan dan membuka
acara Rakornas Baguna di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jl. Diponegoro 58, Jakarta.
PDI Perjuangan mendeklarasikan lembaga bernama Baitul Muslimin Indonesia, Pengurus Bamusi periode awal adalah sebagai berikut: Dewan pembina
disingkat Bamusi. Baitul Muslimin sendiri dalam Bahasa Indonesia berarti Rumah Megawati Soekarnoputri, Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif, H.M. Taufiq
Bagi Kaum Islam. Kiemas dan Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj. Dewan Penasehat diketuai Mayjen
(Pur) H. Cholid Ghozali, yang beranggotakan antara lain DR. Faisal Basri dan
Deklarasi dipimpin langsung oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati
H. Moh. Sobari. Sedangkan Ketua Umum Bamusi, Prof. DR. H. Hamka Haq,
Soekarnoputri di kantor DPP PDI Perjuangan, Jl. Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Sekretaris Jenderal, Zainin Ahmadi, M.H. dan Bendahara dijabat oleh Ir.
Dalam sambutannya, Megawati berharap PDI Perjuangan bisa menjadi rumah
Ismayatun. Susunan Pengurus tersebut ditetapkan melalui Surat Ketetepan
bagi umat Islam dalam bingkai ideologi Pancasila.
DPP PDI Perjuangan nomor 050/TAP/DPP/V/2007.
“Saya sengaja membentuk organisasi sayap Partai ini sebagai bentuk nyata bagi
Salah satu nilai-nilai yang hidup dan tumbuh subur dalam kebudayaan bangsa
PDI Perjuangan yang telah mendeklarasikan dirinya sebagai partai ideologis yang
Indonesia adalah nilai-nilai Islam yang telah berakulturasi dengan nilai-
memperjuangkan ajaran-ajaran Bung Karno, dimana intisari dari ajaran Bung
nilai budaya asli bangsa Indonesia. “Ini yang kemudian berkembang menjadi
Karno adalah Ketuhanan, Kemanusiaan, Kebangsaan, Demokrasi Musyawarah
agama yang rahmatan lil alamin, agama yang toleran dan hidup berdampingan
Mufakat dan Keadilan Sosial atau yang secara konsepsional kita kenal dengan
dengan pemeluk agama-agama dan kepercayaan lainnya secara damai dan
nama Pancasila,” kata Mega.
bergotong royong,” tegas Megawati.
Organisasi sayap partai di bidang ke-Islaman yang dibentuk oleh DPP PDI
Perjuangan tersebut anggotanya berlatar belakang ormas Islam, di antaranya
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Tahun 2009, Megawati kembali ditugaskan oleh PDI Perjuangan sebagai calon presiden, berpasangan
dengan Prabowo Subianto. Pemungutan suara diselenggarakan pada 8 Juli 2009, dimana pasangan
Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung
dengan memperoleh suara sebanyak 73.874.562 (60,80%), mengalahkan pasangan Megawati
Soekarnoputri-Prabowo Subianto dengan perolehan suara sebanyak 32.548.105 (26,79%) dan
Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto dengan perolehan suara sebanyak 15.081.814 (12,41%).
Menjelang Kongres III PDI Perjuangan terus diterpa sejumlah isu. Isu utama soal
kemungkinan perubahan haluan mendekati pusat kekuasaan karena ditawari
masuk kabinet pemerintahan.
Kongres III PDI Perjuangan diselenggarakan di Hotel Inna Grand Bali Beach. Pada
pidato pembukaan Kongres III PDI Perjuangan, Ketua Umum PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri tak kuasa menahan harunya manakala menyebut nama
ayahnya, Soekarno,
”
Kita sudah mencapai point of no return. Kita tidak punya
pilihan lain. Kecuali kembali ke partai yang berideologis,
tegas Mega
Megawati Soekarnoputri foto bersama, Prananda Prabowo, Puan Maharani, dan Taufiq Kiemas
di Kongres III PDI Perjuangan di Bali, 2010.
Pada kongres III tersebut, PDI Perjuangan membuka peluang bagi para kadernya
untuk bersaing menjadi Ketua Umum. Namun, kader PDI Perjuangan tetap secara
aklamasi memilih Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan
untuk periode 2010-2015.
”
Dalam kesempatan ini saya perlu tegaskan bahwa cita-cita
yang melekat dalam sejarah Partai kita jauh lebih besar
dari sekadar urusan kursi di parlemen, sejumlah menteri,
ataupun Istana Merdeka. Kita diajarkan dan ditakdirkan
oleh sejarah bahwa perjuangan mengangkat harkat-
martabat wong cilik seperti yang dilakukan Bung Karno
adalah lebih utama dari urusan bagi-bagi kekuasaan.
Megawati Soekarnoputri
pada pembukaan Kongres III PDI Perjuangan.
PDI Perjuangan melaksanakan Rakernas I di Hotel Harris, Bandung, Jawa PDI Perjuangan melaksanakan Rakernas II di Surabaya, Jawa Timur. Agenda
Barat. Rakernas I yang dihadiri oleh 1200 kader PDI Perjuangan ini, membahas Rakernas II yaitu evaluasi, sinkronisasi dan memantapkan koordinasi antara
sejumlah program. Di antaranya, evaluasi program partai pasca Kongres Bali struktur partai, kader di legislatif dan eksekutif. Berbagai persoalan bangsa
2005, pembahasan berbagai persoalan nasional, hingga merumuskan strategi seperti kebijakan pemerintah di bidang pembangunan, kedaulatan energi, dan
pemenangan partai dalam Pilkada hingga Pilpres 2014. kedaulatan pangan, serta konsolidasi partai untuk pemenangan Pemilihan Umum
(Pemilu) dan Pemilukada di berbagai daerah di Indonesia.
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Puteri menginstruksikan agar
kader PDI Perjuangan menjadi garda terdepan dalam memberantas korupsi.
”
Kita bisa memaksimalkan potensi lokal, seperti bubur
Manado, ledok Bali, gado-gado, dan sebagainya. Untuk
berkepribadian secara budaya, bukan berarti anti-
asing, melainkan tidak menomorsatukan budaya asing
dan tetap bangga pada budaya bangsa sendiri,
Megawati menyoal kedaulatan pangan dalam konteks Trisakti Bung Karno
dalam sambutannya pada pembukaan Rakernas II DPP PDI Perjuangan.
”
Kita memang hidup di tahun-tahun penuh risiko, tetapi
sebagai bangsa yang telah ditempa oleh romantika, dinamika
dan dialektika revolusi untuk jangka waktu yang sangat
panjang, tantangan justru menjadi alasan untuk bangkit
dan bukan sebaliknya untuk semakin terpuruk lagi
Megawati pada pembukaan Rakernas I PDI Perjuangan.
PDI Perjuangan melaksanakan Rakernas III di Mercure, Ecopark, Ancol, Jakarta Utara.
Pada kesempatan ini, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menjelaskan bahwa
Rakernas III PDI Perjuangan saat ini merupakan langkah untuk membentuk dan menguatkan
sumberdaya manusia bagi para seluruh kader partai dalam memenangkan Pemilu 2014.
"Banyak orang katakan saya berada di bawah bayang-bayang Bung Karno. Lalu saya dikatakan
sebagai anak biologis. Saya merasa itu sebagai character assassination. Saya menjadi ketua umum
paling senior di Indonesia bukan karena berada di bawah bayang-bayang Soekarno. Saya bekerja
keras. Saya berharap siapapun di PDI Perjuangan juga bekerja keras seperti pada waktu hal-hal
yang saya alami," kata Megawati.
”
"Kami boleh bangga karena kerja keras dan
konsistensi kami mulai membuahkan hasil. Dari
rahim cinta kasih PDI Perjuangan kini banyak
lahir deretan pemimpin muda potensial seperti
Jokowi. Saya tidak akan berhenti menyiapkan
regenerasi pemimpin bangsa. Itu adalah hasil
kerja semua kader dengan segala kelemahan
yang kita punya sebagai partai rakyat,
tegas Mega.
Surat mandat penunjukan Ir. Joko Widodo sebagai Surat Perintah Harian Ketua Umum PDI Perjuangan
capres dari PDI Perjuangan dalam Pemilu 2014. kepada kader dan simpatisan terkait penunjukan Ir.
Joko Widodo sebagai capres dalam Pemilu 2014
Pada Pemilu Legislatif 2014, PDI Perjuangan berhasil meraih suara terbanyak
23.681.471 (18,95%), sekaligus menempati urutan pertama partai yang lolos ke
parlemen. Urutan kedua diraih oleh Partai Golkar (14,75%), diikuti oleh Partai
Gerindra (11,81%), Partai Demokrat (10,19%), Partai Kebangkitan Bangsa
(9,04%), Partai Amanat Nasional (7,59%), Partai Keadilan Sejahtera (6,79%),
Partai NasDem (6,72%), Partai Persatuan Pembangunan (6,53%) dan Partai Hati
Nurani Rakyat (5,26%).
Pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI Perjuangan di PDI Perjuangan menyelenggarakan Kongres IV di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali. Pada
Marina Convention Center (MCC) Semarang, Jawa Tengah. Kongres IV PDI Perjuangan ini, Megawati Soekarnoputri secara aklamasi ditunjuk oleh kader PDI
Rakernas IV PDI Perjuangan membahas beberapa hal terkait Perjuangan untuk memimpin partai berlambang banteng moncong putih itu di periode 2015-2020.
kondisi politik nasional terkini. Salah satu agenda pembahasan
Rekomendasi agar Megawati memimpin PDI Perjuangan pada periode 2015-2020, merupakan hasil
adalah peta koalisi di DPR menjelang pengesahan RUU tentang
Rakernas IV PDI Perjuangan di Semarang, 19-20 September 2014. Megawati menerima rekomendasi
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
itu dengan penuh haru.
Saat membuka Rakernas IV, Jumat 19 September 2014,
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
menyinggung RUU Pilkada. Megawati menyayangkan sikap
Koalisi Merah Putih yang mendorong pemilihan kepala daerah
dilakukan oleh DPRD. Menurut Megawati, pilkada melalui DPRD
adalah sebuah kemunduran.
Megawati mendapat gelar Doktor Honoris IPDN memberikan gelar doktor kehormatan sebagai
Causa dalam bidang Politik Pemerintahan dari pengakuan kenegarawanan Megawati Soekarnoputri. “Beliau
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). sosok yang berpengetahuan luas mengenai politik dan
Ini merupakan kali pertama IPDN memberikan pemerintahan serta konsisten menegakkan demokrasi dalam
gelar Doktor Honoris Causa kepada tokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
di luar kampusnya. Prosesi penyematan
”
Doktor Honoris Causa ke Megawati dilakukan
langsung Gubernur IPDN, Prof. Ermaya
Suradinata di Kampus IPDN, Jatinangor, Beliau peletak dasar kebijakan desentralisasi
Sumedang, Jawa Barat, bertepatan dengan yang berkesinambungan untuk Indonesia Raya,
Hari Perempuan Internasional.
kata Gubernur IPDN, Prof. Ermaya Suradinata.
Megawati dilantik sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
BPIP adalah lembaga yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden yang memiliki
tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila,
melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara
menyeluruh dan berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan
dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi
berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila
kepada lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial
politik, dan komponen masyarakat lainnya. BPIP merupakan revitalisasi dari Unit Kerja Presiden
Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).
Megawati dan PDI Perjuangan kembali Menunjuk petugas partai Ir. Joko Widodo sebagai calon
presiden RI berpasangan dengan KH. Ma’ruf Amin untuk maju dalam Pemilihan Umum Presiden
”
Kepada semua anggota dan kader PDI
Perjuangan dimanapun mereka berada
Indonesia 2019. Pada pemilu ini diikuti juga oleh dua pasang calon Presiden dan Wakil Presiden
bersama rakyat, untuk mengamankan
yaitu Joko Widodo–KH. Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto–Sandiaga Uno.
menjaga dan menyukseskan Ir. Joko
Widodo sebagai calon presiden RI.
Sesuai dengan keputusan KPU nomor 135/PL/KPU/V/2019 tentang penetapan presiden dan
wakil presiden, DPR RI, DPRD tahun 2019, yang menyatakan bahwa Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dengan total suara 27.053.961 (19,33%) sebagai pemenang pemilihan legislatif 2019.
Sebagai partai nasionalis yang berwatak kerakyatan, PDI Perjuangan tampil menjadi partai yang
diperhitungkan dalam pentas politik nasional melalui jalan yang terjal. Berulang kali himpitan
kesulitan dan benturan kepentingan dengan penguasa mewarnai dinamika partai berlambang
banteng ini. Namun, berkat kepemimpinan partai yang kharismatik dan mengayomi pelbagai
kepentingan anggotanya, partai ini tetap eksis hingga saat ini. Figur Megawati Soekarnoputri tak
dapat dipisahkan lagi dengan PDI Perjuangan.
1996, Uzie
1999, M. Najib
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri disambut simpatisan Presiden ke-5 Republik Indonesia yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan,
saat upacara HUT ke-33 PDI Perjuangan di Jakarta, 11 Januari 2005. Megawati Soekarnoputri bergembira dengan siswa taman kanak-kanak
yang mengunjungi kediamannya di Jl. Teuku Umar, Jakarta pada 25 April 2006.
Ketua Umum Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) yang juga Ketua Umum PDI Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat melihat-lihat foto
Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersama petugas partai, Wali Kota Surabaya korban yang terdampak gempa dan tsunami di Sulteng, 8 Oktober 2018.
Tri Rismaharini dalam puncak acara Jaga Bhumi di Surabaya, 29 April 2018.
Abdul Gani 91 Dahlan Ranuwihardjo 95 Hardi 75, 107 Kongres III PDI
137, 138
Perjuangan
Abdul Madjid 91 Djauhari Oratmangun 150 Hamka Haq 133
Kongres IV PDI
Abdurrahman Wahid 95, 108, 116, 117, 121, 122,123 Didi Supriyanto 131 Hamzah Haz 117 143, 234
Perjuangan
Abubakar Nataprawira 100 Dimyati Hartono 122 Hasyim Muzadi 128
18, 34, 35, 51, 80, 83,
Akbar Tanjung 116 Diah Permata Megawati Ho Chi Minh 68, 69 Kebagusan 98, 101, 102, 106, 114,
2, 55, 76
Setiawati Soekarnoputri 115, 181, 182, 183
Alex Asmasoebrata 19, 23, 85 I
Deklarasi 41, 43, 111, 131, 133, 183 Kudatuli 182
Alex Litaay 23, 98 Ismayatun 133
2, 125, 128, 141, 145, Kabinet Gotong Royong 124
Amien Rais 108, 115,116 Doktor Honoris Causa Ismunandar 23, 88, 91, 93
146, 147, 148, 150
KTT Non Blok 70
Arifin Panigoro 130, 131, Isnaeni 90, 91
E
Korea Maritime and
Abdul Kholiq Murod 91, 93 Idayu Nyoman Rai 77 2, 144
Eddy Djunaedi 91, 93 Ocean University
Ahmad Syafi’i Ma’arif 133 9, 10, 59, 60, 61, 62, 70, 72, 75,
Eka Darmaputera 95 Istana Merdeka L
80, 107, 108, 138, 198, 199
Andi Chaerul Muis Ermaya Suradinata 148 Laksamana Sukardi 130, 131
20, 23, 91, 93 Institut Pemerintahan
Manggabarani 2, 148
Erros Djarot 122 Dalam Negeri Latief Pudjosakti 86, 90
Agresi Militer 58
Edwin Hernawan J M
B 91
Soekowati
Jawaharlal Nehru 58, 60, 70 8, 19,31, 36, 56, 58, 60, 61, 62,
Boediono 135 F 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 74,
Joko Widodo 141, 142, 151, 152, 153, 227
Bak Ho 69 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 83,
7, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61,
Fatmawati Jusuf Kalla 128, 135, 141, 142 Mega 84, 85, 86, 87, 88, 89, 91, 9a4,
Bambang Triantoro 95 64, 65, 66, 72, 75, 76,
95, 98, 100, 101, 103, 104,
Jusuf Merukh 90 106, 108, 115, 116, 122, 127,
Basofi Sudirman 90 Fatmawati Soekarno 55, 57, 58
John Fitzgerald Kennedy 71 133, 137, 140, 181, 182, 183
Bob Kennedy 72 Faisal Basri 133
Joseph Broz Tito 70 2, 4, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16,
Budiman Sudjatmiko 98 Fatimah Achmad 23, 91, 93 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
2, 9, 12, 13, 16, 18, 19, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 35, 36,
72, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, Feisal Tanjung 91, 95
29, 30, 32, 34, 35, 36, 41, 43, 38, 40, 41, 42, 44, 45, 50, 55,
Bung Karno 81, 84, 98, 128, 133, 138, Frans Seda 95 46, 50, 51, 56, 59, 60, 61, 66, b57, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65,
139, 140, 209, 213, 242, 72, 75, 77, 78, 79, 80, 82, 83, 85,
F.X. Oerip Sodjod 93 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74,
10, 55, 57, 58, 59, 60, 61, 85, 86, 91, 94, 95, 97, 98, 100, 75, 76, 78, 79, 80, 81, 82, 83,
Bu Fat Fujian Normal University 2, 150, 101, 102, 104, 106, 017, 108,
64, 66, 72, 75, 76, 91, Jakarta 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92,
111, 126, 131, 132, 133, 140, 93, 94, 95, 97, 98, 99, 100, 102,
Bu Kasur 62, 63 G 182, 183, 189, 193, 194, 195, 103, 104, 105, 106, 107, 108,
Guruh 12, 65, 75, 130 197, 198, 199, 202, 203, 209, 109, 110, 111, 112, 113, 115,
Buttu Hutapea 95
212, 213, 215, 216, 224, 227, 118, 119, 120, 121, 123, 125,
B.J. Habibie 107 7, 10, 56, 57, 59,60, 61, 232, 235, 236, 237, 238, 240,
Guntur Megawati 126, 127, 128, 129, 130, 131,
65, 66, 68, 71, 75 242, 244, 247, 248, 252, 254,
Beng Mang Reng Say 91 132, 133, 134, 135, 136, 137,
Gerry Mbatemboi 88, 90 K 138, 139, 141, 142, 143, 144,
Baguna 132, 210 145, 147, 148, 149, 150, 151,
Gunawan Satari 74 Kharis Suhud 95
Bamusi 133 152, 153, 154, 155, 156, 159,
Guntur Soekarno Putra 66, 71 Kwame Nkrumah 70 185, 186, 187, 193, 194, 196,
Badan Pembinaan 197, 198, 199, 200, 201, 202,
149 Gus Dur 30, 95, 108, 116, 117
Ideologi Pancasila Kongres Medan 21, 28, 94, 95, 105 203, 204, 206, 207, 208, 211,
C Gyan Patnaik 56 Kongres Luar Biasa 83, 95 216, 217, 218, 219, 220, 221,
223, 224, 225, 226, 227, 228,
Cholid Ghozali 133 Gamal Abdul Nasser 70 Kongres PDI V 94, 109 229, 231, 232, 236,237, 240,
Guruh Soekarnoputra 12 241, 242, 243, 245, 247, 248,
Kongres I PDI Perjuangan 122, 191
252, 253, 256, 258, 260, 262
Golkar 108, 115, 116, 129, 136, 142
BUKU MAJALAH
• Adams, Cindy. 2007. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. (Edisi Revisi: • Basri, Agus, 1993. ABRI Memberi Sinyal, Majalah Tempo No.
Hardcover). Terjemahan oleh Syamsu Hadi. Jakarta: Yayasan Bung Karno. 22 Tahun XXIII. 31 Juli. Jakarta : Halaman 28.
• Bahar, Ahmad, 1996. Biografi Politik Megawati Soekarnoputri • Metri, Donny, 1993. Babak Baru Megawati, Majalah Tempo
1993-1996. Yogyakarta: PT. Pena Cendikia. No. 43 Tahun XXIII. Jakarta: Halaman kulit muka.
• Budi (peny.), 2013. Mega The President: Biografi Seorang • Pris. 1993, Opini, Majalah Tempo No. 21 Tahun XXIII. 24 Juli. Jakarta : Halaman 13.
Presiden Mega Cahaya Bagi Negeri. Jakarta.
• Trihusodo, Putut, 1993. Siapa Menggembosi Soerjadi?, Majalah
• Nababan, Panda (peny.), 1999. Gerak dan Langkah Megawati Soekarnoputri. Jakarta. Tempo No. 21 Tahun XXIII. 24 Juli. Jakarta : Halaman 22-23.
• Samah, Kristin (peny.), 2017. Megawati Dalam Catatan Wartawan Bukan • Trihusodo, Putut, 1994. Megawati dan Sejumlah Kompromi, Majalah
Media Darling Biasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Tempo No. 44 Tahun XXIII. 1 Januari. Jakarta: Halaman 28.
• Santoso (peny.),1996. Megawati Soekarnoputri: Pantang
Surut Langkah. Jakarta: Penerbit ISAI.
TABLOID
• Sibarani, Augustin, 2001. Karikatur dan Politik. Jakarta: Institut Studi Arus
• Anis, M., 1998. Bahaya Bila Tidak Ada yang Mengendalikan. Tabloid Detak
Informasi dan Garba Budaya. Jakarta: PT. Media Lintas Inti Nusantara.
No. No. 10 Tahun Ke-1. 15 – 21 September. Jakarta: Halaman 9.
• Soekarno, Fatmawati. 2017. Fatmawati: Catatan Kecil Bersama Bung
• Anne, Melly, 1998. Megawati Soekarnoputri, Silaturahmi Sejarah. Tabloid
Karno (HC). Yogyakarta: Yayasan Bung Karno dan Media Pressindo.
Detak No. 011 Tahun Ke-1. 22 -28 September. Jakarta: Halaman 13.
• Soekarnoputri, Megawati, 1993. Bendera Sudah Saya Kibarkan! Pokok-
• Hendrajit, 1998. Menelusur Campur Tangan ABRI di PDI. Tabloid
Pokok Pikiran Megawati Soekarnoputri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Detak No. 07 Tahun Ke-1. 25-31 Agustus. Jakarta: Halaman 6.
• Sukarno, Guntur. Bung Karno Bapakku, Kawanku, Guruku. Jakarta: PT. Dela-Rohita.
• Hendrajit. 1998. PDI Pasca Kongres Bali: Jalan Menuju Partai Terbuka?.
• Sukarno, Guntur, 1981. Bung Karno & Kesayangannya. Jakarta: PT. Karya Unipress. Tabloid Detak No. 013 Tahun Ke-1. 6-12 Oktober. Jakarta: Halaman 10.
• Laksana, A.S., 1998. Mega, Amien, dan Blunder Politik. Tabloid Detak
No. 014 Tahun ke-1. 13-19 Oktober. Jakarta: Halaman 10..
• Thoriq, M., 1998. Gus Dur, Mega, Belo, Pilar Kekuatan Baru?. Tabloid
Detak No. 02 Tahun ke-1. 21-27 Juli. Jakarta: Halaman 20.
• Wardhana, Yuyun, 1998. PDI Bali. Tabloid Detak No. 013
Tahun ke-1. 13-19 Oktober. Jakarta: Halaman 12.