Anda di halaman 1dari 265

oleh : Prananda Prabowo

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / III


DAFTAR ISI
Pesan Perjuangan III 1971 78 10 Januari 1997 101 28 Maret - 2 April 2005 130
Daftar Isi IV 1972 78 20 Februari 1997 102 10 Mei 2005 131
Riwayat Hidup Megawati Maret 1973 79 22 Februari 1997 103 28 Oktober 2006 132
2
Soekarnoputri
1974 79 22 Mei 1997 104 29 Maret 2007 133
Foto Peristiwa Tahun 1947-1999 5
1975 80 10 Januari 1998 106 31 Mei 2007 133
Lini Masa Megawati
1980-an 80 Maret 1998 106 31 Januari 2008 134
Soekarnoputri dan PDI 53
Perjuangan Tahun 1947-1999 1987 81 13-15 Mei 1998 107 2009 135
23 Januari 1947 55 1992 82 21 Mei 1998 107 5-9 April 2010 137
Juli 1947 57 21 - 25 Juli 1993 83 1998 108 12-14 Desember 2011 139
Desember 1948 58 23 November 1993 84 17 Agustus 1998 108 12-14 Oktober 2012 139
Desember 1949 59 2-6 Desember 1993 85 9-10 Oktober 1998 109 6- 8 September 2013 140
Juni 1950 60 7 Desember 1993 87 14 Februari 1999 111 2014 141
23 Januari 1951 62 22-23 Desember 1993 88 7 Juni 1999-Pemilu 1999 114 19-20 September 2014 143
1952 -1956 64 30 Januari 1994 89 27 Juli 1999 116 9-12 April 2015 143
1957 66 5 Februari 1994 89 Oktober 1999 116 19 Oktober 2015 144
30 November 1957 66 20 Desember 1994 90 Lini Masa Megawati 25 Mei 2016 145
Soekarnoputri dan PDI 119
1958 68 1995 90 16 September 2017 146
Perjuangan Tahun 1999-2019
1959 - 1960 68 Juni 1996 91 27 September 2017 147
21 Oktober 1999 121
1961 70 19 Juni 1996 93 8 Maret 2018 148
27 Maret-1 April 2000 122
1963 72 20-24 Juni 1996 94 22 Maret 2018 149
23 Juli 2001 123
17 Agustus 1964 72 20 Juni 1996 94 5 November 2018 150
16 Agustus 2001 124
8 September 1965 74 1 Juli 1996 95 2019 151
29 September 2001 125
1 Oktober 1965 75 22 Juli 1996 95 Karikatur Megawati 155
Mei 2002 125
1967 75 25 Juli 1996 95 Rumah Kebagusan 179
11 Maret 2003 126
1968 76 27 Juli 1996 96 Foto Peristiwa Tahun 1999-2019 187
23 September 2003 126
1970 76 9 Agustus 1996 98 Daftar Indeks 258
Oktober 2003 127
16 Juni 1970 77 11 November 1996 100 Daftar Bacaan 260
22 April 2003 128
21 Juni 1970 77 27 November 1996 101
2004 128

IV / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Penghargaan:
I. Tanda Kehormatan Bintang
• Bintang Republik Indonesia Adipradana, 3 Februari 2001;
• Bintang Mahaputra Adipurna, 3 Februari 2001;
• Bintang Republik Indonesia Adipurna, 8 Februari 2001;
Pendidikan: • Bintang Yudha Dharma Utama, 8 Februari 2001;
• Bintang Kartika Eka Pakci Utama, 8 Februari 2001;
• SD Perguruan Cikini, Jakarta, lulus tahun 1959 • Bintang Jalasena Utama, 8 Februari 2001;
• SMP Perguruan Cikini, Jakarta, lulus tahun 1962 • Bintang Jasa Utama, 8 Februari 2001;
• SMA Perguruan Cikini, Jakarta, lulus tahun 1965 • Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama, 8 Februari 2001;
• Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, • Bintang Budaya Parama Dharma, 8 Februari 2001.
Bandung pada 1965 -1967
• Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Jakarta pada 1971 -1972 II. Doktor Kehormatan :
• Doktor Honoris Causa dari Waseda University, Tokyo,
Jepang, dalam Bidang Hukum, 29 Agustus 2001;
• Doktor Honoris Causa dari Moscow State Institute of International
Relations, Rusia, dalam Bidang Politik, 22 April 2003;
Organisasi: • Doktor Honoris Causa dari Korea Maritime and Ocean University,
Busan, Korea Selatan, dalam Bidang Politik, 19 Oktober 2015;
• Aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) sejak 1965 • Doktor Honoris Causa dari Universitas Padjadjaran Bandung,
• Anggota Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sejak 1986 dalam Bidang Politik dan Pemerintahan, 25 Mei 2016;
• Ketua Partai Demokrasi Indonesia (PDI) DPC • Doktor Honoris Causa dari Mokpo National University di Korea
Jakarta Pusat periode 1987-1992 Selatan, dalam Bidang Ekonomi Demokrasi, 16 September 2017;
• Ketua Umum DPP Partai Demokrasi • Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Padang,
dalam Bidang Politik Pendidikan, 27 September 2017;
Riwayat Hidup Indonesia (PDI) pada 1993 -1998
• Dosen Tamu pada Seskoad, Seskogab, Seskoau dan Lembaga • Doktor Honoris Causa dari Institut Pemerintahan Dalam
Megawati Soekarnoputri Pertahanan Nasional (Lemhannas) pada 1994 -1996 Negeri, dalam Bidang Politik Pemerintahan, 8 Maret 2018;
• Doktor Honoris Causa dari Fujian Normal University di China,
• Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI Perjuangan) pada 1998 – sekarang dalam Bidang Diplomasi Ekonomi, 5 November 2018.
• Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia pada 2004 – sekarang.
• Ketua Dewan Pengarah Badan Pembina Ideologi III. Penghargaan dari Lembaga Negara dan
Nama Lengkap : Diah Permata Megawati Setiawati Organisasi Kemasyarakatan Indonesia:
Soekarnoputri Pancasila pada 2017 – sekarang.
• Penganugrahan Brevet Hiu Kencana, TNI
Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 23 Januari 1947 Angkatan Laut Republik Indonesia, 2003;
• Alumni Kehormatan Lemhanas, 9 Juli 2001;
Alamat : Jl. Teuku Umar No. 27, Menteng, • Penghargaan lifetime achievement bidang birokrasi
Jakarta Pusat, Indonesia Politik: dari Tahir Foundation, 14 Oktober 2014.

Jenis Kelamin : Perempuan IV. Penghargaan Internasional :


• Anggota DPR RI pada 1987-1992, 1992-1997, 1999
• Wakil Presiden Republik Indonesia (20 Oktober 1999 - 23 Juli 2001) • Anugrah Priyadarshni dari Akademi Priyadarshni,
Agama : Islam Mumbay, India, 19 September 1998;
• Presiden Republik Indonesia ke-5 (23 Juli 2001 - 20 Oktober 2004)
Pekerjaan : Ketua Umum Partai Demokrasi • Penghargaan internasional sebagai Top 8 most powerful
Indonesia Perjuangan women in the world versi Majalah Forbes, 2004;
• Anugrah Children’s Fund, Children’s Hunger Fund,
California, Amerika Serikat, 12 Maret 2006;
• Penghargaan lifetime achievement bidang politik,
pada sidang ke-6, Sidang Umum ICAPP, Phnom
Penh, Kamboja, 1 - 4 Desember 2010.

2 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 3
Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 5


Megawati Soekarnoputri sedang memperhatikan Bung Karno
beramah tamah dengan rakyat yang dicintainya di atas Kereta
Api Luar Biasa di Blitar, Jawa Timur pada tahun 50-an.

6 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Presiden Soekarno dan keluarganya, 1952.
Dari kiri ke kanan Guntur, Soekarno, Rachmawati, Fatmawati, Megawati, dan Sukmawati.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 7


Megawati Soekarnoputri magang menjadi Paskibraka pada
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1955.

Ega panggilan sayang orang tua


kepada Megawati semasa kecil.

8 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Seokarnoputri menyerahkan karangan bunga
kepada Ketua Presidium Uni Soviet Kliment Voroshilov
di Istana Merdeka, Jakarta pada tahun 1957.

Sejak kecil diajarkan menyambut tamu negara.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 9


Megawati mendampingi Bung Karno menyambut Putri Michiko,
istri Pangeran Akihito dari Jepang, di Istana Merdeka, 1962.

Megawati bersama, Pak Hatta,


Guntur, Bu Fat, dan Bu Rahmi, (Mas
Tok) Guntur pada tahun1965.

Megawati mendampingi Bung


Karno menyambut Perdana Menteri
Uni Soviet Nikita Khrushchev

Megawati berbincang-bincang dengan Putri Michiko, istri


Pangeran Akihito dari Jepang, di Istana Merdeka, 1962.

10 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri mendampingi Bung Karno saat ketua Republik Rakyat Tiongkok,
Liu Shaoqi, dan istrinya Wang Guangmei mengunjungi Kebun Raya Bogor pada tahun 1963.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 11


Megawati saat Mapram di Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, Jakarta.

Megawati Soekarnoputri bersama Guruh Soekarno Putra. Keduanya


masuk Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada tahun 1980-an.

12 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri pada kampanye PDI di Jakarta, 1987.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 13


Megawati Soekarnoputri usai membacakan
teks Pancasila pada HUT ke-15 PDI di Gedung
Gelora Manahan, Solo, Jawa Tengah, 1988.

14 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati saat berkampanye Pemilu 1992.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 15


Megawati Soekarnoputri seusai mengikuti Sidang
Umum MPR di Gedung MPR/DPR, Jakarta, 1993.

16 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati menjadi jurubicara
delegasi Indonesia dalam
Konferensi memperingati 100
tahun Inter Parliamentary Union
(IPU) di London, 1989.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 17


Megawati bersama empat puluh wartawan
dalam dan luar negeri di Kebagusan,
Jakarta Selatan, September 1993.

18 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri pada acara
pertemuan DPC PDI se-DKI Jakarta di
kantor DPD PDI DKI Jakarta, 1993.

Megawati Soekarnoputri bersama Budi Hardjono, kandidat ketua Megawati bersalaman dengan Alex Asmasoebrata, Ketua DPD Partai Demokrasi Indonesia
umum yang didukung pemerintah di KLB PDI Surabaya, pada acara (PDI) Jakarta, pada acara pertemuan DPC se-DKI Jakarta di kantor DPD PDI Jakarta, 1993.
pembukaan Kongres IV PDI di Tiara Competition, Medan, 1993. Alex Asmasoebrata berbalik memberi angin ke Mega karena melihat dukungan arus bawah.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 19


Megawati Soekarnoputri bersama Andi
Chaerul Muis Manggabarani, dan
Nurmasita saat pendaftaran peserta KLB
PDI di Surabaya, 1993. Keduanya kelak
berkhianat kepada PDI pimpinan Megawati.

Megawati memberikan pandangan


dalam KLB PDI, Surabaya,1993.

20 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri diapit Sidik Singadekane (baju hitam dan berkacamata)
saat keluar dari lokasi KLB PDI di Surabaya, Desember 1993.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 21


Megawati dan Mendagri Yogie Suardi Memet berbicara empat mata sekitar satu
jam, pada Senin, 13 Desember 1993. Usai pertemuan Mendagri Yogie S. Memet
mengatakan kemungkinkan besar, Megawati bisa menjadi Ketua Umum PDI.

22 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati bersama Pangdam Jaya
Mayjen Hendropriyono dan Ketua
DPD PDI Jakarta Alex Asmasoebrata
menjelang Munas PDI di Jakarta, 1993.

Ketua Umum Megawati Soekarnoputri


dan Sekjen PDI Alex Litaay terpilih
dalam Munas PDI, Jakarta,1993.

Pelantikan pengurus DPP PDI hasil Munas Jakarta, 1993.


Kemudian hari pada tahun 1996, 16 orang pengurus
DPP tersebut mengkhianati Megawati, diantaranya
Fatimah Achmad, Ismunandar, Ratih Ratna Purnami,
Andi Chaerul Muis Manggabarani, dan lain-lain.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 23


Megawati diwawancarai media massa usai Munas PDI di Jakarta, 1993.

24 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Sepanjang tahun 1994-1995, Megawati
melakukan konsolidasi ke seluruh
daerah membenahi dan menata PDI.

Megawati selaku Ketua Umum DPP PDI diterima


oleh Presiden Soeharto di Bina Graha.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 25


Megawati Soekarnoputri menghadiri Mimbar Demokrasi di
markas PDI di Jalan Diponegoro, Kamis, 20 Juni 1996.

26 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri orasi di Mimbar Demokrasi, Kamis, 20 Juni 1996.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 27


Mimbar bebas menolak Kongres Medan di kantor DPP PDI. Ribuan warga PDI Pro Mega melakukan long march menolak Kongres Medan, 20 Juli 1996.

DPP PDI menolak Kongres Medan. Berbagai spanduk penolakan Kongres Medan.

28 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Polisi berjaga-jaga di depan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro,
Jakarta Pusat, setelah diserbu pada peristiwa 27 Juli 1996.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 29


Ketua PBNU KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (kanan) bersama
Ketua Umum PDI, Megawati Soekarnoputri pada peluncuran Kaset
Demokrasi Gus Dur di Hotel Acacia, Jakarta, 25 Februari 1997.

30 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati di acara halalbihalal di markas DPD PDI Pro
Mega Jawa Timur, Jl. Pandegiling No 223, Surabaya. Turun
dari mimbar, Mega diberi sebuah kenang-kenangan dari
salah seorang pelukis berupa lukisan diri Megawati.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 31


Megawati Soekarnoputri melambaikan tangan kepada Megawati Soekarnoputri bersaksi di pengadilan,
para pendukungnya usai diperiksa polisi di Markas Besar Jakarta, 11 November 1996.
Kepolisian RI di Jakarta Selatan, 3 Maret 1997.

32 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Repro BBC-Eric Prasetya

Aksi mahasiswa menentang Soeharto, pada tahun 1998.

Harian Kompas memberitakan respon


Soeharto atas aksi massa dan mahasiswa.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 33


Megawati Soekarnoputri diwawancarai oleh koresponden Majalah
Time di ruang tamu rumah Kebagusan, Jakarta, 1 Agustus 1996.

34 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati berbincang bersama Ali Sadikin di
kediamannya, Kebagusan, Jakarta tahun 1997.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 35


Megawati Soekarnoputri menjadi pembicara dalam peringatan Hari Lahir Pancasila
1 Juni yang diselenggarakan oleh YAPETA di Gedung Pancasila, Jakarta, 1998.
Mega menyerukan agar segala bentuk hujatan terhadap Soeharto dihentikan, bila
bangsa Indonesia ingin menempatkan dirinya sebagai bangsa yang beradab.

Suasana Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni di DPD PDI Pro Mega, Surabaya.

36 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati konsolidasi dengan struktur PDI Pro Mega dan
pendukungnya di Surabaya, Jawa Timur tahun 1998.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 37


Suasana sidang Kongres V PDI di
Bali, 1998. Memutuskan mengubah
logo Banteng dengan garis segilima
menjadi Banteng mulut putih
di dalam lingkaran (bulat).

Kongres V PDI memutuskan Megawati


sebagai Ketua Umum sekaligus
menambahkan nama partai dengan
kata “Perjuangan” di belakang PDI.

38 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 39
Megawati dalam acara pelantikan anggota purnawirawan TNI/Polri dan pengusaha
di kantor DPP PDI Perjuangan, Jl. Lenteng Agung, pada tahun 1998. Tampak di
belakang Megawati, Roy BB Janis yang dipecat pada kemudian hari karena menolak
hasil Kongres II PDI Perjuangan tahun 2005 dan mendirikan partai baru.

40 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersama
Sekjen Alexander Litaay pada acara deklarasi PDI Perjuangan
di Stadion Utama Senayan Jakarta, 14 Februari 1999.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 41


42 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
Suasana deklarasi PDI Perjuangan di Stadion Utama
Senayan Jakarta, 14 Februari 1999.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 43


44 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
Konsolidasi PDI Perjuangan di Jawa Timur tahun 1998.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 45


Megawati Soekarnoputri saat Kampanye PDI
Perjuangan di Kemayoran Jakarta tahun 1999.

46 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 47
48 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 49
Pendukung PDI Perjuangan saat kampanye Pemilu
1999 di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.

50 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri dan Taufiq Kiemas
memberikan hak pilih pada Pemilu 1999 di TPS 18
Kebagusan, Jakarta Selatan pada 7 Juni 1999.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 51


Bendera Sudah Saya Kibarkan.
Saya pantang surut. Biarpun
saya tinggal sendiri, bendera
itu tidak akan saya turunkan.
Megawati Soekarnoputri, November 1993.
Lini Masa
Megawati Soekarnoputri
dan PDI Perjuangan
Tahun 1947-1999
Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 53
23 Januari 1947
Ibu Fatmawati Soekarno menggendong
Megawati Soekarnoputri, 1947.
Megawati Soekarnoputri dilahirkan pada tanggal 23 Januari 1947 di Gedung
Agung, Yogyakarta. Bertepatan dengan beduk tanda azan magrib, seorang bayi
perempuan lahir. Suara tangisnya terdengar nyaring di tengah gemuruh hujan.
Anehnya, tak lama kemudian hujanpun reda. Setelah hujan reda, dari lubang
yang menganga di atas kamar itu tampak langit tertutup mega tebal. Melihat
fenomena alam yang aneh tersebut, Bung Karno kemudian memberi nama bayi
yang baru saja dilahirkan itu Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri.

Keluarga Soekarno bersukacita menyambut kelahiran putri pertamanya,


Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 55


Demikian Bung Karno menggambarkan kisah kelahiran putri pertamanya,
Megawati Soekarnoputri, di Yogyakarta, sebagaimana tertulis di dalam buku
Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat.

Kelahiran Megawati didahului sejumlah pertanda. Beberapa malam sebelum


melahirkan, Fatmawati bermimpi bertemu dengan mendiang mertuanya, R. Soekemi
Sosrodihardjo. Dalam mimpi itu, ayah Bung Karno yang telah wafat di Jakarta bulan
Mei 1945 ini, sepertinya datang ke Gedung Agung dan memberi sekuntum kembang
sepatu merah.

Mega dipangku Gyan Patnaik, istri Bijayananda Patnaik, lebih dikenal dengan Biju
Patnaik. Patnaik adalah pilot sekaligus pengusaha maskapai penerbangan Kalinga
Air India yang bersimpati pada perjuangan kemerdekaan Indonesia, Juli 1947.


Aku takkan melupakan peristiwa pada malam tanggal 23
Januari itu. Di malam itu guntur seperti hendak membelah
angkasa. Istriku terbaring di kamar tidur yang telah
disediakan oleh rumah sakit. Tiba-tiba lampu padam,
atap di atas kamar runtuh, mega yang gelap dan berat
melepaskan bebannya dan air hujan mengalir ke dalam
kamar seperti sungai. Dokter dan juru rawat-juru rawat
mengangkat Fatmawati ke kamar tidurnya sendiri. Dia
basah kuyup seperti juga perkakas dokter, kain sprei,
pendeknya semua. Di dalam kegelapan dengan cahaya pelita
lahirlah putri kami. Kami menamakannya Megawati.
Bung Karno

56 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Juli 1947

Megawati lahir di tengah-tengah perjuangan bangsa


Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Suasana

Nampak bagiku, anak-anakku
politik pertengahan Juli 1947 penuh dengan dalam usia satu tahun harus
ketidakpastian, sekalipun perjanjian Linggarjati mengalami kehidupan dalam tempat
antara Indonesia dan Belanda telah ditandatangani, pelarian dan persembunyian,”
berbagai manuver terus dilakukan oleh Belanda
Bung Karno sambil menatap wajah Guntur
untuk merongrong kedaulatan Indonesia. dan Megawati yang sedang tidur

Melihat situasi itu, Bung Karno dan keluarga


diungsikan ke beberapa tempat di Yogyakarta.
Setelah tinggal di pengungsian selama beberapa
hari, agaknya tentara Belanda sudah mengetahui
tempat persembunyian itu. Sebab pesawat terbang
Belanda sering berputar-putar di atas rumah
tersebut. Untuk menjaga keselamatan presiden dan
keluarga diungsikan keluar Yogyakarta ke Madiun,
Desa Kandangan, daerah perkebunan kopi yang
hawanya dingin dan jauh dari keramaian. Bagi Bung
Karno pengungsian seperti itu bukan hal baru.
Tapi yang membuat Bung Karno sedih, mengapa
Megawati juga harus merasakan penderitaan itu.

Setelah situasi berangsur-angsur aman, Bung Karno


beserta keluarga kembali ke Yogyakarta, dan tinggal
di Gedung Agung.

Ibu Fatmawati Soekarno menggendong


Megawati Soekarnoputri, 1947.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 57


Desember 1948

Perjuangan kemerdekaan Indonesia sejak awal Beberapa hari kemudian Bung Karno bersama Agus


mendapat simpati dari berbagai negara di dunia Salim dan Sutan Sjahrir diasingkan ke Brastagi dan
internasional, salah satunya dari Perdana Menteri Prapat, Sumatera Utara. Sedangkan Bung Hatta dan
India, Jawaharlal Nehru. Sabtu malam, 18 Desember pemimpin lainnya dibuang ke Bangka. Para tawanan
Rumah kami sering menjadi
1948, Bung Karno berkemas untuk berangkat ke India yang ada di Gedung Agung kemudian diusir dari
sasaran peluru,
dengan pesawat. Tidak ada isyarat atau laporan dari istana kepresidenan. Pengusiran itu mengejutkan
pihak tentara akan ada sesuatu ancaman terhadap Fatmawati yang tidak memiliki rumah di kota tulis Fatmawati dalam Fatmawati Catatan
Kecil Bersama Bung Karno.
pemerintah RI. Juga tidak ada firasat dari Bung Karno ini. Berkat bantuan para pejabat Republik, Bu Fat
maupun Bu Fatmawati. Hanya siangnya, Megawati mendapat sebuah rumah di jalan Batanawarsa 30A.
menunjukkan sikap yang aneh. Mega menari-nari Rumah di pinggir Kali Code yang keadaannya sangat
di depan kedua orangtuanya, setelah selesai duduk tidak terawat karena lama ditinggalkan pemiliknya.
dan menyembah Bung Karno. Semula Bu Fatmawati
menganggap hal tersebut kejadian biasa, baru
Megawati kecil hidup selama enam bulan di pinggir
kemudian menyadari itu merupakan suatu pertanda.
Kali Code. Desing peluru menjadi santapan setiap
Keesokan hari, sebelum matahari terbit, terdengar malam. Tentara Belanda juga selalu mengawasi rumah
suara pesawat terbang di atas kota Yogyakarta. itu karena sering dikunjungi pengawal proklamator
Ternyata pesawat terbang itu bukan pesawat dari yang menjadi gerilyawan.
India, yang dikirim Nehru untuk menjemput Bung
Agresi Militer Belanda II dikecam dunia internasional
Karno. Tetapi pesawat Belanda yang menyerbu
dan mendapatkan perlawanan tentara serta rakyat
Yogyakarta, ibukota Republik Indonesia. Hal itu
Indonesia. Belanda akhirnya mengakui kedaulatan
disadari, setelah pesawat menjatuhkan bom-
Republik Indonesia dalam suatu Konferensi Meja
bom di berbagai pelosok Yogyakarta. Hari itu juga
Bundar di Den Haag tahun 1949, Bung Karno dan
Yogyakarta diduduki pasukan Belanda. Bung Karno,
seluruh jajaran kembali ke Yogyakarta.
Bung Hatta dan para pemimpin republik lainnya
ditangkap oleh tentara Belanda. Mereka beserta
keluarga ditahan di Gedung Agung.

Megawati Soekarnoputri digendong Ibu Fatmawati


Soekarno, tampak Bung Karno sedang berbicara dengan
Ny. Husein Sastranegara, Yogyakarta, 1948.

58 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Desember 1949

28 Desember 1949, Bung Karno dan keluarga pindah


ke Jakarta. Hari pertama di Jakarta, Bung Karno
dan Bu Fatmawati hampir tidak dapat beristirahat.
Para tamu tak henti-hentinya datang untuk
menyampaikan selamat pada keduanya.

Malamnya, dilangsungkan silaturahmi di Istana


Merdeka. Semula akan dilakukan secara sederhana,
tetapi ternyata menjadi malam silaturahmi yang
terbesar dan teramai yang pernah terjadi di
Indonesia. Bukan hanya dari korps diplomatik dalam
dan luar negeri, pembesar-pembesar tinggi dalam
dan luar negeri atau wakil-wakil resmi dari beberapa
pemerintah dan partai yang hadir, juga dari setiap
organisasi golongan dan lapisan masyarakat datang
untuk menunjukkan muka dan bersalaman dengan
Presiden dan Ibu Negara. Yang hadir ditaksir
sekurang-kurangnya ada 6.000 orang.

Bagi Guntur dan Megawati tinggal di Jakarta


merupakan pengalaman baru.

Keluarga Bung Karno tiba di Istana


Merdeka, 29 Desember 1949.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 59


Juni 1950

Setelah pengakuan kedaulatan pada 27 Desember 1949, istana yang Mereka yang berkunjung ke istana kepresidenan sering melihat Bung Karno, Bu Fatmawati
sebelumnya menjadi kediaman gubernur jenderal Belanda itu diberi beserta Guntur dan Megawati pada hari-hari senggang bercengkerama di hamparan rumput
nama Istana Merdeka, dalam kondisi tidak terawat. Kemudian, Bung di bawah pohon-pohon rindang Istana. Keadaan di situ memang sejuk, berlawanan dengan
Karno melakukan perombakan agar istana lebih layak, artistik dan udara Jakarta yang panas menyengat.
mencerminkan budaya Indonesia. Setelah melakukan sejumlah
Bung Karno berpandangan, sekalipun tinggal di istana, putra-putri mereka tidak boleh
perombakan, akhimya Bung Karno merasa cocok tinggal di Istana
terpisah dari rakyat. Juga mereka tidak boleh canggung bergaul dengan kalangan rakyat
Merdeka. Bahkan istana itu juga cukup dikagumi para tamu negara.
bawah, yang hidupnya sederhana. Guntur dan Mega dibiasakan bermain dengan anak
Perdana Menteri India Nehru yang berkunjung ke Indonesia pada Juni
tukang kebun, tukang cuci atau tukang masak. Waktu itu di kompleks Istana Negara telah
1950, menyatakan pujiannya pada istana kepresidenan itu.
banyak anak-anak kecil, yaitu anggota keluarga dari para pegawai istana.

Mega berdiri di depan Bu Fat bersama


Bung Karno dan Perdana Menteri
Beberapa orang membawa koleksi lukisan para pembesar Belanda dari Istana Merdeka. India, Jawaharlal Nehru yang
Bung Karno mengganti dengan koleksi lukisan karya pelukis Indonesia dan mancanegara. berkunjung ke Indonesia, 1950.

60 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Bung Karno dan Bu Fatmawati tak pernah lupa
memikirkan pendidikan Guntur dan Megawati. Mega
yang masih balita itu memang belum saatnya masuk
sekolah. Tapi tidak mungkin mereka hanya bermain-
main. Mereka perlu mengikuti kegiatan pra sekolah,
yang waktu itu belum banyak dibuka di Jakarta.

Karena itu Bung Karno memiliki gagasan untuk


membuka Taman Kanak-kanak di lingkungan
istana. Kebetulan di tengah taman antara Istana
Merdeka dan Istana Negara terdapat gazebo yang
tidak dipakai. Bangunan itu dulu suka dipakai untuk
tempat pemain musik, bila pesta kebun di istana.
Untuk murid-muridnya selain putra-putri presiden
adalah anak-anak pegawai di lingkungan istana, dari
yang pangkatnya tinggi sampai yang rendah.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 61


23 Januari 1951

Keakraban Megawati dengan anak-anak kalangan


bawah tampak pada saat ia merayakan ulang tahun.
Pada tanggal 23 Januari 1951 puluhan anak-anak
kecil memasuki Istana Merdeka. Hari itu Megawati
merayakan ulang tahunnya yang ke-4. Istana
Merdeka yang pada hari-hari biasa terkesan lengang,
menjadi riuh-rendah oleh teriakan anak-anak kecil
yang saling bercanda dan kejar-kejaran.

Beberapa dari bocah-bocah yang diundang itu


memang berasal dari keluarga terpandang. Ada
Meutia Farida, putri Wakil Presiden Hatta. Tampak
juga seorang anak dari diplomat (Charge d’affair)
Kedutaan Philipina. Ia diundang, karena Megawati
dalam waktu dekat akan mengikuti ayahnya
berkunjung ke Filipina, tapi undangan lainnya
adalah anak-anak dari pegawai kecil di lingkungan
istana.

Pada tahun-tahun berikutnya, pesta ulang tahun


Mega lebih meriah karena melibatkan Pak dan
Bu Kasur, tokoh pendidikan yang dikenal dengan
acaranya untuk anak-anak di depan corong RRI.
Tetapi yang diundang tidak berubah, pada umumnya
teman main Mega dari masyarakat bawah.

Mega foto bersama teman-temannya belajar di


Taman Kanak-Kanak Istana dan tamu lainnya dalam
acara perayaan HUT ke-7, 23 Januari 1954.

62 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-7, 23 Januari
1954. Tampak Pak Kasur dan Ibu Kasur turut memeriahkan HUT tersebut.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 63


1952 -1956

Sebagai orang yang berjiwa seni, Bung Karno


menyenangi seni tari dan seni suara. Ia
mendorong perkembangan seni tradisional.
Caranya dengan mengarahkan putra-putrinya
agar menguasai kesenian nasional.

Hampir setiap sore di salah satu ruangan Istana


Kepresidenan berlangsung latihan tari-menari.
Karena banyaknya ragam tari daerah, maka
jadwal latihan tari daerah itu dilakukan secara
bergantian. Hari Senin, misalnya, berlangsung
latihan tari Jawa, hari berikutnya tari Bali, dan
kemudian tari Sunda. Begitu bergantian. Setiap
jenis tari itu memiliki guru tari sendiri-sendiri.
Dalam hal seni, adik-adiknya yang menyukai
tari topeng, sementara Megawati lebih suka
menari Serimpi, yang terkesan feminin.

Di waktu senggang, Bung Karno maupun


Bu Fatmawati juga sering tampak menabuh
gamelan. Sebuah pemandangan menarik,
karena seluruh keluarga presiden memainkan
gamelan untuk mengiringi salah seorang
anggota keluarga yang sedang menari.

64 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Soekarno beserta keluarga, pada tahun 1954. Dari kiri-kanan:
Megawati, Rachmawati, Bung Karno, Guntur, Fatmawati, Guruh, dan Sukmawati.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 65


1957 30 November 1957

Di tahun ini, adalah hari-hari pertama Megawati


masuk sekolah umum, yaitu Sekolah Perguruan

Cinta saya kepada anak-anak
Yayasan Perguruan Cikini mengadakan bazar untuk
memeriahkan perayaan ulang tahunnya yang
Cikini, hal ini cukup membuat Bu Fatmawati risau. semua sama. Tapi kepada Ega ke-15. Bung Karno, sebagai orangtua murid juga
Sebab Bu Fat ingin Mega tetap belajar di lingkungan (panggilan Megawati kecil), diundang hadir.
Istana. Tapi, Mega justru menunjukkan rasa percaya saya punya perasaan lain. Seusai menghadiri acara, sesaat sebelum presiden
diri yang besar. Tidak seperti umumnya anak yang
Bung Karno masuk mobil, seperti biasa seorang pengawal
pertama kali masuk sekolah, Mega dengan cepat
berteriak memberi perintah, “Hormaaat….!” Saat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
itulah terdengar ledakan keras. Semula banyak orang
Meski putri presiden, Mega tidak ingin diistimewakan.
mengira itu suara knalpot atau ban yang meletus.
Mega belajar dengan rajin dan tekun. Hasilnya sangat
membanggakan. Nilai yang diperolehnya selalu Megawati yang sedang asyik menjaga stan bazar
bagus, dan tidak pernah sekalipun tinggal kelas. semula tidak menyadari peristiwa tersebut. Mega
Tahun ajaran 1957 Megawati naik ke kelas 4. yang berada di lantai dua bersama temannya, Indria
Winuri, turun ke bawah memenuhi ajakan Iwan
Meskipun sepanjang hari disibukkan oleh tugas-
untuk melihat Bung Karno yang akan meninggalkan
tugas kenegaraan, Bung Karno tidak melupakan
sekolah. Tinggal dua undakan lagi, keduanya sampai
masalah pendidikan putra-putrinya. Sebagai orang
di lantai dasar. Terdengar ledakan kedua, disertai
tua ia selalu memberi nasehat pada putra-putrinya,
erangan orang-orang yang kesakitan.
paling tidak setiap melepas mereka berangkat
sekolah, makan siang bersama dan di waktu malam Mega melihat Iwan roboh jatuh ke tanah. Jerit tangis
mencoba membantu mereka menyelesaikan anak-anak yang luka atau mencari orangtuanya
pekerjaan rumah. membuat Mega lari ke arah belakang sekolah
mengikuti anak-anak yang lain. Syamsu Bachtiar,
guru olahraga, menarik Mega dan Indria. Ia
menggendong keduanya, dan membawa ke sebuah
ruangan. Syamsu menyembunyikan keduanya di
Megawati bersama sang kakak, Guntur Soekarno Putra.
lemari buku dengan pesan terus bersembunyi sampai
ada suara yang mereka kenal datang menjemput.
Sepuluh menit kemudian guru olahraga itu datang
kembali, dan membawa mereka menemui Bu Dahlia,
orang tua Indria.
Sekolah Rakyat Perguruan Cikini, Jakarta.

66 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Beberapa orang yang mengawal Mega juga mencari keberadaannya. Para pengawal
melihat Mega bersama Dahlia, Ibunda Indria. Dahlia bertanya kepada Mega ikut
pulang bersama dirinya beserta Indria, atau ikut para pengawal. Akhirnya Mega
memilih pulang ke rumah Indria bersama Dahlia.

Selama di rumah Indria, Mega terus bertanya keberadaan bapaknya kepada Bu


Dahlia. Namun Dahlia tak mampu memberikan jawaban. Indria melihat Mega
terus berdoa berharap Allah Yang Maha Kuasa menyelamatkan Bung Karno. Saat
dipastikan Bung Karno sudah kembali ke Istana. Mega diantar pulang oleh para
pengawal.

Bung Karno selamat dari ledakan granat yang dilemparkan para teroris. Granat-
granat itu dilemparkan dari jarak dekat. Begitu menyadari ada ledakan granat,
Inspektur Sudijo yang bertugas mengawal langsung mendorong Bung Karno
tiarap dan menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Kemudian setelah enam
ledakan granat itu reda, Bung Karno ditariknya masuk ke rumah seorang asing, di
seberang sekolah.

Peristiwa pelemparan granat di Perguruan Cikini yang dikenal dengan sebutan


“Peristiwa Cikini” itu menewaskan delapan orang dan menyebabkan puluhan
lainnya cedera.


Saya tidak terlupa karena korbannya dari kawan saya
ada 100-an orang, baik meninggal, luka parah, atau
luka kecil. Ada beberapa yang cacat seumur hidup
kenang Megawati, puluhan tahun kemudian.

Megawati saat menjadi panitia sekaligus penjaga stan


dalam perayaan ke-15 tahun Yayasan Perguruan Cikini.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 67


1958 1959 - 1960

Suatu ketika pada saat Megawati masih Bung Karno terkejut menghadapi pertanyaan Sewaktu kelas enam di Sekolah Rakyat, pertama kali Megawati
di Perguruan Cikini, Bung Karno terlibat Megawati, karena tidak semua orang mengetahui memakai kain dan kebaya, usianya baru dua belas tahun.
diskusi dengan Guntur mengenai semboyan berbahasa Sansekerta itu. Hal itu Waktu itu Mega dan saudara-saudaranya diajak Bung Karno
filsafat. Tiba-tiba Megawati yang baru memperkuat pengamatannya, bahwa Megawati menyambut Presiden Vietnam Utara, Ho Chi Minh. Mega yang
berusia 11 tahun menyela, memang berbeda dari anak-anaknya yang lain. berpakaian rapi dan bersepatu kaget melihat tamu negara yang
Akhirnya Bung Karno berkata: dipanggil dengan sapaan Bak (Paman) Ho justru datang hanya

” ”
mengenakan sandal.

Pak, kalau Dharma eva halo Pinter kau! Dengar dari mana semboyan
hanti itu apa artinya, ya? itu? Itu artinya, bersatu karena kita kuat,
kita kuat karena bersatu.

Megawati Soekarnoputri beserta adik-adiknya menyambut


Pemimpin Revolusi Vietnam Ho Chi Minh.

Bung Karno, Guntur, dan Megawati saat menikmati roti di meja makan.

68 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Mega bertanya kepada ayahnya: “Kenapa Bak Ho (Ho Chi Minh)
memakai sandal?” tanya Mega. “Apa nggak punya sepatu ya?”
sambung Mega. Mendengar pertanyaan Mega, Bung Karno
meminta putrinya tersebut tidak bicara keras-keras dan berjanji
akan menjelaskan setelah pertemuan. Namun, Mega meminta
ayahnya membelikan sepatu untuk Ho Chi Minh. Akhirnya Bung
Karno pun menceritakan kebingungan putrinya kepada Ho Chi
Minh. Bak Ho langsung mendatangi Mega dan memeluknya
sambil tersenyum. “Nanti kalau Vietnam sudah menang kamu
kirim sepatu buat saya,” kata Bak Ho kenang Mega beberapa
tahun kemudian.

Setelah meningkat dewasa, Megawati secara tidak resmi


mendapat tugas mendampingi Bung Karno dalam acara-acara
resmi kenegaraan, di antaranya menyambut tamu negara. Dengan
mengenakan pakaian nasional, kain dan kebaya serta bersanggul,
Mega harus berdiri berjam-jam di samping Bung Karno.

Bung Karno juga mempunyai kebiasan menerima tamu-tamu


tidak secara resmi, seperti pada acara minum kopi setiap pagi di
beranda istana. Atau di meja makan, saat bersama-sama makan
siang. Setelah para tamu pulang, Bung Karno mengajak Megawati
berdiskusi tentang berbagai hal yang dibicarakan dengan tamu-
tamu. Bahkan, jika ada peristiwa nasional atau internasional yang
menyita perhatian masyarakat, Bung Karno sering membawa hal
itu dalam perbincangan dengan Megawati.

Megawati Soekarnoputri menari lenzo bersama Bung Karno.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 69


1961

Selain diminta mendampingi Bung Karno dalam


acara resmi di Istana Merdeka, Mega juga sering
diajak Bung Karno menemaninya ke pertemuan-
pertemuan Internasional. Misalnya ke KTT Non-
Blok di Beograd tahun 1961. Mega menjadi delegasi
termuda dalam konferensi tersebut. Mega yang
masih sangat muda berumur 14 tahun tak terlihat
canggung membaur dengan para pemimpin dunia
lainnya. Di antaranya Presiden Yugoslavia Joseph
Broz Tito, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru,
Raja Kamboja Pangeran Norodom Sihanouk,
Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser dan Presiden
Ghana Kwame Nkrumah.

Megawati Soekarnoputri delegasi termuda (14 tahun) pada Konferensi


Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok I di Beograd, Yugoslavia 1961.

70 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Dan ketika Bung Karno dipilih sebagai utusan untuk
menyampaikan keputusan negara-negara Non-Blok
kepada Presiden John Fitzgerald Kennedy, Mega
dibawanya serta. Secara khusus Mega diperkenalkan
kepada presiden terkemuka AS itu. Bahkan Kennedy
kemudian mengundang Mega bersama Guntur untuk
jamuan makan siang di Gedung Putih. Di mata Mega,
Presiden Kennedy memang seorang yang menarik
dan berwibawa.

Megawati Soekarnoputri bersama Guntur Soekarno Putra Megawati Soekarnoputri bersalaman dengan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy,
mendampingi Bung Karno disambut Dubes Indonesia Untuk di Pangkalan AU Andrews, Maryland, Amerika Serikat, pada tanggal 12 September 1961.
Amerika Serikat Sukarjo Wirjopranoto di Bandara Internasional
New York, tahun 1961.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 71


1963 17 Agustus 1964

Dari semua tamu negara yang pernah datang di Megawati terpilih sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), yang bertugas mengibarkan
Jakarta, yang selalu dikenang Megawati adalah bendera pusaka di tiang depan Istana Merdeka. Meski anak presiden, Megawati harus mengikuti latihan berat
Bob Kennedy, adik Presiden Amerika Serikat John seperti anggota-anggota Paskibraka yang berasal dari setiap provinsi. Sang pelatih, Oding Suhendar, yang
Kennedy. Bob yang diutus kakaknya menemui Bung dahulunya adalah pengawal presiden, tidak membedakannya dari anggota Paskibraka yang lain. Dengan tekad
Karno dalam upaya penyelesaian masalah Irian yang kuat, akhirnya Megawati berhasil melampaui latihan-latihan berat itu.
Barat, tidak hanya gagah dan simpatik tetapi juga
Dalam foto-foto yang tersimpan mengenai upacara ulang tahun proklamasi tanggal 17 Agustus 1964, tampak
penuh atensi. Sayang, Bob akhirnya menjadi korban
Megawati yang rambutnya dikepang sampai ke lutut, dengan khidmat mengibarkan bendera pusaka yang
pembunuhan politik di Amerika. Kenangan Mega
dijahit oleh ibundanya, Bu Fatmawati.
pada Bob tak bisa dihapuskan, karena Mega memiliki
dompet souvenir dari Bob yang disimpannya dengan
baik-baik sejak tahun 1963.

Seperti halnya Bung Karno, Megawati juga menyukai


membaca. Namun Bung Karno terbiasa membaca
lima buku sekaligus. Selain di kamar tidur, di toilet
ada satu meja dengan empat tingkatan tingkatan
laci, pada laci tingkatan pertama, disebut menjadi
tempat penyimpanan buku Bung Karno yang sudah
dibaca. Sementara tingkatan kedua dan seterusnya
merupakan buku-buku yang belum dibaca. Bung
Karno disebut selalu memberikan catatan-catatan
koreksi ketika membaca buku-buku tersebut.

Pernah suatu kali Mega mengambil salah satu dan


tak mengembalikan. Bung Karno menyetrapnya
karena Mega lupa pada halaman berapa buku itu
sedang terbuka.

Megawati Soekarnoputri saat menjadi anggota Pasukan


Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pada upacara Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1964 di Istana Merdeka, Jakarta.

72 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 73
8 September 1965

Bulan Juli 1965 Megawati tamat dari SMA Perguruan Cikini. Mega sebenarnya
tertarik menekuni ilmu psikologi. Namun Bung Karno memintanya kuliah
pertanian, karena rakyat Indonesia membutuhkan tenaga ahli bidang itu.

Megawati mendaftarkan diri ke Fakultas Pertanian, Univesitas Padjajaran,


Bandung. Seperti calon mahasiswa lainnya, tidak ada perlakuan khusus bagi
seorang putri presiden sekalipun. Berlangsung upacara pembukaan Masa
Prabakti Mahasiswa (Mapram) Fakultas Pertanian Unpad di halaman kampus
Jalan Maulana Yusuf, Bandung pada 8 September 1965. Pada acara itu Dekan
Fakultas Pertanian, Prof. Ir. Gunawan Satari, memasangkan atribut kepada
mahasiswa baru yang menjadi “bintang”nya. Siapa lagi kalau bukan Megawati
Soekarnoputri. Peristiwa ini merupakan berita menarik bagi penduduk
Bandung, dan esoknya foto Megawati yang sedang menjalani Mapram,
menghiasi halaman depan koran Pikiran Rakjat.

Di Universitas Padjadjaran, Megawati menjadi anggota Gerakan Mahasiswa


Nasional Indonesia (GMNI), organisasi onderbouw Partai Nasionalis Indonesia,
cabang Bandung.

Mega pada acara perkenalan


GMNI Bandung.

Mega di depan Istana, sebagai sukarelawan


pembebasan Irian Barat (TRIKORA).

74 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1 Oktober 1965 1967

Megawati sedang libur kuliah mendapat tugas menunggui Pergolakan politik di Indonesia memaksa Megawati meninggalkan Universitas Padjajaran (Unpad)
sang Ibunda, Fatmawati, yang tengah sakit dan beristirahat di dan berhenti kuliah. Mega dipaksa keluar karena tak mau menandatangani kontrak politik dari
kompleks Bumi Siliwangi, Bandung. Hari sudah malam, ketika rektor Unpad. Isinya berupa pernyataan bahwa Mega masuk gerakan mahasiswa yang berkiblat
sebuah mobil berhenti di depan rumah pada Jumat, 1 Oktober pada Partai Nasionalis Indonesia kelompok Osa Maliki-Usep Ranuwidjaja yang dikenal melawan
1965. Ternyata yang datang adalah ketiga adik Mega, yaitu kepemimpinan Bung Karno.
Rachma, Sukma, dan Guruh. Mega heran, mengapa mereka
Saat Bung Karno dalam kesulitan menyelesaikan situasi konflik, Megawati berada di Istana Merdeka
mendadak datang ke Bandung pada malam hari.
menemani sang ayah. Mega tidak hanya melayani ayahnya yang kesepian, tetapi juga berdiskusi
Dari penuturan ketiga adiknya itu Mega tahu, bahwa mengenai banyak hal. Bahkan kadang-kadang mendapat tugas khusus dari Bung Karno. Seperti yang
kepergian mereka ke Bandung atas perintah Bung Karno, terjadi ketika tokoh PNI, Hardi SH, suatu hari menghadap ke Istana Merdeka untuk memberikan
karena keadaan di Jakarta dipandang tidak aman bagi sumbangan pikiran penyelesaian konflik politik. “Mega,” panggil Bung Karno. “Bikinkan sop yang
mereka. Sebenarnya Jum’at pagi itu Mega telah mendengar enak untuk Oom Hardi,” kata Bung Karno. Hal ini merupakan kenangan tersendiri buat Hardi. Ia
desas-desus terjadinya sesuatu di Jakarta. Esoknya Mega merasa bahagia bisa mencicipi masakan Megawati.
dan adik-adik baru mengetahui peristiwa yang terjadi di
Bagi Mega sendiri, “Oom” Hardi bukanlah orang yang asing. Ketika Istana menjadi sasaran
Jakarta itu lewat pemberitaan surat-surat kabar. Sejumlah
penembakan penerbang AURI, Maukar pada tahun 1960, Bung Karno mengungsikan kelima
Jenderal Angkatan Darat diculik oleh sekelompok orang yang
putra-putrinya ke rumah “Oom” Hardi di Jalan Taman Lawang, Jakarta. Pengawal hanya diminta
menamakan dirinya Gerakan 30 September (G30S).
menyampaikan surat ke tuan rumah, berbunyi:
Sekitar seminggu kemudian putra-putri presiden itu dijemput
para pengawal, karena Bung Karno memerintahkan mereka
kembali ke Jakarta. Sebuah helikopter kepresidenan dikirimkan
ke Bandung. Agaknya ketegangan yang terjadi di Jakarta telah

“Saya titipkan anak-anakku kepadamu, Hardi! Katakan pada Las
(istri Hardi), jangan terlalu dimanjakan anak-anak itu.”
reda kembali. Guntur dan Mega juga diminta ke pergi Jakarta.

Tiba di Jakarta, Mega menyadari, situasi politik justru mulai:


memanas. Tak lama kemudian Mega dan Guntur bersiap-siap Situasi politik semakin genting. Bung Karno dikucilkan di Bogor. Mega beserta adik-adiknya
kembali ke Bandung untuk masuk kuliah. Tetapi agaknya situasi dipaksa meninggalkan Istana dan tinggal bersama Bu Fat di Jalan Sriwijaya, Jakarta.
politik semakin memanas. Terjadinya peristiwa G30S membuat
keadaan politik carut-marut. Hal tersebut juga berimbas pada
suasana perguruan tinggi. ”
”Kami kembali seperti rakyat biasa,”
kata Mega mengenang masa peralihan kekuasaan dari Bung Karno kepada Soeharto.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 75


1968 1970

Tahun 1968 Megawati memutuskan menikah Megawati berkunjung ke Wisma Yaso untuk menjenguk
dengan Letnan II (Penerbang) Surindro Supjarso. Bung Karno yang sakit keras. Bung Karno dijadikan
Surindro yang biasa dipanggil “Mas Pacul” tahanan rumah di Wisma Yaso. Megawati sangat sedih
adalah lulusan terbaik dari Akademi Angkatan melihat keadaan Bung Karno. Dari para perawat, Mega
Udara Republik Indonesia. Perawakannya tinggi, mendengarkan banyak hal yang memilukan. Mendengar
dengan rambut model berjambul. Sebagai wali semua itu, Megawati hanya bisa meneteskan air matanya,
pengantin perempuan, Bung Karno harus hadir karena jelas tidak mampu mencari jalan keluar. Pada
di rumah Bu Fatmawati di Jalan Sriwijaya, saat itulah Bung Karno berkata pada Megawati, yang
Kebayoran. Banyaknya tamu yang datang ke agaknya merupakan pesan khusus bagi putri yang sangat
rumah Bu Fatmawati, menunjukkan bahwa disayanginya itu:
masyarakat masih menghormati Bung Karno
dan keluarganya. Padahal waku itu rezim orde
baru sedang giat melakukan de-sukarnoisasi.

Pesta pernikahan keduanya digelar di Jalan



Anakku, simpan segala yang kau tahu.
Sriwijaya No 7, Kebayoran Baru, pada Sabtu 1 Jangan ceritakan deritaku dan sakitku
Juni 1968. Dalam undangan berwarna krem kepada rakyat, biarkan aku yang menjadi
tertulis: Telah menikah dengan restu dari korban asal Indonesia tetap bersatu. Ini
kedua belah pihak orang tua mempelai, Diah aku lakukan demi kesatuan persatuan,
Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri keutuhan dan kejayaan bangsa.
dan L.U II Penerbang Surindro Supjarso. Turut
mengundang di antaranya, seluruh Warga Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian
Skuadron 42 Madiun, Didit Cs, Renny Hugeng, bahwa kekuasaan seseorang presiden
serta Memet S. Djajadipura dan Istri. sekalipun ada batasnya, karena kekuasaan
yang langgeng hanyalah kekuasaan
rakyat dan di atas segalanya adalah
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa!
Megawati bersama sang suami Surindro Supjarso.

76 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


16 Juni 1970 21 Juni 1970

Megawati yang diberi tahu tentang keadaan Pada 21 Juni 1970 pukul 07.00 Bung Karno wafat. Berita wafatnya Bapak bangsa itu segera menyebar ke
kesehatan ayahnya, segera bergegas meninggalkan seluruh dunia. Di Jakarta orang berbondong-bondong ke Wisma Yaso, tempat jenazah disemayamkan. Dari
Madiun, tempatnya tinggal bersama suami. Mega pejabat tinggi pemerintah, perwira tinggi ABRI, tokoh-tokoh politik sampai rakyat kecil berdesakan memberi
tiba di Jakarta Kamis malam dan langsung menuju penghormatan terakhir.
RSPAD. Selama 24 jam Megawati mendampingi
Disertai seluruh keluarga dan kerabat, jenazah Bung Karno diberangkatkan dari Lanuma Halim Perdanakusuma
sang ayah yang keadaannya sudah parah. Mega
dengan pesawat Hercules AURI pada pukul 11.00, menuju Malang. Di Lanuma Dr. Abdurrachman Saleh
tidak henti-hentinya berdoa untuk sang ayah.
ribuan orang sudah menunggu. Demikian juga sepanjang jalan antara Malang dan Blitar orang berdesakan di
Sesekali Megawati membimbing ayahnya menyebut
pinggir jalan ingin memberi penghormatan kepada Bapak Bangsa. Iring-iringan kendaraan pengantar jenazah
Asma Allah. Mega pula yang membisikkan kalimat
sepanjang 3 km itu memerlukan waktu 4 jam untuk sampai di Pemakaman Gebang Blitar. Di samping makam
syahadat ke telinga Bung Karno.
sang Ibunda, Idayu Nyoman Rai, itulah tempat peristirahatan terakhir yang ditetapkan rezim orde baru untuk
Bapak Bangsa Indonesia .

Upacara pemakaman Bapak Bangsa Indonesia, Ir Soekarno


dihadiri keluarga dan rakyat, Blitar.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 77


1971 1972

Tetapi, lagi-lagi suratan nasib tidak bisa Dengan membawa kedua anaknya yang masih
ditebak arahnya. Beberapa bulan setelah kecil, Megawati meninggalkan Madiun untuk
wafatnya sang ayah, Megawati menghadapi memulai kehidupan baru di Jakarta. Saat itu
musibah lain. Dalam sebuah penerbangan Megawati sebagai seorang ibu rumah tangga
di perairan Biak, Irian Jaya, awal tahun seorang diri merawat kedua anak tercintanya,
1971, pesawat Skyvan T-70I yang membawa dan hanya hidup dari pensiun suaminya.
suaminya bersama tujuh penerbang lain,
Megawati tetap memiliki semangat yang
dinyatakan hilang. Upaya pencarian langsung
tinggi untuk melanjutkan pendidikannya.
dilakukan oleh tim SAR, tetapi sampai
Ia memutuskan untuk meneruskan
berbulan-bulan tidak ada kejelasan mengenai
pendidikan kembali, mengambil jurusan yang
nasib para penerbang AURI itu. Di kalangan
diidamkannya sejak lulus sekolah menengah
masyarakat sampai timbul kesan, pemerintah
atas yaitu fakultas psikologi di Universitas
tidak begitu serius menangani peristiwa itu,
Indonesia. Di fakultas tersebut, kawan
karena menyangkut salah seorang keluarga
seangkatan Megawati adalah Dr. Seto Mulyadi,
Bung Karno.
S.Psi., M.Si. atau biasa dikenal sebagai Kak
Megawati yang saat itu sedang mengandung, Seto tokoh psikolog dan pendidik. Kak Seto
sangat terpukul oleh musibah itu, Tetapi dan Mega pernah bersama-sama menjalani
berkat ketegaran hatinya tidak larut dalam masa perploncoan mahasiswa baru di fakultas
kesedihan. Megawati yang memiliki putra tersebut.
pertamanya Muhammad Rizky Pratama
(Tatam), akhirnya melahirkan putra keduanya
sebelum jelas nasib ayahnya. Bayi yang di
lahirkan di Jakarta dan tidak sempat mengenal
ayahnya itu diberi nama Muhammad Prananda
Prabowo, dengan nama panggilan Nanan.

Prananda dalam gendongan Megawati saat usia 1 bulan.

78 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Maret 1973 1974

Kehadiran Megawati di Jakarta membuka kembali Tahun 1974, Megawati melahirkan


hubungan silaturahminya dengan Taufiq Kiemas. anak perempuannya, diberi nama Puan
Sahabat kakaknya itu sering memberi masukan, Maharani. Seperti setiap pasangan
bila Mega menghadapi masalah yang tidak dapat yang baru menikah, Megawati dan
diatasinya. Keduanya kemudian memutuskan Taufiq memerlukan waktu yang cukup
menikah. Resepsi pernikahan itu berlangsung secara lama untuk melakukan penyesuaian.
sederhana di Panti Perwira, Jalan Prapatan Jakarta. Megawati mengakui, bergabung dan
menyesuaikan diri dengan “keluarga
Suratan takdir atau bukan, yang jelas pernikahan
besar” Kiemas tidaklah mudah. Latar
Megawati inilah yang sesuai dengan harapan Bung
belakang kehidupan mereka bisa
Karno pada tahun 1964, agar Megawati menikah dengan
dikatakan cukup berbeda. Menyadari
orang yang tidak sesuku. Taufiq Kiemas yang kelahiran
adanya perbedaan-perbedaan itu
Jakarta itu adalah seorang pemuda “seberang”, dari
mereka mencoba mempelajari
ayah Tjik Agus Kiemas yang berasal dari Muara Enim,
kekurangan dan kelebihan mereka
Sumatera Selatan, dan Ibu Hamzatun Roesjda yang
masing-masing, dan memadukannya
berdarah Minang,
secara harmonis. Ternyata perbedaan
itu bisa dijadikan sebagai sumber
kekuatan mereka. Dengan saling
mengisi, mereka akhirnya mampu
membina rumah tangga yang
harmonis.

Mega bersama anak-anaknya:


Nanan, Puan, dan Tatam.

Penikahan Megawati dan Taufiq Kiemas di Jakarta.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 79


1975 1980-an

Hidup di Jakarta memang keras, padahal Memasuki tahun 1980-an, kehidupan Megawati dan Taufiq mulai
keadaan keuangan pasangan muda itu mapan. Penghasilan yang diperoleh dari kegiatan bisnis mereka,
belum mapan. Sudah menjadi rahasia terutama pompa bensin, cukup besar. Cukup untuk menghidupi
umum, rezim orde baru tidak senang keluarga secara layak, bahkan di atas rata-rata orang kebanyakan.
dengan kegiatan usaha dari mereka yang Tetapi bagi Taufiq, tujuan hidupnya bukanlah mengumpulkan harta.
terkait dengan nama Bung Karno. Boleh Ia ingin memperjuangan rakyat kecil yang hidupnya masih belum
bisnis, tetapi sekedar untuk hidup. Hal sejahtera. Bahkan banyak di antara mereka yang menjadi korban
yang demikian juga dialami pasangan kesewenang-wenangan penguasa.
Megawati-Taufiq. Megawati sendiri
Kemudian, Megawati menyatakan masuk Partai Demokrasi Indonesia
tidak pernah meragukan kerja keras sang
(PDI), keputusan itu menjadi perbincangan di kalangan kaum nasionalis.
suami dalam mencukupi kebutuhan
Megawati sebagai seorang putri Bung Karno, bagaimanapun menempati
keluarga. Tetapi sebagai isteri, Megawati
tempat istimewa di kalangan mereka. Para putra-putri Bung Karno itu
berusaha membantunya dengan
merupakan simbol perjuangan kaum Soekarnois. Seperti diketahui, PDI
mencari penghasilan lain. Usaha yang
adalah partai yang dibentuk oleh rezim Orde Baru di Jakarta pada 10
bebas, yang tidak mengganggu tugasnya
Januari 1973 berdasarkan fusi lima partai politik ketika itu yakni Partai
sebagai ibu rumah tangga.
Nasionalis Indonesia (PNI), Partai Katolik, Partai Murba (Musyawarah
Dengan beberapa sahabatnya, Megawati Rakyat Banyak), Parkindo (Partai Kristen Indonesia), dan Partai IPKI
berhasil membuka toko bunga bersama (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia).
“Seruni Flower shop” di jalan Pegangsaan.
Para sesepuh nasionalis mengundang Megawati ke rumah Ny.
Usaha semacam itu memang baru baginya.
Supeni di Jalan Daha, Kebayoran Baru, Jakarta. Di rumah ini mereka
Tetapi Megawati tidak merasa kesulitan
mempertanyakan alasan Mega masuk PDI. “Anak kami, kami mau dibawa
melakukannya, karena kegiatan itu sesuai
kemana kok masuk PDI?” ujar Manai Sophiaan sebagai juru bicara.
dengan hobinya memelihara tanaman.
Berkat dukungan dari para kenalan dan Mendengar pertanyaan tersebut, sembari tersenyum Megawati
kerabat, toko bunga yang berlokasi di menjawab, “Aku naar (menuju) Merdeka Utara.” Merdeka Utara yang
Keluarga Taufiq bersosialisai dengan
kawasan Menteng itu berjalan cukup baik. masyarakat Kebagusan, Jakarta. dimaksud Mega adalah nama jalan lokasi Istana Merdeka berada.

80 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1987

Pada Pemilu 1987 Megawati menjadi calon Mega pun berpikir berupaya membangkitkan
legislatif PDI untuk daerah pemilihan Jawa keberanian rakyat. “Akhirnya di panggung
Tengah, sementara Taufiq untuk daerah Sumatera itu aku berani bilang, sedulur-sedulur yang
Selatan. Ketika tiba masa kampanye, Megawati dan ada di balik jendela dan pintu, yang melihat
Taufiq turun langsung berkampanye berkeliling saya, saya Megawati Soekarnoputri ingin
ke seluruh Indonesia. menyampaikan kepada saudara-saudara.


Sudah waktunya untuk menghilangkan
ketakutan,” kenang Mega puluhan tahun
“Kalau sebagai anggota, saya kemudian. Di akhir kampanye, rakyat yang
diminta berkeliling melakukan memadati alun-alun Demak mencapai 10
kampanye, ya saya jalankan,” ribu orang. Itulah awal kebangkitan.

kata Megawati saat diberi penugasan menjadi juru kampanye. Di mana pun berlangsung kampanye PDI,
bila Megawati turun sebagai juru kampanye,
Pada awalnya bukan hal yang mudah karena masih massa melimpah ruah. Tak bisa dipungkiri,
banyak rakyat yang ketakutan ditekan penguasa orde bahwa Megawati memiliki daya tarik yang
baru. Megawati masih ingat betul ketika kampanye luar biasa.
PDI di Demak, Jawa Tengah, hanya dihadiri 15 orang
Dan nyatanya, perolehan suara PDI pada
peserta. Meski demikian Mega tak berkecil hati.
Pemilu 1987 meningkat. Bila sebelumnya
PDI hanya memperoleh 24 kursi dan
menempati urutan ketiga di setiap daerah,
“Saya putri Bung Karno nomor dua,
kini menunjukkan kenaikan yang signifikan,
nama saya Megawati Soekarnoputri.
naik lebih 50 persen, menjadi 40 kursi.
Saya sekarang masuk ke partai, saya
ingin kenalan sama bapak-bapak
karena nanti ada pemilu. Mau bantu
saya berani apa tidak?” kata Mega
dalam bahasa Jawa memperkenalkan
diri. Rakyat menjawab: “Mboten
wantun, bu (tidak berani, bu).”

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 81


1992

Megawati terpilih masuk Senayan mewakili Jawa Pada kampanye pemilihan umum 1992, Megawati
Tengah, demikian juga Taufiq mewakili Sumatera yang menjabat wakil ketua DPC PDI Jakarta Pusat
Selatan. Mereka dilantik pada tanggal 1 Oktober berhasil membuat Jakarta menjadi Metal; Merah
1987. Sebagai anggota dewan, Megawati ditugaskan Total. Rakyat yang didominasi kaum muda turun ke
melakukan lobi-lobi politik yang bersifat tertutup di jalan mendukung PDI. Begitu juga di Solo, Surabaya,
luar parlemen. Yogya, dan berbagai kota lain rakyat memenuhi
jalan sepanjang Megawati lewat. Megawati ibarat
“magnet” yang mampu menghipnotis massa
pendukung partai Banteng. Hasilnya, dalam pemilu
1992 perolehan suara PDI meningkat dari 40 kursi
menjadi 52 kursi.

Pada periode ini, Megawati kemudian terpilih


Kampanye PDI di kawasan Semanggi, Jakarta, 1992.
menjadi anggota DPR RI dan ditugaskan menjadi
anggota Komisi I DPR RI.

Megawati Soekarnoputri bersama


suaminya Taufiq Kiemas dari Fraksi
Megawati Soekarnoputri memperlihatkan kertas Partai Demokrasi Indonesia (PDI),
suara Pemilu 1987 di Cempaka Putih, Jakarta. saat mendaftar sebagai anggota
baru DPR, Jakarta, 1987.

82 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


21 - 25 Juli 1993

Kongres IV PDI berlangsung dari tanggal 21-25 Juli 1993 di Wisma Haji, Pangkalan
Mansyur, Medan. Sebagai seorang fungsionaris partai, Megawati juga ikut hadir
dalam kongres PDI di Medan. Tetapi Mega memilih tidak terlibat dalam konflik
internal partai, walau sejumlah pemimpin DPC maupun DPD PDI mendesaknya
untuk tampil sebagai kandidat ketua umum DPP PDI. Kongres IV PDI berakhir
ricuh dan gagal menyusun kepengurusan baru.

Di kediamannya di Kebagusan IV Nomor 45 Jakarta Selatan puluhan DPC (Dewan


Pimpinan Cabang) seluruh Indonesia berdatangan untuk meminta Megawati
Soekarnoputri tampil menjadi kandidat Ketua Umum DPP PDI melalui Kongres
Luar Biasa (KLB) di Surabaya.

Kericuhan Kongres IV Medan, Sumatera Utara, 1993.

Berbagai dukungan dan pernyataan untuk meminta Mega menjadi Ketua Umum
DPP PDI terus mengalir. Megawati menyatakan kesediaannya menjadi calon ketua
umum setelah sejak September banyak menerima kedatangan pengurus cabang
PDI dari berbagai daerah. Perkembangan yang kemudian terjadi itu membuat
Megawati tidak bisa hanya diam berpangku tangan.

Megawati bersama Soerjadi saat berkampanye Pemilu 1987.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 83


23 November 1993

Megawati Soekarnoputri meluncurkan buku berjudul: "Bendera Sudah Saya


Kibarkan", di Hotel Indonesia. Buku ini berisi pokok-pokok pikiran Megawati tentang
demokrasi, hak asasi manusia, pembangunan Indonesia dan lain sebagainya.

Dalam bukunya, Megawati menuturkan perasaannya: “Tetapi, saat itu naluri saya
mengatakan belum waktunya, karena dengan rasa keprihatinan, saya melihat
dan merasakan sendiri bagaimana berbagai kepentingan dan ambisi pribadi
saling konflik. Saya hadir di kongres itu. Ternyata konflik yang sudah menahun
itu memicu tindak kekerasan, yang mengakibatkan terjadi kericuhan. Dua hari
sebelum kongres itu berakhir, dengan hati pilu, saya kembali ke Jakarta. Peristiwa
itu sangat mendalam di hati saya. Kericuhan ini bukan saja menggores perasaan
saya, tetapi juga memporak-porandakan hati nurani saya. Betapa tidak, partai ini,
partai yang menjadi pilihan saya untuk berjuang, yang sejak dari dulu menyatakan
diri dekat dengan Bung Karno, mengakhiri kongresnya dengan kericuhan, sebagai
cermin dari tidak adanya persatuan dan kesatuan. Padahal, Bung Karno itu pribadi
yang membeli begitu mahal arti persatuan dan kesatuan.”

Buku yang diterbitkan menjelang KLB PDI ini secara khusus ditujukan untuk
memantapkan hati dan niat mereka yang secara tulus mencalonkan dirinya
menjadi Ketua Umum.


SAYA SIAP UNTUK MAJU.
Dan kepada mereka yang ingin mendengar suara saya secara
langsung, saya tegaskan, Bendera Sudah Saya Kibarkan.
Mega menegaskan komitmennya Megawati Soekarnoputri berfoto bersama Rahmi Hatta saat peluncuran buku,
“Bendera Sudah Saya Kibarkan”, pada 23 November 1993 di Hotel Indonesia,
Jakarta
Lebih lanjut Mega mengatakan, “Saya pantang surut. Biarpun saya tinggal sendiri,
bendera itu tidak akan saya turunkan.”

84 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


2-6 Desember 1993

Megawati berangkat ke KLB PDI yang diselenggarakan di Pada KLB PDI, Megawati menempati kamar di
Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur. Megawati Blok F lantai dua, nomor 222. Mega menginap di
menjadi utusan yang mewakili Jakarta Selatan. Keinginan kamar ini selama berlangsungnya KLB.
sejumlah DPC untuk mencalonkan Megawati sebagai ketua
umum PDI, jelas tidak disukai pemerintah. Pimpinan cabang
yang diketahui menjadi pendukung Megawati, dipersulit
datang ke KLB. Mega sendiri juga mendapat hambatan.
Rekomendasi untuknya sebagai utusan DPC Jakarta Selatan

Saya dapat kamar F-222
yang sak uplik. Kasurnya
sempat ditahan Ketua DPD DKI Alex Asmasoebrata, dengan sudah lusuh. Panasnya minta
alasan KTP-nya berstatus sementara. Berbagai hambatan itu ampun. Kalau mau mandi
ternyata tidak menyurutkan dukungan para kader terhadap harus bawa ember dari luar,
Megawati. Justru menjelang pembukaan KLB dukungan
kata Megawati, ketika Kongres Luar Biasa
terus bertambah. (KLB) PDI pada 1993, di Surabaya.

Megawati Soekarnoputri di kamar nomor 222 Blok F lantai


dua, Asrama Haji Sukolilo, lokasi Kongres KLB PDI.

Megawati Soekarnoputri berorasi di


depan pendukung di KLB PDI di Surabaya,
Desember 1993. Mega menyatakan diri
sebagai Ketua Umum PDI secara de facto.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 85


{ }
Begitu KLB dibuka 2 Desember 1993, upaya penjegalan terhadap Mega langsung

78%
dilakukan, terutama dalam rapat tata tertib. Misalnya, Latief Pudjosakti sebagai
pimpinan sidang memaksakan sistem formatur dalam tata tertib pemilihan menyatakan mendukung Megawati
menjadi ketua umum PDI.
ketua umum. Upaya itu mendapat tentangan dari peserta, yang menginginkan
256 dari 305 cabang PDI
pemilihan langsung.

Sebagai utusan dari Jakarta Selatan, Megawati juga tampil berbicara. Setelah
mengusulkan agar segala keputusan diserahkan ke floor, ia menyitir puisi tokoh
spiritualis India, Swami Vivekananda: Pada acara pemandangan umum itu, 256 dari 305 DPC PDI menyatakan
mendukung Mega menjadi ketua umum PDI. Melihat dukungan arus bawah yang


begitu kuat, pemerintah berubah pikiran. Seusai melapor secara mendadak kepada
Presiden Soeharto, Mendagri Yogie Suardi Memet mengatakan, pemerintah tidak
Sudah cukup lama kita menangis, jangan menangis keberatan bila Megawati menjadi Ketua PDI.
lagi. Tegakkan mukamu menjadi manusia
Beberapa menit sebelum pihak keamanan mengambil alih penguasaan tempat
sejati, untuk menegakkan kebenaran.
KLB PDI, Megawati Soekarnoputri tampil di atas pentas menyatakan diri secara
de facto sudah menjadi Ketua Umum DPP PDI 1993-1998.


Kita tahu, pada pukul 00.00 KLB PDI selesai dan
secara de facto saya sudah menjadi Ketua Umum
DPP PDI. Secara de jure memang belum
katanya dalam konferensi pers di depan peserta utusan cabang-cabang dari seluruh Indonesia.

Suasana hening, tenang dan tertib. Kemudian Megawati melanjutkan, “Karena


itu saya minta kepada saudara-saudara untuk tetap tenang. Silakan diam disini.
Harapan saya, kita semua bisa menegakkan konstitusi partai yang kita cintai,”
ujarnya. Tak lama, setelah menyampaikan beberapa kalimat berikutnya, sejumlah
polisi datang membubarkan peserta KLB dan mengambil alih tempat itu. Semua
peserta kembali ke kamar masing-masing, sementara polisi berjaga hampir di
Megawati Soekarnoputri menyampaikan setiap sudut KLB.
pandangan umum di KLB PDI di Surabaya, 1993.

86 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


7 Desember 1993

Gagalnya KLB membuat petinggi pemerintahan sibuk. Sehari setelah Untuk menyelesaikan konflik PDI itu, semua unsur yang terkait
KLB usai, Mendagri Yogie S. Memet, sebagai penanggung jawab dengan penyelenggaraan KLB, di antaranya caretaker DPP PDI,
bidang sospol, memberikan pernyataan tertulis ke seluruh media Kelompok 17, DPP PDI Peralihan, serta Megawati diundang ke kantor
massa mengenai KLB PDI yang ricuh itu: Mendagri. Diperoleh kesepakatan bahwa PDI perlu menyelenggarakan
Musyawarah Nasional (Munas) guna merampungkan masalah yang
belum bisa diselesaikan dalam KLB PDI, seperti masalah pembentukan


KLB tidak berhasil menyelesaikan tugas menangani
DPP PDI dan penyempurnaan AD/ART.

Pemerintah akan membiayai Munas tersebut. “PDI adalah aset


penyempurnaan AD/ART dan pembentukan bangsa dan negara Indonesia, jadi harus diselamatkan,” dalih Yogie
DPP PDI yang diserahkan kepada Komisi S. Memet.
Organisasi, sedangkan Komisi Program dan Dalam pertemuannya dengan Yogie S. Memet, Mega menjelaskan ia
Komisi Politik yang dibentuk oleh sidang pleno menyatakan diri secara de facto menjadi ketua umum DPP PDI hanya
KLB sudah dapat menyelesaikan tugasnya. untuk menjernihkan suasana yang tidak menentu dan rawan bagi
perpecahan. Agaknya penjelasan Mega itu cukup memuaskan Yogie.


Megawati Soekarnoputri
bertemu dengan
Mendagri Yogie Suardi
Memet di ruang kerja
Mendagri pada Senin
“Dari aspirasi yang muncul, baik di KLB maupun
13 Desember 1993. aspirasi tadi, dalam pertemuan para ketua DPD
seluruh Indonesia dengan Mendagri selaku
pembina politik, pemerintah melihat kemungkinan
Ibu Megawati akan dapat duduk sebagai ketua
umum DPP PDI periode 1993-1998,”
kata Yogie S. Memet.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 87


22-23 Desember 1993

Posisi Megawati di partai sangat dominan. Maka tanpa banyak kesulitan Munas Terpilihnya Mega menjadi ketua umum patut
memilih Megawati sebagai formatur untuk membentuk DPP PDI. Pada penutupan dicatat karena bertepatan dengan Hari Ibu dan
Munas, Megawati mengumumkan komposisi DPP PDI periode 1993-1998 yang untuk pertama kali pemimpin partai dijabat
terdiri 29 orang mewakili semua faksi yang ada. wanita. Warga PDI sejak lama mengidam-idamkan
terwujudnya persatuan dan kesatuan. Keberhasilan
Dalam penyusunan DPP PDI Munas di Kemang itu Megawati terpaksa menempuh
Munas itu meyakinkan semua pihak bahwa tidak ada
jalur kompromi dengan mengakomodasi faksi-faksi yang berseberangan seperti
masalah yang tak bisa dipecahkan. Tantangan yang
Gerry Mbatemoi dari “Kelompok 17” dan Ismunandar dari DPP caretaker. “Saya
dihadapi bangsa semakin berat. Diharapkan PDI
mengharapkan hal ini dapat diterima dengan lapang dada. Marilah kita semua
mampu melaksanakan konsolidasi pembenahan
melihat masa depan PDI yang lebih baik,” kata Mega melanjutkan pidatonya.
diri dan meningkatkan persatuan dan kesatuan,”
Munas itu dibuka dan ditutup oleh Sekretaris Jenderal Depdagri Suryatna Subrata. kata Mendagri.
Dalam sambutan tertulisnya pada penutupan Munas, Mendagri Yogie S. Memet
menyatakan syukur Munas selesai dengan baik dan menyampaikan selamat
kepada DPP baru PDI.

"Ternyata tidak mudah menjadi
ketua umum yang dipilih dari bawah.
Meskipun terealisasi ternyata
berat jalan untuk menjadi ketua
umum PDI yang lahir berdasarkan
aspirasi dari bawah. Inilah babak
baru kemandirian di PDI,
kata Mega di tengah kerumunan puluhan wartawan ketika itu.

88 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


30 Januari 1994 5 Februari 1994

Kondisi partai memang sangat memprihatinkan, Ketua Umum PDI Megawati bersama segenap Pada pertemuan resmi itu, Presiden Soeharto
hingga Megawati harus bekerja keras untuk pengurus DPP PDI periode 1993-1998 diterima minta jajaran DPP PDI serta seluruh anggotanya
membenahinya. “Dalam melakukan konsolidasi, oleh Presiden Soeharto di Bina Graha. Kesempatan secepatnya melakukan konsolidasi, agar bersama
PDI tidak bisa hanya lari, tetapi harus loncat untuk pertemuan resmi ini memang merupakan ritual organisasi lain ikut membangun bangsa ini dalam
mengatasi ketertinggalan. Pemilu tinggal tiga penting dalam kehidupan politik di zaman Orde memasuki era kebangkitan nasional kedua.
tahun lagi, PDI harus aktif menjaga persatuan dan Baru dan yang penting hal itu menjadi petunjuk


kesatuan disertai disiplin organisasi yang tinggi,” bahwa mereka direstui oleh presiden.
kata Megawati dalam pidatonya di Bandung, pada
acara HUT ke-21 DPD PDI Jawa Barat, 30 Januari Konsolidasi yang dilakukan
1994, PDI akan ikut membantu
terlaksananya pembangunan
Megawati juga minta warga PDI menghentikan
kemelut yang berkepanjangan pada masa lalu.
secara berkesinambungan,”
kata Presiden Soeharto.


Bagaimana bisa membangun rumah
Usai audiensi ke presiden, mereka diterima oleh
Wakil Presiden Try Sutrisno. Wakil Presiden dalam
kita, bila ada yang mendongkel jendela, kesempatan itu berpesan agar PDI menjaga stabilitas
membanting pintu, dan membuang nasional dan persatuan dan kesatuan.
jendela. Jika begitu terus, bagaimana Mega pun segera melaksanakan kunjungan ke basis-
bisa membangun rumah yang indah? basis PDI. Untuk keperluan itu sepanjang tahun
1994, Mega harus berkeliling Indonesia. Mega tidak
hanya menemui jajaran partai, tetapi juga bertatap
muka dengan kepala daerah, baik gubernur maupun
bupati/walikota, bahkan juga pejabat militer dan
tokoh masyarakat setempat. Tujuannya agar para
pejabat itu memberikan perlakuan yang sama pada
PDI seperti pada kekuatan politik yang lain.
Megawati selaku Ketua Umum DPP PDI diterima
oleh Presiden Soeharto di Bina Graha.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 89


20 Desember 1994 1995

PDI menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional Setelah lebih dari dua tahun DPP PDI pimpinan
PDI pada 20 Desember 1994, yang diikuti oleh 27 Megawati diakui sebagai satu-satunya kepengurusan
DPD PDI dan menyatakan tetap konsisten dan pusat partai yang sah dan konstitusional, tiba-
konsekuen mendukung kepemimpinan Megawati tiba sikap pemerintah berubah. Tidak jelas yang
Soekarnoputri sampai 1998. Pada kesempatan itu menjadi penyebabnya. Mungkin karena mendapat
Megawati menyatakan bahwa, laporan bahwa dalam melakukan konsolidasi partai,
Megawati berhasil menggalang kekuatan besar, yang
bisa “membahayakan stabilitas nasional.” Manuver


Dengan disahkannya AD/ART
untuk menggoyang Megawati dilakukan lewat
kemelut di DPD PDI Jawa Timur, dengan bantuan
Gubernur Basofi Sudirman. Gerry Mbatemboi salah
1994 maka AD/ART yang lama
seorang Ketua DPP PDI dipecat Megawati karena
otomatis tidak berlaku lagi. Yusuf Merukh dan Marsoesi mencoba menggoyang
secara sepihak melantik Latief Pudjosakti sebagai DPP PDI yang dipimpin Megawati.
Ketua DPD PDI Jatim. Meski telah dipecat, ia
membentuk DPP reshuffle bersama Jusuf Merukh, Megawati terus digoyang oleh pihak eksternal dan
yang memiliki ikatan darah dengannya, sebagai bahkan dikhianati oleh sejumlah pengurusnya di
DPP PDI Tandingan. Toh, Megawati tidak juga DPP. Cabang-cabang PDI yang seluruhnya berjumlah
bisa dibendung. Maka disusunlah rencana untuk 306 cabang itu, diam-diam banyak kedatangan
menurunkan Megawati, lewat orang-orang dalam ''tamu'' yang memberikan ''bimbingan'' bahwa
PDI sendiri. Alasan yang dipakai, karena PDI belum kongres PDI seharusnya cepat-cepat dilaksanakan.
melaksanakan kongres.

Megawati Soekarnoputri bersama Mh. Isnaeni,


dan Sabam Sirait, deklarator fusi PDI.

90 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Juni 1996

Menanggapi isu tuntutan penyelenggaraan kongres, Megawati mengadakan rapat Di samping itu kelompok Soerjadi sangat gencar mencari dukungan ke daerah-
DPP 3 Juni 1996, yang dilanjutkan esoknya. Ternyata, pada tanggal 4 Juni itu daerah dengan tujuan mendapatkan dukungan menggelar Kongres. Dari 28
kubu Fatimah Achmad tidak hadir di kantor DPP PDI, mereka mengadakan rapat pengurus DPP PDI, 16 orang anggota DPP PDI berhasil dirangkulnya untuk
sendiri di Hotel Wisata Internasional, Jakarta, dan mengumumkan terbentuknya menggelar Kongres.
panitia “kongres”.
Enambelas dari 29 pengurus DPP PDI yang mengkhianati Mega ialah Fatimah
Keterlibatan pemerintah sudah tampak dua hari sebelumnya. Mayjen Suwarno Achmad, Ismunandar, Panangian Siregar, Abdul Kholiq Murod, Titi Djuliasih,
Adiwijoyo, Asisten Kassospol ABRI, dalam pertemuannya dengan pimpinan Subagyo, Slamet Moeljadi, Mulyono Sutarmo, Eddy Djunaedi, Yahya Theo, Abdul
media massa, memberitahukan bahwa dalam waktu dekat akan ada kemelut Gani, Andi Chaerul Muis Manggabarani, Ratna Ratih Purnami, Neneng Amalia
dalam tubuh PDI. Ia menghimbau agar media massa mendukung kongres Dendawacana, F.X. Urip Sujud, dan Untung Sutomo. Pengurus DPP PDI Edwin
melalui pemberitaannya. Para petinggi pemerintahan juga tidak menutup- Hernawan Soekowati bersikap abstain, setelah gagal membentuk PDI Tandingan.
nutupi keterlibatan mereka. Panglima ABRI, Jenderal Feisal Tanjung, Letjen
Ketua Umum DPP PDI, Megawati Soekarnoputri menolak tegas penyelenggaraan
Syarwan Hamid menyatakan mendukung “kongres” dan akan turun tangan
"Kongres", kemudian pada tanggal 5 Juni 1996, empat orang deklarator fusi
mengamankan jalannya “kongres”.
PDI yakni Mh. Isnaeni, Sabam Sirait, Abdul Madjid dan Beng Mang Reng Say
mengadakan jumpa pers menolak penyelenggaraan kongres.

Sejak awal Juni 1996, simpatisan Megawati dan organisasi-organisasi yang


mengambil sikap oposisi radikal terhadap pemerintahan Soeharto turun ke jalan
memprotes rencana KLB Medan dan intervensi pemerintah, serta mengecam
pengkhianat PDI. Banyak protes itu menyuarakan reformasi luas pemerintahan.

Salah satu organisasi yang turut aktif dalam protes ini adalah Partai Rakyat
Demokratik (PRD) dan organisasi sayap mahasiswanya, Solidaritas Mahasiswa
Indonesia untuk Demokrasi (SMID). Selain itu, kelompok Aldera berunjuk
rasa di Bandung. Sementara aktivis dari Pusat Informasi dan Jaringan Aksi
untuk Reformasi (Pijar), organisasi yang dibentuk sebagian pegiat pers
kampus dari Jakarta dan Yogyakarta, berunjuk rasa di ibukota menyerukan
“Megawati! Reformasi!”. Sedangkan Gerakan Rakyat Bali (GRB), hasil koalisi
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan anggota PDI, melancarkan
demonstrasi di Bali.

1998, Gesigoran

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 91


92 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
19 Juni 1996
Lampiran Keputusan Ketua Umum DPP PDI
NOMOR : 01-KU/KPTS/VI/1996
DPP PDI memecat 16 fungsionaris karena secara
sepihak mengadakan kongres yang melanggar
Daftar nama 16 fungsionaris DPP PDI yang dibebas-
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
tugaskan dari jabatannya masing-masing:
(AD/ART) PDI. Pemecatan dilakukan berdasarkan
Keputusan Ketua Umum DPP PDI bernomor 01-
KU/KPTS/VI/1996 yang ditandatangani Megawati
1 Hj. Fatimah Achmad, Sh Ketua
Soekarnoputri.
2 H. Ismunandar Ketua

3 Drs. H. Subagyo Ketua

4 Drs. H. Slamet Moeljadi Ketua

6
H. Abdulgani Ha, Bba

Kh. Abdul Kholiq Murod Lc


Ketua

Ketua

Bahwa akibat perbuatan yang
dilakukan oleh fungsionaris DPP PDI
7 Dr. Panangian Siregar Ketua tersebut pada kenyataannya telah
8 H. Yahya Theo Ketua
menimbulkan intrik, pengadudombaan,
dan fitnah serta manipulasi dan
9 Eddy Djunaedi, Sh Wakil Sekjen penyalahgunaan wewenang yang
10 Dra. Titi Djuliasih Kardjono Wakil Sekjen bisa membahayakan partai
Megawati
11 Hj. Ratih Ratna Purnami, Mba Wakil Sekjen

12 Ir. Andi Chaerul Muis Manggabarani, Msi Wakil Sekjen

13 Drs. H. Mulyono Sutarmo Wakil Bendahara

14 H. Untung Sutomo, Mba Wakil Bendahara

15 Hj. Neneng Amalia Dendawacana Wakil Bendahara

16 F.X. Oerip Sodjod Wakil Bendahara

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 93


20-24 Juni 1996 20 Juni 1996

“Kongres PDI” versi Soerjadi diselenggarakan di Tentangan terhadap “kongres” terus marak. Tanggal
Medan tanggal 20-24 Juni 1996. Kongres dibuka 20 Juni 1996, saat pembukaan “kongres”, aksi massa
Mendagri Yogie S. Memet. Tersiar kabar di Jakarta, yang yang diikuti 12.000 orang berlangsung di
bahwa para konglomerat yang tergabung dalam Jakarta. Di sekitar Stasiun Gambir aparat memukul
"Kelompok Jimbaran" menyuntik dana untuk barisan masa aksi. Korban berjatuhan, dan peristiwa
kongres. itu terkenal dengan “Insiden Gambir”.

Selama “kongres”, penjagaan aparat keamanan di Walau Megawati berpesan agar mereka tertib
kota Medan sangat ketat. Petugas gabungan dari dan menjaga disiplin, akibat provokasi aparat
polisi, polisi militer dan tentara berjaga-jaga di luar keamanan, kerusuhan tidak bisa dihindarkan.
arena kongres. Tiga buah kendaraan lapis baja dan
sejumlah kendaraan angkut militer tampak dekat
lokasi kongres. Keterlibatan aparat keamanan tidak

“Kami diperintahkan mendampingi
Kerusuhan ini membuat acara penutupan kongres
di Medan dipercepat.

utusan-utusan cabang dari daerah Sementara itu di Jakarta berlangsung pembicaraan


hanya dalam pengamanan di luar gedung. Di dalam
kami agar mereka memilih Soerjadi,” antara DPP PDI pimpinan Megawati dengan Pangdam
gedung, aparat ABRI dan kantor sospol mengawal
Jaya Mayjen Sutiyoso. Kesepakatan yang dihasilkan,
para peserta. kata seorang perwira militer dari bagian intel Korem di Sumatera.
pendukung Mega diperbolehkan berkumpul dan
melakukan aksi di halaman kantor DPP PDl. Inilah
Tidak heran kalau “kongres” berjalan lancar.
awal dari mimbar bebas di Jl. Diponegoro No. 58.
Hanya diperlukan waktu dua hari untuk menyusun
Gelombang dukungan terhadap Megawati semakin
keputusan-keputusan kongres sesuai pesanan
hari semakin besar, terlebih setelah dilaksanakannya
pemerintah. Dan Soerjadi kembali terpilih sebagai
Mimbar Demokrasi.
ketua umum, sekaligus sebagai formatur.

Meskipun masa pendukung Megawati menolak


keras Kongres Medan, pemerintah tetap mengakui
hasil kongres tersebut. Pemerintah mengakui secara
formal keberadaan DPP PDI hasil Kongres Medan.

Megawati Soekarnoputri mengatakan bahwa


kongres Medan hasil rekayasa pihak eksternal. DPP
Megawati kemudian memperkarakannya melalui 200
Kongres Inkonstitusional di Medan.
Pengadilan di seluruh Indonesia.

94 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1 Juli 1996 22 Juli 1996

Di Jakarta, 1 Juli 1996, 24 tokoh organisasi massa Panglima ABRI Feisal Tanjung menilai protes di
menandatangani petisi keprihatinan terhadap kantor PDI sebagai tindakan "subversif" pada 22
situasi politik nasional. Di antara tokoh itu ada Juli 1996. Kepala Staf Sosial Politik ABRI Syarwan
Abdurrahman Wahid (Forum Demokrasi), Dahlan Hamid mendorong Soerjadi untuk mengambil alih
Ranuwihardjo (bekas Ketua Umum HMI), Frans kantor PDI.
Seda, Bambang Triantoro (Yayasan Kerukunan
Persaudaraan Kebangsaan), Matori Abdul Djalil,
Midian Sirait, Pendeta Eka Darmaputera, dan
25 Juli 1996
mantan Ketua DPR/MPR Kharis Suhud. Dalam petisi
itu mereka menyatakan sedih atas perkembangan
Presiden menerima DPP PDI versi Soerjadi. Tanggal
politik belakangan ini, terutama yang menimpa
25 Juli 1996 Presiden Soeharto menerima 11 pengurus
PDI. “Kami perlu menyampaikan petisi ini karena
DPP PDI hasil Kongres Medan yang dipimpin
melihat berbagai tindakan kekerasan. Kami melihat
Soerjadi selaku Ketua Umum dan Buttu Hutapea
budaya politik semakin menjauh dari tata krama dan
selaku Sekretaris Jenderal PDI. Bagi Soerjadi, restu
sopan santun yang kita junjung tinggi selama ini,”
pada DPP PDI itu juga berarti izin untuk merebut
ujar Gus Dur.
kantor DPP PDI di Jl. Diponegoro No 58, Jakarta
KH Ahmad Muslim Rifa’i Imampuro yang lebih Pusat yang masih dikuasai pendukung Megawati.
dikenal dengan nama Mbah Lim memimpin ribuan Namun Megawati dan para pendukungnya bertekad
massa PDI untuk melakukan doa di depan Kantor PDI tetap mempertahankan kantor tersebut.
Yogyakarta. Mereka berdoa agar Presiden Soeharto
bertindak adil terhadap Megawati. Pemimpin
Pondok Pesantren Pancasila Sakti di Klaten, Jawa
Tengah, dan tokoh sepuh NU yang disegani ini
mengingatkan pemerintah dan ABRI agar bisa
mengendalikan diri. “Republik ini pemberian Tuhan,
jangan sembrono....,” kata Mega disambut tepuk
riuh ribuan hadirin.
Megawati orasi dalam Mimbar Demokrasi di
kantor DPP PDI jalan Diponegoro.

JANGAN ANARKIS, pinta Mega.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 95


27 Juli 1996

Menjelang fajar Sabtu 27 Juli 1996, dengan didukung Peristiwa 27 Juli adalah anomali, karena korban penyerangan justru
aparat keamanan, masa Pro Soerjadi menyerbu kantor yang yang ditangkap dan ditahan. Sedangkan para penyerangnya bebas.
dikuasai kubu Megawati. Pada saat penyerbuan, aparat

215 124
kepolisian dan TNI mengisolasi kawasan itu sehingga
pendukung Megawati tidak bisa memberikan bantuan.
Massa mengamuk dan kerusuhan pecah di sekitar Jalan
orang ditangkap orang ditahan
Diponegoro dan Salemba.

Akibat penyerangan itu diperkirakan puluhan orang tewas dan


ratusan lainnya sempat mengalami luka-luka. Sebanyak 215
orang ditangkap dan dibawa ke markas Polda Metro Jaya. Namun
belakangan yang ditahan hanya 124 orang.

Berdasarkan hasil investigasi Komnas HAM, peristiwa 27 Juli


1996 telah mengakibatkan, 5 orang meninggal dunia akibat
kerusuhan dan 11 orang meninggal di RSP Angkatan Darat,
149 orang mengalami luka-luka termasuk aparat keamanan, 23
orang hilang, dan 124 orang ditahan. Namun dalam laporannya,
Komnas HAM memberikan catatan, “tidak tertutup kemungkinan
angka korban meninggal yang berhubungan dengan Peristiwa 27
Juli 1966 tersebut bertambah.”

Dampak peristiwa tersebut, tidak hanya terjadi terhadap PDI Pro


Megawati, tetapi juga merembet ke berbagai kalangan lainnya.
Kelompok-kelompok mahasiswa dan LSM serta kelompok-
kelompok kritis terhadap orde baru lainnya tidak terlepas dari
sasaran penangkapan dan pemeriksaan.

96 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Anggota Komnas HAM Baharuddin Lopa, dan Albert Hasibuan
saat meninjau kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta
Pusat, setelah diserbu pada kerusuhan 27 Juli 1996.
Suasana penyerbuan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro,
Jakarta Pusat, peristiwa 27 Juli 1996.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 97



9 Agustus 1996

Jumat 9 Agustus 1996, puluhan wartawan dalam Saudara-saudara, seperti tadi telah anda ikuti, saya bersama tim pembela, dipanggil
dan luar negeri berkumpul dikediaman Megawati oleh Polda Metro Jaya untuk menjadi saksi dari seorang bernama Budiman Sudjatmiko.
di Jl. Kebagusan, Jakarta Selatan. Mereka menunggu
Saya tidak akan menjelaskan dengan panjang lebar. Tetapi saya ingin mengucapkan
jumpa pers tentang hasil pemeriksaan sebagai saksi
terima kasih banyak kepada pihak kepolisian yang telah memberikan bantuannya.
atas perkara Budiman Sudjatmiko, Ketua Partai
Rakyat Demokratik (PRD). Inilah penampilan publik Dalam arti mereka telah melakukan kerja sama dengan baik. Proses pemeriksaan
yang pertama untuk putri Bung Karno itu sejak kami berlangsung dari pukul 09.30-15.30. Dan saya akan dipanggil lagi pada tanggal
peristiwa 27 Juli 1996. 15 Agustus 1996, pukul 10.00 pagi, untuk memberikan keterangan tambahan.
Pernyataan resmi Mega sebagai Ketua Umum DPP PDI

Atas nama keluarga besar Partai Demokrasi Indonesia, saya, Ketua Umum, menyatakan:

1. Mengutuk penyerbuan berdarah yang dilakukan Soerjadi cs atas kantor DPP PDI Jl.
Diponegoro 58, karena telah main hakim sendiri sehingga merusak sendi-sendi hukum dan
Pancasila dan menghalalkan semua cara untuk mencapai tujuan seperti yang dilakukan PKI.

2. Menghargai Polda Metro Jaya yang sudah menerima laporan dari Sekjen Alex Litaay
dan Satgas Agus Imam Soemanto dengan didampingi 100 pengacara Tim Pembela
Demokrasi Indonesia, namun kasus ini bukan delik aduan, tetapi delik biasa sehingga
tanpa pengaduan pun Polda wajib mengusut perkaranya dengan tuntas.

3. Dewan Pimpinan Pusat Partai mempertimbangkan untuk me-recall Drs. Soerjadi


atas dasar sikap dan tindakan pidana dengan tangannya yang berlumuran darah.

Jakarta, 9/8/96
Ketua Umum DPP PDI
(Megawati Soekarnoputri)

98 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri dikerumuni pendukungnya saat datang ke pengadilan, 1996.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 99



11 November 1996
Megawati menyatakan niatnya untuk mendatangi
Megawati Soekarnoputri menjadi saksi meringankan
Saat peristiwa tersebut, saya Kantor DPP, namun oleh si penelepon menganjurkan
(A de Charge) bagi 124 terdakwa kasus kerusuhan
pertama kali dapat berita dari untuk tidak ke Jl. Diponegoro, karena sangat riskan.
27 Juli. Mega menyatakan, tidak pernah dihubungi
seorang penelepon wanita sekitar Tidak beberapa lama kemudian, saya menerima
pihak Soerjadi tentang rencana pengambilalihan
Kantor DPP PDI di Jl. Diponegoro No. 58, Jakarta
pukul 07:00 WIB, dan dari pihak telepon dari seseorang bernama Chandra dan melalui

Pusat. Dan saat terjadi penyerbuan dengan dalih


pemberi kabar terdengar hiruk pikuk dia saya selaku Ketua Umum DPP PDI Hasil Munas
pertanda terjadinya kerusuhan, 1993, memerintahkan kepada seluruh anggota yang
pengambilalihan Kantor DPP, ia memerintahkan
berada di dalam Kantor DPP untuk tidak melakukan
anggotanya untuk tidak melakukan tindak Pernyataan Megawati
tindak kekerasan, sampai permasalahannya dapat
kekerasan.
diselesaikan.

Berikutnya saya menerima telepon dari Kapolres


Metro Jakarta Pusat, Letkol Pol Abubakar Nataprawira
yang menginginkan adanya kesepakatan agar Kantor
DPP PDI di “status quo” kan, dikosongkan dan orang
yang berada di dalam agar keluar, sedangkan orang
di luar tidak boleh masuk. Telepon terputus, padahal
saya ingin menyampaikan bahwa status quo yang
saya inginkan adalah orang di luar tidak boleh
masuk, sementara orang di dalam tetap di dalam
untuk mempertahankan Kantor DPP hingga ada
pembicaraan selanjutnya,” kata Megawati.

Megawati Soekarnoputri bersaksi di pengadilan,


Jakarta, 11 November 1996

100 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


27 November 1996 10 Januari 1997

Megawati hadir di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pada hari itu, para aktivis 10 Januari 1997, PDI pimpinan Megawati menyelenggarakan peringatan Hari
yang mempertahankan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro akan divonis hakim. Ulang Tahun (HUT) PDI ke-24, dengan mengambil tempat di lapangan dekat
Sejumlah 10 orang hakim dikerahkan untuk memutuskan perkara 124 orang yang rumahnya, Jalan Kebagusan, Jakarta Selatan.
dijadikan terdakwa di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Dalam pidatonya, Megawati menginstruksikan kepada segenap warga PDI dan
simpatisannya untuk tetap teguh dalam pendirian, disiplin, dan senantiasa patuh
pada hukum dan peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya untuk
tetap konsekuen menjalankan garis kebijakan partai yang telah ditetapkan oleh
pemimpin yang sah.

Suasana persidangan Tragedi 27 Juli di pengadilan Jakarta. Di sebelah kanan Mega RO Tambunan yang
tergabung dalam TPDI. Namun dalam perkembangan selanjutnya RO Tambunan sayangnya bermanuver
meninggalkan Megawati.

Teruslah berjuang di jalan
lurus yang diridhoi oleh
Putusan sidang tragedi Suatu hal yang ironis, yang dijadikan terdakwa Tuhan Yang Maha Kuasa
27 Juli 1996 adalah mereka yang diserang. Sebaliknya pihak dalam menjalani hak
yang menyerang yang jelas berasal dari kubu politikmu sebagai warga
Soerjadi, tidak terjamah oleh hukum. Padahal negara yang bertanggung
dalam KUHP dengan tegas disebutkan, pihak jawab atas perjalanan
yang melakukan penyerangan atau perusakan nasib bangsa ini,”
115 terdakwa terhadap hak milik pihak lain, terlepas dari
divonis 4 bulan 3 hari pesan Megawati.
awal permasalahannya, akan dikenai hukuman.
8 terdakwa Dalam persidangan tragedi 27 Juli 1996 itu,
bebas murni hakim memutuskan 8 orang terdakwa bebas
1 terdakwa murni, 115 orang terdakwa divonis 4 bulan 3
hari dan seorang divonis 2 bulan l0 hari.
divonis 2 bulan 10 hari

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 101


20 Februari 1997

Megawati Soekarnoputri memenuhi panggilan


Polres Jakarta Selatan, Kamis siang dan diperiksa
selama hampir 5 jam. Kehadiran Megawati tersebut
menyusul sang suami, Taufiq Kiemas, yang sudah
dipanggil, Selasa (18/2/1997), memenuhi panggilan
kedua Polres Jakarta Selatan. Keduanya diperiksa
berkaitan kasus pertemuan tanpa izin di kediaman
Megawati, Jalan Kebagusan, Jakarta Selatan pada 10
Januari 1997.

Megawati mendapat 52 pertanyaan dari petugas


seputar siapa yang bertanggungjawab saat
pertemuan di Jalan Kebagusan tersebut, pada 10
Januari 1997. Arah pertanyaan yang disodorkan
secara lisan kepada Megawati umumnya menyangkut
dua persoalan mendasar, yakni izin pertemuan dan
isi pidato Megawati pada pertemuan tersebut.

Megawati datang didampingi 60 pengacara yang


tergabung dalam Tim Pembela Demokrasi Indonesia
(TPDI) yang diketuai RO Tambunan sekitar pukul
11.15 WIB. Sebelum itu ratusan pendukung
Megawati yang berseragam kaos warna merah dan
diangkut metromini telah menunggu sejak pukul
09.00 di depan Mapolres Jaksel yang dijaga ketat
oleh petugas.

1997, Priyanto S

102 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


22 Februari 1997

Megawati Soekarnoputri yang dinanti-nantikan


kehadirannya di kota Surabaya sejak Jumat lalu,
muncul di tengah acara halalbihalal yang berlangsung
Sabtu malam di markas DPD PDI Pro Mega Jawa
Timur, Jl. Pandegiling No. 223, Surabaya. Megawati
dalam kesempatan itu menyatakan secara tegas agar
massa PDI yang dipimpinnya tetap mengikuti proses
tahapan Pemilu 1997. "Sudah dibuat saksi?" tanya
Megawati. Sebagian kecil massa menjawab, "Sudah".

Karena jawaban tidak serentak, Megawati mengulang-


ulang pertanyaannya dan minta perhatian Ir. Sutjipto,
Ketua DPD PDI Pro Mega Jatim agar terus membentuk
saksi sebanyak-banyaknya. Setelah massa tahu sikap
Megawati, massa pun menjawab serentak bahwa saksi
sudah dibuat.

Di Surabaya, disebutkan ada 4.050 pendukung PDI


Megawati yang mencatatkan diri untuk menjadi saksi
dalam proses pemungutan suara pada Pemilu 1997
di kota Surabaya. 4.050 saksi yang dihimpun dalam
enam hari itu akan ditugaskan menjadi saksi di 280
kelurahan yang ada di kota Surabaya.

DPP PDI Pro Mega terus bergerak menyiapkan tahapan


pelaksanaan Pemilu 1997. Di antaranya menyiapkan
saksi dan membuat daftar calon legislatif sementara,
yang dikenal dengan istilah DCS.

Megawati saat acara halalbihalal di DPD PDI Pro Mega Jawa Timur, Jl. Pandegiling No 223, Surabaya, Sabtu, 22 Februari
1997. Turun dari mimbar, Mega diberi sebuah kenang-kenangan dari salah seorang pelukis berupa sebuah lukisan dirinya.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 103


22 Mei 1997

Menjelang kampanye Pemilu 1997, langkah PDI Pro


Mega mempersiapkan Pemilu diganjal. Daftar Caleg
Sementara (DCS) PDI Pro Mega di berbagai daerah
ditolak oleh Lembaga Pemilihan Umum (LPU).
Dalam perkembangan selanjutnya orde baru hanya
mengakui PDI Soerjadi sebagai peserta Pemilu 1997.
Menyikapi keputusan tersebut, Megawati pribadi
secara resmi menyatakan tidak menggunakan hak
pilihnya. Sementara kepada para pendukungnya,
Mega mempersilahkan mengikuti keinginan hati
masing-masing.

Para kader dan simpatisan pendukung Megawati


melakukan aksi besar-besaran dan secara terus menerus
berdatangan ke gedung DPR/MPR, Jakarta. Massa aksi
menyatakan agar DPR/MPR mendesak pemerintah
untuk mengembalikan hak-hak politik warga PDI dan
kepemimpinan Megawati. Namun, sebagai rezim otoriter
desakan puluhan ribu masa tersebut tidak ditanggapi
secara positif. Pada masa-masa ini juga, muncul istilah
Mega-Bintang yang merujuk pada masa pengikut
Megawati yang bergabung dengan Partai Persatuan
Pembangunan, bahkan istilah, jargon-jargon itupun
dilarang oleh rezim saat itu. Mega sendiri menyatakan
tidak menganjurkan atau mempromosikan koalisi
perlawanan tersebut

Pendukung Megawati berunjuk rasa di depan gedung DPR/MPR Jakarta.

104 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Pesan Harian Ketua Umum DPP PDI No. XII/KETUM/V/1997:

Saya selaku ketua Umum DPP PDI hasil Munas yang dipilih secara Bahwa untuk menjaga citra negara RI sebagai negara hukum dimata
demokratis, telah dan tetap memilih cara-cara penyelesaian dunia Internasional, menyongsong era globalisasi yang ditandai dengan
yang demokratis dan dibenarkan oleh hukum sebagai satu tuntutan atas adanya keterbukaan, tegaknya hukum, demokratisasi dan
upaya untuk mendidik bangsa ini menumbuhkembangkan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia, maka saya, baik selaku
kehidupan demokrasi Pancasila yang sehat dan mewujudkan Ketua Umum DPP PDI 1993 - 1998 hasil Munas, maupun sebagai pribadi
amanat UUD 45, bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar warga negara yang memiliki hak untuk memilih dan dipilih, dengan ini
atas hukum, tidak berdasar atas kekuasaan belaka. Sikap ini menyatakan kepada anggota, fungsionaris, para kader, simpatisan dan
telah dibuktikan dengan langkah-langkah DPP PDI 1993 - 1998 warga PDI dan seluruh rakyat Indonesia bahwa:
yang saya pimpin untuk terus mengikuti dengan tertib setiap
• Saya Megawati Soekarnoputri, selaku pribadi telah memutuskan
tahap dari pelaksanaan pemilu. Cara-cara demokratis tersebut
untuk tidak menggunakan hak politik untuk memilih di dalam
dilakukan antara lain dengan menyerahkan daftar calon
pemungutan suara pada tanggal 29 Mei 1997.
legislatif kepada LPU, PPD I dan PPD II di seluruh Indonesia,
dan menempuh jalur hukum dengan mengajukan persoalan PDI • Saya menyadari bahwa pemberian suara adalah merupakan hak
ini kepada pengadilan baik di pusat maupun di daerah, dua cara dari seseorang warga negara yang bersifat sangat hakiki dan asasi,
ini kami tempuh sebagai bukti bahwa didalam membela hak, karena itu penggunaannya harus sesuai dengan hati nurani masing-
kami tetap berpegang kepada tindakan politis yang didasari masing warga negara.
oleh tatanan dan norma-norma politik yang mencerminkan
• Saya selaku Ketua Umum PPP PDI 1993 - 1998 yang sah dan
penjabaran nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab,
konstitusional berpendapat, bahwa apa yang disebut “PDI hasil
sekaligus membuktikan bahwa PDI selaku organisasi peserta
Kongres Medan” adalah tidak sah dan tidak konstitusional, karena
pemilu didalam penyelenggaraan Pemilu tahun 1997 ini masih
itu untuk memilihnya pada tanggal 29 Mei 1997 juga tidak sah dan
bermasalah baik secara yuridis maupun politis.
tidak konstitusional.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 105


10 Januari 1998 Maret 1998

Pemerintah melarang penyelenggaraan acara HUT Dalam agenda konstitusi rezim orde baru, Sidang
ke-25 PDI, yang jauh-jauh hari telah direncanakan Umum MPR diselenggarakan tanggal 1 sampai dengan
di Kebagusan, tanpa alasan yang jelas. Tetapi para 11 Maret 1998. Tanggal 1 Maret 1998 Presiden Soeharto
pengurus DPP PDI Megawati tidak mempedulikan mengucapkan pidato pertanggungjawabannya di depan
larangan itu. Massa berbondong-bondong datang ke Sidang Umum (SU) MPR. Pidato pertanggungjawaban
Kebagusan, tanpa bisa dicegah. itu mendapat sambutan baik dari pimpinan semua
kekuatan politik di MPR, tidak ada yang menyatakan
Acara utama HUT PDI itu adalah pidato politik
menolak. Tetapi Megawati pada jumpa pers sore
Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Pidato
harinya, memberikan pernyataan yang berbeda.
politik yang ditunggu-tunggu anggota PDI, bahkan
Mega menolak pidato pertanggungjawaban Presiden
juga masyarakat, karena akan dipakai sebagai
Soeharto, karena di dalamnya tidak mencerminkan
pedoman dalam menghadapi keadaan yang sulit itu.
keadaan yang sebenarnya. Misalnya, pada pidatonya
Rakyat menaruh harapan kepada Megawati untuk
itu Soeharto menegaskan, ia dan keluarganya tidak
melakukan perubahan dalam kehidupan berbangsa
memiliki uang satu sen pun di luar negeri.
dan bernegara.

Megawati menyinggung kondisi PDI yang belum


juga dapat tumbuh menjadi besar dan dewasa.
“Karena sistem politik yang berlaku menghendaki
dan membuatnya demikian,” simpul Megawati.


Menurutnya, hal tersebut menunjukkan belum
dewasanya dunia politik kita, yang berarti pula
bukti nyata kegagalan pembangunan politik dalam Bangsa Indonesia tidak boleh
kepemimpinan nasional selama ini. Pada bagian lain melakukan kesalahan untuk kedua kali,
dari pidatonya, Megawati dengan tegas dan terang-
kata Megawati.
terangan mengimbau seluruh rakyat Indonesia
tidak lagi mencalonkan kembali Soeharto menjadi
presiden untuk yang ketujuh kali, karena jabatan
presiden yang lebih 30 tahun cenderung menjurus
pada upaya menjadikan diri Soeharto presiden
seumur hidup.
Megawati menanggapi pidato Soeharto yang di sampaikan dalam
SU MPR 1998 di Kebagusan, Jakarta.

106 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


13-15 Mei 1998 21 Mei 1998

12 Mei 1988 terjadi penembakan


di Kampus Trisakti, Jakarta, yang

Harian Kompas
Hari Kamis 21 Mei 1998 di Credential
Room Istana Merdeka tampak adanya
Rukmana, dengan suara yang agak
bergetar, Soeharto berkata: “Saya
menewaskan empat mahasiswa. memberitakan Megawati kesibukan yang tidak biasa. Ratusan memutuskan untuk menyatakan
Penembakan tersebut memicu Soekarnoputri didaulat wartawan bersiap-siap menunggu berhenti dari jabatan saya sebagai
kemarahan mahasiswa dan rakyat. mahasiswa untuk berita besar. Dan benarlah setelah Presiden Republik Indonesia.”
Aksi menentang Soeharto semakin berpidato saat menyatakan Wakil Presiden B.J. Habibie tiba,
Ini merupakan akhir dari rezim orde
menguat dan terus meluas di belasungkawa atas Presiden Soeharto muncul di depan
baru berkuasa, dimana pada hari-
pelbagai daerah. Aksi ini kemudian peristiwa penembakan wartawan.
hari sebelum mundurnya Soeharto,
ditelikung atau dibelokkan mahasiswa di kampus Didampingi orang-orang dekatnya ribuan mahasiswa telah menduduki
menjadi aksi kerusuhan rasial Universitas Trisakti. seperti Wakil Presiden Habibie, gedung DPR/MPR mendesak Soeharto
disertai penganiayaan, tindakan
Pangab Jenderal Wiranto, Menteri mundur. Euforia politik terjadi di
kekerasan seksual, bahkan
Sekretaris Negara Saadilah Mursyid, seluruh penjuru Indonesia saat itu.
pembunuhan terhadap etnis
dan putrinya, Siti Hardiyanti
Tionghoa di beberapa daerah.
Konsentrasi kerusuhan terbesar
terjadi di Jakarta, Bandung, dan
Surakarta pada 13 -15 Mei.

Komisi Nasional Hak Asasi


Manusia (Komnas HAM) mencatat
Kerusuhan 13-15 Mei 1998
menewaskan 1.188 orang, 40
pusat perbelanjaan terbakar, 2.479
rumah toko hancur, 2.479 toko
hancur,1.604 toko dijarah, 1.119
mobil hangus dan ringsek, 1.026
rumah penduduk luluh lantak, dan
383 kantor rusak berat.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 107


1998 17 Agustus 1998

Sidang Umum (SU) MPR tahun 1998 berlangsung Pada peringatan HUT Proklamasi 17 Agustus 1998,
tanpa keikutsertaan Megawati Soekarnoputri. Mega Megawati diundang untuk mengikuti upacara
menolak diusulkan menjadi utusan daerah dalam mengenang detik-detik proklamasi di halaman
Fraksi Utusan Daerah di SU MPR. Upaya pemerintah Istana Merdeka. Tetapi ia memilih hadir pada acara
merangkul tokoh dan simbol perlawanan tersebut peringatan HUT Proklamasi 17 Agustus 1998 di
gagal. SU MPR yang didominasi oleh kekuatan Golkar, Sekretariat DPD PDI DKI Jakarta, Joglo, Jakarta Barat.
memutuskan untuk menyelenggarakan pemilu
Pada kesempatan itu Megawati menyampaikan
dipercepat pada 7 Juni 1999.
pidato politiknya. Ia mengingatkan, kesulitan akibat
Saat berlangsung Sidang Umum MPR, para mahasiswa krisis berkepanjangan jangan sampai membuat
mempertemukan Megawati Soekarnoputri dengan bangsa Indonesia yang telah berusia 53 tahun ini
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Amien Rais, dan Sri tak berdaya.
Sultan Hamengku Buwono X. Pertemuan dilakukan


di rumah Gus Dur, di Ciganjur. Pertemuan Ciganjur
merekomendasikan agenda reformasi, yang salah
satunya adalah mengakhiri peran dwifungsi ABRI. “Kesulitan jangan membuat
kita melempem. Kesulitan harus
ditantang, harus dijawab. Kita
harus bisa mengatasi kesulitan.
Kesulitan yang membuat bangsa
Indonesia prihatin seperti sekarang
bisa diatasi bila pemerintah dapat
bersatu dengan rakyatnya. Tidak
mungkin mengatasi kesulitan tanpa Upacara Bendera HUT Kemerdekaan RI, 17
mengikutkan rakyat. Rakyat harus Agustus 1998 di kantor DPD PDI DKI.

disertakan, karena rakyatlah pemilik


bangsa yang berdaulat ini.”

108 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


9-10 Oktober 1998

PDI pimpinan Megawati memiliki agenda politik dalam menghadapi pemilihan umum yang dipercepat itu.
Langkah organisatoris pertama untuk konsolidasi adalah menyelenggarakan Kongres PDI V di Bali pada
tanggal 9-10 Oktober 1998. Ini merupakan kongres pertama dari suatu partai politik di luar tiga partai politik
yang didukung pemerintah.

Megawati berpidato di Kongres V PDI, Bali, 1998.

Kongres itu memutuskan untuk menambah kata


“Perjuangan” di belakang nama PDI pimpinan
Megawati, agar tidak menghadapi masalah pada
saat mengikuti pemilihan umum. Dalam ketentuan
KPU tidak diperbolehkan dua peserta pemilu yang
memiliki nama ataupun tanda gambar yang sama.
Dalam kongres di Bali itu juga diputuskan secara
aklamasi memilih Megawati sebagai ketua umum
PDI Perjuangan untuk periode 1998-2003. Juga
dinyatakan PDI Perjuangan bertekad memenangkan
pemilu 1999 dan mencalonkan Megawati sebagai
presiden pada Sidang Umum MPR 1999.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 109


110 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
14 Februari 1999

Pemilu era reformasi diselenggarakan pada 7 Juni


1999. Tetapi jauh sebelum masa kampanye, PDI
Perjuangan telah menyelenggarakan rapat-rapat
umum dengan tujuan untuk melakukan sosialisasi
keputusan kongres. Di antaranya, 10 Januari 1999
Megawati mendeklarasikan pembentukan PDI
Perjuangan. Yang kemudian dilanjutkan dengan
deklarasi nama PDI Perjuangan pada tanggal 14
Februari 1999 di Stadion Utama, Senayan, Jakarta
Pusat. Acara itu dihadiri ratusan ribu anggota partai
dan simpatisan, sehingga sempat memacetkan
sebagian jalan-jalan di Ibukota. Sekalipun diguyur
hujan deras sejak pagi, massa tidak beranjak. Mereka
ingin mendengarkan pidato ketua umumnya.

Dalam pidatonya, Megawati mengatakan bahwa


deklarasi tersebut merupakan titik awal bersejarah
bagi bangsa, khususnya warga PDI Perjuangan.


Partai kita ini dikatakan sebagai
parpol baru. Tapi jangan berkecil
hati karena siapa pun di muka bumi
ini mengetahui bahwa perjuangan
kita bukanlah sesuatu yang baru,
bukan tiba-tiba hadir tanpa sebab-
musabab. Partai ini lahir dari proses
panjang, penuh hiruk-pikuk demi
menegakkan demokrasi dan hukum.
Deklarasi PDI Perjuangan di Istora Senayan Jakarta,1999.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 111


Massa PDI Perjuangan saat kampanye Pemilu 1999 di Bundaran
Hotel Indonesia.

112 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 113
7 Juni 1999-Pemilu 1999

Pemilu 1999 berjalan aman. Selain tiga partai dalam rezim


orde baru, muncul partai-partai baru, yang mencoba menjajaki
dukungan rakyat terhadap mereka. Partai peserta pemilu 1999
berjumlah 48 partai.

Megawati Soekarnoputri bersama Taufiq Kiemas saat


pemungutan suara 7 Juni 1999 di Kebagusan.

114 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Pemilu 1999 menghasilkan kemenangan untuk PDI Perjuangan. Suara yang
diraih PDI Perjuangan berjumlah 35.689.073 (33,76%). Sebagai pemuncak
perolehan suara, PDI Perjuangan berhasil menempatkan 153 wakilnya di DPR.
Sementara Golkar di tempat kedua, dengan jumlah suara 23.741.74 (22,46%).
Sementara partai yang memperoleh suara di atas 1 juta adalah PKB 13.336.982
suara (12,62%), PPP 11.329.905 suara (10,72%), PAN 7.528.956 suara (7,12%) dan
PBB 2.049.708 suara (1,94%).

Mengetahui PDI Perjuangan menang, sejumlah kekuatan politik segera melakukan


upaya untuk menjegal langkah politik Megawati ke kursi presiden.

Amien Rais menggagas Poros Tengah dengan alasan terjadi dua kubu dalam
perebutan calon presiden di MPR; kubu mendukung Mega dan kubu mendukung
Habibie. Dengan dalih mencari jalan tengah, Amien bermanuver mengusung
presiden alternatif. Kehadiran Poros tengah ditanggapi Megawati, “Saya tidak
mempermasalahkan siapa pun yang menjadi presiden, asal konstitusional.
Pemimpin nasional harus dipilih rakyat, sebab bagaimana pun kehendak rakyat
Megawati Soekarnoputri saat pemungutan suara 7 Juni 1999 di TPS 18 Kebagusan.
harus dijalankan.”

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 115


27 Juli 1999 Oktober 1999

Tanggal 27 Juli 1999, ketika memperingati tiga tahun peristiwa Di akhir pidatonya, Megawati mengajak Sidang Umum MPR berlangsung selama
27 Juli 1996, Megawati berharap melalui SU MPR, “Kita tunjukkan para pemimpin partai reformis yang dengan tiga minggu di bulan Oktober 1999.
kembali diri kita sebagai bangsa berbudaya. Tunjuklah pemimpin tegas menolak status quo, untuk secara Amien Rais terpilih sebagai Ketua MPR,
bangsa sebaik-baiknya.” Dua hari kemudian, Megawati membacakan bersama membangun Indonesia baru. mengalahkan Matori Abdul Djalil, calon
pidato politik pertama sejak pemilu yang dimenangkan partainya. yang diusung oleh PDI Perjuangan dan PKB.
Dengan judul “Pidato Politik Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Pada acara berikutnya, tokoh Golkar, Akbar
Soekarnoputri dalam rangka menyambut kemenangan rakyat Tanjung memenangkan pemilihan Ketua


pada Pemilu 1999”, Megawati menyoroti berbagai masalah, dari DPR. Sidang berlangsung panas setelah
manipulasi kedaulatan rakyat di era orde baru, amandemen UUD mendengarkan pidato pertanggungjawaban
1945, dwifungsi ABRI sampai program pertumbuhan ekonomi Ajakan ini sekaligus sebagai Presiden Habibie. Dalam pemilihan
yang diajukan PDI Perjuangan. Agenda lain adalah pemerintahan pernyataan PDI Perjuangan presiden, semula ada tiga kandidat, yaitu
yang bersih dari praktik KKN, perimbangan hasil kekayaan daerah, yang selalu membuka diri Megawati Soekarnoputri, Abdurrahman
kemelut Aceh, Ambon, dan Papua. untuk kebersamaan antara Wahid, dan Yusril Ihza Mahendra. Tapi
sesama komponen bangsa menjelang pemilihan, Yusril mengundurkan
yang percaya bahwa lembaran diri. Maka pemilihan presiden berlangsung
sejarah baru bangsa ini harus satu kali putaran. Dalam pemungutan suara
dimulai dengan langkah awal yang diikuti 691 anggota MPR itu, Gus Dur
mengganti rezim warisan orde meraih 373 suara dan Mega 313 suara, 5
baru dengan pemerintahan yang suara abstain.
bersih, terpercaya, dan tunduk
pada kehendak rakyatnya!
373 suara
691 anggota
MPR diraih Gus Dur

315 suara
Anggota MPR melakukan diraih Megawati
pemungutan suara
untuk memlih Presiden 5 suara
dan Wakil Presiden abstain

Megawati pada Peringatan Peristiwa 27 Juli 1999.

116 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri mengucapkan selamat kepada
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai
Presiden dalam Sidang Umum MPR 1999.

Hasil suara itu menjadikan Gus Dur sebagai


Presiden dan Megawati sebagai Wakil
Presiden wanita pertama Indonesia. “Ini
alasan terbaik yang diberikan Allah SWT dan
kita harapkan dapat meredam keadaan yang
1999, Agoes Jumianto
mulai menunjukkan adanya aksi kekerasan
kembali,” kata Hamzah Haz Ketua Umum
PPP yang saat itu menjabat Wakil Ketua
DPR RI.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 117


Menjadi kader yang utama
adalah memiliki loyalitas.
Loyalitas untuk selalu hadir
dan berjuang bersama
Rakyat, itulah yang disebut
sebagai kerja ideologis.
Megawati Soekarnoputri, Januari 2014.
Lini Masa
Megawati Soekarnoputri
dan PDI Perjuangan
Tahun 1999-2019
21 Oktober 1999

21 Oktober 1999 malam, Megawati Soekarnoputri Pada akhir pidatonya Megawati menyapa seluruh lapisan masyarakat: “Kepada pers, diharap tetap
dilantik sebagai Wakil Presiden ke-8 RI. Dalam pidato bersuara dengan bebas. Kepada mahasiswa, tetaplah dinamis dan kritis. Kepada profesional, tingkatkan
pelantikannya Megawati mengatakan, dirinya bersama produktivitas dengan tetap berlaku jujur dan junjung tinggi nilai etika profesi. Kepada buruh, tani,
Presiden Abdurrahman Wahid akan berusaha sekuat nelayan, jadilah abdi rakyat yang dihormati dan dicintai oleh rakyat. Kepada TNI dan Polri, percayalah
tenaga dan pikiran membawa bangsa Indonesia memasuki bahwa saya bersama Presiden akan senantiasa bekerja untuk menjadikan TNI dan Polri sebagai penebar
pintu gerbang Indonesia Baru. “Dengan sikap mental dan rasa aman dan rasa nyaman yang kehadirannya dirasakan selalu tumbuh sejuk di hati dan sanubari
pikiran baru, melangkah menuju era pemberdayaan rakyat seluruh rakyat Indonesia. Kepada anak-anakku di seluruh tanah air, saya minta untuk bekerja kembali
dan bukan era yang penuh perilaku memperdaya rakyat dengan tulus, janganlah melakukan hal-hal yang bersifat emosional karena di dalam mimbar ini kamu
sebagaimana yang terjadi selama ini,” tegasnya. melihat ibumu berdiri...”

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 121


27 Maret-1 April 2000

Kongres I PDI Perjuangan diselenggarakan di Pernyataan Megawati dalam Kongres I:


Hotel Patra Jasa Semarang, Jawa Tengah. Selain
nama Megawati Soekanoputri, menjelang Kongres
I PDI Perjuangan, muncul calon-calon kandidat
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, nama yang "Saya tahu bahwa secara aklamasi
muncul antara lain Dimyati Hartono yang saat saya terpilih kembali. Saya ingin
itu masih menjabat sebagai Ketua DPP PDI memberi catatan, saya minta
Perjuangan, kemudian muncul pula nama Erros pada kongres yang terhormat,
Djarot yang sempat menggalang DPC-DPC untuk bahwa yang namanya Megawati
mendukungnya. Soekarnoputri, tak akan selamanya
Di dalam pemandangan umum Cabang-Cabang, dari dapat menjadi pimpinan partai
243 DPC, hanya 2 DPC yang mengusulkan nama lain maupun sebagai ketua umum
yaitu DPC Kota Jayapura mengusulkan 3 orang calon partai," tegas Ketua Umum
Ketua Umum yaitu Megawati, Dimyati Hartono, PDI Perjuangan 2000-2005.
dan Erros Djarot, kemudian DPC Kota Banjarmasin
mengusulkan Erros Djarot sebagai Ketua Umum
DPP PDI Perjuangan. Kongres I PDI Perjuangan
yang dibuka Presiden Abdurrahman Wahid akhirnya
menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua
Umum DPP PDI Perjuangan periode 2000-2005
secara aklamasi tanpa pemilihan karena 241 dari 243
DPC mengusulkan nama Mega. Keputusan Kongres
I adalah PDI Perjuangan mendukung Megawati di
pemerintahan.

Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDI Perjuangan terpilih


Kongres I di Semarang membacakan kepengurusan DPP
Periode 2000-2005. Pada akhir periode beberapa pengurus
DPP menelikung Megawati dengan membuat gerakan PDI
pembaruan dan mendirikan partai baru. Pengurus tersebut antara
lain, Noviantika (ujung kiri) dan sebelahnya Roy BB Janis.

122 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


23 Juli 2001

23 Juli 2001, pukul 17.00. Megawati Soekarnoputri


dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia
untuk menggantikan Abdurrahman Wahid yang
sehari sebelumnya dicabut mandatnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
(MPR) RI. Dalam pidato pelantikan Presiden
Megawati mengatakan, ia sangat menyadari tugas
dan tantangan yang dihadapi tidaklah ringan.
Karena itu, mengajak seluruh rakyat bergotong-
royong memperbaiki dan menyelesaikan kemelut,
agar Indonesia bisa keluar dari keterpurukan
multidimensional.


Marilah kita hentikan silang sengketa
dan perselisihan yang hanya
memperpanjang penderitaan rakyat
Pidato pelantikan Megawati diakhiri
dengan seruan penuh kesejukan

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 123



16 Agustus 2001

Acara resmi pertama Presiden Megawati Keutuhan wilayah bukan saja merupakan salah satu atribut adanya negara,
Soekarnoputri adalah memberikan pidato tetapi juga merupakan bagian dari tatanan dunia yang lebih stabil, yang
di depan sidang Dewan Perwakilan batasnya tidak akan diubah-ubah lagi dengan alasan apa pun juga.
Rakyat. Dalam pidato kenegaraan itu,
Presiden menyatakan ketegasannya untuk
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
serta keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Presiden Megawati menyadari, upaya
Republik Indonesia, sesuai dengan program
mempertahankan keutuhan wilayah
Kabinet Gotong Royong. Bahkan secara
Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
khusus Presiden menegaskan, pemerintah
mendapat dukungan dunia internasional.
tidak ingin Aceh dan juga Papua lepas
Karena itu Presiden selalu mengemukakan
dari Indonesia. Dengan tepat Presiden
masalah tersebut dalam pembicaraan saat
memberikan satu alasan kuat, tidak hanya
melakukan kunjungan ke negara sahabat.
dari Undang-Undang Dasar 1945, tetapi
pada alasan yang bersumber geopolitik.

Presiden Megawati Soekarnoputri bertemu dengan


Presiden Amerika Serikat George W. Bush.

124 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


29 September 2001 Mei 2002

Universitas Waseda di Tokyo memberikan gelar Presiden Megawati sendiri merasakan betapa berat
Doktor Honoris Causa pada Megawati Soekarnoputri beban tugasnya.
dalam bidang Hukum. Gelar tersebut menjadi gelar


doktor pertama yang didapatkan Megawati.

Persoalan yang dibebankan ke


pundak saya begitu berat, seperti
gulungan benang kusut,
kata Megawati dalam sambutan tanpa teks, ketika
bertatap muka dengan masyarakat Indonesia di Roma.

Pernyataan itu dikemukakan setelah sekitar sepuluh


bulan menjadi kepala pemerintahan. Ungkapan
yang dipakai Megawati, “menggulung benang
kusut”, secara tepat menggambarkan betapa rumit
dan beratnya tugas yang diembannya, yang oleh
sejumlah kalangan bahkan disebut sebagai mission
impossible. Tugas itu tidak hanya membutuhkan
kehati-hatian, kesabaran, kecermatan, tetapi juga
pikiran dingin.

Ungkapan lain yang sering dikatakan Presiden


Megawati tentang tugasnya adalah “mencuci piring
kotor”. Walaupun ungkapan ini tidak menunjukkan
kerumitan tugas yang diembannya, tetapi memiliki
konotasi betapa banyaknya “kotoran” hasil
pekerjaan pemerintahan sebelumnya yang harus Presiden Megawati Soekarnoputri berpidato di Konferensi Tingkat
Tinggi Pangan Dunia di Markas Besar Organisasi Pangan dan
dibersihkan Megawati. Pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa (FAO), di Roma, Italia, 2002.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 125


11 Maret 2003 23 September 2003

PDI Perjuangan menyelenggarakan Rapat Kunjungan ke negara-negara sahabat Kutipan bagian akhir pidato Megawati Soekarnoputri:
Kerja Nasional (Rakernas) VI di Jakarta. merupakan satu kebutuhan dalam
“…Tetapi membangun kawasan yang aman dan damai, serta dunia yang
Rakernas VI DPP PDI Perjuangan periode melaksanakan politik bebas dan aktif.
lebih demokratis, memang memerlukan kesabaran dan kerja keras. Itu
2000-2005 merekomendasikan Megawati Misalnya seperti tanggal 23 September
semua jelas merupakan tanggung jawab kita semua. Dalam pengalaman
sebagai calon presiden pada Pemilu 2004. 2003, ketika Megawati berpidato di
kami membangun masyarakat yang lebih demokratis, kami mengetahui
Keputusan itu mengukuhkan hasil Kongres hadapan Sidang Umum Perserikatan
betapa sulitnya semua itu. Kami menyadari, membangun dunia yang
PDI Perjuangan Semarang tahun 2000. Bangsa-Bangsa, khususnya mengenai
lebih demokratis jelas lebih sulit lagi. Apapun, negara kami akan tetap
Mengenai kriteria calon wakil presiden, perdamaian dunia, kesejahteraan
memenuhi tanggungjawab internasionalnya dan akan terus bekerjasama
PDI Perjuangan menyerahkan sepenuhnya umat manusia, dan kelangsungan
dengan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya
kepada Ketua Umum Partai, termasuk kemanusiaan.
untuk membangun dunia baru yang kita dambakan. Terimakasih.”
kemungkinan berkoalisi dengan partai
lain. Selain itu, dibicarakan pula masalah
penjaringan dan penyaringan calon
legislatif dan perkembangan sosial politik
nasional dan Internasional.

Presiden Megawati Soekarnoputri berbicara di Sidang Umum Perserikatan Presiden Megawati Soekarnoputri berjabat tangan
Bangsa-Bangsa (PBB) ke-58, New York, 23 September 2003. dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa Kofi Annan, 23 September 2003

126 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Oktober 2003

Sekalipun menghadapi kesibukan di tanah air, Presiden Megawati pada medio Oktober 2003
memerlukan pergi ke Kuala Lumpur, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ke-10 Organisasi
Konferensi Islam (OKI).

Dalam pidato di depan forum itu, Mega menyatakan keprihatinannya atas terjadinya berbagai tindak
terorisme yang tidak berperikemanusiaan, yang selain menimbulkan korban jiwa dan harta, juga
menyebabkan timbulnya pemahaman masyarakat dunia yang keliru tentang pandangan hidup Islam
sebagai agama yang penuh kekerasan dan agresi. Megawati melihat berbagai tantangan dan konflik
yang silih berganti di negara anggota OKI. Karena itu ia merasakan perlunya pembaruan tekad, sikap
dan perilaku dalam tubuh negara anggota, ataupun penataan ulang dalam organisasi dan mekanisme
OKI.

Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri dan para pemimpin negara Islam dalam sesi foto
pembukaan KTT Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Malaysia, 16 Oktober 2003.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 127


22 April 2003 2004

Moscow State Institute of International Jabatan Megawati Soekarnoputri berakhir pada tanggal 20 Oktober
Relation, Rusia memberikan gelar Doktor 2004. Pada tahun yang sama, Megawati maju sebagai calon
Honoris Causa di bidang Politik kepada presiden berpasangan dengan Hasyim Muzadi. Pemilihan Umum
Megawati. Gelar tersebut diberikan sebagai 2004 adalah pemilu langsung pertama bagi Indonesia. Presiden
apresiasi terhadap putri Bung Karno itu, terpilih menjalankan visi misinya, berbeda dengan pemilihan
atas jasanya dalam mengembangkan sikap sebelumnya dimana presiden sebagai mandataris MPR. Karena
saling pengertian antarbangsa dan interaksi tidak ada satu pasangan yang memperoleh suara lebih dari 50%,
antarperadaban. maka diselenggarakan pemilihan putaran kedua yang diikuti oleh
2 pasang calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan
kedua, yakni Susilo Bambang Yudhoyono–Jusuf Kalla dan Megawati-
Hasyim Muzadi. Pada putaran kedua Megawati-Hasyim meraih suara
sebanyak 44.990.704 (39,38%), sementara SBY-JK meraih suara
69.266.350 (60,62%), sehingga SBY-JK terpilih menjadi Presiden.

128 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Untuk pemilihan legislatif, PDI Perjuangan berhasil menempati urutan kedua
terbanyak yang lolos ke parlemen, dengan suara sebanyak 21.026.629 (18,53%)
atau 109 kursi di DPR RI. Sementara urutan pertama diraih oleh Partai Golkar
dengan perolehan suara sebanyak 24.480.757 (21,58%). Diposisi ketiga diraih
oleh Partai Kebangkitan Bangsa, diikuti oleh Partai Persatuan Pembangunan,
Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Bulan
Bintang, Partai Bintang Reformasi, Partai Damai Sejahtera, Parta Karya Peduli
Bangsa, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Persatuan Demokrasi
Kebangsaan, Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, Partai Pelopor dan Partai
Penegak Demokrasi Indonesia.

Presiden Megawati Soekarnoputri memperlihatkan surat suara


sebelum menggunakan hak pilih pada Pemilu 2004.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 129


28 Maret - 2 April 2005

Menjelang Kongres II PDI Perjuangan sudah banyak muncul nama-nama yang


akan maju sebagai calon kandidat Ketua Umum DPP PDI Perjuangan antara lain:
Guruh Soekarnoputra, Laksamana Sukardi, Roy BB Janis, Arifin Panigoro dan
Sophan Sophiaan.

Secara objektif saya harus sampaikan,
kita belum mencapai fase sebagai
Di kemudian hari kelima calon ini bergabung menjadi satu dalam satu wadah yang
partai modern yang ideal, tetapi
dinamakan "Kelompok Gerakan Pembaruan PDI Perjuangan" yang mengusung
satu nama calon Ketua Umum DPP PDI Perjuangan yaitu Guruh Soekarno Putra
secara bertahap justru kehilangan
sebagai calon pengganti Megawati untuk posisi Ketua Umum PDI Perjuangan.
wataknya sebagai partai kerakyatan,”
kata Megawati dalam pidato pembukaan Kongres II PDI
Kongres II PDI Perjuangan diadakan Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali. Perjuangan di depan sekitar 2000 peserta kongres.
Kongres dibuka oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.

Suasana Kongres berlangsung hangat, Gerakan Pembaruan menyoal tata tertib


yang dinilai tidak sesuai dengan AD/ART. Mereka menolak pemilihan ketua
umum secara aklamasi. Bahkan, mereka sempat menyerukan kongres tandingan.

Di dalam tata cara pemilihan, seorang calon akan langsung ditetapkan menjadi
ketua umum terpilih apabila mencapai 75 persen. Tata cara pemilihan ini
berdasarkan hasil sidang komisi organisasi yang dibacakan sebelumnya. Megawati
terpilih secara aklamasi oleh sekitar 1000 utusan, atau dukungan sebesar 97
persen. Kongres juga menetapkan Megawati terpilih sebagai Ketua Umum PDI
Perjuangan, periode 2005 – 2010.

Meski membantah menggelar kongres tandingan, Gerakan Pembaruan menolak


hasil kongres. Megawati menilai Gerakan Pembaruan telah melanggar disiplin
partai, seraya menegaskan aspirasi yang disampaikan utusan di kongres sudah
cukup fair sesuai dengan AD/ART.

130 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


10 Mei 2005

Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP Sebelumnya, Mega menyarankan agar Gerakan Pembaharuan
PDI Perjuangan) memecat 12 dari 35 kader Gerakan Pembaruan PDI membentuk partai baru daripada membuat kongres atau PDI
Perjuangan. Tokoh Gerakan Pembaruan yang dipecat adalah Arifin Perjuangan tandingan.
Panigoro, Laksamana Sukardi, Didi Supriyanto, Postdam Hutasoit,
Tjiandra Wijaya, Peter Sutanto dan Sukowaluyo Mintorahardjo.
Mereka dipecat karena menolak membubarkan diri dan melakukan
gugatan hukum terhadap Megawati dan DPP PDI Perjuangan. ”
Dalam alam demokrasi yang telah kita bangun
Pemecatan berdasarkan hasil rapat komite disiplin partai yang sekarang ini silahkan saja bikin partai baru,
disetujui DPP. Dalam hal ini DPP tak mentolerir deklarasi Gerakan
demikian pernyataan Mega usai mengunjungi tiga studio mini televisi
Pembaruan yang dianggap melanggar pasal 20 dan 21 Anggaran swasta di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, Selasa (29/3/2005).
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Hasil rekomendasi
komite disiplin itu disampaikan dalam jumpa pers di Kantor DPP PDI
Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Daftar Nama Anggota
Dipecat DPP PDI Perjuangan
Megawati menyatakan gugatan yang dilakukan Gerakan Pembaruan
Periode 2005-2010
tidak etis, pasalnya, posisi dirinya sebagai ketua umum merupakan
penanggungjawab pelaksana kongres partai.
1. Arifin Panigoro
2. Didi Supriyanto


Sekarang modelnya begitu, langsung gugat begini
3. Postdam Hutasoit
4. Tjandra Wijaja
5. Pieters Sutanto
dan begitu. Menurut saya coba dilihat dulu, yang
6. Sukowaluyo Mintohardjo
berjalan sekarang ini adalah legalitas dari suatu
7. Sophan Sophiaan
organisasi melalui lembaga tertinggi partai. 8. Laksamana Sukardi
9. Angelina Pattiasina
10. Pius Lustrilanang
11. Roy BB Janis
12. Noviantika Nasution

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 131


28 Oktober 2006

Ketua Umum Megawati Soekarnoputri memiliki perhatian dan keseriusan dalam


hal tanggap bencana, mengingat Indonesia merupakan negara tropis yang
rawan bencana alam. Bahkan saat menjadi Wakil Presiden, Megawati memiliki
inisiatif membentuk wadah yang kini menjadi Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB). Untuk itu Megawati meminta kepada Badan Penanggulangan
Bencana (Baguna) sebagai organisasi sayap PDI Perjuangan bisa meningkatkan
kualitas dalam menolong masyarakat ketika terjadi bencana.


Inilah yang saya sebut Baguna yang berkualitas.
Baguna yang tidak hanya kuantitatif,
tapi saya maunya yang kualitatif,
jelas Megawati

“Tugas Baguna dibagi dalam Baguna Basah dan Baguna Kering dan pembagian
ini sesuai tugas dan kondisi yang dihadapi. Kalau Baguna Basah, ia diterjunkan
dalam kondisi banjir, menolong orang yang tenggelam dan sebagainya. Artinya
harus ada spesialisasi dan pembagian tugas sesuai dengan protap. Kemudian ada
Baguna Kering. Ia yang di bidang kesehatan, menolong dalam kondisi longsor
misalnya. Di belakang seperti membangun tenda dan masak. Dengan demikian
kerja menjadi berkualitas,” jelas Megawati saat memberi sambutan dan membuka
acara Rakornas Baguna di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jl. Diponegoro 58, Jakarta.

Selain membantu penanganan bencana, Baguna bertujuan mengorganisir


anggota partai dan masyarakat untuk membantu korban dampak bencana, serta
melakukan mitigasi bencana.

132 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


29 Maret 2007 31 Mei 2007

PDI Perjuangan mendeklarasikan lembaga bernama Baitul Muslimin Indonesia, Pengurus Bamusi periode awal adalah sebagai berikut: Dewan pembina
disingkat Bamusi. Baitul Muslimin sendiri dalam Bahasa Indonesia berarti Rumah Megawati Soekarnoputri, Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif, H.M. Taufiq
Bagi Kaum Islam. Kiemas dan Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj. Dewan Penasehat diketuai Mayjen
(Pur) H. Cholid Ghozali, yang beranggotakan antara lain DR. Faisal Basri dan
Deklarasi dipimpin langsung oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati
H. Moh. Sobari. Sedangkan Ketua Umum Bamusi, Prof. DR. H. Hamka Haq,
Soekarnoputri di kantor DPP PDI Perjuangan, Jl. Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Sekretaris Jenderal, Zainin Ahmadi, M.H. dan Bendahara dijabat oleh Ir.
Dalam sambutannya, Megawati berharap PDI Perjuangan bisa menjadi rumah
Ismayatun. Susunan Pengurus tersebut ditetapkan melalui Surat Ketetepan
bagi umat Islam dalam bingkai ideologi Pancasila.
DPP PDI Perjuangan nomor 050/TAP/DPP/V/2007.
“Saya sengaja membentuk organisasi sayap Partai ini sebagai bentuk nyata bagi
Salah satu nilai-nilai yang hidup dan tumbuh subur dalam kebudayaan bangsa
PDI Perjuangan yang telah mendeklarasikan dirinya sebagai partai ideologis yang
Indonesia adalah nilai-nilai Islam yang telah berakulturasi dengan nilai-
memperjuangkan ajaran-ajaran Bung Karno, dimana intisari dari ajaran Bung
nilai budaya asli bangsa Indonesia. “Ini yang kemudian berkembang menjadi
Karno adalah Ketuhanan, Kemanusiaan, Kebangsaan, Demokrasi Musyawarah
agama yang rahmatan lil alamin, agama yang toleran dan hidup berdampingan
Mufakat dan Keadilan Sosial atau yang secara konsepsional kita kenal dengan
dengan pemeluk agama-agama dan kepercayaan lainnya secara damai dan
nama Pancasila,” kata Mega.
bergotong royong,” tegas Megawati.
Organisasi sayap partai di bidang ke-Islaman yang dibentuk oleh DPP PDI
Perjuangan tersebut anggotanya berlatar belakang ormas Islam, di antaranya
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 133


31 Januari 2008

31 Januari 2008, peringatan hari ulang tahun ke-35 PDI Perjuangan


di GOR Sriwijaya Palembang, Sumatera Selatan. Salah satu kegiatan
peringatan HUT PDI Perjuangan adalah kesenian tradisional
Palembang yaitu musik rebana secara kolosal yang diikuti oleh 3.425
penabuh rebana, sehingga pagelaran musik rebana kolosal tersebut
berhasil mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia.

Pidato Megawati Soekarnoputri


HUT ke-35 PDI Perjuangan:

“Di masa lampau, Partai ini terutama bermodalkan


semangat, semangat, dan semangat. Kepengurusan
kembar dua, kembar tiga dan pergolakan internal,
banyak terjadi di masa lalu. Sekarang, Alhamdulillah
tidak ada lagi kepengurusan kembar. Pergolakan
internal diselesaikan dengan aturan main Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Partai,
etika dan disiplin organisasi. Semangat tetap perlu.
Tetapi semangat saja tidak cukup. Struktur Partai
akan berfungsi kalau digerakkan oleh sumber daya
manusia dengan kualitas yang baik. Kader Partai
harus ditingkatkan kualitasnya dengan dua cara.
Kaderisasi dan membuka diri terhadap ”darah
segar” atau ”fresh blood”. Kaderisasi yang sistematis
dan berkesinambungan, sangat diperlukan. Kader
Partai harus selalu giat belajar, belajar dan belajar.”

Berita HUT PDI Perjuangan dimuat oleh kantor berita Antara.

134 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


2009

Tahun 2009, Megawati kembali ditugaskan oleh PDI Perjuangan sebagai calon presiden, berpasangan
dengan Prabowo Subianto. Pemungutan suara diselenggarakan pada 8 Juli 2009, dimana pasangan
Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung
dengan memperoleh suara sebanyak 73.874.562 (60,80%), mengalahkan pasangan Megawati
Soekarnoputri-Prabowo Subianto dengan perolehan suara sebanyak 32.548.105 (26,79%) dan
Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto dengan perolehan suara sebanyak 15.081.814 (12,41%).

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 135


Sementara untuk pemilihan legislatif, PDI
Perjuangan berhasil menempati urutan ketiga
terbanyak yang lolos ke parlemen, dengan suara
sebanyak 14.600.091 (14.03%). Urutan pertama
diraih oleh Partai Demokrat (20,85%), Kedua Partai
Golkar (14,45%). Partai-partai lain yang lolos
antara lain: Partai Keadilan Sejahtera (10,18%),
Partai Amanat Nasional (7,68%), Partai Persatuan
Pembangunan (6,61%), Partai Kebangkitan Bangsa
(4,82%), Partai Gerakan Indonesia Raya (4,64%) dan
Partai Hati Nurani Rakyat (3,21%).

136 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


5-9 April 2010

Menjelang Kongres III PDI Perjuangan terus diterpa sejumlah isu. Isu utama soal
kemungkinan perubahan haluan mendekati pusat kekuasaan karena ditawari
masuk kabinet pemerintahan.

Kongres III PDI Perjuangan diselenggarakan di Hotel Inna Grand Bali Beach. Pada
pidato pembukaan Kongres III PDI Perjuangan, Ketua Umum PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri tak kuasa menahan harunya manakala menyebut nama
ayahnya, Soekarno,


Kita sudah mencapai point of no return. Kita tidak punya
pilihan lain. Kecuali kembali ke partai yang berideologis,
tegas Mega

Megawati Soekarnoputri foto bersama, Prananda Prabowo, Puan Maharani, dan Taufiq Kiemas
di Kongres III PDI Perjuangan di Bali, 2010.

Pada kongres III tersebut, PDI Perjuangan membuka peluang bagi para kadernya
untuk bersaing menjadi Ketua Umum. Namun, kader PDI Perjuangan tetap secara
aklamasi memilih Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan
untuk periode 2010-2015.

Kongres juga memutuskan PDI Perjuangan berada di luar pemerintahan. Sinyal


berada di luar pemerintahan sejak awal sudah disampaikan Megawati saat pidato
pembukaan Kongres.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 137


Pidato Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada pembukaan
Kongres III PDI Perjuangan, bahwa proklamasi adalah tentang ideologi kerakyatan.
Rakyat yang sungguh-sungguh menjadi fundamen denyut kehidupan sebuah
bangsa dan negara. Bukan rakyat yang sekadar dijadikan alasan melegitimasi
kerakusan dan kepura-puraan kekuasaan.


Dalam kesempatan ini saya perlu tegaskan bahwa cita-cita
yang melekat dalam sejarah Partai kita jauh lebih besar
dari sekadar urusan kursi di parlemen, sejumlah menteri,
ataupun Istana Merdeka. Kita diajarkan dan ditakdirkan
oleh sejarah bahwa perjuangan mengangkat harkat-
martabat wong cilik seperti yang dilakukan Bung Karno
adalah lebih utama dari urusan bagi-bagi kekuasaan.

Saya ingin tegaskan bahwa dalam dialektika dengan rakyat


tugas sejarah setiap kader akan dinilai dan tugas sejarah dari
Partai akan ditimbang. Saya berkeyakinan, dalam kegotong-
royongan dan permusyawaratan dengan rakyat, masa depan
PDI Perjuangan akan menemukan puncak keemasannya.
Karenanya sebagai kader, kita harus berbangga bukan ketika
kita bersekutu dengan kekuasaan, tapi ketika kita bersama-
sama menangis dan bersama-sama tertawa dengan rakyat,

Megawati Soekarnoputri
pada pembukaan Kongres III PDI Perjuangan.

138 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


12-14 Desember 2011 12-14 Oktober 2012

PDI Perjuangan melaksanakan Rakernas I di Hotel Harris, Bandung, Jawa PDI Perjuangan melaksanakan Rakernas II di Surabaya, Jawa Timur. Agenda
Barat. Rakernas I yang dihadiri oleh 1200 kader PDI Perjuangan ini, membahas Rakernas II yaitu evaluasi, sinkronisasi dan memantapkan koordinasi antara
sejumlah program. Di antaranya, evaluasi program partai pasca Kongres Bali struktur partai, kader di legislatif dan eksekutif. Berbagai persoalan bangsa
2005, pembahasan berbagai persoalan nasional, hingga merumuskan strategi seperti kebijakan pemerintah di bidang pembangunan, kedaulatan energi, dan
pemenangan partai dalam Pilkada hingga Pilpres 2014. kedaulatan pangan, serta konsolidasi partai untuk pemenangan Pemilihan Umum
(Pemilu) dan Pemilukada di berbagai daerah di Indonesia.
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Puteri menginstruksikan agar
kader PDI Perjuangan menjadi garda terdepan dalam memberantas korupsi.


Kita bisa memaksimalkan potensi lokal, seperti bubur
Manado, ledok Bali, gado-gado, dan sebagainya. Untuk
berkepribadian secara budaya, bukan berarti anti-
asing, melainkan tidak menomorsatukan budaya asing
dan tetap bangga pada budaya bangsa sendiri,
Megawati menyoal kedaulatan pangan dalam konteks Trisakti Bung Karno
dalam sambutannya pada pembukaan Rakernas II DPP PDI Perjuangan.


Kita memang hidup di tahun-tahun penuh risiko, tetapi
sebagai bangsa yang telah ditempa oleh romantika, dinamika
dan dialektika revolusi untuk jangka waktu yang sangat
panjang, tantangan justru menjadi alasan untuk bangkit
dan bukan sebaliknya untuk semakin terpuruk lagi
Megawati pada pembukaan Rakernas I PDI Perjuangan.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 139


6- 8 September 2013

PDI Perjuangan melaksanakan Rakernas III di Mercure, Ecopark, Ancol, Jakarta Utara.

Pada kesempatan ini, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menjelaskan bahwa
Rakernas III PDI Perjuangan saat ini merupakan langkah untuk membentuk dan menguatkan
sumberdaya manusia bagi para seluruh kader partai dalam memenangkan Pemilu 2014.

"Banyak orang katakan saya berada di bawah bayang-bayang Bung Karno. Lalu saya dikatakan
sebagai anak biologis. Saya merasa itu sebagai character assassination. Saya menjadi ketua umum
paling senior di Indonesia bukan karena berada di bawah bayang-bayang Soekarno. Saya bekerja
keras. Saya berharap siapapun di PDI Perjuangan juga bekerja keras seperti pada waktu hal-hal
yang saya alami," kata Megawati.


"Kami boleh bangga karena kerja keras dan
konsistensi kami mulai membuahkan hasil. Dari
rahim cinta kasih PDI Perjuangan kini banyak
lahir deretan pemimpin muda potensial seperti
Jokowi. Saya tidak akan berhenti menyiapkan
regenerasi pemimpin bangsa. Itu adalah hasil
kerja semua kader dengan segala kelemahan
yang kita punya sebagai partai rakyat,
tegas Mega.

140 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


2014

Megawati melalui hak prerogatifnya sebagai Ketua


Umum PDI Perjuangan mengeluarkan Perintah
Harian Ketua Umum, pada tanggal 14 Maret 2014
yang berisi menunjuk petugas partai, Ir. Joko
Widodo, untuk maju dalam Pemilihan Presiden
Indonesia 2014. Pada Pemilihan Presiden 2014
tersebut diikuti oleh dua pasang calon Presiden dan
Wakil Presiden yaitu Joko Widodo-Jusuf Kalla dan
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Penunjukan Ir. Joko Widodo sebagai calon presiden


2014 diumumkan melalui akun media sosial resmi
PDI Perjuangan (twitter: @pdi_perjuangan dan
fanpage facebook: pdiperjuangan).

Surat mandat penunjukan Ir. Joko Widodo sebagai Surat Perintah Harian Ketua Umum PDI Perjuangan
capres dari PDI Perjuangan dalam Pemilu 2014. kepada kader dan simpatisan terkait penunjukan Ir.
Joko Widodo sebagai capres dalam Pemilu 2014

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri


memperlihatkan surat mandat penunjukan petugas partai,
Ir. Joko Widodo sebagai capres dari PDI Perjuangan.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 141


Melalui proses pemilu yang cukup panjang, Joko Widodo dan Jusuf Kalla terpilih
dan ditetapkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019. Jokowi
adalah presiden Indonesia pertama yang tidak berasal dari kalangan militer atau
elit politik yang terkait dengan Soeharto.

Pada Pemilu Legislatif 2014, PDI Perjuangan berhasil meraih suara terbanyak
23.681.471 (18,95%), sekaligus menempati urutan pertama partai yang lolos ke
parlemen. Urutan kedua diraih oleh Partai Golkar (14,75%), diikuti oleh Partai
Gerindra (11,81%), Partai Demokrat (10,19%), Partai Kebangkitan Bangsa
(9,04%), Partai Amanat Nasional (7,59%), Partai Keadilan Sejahtera (6,79%),
Partai NasDem (6,72%), Partai Persatuan Pembangunan (6,53%) dan Partai Hati
Nurani Rakyat (5,26%).

142 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


19-20 September 2014 9-12 April 2015

Pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI Perjuangan di PDI Perjuangan menyelenggarakan Kongres IV di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali. Pada
Marina Convention Center (MCC) Semarang, Jawa Tengah. Kongres IV PDI Perjuangan ini, Megawati Soekarnoputri secara aklamasi ditunjuk oleh kader PDI
Rakernas IV PDI Perjuangan membahas beberapa hal terkait Perjuangan untuk memimpin partai berlambang banteng moncong putih itu di periode 2015-2020.
kondisi politik nasional terkini. Salah satu agenda pembahasan
Rekomendasi agar Megawati memimpin PDI Perjuangan pada periode 2015-2020, merupakan hasil
adalah peta koalisi di DPR menjelang pengesahan RUU tentang
Rakernas IV PDI Perjuangan di Semarang, 19-20 September 2014. Megawati menerima rekomendasi
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
itu dengan penuh haru.
Saat membuka Rakernas IV, Jumat 19 September 2014,
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
menyinggung RUU Pilkada. Megawati menyayangkan sikap
Koalisi Merah Putih yang mendorong pemilihan kepala daerah
dilakukan oleh DPRD. Menurut Megawati, pilkada melalui DPRD
adalah sebuah kemunduran.

Rakernas IV PDI Perjuangan, kembali menunjuk Megawati


Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan periode
2015-2020.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 143


19 Oktober 2015

Korea Maritime and Ocean University menjadi


kampus ketiga yang memberikan gelar Doktor
Honoris Causa pada Megawati. Penganugerahan
tersebut diberikan kepada Megawati karena dinilai
berjasa di bidang Politik. Gelar tersebut diberikan
pada Senin 19 Oktober 2015 di Kota Busan.

144 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri



25 Mei 2016

Megawati Soekarnoputri kembali dianugerahi Pemberian gelar kehormatan ini


gelar Doktor Honoris Causa bidang Politik dan sebagai pengakuan bagaimana dalam
Pemerintahan oleh Universitas Padjadjaran masa transisi demokrasi yang penuh
(Unpad) Bandung, Jawa Barat pada 25 Mei 2016. tantangan, Ibu Megawati Soekarnoputri
Gelar Doktor Honoris Causa yang diberikan
mampu membawa stabilitas
merupakan titik pijak dari seluruh kajian
politik dan mengatasi tantangan
akademik yang dilakukan Unpad, baik saat perekonomian nasional akibat krisis
Megawati berjuang melawan rezim otoriter ekonomi yang berkepanjangan,”
orde baru maupun setelah masa kepemimpinan kata Rektor Unpad,
Tri Hanggono Achmad saat itu.
sebagai Presiden ke-5 Republik Indonesia
berakhir.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 145


16 September 2017

Mokpo National University Korea Selatan


memberikan gelar Doktor Honoris Causa di bidang
Ekonomi Demokrasi kepada Megawati pada 16
September 2017.

Kampus yang terkenal dengan teknik kelautannya


ini memberikan gelar tersebut atas jasa Megawati
dalam memperjuangkan ekonomi Pancasila. Ketua
Umum PDI Perjuangan tersebut dinilai dapat secara
konsisten memperjuangkan paradigma ekonomi
Pancasila untuk menggantikan sistem ekonomi
kapitalisme yang dinilai dapat menimbulkan
ketimpangan sosial ekonomi yang besar.

146 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


27 September 2017

Megawati mendapat gelar Doktor Honoris Causa


bidang Pendidikan dari Universitas Negeri Padang
(UNP). Megawati dinilai berjasa dalam menerbitkan
UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional selama menjabat Presiden
RI. Dan kemajuan yang dihasilkan, salah satunya
keberpihakan pemerintah bahwa alokasi anggaran
pendidikan harus minimal 20 persen dari alokasi
APBN pusat atau APBD di daerah.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 147


8 Maret 2018

Megawati mendapat gelar Doktor Honoris IPDN memberikan gelar doktor kehormatan sebagai
Causa dalam bidang Politik Pemerintahan dari pengakuan kenegarawanan Megawati Soekarnoputri. “Beliau
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). sosok yang berpengetahuan luas mengenai politik dan
Ini merupakan kali pertama IPDN memberikan pemerintahan serta konsisten menegakkan demokrasi dalam
gelar Doktor Honoris Causa kepada tokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
di luar kampusnya. Prosesi penyematan


Doktor Honoris Causa ke Megawati dilakukan
langsung Gubernur IPDN, Prof. Ermaya
Suradinata di Kampus IPDN, Jatinangor, Beliau peletak dasar kebijakan desentralisasi
Sumedang, Jawa Barat, bertepatan dengan yang berkesinambungan untuk Indonesia Raya,
Hari Perempuan Internasional.
kata Gubernur IPDN, Prof. Ermaya Suradinata.

148 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


22 Maret 2018

Megawati dilantik sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

BPIP adalah lembaga yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden yang memiliki
tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila,
melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara
menyeluruh dan berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan
dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi
berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila
kepada lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial
politik, dan komponen masyarakat lainnya. BPIP merupakan revitalisasi dari Unit Kerja Presiden
Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 149


5 November 2018

Megawati menerima gelar Doktor Honoris Causa


untuk bidang Diplomasi Ekonomi dari Fujian
Normal University (FNU), Fuzhou, Tiongkok pada
5 November 2018. Pada kesempatan itu, Megawati
memberikan orasi ilmiah di hadapan Presiden
Fujian Normal University, Profesor Doktor Wang
Changping, para Guru Besar, Senat, Dewan Fujian
Normal University, Duta Besar Indonesia untuk
Republik Rakyat Tiongkok, Djauhari Oratmangun,
Gubernur Provinsi Fujian, Tang Dengjie, serta
Masyarakat Akademisi Fujian Normal University.

Gelar doktor ini merupakan gelar akademis yang


ke-8 untuk Megawati Soekarnoputri.

150 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


2019

Megawati dan PDI Perjuangan kembali Menunjuk petugas partai Ir. Joko Widodo sebagai calon
presiden RI berpasangan dengan KH. Ma’ruf Amin untuk maju dalam Pemilihan Umum Presiden

Kepada semua anggota dan kader PDI
Perjuangan dimanapun mereka berada
Indonesia 2019. Pada pemilu ini diikuti juga oleh dua pasang calon Presiden dan Wakil Presiden
bersama rakyat, untuk mengamankan
yaitu Joko Widodo–KH. Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto–Sandiaga Uno.
menjaga dan menyukseskan Ir. Joko
Widodo sebagai calon presiden RI.

Semoga Allah yang maha kuasa


memberikan rahmat bagi kita bangsa
dan negara mencapai kemenangan.
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, 25/02/2018.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 151


21 Mei 2019, sesuai dengan rekapitulasi nasional, KPU telah
mengumumkan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai
pemenang pemilihan presiden (Pilpres) 2019 dengan hasil
suara sebanyak 85.607.362 suara (55,50%), sementara pasangan
Prabowo Subianto–Sandiaga Uno memperoleh suara sebanyak
68.650.239 suara (44,5%).

Sesuai dengan keputusan KPU nomor 135/PL/KPU/V/2019 tentang penetapan presiden dan
wakil presiden, DPR RI, DPRD tahun 2019, yang menyatakan bahwa Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dengan total suara 27.053.961 (19,33%) sebagai pemenang pemilihan legislatif 2019.

Sebagai partai nasionalis yang berwatak kerakyatan, PDI Perjuangan tampil menjadi partai yang
diperhitungkan dalam pentas politik nasional melalui jalan yang terjal. Berulang kali himpitan
kesulitan dan benturan kepentingan dengan penguasa mewarnai dinamika partai berlambang
banteng ini. Namun, berkat kepemimpinan partai yang kharismatik dan mengayomi pelbagai
kepentingan anggotanya, partai ini tetap eksis hingga saat ini. Figur Megawati Soekarnoputri tak
dapat dipisahkan lagi dengan PDI Perjuangan.

152 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


27 Juni 2019, Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh
permohonan gugatan hasil Pilpres 2019 yang diajukan
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Maka melalui putusan
MK tersebut, sekaligus mengukuhkan kemenangan
pasangan Joko Widodo-KH. Ma'ruf Amin pada Pilpres
2019.

30 Juni 2019, KPU menetapkan pasangan nomor urut 01


Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai paslon terpilih.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 153


Bangun Jiwanya.
Bangun Badannya untuk
Indonesia Raya.
Megawati Soekarnoputri, Juni 2011.
Karikatur Megawati
Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 157
1996, Pri S.

1996, Uzie

158 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Joko Susilo

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 159


1998, M.Najib

160 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1996, Joko Susilo

1994, Pramono R. Pramoedjo

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 161


1999, Prie GS

162 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1998, Agoes Jumianto

1999, Agoes Jumianto

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 163


1999, Didie SW

164 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1999, Pri S

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 165


1998, Agoes Jumianto

166 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1998, Pri S

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 167


1998, Pri S

168 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1996, GM Sudarta

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 169


1999, S. Purwono

170 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1999, Gatot Eko Cahyono

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 171


1999, Martono Loekito

1999, M. Najib

172 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1999, Joko Susilo

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 173


1999, M. Najib

174 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1999, M. Najib

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 175


M. Najib

176 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


1999, Ipong

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 177


Tantangan ideologis kita
terbesar saat ini adalah
bagaimana menjadikan
Pancasila sebagai ideologi yang
hidup, ideologi yang bekerja,
ideologi yang membumi.
Megawati Soekarnoputri, Oktober 2011.
Rumah Kebagusan
Suatu hari begitu Taufiq Kiemas pulang dari Batam,
Megawati memberitahu, bahwa telah menjual mobil
mereka, dan hasilnya dibelikan sebidang tanah di
Kebagusan, Pasar Minggu. Taufiq terkaget-kaget
mendengar keputusan Mega karena menjual mobil
tanpa sepengetahuan dirinya. Menurut Megawati,
Kebagusan merupakan kawasan yang menarik.
Lingkungan masih alami, ijo royo-royo, dan harga
tanah masih murah.

Meskipun akses menuju rumah Kebagusan masih


berupa tanah merah, bila turun hujan dan setelah
hujan reda tidak memungkinkan mobil masuk
karena jalanan becek berlumpur. Namun lokasi
tersebut menjadi idaman Megawati yang memang
menggemari tanaman. Taufiq menyetujui keputusan
istrinya tersebut, karena yakin Megawati melakukan
itu berdasarkan intuisinya.

Setelah membangun sebuah rumah yang cukup besar


di atas tanah yang mereka miliki. Pada akhir tahun
1992 keluarga Taufiq meninggalkan Cempaka Putih,
pindah ke Kebagusan. Di Kebagusan-lah Megawati
menempa diri untuk masa depannya. Di tempat yang
jauh dari keramaian itu, Mega banyak belajar dari
masyarakat sekitar. Mega tetap bersahaja, ramah,
dan jauh dari kesan sombong.

Di rumah Kebagusan yang berhalaman luas itu pada


awalnya Megawati memang sering mengisi waktu
dengan merawat tanamannya. Di situ terdapat
berbagai tanaman, dari buah-buahan seperti
rambutan, nangka, dan menteng juga bunga-bunga
seperti anggrek dan mawar.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 181


Selain kantor PDI di Jl. Diponegoro No. 58, di
Kebagusan setiap hari Megawati menerima massa
rakyat, yang berdatangan, bahkan sering juga
mereka menginap. Rakyat ingin bertemu Megawati
untuk melakukan konsultasi atau melaporkan
masalah yang dihadapi mereka. Seusai diterima
Megawati, mereka berdiskusi atau sekedar ngobrol
dengan Taufiq, yang memilih bersikap low profile.

Peristiwa Kerusuhan 27 Juli (Kudatuli) membuat


DPP PDI pimpinan Megawati tergusur dari kantor
PDI. Kantor yang luluh lantak itu kemudian berada
di bawah pengawasan Kodam. PDI pun akhirnya
membuka kantor di rumah Megawati di Kebagusan
Dalam IV karena kesulitan mendapatkan tempat
untuk dijadikan kantor. Misalnya kantor mereka
di kawasan Condet, Jakarta Pusat, terpaksa harus
ditutup tekanan karena aparat kelurahan setempat.

Dalam perkembangan selanjutnya, “temu kader” di


Kebagusan itu menjadi sebuah tradisi pertemuan
“Malam Reboan”. Setiap Selasa malam berlangsung
pertemuan Mega dengan para kader PDI Pro Mega,
tidak saja dari Jakarta, tetapi juga dari luar kota.
Rapat kerja partai dilaksanakan di bawah pohon di
kebun Kebagusan. Pohon dan tanaman menjadi saksi
bagaimana demokrasi arus bawah berkonsolidasi
melawan tirani.

182 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Tahun 1999, Megawati mendeklarasikan
pembentukan PDI Perjuangan. PDI Perjuangan
mempunyai kantor di Jl. Lenteng Agung No. 56,
sempat pindah sebentar ke Jl. Pecenongan No. 40,
dan kembali lagi berkantor di Jl. Lenteng Agung No.
56. Rumah di Kebagusan Dalam IV, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan, itu kembali “normal” menjadi
kediaman keluarga Taufiq Kiemas-Megawati.

Setelah anak-anak mereka beranjak dewasa dan


menikah, keluarga Taufiq memutuskan pindah
rumah di bilangan Jl. Teuku Umar, Menteng, Jakarta
Pusat. Sementara Tatam (Rizky Pratama), Prananda,
dan Puan yang telah menikah mempunyai rumah
tinggal sendiri-sendiri.

Meski telah menetap di Teuku Umar dan mempunyai


rumah sendiri-sendiri, keluarga besar Mega sebagian
masih tetap menjadikan Kebagusan sebagai alamat
kependudukannya. Mereka mempertahankan
tradisi mengunakan hak pilihnya dalam Pemilu
di Kebagusan. Bagi keluaga besar Megawati,
Kebagusan mempunyai arti khusus dalam sejarah
memperjuangkan kedaulatan rakyat.

Tradisi lain yang tidak bisa dilepaskan dari Rumah


Kebagusan adalah setiap usai mencoblos, Megawati
memonitor sekaligus mengevaluasi jalannya pesta
demokrasi. Menang-kalah disikapi dengan jamuan
makanan, dan hati yang gembira.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 183


184 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 185
Politik adalah proyek sejarah
dan ideologi: kerja menyusun
satu-demi-satu sendi-sendi
kehidupan dan batu-batu
peradaban yang memungkinkan
keseluruhan kemanusiaan kita
termanifestasi dan berkembang.
Megawati Soekarnoputri, Oktober 2012.
Foto Peristiwa
Tahun 1999-2019
188 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
Satgas PDI Perjuangan menangisi kekalahan
Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan
presiden di Sidang Umum MPR 1999.

Megawati Soekarnoputri berbicara dan mengucapkan


selamat kepada Abdurrahman Wahid setelah pemilihan
presiden di Sidang Umum MPR, Jakarta, 20 Oktober 1999.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 189


Pelantikan Megawati Soekarnoputri menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia pada tahun 1999.

190 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Suasana pembukaan Kongres I PDI Perjuangan, Semarang, 1 April 2000.

Rapat KongresI PDI Perjuangan, Semarang, 1 April 2000.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 191


Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri mengunjungi sebuah rumah Sakit di Ambon
dalam kunjungan kerja upaya mengatasi konflik Ambon, Januari 2000.

192 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Wakil Presiden (Wapres) Megawati Soekarnoputri
bersama Presiden Abdurrahman Wahid menyambut
Pemimpin Palestina Yasser Arafat saat kunjungannya ke
Indonesia di Istana Negara, Jakarta, 16 Agustus 2000.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 193


Presiden Megawati Soekarnoputri menyerahkan Sang Saka Merah Putih
kepada Paskibraka pada upacara Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2003.

Megawati Soekarnoputri membacakan sumpah jabatan sebagai


Presiden Republik Indonesia mandataris MPR di gedung DPR/
MPR RI di Jakarta pada 23 Juli 2001. Megawati mencatat
sejarah sebagai perempuan pertama yang menjadi presiden.

194 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Presiden Megawati Soekarnoputri melakukan inspeksi pasukan
pada peringatan HUT ke-59 TNI di Pangkalan TNI AU,
Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa, 5 Oktober 2004.

Presiden Indonesia Megawati Soekarnoputri diapit


ajudannya, Kolonel Budi Gunawan (kanan) dan
komandan upacara Komisaris Polisi Sunaryono (kiri)
HUT ke-56 POLRI di Jakarta pada 1 Juli 2002.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 195


Dalam kunjungan kerja ke Papua, Presiden Megawati Soekarnoputri bercengkrama Presiden Megawati Soekarnoputri berpidato di Konferensi Tingkat
dengan para siswa sambil menggendong seorang anak, 2002. Tinggi Pangan Dunia di Markas Besar Organisasi Pangan dan
Pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa (FAO), di Roma, Italia, 2002.

196 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Presiden Megawati Soekarnoputri bertemu Paus Yohanes Presiden Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Presiden Libya
Paulus II di Vatikan pada 10 Juni 2002. Muammar Khadafi di Tripoli, Libya pada 26 September 2003.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 197


Presiden Megawati Soekarnoputri berbicara di
Presiden Megawati Soekarnoputri didampingi Taufiq Kiemas
Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
disambut Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan dan
ke-58, New York, 23 September 2003.
Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki di Johannesburg, 2002.

198 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Presiden Megawati Soekarnoputri bersama anak-anak perwakilan
negara anggota ASEAN di Jakarta, 8 Agustus 2003.

Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri pidato di KTT


Organisasi Konferensi Islam (OKI), Malaysia, 16 Oktober 2003.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 199


Presiden Megawati Soekarnoputri memotong tumpeng
untuk menandai peringatan Hari Kemerdekaan ke-59
di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2004.

Presiden Megawati Soekarnoputri bertemu dengan


Presiden Amerika Serikat George W. Bush.

200 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Presiden Megawati Soekarnoputri menerima 540 atlet yang tergabung dalam
kontingen Sea Games 2001 di halaman Istana Merdeka, Jakarta, 2001.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 201


202 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
saat berkampanye pada Pemilu 2004 di Bali.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 203


Ketua Umum PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri berpidato
di HUT ke-33 PDI Perjuangan
di Jakarta, 11 Januari 2005.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri disambut simpatisan Presiden ke-5 Republik Indonesia yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan,
saat upacara HUT ke-33 PDI Perjuangan di Jakarta, 11 Januari 2005. Megawati Soekarnoputri bergembira dengan siswa taman kanak-kanak
yang mengunjungi kediamannya di Jl. Teuku Umar, Jakarta pada 25 April 2006.

204 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri bersama
anak-anak pada Rakernas II Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
PDI Perjuangan di Jakarta, memberikan sambutan saat pembukaan Rakernas
8 September 2007. II PDI Perjuangan, Jakarta, 8 September 2007.

Ribuan simpatisan partai mengikuti


gerak jalan peringatan HUT ke-35
PDI Perjuangan di Bandung,
Jawa Barat pada 15 Maret 2008.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 205


Ketua Umum PDI Perjuangan,
Megawati Soekarnoputri berkampanye
pada Pemilu 2009.

206 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 207
208 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati
Soekarnoputri menjadi tamu kehormatan dan menerima penghargaan
Lifetime Achievement bidang politik pada International Conference of Asian
Political Parties (ICAPP) yang berlangsung di Kamboja, Desember 2010.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 209


210 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
Ribuan kader PDI Perjuangan mengikuti gerak
jalan sehat memperingati hari lahir Pancasila di
Jakarta pada Minggu, 20 Juni 2010. Kegiatan ini
merupakan bagian dari rangkaian acara mengisi
Bulan Bung Karno yang diadakan setiap Juni.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 211


Relawan Badan Penanggulangan Bencana
(Baguna) PDI Perjuangan Sumatera Barat
(Sumbar) berangkat menuju Sikakap, Pulau
Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan
Mentawai Provinsi Sumbar,18 Desember 2010.

212 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 213
Pasar murah Ramadan di Lapangan Parkir PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri bersama F.X. Hadi Rudyatmo mencoba jajanan kampung
Lenteng Agung, Jakarta Selatan, 2011. di Solo, pada tanggal 17 Oktober 2011.

Megawati menyimak penjelasan mengenai


program penataan kampung di Solo dari
petugas partai, Wakil Walikota Solo F.X.
Hadi Rudyatmo, 17 Oktober 2011.

214 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
menandatangani foto Bung Karno saat membuka pameran foto
Bung Karno, “Aku Melihat Indonesia” di Jakarta, Juni 2011.
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati
Soekarnoputri dalam acara pembukaan
Rakernas I di Bandung, Desember 2011.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 215


Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memimpin
Rakor Tiga Pilar se-Jawa Timur di Malang, 20 Maret 2011.

216 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Ketua Umum PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri sebagai
narasumber dalam seminar
“Pentingnya Undang-Undang
Pemerintahan Desa untuk
Mewujudkan Kesejahteraan
Masyarakat Desa” di
Kantor DPP PDI Perjuangan,
Lenteng Agung, Jakarta
Selatan, 25 Januari 2011.

Ketua Umum PDI Perjuangan


Megawati Soekarnoputri dalam acara
pencanangan Cabang Pelopor di
Desa Jambakan, Bayat, Klaten, Jawa
Tengah, pada tanggal 7 Maret 2011.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 217


Ketua Umum PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri
membuka dan memberikan
kuliah umum dalam acara
Pendidikan Kader angkatan I,
Yogyakarta, 23 Februari 2012.

Presiden ke-5 Republik Indonesia


Megawati Soekarnoputri memberikan
kuliah umum di Universitas Pancasila,
Jakarta, 5 September 2012.

218 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Ketua Umum PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri berdialog
dengan pembuat lontong di kampung
Lontong di Banyu Urip Lor X,
Surabaya, 13 Oktober 2012

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 219


220 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
Presiden ke-5 Republik Indonesia
Megawati Soekarnoputri berpesan
kepada Miss Indonesia International
2012, Lizza Elly Purnamasari, dan
Putri Pariwisata Indonesia 2012,
Melisa Putri, mempromosikan
mengenai keanekaragaman seni,
kuliner, dan keindahan alam
Indonesia yang sifatnya tradisional.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 221


Megawati Soekarnoputri menunjukkan salah satu produk dari gerakan Satu Desa Satu
Produk (SDSP) di acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang dihadiri oleh pengurus
DPD dan kader partai yang menjabat sebagai kepala daerah, 8 Februari 2013.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati


Soekarnoputri saat mengunjungi Sentra batik
Trusmi, Cirebon, pada tanggal 20 Februari 2013.

222 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri menyalami penyandang
Disabilitas, Denpasar, Bali, Maret 2013

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 223


Megawati Soekarnoputri memanen padi Mari
Sejahterakan Petani (MSP) hasil uji coba di Bogor,
2013. PDI Perjuangan melalui Program MSP bertekad
memandirikan kaum petani, meningkatkan kualitas
kehidupan petani, dan membangun kedaulatan pangan

224 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Presiden ke-5 Republik Indonesia yang juga Ketua
Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
saat menjadi pembicara di Asian Leadership
Conference, Korea Selatan, Maret 2013.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 225


Ketua MPR RI yang juga tokoh senior PDI
Perjuangan, Taufiq Kiemas, wafat pada Sabtu, 8
Juni 2013, di General Hospital, Singapura

Megawati Soekarnoputri meletakkan karangan bunga di


atas makam suaminya saat upacara pemakaman almarhum
Ketua MPR RI Taufiq Kiemas di Taman Makam Pahlawan
Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu, 9 Juni 2013

226 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum Yayasan
Kebun Raya Indonesia (YKRI) menjelaskan Phala Pusaka
(Konservasi Ciliwung), program YKRI bekerjasama
Komunitas Ciliwung Condet, Condet, Jakarta, 2013.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 227


228 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
Kader PDI Perjuangan yang juga Gubernur DKI Jakarta, Ir. Joko Widodo, mencium tangan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri usai menerima nasi tumpeng saat perayaan Hari Ulang Tahun Ke-41 PDI Perjuangan 10 Januari 2014.

Megawati Soekarnoputri meminta kepada seluruh kader untuk


fokus mengantarkan PDI Perjuangan menjadi pemenang
Pemilu Legislatif 2014 atau memperoleh suara minimal 20
persen agar bisa mengajukan calon presiden di Pilpres 2014.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 229


Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri melihat poster yang berada di DPD PDI Perjuangan Bali, 2014. Kader
berasal dari kata cadre (bahasa Perancis) yang berarti bingkai. Bukan berarti sekadar penghias sebuah gambar agar terlihat lebih
indah melainkan bermakna sebagai 'penopang' atau penahan dari isinya agar mampu berdiri tegak dan tidak jatuh berserakan.

230 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 231
Ketua Umum PDI Perjuangan dalam acara “Gerakan
Perempuan untuk Kedaulatan Pangan” di Desa Sedayu,
Kecamatan Tulung, Klaten, Jawa Tengah, 9 Mei 2014.

232 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Rakernas IV PDI Perjuangan di Semarang, Jawa Tengah tahun 2014.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 233


Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
menganugerahkan Sarinah Award kepada 10 orang
pejuang perempuan. Penyerahan Sarinah Award
berlangsung pada saat peringatan Hari Ibu dan Hari
Pergerakan Perempuan 22 Desember 2014 di kantor
DPP PDI Perjuangan Lenteng Agung, Jakarta.

234 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Presiden ke-5 RI yang Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengikuti prosesi jalan
kaki bersejarah (Historical Walk) pada puncak peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dari
Hotel Savoy Homan menuju Gedung Merdeka, di kawasan Jl. Asia Afrika, Bandung, 24 April 2015.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 235


Kongres IV PDI Perjuangan di Bali, 9 April 2015.

236 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Peresmian kantor DPP PDI Perjuangan Jl. Diponegoro
No. 58, Menteng, Jakarta Pusat, 1 Juni 2015.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 237


Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan
arahannya usai melantik pengurus Badan Pemenangan Pemilu (BP
Pemilu) dan Badan Saksi Pemilu Nasional (BSPN) PDI Perjuangan di
Kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta, 27 Agustus 2015.

238 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati
Soekarnoputri tersenyum usai membuka Sekolah
Partai Calon Kepala Daerah di kantor DPP
PDI Perjuangan Jakarta, 28 Juni 2015.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri


memberi pembekalan dalam Sekolah Partai Calon
Kepala Daerah di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 239


Megawati Soekarnoputri menjadi Megawati Soekarnoputri memberikan
pembicara utama di Studium kenang-kenangan karangan bunga kepada
General Pra Wisuda XII Universitas para pemain Pagelaran Bangun Majapahit
Udayana, Bali, 19 November 2015. di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM)
Jakarta, pada tanggal 26 November 2015.

240 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Presiden ke-5 RI yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri meresmikan Kebun Raya Baturraden
di Purwokerto, Jawa Tengah, 19 Desember 2015.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 241


Rakernas I PDI Perjuangan,
Kemayoran, Jakarta, Januari 2016.

242 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Presiden ke-5 RI yang juga Ketua
Umum PDI Perjuangan memberikan sambutan dalam acara
Apel Besar Hari Lahir (Harlah) ke-93 Nadlatul Ulama (NU)
dan Harlah Pancasila, Pasuruan, Jawa Timur, 2016

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 243


“Bung Karno dalam Seni dan Budaya”
dalam rangka HUT ke-43 PDI Perjuangan
dan Bulan Bung Karno Bapak Bangsa 2016,
di JCC, Senayan, Jakarta, 6 April 2016

244 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri
memukul kendang sebagai tanda
dibukanya Parade Buleleng Endek
Carnaval (BEC) tahun 2017.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 245


HUT ke-44 PDI Perjuangan di
Jakarta, 10 Januari 2017.

Presiden ke-5 RI yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan


Megawati Soekarnoputri memberikan pembekalan kepada
437 taruna dan taruni calon perwira remaja Tentara Nasional
Indonesia (TNI) di Mabes TNI, Jakarta, 21 Juli 2017.

246 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tiga Pilar PDI Perjuangan
di ICE BSD, Tangerang, 16 – 17 Desember 2017.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 247


248 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
HUT ke-45 PDI Perjuangan di Jakarta, 10 Januari 2018.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 249


Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri melepas bantuan tahap kedua
PDI Perjuangan untuk korban gempa dan tsunami Sulawesi Tengah (Sulteng), bertempat
di kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, 8 Oktober 2018.

Ketua Umum Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) yang juga Ketua Umum PDI Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat melihat-lihat foto
Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersama petugas partai, Wali Kota Surabaya korban yang terdampak gempa dan tsunami di Sulteng, 8 Oktober 2018.
Tri Rismaharini dalam puncak acara Jaga Bhumi di Surabaya, 29 April 2018.

250 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri didampingi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menutup secara resmi penyelenggaraan Tanah
petugas partai, Bupati Kabupaten Tabanan, Bali, Ni Putu Eka Wiryastuti melihat produk-produk Lot Art n Food Festival ke-2, di Bali, 20 Agustus 2018.
karya anak bangsa di stan Tanah Lot Art and Food Festival 2018.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 251


252 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri
Kampanye Pemilu 2019 PDI Perjuangan di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, 7 April 2019.

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 253


Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berbagi cerita dan
perjuangannya membangun masyarakat dan partai kepada generasi muda di
kantor DPP PDI Perjuangan Jl. Diponegoro No.58, Jakarta, 7 Januari 2019.

254 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 255
Megawati Soekarnoputri saat meresmikan gedung baru
kantor DPP PDI Perjuangan di Jakarta, 13 Maret 2019.

256 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 257
DAFTAR INDEKS
A D H Kongres II PDI Perjuangan 40, 130

Abdul Gani 91 Dahlan Ranuwihardjo 95 Hardi 75, 107 Kongres III PDI
137, 138
Perjuangan
Abdul Madjid 91 Djauhari Oratmangun 150 Hamka Haq 133
Kongres IV PDI
Abdurrahman Wahid 95, 108, 116, 117, 121, 122,123 Didi Supriyanto 131 Hamzah Haz 117 143, 234
Perjuangan
Abubakar Nataprawira 100 Dimyati Hartono 122 Hasyim Muzadi 128
18, 34, 35, 51, 80, 83,
Akbar Tanjung 116 Diah Permata Megawati Ho Chi Minh 68, 69 Kebagusan 98, 101, 102, 106, 114,
2, 55, 76
Setiawati Soekarnoputri 115, 181, 182, 183
Alex Asmasoebrata 19, 23, 85 I
Deklarasi 41, 43, 111, 131, 133, 183 Kudatuli 182
Alex Litaay 23, 98 Ismayatun 133
2, 125, 128, 141, 145, Kabinet Gotong Royong 124
Amien Rais 108, 115,116 Doktor Honoris Causa Ismunandar 23, 88, 91, 93
146, 147, 148, 150
KTT Non Blok 70
Arifin Panigoro 130, 131, Isnaeni 90, 91
E
Korea Maritime and
Abdul Kholiq Murod 91, 93 Idayu Nyoman Rai 77 2, 144
Eddy Djunaedi 91, 93 Ocean University
Ahmad Syafi’i Ma’arif 133 9, 10, 59, 60, 61, 62, 70, 72, 75,
Eka Darmaputera 95 Istana Merdeka L
80, 107, 108, 138, 198, 199
Andi Chaerul Muis Ermaya Suradinata 148 Laksamana Sukardi 130, 131
20, 23, 91, 93 Institut Pemerintahan
Manggabarani 2, 148
Erros Djarot 122 Dalam Negeri Latief Pudjosakti 86, 90
Agresi Militer 58
Edwin Hernawan J M
B 91
Soekowati
Jawaharlal Nehru 58, 60, 70 8, 19,31, 36, 56, 58, 60, 61, 62,
Boediono 135 F 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 74,
Joko Widodo 141, 142, 151, 152, 153, 227
Bak Ho 69 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 83,
7, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61,
Fatmawati Jusuf Kalla 128, 135, 141, 142 Mega 84, 85, 86, 87, 88, 89, 91, 9a4,
Bambang Triantoro 95 64, 65, 66, 72, 75, 76,
95, 98, 100, 101, 103, 104,
Jusuf Merukh 90 106, 108, 115, 116, 122, 127,
Basofi Sudirman 90 Fatmawati Soekarno 55, 57, 58
John Fitzgerald Kennedy 71 133, 137, 140, 181, 182, 183
Bob Kennedy 72 Faisal Basri 133
Joseph Broz Tito 70 2, 4, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16,
Budiman Sudjatmiko 98 Fatimah Achmad 23, 91, 93 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
2, 9, 12, 13, 16, 18, 19, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 35, 36,
72, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, Feisal Tanjung 91, 95
29, 30, 32, 34, 35, 36, 41, 43, 38, 40, 41, 42, 44, 45, 50, 55,
Bung Karno 81, 84, 98, 128, 133, 138, Frans Seda 95 46, 50, 51, 56, 59, 60, 61, 66, b57, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65,
139, 140, 209, 213, 242, 72, 75, 77, 78, 79, 80, 82, 83, 85,
F.X. Oerip Sodjod 93 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74,
10, 55, 57, 58, 59, 60, 61, 85, 86, 91, 94, 95, 97, 98, 100, 75, 76, 78, 79, 80, 81, 82, 83,
Bu Fat Fujian Normal University 2, 150, 101, 102, 104, 106, 017, 108,
64, 66, 72, 75, 76, 91, Jakarta 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92,
111, 126, 131, 132, 133, 140, 93, 94, 95, 97, 98, 99, 100, 102,
Bu Kasur 62, 63 G 182, 183, 189, 193, 194, 195, 103, 104, 105, 106, 107, 108,
Guruh 12, 65, 75, 130 197, 198, 199, 202, 203, 209, 109, 110, 111, 112, 113, 115,
Buttu Hutapea 95
212, 213, 215, 216, 224, 227, 118, 119, 120, 121, 123, 125,
B.J. Habibie 107 7, 10, 56, 57, 59,60, 61, 232, 235, 236, 237, 238, 240,
Guntur Megawati 126, 127, 128, 129, 130, 131,
65, 66, 68, 71, 75 242, 244, 247, 248, 252, 254,
Beng Mang Reng Say 91 132, 133, 134, 135, 136, 137,
Gerry Mbatemboi 88, 90 K 138, 139, 141, 142, 143, 144,
Baguna 132, 210 145, 147, 148, 149, 150, 151,
Gunawan Satari 74 Kharis Suhud 95
Bamusi 133 152, 153, 154, 155, 156, 159,
Guntur Soekarno Putra 66, 71 Kwame Nkrumah 70 185, 186, 187, 193, 194, 196,
Badan Pembinaan 197, 198, 199, 200, 201, 202,
149 Gus Dur 30, 95, 108, 116, 117
Ideologi Pancasila Kongres Medan 21, 28, 94, 95, 105 203, 204, 206, 207, 208, 211,
C Gyan Patnaik 56 Kongres Luar Biasa 83, 95 216, 217, 218, 219, 220, 221,
223, 224, 225, 226, 227, 228,
Cholid Ghozali 133 Gamal Abdul Nasser 70 Kongres PDI V 94, 109 229, 231, 232, 236,237, 240,
Guruh Soekarnoputra 12 241, 242, 243, 245, 247, 248,
Kongres I PDI Perjuangan 122, 191
252, 253, 256, 258, 260, 262
Golkar 108, 115, 116, 129, 136, 142

258 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri


Ma’ruf Amin 151, 152, 153 Peter Sutanto 131 Rakernas III PDI 16, 106, 108, 109, 116,
140 Sidang Umum MPR
Perjuangan 117, 126, 186, 196
2, 4, 6, 10, 12, 15, 16, 17, 18, 20, Postdam Hutasoit 131
23, 24, 25, 27, 30, 31, 34, 36, Rakernas IV PDI Sekolah Rakyat
Prabowo Subianto 135, 141,151, 152, 153 143 66
40, 45, 50, 55, 57, 59, 60, 61, Perjuangan Perguruan Cikini
62, 67, 72, 73, 74, 75, 76, 78, Puan Maharani 79, 137
Ratna Ratih Purnami 91 T
85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 94,
95, 97, 98, 102, 103, 104, 106, 14, 36, 95, 98, 105, 133,
Pancasila Roy BB Janis 40, 122, 130, 131 Tang Dengjie 150
107, 109, 110, 111, 112, 118, 146, 149, 209, 249
119, 120, 121, 123, 125, 126, R.O. Tambunan 101 51, 79, 82, 133, 137,
Paskibraka 8, 72, 194 Taufiq Kiemas
127, 128, 129, 130, 131, 132, 181, 183, 196, 224
S
Megawati Soekarnoputri 133, 134, 136, 137, 138, 139, Parkindo 80
Tjiandra Wijaya 131
141, 142, 144, 145, 147, 149, 29, 37, 40, 79, 90, 93, 95,
Partai Katolik 80 Soeharto
152, 154, 155, 156, 193, 194, 99, 110, 111, 146, 261 Titi Djuliasih 91, 93
196, 198, 199, 200, 201, 202, Partai Murba 80
11, 59, 61, 62, 69, 70, 75, 81, Tri Hanggono Achmad 146
203, 204, 206, 207, 208, 211, Soekarno
2, 4, 6, 44, 47, 49, 50, 54, 141, 143, 260, 261, 262
216, 217, 218, 219, 220, 221, U
57, 113, 115, 116, 119, 120,
223, 224, 225, 226, 227, 228, 25, 87, 95, 98, 99, 100, 102,
123, 126, 130, 133, 134, 135, Soerjadi Untung Sutomo 91, 93
229, 231, 232, 236, 237, 240, 104, 105, 108, 261, 262
136, 137, 138, 139, 140, 141,
241, 242, 243, 245, 247, 248, Universitas Waseda 125
142, 143, 144, 145, 146, 147, Subagyo 91, 93
252, 253, 256, 258, 260, 262 150, 155, 156, 187, 193, 195, Universitas Padjadjaran
Sudijo 67
Memet S. Djajadipura 76 PDI Perjuangan 204, 205, 207, 208, 213, 214,
216, 217, 218, 219, 220, 221, Universitas Pancasila 216
Sukma 75
Meutia Farida 62 224, 226, 227, 228, 231, 232, Universitas Negeri Padang 2, 147
234, 235, 236, 237, 238, 239, Supeni 80
Midian Sirait 95 Unit Kerja Presiden
240, 241, 243, 244, 245, Sutiyoso 94
Moh. Sobari 133 246, 248, 249,251, 252, 253, Pembinaan Ideologi 149
255, 256, 258, 260, 261 Suwarno 90 Pancasila
Mulyono Sutarmo 91, 93
Partai Demokrasi Saadilah Mursyid 107 W
Matori Abdul Djalil 95, 116 2, 12, 19, 80, 82, 98,
Indonesia Sabam Sirait 90, 91 Wiranto 107, 135
Muhammad Prananda
78 Partai Persatuan Sandiaga Uno 151, 152, 153 Wang Changping 150
Prabowo 104, 129, 136, 142
Pembangunan
Muhammad Rizky Seto Mulyadi 78 Y
78 Partai Rakyat Demokratik 91, 98
Pratama Slamet Moeljadi 91, 93 Yahya Theo 91, 93
Munas PDI 23, 24, 87, 88, 100, 105 Partai Demokrasi
2, 131, 152 Soekemi Sosrodihardjo 56 Yogie Suardi Memet 22, 86, 87
Indonesia Perjuangan
Mokpo National Sukowaluyo Mintohardjo 131 Yusril Ihza Mahendra 116
2, 146 Pemilu 1987 81, 82, 83
University
Pemilu 1992 92 Surindro Supjarso 76 Yogyakarta 2, 55, 56, 57, 58, 91, 95, 216
Moscow State Institute of
2, 128
International Relation Pemilu 1997 103, 104 Suwarno Adiwijoyo 91 Z
N Presiden ke-5 145, 202 Sophan Sophiaan 130, 131 Zainin Ahmadi 133
Norodom Sihanouk 70 R Swami Vivekananda 96
Neneng Amalia Rachma 75 Syarwan Hamid 91, 95
91, 93
Dendawacana
Rahmi Hatta 10, 84 Said Aqil Siradj 133
O
Renny Hugeng 76 Siti Hardiyanti Rukmana 107
Organisasi
127, 197 Rakernas I PDI Susilo Bambang
Konferensi Islam 139, 240 128, 135
Perjuangan Yudhoyono
P
Rakernas II PDI Sri Sultan Hamengku
203 108
Pak Kasur 63 Perjuangan Buwono X

Megawati Soekarnoputri Satyam Eva Jayate / 259


DAFTAR BACAAN

BUKU MAJALAH
• Adams, Cindy. 2007. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. (Edisi Revisi: • Basri, Agus, 1993. ABRI Memberi Sinyal, Majalah Tempo No.
Hardcover). Terjemahan oleh Syamsu Hadi. Jakarta: Yayasan Bung Karno. 22 Tahun XXIII. 31 Juli. Jakarta : Halaman 28.
• Bahar, Ahmad, 1996. Biografi Politik Megawati Soekarnoputri • Metri, Donny, 1993. Babak Baru Megawati, Majalah Tempo
1993-1996. Yogyakarta: PT. Pena Cendikia. No. 43 Tahun XXIII. Jakarta: Halaman kulit muka.
• Budi (peny.), 2013. Mega The President: Biografi Seorang • Pris. 1993, Opini, Majalah Tempo No. 21 Tahun XXIII. 24 Juli. Jakarta : Halaman 13.
Presiden Mega Cahaya Bagi Negeri. Jakarta.
• Trihusodo, Putut, 1993. Siapa Menggembosi Soerjadi?, Majalah
• Nababan, Panda (peny.), 1999. Gerak dan Langkah Megawati Soekarnoputri. Jakarta. Tempo No. 21 Tahun XXIII. 24 Juli. Jakarta : Halaman 22-23.
• Samah, Kristin (peny.), 2017. Megawati Dalam Catatan Wartawan Bukan • Trihusodo, Putut, 1994. Megawati dan Sejumlah Kompromi, Majalah
Media Darling Biasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Tempo No. 44 Tahun XXIII. 1 Januari. Jakarta: Halaman 28.
• Santoso (peny.),1996. Megawati Soekarnoputri: Pantang
Surut Langkah. Jakarta: Penerbit ISAI.
TABLOID
• Sibarani, Augustin, 2001. Karikatur dan Politik. Jakarta: Institut Studi Arus
• Anis, M., 1998. Bahaya Bila Tidak Ada yang Mengendalikan. Tabloid Detak
Informasi dan Garba Budaya. Jakarta: PT. Media Lintas Inti Nusantara.
No. No. 10 Tahun Ke-1. 15 – 21 September. Jakarta: Halaman 9.
• Soekarno, Fatmawati. 2017. Fatmawati: Catatan Kecil Bersama Bung
• Anne, Melly, 1998. Megawati Soekarnoputri, Silaturahmi Sejarah. Tabloid
Karno (HC). Yogyakarta: Yayasan Bung Karno dan Media Pressindo.
Detak No. 011 Tahun Ke-1. 22 -28 September. Jakarta: Halaman 13.
• Soekarnoputri, Megawati, 1993. Bendera Sudah Saya Kibarkan! Pokok-
• Hendrajit, 1998. Menelusur Campur Tangan ABRI di PDI. Tabloid
Pokok Pikiran Megawati Soekarnoputri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Detak No. 07 Tahun Ke-1. 25-31 Agustus. Jakarta: Halaman 6.
• Sukarno, Guntur. Bung Karno Bapakku, Kawanku, Guruku. Jakarta: PT. Dela-Rohita.
• Hendrajit. 1998. PDI Pasca Kongres Bali: Jalan Menuju Partai Terbuka?.
• Sukarno, Guntur, 1981. Bung Karno & Kesayangannya. Jakarta: PT. Karya Unipress. Tabloid Detak No. 013 Tahun Ke-1. 6-12 Oktober. Jakarta: Halaman 10.
• Laksana, A.S., 1998. Mega, Amien, dan Blunder Politik. Tabloid Detak
No. 014 Tahun ke-1. 13-19 Oktober. Jakarta: Halaman 10..
• Thoriq, M., 1998. Gus Dur, Mega, Belo, Pilar Kekuatan Baru?. Tabloid
Detak No. 02 Tahun ke-1. 21-27 Juli. Jakarta: Halaman 20.
• Wardhana, Yuyun, 1998. PDI Bali. Tabloid Detak No. 013
Tahun ke-1. 13-19 Oktober. Jakarta: Halaman 12.

260 / Satyam Eva Jayate Megawati Soekarnoputri

Anda mungkin juga menyukai