Anda di halaman 1dari 3

KORPS PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA PUTERI

(KOPRI PC PMII SURABAYA)


Sekretariat : Jl. Darmo Kali 148 Wonokromo Surabaya Kode Pos : 60241
Telp. 0812 1615 0450, 0857 9090 2229 Email. kopricabangsby@gmail.com
KOPRI

TERM OF REFERANCE (TOR)


DISKUSI PUBLIK KORPS PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM PUTERI
(KOPRI PC PMII SURABAYA)

1. Sub Tema
Perppu Nomor 2 Tahun 2017 dalam Tinjuan Ilmu Hukum dan Ilmu Politik
2. Pelaksanaan
Hari : Kamis
Tanggal : 03 Agustus 2017
Pukul : 12.00-selesai
Tempat : Ruang Ir. Soekarno, Lantai 2, Gedung Pusat Bahasa Kampus B
Universitas Airlangga Surabaya
3. Nara Sumber
Dr. Moch. Fauzie Said, M.Si.
Abdul Halim, S.H. (dalam konfirmasi)

4. Estimasi Waktu
a. Prolog diskusi : 10 menit
b. Penyampaian materi : 2 x 30 menit
c. Tanya jawab dan diskusi : 30 menit
d. Closing Statement organisasi kemahasiswaan : 6 x 5 menit

5. Indikasi
a. Menjelaskan isi dan maksud Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan baik dari perspektif
hukum maupun politik.
b. Menganalisis Perppu No.2 Tahun 2017 terhadap dampaknya pada kehidupan
bermasyarakat dan bernegara

6. Tujuan
a. Memberikan pemahaman tentang isi, maksud dan implemetasi serta konsekuensi dari
diterbitkannya Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan

7. Output
a. Memahami posisi mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan dalam penerapan Perppu No.
2 Tahun 2017
Dzikir, fikir dan Amal Sholeh
KORPS PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA PUTERI
(KOPRI PC PMII SURABAYA)
Sekretariat : Jl. Darmo Kali 148 Wonokromo Surabaya Kode Pos : 60241
Telp. 0812 1615 0450, 0857 9090 2229 Email. kopricabangsby@gmail.com
KOPRI

b. Menjadikan mahasiswa yang kritis dan peduli terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah serta sebisa mungkin mengawal penerapannya.

8. Latar Belakang

Terbentuknya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun


2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan yang disahkan pada 10 Juli 2017 mengundang polemik di masyarakat. Terjadi pro-
kontra dalam menanggapi Perppu tersebut. Terlalu hipokrit rasanya kalau menilai bahwa
pembentukan Perppu ini tidak ada kaitannya dengan konfrensi pers pada 8 Mei 2017, dimana
pemerintah akan mengambil langkah untuk membubarkan HTI. Dari substansi Perppu ini, memang
terlihat semangat pemerintah untuk memberantas organisasi-organisasi radikal, namun apakah
memang dengan dibentuk Perppu ini adalah cara yang tepat untuk melakukan hal tersebut, ataukah
memang hanya cara cepat/shortcut? Mengingat dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3 secara gamblang
disebutkan bila Negara Indonesia adalah Negara Hukum, dimana konsekuensinya adalah wajib
adanya due process of the law.
Sebagaimana dalam pasal 22 UUD 1945, Perppu adalah noodverordeningsrecht (hak
Presiden untuk mengatur dalam kegentingan yang memaksa). Namun, mengenai indikator clear and
present danger itu tidak bisa ditafsirkan secara subjektif, tetapi juga harus melihat secara objektif
dalam melakukan pertimbangan. Mengingat juga parameter ini telah diatur dalam Putusan MK
Nomor 138/PUU-VII/2009. Berdasarkan Putusan MK tersebut, ada tiga syarat kumulatif sebagai
parameter adanya kegentingan yang memaksa bagi presiden untuk menetapkan Perpu yaitu:
1. Adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara
cepat berdasarkan undang-undang.
2. Undang-undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi kekosongan hukum,
atau ada undang-undang tetapi tidak memadai.
3. Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat undang-undang
secara prosedur biasa karena akan memerlukan waktu yang cukup lama sedangkan
keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan.

Ketiga syarat mengenai kegentingan memaksa ini bisakah dibilang terpenuhi?


Euforia yang muncul di kalangan beberapa masyarakat awam yang mengira dikeluarkannya
Perpu ini adalah untuk menghapuskan organisasi-organisasi yang bersifat radikal, intoleran, bahkan
ada sebagian pihak yang mengira bahwa Perppu ini khusus untuk membubarkan HTI, haruslah
berhati-hati. Faktanya dengan dibentuknya Perppu maka keberlakuannya bersifat umum dan
mengikat semua pihak, dan berlakulah asas presumptio iures de iure. Sebagai contoh, jika kita telaah
secara seksama terdapat beberapa pasal yang bersifat karet, seperti pada pasal 59 dimana tidak
diperkenankan mengadakan fund raising untuk partai politik, menggangu ketertiban umum, memakai
Dzikir, fikir dan Amal Sholeh
KORPS PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA PUTERI
(KOPRI PC PMII SURABAYA)
Sekretariat : Jl. Darmo Kali 148 Wonokromo Surabaya Kode Pos : 60241
Telp. 0812 1615 0450, 0857 9090 2229 Email. kopricabangsby@gmail.com
KOPRI

bendera negara, negara lain, ataupun ormas lain. Bahkan pasal karet warisan zaman revolusi yaitu
penyalahgunaan, penodaan terhadap agama yang telah memakan banyak sekali korban dengan
tindakan berbeda-beda karena memang ketentuan ini tak jelas definisinya. Padahal, pasal
penyalahgunaan dan penodaan agama selama ini sering digunakan orang/kelompok intoleran atau
radikal untuk menyeragamkan praktik keagamaan atau keyakinan. Karena itu pasal-pasal ini
merupakan pasal karet dan bahkan konsekuensinya adalah seseorang bisa dipidana dengan mudah.
Oleh karena itu, KOPRI PC PMII Surabaya, menyelenggarakan Diskusi Publik bertajuk
Perppu No. 2 Tahun 2017 dalam tinjauan Ilmu Hukum dan Ilmu Politik, agar lebih gamblang
kiranya kita sebagai mahasiswa bagaimana menyikapi suatu masalah dan dalam hal ini dapat
mengawal kebijakan pemerintah demi terwujudnya kehidupan bernegara yang damai dan sejahtera.

Dzikir, fikir dan Amal Sholeh

Anda mungkin juga menyukai