Anda di halaman 1dari 5

Nama : Syifaul Qalbi

Kelas : 1 IQT A

Matkul: Akhlak Tasawuf

Proses Pembentukan Akhlak

Pembentukan akhlak adalah usaha-usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak


anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan
baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Potensi rohaniah yang ada dalam diri
manusia, dibina secara optimal dengan cara pendekatan yang tepat sesuai tuntunan agama Islam.

1. Dasar-Dasar Pembentukan Akhlak


Dasar pembentukan akhlak itu adalah nilai baik atau buruk. Akhlak manusia merupakan
hasil tarik-menarik antara nilai baik dalam bentuk energi positif dan nilai buruk dalam
bentuk energi negatif. Energi negatif itu berupa nilai-nilai yang a-moral yang bersumber
dari taghut (setan).

Energi Positif tersebut dalam perspektif individu akan melahirkan orang yang
berkarakter, yaitu orang yang bertakwa, memiliki integritas dan beramal saleh.
Aktualisasi orang yang berkualitas ini dalam hidup dan bekerja akan melahirkan akhlak
budi pekerti yang luhur karena memiliki komitmen, kecakapan, dan kemampuan serta
ahli.

Kebalikan dari energi positif adalah adanya energi negatif, energi negarif ini dalam
individu akan melahirkan orang yang berakhlak buruk, yaitu orang yang puncak
keburukannya meliputi syirik, suka mencela dan amal buruk. Aktualisasi orang yang
bermental thaghut ini didalam hidup dan bekerja akan melahirkan perilaku tercela, yaitu
orang yang memiliki kepribadian yang tidak bagus (penghianat, pengecut serta perusak).

2. Isyarat Al-Qur’an dan Hadis dalam Pembentukan Akhlak


Pembentukan akhlak anak menurut Al Quran surat Luqman ayat 12-19, tujuannya adalah
pembentukan akhlak anak agar anak mempunyai kepribadian yang selalu condong untuk
melaksanakan perbuatan yang baik (akhlaqul karimah) dan menjauhi perbutan-perbuatan
yang jahat (akhlaqul madzmumah), karena inti dasar takwa adalah berakhlak mulia,
berbuat baik dan berbudi luhur.

Manusia yang berakal bisa diubah dan dibentuk perangainya atau sifatnya. Oleh sebab
itu usaha yang demikian memerlukan kemauan yang gigih untuk menjamin
terbentuknya akhlak yang mulia.
Sebagaimana dalam hadits:

Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, dan Mu’az bin Jabal
radhiallahuanhumadari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:
Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan
kebaikan yang dapat menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik .“
(Riwayat Turmuzi, dia berkata, "haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan
shahih).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Akhlak (Tabiat, Lingkungan


dan Integrasi antara Keduanya)
Menurut Hamzah Yakub faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak atau
moral pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu:
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang
merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir dan mengandung pengertian tentang
kesucian anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh luarnya. Setiap anak yang lahir ke
dunia ini telah memiliki naluri keagamaan yang nantinya akan mempengaruhi dirinya
seperti unsur-unsur yang ada dalam dirinya yang turut membentuk akhlak atau moral,
diantaranya adalah:
a) Insting (naluri)
Insting adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang kompleks tanpa latihan
sebelumnya, terarah pada tujuan yang berarti bagi si subjek, tidak disadari dan
berlangsung secara mekanis.
b) Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah
dikerjakan. Perbuatan manusia 99% terjadi karena kebiasaan seperti makan,
minum, mandi, dan cara berpakaian.
c) Keturunan
Ahmad Amin mengatakan bahwa perpindahan sifat-sifat tertentu dari orang tua
kepada keturunannya, maka disebut al-Waratsah atau warisan sifat-sifat. Warisan
sifat orang tua terhadap keturunanya, ada yang sifatnya langsung terhadap
anaknya dan tidak langsung terhadap anaknya, misalnya terhadap cucunya.
Sebagai contoh, ayahnya adalah seorang pahlawan, belum tentu anaknya seorang
pemberani bagaikan pahlawan, bisa saja sifat itu turun kepada cucunya.
d) Keinginan atau kemauan keras
Kehendak ini adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak
ini merupakan kekuatan dari dalam. Itulah yang menggerakkan manusia berbuat
dengan sungguh-sungguh. Seseorang dapat bekerja sampai larut malam dan pergi
menuntut ilmu di negeri yang jauh berkat kekuatan ‘azam (kemauan keras).
e) Hati nurani
Pada diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan
peringatan (isyarat) apabila tingkah laku manusia berada di ambang bahaya dan
keburukan. Kekuatan tersebut adalah “suara batin” atau “suara hati” yang dalam
bahasa arab disebut dengan “dhamir”.

2. Faktor ekstern
Adapun faktor ekstern adalah faktor yang diambil dari luar yang mempengaruhi
kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu meliputi:
a. Lingkungan
Lingkungan (milleu) adalah suatu yang melingkupi suatu tubuh yang hidup.
Misalnya lingkungan alam mampu mematahkan/mematangkan pertumbuhan
bakat yang dibawa oleh seseorang: lingkungan pergaulan mampu mempengaruhi
pikiran, sifat, dan tingkah laku.
b. Pengaruh keluarga
Fungsi keluarga dalam pendidikan yaitu memberikan pengalaman kepada anak,
baik melalui penglihatan atau pembinaan menuju terbentuknya tingkah laku yang
diinginkan oleh orang tua. Dengan demikian, orang tua (keluarga) merupakan
pusat kehidupan rohani sebagai penyebab perkenalan dengan alam luar tentang
sikap, cara berbuat, serta pemikirannya di hari kemudian. Dengan kata lain,
keluarga yang melaksanakan pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar
dalam pembentukan akhlak.
c. Pengaruh sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga dimana
dapat mempengaruhi akhlak anak. Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud Yunus
sebagai berikut ;
“Kewajiban sekolah adalah melaksanakan pendidikan yang tidak dapat
dilaksanakan di rumah tangga, pengalaman anak-anak dijadikan dasar pelajaran
sekolah, kelakuan anak-anak yang kurang baik diperbaiki, tabiat-tabiatnya yang
salah dibetulkan, perangai yang kasar diperhalus, tingkah laku yang tidak
senonoh diperbaiki dan begitulah seterunya”.
Di dalam sekolah berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan
pendidikan. Pada umumnya yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan, dari
kecakapan-kecakapan pada umumnya, belajar bekerja sama dengan kawan
sekelompok melaksanakan tuntunan-tuntunan dan contoh yang baik, dan belajar
menahan diri dari kepentingan orang lain.
d. Pendidikan masyarakat
Masyarakat dalam pengertian yang sederhana adalah kumpulan individu dalam
kelompok yang diikat oleh ketentuan negara, kebudayaan, dan agama. Ahmad D.
Marimba mengatakan;
“Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat
banyak sekali. Hal ini meliputi segala bidang baik pembentukan kebiasaan.
Kebiasaan pengertian (pengetahuan), sikap dan minat maupun pembentukan
kesusilaan dan keagamaan”.

4. Analisis komparatif tentang faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak


Semua faktor-faktor di atas menjadi satu sehingga dapat berperan dalam pembentukan
akhlak yang mulia. Segala tingkah yang dilakukan oleh anak, baik dalam keadaan sadar
maupun tidak sadar berarti itulah yang lebih kuat dan lebih banyak memberi warna pada
mental anak. Jika lebih kuat berada pada ciri-ciri yang terdapat pada akhlak yang mulia
maka anak mempunyai akhlak yang mulia dan sebaliknya. Dan pribadi (akhlak) anak itu
tumbuh atas dua kekuatan, yaitu kekuatan yang dibawa dari dalam yang sudah ada sejak
lahir dan faktor lingkungan. Namun yang jelas faktor-faktor diatas itu ikut serta dalam
membentuk pribadi seorang yang berada di lingkungan itu. Dengan demikian, antara
pribadi dan lingkungan saling berpengaruh.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi pada anak itu intinya ada dua macam, yaitu faktor intern
(dalam diri anak sendiri) dan ekstern (pengaruh dari lingkungan: baik keluarga, sekolah
dan masyarakat).

Daftar Pustaka
Akman, Aliman Saragih, dkk. 2015. “Pendidikan Akhlak”,
http://uikas3bogor.blogspot.com/2015/04/pendidikan-akhlak.html, diakses pada 06 November
2020 pukul 12.09.

Ika Arina Wulandari, 2846134012 (2015) UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK
MELALUI PENGEM BANGAN KECERDASAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK (Studi Multisitus
Di MTsN Kediri II dan MTsN Kanigoro Kras Kediri).

Makmur, Susanto . 2012. ‘‘Pembentukan Akhlak Anak Menurut Al Quran Surat Luqman Ayat
12-19’’, https://adoc.pub/pembentukan-akhlak-anak-menurut-al-qur-an-surat-luqman-ayat-.html,
diakses pada 06 November 2020 pukul 13.02.

Muttaqin, Zaenal. 2014. Urgensi pendidikan agama pada anak usia 6-12 tahun dalam
pembentukan akhlak menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat. Undergraduate (S1) thesis, UIN
Walisongo.

Wathoni, Lalu Muhammad Nurul. 2020. Akhlak Tasawuf: Menyelami Kesucian Diri. Lombok
Tengah: Forum Pemuda Aswaja.

Anda mungkin juga menyukai