Anda di halaman 1dari 14

TALAK VIA MEDIA SOSIAL

Disusun Oleh :
Semester 2/AS C
Fikri Al Muhaddits Dalimunthe (0201172095)
Fatta Arbie Hasibuan (0201172100)
Wulandari Sitorus (0201172111)
Nuurussyifa (0201176174)

Dosen Pengampu :
Dr. Armia, M.A

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


JURUSAN AL AHWAL AL SYAKHSIYYAH
UIN SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah dan puji syukur ke hadirat Allah SWT kami ucapkan atas
rampungnya pembuatan makalah Fiqh Munakahat II yang berjudul “Talak Via
Media Sosial”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Munakahat II.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat digunakan oleh pembaca sebagai
buku tuntunan dan rujukan dalam hal perceraian kedepannya. Besar harapan kami
juga buku ini akan mempermudah bagi pembaca dalam menyikapi berbagai hal
tentang perceraian.
Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak”,
kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak, khususnya dari bapak
dosen sekalian. Kebenaran, kesempatan dan kesempurnaan hayalah milik Allah
SWT semata. Kami juga mengucapkan basar terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata,
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, 17 Oktober 2018

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan media komunikasi saat ini, hubungan antar
sesama manusia pun mengalami pergeseran dan perubahan. Kalau dahulu
melakukan percakapan melalui dunia maya masih berupa khayalan, maka
sekarang sebagian percakapan bahkan transaksi akad dan yang lainnya dapat
terselesaikan hanya dengan memencet tombol-tombol yang ada di alat komunikasi
modern seperti telepon genggam (HP), komputer, tablet dan alat sejenis lainnya
dengan memanfaatkan beragam aplikasi yang ada di dalamnya.
Dalam kenyataannya, kaum muslimin tidak bisa dilepaskan dari penggunaan
media komunikasi ini. Dipastikan, sebagian besar kaum muslimin tersentuh
dengan perkembangan komunikasi modern ini baik itu berupa layanan pesan
singkat (SMS), Email, Facebook, Skype, WhatsApp dan puluhan aplikasi lainnya
yang menemani keakraban hubungan antar sesama dalam kehidupan saat ini.
Akibatnya, beberapa bentuk dan model komunikasi kontemporer yang
terjadi lewat media ini menimbulkan beragam masalah dalam kehidupan kaum
muslimin yang barang tentu memerlukan kepastian hukum. Terutama yang
menyangkut dengan persoalan akad antara dua orang atau lebih, baik itu yang
berkaitan dengan persoalan muamalat seperti: jual beli, sewa menyewa ataupun
yang berkaitan dengan persoalan ahwal syakhsiyyah dalam hal ini pernikahan dan
perceraian (talak) yang dapat dijadikan sebagai contoh yang sangat menonjol.
Secara khusus, persoalan cerai (talak) semakin marak terjadi dalam
kehidupan kaum muslimin. Dengan berbagai latar belakang masalah, fenomena
ini semakin kerap terjadi, bahkan dalam pasangan suami istri yang usia
pernikahannya baru seumur jagung. Fatalnya, sebagian dari subjek dan objek
perceraian ini buta, jahil dan sama sekali tidak mengerti hukum-hukam yang
berkaitan dengan perceraian ini. Salah satunya adalah masalah keshahihan dan
keabsahan perceraian jika dilakukan melalui media sosuial, seperti: SMS, Email,
WhatsApp, Skype, Facebook dan yang lainnya. Hal inilah yang menjadi kajian
kita saat ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian talak?
2. Apa dalil ketentuan talak dalam Islam?
3. Apa saja kaidah penting dalam perceraian?
4. Apa hukum talak melalui surat atau utusan?
5. Apa saja pendapat ulama tentang talak via media sosial?
6. Bagaimana keabsahan talak melalui media sosial?
7. Apa hukum talak via media sosial?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian talak.
2. Untuk mengetahui dalil ketentuan talak dalam Islam.
3. Untuk mengetahui kaidah-kaidah penting dalam perceraian.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Talak
Talak secara bahasa adalah pelepasan ikatan, yaitu pecahan dari kalimat al-
ithlaq, yaitu mengantungkan dan meninggalkan. Dan seseorang yang mentalak
kedua tangannya dengan kebaikan artinya banyak memberikan.
Secara Istilah Syar’iyah Talak berarti pelepasan akad pernikahan dan itu
sesuai dengan sebagian maksud secara bahasa. Imam Haramain berkata: “(Talak)
adalah lafadz zhahiriyah yang Syari’ah datang dengan persetujuannya.1

B. Ketentuan Talak Dalam Islam


Merujuk kepada Firman Allah SWT:
‫علَ ْي ِه َما أ َ ْن يَت ََرا َج َعا‬
َ ‫طلَّقَ َها فَ ََل ُجنَا َح‬ َ ‫طلَّقَ َها فَ ََل ت َِح ُّل لَهُ ِم ْن َب ْعدُ َحتَّى ت َ ْن ِك َح زَ ْو ًجا‬
َ ‫غي َْرهُ فَإ ِ ْن‬ َ ‫فَإ ِ ْن‬
َّ ُ‫َّللاِ َوتِ ْلكَ ُحدُود‬
َ‫َّللاِ يُ َبيِنُ َها ِلقَ ْو ٍم َي ْعلَ ُمون‬ َّ َ‫ظنَّا أ َ ْن يُ ِقي َما ُحدُود‬
َ ‫ِإ ْن‬
“Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka
perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain.
Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi
keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum
Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.”2

C. Beberapa Kaidah Penting Dalam Perceraian


Sebelum membahas masalah sah dan tidaknya perceraian via media sosial,
pemakalah ingin mengingatkan beberapa kaidah penting berkaitan dengan
masalah ini:
1. Hukum asalnya sebuah ikatan pernikahan adalah tetap ada dan terjaga,
selama belum ada hal yang meyakinkan dan membuktikan secara jelas
terjadinya perceraian. Oleh karena itu, jatuhnya sebuah perceraian
haruslah berdasarkan keyakinan dan bukti yang jelas. Bahkan dalam

1
Husain Muhammad, Badruttamam Syarah Bulugul Maram Al Maghribi (Darul Wafa,
Cetakan ke-2 Tahun 2005) Hal.73
2 QS. Al Baqarah : 23

3
hal lafaz yang digunakan dalam perceraian para ulama membaginya
menjadi dua: lafadz Sharih (jelas dan dimengerti) dan
lafaz kinayah (samaran dan perlu penjelasan serta pembuktian niat).
Hal ini berlandaskan kaidah fiqh (َ‫ )اليَقَيَنَ َلَ َيَزَالَ َبَالشَك‬yang berarti
sebuah keyakinan, dalam hal ini pernikahan dan halalnya hubungan
suami isteri dengan akad yang shahih, tidak dapat dihilangkan dengan
adanya keraguan yang membatalkan pernikahan itu.3
2. Perceraian tidak dapat dijadikan sebagai bahan candaan, permainan
dan senda gurau. Karena perceraian dinyatakan sah jika lafaz
(kata/kalimat) yang digunakan jelas dan dimengerti meskipun dengan
niat bercanda dan tidak dalam keadaan serius. Hal ini berdasarkan
riwayat Hadits:
َّ ‫ النِ َكا ُح َو‬:ٌّ ‫ث ِجدُّ ُه َّن ِجدٌّ َو َه ْزلُ ُه َّن ِجد‬
ُ‫الط ََل ُق َوال َّرجْ َعة‬ ٌ ‫ث َ ََل‬
Artinya: “Ada tiga perkara, yang seriusnya dianggap serius dan
berguraunya dianggap serius: nikah, cerai dan rujuk.”4
Imam Al-Khattabi berkata: “Umumnya para ulama bersepakat bahwa
perceraian dengan lafaz yang sharih (jelas) yang terucap dari lisan
seorang yang baligh dan berakal adalah sesuatu yang sah secara
hukum, dan tidak lagi bermanfaat untuknya jika ia berkata: “Saya
hanya bermain-main” atau “saya hanya bergurau” atau “Saya tidak
meniatkannya cerai” atau yang semisal dengannya. (‘Aun Al-Ma’bud,
6/188)
3. Jika terjadinya perceraian tidak dapat dielakkan, maka hendaklah
perceraian itu dilakukan dengan cara dan proses yang baik dan tidak
meninggalkan kesan buruk. Sangatlah tidak bijak jika perceraian antar
sepasang suami dan isteri yang telah menjalani kehidupan bersama
dilakukan dengan cara yang kasar, mendadak dan menimbulkan
persangkaan-persangkaan yang tidak baik bagi keduanya, keluarga
suami dan isteri, apalagi bagi anak-anak yang banyak menjadi korban

3
http://markazinayah.com/cerai-talak-via-media-komunikasi-modern/
4
HR. Abu Daud, At Tarmizi dan Ibnu Majah

4
akibat perceraian yang tidak berlandaskan prinsip ihsan (kebaikan).
Allah SWT berfirman yang artinya:
“Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma’ruf dan menceraikan dengan cara yang baik”.5

D. Hukum Talak Melalui Surat Atau Utusan


Sebelum masuk ke pembahasan hukum tentang talak via media sosial, ada
baiknya jika dicari terlebih dahulu persamaan yang hampir menyerupai dengan
talak via media sosial, salah satunya adalah dengan talak melalui surat atau
utusan.
Perlu diketahui bahwa talak tidak harus dilakukan di hadapan isteri. Ini
berdasarkan Hadits dari Fatimah binti Qois, ketika beliau dicerai oleh suaminya
Abu Amr bin Hafs. Fatimah menceritakan,
‫ير‬
ٍ ‫ش ِع‬ َ ‫ فَأ َ ْر‬، ٌ‫ َو ُه َو غَائِب‬, َ‫طلَّقَ َها ْالبَتَّة‬
َ ِ‫س َل إلَ ْي َها َو ِكيلَهُ ب‬ َ ‫ص‬ َ ‫أ َ َّن أَبَا‬
ٍ ‫ع ْم ِرو بْنَ َح ْف‬
“Bahwa Abu Amr bin Hafs menceraikan Fathimah dengan talak 3, ketika Abu
Amr tidak ada bersamanya. Kemudian Abu Amr mengutus seseorang untuk
memberikan gandum ke Fathimah.”6
Para ulama menegaskan bahwa tulisan semakna dengan ucapan, Mengingat
satu kaidah baku:
‫ال ِكت َا َبةُ ت ُ ْن ِز ُل َم ْن ِزلَةَ القَ ْو ِل‬
“Tulisan statusnya sama dengan ucapan.”
Karena itulah para ulama sepakat bahwa talak dengan tulisan hukumnya
sah. Sebagaimana dinyatakan dalam Ensiklopedi Fiqh:
َ‫ َو ِل َ َّن ال ِكتَابَة‬, َ‫طق‬ْ ُّ‫ت الن‬ْ ‫ فَأ َ ْشبَ َه‬,‫ط ََل ُق‬ َّ ‫ف يَ ْف َه ُم ِم ْن َها ال‬
ٌ ‫ ِل َ َّن ال ِكت َابَةَ ُح ُر ْو‬, ‫ق ِبال ِكت َابَ ِة‬ ِ ‫اِت َّفَقَ الفُقَ َها ُء َعلَى ُوقُ ْوعِ الط ََل‬
, ً‫ فَبَلَ َغ بِالقَ ْو ِل َم َّرة‬, ‫سالَ ِة‬
َ ‫الر‬ِ ِ‫ي صلى هللا عليه وسلم َكانَ َمأ ْ ُم ْو ًرا بِت َ ْب ِل ْيغ‬ َّ ِ‫ بِدَ ِل ْي ٍل أ َ َّن النَّب‬, ‫ب‬
ِ ِ‫ت َقُ ْو ُم َمقا َ َم قَ ْو ِل ال َكات‬
‫َوبِال ِكتا َبَ ِة أ ُ ْخ َرى‬
“Ulama sepakat, talak dengan tulisan hukumnya sah. Karena tulisan terdiri dari
banyak huruf yang bisa dipahami maknanya sebagai talak. Sehingga nilainya
sama dengan ucapan. Disamping itu, tulisan mewakili ucapan orang yang
menulis. Dengan dalil, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk

5
QS. Al Baqarah : 229
6
HR. Bukhari dan Muslim

5
menyebarkan risalah. Dan itu terkadang beliau sampaikan dengan ucapan dan
terkadang dengan tulisan surat.”7
Sementara dalam pandangan ulama Syafi’iyyah talak dengan tulisan
dipandang sah jika memenuhi dua syarat:
1. Ketika menuliskan shigat harus disertai dengan niat menceraikan isteri.
2. Ketika menuliskan shighat hendaknya suami mengucapkan dengan suara
jelas dan diketahui sebagai ucapan talak.

E. Pendapat Ulama Tentang Talak Via Media Sosial


Ada beberapa pendapat ulama dan gambaran berkenaan dengan dengan
talak via media sosial, diantaranya:
Fenomena talak melalui SMS sebenarnya sudah terjadi lama seperti halnya
yang terjadi di Dubai sebuah negara kawasan Teluk di Timur Tengah pada tahun
2001 bahkan sekarang Negara Dubai telah mengesahkan bahwa talak melalui
media sosial itu sah jatuhnya talak. Begitu pula yang terjadi di Negara Malaysia
dan Singapura, sedangkan di Indonesia talak melalui SMS masih dipertanyakan
keabsahannya.
Meskipun demikian dengan disahkannya talak melalui media sosial dalam
kenyataannya masih banyak yang menolak tentang keabsahannya. Seperti halnya
yang dilakukan oleh para ulama di Singapura yang tergabung dalam The Islamic
Religious Council of Singapore (MUIS) menyatakan pernyataan cerai lewat media
sosial adalah tidak sah. Juru bicara MUIS menyampaikan kepada Reuters pada
hari Rabu (27 Juni 2001) bahwa selama ini tidak ada kasus perceraian melalui
media sosial di Singapura. Hal ini dikarenakan ada 3 hal yang harus ada dalam
perceraian yang tidak bisa dipenuhi dalam kasus "Cerai Lewat Medsos" yaitu
bahwa seseorang tidak bisa yakin akan identitas si pengirim, yang tentu juga pada
niatnya. Hanya hakimlah yang dapat memutuskan sebuah perceraian sesudah ada
gugatan dari salah satu pihak dari pasangan suami isteri ke pengadilan agama.
Selain di Singapura penolakan juga terjadi di Negara Malaysia seperti yang
diutarakan Azalina Othman Said Ketua Puteri UMNO, bahwa organisasi sayap
remaja putri partai yang berkuasa di Malaysia, itu meminta pemerintah tak

7
Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 12 : 216

6
memberlakukan lafaz (ucapan) cerai melalui media sosial atau short message
service (SMS) di ''Bumi Semenanjung'' itu. Dalam pandangan Azalina, kebenaran
lafaz talak melalui pelayanan SMS bisa disalahgunakan. “Padahal, perceraian
bukanlah suatu perkara yang patut dipermainkan.”
Di Indonesia Pakar perkawinan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Sunan Ampel, Surabaya, Drs. Achmad Faisol Haq, M.Ag, berpendapat. “Dari segi
hukum diperbolehkan, namun dari segi akhlak sangat tidak dibenarkan.”
Pendapatnya ini merujuk pada inti ajaran Islam, yakni akidah, amaliah (termasuk
hukum), dan akhlak. Apabila melakukan talak lewat media sosial dari segi hukum
memang sah akan tetapi dari aspek etika bahwa talak lewat medsos itu tidak etis.
Pendapat berbeda datang dari guru besar Fakultas Syariah IAIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, Saad Wahid. Beliau berpendapat bahwa talak lewat media
sosial itu sudah memenuhi syar'i. Tapi, talak lewat media sosial itu harus
ditindaklanjuti sampai ke Pengadilan Agama.
Hal senada diutarakan KH Prof. Dr. Umar Shihab. Dalam pandangan Ketua
Majelis Ulama Indonesia ini, talak itu prinsipnya harus dinyatakan. Bisa
diucapkan secara lisan atau dalam bentuk tulisan. “SMS sudah memenuhi
ketentuan tulisan ini,” katanya. “Jadi, hukumnya tetap sah,” ia menambahkan.
Pada masa Rasulullah, menurut guru besar hukum Islam IAIN Makassar ini, talak
belum pernah dilakukan dalam bentuk tulisan.
Di era kecanggihan teknologi ini, orang dimungkinkan bicara dari kejauhan
menggunakan telepon. “Tetapi, lebih baik talak dilakukan secara lisan,” kata
Umar. Perlu juga dihitung untung ruginya. Jika talak dilakukan melalui media
sosial, akan sulit terjadi dialog, apalagi menghadirkan saksi dan penengah.
Sedangkan jika dengan cara lisan, menurut Umar, mengandung banyak hikmah.
“Suami bisa jadi menggagalkan niatnya untuk men-talak setelah keduanya
berdialog,” katanya.8

F. Keabsahan Talak Melalui Media Sosial


Talak melalui media sosial seperti SMS Sebagaimana diterangkan diatas
telah menimbulkan terjadinya pro dan kontra dikalangan ulama, hal ini
8
kabarmakalah.blogspot.com/2016/12/makalah-thalaq-rujuk-melalui-alat-
elektronik.html?m=1

7
menimbulkan terjadinya perbedaan pendapat mengenai keabsahan talak tersebut.
Apabila kita kaji lebih dalam bahwa talak melalui medsos memiliki
kesamaan dengan talak melalui surat. Kedua hal tersebut memiliki intensitas yang
sama yaitu berbentuk tulisan, SMS merupakan singkatan dari “Short Message
Service” yang artinya pesan singkat. Disana terdapat kata massage yang artinya
surat, jadi dapat disimpulkan bahwa SMS sama dengan surat.9
Hukum talak (cerai) melalui SMS dapat dianalogikan/di-qiyas-kan dengan
hukum cerai melalui tulisan surat biasa (bil kitabah) sebab ada kesamaan diantara
keduanya, yaitu merupakan pesan cerai melalui teks yang bukan verbal (lisan).
Menurut para ulama fiqh (Fuqaha) sepakat bahwa talak melalui surat itu efektif
jatuh talak, begitu pula dengan talak melalui SMS karena memiliki intensitas yang
sama. Pernyataan pemerintah Dubai, sebuah negara kawasan Teluk di Timur
Tengah mengenai perceraian bagi kaum muslim melalui media sosial seperti SMS
dilaporkan pada hari Selasa tanggal 26 Juni 2001. Abdul Salam Darwish, kepala
departemen ketahanan keluarga pada pengadilan Dubai menyatakan ada 4 hal
yang menjadi persyaratan yaitu:
1. Pengirimnya adalah sang suami
2. Dia harus punya niat/kehendak untuk bercerai
3. Kalimat yang diucapkan tidak boleh salah
4. Dan terakhir, sang isteri harus menerima pesan tersebut.
Bahwa talak melalui media sosial seperti SMS dalam aspek hukumnya jatuh
karena memiliki kesamaan dengan surat asalkan memenuhi syarat-syarat yang
telah diungkapkan diatas, sebagaimana dalam masalah cerai melalui surat, adalah
akurasi kebenaran alamat atau nomor penerima dan pengirim serta konfirmasi niat
atau kesengajaan penjatuhan talak. Bila hal itu memang terbukti benar adanya
melalui pengecekan nomor telepon seluler keduanya dan konfirmasi langsung,
maka jatuh talak satu. Akan tetapi, pada akhirnya bahwa talak tersebut tetap harus
dikukuhkan dan konfirmasi ulang duduk masalahnya dipengadilan. Dan talak
yang dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi modern adalah kaedah
perceraian yang tidak menepati adab perceraian yang digariskan oleh syara’.
sebenarnya bila dapat dilakukan melalui media lain yang lebih gentle, kesatria,

9
Ibid

8
serta arif dan bijaksana tentunya penggunaan SMS untuk cerai tersebut sangat
tidak manusiawi, tidak etis, dan tidak beradab. Karena tidak sesuai dengan prinsip
agama Islam yang terlalu menyepelekan masalah.

G. Hukum Talak Via Media Sosial


Para ulama kontemporer, membagi perceraian melalui media sosial menjadi
dua bagian penting dari sisi cara penjatuhan talak, sebagai berikut:10
1. Jika jatuhnya perceraian dilakukan dengan pembicaraan langsung baik
melalui sambungan telepon, HP atau melalui jaringan internet baik
hanya berupa suara atau disertai dengan wujudnya pihak yang
berkomunikasi dalam bentuk gambar (video call). Maka ketika lafaz
talak tersebut diucapkan oleh suami maka secara syari’ah talak
tersebut dinyatakan sebagai talak yang sah. Hal ini berdasarkan
beberapa pertimbangan berikut:
a. Dalam talak kehadiran seorang isteri (dalam majelis talak)
bukanlah sebuah keharusan. Artinya talak tersebut dikatakan sah
meskipun sang isteri tidak mendengarkan dan menyaksikannya.
Begitu juga talak dikatakan sah meskipun sang isteri tidak ridho
dan tidak menyetujuinya.
b. Adanya saksi dalam perceraian bukanlah sebuah persyaratan,
hal ini berbeda dengan akad pernikahan yang mewajibkan
adanya dua orang saksi. Oleh karena itu, jika seorang suami
menelepon sang isteri dan melafazkan kata-kata talak secara
jelas, maka talak tersebut sah, meskipun tanpa disaksikan atau
didengarkan oleh pihak ketiga.
c. Dalam kasus ini, kepastian dan keyakinan bahwa sang suami
benar-benar telah menjatuhkan talak menjadi persyaratan
mutlak. Dalam pembicaraan jarak jauh, haruslah dipastikan
bahwa yang berbicara adalah suami yang berhak menjatuhkan
talak.

10
http://markazinayah.com/cerai-talak-via-media-komunikasi-modern/

9
2. Jika perceraian itu dilakukan dengan tulisan, baik itu melalui Email,
SMS, WhatsApp ataupun aplikasi dan layanan lainnya, maka para
ulama mendudukkan masalah ini sama dengan permasalahan
perceraian melalui tulisan (At-Thalaq Bi Al-Kitabah).
Berkaitan masalah ini, maka jumhur ulama berpendapat jika ia
menuliskan lafaz talak/cerai baik secara sharih (jelas), seperti seorang
suami mengirimkan SMS kepada istrinya yang berisi: “Saya
menceraikan/men-talak kamu”, ataupun dengan kinayah (kata
samaran) seperti: “Saya telah melepaskanmu”, maka jika disertai
dengan niat (menjatuhkan talak kepada istrinya) maka talak tersebut
dikategorikan sebagai talak yang sah. Hal ini berdasarkan
pertimbangan bahwa kedudukan tulisan yang terdiri dari huruf-huruf
yang difahami bentuk dan maknanya sama dengan kedudukan lafaz
yang dilafazkan oleh lisan. Oleh karena itu, Rasulullah SAW tatkala
diperintahkan untuk menyampaikan risalahnya, maka selain beliau
menyampaikan ajakan secara lisan, beliau juga menyampaikannya
secara tulisan sebagaimana surat-surat beliau yang dituliskan kepada
raja-raja yang berkuasa pada saat itu.
Jika ia menuliskan kata cerai atau talak baik secara sharih ataupun
kinayah tetapi tidak disertai dengan niat, maka pendapat yang rajih
dalam masalah ini adalah talak tersebut tidaklah dikategorikan sebagai
talak yang sah, dikarenakan penulisan yang dituliskan oleh penulis
bisa saja dimaksudkan untuk hal-hal yang lain dan bukan
dimaksudkan untuk men-talak. (lihat Al-Mughni : 10/505).
Maka dalam persoalan perceraian dengan menuliskan pesan, seperti
lewat SMS dan yang sejenis, adanya niat sang penulis (pengirim
pesan) menjadi persyaratan sah dan tidaknya talak yang ia tuliskan.
Begitu juga dengan kepastian orang yang menulis dan mengirimkan
pesan, juga harus dijadikan sebagai landasan yang kuat untuk
menghukumi sah dan tidaknya talak tersebut. Hal ini, tentunya sesuai
dengan kaidah yang pertama yang telah disebutkan di atas.11

11
Ibid

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebanyakan Fuqaha berpandangan bahwa talak melalui tulisan hanya berlaku
sekiranya disertai dengan niat. Ini adalah karna tulisan dianggap sama
kedudukannya dengan kata-kata seseorang yang boleh difahami maksudnya.
Walaupun Fuqaha sependapat bahwa talak boleh jatuh dengan perantaraan tulisan
berdasarkan kriteria tertentu, mereka berbeda pendapat dalam menentukan kriteria
tersebut, tulisan yang jelas dan ditujukan khusus kepada isterinya yang
bersangkutan.
Bahwa talak melalui media sosial dalam aspek hukumnya jatuh karena
memiliki kesamaan dengan surat asalkan memnuhi syarat-syarat, yaitu
pengirimnya adalah sang suami, dia harus punya niat atau kehendak untuk
bercerai, kalimat yang diucapkan tidak boleh salah, dan terakhir sang isteri harus
menerima pesan tersebut. Akan tetapi, talak yang dialakukan dengan
menggunakan alat komunikasi modern adalah kaedah perceraian yang tidak
menepati adab perceraian yang digariskan oleh syara’. Sebenarnya bila dapat
dilakukan melalui media lain yang lebih gentle, kesatria, serta arif dan bijaksana
tentunya penggunaan media sosial untuk cerai tersebut sangat tidak manusiawi,
tidak etis, dan tidak beradab. Karena tidak sesuai dengan prinsip agama Islam
yang terlalu menyepelekan masalah.

B. Saran
Demikian makalah ini yang dapat kami sajikan, kami berharap makalah ini
dapat berkembang dengan berjalannya diskusi yang akan dilanjutkan oleh teman-
teman. Kurang lebihnya kami mohon maaf, untuk itu kepada para pembaca
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Husain, 2005, Badruttamam Syarah Bulugul Maram Al Maghribi,


Darul Wafa
http://markazinayah.com/cerai-talak-via-media-komunikasi-modern/
kabarmakalah.blogspot.com/2016/12/makalah-thalaq-rujuk-melalui-alat-
elektronik.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai