Anda di halaman 1dari 24

SEJARAH PERADILAN PADA MASA KEKHALIFAHAN

TURKI UTSMANI

MAKALAH

Diajukan guna memenuhi tugas

dalam mata kuliah Peradilan dan Hukum Acara Islam

Disusun Oleh :

Fariq Al Faruqie 12350011 / AS-a (085776422025)

Evan Ahid Oetoyo 12350016 / AS-a (085641731437)

Dosen :

Drs. Malik Ibrahim,M.Ag

AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIA’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abad pertengahan di Eropa sering disebut zaman kemunduran jika
dibandingkan dengan zaman klasik (Yunani-Romawi). Sebaliknya Negara-
negara Arab pada abad pertengahan mengalami kemajuan, namun akhirnya
negeri itu sedikit demisedikit mengalami kemerosotan. dalam bidang
kebudayaan dan kekuasaan.
Setelah perang maladki pada tahun 463 H / 1071 M, yang
dimenengkan oleh orang-orang saljuk dengan kemenangan yang paling
gemilang atas Romawi, pengaruh kemenangan ini terus meluas ke negeri
Anatolia dan kemudian jatuh ketangan mongolia.bersamaan lemahnya
Mongolia, pemerintahan saljuk Romawi terpecah menjadi beberapa
pemerintahan dengan kondisi yang lemah dan saling bertikai. Pemerintahan
Usmaniyah lalu menguasainya pada waktu yang berbeda, kemudian
menyatukan wilayah ini dibawah benderanya.
Di sisi lain, kabangkitan Pemerintah Utsmani berawal dari hancurnya
kerajaan Bani Abbasiyah yang ditandai dengan kematiannya khalifah
Abbasiyah setelah ada serbuan dari raja Khulagu Khan yang dimulai dengan
pembantaian dan perampokkan di Baghdad tahun 1258 Masehi. pembantaian
tersebut berlangsung selama 6 minggu yang menurut Ibnu Khaldun
menewaskan kurang lebih 1.600.000 penduduk sipil yang tidak berdaya.1
Dengan hancurnya kerajaan Bani Abbasiyah, kerajaan Islam pada
waktu itu juga ikut hancur. Karena kerajaan Bani Abbasiyah merupakan salah
satu kerajaan Islam besar yang menjadi tumpuan di dunia. Setelah peristiwa
tersebut, muncul Kesultanan Usmaniyah yang dapat menunnjukkan kembali

1
Oyo Sunaryo Mukhlas, Perkembangan Peradilan Islam, (Bandung: Ghalia Indonesia,
2012), hlm. 93.

2
kegagah-perkasaan dunia Islam. Kesultanan Usmaniyah berhasil dengan
gemilang menyambungkan kembali usaha dan kemegahan masa
pemerintahan Islam sebelumnya. Kerajaan ini mempertahankan
kemegahannya sampai abad ke-20 , baik secara Ofensif di masa jayanya
maupun secara defensif di masa menurun2.
Rentang sejarah antara tahun 923-1342 H dari sejarah Islam
merupakan masa Usmaniyah. Hal ini karena kekuasaan Usmaniyah
merupakan periode terpanjang dari halaman sejarah Islam. Selama 5 abad
pemerintahan Usmaniyah telah memainkan peran yang pertama dan satu-
satunya dalam menjaga dan melindungi kaum muslim. Usmaniyah merupakan
pusat khalifah Islam yang terkuat pada masa itu, bahkan merupakan Negara
paling besar di dunia.
Sekalipun telah muncul pada tahun 699 H / 1299 M, namun
pemerintahan ini belum menjadi khalifah. Orang-orang Usmaniyah belum
mengumumkan kekhalifahan mereka, hingga akhirnya khalifah Abbasiyah di
kairo menyerahkan kepada mereka kekhalifahannya pada tahun 923 H / 1517
M.
Di Negara-Negara Arab pada masanya, kerajaan turki usmani
merupakan kerajaan terbesar dan peling lama berkuasa, berlangsung selama
enam abad lebih (1281-1924 M). Turki merupakan salah satu Negara Islam
yang terletak di kawasan Eropa Tenggara dan Asia kecil. Negara ini
berbatasan langsung dengan Georgia, Armenia, Azerbijan dan Iran di Timur,
Iraq, Suriah dan Laut Tengah di Selatan, Laut Hitam di Utara, Laut Aegea di
Barat dan Yunani serta Belgia di Barat Laut. Luas wilayahnya sekitar 779.452
km2. Di antaranya 755.688 km2 di Asia Kecil (semenanjung Anatolia) dan
22.364 km2 di Eropa Tenggara.3
Pada masa pemerintahan turki Usmani, para sultan bukan hanya
merebut negri-negri Arab, tetapi juga seluruh wilayah kaukasus dan wina
bahkan sampai ke balkan. Dengan demikian tumbuhlah pusat-pusat Islam di
2
Oyo Sunaryo Mukhlas, Perkembangan Peradilan Islam, hlm. 94.
3
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet. II, ( Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 1954), hlm. 113.

3
Trace, Mecodonia, dan sekitarnya. Padahal semula kerajaan Usmani hanya
memiliki wilayah yang sangat kecil, tetapi dengan dukungan militer yang
kuat, tidak beberapa lama Usmani menjadi sebuah kerajaan besar4. Kemajuan
dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan
berlangsung dengan cepat diikuti pula dengan kemajuan-kemajuan dalam
bidang kehidupan yang lain. Di antaranya adalah bidang keagamaan. Namun
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah kemajuan Turki di bidang
keagamaan khususnya tentang perkembangan hukum Islam.

4
K. Ali, Sejarah Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1956), hlm. 364.

4
B. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan judul makalah, maka tujuan penulisan dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tentang sejarah peradilan pada masa Turki Utsmani.
b. Untuk memenuhi tugas kelompok di mata kuliah peradilan dan hukum
acara islam guna mendapatkan nilai sempurna di mata kuliah ini.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ragam Peradilan pada Masa Turki Usmani


Para sultan Turki usmani terutama Salim I dan Sulaiman I serta para
pengganti berikutnya lebih besungguh-sungguh daripada khalifah Abbasiyah
dalam keinginan dan semangat untuk menjadi pemimpin yang saleh. Dalam
hal ini, peranan para ulama sangat menentukan bagi para sultan turki Usmani,
sehingga pada akhirnya peranan yang dimainkan para ulama itu dapat
membuahkan hasil yang sangat mengembirakan. Terbukti, seluruh
administrasi peradilan didasarkan pada landasan syariah.
Adapun bentuk peradilan yang terdapat pada masa Turki Usmani
adalah sebagai berikut:
1. Peradilan Syar’i. lembaga peradilan ini merupakan peradilan tertua, yang
sumber hukum materialnya adalah Fiqh Islami.
2. Peradilan campuran. Peradilan ini didirikan pada tahun 1875, yang sumber
hukum materialnya adalah undang-undang asing.
3. Peradilan Ahli (Adat). Peradilan ini didirikan pada tahun 1883, yang
sumber hukum materialnya adalah undang-undang Prancis.
4. Peradilan Milly (peradilan agama-agama di luar Islam). Sumber hukum
material yang digunakan peradilan ini adalah ajaran-ajaran agama di luar
Islam.
5. Peradilan Qunshuliyah (peradilan Negara-negara asing). Peradilan di
lingkungan ini berwenang mengadili dan menyelesaikan perkara
berdasarkan undang-undang yang berlaku di Negara masing-masing5.
Tidak hanya itu, peradilan yang terdapat dalam pemerintahan
Usmaniyah yang terlalu toleran terhadap orang-orang yang non-Islam ddan
melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh Fuqaha, yaitu
mengharuskan orang-orang yang bukan Islam tunduk ke bawah peradilan

5
C. E Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung: Mizan, 1980), hlm. 163.

6
Islam dalam perkara-perkara kemasyarakatan, memberikan berbagai
keistimewaan kepada orang-orang yang beragama lain. Sehinggga di daearah
Mesir Umpamanya disamping ada peradilan Islam, juga ada peradilan
Masehi6.

B. Masa Perkembangan Peradilan


Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar
dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan
agama. Kerajaan sendiri sangat terikat dengan syari’at sehingga fatwa ulama
menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu ulama mempunyai tempat
tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Tanpa
legitimasi mufti, keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan7.
Perkembangan hukum Islam di Turki dibagi oleh Harun Nasution ke
dalam tiga periode besar yaitu periode awal (650-1250 M), periode
pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800 sampai sekarang)8.
1. Periode Awal (650-1250 M)
Pada periode ini, syari’at islam dilaksanakan dengan murni sesuai
dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.

2. Periode pertengahan (1250-1800 M)


Pada periode pertengahan sudah ada usaha untuk memasukkan
hukum Islam ke dalam perundang-undangan negara yaitu ketika khalifah
al-Manshur menyerukan untuk membuat suatu undang-undang yang
diambil dari Alquran dan Sunnah yang berlaku untuk semua negeri 9.
Usaha ini dilakukan setelah melihat adanya perbedaan pendapat di

6
Oyo Sunaryo Mukhlas, Perkembangan Peradilan Islam, (Bandung: Ghalia Indonesia,
2012), hlm 94 yang dikutip dari bukunya Muhammad Salam Madzkur hlm. 51.
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hlm.
137.
8
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1996) hlm. 12-13.
9
Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, cet. V,(Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1989), hlm. 216.

7
kalangan fuqaha dan perbedaan putusan di kalangan hakim-hakim dalam
memutuskan suatu persoalan yang sama. Usaha tersebut tidak berhasil
karena para fuqaha tidak ingin memaksakan pendapatnya untuk diikuti
dan karena menyadari bahwa ijtihad yang dilakukannya bisa saja salah.
Usaha tersebut baru terwujud setelah munculnya buku Al-Majallah
al-Ahkam al-Adliyah pada tahun 1823. Dengan demikian dikeluarkanlah
keputusan pemerintah Turki Usmani untuk memakai kitab undang-
undang tersebut sebagai pegangan para hakim di pengadilan-pengadilan.
Kitab tersebut terdiri dari 185 pasal yang dibagi menjadi 16 bab. Yaitu:
1) Jual beli, 2) Sewa menyewa, 3) Tanggungan, 4) Pemindahan utang
atau piutang, 5) Gadai, 6) Titipan, 7) Hibah, 8) Rampasan, 9)
Pengampunan, paksaan dan hak beli dengan paksa, 10) Serikat dagang,
11) Perwakilan, 12) Perdamaian dan pembebasan hak, 13) Pengakuan,
14) Gugatan 15) Pembuktian dan sumpah, 16) Peradilan 10. Dengan
demikian kitab Undang-Undang ini merupakan kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Umum (positif) pertama yang diambil dari ketentuan
hukum Islam, dan diambil dari mazhab Hanafi sebagai mazhab resmi
negara pada waktu itu.
Selain kitab tersebut di atas, dikeluarkan pula Undang-Undang
Keluarga (Qanun ‘Ailat) pada tahun 1326, yang dikhususkan untuk
masalah-masalah kawin dan putusnya perkawinan11. Dalam Undang-
Undang ini, banyak ketentuan-ketentuannya yang tidak diambil dari
mazhab Hanafi, seperti tidak sahnya perkawinan orang yang dipaksa dan
tidak sahnya talaq yang dijatuhkannya.
Keluarnya kedua Undang-Undang tersebut merupakan kodifikasi
hukum pertama yang bersumber pada syari’at Islam12. dan sebagai
langkah pertama untuk meninggalkan taqlid buta dan untuk tidak terikat

10
Ibid. hlm. 219.
11
Ibid. hlm. 221.
12
J. N. D. Anderson, Islamic Law in the Moderen World, diterjemahkan oleh Mahmud
Husain dengan judul Hukum Islam di Dunia Moderen, Cet. I (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1994), hlm. 28.

8
dengan satu mazhab tertentu, baik dalam bentuk keputusan hakim,
maupun dalam pendapat orang biasa.
Bentuk-bentuk peradilan pada masa ini adalah:
a. Mahkamah Biasa atau Rendah (al-Juziyat), yang bertugas
menyelesaikan perkara-perkara pidana dan perdata.
b. Mahkamah Banding13 (Mahkamah al-Isti’naf), yang bertugas
meneliti dan mengkaji perkara yang sedang terjadi.
c. Mahkamah Tinggi (Mahkamah al-Tamayz au al-Naqd wa al-
Ibram), yang bertugas memecat para qadhi yang terbukti
melakukan kesalahan dalam menetapkan hukum.
d. Mahkamah Agung (Mahkamah al-Isti’naf al Ulya), yang
lansung di bawah pengawasan Sultan.
Pada akhir periode pertengahan mulai muncul pemikiran
pembaharuan. Hal ini karena mulai adanya penetrasi Barat (Eropa)
terhadap dunia Islam. Namun ide-ide pembaharuan itu mendapat
tantangan dari kaum ulama, karena bertentangan dengan faham
tradisionalis yang terdapat di kalangan umat Islam. Kaum ulama dalam
menentang usaha tersebut menjalin kerjasama dengan Yeniseri. 14 Hal ini
membuat gagalnya usaha pembaharuan pertama di Kerajaan Usmani.

3. Periode modern (1800 sampai sekarang)


Pada periode modern, usaha pembaharuan kedua dimulai yaitu
setelah Yeniseri berhasil ditumpas oleh Sultan Mahmud II (1808-1830)
pada tahun 1826. pembaharuan inilah yang pada akhirnya membawa
perubahan besar di Turki.

13
Suatu lembaga yang menerima permintaan atau permohonan salah satu pihak yang
berperkara agar penetapan atau putusan yang dijatuhkan Pengadilan Agama diperiksa ulang
dalam pemeriksaan tingkat banding oleh Pengadilan Tinggi Agama, lihat Aris Bintania, Hukum
Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 167. Yang
dikutip dari bukunya M. Yahya Harahap yang berjudul (kedudukan, kewenangan dan acara
pearadilan agama “undang-undang nomor 7 tahun 1989)
14
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm. 18.

9
Sultan Mahmud II juga dikenal sebagai Sultan yang pertama kali
dengan tegas mengadakan perbedaaan antar urusan agama dengan urusan
dunia. Urusan agama diatur oleh syari’at Islam (Tasyri al-Dini) dan
urusan dunia diatur oleh hukum yang bukan syari’at (Tasyti al-Madani).
Langkah awal yang dilakukan Sultan Mahmud II dalam usaha
pembaharuan adalah dengan merombak tradisi aristokrasi menjadi
demokrasi. Seperti yang telah diketahui bahwa, kerajaan Turki Usmani
dikepalai oleh seorang Sultan yang mempunyai kekuasaan temporal atau
dunia dan kekuasaan spiritual atau rohani. Sebagai penguasa duniawi ia
memakai titel Sultan dan sebagai kepala rohani umat Islam ia memakai
gelar Khalifah15. Dengan demikian, Raja Usmani mempunyai dua bentuk
kekuasaan. Kekuasaan memerintah Negara dan kekuasaan menyiarkan
dan membela agama Islam.
Dalam melaksanakan kekuasaan di atas Sultan dibantu dua pegawai
tinggi, sadrazam untuk urusan pemerintahan dan Syaikh al-Islam untuk
urusan keagamaan. Namun kemudian, kedudukan Sadrazam ini dihapus
dan diganti dengan jabatan Perdana Menteri yang membawahi menteri-
menteri dan sebagai penghubung antara para menteri dan Sultan.
Sedangkan kekuasaan yudikatif yang berada di tangan Sadrazam dahulu,
dipindahkan ke tangan Syaikh al-Islam. Tetapi dalam sistem baru ini, di
samping hukum syari’at diadakan pula hukum sekuler, dan Syaikh al-
Islam hanya menangani hukum syari’at, sedangkan hukum sekuler
diserahkan kepada Departemen Perancang Hukum.[13] Diantaranya
adalah al-Nizham al-Qadha al-Madani (Undang-Undang Peradilan
Perdata).
Dengan penerapan al-Nizham al-Qadha al-Madani (Undang-
Undang Peradilan Perdata) dalam peradilan muncul Mahkamah al-
Nizhamiyah yang terdiri dari Qadha al-Madani (Peradilan Perdata) dan
Qadha Syar’i (Peradilan Agama). Dikotomi lembaga peradilan pada

15
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm. 92.

10
masa Sultan Mahmud II memberikan indikasi bahwa ada pemisahan
urusan agama dan urusan dunia.
Realisasi pembaharuan ini dimulai dengan diumumkannya piagam
Gulhane (Khatt-I Syarif Gulhane) pada tanggal 3 November 1839 M.
Selanjutnya dijelaskan bahwa seorang tertuduh akan diadili secara
terbuka, ahli waris dari yang kena hukuman pidana tidak boleh dicabut
haknya untuk mewarisi dan harta yang kena hukum pidana tidak boleh
disita. Dan atas dasar piagam ini terjadi pula pembaharuan dalam bidang
hukum, di mana Dewan Hukum yang dibentuk oleh Sultan diperbanyak
anggotanya dan diberi kekuasaan membuat Undang-Undang.16
Kodifikasi hukum dimulai dan sebagai sumber hukum di samping
syari’at, dipakai juga sumber-sumber di luar agama, di antaranya hukum
Barat. Dan pada tahun 1840, keluarlah hukum pidana baru dan hukum
dagang baru pada tahun 1850. Dan pada tahun 1847 didirikan
mahkamah-mahkamah baru untuk urusan pidana dan sipil.
Sebagai tindak lanjut dari deklarasi Gulkhane, diumumkanlah
piagam Humayun (Khatt-I Syarif al-Humayun) pada tahun 1856 M17.
Gerakan ini terjadi pada masa Sultan Abdul Majid (1839-1861 M) putra
Sultan Mahmud II, yang lebih banyak mengandung pembaharuan
terhadap kedudukan Eropa karena desakannya, dan tujuannya adalah
untuk memperkuat jaminan yang tercantum dalam piagam Gulkhane.
Selanjutnya masyarakat non-muslim bebas melakukan pembaharuan
tanpa ada perbedaan, dan kebebasan beragama dijamin dengan tidak
memaksakan merubah agama. Perkara yang timbul antara orang yang
berlainan agama diselesaikan oleh mahkamah campuran, serta perbedaan
pajak yang dipungut dari rakyat dihapuskan.
Dengan demikian, kedua piagam yang menjadi dasar pembaharuan
tanzimat mengandung faham sekularisme dalam berbagai institusi
kemasyarakatan, terutama dalam institusi hukum. Hukum baru yang

16
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm. 100
17
Ibid. hlm. 126.

11
disusun banyak dipengaruhi oleh hukum Barat, seperti hukum pidana dan
hukum dagang.
Gerakan tanzimat ini menumbuhkan bibit nasionalisme Turki di
kemudian hari melalui gerakan Usmani Muda dengan berkeyakinan
bahwa Turki hanya dapat dipertahankan bila mengadopsi peradaban
Eropa. Mereka mengharapkan proses transformasi sistem pemerintahan
kerajaan Turki dari sistem otokrasi-monarkis menjadi monarki
konstitusional, dengan memberikan kepada mereka otonomi
pemerintahan dan kebudayaan. Dan sebagai dampak nyata dari ideologi
nasionalisme adalah runtuhnya sistem khilafah Usmani yang dibangun
atas pemikiran politik keagaman yang bersifat supra nasional. Tokoh
utama gerakan nasionalime ini adalah Mustafa Kemal.
Pembaharuan yang pertama dilakukan Mustafa Kemal ditujukan
terhadap bentuk negara yang sekuler, dimana pemerintahan harus
dipisahkan dari agama dan kedaulatan terletak di tangan rakyat. Ide ini
telah diterima dalam sidang Majelis Nasional Agung (MNA) pada tahun
1920. dan pada tahun 1921 disusunlah satu konstitusi yang menjelaskan
bahwa kedaulatan adalah milik rakyat. Dengan demikian, yang berdaulat
di Turki bukan lagi Sultan tetapi raktat. Kemudian pada tahun 1922,
dalam sidang MNA, kekuasaan khalifah dan sultan berangsur-angsur
dikurangi dengan memisahkannya, yang kemudian satu persatu dihapus
dan mendirikan sebuah negara yang berbentuk Republik pada tanggal 23
oktober 1923. Dan sebagai imbalan atas usul golongan Islam, maka
ditambahkan satu artikel yang mengatakan bahwa agama negara republik
Turki adalah Islam.18 Hal ini berarti bahwa kedaulatan bukan sepenuhnya
terletak di tangan rakyat, tetapi juga pada syari’at.
Akan tetapi, Reformasi Mustafa kemal di bidang hukum
yang merupakan kebijakan untuk memisahkan Islam dari urusan
keagamaan, mulai menghilangkan institusi keagamaan yang ada dalam
pemerintahan, seperti; dihapuskannya Biro Syaikh al-Islam dan

18
Ibid. hlm. 149-150

12
Mahkamah Syari’at pada tanggal 18 April 1924, dan hukum syari’at
dalam soal perkawinan digantikan oleh hukum Swiss. Dengan demikian
perkawinan tidak lagi dilakukan menurut syari’at, tetapi menurut hukum
sipil, dan dalam masalah perceraian, wanita mendapat hak yang sama
dengan pria. Demikian pula dalam hukum dagang, hukum pidana, hukum
laut, dan hukum obligasi digunakan hukum Barat yang disesuaikan
dengan kebutuhan rakyat Turki..
Pada tahun 1928, artikel tambahan dari konstitusi 1921 itu pun
dihilangkan dan diganti dengan prinsip sekularisasi yang dimasukkan
dalam konstitusi 1937.19 Dengan demikian Turki resmi menjadi negara
sekuler. Walaupun demikian umat Islam tetap merupakan mayoritas dan
bebas melakukan ajaran agama.
Konstitusi Turki yang berlaku sejak tahun 1961, mengatur agama
baik dalam teksnya maupun dalam rujukannya kepada serangkaian
hukum organis menyangkut sekularisasi yang merupakan bagian dari
hukum negara sejak tahun 1920-an. Konstitusi secara tegas tidak
memperkenankan hukum organis yang meyangkut sekularisasi
ini dijadikan sasaran tinjauan hukum dengan merintangi amandemen dan
modifikasinya, karena hukum ini mengabadikan kepada prinsip
sekularisasi. Hukum-hukum tersebut adalah :

1. Hukum tentang penyatuan pendidikan yang dikeluarkan pada


tahun 1924.
2. Hukum tentang pemakaian topi yang dikeluarkan pada tahun
1925.
3. Hukum tentang penghapusan tekye dan zawiyat (asrama dan
tempat ibadah sufi)
4. Ketentuan dalam hukum sipil yang berhubungan dengan
perkawinan sipil
5. Hukum tentang penggunaan angka internasional

19
Ibid. hlm. 147-151

13
6. Hukum tentang abjad Latin yang dikeluarkan pada tahun 1928.
7. Hukum tentang penghapusan gelar efendi, bey, pasya, dan
sebagainya
8. Hukum tentang penghapusan gelar efendi, bey, pasya, dan
sebagainya.20

Tidak semua undang-undang organis mengenai sekularisasi


disebutkan dalam konstitusi tahun 1961, seperti penghapusan
kekhalifahan yang telah dilakukan pada tahun 1924. Dan di antaranya
yang telah dicabut adalah undang-undang penggunaan bahasa Turki
dalam azan (1931) dan larangan berziarah ke makam-makam suci.
Dengan demikian azan kembali bisa dikumandangkan dalam bahasa
Arab di bumi Turki. Namun demikian sekularisasi yang berlaku secara
langsung tidak mampu ditantang oleh para kelompok Islam. Hal inilah
yang menyebabkan ketegangan antara sekularisasi dan kesepakatan back
to Islam menjadi masalah yang berkepanjangan.
Meskipun Turki merupakan negara sekuler, namun pertumbuhan
keagamaannya sangat mencolok bagi sebagaian besar warga Turki. Hal
ini bisa dilihat dari banyaknya penduduk yang menjadi anggota sekte-
sekte keagamaan, seperti sekte Nur yang didirikan oleh Said Nursi
sampai beranggotakan sekitar 300.000 orang. Dan dalam bidang sarana
keagamaan, sekarang Turki memiliki tidak kurang dari 62.000 masjid
dan pembangunan masjid mencapai 1.500 buah per tahun. Selain itu telah
dibangun lebih dari 2.000 unit sekolah Alquran.
Adapun isu keislaman di Turki harus dipahami kaitannya dengan
perubahan sosial dan persaingan politik yang bersifat pluralistik. Di
dalam negara Turki kontemporer, tradisi ulama perkotaan sebagian besar
telah hancur dan tidak lagi berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.
Ideologi republik adalah sekuler, sementara kalangan atasan komitmen

20
http://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/27/perkembangan-hukum-islam-di-turki/

14
terhadap idiologi sekuler tersebut. Kelas terdidik perkotaan dari kalangan
atasan Turki memandang Islam sebagai simbol keterbelakangan.
Sebaliknya, tradisi Sufi-pedalaman tetap bertahan dan loyalitas
keislaman masyarakat umum belum pernah tergoyahkan warga Turki
senantiasa mengidentifikasikan diri sebagai muslim, bahkan sepanjang
periode Kelamalis mereka senantiasa melaksanakan peribadatan di
masjid-masjid dan di beberapa makam para wali.
Selanjutnya, tekanan ekonomi dan politik era pasca perang
menimbulkan bangkitnya sejumlah gerakan dan partai yang komitmen
terhadap re-Islamisasi negara dan masyarakat. Di antara yang paling
besar adalah gerakan Said Nursi yang meraih pengaruh besar sebagai
gerakan bawah tanah di Turki, sekalipun pemerintah berusaha keras
melawan dan menghukum lantaran agitasi keagamaannya yang telah
membangkitkan kembali semangat perjuangan Islam.
Melihat perkembangan tersebut di atas, dapatlah dikatakan bahwa
Turki sebagai negara sekuler, namun belumlah sekuler betul, kerana
Republik Turki Mustafa Kemal masih mengurus soal agama melalui
Departemen Urusan Agama, sekolah-sekolah Pemerintah untuk imam
dan khatib, dan fakultas Ilahiyat dari perguruan tinggi Negara,
Universitas Istambul.
Setelah Mustafa Kemal meninggal pada tahun 1938, usaha
pembaharuannya dijalankan terus oleh para pengikutnya. Namaun dua
tahun kemudian, timbul gerakan “back to Islam” . dan pada tahun 1949,
pendidikan agama dimasukkan kembali ke dalam kurikulum sekolah, dan
pendidikan agama dibuat bersifat wajib. Mulai tahun 1950, orang-orang
Turki telah dibolehkan naik haji ke Mekah. Tarekat yang selama ini tetap
mempunyai pengikut besar secara rahasi di kalangan petani dan buruh,
mulai berani meonjolkan diri. Demikian pula dalam bidang politik, Islam
juga telah memulai memainkan peranan.21 Hal ini membuktikan bahwa
sekularisme Mustafa Kemal tidaklah menghingkan agama Islam dari

21
Ibid. hlm. 154.

15
masyarakat Turki, ia hanya bermaksud menghilangkan kekuasaan agama
dari bidang pilitik dan pemerintahan
Pada akhir periode Turki Usmani, persoalan peradilan semakin
banyak dan sumber hukum yang dipegang tidak hanya terbatas pada
syari’at Islam saja, tapi juga diambil dari sumber no syari’at Islam, dan
pada masa ini banyak muncul lembaga peradilan yang sumber hukumnya
saling berbeda, yaitu:
a. Mahkamah al-Thawaif atau Qadha al-Milli, yaitu peradilan
untuk suatu kelompok (agama), sumbernya dari agama
masing-masing.
b. Qadha al-Qanshuli, yaitu peradilan untuk warga Negara asing
dengan sumber undang-undang asing tersebut.
c. Qadha Mahkamah Pidana, yaitu bersumber dari undang-
undang Eropa.
d. Qadha Mahkamah al-Huquq (Ahwal al-Madaniyah), yaitu
mengadili perkara perdata, bersumber dari Majallah al-Ahkam
al-Adliyah.
e. Majelis Syari’ al-Syarif, yaitu mengadili perkara ummat Islam
khusus masalah keluarga (al-Syakhsiyah), bersumber pada
Fiqh Islam.22

C. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani


Kehancuran imperium Utsmani merupakan transisi yang lebih
komplek dari masyarakat Islam imperial abad 18. Menjadi negara-negara
nasional modern, rezim Utsmani menguasai wilayah yang sangat luas,
meliputi Balkan, Turki, Timur Tengah, Mesir dan Afrika Utara, dan pada
abad ke-19, secara substansial Utsmani memperbaiki kekuasaan pemerintah
pusat, mengkonsolidasikan kekuasaannya atas beberapa propinsi dan
melancarkan reformasi ekonomi, sosial, dan kultural yang dengan kebijakan

22
Jumni Nelli, Perkembangan Hukum Islam Pada Masa turki Usmani, (Hukum Islam, Vol.
VI. No. 4. Desember 2004), hlm. 441.

16
tersebut mereka berharap dapat menjadikan rezim Utsmani mampu bertahan
di dunia modern.23
Meskipun Utsmani telah berjuang mempertahankan reformasi negara
dan masyarakat, namun perlahan-lahan imperium Utsmani kehilangan
wilayah kekuasaannya. Beberapa kekuatan Eropa yang terlebih dahulu
mengkonsolidasikan militer, ekonomi dan kemajuan teknologi mereka
sehingga pada abad ke-19 bangsa Eropa jauh lebih kuat dibandingkan rezim
Utsmani.
Untuk dapat bertahan, rezim Utsmani bergantung pada keseimbangan
kekuatan-kekuatan Eropa. Hingga tahun 1878 kekuatan Inggris dan Rusia
berimbang dan hal ini menyelamatkan rezim Utsmani dari mereka, namun
pada tahun 1878 sampai 1914, sebagian besar wilayah Balkan menjadi
merdeka dan Rusia, Inggris, dan Austria Hungaria semua merebut sejumlah
wilayah Utsmani hingga ia menjadi imperium yang tidak beranggota,
memuncak pada akhir Perang Dunia I lantaran terbentuknya sejumlah negara
baru di Turki dan di Timur Tengah Arab.
Kemunduran Turki Utsmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-
Qonuni. Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah
Sultan Sulaiman meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putera
beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan
mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya
semangat perjuangan prajurit Utsmani yang mengakibatkan kekalahan dalam
mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system
pemerintahan tidak berjalan semestinya. Selain faktor diatas, ada juga faktor-
faktor yang menyebabkan kerajaan Utsmani mengalami kemunduran,
diantaranya adalah:
1. Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas.
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada
kerajaan Utsmani, menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan

23
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, hlm. 219.

17
dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca
pemerintahan Sultan Sulaiman.
Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Utsmani
tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Utsmani hanya
mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem
pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh
dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha
melepaskan diri.
2. Heterogenitas Penduduk
3. Kelemahan para Penguasa
Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian
penguasa. Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan
kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi
kacau dan susah teratasi.
4. Pemberontakan Tentara Jenissari
5. Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka
biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara pun
sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
6. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi24.

D. Kodifikasi Undang-undang Perdata


Kodifikasi undang-undang itu dimulai dengan dibentuknya
kepanitiaan yang diketuai Ahmad Judat Pasya yang beranggotakan 7 (tujuh)
orang ulama. Kepanitiaan yang dibentuk pada tahun 1869 itu lebih popular
dikenal dengan Panitia Himpunan Majallah yang tujuan utamanya adalah
untuk mengkodifikasikan undang-undang perdata dari fikih Hanafi dan
menyusun kitab muamalah yang tidak mengandung ikhtilaf.
Kepanitiaan itu dapat menyelesaikan tugasnya selama 7 (tujuh) tahun
(1869-1876). Hasil kerja kerasnya dapat melahirkan Kodifikasi Undang-

24
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, hlm. 221-224.

18
Undang Perdata yang disebut dengan Majallah al-Ahkam al-‘Adliyah. Kitab
undang-undang itu terdiri atas bagian Muqaddimah, 16 kitab dan 1651 pasal.
Isi yang tertuang dalam Muqaddimah itu sendiri terdiri atas 100 pasal yang
memuat tentang prinsip-prinsip umum (al-qawaid al-kuliyah). Sedangkan isi
yang termaktub di dalam ke-16 kitab tersebut adalah: al-ba’i, ijarah, kafalah,
rahn, amanah, hibah, syirkah, wakalah, shulh, ibra’, hawalah, syuf’ah,
hukum acara, pembuktian, gugatan, peradilan, pengakuan, bukti dan
sumpah.25
Munculnya Kemal Atatturk selaku penguasa Turki, ternyata
membawa perubahan besar terhadap struktur pemerintahan dan sistem
perundang-undangan yang berlaku. Dalam struktur pemerintahan terjadi
pergeseran nilai dengann dihapuskannya sistem kekhilafahan, diganti dengan
sistem republik yang sekuler. Begitu pula dengan sistem perundang-undangan
yang bersumber kepada hukum Islam, Majalah al-Ahkam al-Adliyah dan al-
Ahwal Al-Syakhshiyah (Undang-Undang Kekeluargaan) yang dikodifikasi
tahun 1326 Hijriyah dan sudah diberlakukan ke seluruh wilayah kekuasaan
Turki Ustmani, secara total dibekukan dan diganti dengan undang-undang
yang sepenuhnya diadopsi dan Swiss. Dengan demikian, keberadaan hukum
Islam yang selama itu sudah mengkristal dan menjadi kultur dalam kehidupan
masyarakat muslim menjadi tidak berguna lagi. Keadaan ini sekaligus
berpengaruh terhadap perkembangan peradilan, karena hakim yang
semestinya menjadi benteng terakhir dalam penegakan hukum Islam dan
memiliki peranan penting dalam berijtihad di pengadilan menjadi tidak berarti
apa-apa lagi.

25
Rahmat Djatnika, Orientasi Pengembangan Ilmu Agama Islam, (Jakarta: Proyek
Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, 1986) hlm.43.

19
BAB III
KESIMPULAN

Peranan para ulama sangat menentukan bagi para sultan turki Usmani
dalam keinginan dan semangat untuk menjadi pemimpin yang saleh.,
sehingga pada akhirnya peranan yang dimainkan para ulama itu dapat
membuahkan hasil yang sangat mengembirakan.
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar
dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan
agama. Kerajaan sendiri sangat terikat dengan syari’at sehingga fatwa ulama
menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu ulama mempunyai tempat
tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Tanpa
legitimasi mufti, keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan26.
Munculnya Kemal Atatturk selaku penguasa Turki, ternyata
membawa perubahan besar terhadap struktur pemerintahan dan sistem
perundang-undangan yang berlaku. Dalam struktur pemerintahan terjadi
pergeseran nilai dengann dihapuskannya sistem kekhilafahan, diganti dengan
sistem republik yang sekuler. Begitu pula dengan sistem perundang-undangan
yang bersumber kepada hukum Islam, Majalah al-Ahkam al-Adliyah dan al-
Ahwal Al-Syakhshiyah (Undang-Undang Kekeluargaan) yang dikodifikasi
tahun 1326 Hijriyah dan sudah diberlakukan ke seluruh wilayah kekuasaan
Turki Ustmani, secara total dibekukan dan diganti dengan undang-undang
yang sepenuhnya diadopsi dan Swiss. Dengan demikian, keberadaan hukum
Islam yang selama itu sudah mengkristal dan menjadi kultur dalam kehidupan
masyarakat muslim menjadi tidak berguna lagi. Keadaan ini sekaligus
berpengaruh terhadap perkembangan peradilan, karena hakim yang
semestinya menjadi benteng terakhir dalam penegakan hukum Islam dan
memiliki peranan penting dalam berijtihad di pengadilan menjadi tidak berarti
apa-apa lagi.

26
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 137.

20
Adapun bentuk peradilan yang terdapat pada masa Turki Usmani
adalah sebagai berikut:
1. Peradilan Syar’i. lembaga peradilan ini merupakan peradilan tertua, yang
sumber hukum materialnya adalah Fiqh Islami.
2. Peradilan campuran. Peradilan ini didirikan pada tahun 1875, yang sumber
hukum materialnya adalah undang-undang asing.
3. Peradilan Ahli (Adat). Peradilan ini didirikan pada tahun 1883, yang
sumber hukum materialnya adalah undang-undang Prancis.
4. Peradilan Milly (peradilan agama-agama di luar Islam). Sumber hukum
material yang digunakan peradilan ini adalah ajaran-ajaran agama di luar
Islam.
5. Peradilan Qunshuliyah (peradilan Negara-negara asing). Peradilan di
lingkungan ini berwenang mengadili dan menyelesaikan perkara
berdasarkan undang-undang yang berlaku di Negara masing-masing.27

27
C. E Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung: Mizan, 1980), hlm. 163.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ali, K, Sejarah Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1956.

Anderson, J. N. D, Islamic Law in the Moderen World, diterjemahkan oleh


Mahmud Husain dengan judul Hukum Islam di Dunia Moderen, cet. I,
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1994.
Bintania, Aris, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-
Qadha, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Bosworth, C. E, Dinasti-Dinasti Islam, Bandung: Mizan, 1980.

Djatnika, Rahmat, Orientasi Pengembangan Ilmu Agama Islam, Jakarta:


Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, 1986.
Hanafi , Ahmad, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, cet. V, Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 1989.
Mukhlas, Oyo Sunaryo, Perkembangan Peradilan Islam, Bandung: Ghalia
Indonesia, 2012.
Nasution , Harun,Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan
Gerakan, cet. VIII. Jakarta: Bulan BIntang, 1991.
Sunaryo, Oyo, Perkembangan Peradilan Islam, Bogor: Ghalia Indonesia,
2011.
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve. 1954.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999.
http://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/27/perkembangan-hukum-islam-
di-turki/

22
CURICULUM VITAE

Nama Lengkap : Fariq Al Faruqie

TTL : Jayapura, 8 September 1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat Asal : Jl. Kenanga 26 Perumnas II Yabansai Jayapura

Alamat Domisili : Jl. Bimasakti 17 Demangan Kidul Yogyakarta

Instansi : UIN Sunan Kalijaga

Jurusan : Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah

Semester :5

Fakultas : Syari’ah dan Hukum

NIM : 12350011

No. Telepon : 085776422025

E-mail : Fariqalfaruqie@gmail.com

Motto Hidup : Jalani hidup seperti mengendarai sepeda motor

Pendidikan Normal : - SD Muhammadiyah Jayapura

- MTs PPMI Assalaam Surakarta

- MA PPMI Assalaam Surakarta

- UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

23
CURICULUM VITAE

Nama Lengkap : Evan Ahid Oetoyo

TTL : Banyumas / 6 November 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat Asal : Kedundang Rt 002/Rw 001, Temon, Kulon Progo,


Yogyakarta

Alamat Domisili : Kedundang Rt 002/Rw 001, Temon, Kulon Progo,


Yogyakarta

Instansi : UIN Sunan Kalijaga

Jurusan : Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah

Semester :5

Fakultas : Syari’ah dan Hukum

NIM : 12350016

No. Telepon : 085641731437

E-mail : evanahidsao@gmail.com

Motto Hidup : Memulai untuk bertahan

Pendidikan Normal : - SD Negri 3 Bolon

- SMP Negri 3 Kartasura,

- SMA Negri 1 Temon

- UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

24

Anda mungkin juga menyukai