NIM : 3411191102
1. Jelaskan arti dan proses khitbah (meminang) dari seorang pemuda (laki-laki)
terhadap seorangperempuan!Mengapa keduanya harus saling menjaga diri
setelah pengkhitbahan? jelaskan!
Jawab :
Khitbah atau meminang adalah proses dimana seorang pemuda (laki-laki) secara
resmi menyampaikan niatnya untuk menikahi seorang perempuan kepada
keluarganya atau wali perempuan tersebut. Proses khitbah ini memiliki makna
penting dalam tradisi dan syariat Islam sebagai tahap awal dalam pernikahan. Dalam
proses khitbah, pemuda akan menyampaikan niatnya secara jelas kepada wali
perempuan yang berwenang, seperti ayah atau saudara perempuan. Dia akan
menyampaikan niatnya untuk menikahi perempuan tersebut, mencari persetujuan dari
wali, dan membahas persyaratan pernikahan, seperti mahar (mas kawin) dan
persiapan lainnya.
Setelah pengkhitbahan, baik pemuda maupun perempuan harus saling menjaga
diri dengan mematuhi aturan dan tata cara dalam Islam. Hal ini penting karena
meskipun sudah dilakukan pengkhitbahan, mereka belum sah menjadi suami istri dan
masih harus menunggu pelaksanaan akad nikah yang sah. Selama periode ini,
keduanya harus menjaga batasan-batasan agama dan menjaga diri dari perbuatan yang
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, seperti berhubungan intim sebelum
pernikahan atau melakukan kontak fisik yang tidak pantas.
Saling menjaga diri setelah pengkhitbahan juga mengandung makna perlindungan
dan menghormati hak-hak perempuan. Dalam Islam, perempuan memiliki hak untuk
dilindungi, dihormati, dan dijaga kesuciannya. Dengan saling menjaga diri, keduanya
menunjukkan keseriusan dan komitmen dalam menjalankan pernikahan secara islami
serta menghindari hal-hal yang dapat merusak nilai-nilai agama dan kesejahteraan
mereka.
Selama masa pengkhitbahan, pemuda dan perempuan yang telah terlibat khitbah
sebaiknya menjaga komunikasi mereka dalam batasan-batasan yang ditetapkan oleh
syariat Islam. Komunikasi harus dilakukan dengan pengawasan dan pengawalan dari
keluarga atau wali perempuan yang berwenang. Tujuan dari hal ini adalah untuk
memastikan proses pengenalan dan membangun kepercayaan antara kedua calon
mempelai, sambil tetap menjaga etika dan norma-norma agama yang berlaku.
Penting untuk diingat bahwa khitbah adalah awal dari proses pernikahan yang
harus dilakukan dengan kesungguhan, kejujuran, dan kehormatan. Hal ini juga harus
dilakukan dengan perhatian pada nilai-nilai agama dan tuntunan Islam dalam menjaga
diri dan menjaga kehormatan perempuan yang terlibat.
2. Tulis ayat al-Qur’an dan hadis nabi (berikut artinya) yang berhubungan dengan
pernikahan!
Jawab :
Tujuan pernikahan:
a. Pembentukan keluarga: Tujuan utama dari pernikahan adalah membentuk
keluarga yang stabil dan harmonis. Pasangan menciptakan ikatan yang kuat
dan saling mendukung untuk membangun rumah tangga yang bahagia.
b. Kemitraan hidup: Pernikahan bertujuan untuk menciptakan kemitraan hidup
antara suami dan istri. Pasangan saling melengkapi, mendukung, dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama dalam kehidupan.
c. Keamanan dan stabilitas: Pernikahan memberikan rasa keamanan dan
stabilitas emosional, fisik, dan finansial. Pasangan dapat saling bergantung
satu sama lain untuk menavigasi tantangan hidup dan merencanakan masa
depan bersama.
d. Pertumbuhan dan perkembangan pribadi: Pernikahan juga dapat menjadi
wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Pasangan saling
mendorong dan mendukung satu sama lain dalam pencapaian individu,
ambisi, dan aspirasi masing-masing.
e. Keberlanjutan keturunan: Bagi banyak pasangan, pernikahan juga menjadi
sarana untuk mewujudkan impian memiliki anak dan memperluas keluarga
mereka melalui keturunan.
5. Sebutkan ketentuan masa iddah bagi seorang perempuan baik bagi wanita yang
ditinggal mati oleh suaminya atau karena perceraian!
Jawab :
Dalam Islam, terdapat ketentuan masa iddah bagi seorang perempuan setelah
ditinggal mati oleh suaminya atau setelah perceraian. Masa iddah adalah periode
tunggu yang harus dilewati oleh seorang perempuan sebelum dia dapat menikah lagi.
Tujuan masa iddah adalah untuk memastikan bahwa tidak ada kehamilan yang terjadi
sebagai hasil dari pernikahan sebelumnya dan memberikan waktu bagi pemulihan
fisik dan emosional.
Berikut adalah ketentuan masa iddah dalam dua situasi yang disebutkan:
a. Masa Iddah setelah Kematian Suami:
Setelah suami meninggal, masa iddah bagi seorang perempuan adalah 4
bulan 10 hari. Selama masa ini, perempuan tersebut tinggal di rumah suaminya
dan menjalani masa berduka. Selama masa iddah, perempuan tersebut tidak boleh
menikah atau menjalin hubungan pernikahan dengan orang lain.
b. Masa Iddah setelah Perceraian:
Setelah perceraian, masa iddah bagi seorang perempuan adalah tiga kali
haid (siklus menstruasi) atau tiga bulan untuk perempuan yang tidak mengalami
haid. Selama masa iddah ini, perempuan tersebut tetap tinggal di rumah suaminya
dan diberikan waktu untuk memastikan tidak ada kehamilan sebagai akibat dari
pernikahan sebelumnya.