Anda di halaman 1dari 7

Makalah Muqaranah Mazahib Fii Munakahat

Pengaruh perbudakan pada jumlah Thalaq

Dosen pengampu :Salman Al-Farisi,Lc,MA

Di Susun Oleh:

Putri Nurzaila (0201192093)

Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Ahwalul Syaksiah

Universitas Islam Negri Sumatra Utara

Medan

2022
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat dan karunia-Nya
dapat ,menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Pengaruh Perbudakan pada Pengurangan
Jumlah Thalak”. Kami meyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurngan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu
yang kami miliki.

Dalam kesemptan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada temanteman dan
kepada pihak yang membantu sehingga terselesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada dosen penanggung jawab mata kuliah keadvokatan yang telah
membimbing kami belajar banyak hal berkaitan tentang mata kuliah keadvokatan. Akhirnya
kepada Allah SWTkami berharap dan berdoa agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi kami selaku sebagai penyusun dan bagi para pembaca makalah ini.

Medan, 20 November 2022

Penulis
Daftar isi

Kata Pengantar..............................................................................................................................

Daftar isi........................................................................................................................................

Bab I pendahuluan

A. Latar belakang...................................................................................................................
B. Rumusan masalah.............................................................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................................................

Bab II pembahasan

A. Pengertian thalak sunni dan thalak bid’i...........................................................................


B. Syarat thalak sunni dan thalak bid’i..................................................................................
C. Adanya pengaruh perbudakan pada pengurangan jumlah thalak......................................
D. Menurut KHI serta contohnya...........................................................................................

Bab III penutup

Kesimpulan ...........................................................................................................................

Daftar pustaka
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Talak merupakan suatu bentuk cara memutuskan hubungan perkawinan. Talak
adalah melepaskan hubungan pernikahan dengan dengan menggunakan lapaz talak
dan sejenisnya. Talak juga diartikan sebagai pemutusan tali pernikahan dari seorang
suami terhadap isteri dengan alasan yang diterima secara syar’i. Talak merupakan
perbuatan halal, namun dibenci oleh Allah swt. Perkawinan mesti ada aqad dan begitu
juga dengan Talak. Aqad itu berfungsi sebagai penghalalan atau legalitas hubungan
yang akan dijalani oleh suami isteri setelah menikah.
Pada dasarnya perkawinan itu dilakukan untuk selamanya. Namun dalam
keadaan tertentu terdapat hal- hal yang menghendaki putusnya perkawinan, dalam arti
bila perkawinan tetap dilanjutkan, maka kemudaratan akan terjadi. Islam
membenarkan putusnya perkawinan sebagai langkah terakhir dari usaha melanjutkan
rumah tangga. Putusnya perkawinan tersebut merupakan jalan keluar yang terbaik.
Maka Islam membuka pintu untuk terjadinya perceraian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu thalak sunni dan thalak bid’i?
2. Bagaimana pengaruh perbudakan pada pengurangan jumlah thalak?
3. Apakah syarat thalak sunni adalah agar tidak diikuti dengan thalak disaat iddah?
C. Tujuan
Agar kita dapat mengetahui apa itu thalak sunni dan thalak bid’i
Bisa memahami bagaimana pengaruh perbudakan pada pengurangan jumlah thalak
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian thalak sunni dan thalak Bid’i
Talak sunni, Talak sunni adalah perceraian yang dijatuhkan oleh suami
kepada istri sebanyak satu kali, sementera istri tersebut masih dalam keadaan suci
atau belum digauli, kemudia istri meninggalkan suaminya sampai habis masa iddah.
Peristiwa perceraian, khususnya pada talak sunni, dapat dipandang dari beberapa segi.
Pertama, segi jumlah yang artinya suami menjatuhkan talak kepada istri sebanyak satu
kali dan meninggalkannya sampai masa iddah habis.
Kedua, segi waktu yang artinya suami menjatuhkan talak kepada istri yang
masih dalam keadaan suci dan belum digauli. Allah SWT berfirman dalam QS. Ath-
Thalaq ayat 1 yang artinya: "Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu
maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi)
iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah
Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah
mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang.
Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah,
maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak
mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru."

Dalam hal ini, jika suami mengatakan, "Aku akan ceraikan kamu," kemudian
ia akan membiarkan istrinya sampai tiga kali haid, suami dan istri bisa kembali rujuk.
Artinya, dalam masa iddah itu, Allah SWT memberikan kesempatan kepada istri
untuk memikirkan apa mungkin bisa rujuk kembali. Jika suami menyesali usai
menjatuhkan talak dan tidak menyia-nyiakan kesempatan, maka mereka bisa kembali
rujuk.
Talak Bid'ah, Jelas berbeda dengan talak sunni. Talk bid'ah adalah talak yang
terjadi dalam kondisi yang diharamkan. Dapat diambil contoh, seperti suami yang
menceraikan istrinya yang sedang haid atau nifas dan sudah digauli, sementara
kondisinya belum jelas hamil atau tidak. Talak bid'ah dalam tiga kali lafaz cerai dalam
satu waktu hukumnya haram, sebelum wanita itu menikah dengan laki-laki lain. Allah
berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 230 yang artinya: "Kemudian jika si suami
mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal
baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan
isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang
(mau) mengetahui."
Talak jenis itu tentu saja tidak sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Sebab,
dalam Islam tidak ada talak yang dilakukan secara semena-mena. Mereka harus
mengikuti dan memperhatikan tuntunan syariat yang menyertainya. Nah, itulah
penjelasan singkat dari talak sunni dan talak bid'ah. Semoga bagi semua yang sudah
membina rumah tangga, sebaiknya hindarilah yang namanya perceraian, meskipun
perilaku tersebut diperbolehkan dalam Islam. Semoga kita selalu dalam lindungan
Allah SWT.1

1
https//kumparan.com /hijab-lifestyle/mengenal-talak-sunni-dan-talak-bid’i
B. Syarat Thalak Sunni dan Thalak Bid’i
Talak Sunni adalah talak yang dijatuhkan sesuai tuntutan sunnah. Thalaq ini
dilakukan oleh suami saat istri berada dalam keadaan suci. Empat syarat talak
Sunni:1). Istri yang di talak sudah pernah digauli. Bila talak yang di jatuhkan terhadap
istri yang belum pernah digauli, tidak termasuk talak sunni.2). Istri dapat segera
melakukan iddah suci setelah ditalak yaitu dalam keadaan suci dari haid. Menurut
ulama' Syafi'iyah penghitungan idah bagi wanita berhaid ialah tiga kali suci, bukan
tiga kali haid. 3). Suami tidak pernah menggauli selama masa suci dimana talak itu
dijatuhkan.

Talak Bid'i yaitu talak yang tidak memenuhi syarat talak sunni, atau bertentangan
dengan tuntunan sunnah. Talak ini ada beberapa macam keadaan, yang mana seluruh
ulama telah sepakat menyatakan bahwa talak semacam ini hukumnya haram.
Beberapa macam talak Bid'i yaitu: 1). Apabila seorang suami menceraikan istrinya
ketika dalam keadaan haid atau nifas serta adanya hasutan camput tangan orang lain
yang membuat suami istri terpisah. 2). Ketika dalam keadaan suci sedang ia telah
menyetubuhinya pada masa suci tersebut, padahal kehamilannya belum jelas. 3).
Seorang suami mentalak tiga istrinya dengan satu kalimat dengan tiga kalimatdalam
satu waktu Talak 3 (mentalak tiga) sekaligus.

Talak La Sunni wala Bid'i adalah talak yang tidak termasuk talak sunni dan talak bid'i
1). Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah digauli.2). Talak terhadap
istri yang belum pernah haid atau istri yang telah lepas haid.3). Talak yang dijatuhkan
terhadap istri yang sedang hamil.2

C. Adanya pengaruh perbudakan pada pengurangan jumlah thalak


Masalah ketiga: Pengaruh perbudakan pada pengurangan jumlah thalak
Permasalahan perbudakan yang berpengaruh pada pengurangan jumlah thalak: 1.
Sebagian ulama menceritakan bahwa hal itu telah menjadi ijma'. 2. Abu Muhammad
bin Hazm serta sekelompok ulama dari ahli zhahir berbeda pendapat dalam masalah
tersebut, mereka berpendapat bahwa orang merdeka dan budak dalam hal ini sama.
Sebab perbedaan pendapat: Kontradiksi makna zhahir dengan qiyas. Yaitu bahwa
jumhur berpendapat demikian karena mengqiyaskan thalak seorang budak laki-laki
dan budak wanita dengan hukuman yang diterima keduanya dan mereka telah sepakat
bahwa perbudakan berpengaruh dalam pengurangan hukuman.
Sedangkan ahli zhahir, karena hukum asal menurut mereka, yaitu bahwa
hukum seorang budak dalam urusan beban syari'at adalah hukum orang yang
merdeka, kecuali yang dikeluarkan oleh dalil, dan dalil tersebut menurut mereka
adalah nash atau zhahir Al Qur'an atau As- Sunnah, sedangkan dalam hal ini tidak ada
dalil shahih yang didengar, maka seorang budak harus tetap pada hukum asalnya dan
mengqiyaskan thalak dengan hukuman tidak benar, karena tujuan dikuranginya
hukuman adalah sebagai keringanan bagi seorang hamba, karena kekurangan yang
dimilikinya. Dan perbuatan keji yang dilakukannya tidak sejelek perbuatan keji yang
dilakukan oleh orang yang merdeka.
Adapun pengurangan thalak adalah termasuk memberatkan, karena keharaman
pada manusia dengan dua thalak lebih berat dari tiga thalak, karena barangkali dalam
hal ini akan terjadi penyesalan. Syari'at dalam hal ini menempuh jalan tengah. Yaitu
seandainya masih ada rujuk di antara istri, maka istri akan merasa celaka. Dan
seandainya thalak ba'in terjadi pada thalak pertama, maka suami akan merasa celaka
2
https//id.wikipedia.org/talak
karena menyesal, dan itu merupakan kesulitan bagi dirinya, maka Allah melalui
syari'at ini menggabungkan antara dua kemaslahatan, karena itu kami melihat -
wallahu a'lam- bahwa ulama yang mengharuskan thalak tiga dalam sekali, mereka
telah menghapus hikmah yang terdapat dalam Sunnah yang disyari'atkan ini.
Bab II thalak sunni dan thalak bid’i Para ulama sepakat bahwa suami yang
telah melakukan thalak sunni terhadap istrinya yang telah digaulinya, yaitu menthalak
istrinya satu kali thalak dalam keadaan suci dan belum digauli. Sedangkan suami yang
menthalak istrinya dalam keadaan haid atau keadaan suci dan dia telah menggaulinya,
tidaklah disebut thalak sunni. Hanya saja mereka telah sepakat akan hal ini
berdasarkan hadits shahih darihadits Ibnu Umar: "Bahwa dia telah menthalak istrinya
sedangkan ia dalam keadaan haid di masa Rasulullah SAW. Maka beliau SAW
bersabda, 'perintahkanlah dia, hendakalah dia merujuk istrinya hingga istrinya suci,
kemudian haid, kemudian suci, kemudian jika ia mau, ia boleh mempertahankannya
dan jika ia mau, ia boleh menthalaknya sebelum menggaulinya, itulah iddah yang
Allah perintahkan untuk menthalak.
Dari pembahasan ini, mereka berbeda pendapat tentang tiga hal: Pertama:
Apakah termasuk syarat thalak sunni adalah agar tidak diikuti dengan thalak di saat
iddah l. Malik, Abu Hanifah dan para pengikut mereka berdua berbeda pendapat.
Malik mengatakan termasuk syarat thalak sunni adalah agar tidak diikuti dengan
thalak yang lain di saat iddah. 2. Abu Hanifah mengatakan, jika menthalaknya setiap
kali suci satu kali thalak, maka thalak tersebut dinamakan thalak sunni. Sebab
perbedaan pendapat: Apakah termasuk syarat thalak sunni ini ialah agar terjadi di saat
masih ada ikatan suami istri setelah rujuk atau bukan. Ulama yang berpendapat bahwa
hal itu termasuk syarat dalam thalak sunni, mereka berpendapat tidak boleh diikuti
dengan thalak lagi. Adapun ulama yang mengatakan bukan syarat, mereka
membolehkan diikutkan dengan thalak lain. Dan tidak ada perselisihan pendapat di
antara mereka tentang jatuhnya thalak yang diikutkan.
D. Menurut KHI serta Contohnya

Anda mungkin juga menyukai