Anda di halaman 1dari 18

2

KATA PENGANTAR

Syukur kehadirat Allah Swt, karena atas segala curahan rahmat dan karunianya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema
“Gugatan isteri (Fasakh)” ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Secara khusus,
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas makalah ini
2. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dari sisi isi pembahasan, penulisan kalimat dan sebagainya,
maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif
sebagai penambahan pengetahuan lagi penulis dalam menyusun makalah di masa
yang akan datang.
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Macam-macam Fasakh............................................3.
. B. sumber Hukum Fasakh...........................................................7.
C. Pelaksanaan Fasakh............................................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................11
B. Saran.................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................12
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini sering terlihat, seorang isteri mengajukan gugat cerai terhadap
suaminya. berita tersebut semakin hangat, karena si penggugat yang sering diekspos di
media televisi adalah figure atau artis-artis terkenal. gugat cerai tersebut ada yang
berhasil, yaitu jatuhnya talak, atau karena keahlian hakim dan pengacara, gugat cerai
urung dilanjutkan,sehingga rumah tangga mereka terselamatkan. padahal mereka
mengikatkan diri dalam lembaga perkawinan adalah dalam rangka melaksanakan perintah
allah swt.

Sebagaimana banyak dikutip dalam setiap undangan walimahan (resepsi pernikahan),


yaitu termaktub dalam surat ar-rum ayat 21 yang artinya:
“Dan di antara tanda-tandanya bahwa dia menciptakan jodoh untuknya dari
dirimu (bangsamu) supaya kamu Bersenang-senang kepadanya, dan dia mengadakan
sesama kamu kasih sayang dan rahmat. sesungguhnya yang demikian itu terdapat
tanda-tanda bagi Orang yang berfikir”.

Berdasarkan ayat ini pula, maka tujuan perkawinan dalam islam adalahuntuk mem
entuk keluarga sakinah, mawaddah warahmah. bisa jadi, karena mereka sudah tidak dapat
mempertahankan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah, tapi jika hal tersebut tidak
terlaksana maka salah satu pihak dapat menggunakan haknya, baik suami atau isteri untuk
mengajukan gugatan cerai, padahal dalam islam, cerai memang dihalalkan allah, namun
sangat dibenci Olehnya (“ sesungguhnya perbuatan yang boleh, tetapi sangat
dibenci allah adalah talak”, hadits riwayat abu daud dan ibn majah). Gugatan dari
suami disebut dengan talak sementara gugatan dari isteri disebut fasakh.

Alasan-alasan tersebut diatas yang mendasari kami membuat makalah ini yang membahas
tentang “Gugatan isteri (Fasakh)”.

1
2

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami buat dalam makalah ini adalah,sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Fasakh?

2. Apa dasar hukum dari Fasakh?

3. Bagaimana Pelaksanaan Fasakh?

C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui pengertian Fasakh.
2. untuk mengetahui dasar hukum fasakh.
3. untuk mengetahui tentang pelaksanaan fasakh

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian dan Macam-macam Fasakh

1. Pengertian Fasakh
Fasakh dalam tinjauan Bahasa (etimologi) adalah berasal dari akar kata (mashdar),,
artinya: Membatalkan. Artinya pembatalan.
kemudian dalam perkembangannya lafadz fasakh ini digunakan oleh para fuqoha untuk
dijadikan istilah yang menunjukan arti tertentu.
Fasakh menurut terminologi adalah artinya: menfasakh akad, yang berarti
membatalkan. Apabila terjadi pada akad nikah. Fasakh berarti melepaskan ikatan
hubungan antara suami istri dalam definisi lain, Abdul mujib mengartikan fasakh
sebagai pembatalan perkawinan oleh istri karena antara suami istri terdapat
cacat atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau si suami tidak dapat
memberi belanja atau nafkah, menganiaya, murtad dan sebagainya. begitu
pula menurut Gundur, bahwa fasakh adalah membatalkan akad dan menghilangkan
ikatan hubungan yang menjadi kosenkuensi dari akad tersebut..

Dari beberapa pengertian tersebut, berarti fasakh adalah salah satu bentuk perpisahan
yang dapat melepaskan atau membatalkan ikatan perkawinan.

1. Macam-macam Fasakh
Fasakh terbagi menjadi dua yaitu :

a. Fasakh karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi ketika akad nikah:


1.Setelah akad nikah, ternyata diketahui bahwa isteri merupakan saudara
sepersusuan suami (rada’ah).
2. Pernikahan yang dilaksanakan saat suami isteri masih kecil.
Yang menikahkan keduanya adalah wali selain ayah dan
kakeknya.
3. Kemudian setelah dewasa keduanya berhak memilih untuk
meneruskan ikatan perkawinannya itu atau mengakhirinya. Khiyar
ini dinamakan khiyar al-bulugh. Jika keduanya lebih memilih
untuk mengakhiri ikatan suami isteri, maka hal ini disebut fasakh
al-aqdi.
4. Fasakh, karena keduanya dinikahkan pada saat salah seorang
dari keduanya atau kedua-duanya sedang sakit.
5. Fasakh karena pasangan yang tidak se-kufu (imbang).

6. Fasakh karena mahar yang diberikan tidak sesuai dengan


mahar pada umumnya (mahar misli).

7. Fasakh yang dianggap tidak membatalkan akad sejak semula,


namun timbul cacat yang tidak diduga dikemudian hari,
menyebabkan keberlangsungan akad tidak lestari :
1. Apabila salah seorang dari suami isteri murtad atau keluar dari
Islam dan tidak mau kembali sama sekali, maka akad
pernikahannya menjadi batal (Fasakh) karena kemurtadan
tersebut, yaitu murtad yang terjadi setelah sekian lama dari
pernikahan.
2. Jika suami yang tadinya kafir itu kemudian masuk Islam,
tetapi istri masih tetap dalam kekafirannya, yaitu tetap
menjadi musyrik, maka akad pernikahan yang dulu telah
dilaksanakan,menjadi batal (Fasakh). Lain halnya, jika
istrinyaitu seorang ahli
4

kitab, maka akadnya tetap sah seperti semula. Sebab


perkawinan lelaki muslim dengan wanita ahli kitab adalah sah
dari sejak semula.
3. Salah seorang istri nabi melakukan hubungan intim dengan
mertua atau anak tirinya. fasakh yang dianggap tidak
membatalkan akad sejak semula, dibagi menjadi dua macam:
1. Fasakh yang berimplikasi terhadap batal atau rusaknya
akad pernikahan secara selamanya (Muabbad). Maka tidak
boleh bagi seorang laki- laki menikahi istrinya lagi setelah
peristiwa fasakh ini, dikarnakan fasakh tersebut terjadi
akibat dari faktor–faktor yang berimplikasi pada
keharaman menikah diantara keduanya untuk selama-
lamanya, misalnya salah seorang suami istri melakukan
hubungan persetubuhan dengan mertua atau anak tirinya.

2. Fasakh yang menghalang-halangi hubungan nikah dan


mengharamkannya dengan keharaman yan bersifat temporal
(muaqqotan). Demikian itu dikarenakan fasakh tersebut
terjadi akibat keharaman yang bersifat temporal pula. Oleh
karena itu, ketika penghalangnya sudah hilang atau sembuh
maka diperbolehkan kembali untuk menyambung hubungan
pernikahan tersebut.
5

1. Beberapa faktor penyebab terjadinya fasakh


Selain faktor-faktor diatas yang menyebabkan terjadinya gugatan isteri (fasakh),
Adapun penyebab lain adalah sebagai berikut:
a. Syiqaq
Salah satu bentuk terjadinya fasakh ini adalah adanya pertengkaran antara
suami-istri yang tidak mungkin didamaikan. Bentuk ini disebut syiqaq. ketentuan
tentang syiqaq terdapat dalam Q.S An-Nisa ayat 35:
Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara
keduanya, Maka kirimlah seorang hakam! dari keluarga laki-laki dan
seorang hakam dari keluarga perempuan! jika kedua orang hakam itu
bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada
suami-isteri itu! Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi maha
mengenal.
b. Fasakh karena cacat
Yang dimaksud cacat disini adalah cacat yang terdapat pada diri suami atau
istri, baik cacat jasman atau rohani atau jiwa. Seperti: balak (penyakit belang
kulit), gila, canggu (penyakit kusta), penyakit menular (TBC, sipilis, dll) ,
ada daging tumbuh pada kemaluan perempuan yang menghambat maksud
perkawinan, unah, yaitu zakar atau impoten (tidak hidup untuk jima). Ada atsar
sahabi ang berasal dari Umar bin Khattab dari said al-musayyab bersabda:

Artinya: Umar bin khattab berkata: “Laki-laki mana saja yang


mengawani perempuan dan bergaul dengannya, menemui pada perempuan
itu penyakit sopak, gila, atau kusta, maka berikanlah maharnya karena telah
bergaul dengannya (artinya setelah keduanya dipisahkan).
6

c. Fasakh karena ketidakmampuan suami memberi nafkah


Suami selama dalam masa perkawinan berkewaji an mem eri na&kah untuk
istrinya, Baik dalam bentuk sandang, pangan maupun papan. Dalam kehidupan
sehari-hari mungkin saja terjadi suami kehilangan sumber pencahariannya sehingga
dia tidak dapat menjalankan kewaji annya, sehingga kehidupan rumah mulai terancam.
Ada sebuah hadis yang berasal dari abu hurairah:
Artinya: Bahwasanya Nabi saw. berbicara tentang seorang laki- laki yang
tidak memperoleh sesuatu untuk nafkah istrinya dan mengatakan: diceraikan
diantara keduanya.

d. Fasakh karena suami ghaib (al-mafqud)


Yang dimaksud dengan suami gaib disini adalah suami meninggalkan tempat
tetapnya dan tidak diketahui dimana perginya dan dimana beradanya dalam waktu
yang sudah lama. Gaibnya suami dalam bentuk menyulitkan istrinya. Ada sebuah
pendapat sahabat ibnu Mas’_ud bahwa:
hakim tidak boleh memutuskan perkawinan tersebut! Istri suami yang gaib
itu masih terikat dengan suaminya sampai ada keyakinan tentang kematiannya.
(ibnu hazmin, 315).

e. Fasakh karena melanggar perjanjian dalam perkawinan


Bila terjadi pelanggaran janji, dalam kasus ta1liq thalaq umpamanya suami
yang meninggalkan istrinya selama masa tertentu dan tidak memberi nafkah
dalam masa itu istri tidak rela dengan kenyataan itu, istri mengajukannya ke
pengadilan untuk memperoleh perceraian dari pengadilan. Inilah salah satu
bentuk dari penelesaian pelanggaran perjanjian dalam perkawinan dalam bentuk
fasakh.

B.Sumber Hukum Fasakh


Pembatalan perkawinan mempunyai dasar hukum yang tegas dalam
pasal 22 undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,
bahwa: “perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak
memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan”.

Selain pasal 22 UU Nomor 1 tahun 1974 di atas, juga diatur dalam pasal
24 undang-undang, Bahwa barang siapa karena perkawinan masih terikat dirinya dengan
salah satu dari kedua belah pihak dan atas dasar masih adanya perkawinan dapat
mengajukan pembatalan perkawinan yang baru, dengan tidak mengurangi ketentuan pasal
1 ayat 2 dan pasal 4 undang-undang ini.

Pernyataan di atas menunujukan kuatnya dasar hukum pembatalan perkawinan dalam


undang-undang perkawinan yang berlaku di Indonesia, yaitu Undang-undang nomor 1
tahun 1974 tentang perkawinan.
Sedangkan di dalam hukum ]slam, terdapat suatu riwayat dari Aisyah ra, Bahwasanya
anak perempuan al- jaun tatkala dipersatukan dia kepada Rasulullah saw dan ia hampir
kepadanya. Ia berkata: “Aku berlindung kepada Allah dari padamu”. Maka Rasulullah
bersabda:

Artinya: Kembalilah kepada keluargamu (H.R.Ibnu majah).


Ada beberapa hadits lain yang dijadikan dasar pijakan bagi hukum
fasakh an-nikah diantaranya adalah:
Artinya: Dari jamil bin Zaid bin Ka’ab r.a bahwasannya Rosulullah SAW
pernah menikahi seorang perempuan bani gafar, maka tatkala ia akan bersetubuh
dan perempuan itu telah yang meletakkan kainnya, dan ia duduk di atas pelaminan,
kelihatannya putih (balak) dilambungnya lalu ia berpaling (pergi dari pelaminan
itu) seraya berkata, “ambillah kain engkau, tutupilah badan engkau, dan beliau
telah mengambil kembali barang yang telah diberikan kepada perempuan itu.”
(HR. Ahmad).
Artinya: Dari yahya bin sa’id bin musayyab, ia berkata: umar bin khattab
r.a berkata. Bilamana seorang laki-laki menikahi perempuan, lalu dari diri
perempuan itu terdapat tanda-tanda gila, kusta, atau bulak, lalu
7
disetubuhinya perempuan itu, maka hak baginya menikahi dengan sempurna
(mahar sempurna). Dan yang demikian itu hak bagi suaminya utang atas
walinya.”(Riwayat Malik).
Hadis diatas menunjukan adanya pembatalan perkawinan yang telah dipraktekkan
dalam islam, bahkan oleh Rasulullah saw. Sendiri Bahkan dalam islam sudah
sangat jelas bahwa sesuatu akad termasuk akad perkawinan yang tidak memenuhi
syarat atau menyalahi aturan yang telah ditetapkan, secara otomastis batal,
sekalipun tidak dibatalkan secara resmi oleh pihak yang berwenang.
8
C.Pelaksaan Fasakh
Apabila terdapat hal-hal atau kondisi penyebab &asakh itu jelas, dan dibenarkan
syara’_. Maka untuk menetapkan fasakh tidak diperlukan putusan pengadilan. Misalnya,
terbukti bahwa suami istri masih saudara kandung, saudara susuan, dan sebagainya.
Akan tetapi, bila terjadi hal0hal seperti berikut, maka pelaksanaanya adalah:
1. Jika suami tidak memberi nafkah bukan karena kemiskinannya sedang hakim telah
pula memaksa ia untuk itu. dalam hal ini hendaklah diadukan terlebih dahulu kepada
pihak yang b e r wenang, seperti: Qadi nikah di Pengadilan Agama, supaya
yang berwenang dapat menyelesaikannya sebagaimana mestinya, seperti
dijelaskan dalam riwayat berikut!
Artinya: Dari umar bahwa ia pernah berkirim surat kepada pembesar-
pembesar tentara, tentang laki-laki yang telah jauh dari isteri-isteri mereka
supaya pemimpin-pemimpin itu menangkap merekaagar mereka
mengirimkan nafkah, atau menceraikan isterinya! Maka bila mmreka telah
menceraikannya, hendaklah mereka kirim semua nnafkah yang telah mereka
tahan”. (H.R.Asy-syafi’I dan Al- baihaqi).

2. Setelah hakim mem eri janji kepadanya sekurang0kurangnya tiga hari mulai dari
hari istri mengadu.
bila masa perjanjiann itu telah hadis, sedangkan si suami tidak juga dapat
menyelesaikannya, barulah hakim memfasakhkan nikahnya. Atau dia sendiri
yang mem&asakhkan di muka hakim setelah diizinkan olehnya. Rasulullah
saw bersabda:
Artinya: Dari Abu Hurairah ra rasulullah Saw. bersabda tentang yang
tidak memperoleh apa yang telah dinafkahkannya kepada isterinya, bolehlah
keduanya bercerai. (H.R. Darutqutni dan al-baihaqi).
9
Di Indonesia, masalah pembatalan perkawinan diatur dalam kompilasi hukum
islam sebagai berikut:
1. Seorang suami dan isteri dapat mengajukan permohonann pembatalan pernikahan apabila
pernikahan dilangsungkan di bawah ancaman yeng melanggar hukum.
2. Seorang suami dan istri dapat mengajukan permohonan pembatalan pernikahan apabila
pada waktu berlangsungnya pernikahan terjadi penipuan atau salah sangka mengenai diri
suami atau isteri.
3. Apabila ancaman telah berhenti, maka bersalah sangka itu menyadari keadaannya, dan
dalam jangka waktu enam bulan setelah itu masih tetap hidup sebagai suami isteri, dan
tidak menggunakan haknya untuk mengajukan permohonan pembatalan, maka haknya
gugur.
Adapun yang berhak mengajukan permohonan pembatalan pernikahan adalah:
1. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan Ke bawah dari suami atau
isteri.
2. Suami atau isteri.
3. pejabat yang berwenang mengatasi pelaksanaan pernikahan menurut undang-
undang.
4. Para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam rukun dan
syarat pernikahan menurut hukum ]slam dan Peraturan Perundang-undangan.

Selanjutnya dalam kompilasi hukum islam juga dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Permohonan pembatalan pernikahan dapat diajukan kepada pengadilan agama yang mewilayahi
tempat tinggal suami atau isteri, atau tempat pernikahan dilangsungkan.
2. Batalnya suatu pernikahan dimulai setelah Putusan Pengadilan Agama mempunyai
kekuatan hukum yang tetap daner berlaku sejak berlangsungnya pernikahan.
11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Fasakh dalam tinjauan bahasa (etimologi) pembatalan. Fasakh menurut
terminologi adalah menfasakh akad, yang berarti membatalkan. Apabila
terjadi pada akad nikah. Fasakh berarti melepaskan ikatan hubungan antara
suami istri.
2. Pembatalan perkawinan mempunyai dasar hukum yang tegas dalam pasal
22 undang-undang nomor 1tahun 1974 tentang perkawinan, bahwa:
“perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-
syarat untuk melangsungkan perkawinan”.
3. Di Indonesia masalah pembatalan perkawinan diatur dalam kompilasi
hukum islam sebagai berikut:
a. Seorang suami dan isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan
pernikahan apabila pernikahan dilangsungkan dibawah ancaman yeng
melanggar hukum.
b. Seorang suami dan istri dapat mengajukan permohonan pembatalan
pernikahan apabila pada waktu berlangsungnya pernikahan terjadi penipuan
atau salah sangka mengenai diri suami atau isteri.
c. Apabila ancaman telah berhenti, maka beersalah sangka itu menyadari
keadaannya, dan jangka waktu enam b u l a n setelah itu masih tetap hidup
sebagai suami isteri, dan tidak menggunakan haknya untuk mengajukan
permohonan pembatalan, maka haknya gugur.

B. Saran
Agar fasakh tidak terjadi hendaklah suami istri selalu menjaga rumah
tangganya agar tetap harmonis dengan selalu menjaga rasa kepercayaan,
komunikasi dan tanggung jawab dari masing-masing pasangan karena hal-hal
ini dapat meminimalisirkan pergesekan atau pertengkaran dari sepanjang suami
istri tersebut karena walau perceraian dihalalkan oleh Allah tetapi Allah juga
membenci perceraian tersebut.
11
DAFTAR PUSTAKA

A. w. Munawwir. 1443. Al-Munawwir. cet. Ke-14. Surabaya: Pustaka progressif Atabik


Ali. 1996 Kamus Kontenporer. Yogyakarta: yayasan ali Maksum ponpes krapyak

Sayyid Sabiq. 1983. Fiqh As-Sunnah. cet. Ke-4. Beirut: Daar Al-Fikr

M. Abdul Mujied. 144T. Kamus Istilah Fiqh. Cet. Ke-1. Jakarta: Pustala Firdaus Ahmad

Gundur. 14*3. At-Thalaq. cet. . Makkah: Daar al- ma’arif


Abu Ainaini Al-Badran. Al-Fiqh Al-Muqaran Li Al-Akhwal Asy Syakhsiyah. JUZ
1
Beirut: Daar An- nuhdhah Al-Arabiyah

Muhammad ibnu Abidin. Hasiyah Radd Al-Mukhtar.Beirut: Daar Al-Fikr Undang-


undang perkawinan (UU.No 1 Th.1974 PP.No.9 Th.1975.pp.No.10 Th.1983, pp No
45. Th. 1900). Cet. II. 2021
Bandung:citra umbara

Malik. 1974. Muwatha’ Malik.. Beirut; Daar al-Fikr

Slamet Abidin. 1999. Fiqih Munakahat II. Bandung: CV Pustaka Setia


11
12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai