Makalah
Disusun Oleh :
Kelas : 02PM1
Program Studi : Manajemen
Universitas Dinamika Bangsa
2020
KATA PENGANTAR
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca yang budiman. Amin yaa robbal ‘alamin
[Date] 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………..2
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………….3
BAB I……………………………………………………………………………………………………………………..4
- Pendahuluan…………………………………………………………………………………………..…4
BAB II…………………………………………………………………………………………………………………….5
- Pembahasaan……………………………………………………………………………………………5
- Hukum Menikahi Wanita Hamil…………………………………………………………………5
- Status Hukum Anak Zina…………………………………………………………………………..10
BAB III…………………………………………………………………………………………………………………..12
- Penutup……………………………………………………………………………………………………12
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………..13
[Date] 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan dapat terjadi melalui perkawinan yang legal, maupun melalui
hubungan akibat perkosaan, atau hubungan suka-sama suka diluar nikah yang
disebut dengan perzinahan/prostitusi. Apalagi pergaulan bebas antara muda
mudi , seperti yang terjadi saat ini, seringkali membawa hal-hal yang tidak
dikehendaki, yakni terjadinya kehamilan sebelum sempat dilakukan
pernikahan. Dengan demikian hamil sebelum diadakan akad nikah telah
menjadi problema yang membutuhkan pemecahan,sehingga terjadi kegelisahan
dikalangan masyarakat maupun para Ulama, yang ditangan merekalah terletak
tanggung jawab yang sangat besar, terlebih lagi menyangkut masalah hukum
islam/syari’at.
Kebiasaan orang tua yang merasa malu karena putrinya hamil diluar
nikah , mereka biasanya berusaha menikahkan putrinya dengan laki-laki yang
menghamilinya maupun yang bukan menghamilinya.Sekarang ini menikahi
wanita hamil karena zina bukanlah masalah baru karena pada zaman Rasulullah
juga pernah terjadi. Padahal Islam menganjurkan nikah dan melarang
zina,karena zina adalah sumber kehancuran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hukum menikahi wanita hamil?
2. Bagaimana status anak yang akan dilahirkan atau hukum status anak zina?
[Date] 4
BAB II
PEMBAHASAN
Wanita hamil secara tekstual dapat dipahami dengan dua makna, yakni
wanita hamil akibat oleh suami yang sah dan wanita hamil dengan akibat zina.
Perkataan ini ditetapkan dalam hukum Islam sebagai istilah ()ﺑﺎﻟﺤﺎﻣﻞ اﻟﺘﺰوج
yang dapat diartikan sebagai perkawinan seorang pria dengan seorang wanita
yang sedang hamil. Hal ini terjadi dua kemungkinan yaitu dihamili dulu baru
dikawini atau dihamili oleh orang lain baru dikawini oleh orang yang bukan
menghamilinya.
[Date] 5
Artinya: “Orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya
(beribadah) 4 bulan 10 hari. Kemudian apabila telah habis ‘iddahnya, maka
tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri
mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”. (Q.S.
Al-baqarah: 234)
[Date] 6
2. Menikahi Wanita hamil karena Zina
Ada beberapa ketentuan hukum, yang dapat dikemukakan dalam
pembahasan ini, antara lain mengenai sah atau tidaknya perkawinan keduanya,
boleh atau tidaknya melakukan sanggama, dan kedudukan nashab (keturunan)
bayi yang dilahirkannya.
[Date] 7
Artinya:Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina,
atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki yang musyrik, dan yang demikian
itu diharamkan atas orang-orang yang mu’min. (QS.An Nuur:3)
b. Pendapat yang diikuti oleh Ibnu Qudamah, dengan
menambahkan bahwa seorang laki-laki tidak halal mengawini perempuan
yang diketahuinya bahwa ia telah berzina dengan orang lain, kecuali melalui
dua syarat:
• Perempuan tersebut telah melahirkan kandungannya bila ia hamil.
• Perempuan tersebut telah menjalani hukuman dera, baik ia hamil maupun tidak.
Lebih jelasnya menurut pendapat para ulama tentang masalah ini adalah
sebagai berikut:
1) Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Hambali,
membolehkan menikah dengan perempuan yang sedang hamil karena zina,
asalkan yang menikahinya adalah laki-laki yang menghamilinya sebab
hamil yang semacam ini tidak menyebabkan haramnya dinikahi.
2) Abu Yusuf dan Imam Abu Hanifah menyebutkan bahwa tidak boleh
menikahi wanita yang hamil karena zina, sebelum ia melahirkan, agar
nutfah (darah) suami tidak bercampur dengan tanaman orang lain.
[Date] 8
3. Menikahi wanita hamil yang bukan dengan ayah janin
Berdasarkan sebab turunnya surat An-Nur ayat 3, dapat diketahui bahwa
Allah mengharamkan seseorang laki-laki yang bukan menghamilinya menikahi
wanita yang hamil karena zina. Hal ini bertujuan untuk menjaga kehormatan
laki-laki yang beriman.
[Date] 9
II. Status Hukum Anak Zina
Anak zina menurut pandangan Islam, adalah suci dari segala dosa, karena
kesalahan itu tidak dapat ditujukan kepada anak tersebut, tetapi kepada kedua
orang tuanya (yang tidak sah menurut hukum).
Di dalam hadits disebutkan:
Bayi yang lahir dari wanita yang dihamili tanpa dikawini lebih dahulu,
disebut oleh Ahli hukum Islam sebagai istilah anak zina atau anak dari orang yang terlaknat.
Jadi istilah tersebut, bukan nama bayi yang lahir itu, tetapi istilah yang dinisbatkan kepada
kedua orang tuanya yang telah berbuat zina, atau melakukan perbuatan yang terlaknat.
Sedangkan bayi yang dilahirkannya, tetapi suci dari dosa dan tidak mewarisi perbuatan yang
telah dilakukan oleh orang tuanya.
Tanggung jawab mengenai segala keperluan anak itu, baik materiil maupun spiritual
adalah ibunya yang melahirkannya dan keluarga ibunya itu. Sebab, anak zina hanya
mempunyai nasab dengan ibunya saja. Demikian juga halnya dengan hak waris mewarisi,
sebagimana dinyatakan dalam hadits Bukhari dan Abu Daud menyatakan bahwasanya: “Dari
Ibnu Umar, bahwa seorang laki-laki telah meli’an istrinya di zaman Nabi SAW. Dan dia
tidak mengakui anak istrinya (sebagai anaknya), maka Nabi menceraikan antara
keduanya dan menasabkan anak tersebut kepada si istri.”
[Date] 10
Sepakat Ulama Hukum Islam menetapkan bahwa status anak itu
termasuk anak zina bila laki-laki yang mengawininya bukan orang yang menghamilinya.
Tetapi yang mengawini itu termasuk orang yang menghamilinya, maka terjadi dua macam
pendapat di kalangan Ulama Hukum, yaitu:
1. Ada yang menetapkan bahwa bayi itu termasuk anak zina, bila ibunya dikawini setelah
kandungannya berumur 4 bulan ke atas, bila kurang dari umur kandungannya tersebut, maka
bayi yang dilahirkannya termasuk anak suaminya yang sah.
2. Ada lagi yang menetapkan bahwa bila ibunya sudah hamil meskipun kandungannya baru
beberapa hari, kemudian dikawini oleh orang yang menghamilinya, maka bayi yang
dilahirkannya bukan anak suaminya yang sah. Karena keberadaannya dalam kandungan,
mendahului perkawinan ibunya; maka bayi tersebut termasuk anak zina.
[Date] 11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menikahi wanita hamil karena cerai atau suami meninggal yaitu harus
menunggu sampai lepas masa iddah selesai. Masa iddahnya itu sendiri yaitu
sampai anak dalam kandungannya lahir.
[Date] 12
DAFTAR PUSTAKA
Slideshare. 2016. Menikahi wanita hamil dan nasab anak di luar kawin.
https://www.slideshare.net/phatmaecha/hukum-menikahi-wanita-hamil . Akses 1 November
2020.
[Date] 13