Pengertian kawin hamil secara bahasa merupakan dari dua kata yaitu
kawin dan hamil keduanya mempunyai makna yang berbeda. Menurut
bahasa, kawin merupakan sinonim dari kata nikah, Kata nikah berasal
dari –نكاح ينكحو نكحyang berarti kawin atau perkawinan.
Adapun pengertian hamil ditinjau dari bahasa adalah kata serapan
dari Bahasa Arab yang telah dibakukan, yaitu dari kata الحملyang
berati kandungan. Hamil dalam istilah yaitu keadaan seseorang
wanita yang mengandung anak atau janin di dalam rahimnya setelah
terjadi pembuahan dalam rahim akibat hubungan seksual (wati’).
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik pengertian nikah hamil
atau kawin hamil berarti pernikahan yang calon mempelai wanitanya
dalam keadaan hamil sebelum adanya ijab qobul.
2. Pandangan Hukum Islam tentang kawin Hamil
Islam adalah agama yang mulia dan senantiasa mengajak umatnya untuk
berbuat baik dan menjalankan perintah Allah SWT. Salah satu hal yang
dianjurkan dalam islam adalah menikah. Meskipun demikian, sanagat
marak budaya pergaulan bebas. Pergaulan bebas dan perilaku zina dapat
menyebabkan seorang wanita hamil diluar nikah. Wanita yang hamil diluar
nikah dianggap membawa aib bagi keluarganya dan ia biasanya segera
dinikahkan untuk menutupi aib dan menghindari konflik dalam keluarga.
1) Pengertian hamil ditinjau dari bahasa adalah kata serapan dari Bahasa Arab
yang telah dibakukan, yaitu dari kata الحملyang berati kandungan. Dalam
KBBI kata hamil berarti mengandung janin di rahim karena sel telur dibuahi
oleh spermatozoa. Hamil dalam istilah yaitu keadaan seseorang wanita yang
mengandung anak atau janin di dalam rahimnya setelah terjadi pembuahan
dalam rahim akibat hubungan seksual (wati’).
2) Menurut Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 32, menyatakan : “Seseorang
yang dengan keputusan pengadilan telah dinyatakan melakukan zina, sekali-
kali tidak diperkenankan kawin dengan pasangan zinanya itu.”
3) Pernikahan wanita saat hamil juga disebutkan dalam kompilasi hukum islam
dan hukumnya diperbolehkan dengan menimbang segala manfaat dan
mudharatnya.
4) Berdasarkan perspektif fiqih status anak dalam kasus kawin hamil maka
menurut madzhab Syafi’i jika anak lahir di atas 6 bulan pasca pernikahan,
anak tersebut secara dzahir saja dinasabkan kepada suaminya, dan ia wajib
menafikannya (tidak mengakui anak).