A. Kompetensi Inti/KI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku a. jujur, b. disiplin, c. santun, d.
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), e. bertanggung jawab,
f. responsif, dan g. pro-aktif, dalam berinteraksi secara efektif sesuai
dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis,
spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang a.
ilmu pengetahuan, b. teknologi, c. seni, d. budaya, dan e. humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara: a.
efektif, b. kreatif, c. produktif, d. kritis, e. mandiri, f. kolaboratif, g.
komunikatif, dan h. solutif, dalam ranah konkret dan abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan.
66
alam melalui edukasi, 3.7.2 Mengidentifikasi jenis dan
kearifan lokal, dan penanggulangan bencana alam
pemanfaatan teknologi melalui edukasi, dan kearifan
modern. lokal.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) siswa dapat
berpikir kritis dan analitis dalam memahami, mengidentifikasi, dan
menganalisis konsep kebencanaan terutama di Indonesia serta mampu
mengomunikasikan hasil diskusi kelompok tentang penyebab-penyebab
terjadinya bencana dan cara mitigasinya.
D. Materi Pembelajaran
Reguler
1. Faktual
Fakta tentang bencana di wilayah Indonesia
Fakta tentang potensi bencana alam di Indonesia
2. Konseptual
Pengertian bencana alam
Langkah-langkah penanggulangan bencana
Mitigasi bencana
3. Metakognitif
Permasalahan kebencanaan dan penyebab terjadinya bencana di Kota
Batu
E. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan yakni melalui kegiatan observasi
lapangan dan diskusi kelompok dengan model pembelajaran Problem Based
Learning dengan sintaks:
1. Orientasi siswa pada masalah
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan kelompok
4. Menyajikan hasil
5. Melakukan evaluasi proses pemecahan masalah
F. Media Pembelajaran
1. Media/alat
Media :
Power point tujuan pembelajaran
67
Powerpoint langkah-langkah model pembelajaran Problem Based
Learning
Powerpoint materi pembelajaran mitigasi dan adaptasi bencana
alam
Video
Alat :
LCD
Laptop
Daftar kelompok
Pedoman pembelajaran Problem Based Learning
Lembar Kerja Peserta Didik
2. Bahan
Video
G. Sumber Belajar
Referensi terkait dari internet
Lingkungan sekitar
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1
No. Kegiatan Deskripsi Waktu
68
3. Membimbing Sintak 2: Mengorganisasikan siswa
penyelidikan untuk belajar
kelompok
1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok. 2’
Terdapat 3 kelompok yang dengan
topik yang sama namun berbeda
lokasi.
Kelompok 1 dan 4 :
Kecamatan Batu
Kelompok 2 dan 5:
Kecamatan Bumiaji
Kelompok 3 dan 6 :
Kecamatan Junrejo
2. Siswa duduk menurut kelompok 2’
3. Guru membagikan lembar
3’
kegiatan peserta didik yang
memiliki topik berbeda.
4. Siswa membaca panduan 5’
identifikasi masalah yang terdapat
di LKPD
5. Siswa diberi arahan dan 3’
penjelasan sesuai LKPD
6. Siswa diberi kesempatan untuk
13’
berdiskusi dengan anggota
kelompok masing-masing untuk
mengidentifikasi masalah,
menyusun rumusan masalah dan
hipotesis
Sintak 3: Membimbing
penyelidikan kelompok
1. Siswa membaca panduan
merancang penyelidikan yang 5’
terdapat di LKPD
2. Setiap kelompok menyusun
3’
rancangan penyelidikan sesuai
dengan topik. Rancangan
penelitian tersebut meliputi:
Menentukan data yang
3’
dibutuhkan yang terdapat pada
LKPD
Mencari sumber data 3’
69
Menentukan teknik 3’
pengumpulan data yang
terdapat pada LKPD
Menentukan isntrumen yang
akan digunakan 3’
Menentukan pembagian tugas 3’
dalam pengumpulan data
Pertemuan ke-2
70
1. Membimbing 4. Siswa menganalisis hasil pengolahan 15’
penyelidikan data yang telah dilakukan untuk
kelompok membuktikan kebenaran hipotesis
yang telah dibuat
5. Siswa membuat kesimpulan 10’
hipotesis berdasarkan data-data yang
telah dianalisis secara berkelompok
6. Masing-masing kelompok
menyiapkan hasil laporan sesuai 10’
yang ada pada LKPD
3 Penutup 1. Guru melakukan pengecekan dari 5’
hasil kerja peserta didik berupa
laporan penyelidikan.
2. Guru menyampaikan rencana 5’
kegiatan belajar pada pertemuan
selanjutnya.
3. Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam 1’
Pertemuan ke-3
No Kegiatan Deskripsi Waktu
71
2 Melakukan Masing-masing perwakilan
Evaluasi Proses kelompok mempresentasikan di
Pemecahan depan kelas
Masalah 2. Presentasi Pertama:
Kelompok penyaji 1 10’
mempresentasikan hasil laporan
Kelompok pembanding 1
memberikan tanggapan dan 5’
pertanyaan kepada kelompok
penyaji 1
Kelompok lain memberikan 5’
tanggapan atau pertanyaan
kepada kelompok penyaji 1 dan
pembanding 1
3. Presentasi Kedua:
Kelompok penyaji 2
mempresentasikan hasil laporan 10’
Kelompok pembanding 2
memberikan tanggapan dan 5’
pertanyaan kepada kelompok
penyaji 2
Kelompok lain memberikan
5’
tanggapan atau pertanyaan
kepada kelompok penyaji 2 dan
pembanding 2
4. Presentasi Ketiga
Kelompok penyaji 3
10’
mempresentasikan hasil laporan
Kelompok pembanding 3
5’
memberikan tanggapan dan
pertanyaan kepada kelompok
penyaji 3
Kelompok lain memberikan
5’
tanggapan atau pertanyaan
kepada kelompok penyaji 3 dan
pembanding 3
5. Guru memberikan penguatan
5’
mengenai kesimpulan hasil
penyelidikan kelompok
Sintak 5: Melakukan Evaluasi Proses
Pemecahan Masalah
72
1. Masing-masing kelompok melakukan 5’
evaluasi proses pemecahan masalah
berdasarkan hasil penyelidikan yang
telah dilakukan.
1. Siswa diminta melakukan refleksi
3 Penutup 6’
secara individu tentang pembelajaran
2. Guru menutup pelajaran dengan
2’
salam
Total Alokasi 90’
Waktu
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian
- Tes subjektif
Batu. 01 Januari 2020
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Geografi Peneliti
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 Batu
73
Lampiran 4.1 Materi Pembelajaran
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
74
2. Bencana alam klimatologis. Bencana alam klimatologis adalah bencana
alam yang disebabkan oleh faktor iklim, seperti angin dan hujan. Bencana
alam klimatologis dapat menyebabkan dampak terhadap kejadian yang
sifatnya pemicunya dapat merupakan bencana alam atau nonalam. Contoh
bencana alam klimatologis yaitu petir, angin puting beliung, kekeringan,
kebakaran hutan.
3. Bencana alam ekstra terestrial. Bencana alam ekstra terestrial adalah
bencana alam yang terjadi karena sesuatu yang terjadi di luar angkasa. Bila
hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan
menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi. Contoh
bencana alam ekstra terestrial yaitu badai matahari dan meteor.
B. Siklus Penanggulangan Bencana
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13
ribu pulau, tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Indonesia juga terkenal
memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Namun perlu diketahui
bahwa Indonesia juga merupakan Negara yang dikenal rawan bencana alam, mulai
dari gempa bumi, tsunami, tanang longsor, banjir hingga kekeringan sering terjadi
di Indonesia. Padahal bencana alam merupakan salah satu faktor yang dapat
menghambat pembangunan. Sektor pembangunan akan terhambat karena bencana
alam juga akan menghambat aktivitas masyarakat.
Dengan melihat kondisi yang ada, maka sangat dibutuhkan tindakan
komprehensif untuk merespon bencana alam yang terjadi di Indonesia. Dalam
melakukan tindakan merespon bencana ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu
penanggulangan bencana alam, penanganan bencana alam, dan pemulihan pasca
bencana alam. Selain itu ada 3 tahapan dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Ketiga tahapan itu adalah prabencana, tahap tanggap darurat dan
pascabencana atau pemulihan. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008
tentang penyusunan rencana penanggulangan bencana ke 3 tahapan
penanggulangan bencana harus disusun secara spesifik pada setiap tahapnya.
1. Tahap Prabencana. Pada tahap prabencana dalam situasi tidak terjadi
bencana, dilakukan penyusunan rencana penanggulangan bencana (disaster
management plant), yang merupakan rencana umum dan menyeluruh yang
75
meliputi seluruh tahapan / bidang kerja kebencanaan. Pada tahap
Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan penyusunan
Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan
atas skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard) maka disusun
satu rencana yang disebut Rencana Kontinjensi (Contingency Plan).
2. Tahap Tangap Darurat. Pada Saat Tangap Darurat dilakukan Rencana
Operasi (Operational Plan) yang merupakan operasionalisasi/aktivasi dari
Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontinjensi yang telah disusun
sebelumnya.
3. Tahap Pemulihan. Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana
Pemulihan (Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan
rekonstruksi yang dilakukan pada pasca bencana. Sedangkan jika bencana
belum terjadi, maka untuk mengantisipasi kejadian bencana dimasa
mendatang dilakukan penyusunan petunjuk /pedoman mekanisme
penanggulangan pasca bencana.
C. Penanggulangan Bencana Alam Melalui Edukasi, Kearifan Lokal, dan
Pemanfaatan Teknologi Modern
Penanggulangan Bencana Alam Melalui Edukasi
Indonesia merupakan negeri dengan potensi bencana alam sangat tinggi
khususnya untuk bencana gempa bumi, letusan gunung berapi, dan Tsunami karena
terletak pada pertemuan tiga lempeng/kerak bumi aktif. Guna mengurangi dampak
bencana salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk menghadapi situasi bencana
adalah melalui edukasi atau pendidikan bencana alam. Pendidika bencana alam ini
dapat diterapkan melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal. Salah
satu cara edukasi bencana alam dapat dilakukan melalui sosialisasi mitigasi
bencana dan penanggulangannya. Edukasi bencana sangat perlu dilakukan sebagai
pembelajaran dan perkenalan awal pada mitigasi bencana yang diharapkan dengan
edukasi ini dapat menambah pengetahuan dibidang bencana dan selalu siap dalam
menghadapi bencana dan mengetahui tindakan yang harus dilakukan saat evakuasi
terjadi. Selain itu melalui edukasi bencana, pengetahuan yang didapat ditularkan
pada lingkungan sekitar dalam rangka mengurangi risiko bencana.
76
Penanggulangan Bencana Alam Melalui Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak bisa
dipisahkan dari bahasa masyrakat itu sendiri. Kearifan lokal pada umumnya
diwarisakn secara turun-temurun dari mulut ke mulut. Kearifan lokal juga dapat
didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan
hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom)
dan kearifan hidup.
Secara geografis, Indonesia berada pada cincin api atau ring of fire yang
memiliki potensi besar bencana alam. Ring of fire merupakan rangkaian lempeng
atau patahan besar yang menjadi ancaman potensial gempa dan memicu bencana
lainnya. Melihat dari bencana yang telah terjadi, Indonesia harus meningkatkan
pengurangan risiko bencana. Dalam hal ini harus dimulai dari yang paling dasar,
yaitu mengoptimalkan kearifan lokal yang dipunyai di hampir setiap daerah di
Indonesia. Walaupun perkembangan teknologi sudah meningkat dalam
menghadapi bencana, akan tetapi inovasi tersebut perlu diselaraskan dengan
kearifan lokal, seperti membaca isyarat dalam membaca tanda-tanda alam. Terdapat
beberapa kearifan lokal di Indonesia yang berperan dalam menanggulangi bencana
alam antara lain, yaitu:
a. Meugo Blang di Aceh. Dalam melaksanakan pertanian di sawah atau
dikenal dengan sebutan meugo blang. Terdapat sejumlah aturan yang sudah
hidup dan berkembang sejak zaman dahulu di Aceh. Aturan tersebut seperti
tata cara penebangan kayu hutan yang tidak boleh menebang kayu-kayu
besar yang banyak merugikan alam maupun masyarakat. Hal ini sudah
menjadi pantangan umum yang apabila dilanggar dapat merugikan orang
banyak.
b. Subak di Bali. Sistem subak telah menjadi salah satu kekhasan Provinsi
Bali. Sistem pengairan yang berkembang dalam pengaruh nilai-nilai ajaran
Hindu yang kuat ini menjadi sebentuk kearifan lokal. Subak merupakan
suatu sistem swadaya masyarakat yang berfungsi mengatur pembagian
aliran irigasi yang mengairi setiap petak areal persawahan. Sistem ini
dikelola secara berkelompok dan bertingkat disertai pembagian peran yang
77
spesifik bagi setiap anggotanya. Dengan menggunakan sistem ini dapat
mengurangi resiko terjadinya bencana alam.
c. Kearifan lokal Suku Baduy. Dalam merespons adanya gempa bumi
masyarakat Baduy menyiasatinya dengan membuat aturan adat atau
pikukuh dan larangan dalam membangun rumah. Dalam hal ini, bahan
bangunan yang digunakan adalah bahan-bahan yang lentur, seperti bambu,
ijuk, dan kiray supaya rumah tidak mudah rusak. Rumah juga tidak boleh
didirikan langsung menyentuh tanah. Hal ini dilakukan supaya rumah tidak
mudah roboh. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk menanggulangi
bencana alam dan mengurangi resiko jatuhnya korban jiwa.
d. Kearifan lokal di Kalimantan Tengah. Kearifan lokal dalam
penanggulangan kebakaran ada beberapa macam, misalkan eka malan
manan satiar. Berdasarkan Peraturan Daerah tahun 1979 Tentang Hukum
Adat Dayak Ngaju, disebutkan bahwa yang dimaksudkan eka malan mana
satiar adalah wilayah kelola masyarakat yang berada pada posisi 5
kilometer dari kiri kanan sungai. Fungsi kawasan kelola tersebut untuk
berladang, menaman karet, menangkap ikap, berburu, dan mencari hasil
hutan non-kayu seperti gemor, jelutung, gaharu, tanaman obat, dan rotan.
e. Nyabuk gunung di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing atau ngais gunung
di Jawa Barat atau sengkedan di Bali merupakan sistem pertanian dengan
membuat teras sawah mengikuti kontur gunung (contour planting). Kearifan
lokal seperti ini dapat mencegah terjadinya tanah longsor.
D. Penanggulangan Bencana Alam Melalui Pemanfaatan Teknologi Modern
Pemanfaatan teknologi modern dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana
dapat menyelamatkan nyawa dan membantu mencegah kerusakan lingkungan.
Contoh teknologi modern dalam penanggulangan bencana antara lain teknologi
modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan yang telah sering diterapkan untuk
penanggulangan bencana asap kebakaran lahan dan hutan di sejumlah provinsi di
Pulau Sumatra dan Kalimantan.
Teknologi lainnya yaitu untuk mendeteksi ada atau tidaknya gelombang
tsunami, Indonesia menggunakan sistem Indonesia Tsunami Early Warning System
(Ina TEWS). Ina-TEWS memiliki dua sistem pemantauan. Pertama adalah sistem
78
pemantauan darat yang terdiri dari jaringan seismometer broadband dan GPS.
Seismometer sendiri adalah alat untuk mencatat dan mengukur getaran saat gempa
bumi terjadi. Alat ini digunakan untuk memantau gempa bumi tektonik yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya tsunami. Sistem pemantauan kedua dari
Ina-TEWS adalah sistem pemantauan laut (sea monitoring system) terdiri atas
buoy, tide gauge, dan CCTV. Pada prinsipnya, buoy berfungsi untuk mengamati
perubahan muka air laut di laut lepas. Sementara tide gauge berfungsi untuk
mengamati perubahan muka air laut di pantai. Adapun CCTV digunakan untuk
mengamati tsunami di pantai.
Selain itu Indonesia sudah secara efektif memanfaatkan teknologi GIS di
beragam aspek perencanaan dan tanggap bencana. Teknologi ini juga
menghadirkan sistem pendukung pengambil keputusan canggih yang membantu
responden untuk melakukan penilaian terhadap tingkat kerusakaan secara cepat,
mengenali wilayah-wilayah berbahaya, mengindentifikasi populasi yang terancam
bahaya, dan mengamankan infrastruktur penting dalam operasi SAR.
79
Lampiran 4.2 Daftar Kelompok Kelas Eksperimen
Daftar Kelompok Kelas Eksperimen
80
Lampiran 4.3 Lembar Kegiatan Peserta Didik
A. Pendahuluan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Oleh karena itu diperlukan penanggulangan,
pencegahan, kesiapsiagaan, dan mitigasi bencana alam. Mitigasi bencana adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana).
Pada pembelajaran ini peserta didik diminta untuk mengidentifikasi bencana
yang terjadi di suatu wilayah hingga menentukan upaya penanggulangan atau solusi
yang tepat untuk bencana tersebut.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran ini sebagai berikut:
1. Artikel bencana
2. Panduan penyusunan rumusan masalah
3. Panduan perumusan hipotesis
4. Panduan rencana pengumpulan data
5. Rancangan penelitian
6. Panduan analisis data
7. Lembar laporan hasil penyelidikan
C. Rincian Kegiatan
Kegiatan pembelajaran siswa menggunakan model Problem Based Learning
adalah sebagai berikut:
81
1. Siswa dibagi dalam 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6
orang
2. Baca dan amati artikel bencana yang telah disediakan!
3. Buatlah rumusan masalah terkait permasalahan yang terdapat pada artikel
berdasarkan panduan penyusunan rumusan masalah!
4. Buatlah hipotesis sesuai dengan rumusan masalah berdasarkan panduan
perumusan hipotesis!
5. Rancanglah rencana penelitian untuk membuktikan hipotesis! Dalam
menyusun rancangan penelitian perhatikan pedoman pengumpulan data
yang telah disediakan!
6. Lakukan penelitian sesuai dengan rancangan penelitian yang telah dibuat!
7. Sajikan data dalam bentuk tabel!
8. Analisislah data yang diperoleh sesuai dengan panduan analisis data!
9. Tuliskan hasil penelitian ke dalam lembar laporan yang telah disediakan!
10. Presentasikan laporan masing-masing kelompok di depan kelas!
82
PANDUAN PENYUSUNAN RUMUSAN MASALAH
83
PANDUAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masiih harus diuji
dan dibuktikan kebenarannya. Dugaan jawaban yang bersifat sementara masih
harus dibuktikan kebenrannya dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan
melalui penelitian. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas untuk mempermudah
peneliti dalam menguji dan membuktikan dugaan jawaban sementara. Berikut
contoh dari rumusan hipotesis:
1. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya banjir
84
PANDUAN PENGUMPULAN DATA
Data adalah catatan dari kumpulan fakta. Data diolah sehingga dapat diuraikan
secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain yang membacanya
yang tidak mengalami sendiri. Data dapat menjadi sebuah bahan informasi untuk
mencapai tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Pengumpulan data
merupakan kegiatan mencari data di lapangan yang akan digunakan untuk
menjawab permasalahan penelitian. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti
hendaknya tidak melakukan pengumpulan data dengan tergesa-gesa, maka dari itu
diperlukan beberapa tahapan dalam melakukan pengumpulan data. Terdapat
beberapa tahapan dalam melakukan pengumpulan data, antara lain:
1. Tahap persiapan
a. Menentukan data yang akan dikumpulkan
b. Merumuskan dan menyusun daftar pertanyaan
c. Menentukan sumber penyedia informasi atau data
d. Menentukan pembagian tugas pada setiap anggota dalam pengumpulan data
2. Tahap pelaksanaan
Setiap anggota kelompok melakukan pengumpulan data berdasarkan
pembagian tugas
85
RANCANGAN PENELITIAN
No Langkah-Langkah Uraian
1 Identifikasi Masalah
2 Merumuskan hipotesis
4 Teknik pengumpulan
data
5 Instrumen yang
digunakan
7 Pembagian tugas
dalam kelompok
86
PANDUAN ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses mengolah data menjadi informasi baru agar mudah
dimengerti dan berguna untuk menentukan solusi dari sebuah permasalahan
penelitian. Analisis data juga dapat diartikan sebagai kegiatan untuk megubah data
hasil dari peneltian menjadi informasi baru yang digunakan dalam membuat
kesimpulan. Tujuan dari analisis data adalah untuk mendeskripsikan data hasil
penelitian, lalu membuat dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.
Analisis data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Jika data berupa data kuantitatif (berupa angka), maka dapat disajikan dalam
bentuk tabel dan diberi deskripsi atau penjelasan.
2. Jika data berupa data kualitatif, maka dapat disajikan dengan penjelasan
atau deskripsi lebih jelas dan dikaitkan dengan teori yang sudah ada.
87
LEMBAR LAPORAN PENYELIDIKAN
(Problem Based Learning)
Kelas :
Kelompok :
Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
A. Identifikasi masalah
B. Rumusan Masalah
C. Hipotesis
D. Pembahasan
E. Kesimpulan
88
Artikel 1
Tanah Longsor di Kecamatan Bumiaji Kota Batu
MALANGTIMES - Hujan deras menerpa Kota Batu berlangsung cukup lama. Hal
ini menyebabkan rumah milik Puspito di jalan Penanggungan Gang II RT 03 RT
08, Dusun Payan, Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu tertimbun longsor,
Selasa (19/3/2019).
89
Kecamatan Batu. Sedangkan tanah longsor sebelumnya juga terjadi di Jalan Brantas
Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu.
Artikel 2
Tanah Longsor di Kecamatan Batu Kota Batu
MALANGVOICE – Bencana tanah longsor menerpa rumah milik Didik,
Jalan Argopuro No. 354 RT 05/RW 07 Kelurahan Sisir, Kota Batu. Akibatnya
bangunan gudang berisi perabotan rumah tangga hancur.
Sumber: MalangVoice
90
bakti. Besok Sabtu (20 /1) pukul 08.00 WIB akan dilanjutkan kembali,”
tutupnya.(Der/Ery
Artikel 3
Tanah Longsor di Kecamatan Junrejo Kota Batu
MALANGTIMES - Hujan deras yang mengguyur Kota Batu pada hari Minggu
(25/11/2018) membuat aliran air sungai meningkat cukup tajam di Jl Salak Desa
Pendem Kecamatan Junrejo.
Sumber: MalangTimes
Dalam kejadian ini dua orang yang letaknya berada di tepi sungai menjadi
korban. “Longsor ini terjadi pada Minggu, namun laporan masuk atau dilaporkan
ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu Selasa
(27/11/2018),” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad
Choirur Rochim.
Akibat dari peningkatan debit air sehingga menyebabkan rumah yang
berada di pinggir sungai mengalami longsor terbawa aliran air. Satu rumah hanyut
terbawa aliran sungai. “Dan satu rumah mengalami kerusakan ringan. Sehingga
totalnya ada dua rumah yang terkena bencana,” katanya.
Kerusakan yang terjadi itu merupakan rumah Ahmad Muzamil, rusak berat
karena hanyut terbawa longsor ke aliran sungai. Hingga menyisakan satu ruang
kamar tidur. Rumah lainnya itu milik Bukori mengalami rusak ringan. “Untuk satu
keluarga Ahmad Muzamil yang terdiri dari tiga orang mengungsi ke rumah saudara.
Karena memang kondisi rumahnya sudah menyisakan kamar,” jelas Rochim.
Saat ini sudah diberikan bantuan kebutuhan mendesak stimulant untuk
membangun kembali rumah korban. Ia pun mengimbau kepada warga Kota Batu
91
yang rumahnya berada di sepanjang aliran sungai diharapkan untuk lebih berhati-
hati saat hujan datang. “Kami mengimbau agar warga lebih waspada saat hujan
datang. Karena memang intensitas hujannya tinggi dan cukup membahayakan bagi
yang tinggal dibantaran sungai,” ungkapnya. Menurutnya pada tahun 2017 silam,
bencana tanah longsor cukup tinggi. Terjadi sebanyak 22 kali kejadian tanah
longsor.
92