Anda di halaman 1dari 7

PENOLAKAN METODE HAPALAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN

KITA

Ditulis oleh: Salahuddin (Guru MAN 1 HSS)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menghafal adalah usaha


meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Sedangkan memahami berarti
mengerti dengan benar. Lantas, adakah yang lebih baik di antara keduanya?

Tidak ada jawaban pasti mengenai hal tersebut. Namun, Menteri


Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, menyebutkan
bahwa kompetensi menghafal tidak diperlukan di masa depan. Menurutnya,
tantangan masa dengan memiliki kompleksitas yang tinggi sehingga dibutuhkan
kompetensi selain menghafal, yakni kemampuan memahami konsep bacaan
(literasi) dan kemampuan mengaplikasikan konsep hitungan di dalam suatu
kompleks yang abstrak atau nyata (numerasi).1

Anak berbakat memerlukan berbagai kebutuhan khusus sesuai dengan ciri


keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing anak. Kebutuhan khusus inilah
yang memerlukan layanan khusus dalam bentuk pendidikan luar biasa (special
education) karena sifatnya yang amat khusus. Pendidikan anak berbakat
intelektual berbeda dengan anak yang lain dan seyogyanya amat menekankan
pada aspek aktivitas intelektualnya. Disamping itu, pembelajaran anak berbakat
harus diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai
kemampuannya yang secara riil lebih tinggi dari anak biasa.2

Perlu dipahami pula bahwa individu berbakat memerlukan pertimbangan


khusus dalam pendidikannya, karena secara kualitatif berbeda dengan individu
lainnya. Program pendidikan yang dirancangpun harus berbeda dengan program
pendidikan untuk anak lainnya, dengan penekanan luar biasa pada perkembangan

1
Artikel Pijar Sekolah, Mana Lebih Baik untuk Siswa: Menghafal atau Memahami Pelajaran,
https://pijarsekolah.id/blog/mana-lebih-baik-untuk-siswa-menghafal-atau-memahami-pelajaran/

2
Mardiya, Artikel: Pendidikan untuk Anak Berbakat,
https://pemberdayaan.kulonprogokab.go.id/detil/1347/pendidikan-untuk-anak-berbakat
kreatif dan proses berpikir tinggi. Sehubungan dengan itu, hafalan dalam
pembelajaran bagi anak berbakat harus sejauh mungkin dicegah. Tekanannya
justru pada teknik yang berorientasi pada penemuan (discovery oriented) dan
pendekatan induktif.3

Doktor bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang, Hasanudin


Abdurakhman menjelaskan bahwa menghafal tidak sama dengan belajar.
Belajar adalah proses yang berbeda. Sangat berbeda. Perbedaan terpentingnya
terletak pada proses pencernaan informasi. Proses mencerna informasi dengan
cara menghafal dan memahami akan memberikan hasil yang berbeda. Entah
kenapa pembuat kurikulum kita begitu bersemangat untuk menjejalkan sebanyak
mungkin pengetahuan kepada anak-anak sejak usia dini. Demikian banyak,
sehingga guru tak sanggup membangun pemahaman kepada anak-anak atas setiap
subjek pelajaran. Anak-anak pun tak sanggup memahaminya. Akhirnya, dipilihlah
jalan pintas, hafalkan saja. Metode menghafal diibaratkan seperti melakukan
aktivitas fisik. Kemampuan bisa terbentuk secara sempurna ketika dilakukan
secara berulang-ulang. Namun, akan cepat hilang apabila seseorang berhenti
melakukannya. “Kalau kita rajin melakukan latihan beban secara berulang, maka
otot kita akan membesar. Itu adalah ‘memori’ yang menandai aktivitas (fisik) tadi.
Menghafal sama dengan memberi tanda itu pada otak kita. Konsekuensinya, bila
prosesnya kita hentikan, maka secara perlahan tanda itu akan hilang. Kita akan
lupa.4

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud


Ristek) Nadiem Makarim, saat menghadiri rapat kerja Komisi X DPR di DPR,
Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019), mengatakan, materi belajar yang
dihafalkan anak akan cepat hilang. Untuk mendapatkan angka (nilai) yang baik,
dan karena cuma punya beberapa jam, sehingga semua materi harus di-cover yang
ujung-ujungnya harus hafal. Tapi setelah selesai ujian, apa yang terjadi bapak-

3
Mardiya, Artikel: Pendidikan untuk Anak Berbakat,
https://pemberdayaan.kulonprogokab.go.id/detil/1347/pendidikan-untuk-anak-berbakat
4
MTsN 5 Karang Anyar, Artikel: Menghapal vs Memahami, Mana Cara Belajar Paling Tepat?,
https://www.mtsn5karanganyar.sch.id/berita/detail/423546/menghafal-vs-memahami-mana-
cara-belajar-paling-tepat-/
bapak dan ibu-ibu? Lupa. Karena itu, metode belajar dengan cara “memahami
konsep” akan lebih efektif diterapkan bagi siswa dan siswi di Indonesia. Sebab,
dengan cara ini, mereka dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk
menyelesaikan masalah di kehidupan nyata. Perlu metode belajar
komprehensif agar mampu memahami dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan,
siswa membutuhkan bimbingan belajar yang komprehensif. Bimbingan belajar
yang dimaksud mencakup pemberian materi pelajaran, latihan soal, pembahasan,
dan rangkuman. Memperbanyak latihan soal dengan berbagai variasi kasus dapat
membuat siswa jadi lebih cepat memahami konsep ilmu pengetahuan dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.Adapun pembahasan dari latihan soal
juga diperlukan agar siswa memahami jawaban yang benar dan mampu
memperdalam konsep ilmu yang dipelajari. Sementara itu, rangkuman materi juga
dibutuhkan bagi siswa dalam proses belajar agar mereka lebih mudah mengingat
inti materi pelajaran. Meski demikian, metode belajar siswa tidak boleh dilakukan
secara monoton agar siswa tidak cepat bosan ketika belajar. Dibutuhkan metode
belajar yang variatif untuk membuat siswa betah lama-lama mempelajari ilmu
pengetahuan yang berguna bagi hidupnya.5

Menghapal adalah salah satu cara guru pada metode pembelajaran


Konvesional. Pada pembelajaran konvensional, menyandarkan pada hafalan,
pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru, siswa pasif menerima
informasi dari guru, pembelajaran bersifat abstrak (teoritis), memberi tumpukan
informasi pada siswa, terfokus pada satu bidang, waktu belajar siswa dihabiskan
untuk mengerjakan (buku tugas, mendengar ceramah dan mengisi Latihan/kerja
individual) dan perilaku dibangun atas kebiasaan. Ketrampilan dikembangkan atas
dasar latihan. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian dan nilai raport. Siswa tidak
melakukan hal buruk karena takut hukuman. Perilaku baik berdasarkan motivasi

5
MTsN 5 Karang Anyar, Artikel: Menghapal vs Memahami, Mana Cara Belajar Paling Tepat?,
https://www.mtsn5karanganyar.sch.id/berita/detail/423546/menghafal-vs-memahami-mana-
cara-belajar-paling-tepat-/
entrinsik. Pembelajaran ini hanya terjadi di dalam ruangan kelas. Hasil belajar
diukur dengan kegiatan akademik dalam bentuk tes (ujian/ulangan).6
Pada pembelajaran kontektual (Contextual Theaching
Learning), menyandarkan pada pemahaman makna, pemilihan informasi
berdasarkan kebutuhan siswa, siswa terlibat secara aktif dalam prosesi
pembelajaran, pembelajaran dikaitkan pada kehidupan nyata siswa, selalu
mengkaitkan informasi dengan pengetahuan siswa, cenderung mengintegrasikan
beberapa bidang, waktu belajar siswa digunakan untuk belajar (menemukan –
menggali – berdiskusi - dan berfikir kritis atau mengerjakan proyek dan
pepecahan masalah melalui kerja kelompok), perilaku dibangun atas kesadaran’
ketrampilan dikembangkan atas dasar pemahaman. Hadiah dari perilaku baik
adalah kepuasan diri yang bersifat subyektif. Siswa tidak melakukan hal yang
buruk karena sadar hal tersebut merugikan. Perilaku tidak berdasarkan motivasi
intrinsik. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat kontek dan setting. Hasil belajar
diukur dengan penerapan autentik.7
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan model
pembelajaran kontektual (Contextual Theaching Learning) dengan pembelajaran
model konvensional terletak pada peran siswa dalam model kontektual
(Contextual Theaching Learning ) sebagai pelaku pencari informasi sedang pada
dalam model pembelajaran konvensional siswa berperan sebagai penerima
informasi.8

Kelebihan dan kekurangan model konvensional menurut (Purwoto,


2003:67)9 sebagai berikut ini.

a. Kelebihan Model Pembelajaran Konvensional

6
Sakiyem Kiki FN, Jurnal: MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL THEACING LEARNING (CTL),
HTTPS://BABEL.KEMENAG.GO.ID/ID/OPINI/599/MODEL-PEMBELAJARAN-CONTEXTUAL-
THEACING-LEARNING-CTL#_FTN2

7
Ibid….
8
Sakiyem Kiki FN, Jurnal: MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL THEACING LEARNING (CTL),
HTTPS://BABEL.KEMENAG.GO.ID/ID/OPINI/599/MODEL-PEMBELAJARAN-CONTEXTUAL-
THEACING-LEARNING-CTL#_FTN2
9
Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
h.67
1) Dapat menampung kelas yang besar, tiap peserta didik mendapat
kesempatan yang sama untuk mendengarkan.
2) Bahan pengajaran atau keterangan dapat diberikan lebih urut.
3) Pengajar dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting,
sehingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
4) Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena pengajar tidak
harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar peserta didik.
5) Kekurangan buku dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat
dilaksanakannya pengajaran dengan model ini.

b. Kekurangan Model Pembelajaran Konvensional

1) Proses pembelajaran berjalan membosankan dan peserta didik menjadi


pasif, karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang
diajarkan.
2) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat peserta didik
tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
3) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini lebih cepat terlupakan.
4) Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi belajar menghafal
yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.

Dari sekian banyak uraian di atas tentang kontra terhadap penggunaan


metode Hapalan dalam dunia pendidikan, namun banyak analisis tentang
keunggulan dan kelemahan metode hapalan dalam pendidikan sehingga menjadi
solusi agar kelemahan itu bisa diatasi.

Dalam penerapannya metode hafalan juga memiliki keunggulan maupun


kelemahan. Tetapi, keunggulan ataupun kelemahan tersebut dapat diminimalisir
oleh pendidik. Adapun keunggulan dari metode hafalan yaitu: 10
1. Metode hafalan sangat efektif untuk menjaga daya ingat peserta didik
terhadap materi yang telah dipelajarinya, karena dapat dilakukan baik di

10
Nur Ali, ANALISIS TERHADAP METODE PEMBELAJARAN HAFALAN, Annual Conference on Islamic
Education and Thought, file:///J:/Downloads/669-133-1163-1-10-20201103%20(1).pdf , h.140
dalam maupun di luar kelas Melatih peserta didik dapat berpikir kritis,
analisis, aplikatif, dan komprehensif. .( Hermawati,2010)11
2. Dalam pembelajaran, peserta didik akan lebih giat dan meningkatkan
minat bacanya melalui hafalan.
3. Tidak mudah hilang setelah dihafal
4. Peserta didik mampu memupuk perkembangan dan keberaniannya, serta
bertanggung jawab dan mandiri.
5. Sangat mudah dan sederhana juga mampu membangkitkan rasa percaya
diri
6. Menghafal menjadi solusi jika tidak mampu menguasai dan memahami
materi
Kelemahan dari metode hafalan atau menghafal yaitu:
1. Mesti diiringi pemahaman, karena menghafal tanpa pemahaman akan
menjadi sia-sia, dan cenderung mudah lupa. (Ikowiyah,2007)12
2. Membosankan dan monoton.
3. Banyak memakan waktu, tenaga, dan pikiran.
4. Pemikirannya tidak banyak berubah karena sebatas apa yang dihafalnya.
5. Tidak terbiasa mengeluarkan ide atau gagasan.
6. Mental peserta didik terganggu.
7. Tidak tepat kepada peserta didik yang mempunyai latar belakang yang
berbeda dan membutuhkan banyak perhatian.
Beberapa cara mengatasi kelemahan metode hafalan, yaitu:
1. Pengajar menjelaskan materi sampai peserta didik memahaminya.
2. Menjelaskan latar belakang yang cukup agar lebih mudah dihafal.
3. Mendorong atau memotivasi hafalan kepada peserta didik.
4. Memilih teknik hafalan yang lebih ampuh, agar dapat menghafalkan
secara keseluruhan atau sebagian.
5. Peserta didik menghafal materi yang penting-penting saja.13

11
Hermawati. 2015. Mengenal dan Memahami PAUD. Bandung: Rosda
12
Ikowiyah, “Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab Dengan Metode Menghafal (Mahfudzot) Di
Mts An-Nawawi Berjan Purworejo”, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga, 2007, hlm. 11
13
Nur Ali, ANALISIS TERHADAP METODE PEMBELAJARAN HAFALAN, Annual Conference on Islamic
Education and Thought, file:///J:/Downloads/669-133-1163-1-10-20201103%20(1).pdf , h.141
DAFTAR PUSTAKA

Artikel Pijar Sekolah, Mana Lebih Baik untuk Siswa: Menghafal atau Memahami
Pelajaran, https://pijarsekolah.id/blog/mana-lebih-baik-untuk-siswa-
menghafal-atau-memahami-pelajaran/

Mardiya, Artikel: Pendidikan untuk Anak Berbakat,


https://pemberdayaan.kulonprogokab.go.id/detil/1347/pendidikan-
untuk-anak-berbakat

MTsN 5 Karang Anyar, Artikel: Menghapal vs Memahami, Mana Cara Belajar


Paling Tepat?,
https://www.mtsn5karanganyar.sch.id/berita/detail/423546/menghafal-
vs-memahami-mana-cara-belajar-paling-tepat-/

Sakiyem Kiki FN, Jurnal: MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL


THEACING LEARNING (CTL),
HTTPS://BABEL.KEMENAG.GO.ID/ID/OPINI/599/MODEL-
PEMBELAJARAN-CONTEXTUAL-THEACING-LEARNING-
CTL#_FTN2

Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Surakarta: Sebelas Maret


University Press

Hermawati. 2015. Mengenal dan Memahami PAUD. Bandung: Rosda

Ikowiyah, “Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab Dengan Metode Menghafal


(Mahfudzot) Di Mts An-Nawawi Berjan Purworejo”, Skripsi,
Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,
2007

Nur Ali, ANALISIS TERHADAP METODE PEMBELAJARAN HAFALAN, Annual


Conference on Islamic Education and Thought,
file:///J:/Downloads/669-133-1163-1-10-20201103%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai