Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia

Volume 1 Nomor 2 bulan September, 2016. Halaman 31 - 35


p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

Pola Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Untuk Mengoptimalkan


Kemampuan Anak Autis Di Sekolah Dasar
Novika Sari1)
1)
SLB Negeri Singkawang
e-mail: novika112@gmail.com

Abstrak. Anak dengan spektrum autis memiliki masalah perkembangan yang cukup berat. Namun mereka memiliki hak
yang sama dalam pendidikan, sehingga tidak jarang kita temui mereka di sekolah-sekolah, baik di sekolah luar biasa
maupun sekolah umum (inklusi). Anak autis membutuhkan dukungan dari berbagai pihak dalam mengoptimakan
kemampuannya. Perkembangan anak autis tidak seperti anak pada umumnya, mereka sering membentuk pola tertentu dan
membutuhkan konsistensi yang tinggi. Oleh karena itu sekolah melalui bimbingan konseling memerlukan kerjasama dengan
berbagai pihak terutama keluarga yang memiliki intensitas interaksi sangat tinggi bersama anak. Dengan adanya kerjasama
sekolah dan keluarga melalui bimbingan dan konseling, juga akan memudahkan dan membantu keluarga terutama orangtua
dalam membangun hubungan serta melakukan intervensi yang tepat dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini
menggunakan metode kajian literatur dari berbagai sumber mutakhir yang sesuai. Kajian ini menghasilkan sebuah pola
pelaksanaan bimbingan dan konseling secara umum yang melibatkan keluarga terutama orangtua guna mengoptimalkan
kemampuan anak. Di dalam pola terdapat tiga proses yaitu (1) identifikasi merupakan pelaksanaan asesmen untuk
mengetahui kondisi anak autis, baik masalah maupun potensi yang dimilikinya; (2) Solusi atau rancangan program
bimbingan dan konseling berdasarkan hasil asesmen agar memberikan fokus yang jelas terhadap kemampuan anak yang
akan di optimalkan.; dan (3) pelaksanaan. Pada proses yang terakhir yaitu pelaksanaan terjadi kerjasama antara (1) konselor
dan anak, (2) konselor dan orangtua, serta (3) konselor terhadap hubungan orangtua dan anak. Dengan adanya pola
pelaksanaan umum ini maka akan memudahkan sekolah dalam membantu siswa autis untuk mengoptimalkan
kemampuannya. Sekolah dasar dipilih karena pada usia-usia inilah sekolah melalui bimbingan dan konseling mengenal anak
secara utuh dari berbagai aspek serta mulai membangunnya menjadi pribadi dan perilaku serta perkembangan yang lebih
optimal.

Kata kunci: Bimbingan dan konseling (BK), autis, sekolah dasar.

I. Pendahuluan
Salah satu dokumen hitam di atas putih yang menjamin belum terdapat angka yang pasti tentang hal tersebut.
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah Selain itu kesadaran masyarakat akan pentingnya
Pernyataan Salamanca, di Spanyol pada tahun 1994. Dari pendidikan juga dirasakan oleh keluarga yang memiliki
sinilah lahir Education For All (EFA). EFA di sepakati anak autis. Melihat tidak sedikit orang-orang yang
oleh lebih dari 300 peserta yang terdiri negara dan memiliki spektrum autis dapat berkembang dengan baik
pemerintahan serta organisasi. Dengan begitu pendidikan dan memiliki prestasi di bidang tertentu, memberikan
untuk anak berkebutuhan khusus tidak terbatas pada harapan yang lebih baik bagi anak-anak lainnya. Sehingga
ketunaan tertentu menjadi isu yang semakin kencang untuk sekolah memiliki kewajiban untuk menjawab tantangan
diperjuangkan. tersebut.
EFA mulai berkembang di berbagai negara di ASIA. Pendidikan akan berlangsung dengan baik bilamana ada
Beberapa negara berkembang di ASIA termasuk Indonesia hubungan yang baik pula antara sekolah dan keluarga.
semakin memperbaiki sistem pendidikannya agar dapat Pendidikan di keluarga haruslah searah dengan pendidikan
memfasilitasi dan melaksanakan komitmen Internasional di sekolah [8]. Memampukan belajar menjadi tugas setiap
dalam memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Salah satu orangtua. Sehingga diperlukan adanya kerjasama yang baik
anak berkebutuhan khusus yang juga memiliki hak untuk antara sekolah dan keluarga terutama orangtua [1].
memperoleh pendidikan adalah anak dengan autisme atau Autisme merupakan gangguan perkembangan yang
anak dengan spektrum autis. berat pada anak. Maulana juga menjelaskan bahwa
Autisme terjadi pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran, penyebab seorang autisme adalah gangguan neurobiologis
dimana jumlah penderita laki-laki empat kali lebih besar pada susunan saraf pusat (otak) yang bisa saja terjadi sejak
dibandingkan penderita wanita [5]. Pendataan terhadap tiga bulan pertama kehamilan [5]. Meskipun autisme dapat
anak autis bertambah setiap tahunnya, namun di Indonesia terjadi semenjak tiga bulan pertama kehamilan, namun

31
Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia
Volume 1 Nomor 2 bulan September, 2016. Halaman 31 - 35
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

orangtua seringkali tidak mengetahui anak mereka Fokus pada kajian ini untuk menjawab akan kebutuhan
memiliki spektrum autis hingga beberapa bulan bahkan dan pertanyaan, bagaimana pola pelaksanaan bimbingan
hingga 3 tahun setelah dilahirkan. Hal ini dikarenakan dan konseling bagi anak dengan autisme untuk
kurangnya informasi dan pengetahuan orangtua serta mengoptimalkan kemampuannya, terutama pada tingkat
keterbatasan yang ada di dalam masyarakat. sekolah dasar?. Guna menjawab kebutuhan tersebut maka
Keterlambatan orangtua dalam mengetahui kondisi dilakukan kajian literatur. Kajian dari berbagai sumber
autisme yang dialami oleh anak mereka akan berdampak mutakhir ini dilakukan untuk mengumpulkan literatur-
pada perkembangan anak yang kurang optimal. literatur yang relevan dalam mendukung dan menjawab
Penanganan sejak sedini mungkin dibutuhkan bagi anak fokus penelitian di atas. Berbagai penelitian mengenai
dengan spektrum autis. Meskipun begitu, penanganan yang bimbingan dan konseling di setiap jenjang pendidikan
berkelanjutan juga sangat diperlukan untuk menjaga dan sudah mulai terlihat, begitu pula penelitian-penelitian
mengoptimalkan perkembangan yang telah muncul, serta terkait perkembangan maupun pendidikan anak autis.
merangsang perkembangan lain yang belum terlihat. Sastry Namun masih sulit ditemukan penelitian yang secara
dan Aguire (2012, hal. 5) menjelaskan bahwa untuk khusus membahas mengenai pola umum bagi bimbingan
memilih penanganan, pendidikan dan mengoptimalkan dan konseling anak autis khususnya di sekolah dasar.
kemampuan anak autis dengan tepat orangtua perlu Penelitian memalui kajian literatur ini diharapkan
memiliki dua hal yaitu pertama, pengetahuan tentang menjadi sumber baru bagi masyarakat, khususnya dunia
minat, kekuatan dan kebutuhan khusus anaknya, selain itu pendidikan dan anak dengan spektrum autis untuk
juga tindakan apasaja yang dapat dilakukan orangtua. mengoptimalkan kemampuannya. Selain itu kajian ini
Kedua, mengikuti perkembangan riset untuk memahami diharapkan memberikan kemudahan dan literatur bagi
ide-ide yang tepat diterapkan pada anak. sekolah, khususnya bimbingan dan konseling dalam
Kenyataannya di lapangan masih banyak orangtua menangani dan memenuhi kebutuhan serta hak-hak anak
merasa kebingungan dalam menangani anak mereka yang dengan autisme di sekolah.
memiliki spektrum autis. Efek paling banyak yang
dilaporkan orangtua dengan anak autis adalah keterbatasan II. Pembahasan
sumber daya dan besarnya rasa stress. Sehingga orangtua Bimbingan dan Konseling (BK) di Sekolah Dasar
membutuhkan bantuan dari berbagai pihak dalam Bimbingan dan konseling terdiri dari dua istilah.
membantu menangani kondisi anak mereka [1]. Oleh Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance,
karena itu orangtua memberikan harapan yang besar sedangkan konseling merupakan bentuk serapan dari
kepada sekolah untuk membantu memaksimalkan counseling [8]. Bimbingan merupakan pemberian
kemampuan anak-anak mereka. pertolongan. Meskipun bimbingan merupakan suatu
Bimbingan dan konseling di sekolah dapat memberikan pertolongan, namun tidak semua pertolongan adalah
bantuan kepada keluarga untuk lebih mengenal kondisi bimbingan [8]. Bimbingan adalah pertolongan yang
anaknya. Seperti yang dijelaskan oleh Manusia perlu menuntun. Bimbingan dapat diberikan kepada individu
mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya [8]. maupun sekumpulan/kelompok individu siapa saja yang
Dengan mengenal dirinya sendiri, mereka akan dapat membutuhkan tanpa memandang umur sehingga anak atau
bertindak dengan tepat sesuai kemampuan yang ada pada orang dewasa dapat menjadi objek bimbingan. Tujuan
dirinya. Walaupun demikian tidak semua manusia mampu bimbingan adalah agar individu atau sekumpulan individu
mengenal mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini dapat mencapai kesejahteraan hidup. Jadi bimbingan
memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal diri merupakan pertolongan untuk menuntun individu atau
sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang kelompok guna mencapai hidup yang lebih sejahtera.
dimilikinya dan bantuan tersebur dapat diberikan oleh Pengertian konseling yaitu bantuan yang diberikan
bimbingan dan konseling. kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya
Bimbingan dan konseling dapat bergerak di bidang dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai
mana saja, baik di sekolah maupun di masyarakat yang dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai
lebih luas, termasuk lingkungan keluarga [8]. Kerjasama kesejahteraan hidupnya [8]. Dalam hal ini, perlu diingat
antara dan sekolah dalam membantu anak autis bahwa individu pada akhirnya dapat memecahkan masalah
mengoptimalkan kemampuannya sangatlah penting. Hal ini dengan kemampuannya sendiri. Hubungan antara
diakibatkan anak dengan spektrum autis memiliki bimbingan dan konseling menurut Jones bahwa konseling
kecendrungan untuk membentuk suatu pola atau sistem dan sebagai salah satu teknik dari bimbingan [8].
perlakuan yang konsisten. Oleh karena itu perlakuan anak Orang yang dapat menjadi pembimbing di sekolah
autis yang ada di sekolah haruslah terintegrasi dengan adalah (1) pembimbing di sekolah dipegang oleh orang
perlakuan yang didapatnya di lingkungan keluarga. Dalam yang khusus dididik menjadi konselor. Jadi, ada tenaga
hal ini bimbingan dan konseling yang ada di sekolah, khusus yang ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan itu
khususnya sekolah dasar dapat menjebatani hubungan dengan tidak menjabat pekerjaan yang lain; (2)
tersebut. pembimbing di sekolah dipegang oleh guru pembimbing

32
Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia
Volume 1 Nomor 2 bulan September, 2016. Halaman 31 - 35
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

(teacher conselor), yaitu orang yang berprofesi sebagai Seperti telah dijelaskan di atas bahwa bimbingan dan
guru sekaligus menjadi pembimbing. Jadi, di samping konseling berlaku bagi setiap jenjang dan usia, maka dari
jabatan guru, juga di sampiri jabatan pembimbing/konselor itu BK juga dibutuhkan pada sekolah dasar. Permasalahan
[8]. Ketersediaan pembimbing baik dari tenaga khusus dapat terjadi dan di alami oleh siapa saja dan usia
maupun dari tenaga pendidik tergantung dari kondisi berapapun, oleh karena itu keberadaan bimbingan dan
sekolah, fasilitas maupun tingkatan sekolah. konseling juga dibutuhkan pada jenjang pendidikan ini.
Pembimbing atau konselor di sekolah mempunyai Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa pembimbing
tugas-tugas tertentu antara lain: atau konselor pada BK dapat berasal dari tenaga khusus
a. Mengadakan penelitian atau observasi terhadap situasi maupun tenaga pendidik yang ditunjuk, hal ini juga berlaku
atau keadaan di sekolah, baik mengenai peralatan, pada sekolah dasar. Hal tersebut disesuaikan dengan
tenaga, penyelenggaraan maupun aktivitas-aktivitas kondisi sekolah yang bersangkutan.
yang lain;
b. Berdasarkan atas hasil penelitian atau observasi tersebut Anak dengan Spektrum Autis
maka pembimbing berkewajiban memberikan saran- Kata “autis” berasal dari bahasa Yunani “autos” yang
saran atau pendapat, baik kepada kepala sekolah berarti sendiri. Autisme adalah gangguan neurologis dalam
maupun staf pengajar yang lain demi kelancaran dan perkembangan otak. Autisme adalah gangguan spektrum
kebaikan sekolah; [2]. Ini berarti orang-orang yang menyandangnya tidak
c. Menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak, bak hanya memiliki gejala-gejala yang berbeda, tetapi
yang bersifat prefentif, preservatif dan korektif atau intensitasnya juga beragam. DSM (Diagnostic and Statistic
kuratif Preventif, yaitu dengan tujuan menjaga jangan Manual of Mental Disorder) melihat autisme sebagai
sampai anak-anak mengalami kesulitan dan sebuah gangguan spektrum, artinya autisme yang dialami
menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan. setiap individu berbeda-beda. Sehingga kondisi yang
Preservatif , yaitu usaha untuk menjaga keadaan yang dialami oleh setiap anak autis berbeda-beda, meskipun
telah baik agar tetap baik, jangan sampai keadaan yang pada umumnya masalah yang dihadapi oleh anak autis
baik menjadi keadaan yang tidak baik. Korektif, yaitu adalah interaksi sosial, komunikasi, minat dan perilaku [1].
mengadakan konseling kepada anak-anak yang Anak dengan spektrum autis memiliki kecendrungan
mengalami kesulitan, yang tidak dapat dipecahkan mengikuti pola tertentu dalam beraktifitas. Adapun pola
sendiri dan yang membutuhkan pertolongan dari pihak yang sudah terbentuk ini akan sulit untuk dirubah jika
lain. sudah berjalan dalam waktu yang lama. Hal ini dijelaskan
d. Kecuali hal-hal tersebut, pembimbing dapat mengambil oleh Baron-Cohen, dkk, yaitu sebuah gaya kognitif yang
langkah lain yang dipandang perlu demi kesejahteraan ditemukan di individu autis disebut “hipersistematisasi”
sekolah atas persetujuan kepala sekolah. (hypersystemizing) [1]. Hypersistematisasi adalah individu
Sudiapermana menjabarkan sekolah dasar atau autis cenderung memperhatikan detail. Perhatian ini
pendidikan dasar berdasarkan peraturan yang ada di memampukan penemuan jenis-jenis pola tertentu di dalam
indonesia yaitu pengertian pendidikan dasar dalam UU 50 hubungan – disebut aturan ‘jika p maka q’- yang dapat
yang disebut dengan pendidikan rendah, definisinya sangat digunakan untuk mengorganisasikan informasi dan
jelas, bahwa level ini adalah level untuk menumbuhkan menjawab jenis-jenis persoalan tertentu. Membangun
minat, mengasah kemampuan pikir, olah tubuh dan naluri. rutinitas harian yang dapat dipercaya oleh anak autis, telah
Dalam UU No. 2 tahun 1989, Pendidikan dasar terbukti sangat penting dalam perawatan autisme. Sehingga
diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan dibutuhkan adanya konsistensi dan integrasi yang baik di
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan dalam ruang lingkup interaksi anak autis [2].
keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam Saat seseorang anggota keluarga menyandang autis,
masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang seluruh anggota keluarga dihadapkan pada ketegangan
memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan emosi [2]. Ketegangan emosi ini dimulai dari proses
menengah. penerimaan keluarga mengenai kondisi anak ketika di
Kementrian pendidikan dan kebudayaan di dalam diagnosis memiliki spektrum autis. Kondisi ini akan
situsnya juga menjelaskan bahwa sekolah dasar (disingkat berlanjut pada kebingungan orangtua dalam menangani dan
SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di tindakan yang harus dilakukan terhadap anak autis mereka.
Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, Tingkat ketegangan emosi pada setiap orangtua maupun
mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar keluarga berbeda-beda. Hal ini juga dipengaruhi oleh
dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah berbagai hal dari tingkat pengetahuan, ekonomi dan
Pertama (atau sederajat). Pelajar sekolah dasar umumnya lingkungan yang mendukung.
berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara
berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan Pola Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling untuk
dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan Mengoptimalkan Kemampuan Anak Autis di Sekolah
sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun. Dasar

33
Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia
Volume 1 Nomor 2 bulan September, 2016. Halaman 31 - 35
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

Berdasarkan ulasan di atas diketahui bahwa perlu dilakukan untuk mendapat gambaran berbagai kondisi
adanya hubungan dan kerjasama yang baik dalam individu dan lingkungannya sebagai dasar pengembangan
mengoptimalkan kemampuan anak autis, khususnya di program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai
sekolah dasar. Adapun hal tersebut dapat difasilitasi oleh kebutuhan. Lidz menjelaskan bahwa asesmen merupakan
sekolah pembimbing dalam bimbingan dan konseling. proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil
Pembimbing ataupun konselor pada sekolah dasar dapat psikologis anak, yang meliputi gejala dan intensitasnya,
berasal dari tenaga khusus yang terdidik menjadi kendala-kedala yang dialami, kelebihan dan kelemahannya,
pembimbing dan konselor, maupun tenaga pendidik atau serta peran pendukung yang dibutuhkan anak [6].
guru di sekolah tersebut yang dianggap memiliki Setelah melakukan pemetaan terhadap kondisi yang ada
kemampuan dalam melakukan bimbingan dan konseling. khususnya anak autis, selanjutnya hasil tersebut digunakan
Bimbingan dan konseling dibutuhkan tidak hanya bagi untuk merancang program bimbingan dan konseling yang
anak dengan spektrum autis tetapi juga keluarga khususnya merupakan solusi dari permasalahan yang ada.
orangtua si anak. Anak autisme membutuhkan lingkungan b. Solusi atau Program BK
yang konsisten dan mendukungnya dalam mengoptimalkan Solusi atau program bimbingan dan konseling yang
kemampuannya. Lingkungan yang konsisten ini terutama dibuat harus mengacu pada hasil asesmen yang telah
adalah sekolah tempat anak mendapatkan pendidikan dipetakan sebelumnya. Selain itu juga program ini dapat
formal dan di rumah bersama keluarga dimana anak disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan akan pendidikan
melakukan interaksi lebih intens dan dengan waktu yang yang ada di sekolah dengan memprioritaskan kebutuhan
lebih panjang. Begitu juga keluarga atau orangtua dari anak anak autis. Karena pada hakikatnya pendidikan berusaha
autis membutuhkan bantuan dalam memahami dan untuk memaksimalkan perkembangan dan kemampuan
memberikan tindakan khusus bagi anak mereka agar dapat peserta didiknya. Sebuah intervensi yang memampukan
mengoptimalkan kemampuannya. Interaksi sehari-hari pembelajaran, adaptasi dan perkembangan dapat membuat
orangtua dengan anak-anak akan membentuk perilaku dan hidup bisa lebih dikelola [1].
pembelajaran mereka [1]. Program bimbingan dan konseling yang telah dirancang
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat juga harus melalui proses diskusi orangtua dan pihak
digambarkan pola pelaksanaan bimbingan dan konseling sekolah terutama kepala sekolah atau guru kelas anak yang
pada anak autis di sekolah dasar yang melibatkan orangtua bersangkutan. Hal ini mengingat bahwa integrasi dan
atau keluarga. Adapun pola umum tersebut dapat dilihat konsistensi lingkungan anak dalam melaksanakan program
pada gambar di bawah ini: tersebut sangatlah penting.
c. Pelaksanaan
Proses pada pola umum di atas yang terakhir adalah
pelaksanaan. Pada proses pelaksanaan ini diperlukan
adanya sosialisasi mengenai hasil asesmen, yaitu pemetaan
kondisi anak kepada keluarga atau orangtua. Ketika
orangtua memiliki gambaran yang akurat mengenai
kekuatan dan kelemahan putra-putrinya, maka mereka bisa
menentukan dan mendukung terapi dan akomodasi yang
Pada gambar diatas terjadi tiga tahapan utama yaitu (1) paling cocok untuk anaknya [1]. Sangat penting bagi
Identifikasi, (2) Solusi atau program BK dan (3) proses orangtua untuk mengetahui kondisi anaknya sebelum
pelaksanaan. Penjabaran ketiga tahapan tersebut sebagai melakukan intervensi terhadap anak. Selain itu, dengan
berikut: mengetahui kondisi anaknya maka dapat mengurangi
Gambar 1. Pola umum Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ketegangan emosi akibat ketidaktahuan atau kurangnya
untuk Mengoptimalkan Kemampuan Anak Autis di Sekolah informasi mengenai keadaan yang dialami oleh anaknya.
Dasar Selanjutnya konselor melakukan sosialisasi kepada
a. Identifikasi anak autis dan orangtua mengenai program yang akan
Proses identifikasi dilakukan untuk mengetahui kondisi dilaksanakan secara terperinci. Selain memberikan
anak dan keluarga atau orangtua agar dapat memetakan pengetahuan mengenai program, sesuai prinsipnya konselor
kemampuan anak. Pemetaan kemampuan juga berlaku bagi atau pembimbing juga memberikan bimbingan kepada anak
kondisi keluarga, agar konselor mengetahui dan dapat dan orangtua dalam melaksanakan program tersebut.
menyesuaikan serta memberikan masukan kepada orangtua Sesuai tujuan awal dari pelaksanaan bimbingan dan
mengenai rancangan program BK (pada tahap selanjutnya). konseling yaitu membangun lingkungan yang integratif dan
Untuk mengidentifikasi kondisi anak dan keluarga konsisten di sekitar anak autis tingkat sekolah dasar, maka
digunakan teknik assesment dengan teknik pengumpulan konselor juga melakukan pemantauan terhadap hubungan
data disesuaikan oleh kebutuhan. atau pelaksanaan program antara anak dan orangtua.
Asesmen merupakan proses mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasikan data atau informasi III. Simpulan dan Saran
tentang peserta didik dan lingkungannya [4]. Hal tersebut

34
Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia
Volume 1 Nomor 2 bulan September, 2016. Halaman 31 - 35
p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370

Simpulan Referensi
Bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peranan [1] Aguire, Blaise dan Anjali Sastry. 2012. Parenting
yang sangat penting dalam memberikan masukan dan Anak dengan Autisme. Solusi, Strategi, dan Saran
solusi bagi perkembangan pendidikan baik bagi sekolah itu Praktis untuk Membantu Keluarga Anda. Terjemahan
sendiri maupun peserta didik. Beragamnya permasalahan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang dialami oleh siswa terutama anak dengan spektrum [2] Bonnice, Sherry. 2009. Anak yang Tersembunyi.
autis yang memiliki masalah-masalah terutama dalam Pemuda Autis. Terjemahan oleh Moses Aries
perkembangannya membutuhkan campurtangan bimbingan Romawan dan Iman Setiadji. Sleman: KTSP
dan konseling untuk merancang sebuah program yang [3] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia,
terintegrasi dengan lingkungan anak. diunduh dari
Program bimbingan dan konseling di sekolah dasar http://www.kemdikbud.go.id/main/sekolah-dasar.
yang terintegrasi bagi anak autis sangatlah penting, Pada tanggal 25 Juli 2016
mengingat mereka membutuhkan lingkungan yang [4] Komalasari, Gantina, Eka Wahyuni dan Karsih. 2011.
konsisten dalam memaksimalkan kemampuannya. Asesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK
Lingkungan penting dan primer dalam mengoptimalkan Komprehensif. Jakarta: Indeks
kemampuan anak autis yang perlu diperhatikan konselor [5] Maulana, Mirza. 2010. Anak Autis; Mendidik Anak
atau pembimbing adalah keluarga. Keluarga merupakan Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak
lingkungan primer bagi anak autis karena mereka banyak Cerdas dan Sehat. Jogjakarta: Katahati.
melakukan interaksi bersama keluarga. Selain itu [6] Soendari, Tjutju dan Euis Nani M. 2011. Asesmen
pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
mengikutsertakan keluarga dalam mengoptimalkan Bandung: Amanah Offset.
kemampuan anak autis ini dapat membantu keluarga [7] Sudiapermana, Elih. Diunduh dari http://file.upi.edu/
tersebut dalam mengurangi ketegangan emosi dan Direktori/FIP/
memberikan informasi mengenai kondisi anak mereka. JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196111141987031
Pola pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam -ELIH_SUDIAPERMANA/
mengoptimalkan kemampuan anak autis ini terbagi menjadi Pengertian_Pendidikan_Dasar. pada tanggal 25 Juli
tiga tahapan yaitu melakukan identifikasi anak dan 2016
keluarga sebagai dasar melakukan pemetaan kemampuan [8] Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan+Konseling (Studi
dan hambatan, selanjutnya berdasarkan hal tersebut dan Karir). Yogyakarta: Andi Offset.
dirancang sebuah program bimbingan dan konseling yang
memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Pada
akhirnya dalam melaksanakan eksekusi untuk
mengoptimalkan kemampuan anak autis ini terdapat tiga
aspek yang memegang peranan penting, yaitu anak yang
menjadi subjek utama, orangtua atau keluarga yang
membantu anak dalam mengoptimalkan kemampuannya,
dan konselor atau pembimbing yang secara langsung
ataupun tidak langsung membimbing dan mengawasi
orangtua, anak autis serta hubungan diantaranya selama
pelaksanaan di lapangan.
Saran
Penelitian ini merupakan kajian literatur-literatur dari
sumber yang dapat dipercaya dan mutakhir. Namun begitu
kajian ini masih terbatas pada studi literasi, sehingga bagi
peneliti maupun praktisi yang sesuai dengan bidangnya
dapat melanjutkan penelitian ini hingga tahap praktek di
lapangan. Selain itu diharapkan berbagai pihak dapat terus
mengembangkan teori-teori yang ada terutama hasil dari
kajian ini agar dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan,
khususnya bimbingan dan konseling serta pendidikan bagi
anak dengan spektrum autis. Penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi masukan yang memberikan kemudahan bagi
dunia pendidikan khususnya bimbingan dan konseling
dalam memecahkan dan mengoptimalkan kemampuan
peserta didiknya yang memiliki spektrum autis, terutama
di tingkat sekolah dasar.

35

Anda mungkin juga menyukai